Anda di halaman 1dari 14

Machine Translated by Google

Jurnal Fisika: Seri Konferensi

KERTAS • AKSES TERBUKA Anda mungkin juga suka


- Meningkatkan kemampuan pemahaman
Efektivitas Pelaksanaan Pembelajaran matematika dan kepercayaan diri
siswa sekolah dasar dengan
Media Berbasis Augmented Reality di SD pendekatan kontekstual menggunakan
media pembelajaran VBA
Microsoft Excel M Bernard, P Akbar, A Ansori dkk.
Sekolah dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis di Surya - Analisis Penerapan Media Pembelajaran

Kursus Sistem Berbasis Multi Teknik Dalam


Meningkatkan Kemampuan Berpikir Tingkat
Tinggi Siswa Sekolah Dasar Dalam
Memecahkan Masalah Eksponensial
Mengutip artikel ini: NI Zuniari et al 2022 J. Fisik.: Konf. Menjadi. 2392 012010
L Masruroh, Dafik and Suprapti
- Pengetahuan Ekologi Siswa Sekolah
Dasar Melalui Pemanfaatan Bahan Ajar
Ecoliteracy Kurikulum 2013 E
Noviana, O
Lihat artikel online untuk pembaruan dan penyempurnaan.
Kurniaman, N Salwa et al.

Konten ini diunduh dari alamat IP 103.190.47.120 pada 13/04/2023 pukul 15:20
Machine Translated by Google

Seminar Nasional Fisika Unesa 2022 (SNF Unesa 2022) Penerbitan IOP
Jurnal Fisika: Seri Konferensi 2392 (2022) 012010 doi:10.1088/1742-6596/2392/1/012010

Efektifitas Penerapan Media Pembelajaran Berbasis Augmented


Reality di Sekolah Dasar Dalam Meningkatkan
Keterampilan Berpikir Kritis dalam Kursus Tata Surya

NI Zuniari, ZR Ridlo* , S Wahyuni, E M Ulfa, and M K S Dharmawan


Jurusan Pendidikan Sains, Universitas Jember, Indonesia

*Email: zainur.fkip@unej.ac.id

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk menggali kemampuan berpikir kritis siswa dalam
penerapan media pembelajaran berbasis augmented reality pada pembelajaran tata surya di
sekolah dasar. Kemampuan berpikir kritis pada tingkat sekolah dasar masih tergolong rendah
karena kurangnya penerapan media pembelajaran yang mendukung peningkatan kemampuan
berpikir kritis. Media pembelajaran merupakan bagian yang sangat penting dalam pembelajaran.
Rancangan penelitian membandingkan kelas modern (kelas eksperimen) dengan kelas kontrol.
Pengajaran dengan menggunakan media pembelajaran berbasis augmented reality dilakukan di
kelas eksperimen, sedangkan pembelajaran langsung dilakukan di kelas kontrol. Sebagai peneliti
menggunakan metode penelitian dan pengembangan dengan pendekatan kualitatif dengan
metode penelitian eksperimen semu (pseudo-eksperimen) dengan desain eksperimen murni yaitu
Pre-test Post-test Control Design. Dapat diketahui bahwa nilai signifikansi dalam penelitian ini
sebesar 39,5% atau 0,395 untuk pre-test. Nilai rata-rata pretest yang diperoleh untuk kelas kontrol
adalah 46,60 dengan standar deviasi 12,32 sedangkan nilai rata-rata pretest kelas eksperimen
adalah 48,57 dengan standar deviasi 11,20. Hasil pengumpulan post test kelas kontrol adalah
72,3214 dengan standar deviasi 10,45291 sedangkan nilai rata-rata kelas eksperimen adalah 90,1429 dengan standa
Berdasarkan uji-t dapat diketahui bahwa pada nilai pretes kedua kelas tidak terdapat perbedaan
yang signifikan atau homogen. Setelah diberikan perlakuan media pembelajaran augmented
reality pada materi tata surya, nilai posttest kedua kelas mengalami perbedaan yang signifikan
dengan nilai Sig.2-Tailed sebesar 0,000. Hasil penelitian ini bahwa media pembelajaran
Augmented Reality berdampak pada kemampuan berpikir kritis siswa.

1. Pendahuluan
Ilmu alam, yang umumnya disebut sebagai ilmu, memiliki karakteristik yang berbeda yang membedakannya dari
ilmu sosial. Sains terdiri dari beberapa cabang ilmu. Fisika, biologi, dan kimia adalah beberapa contoh cabang
sains. Setiap cabang ilmu pengetahuan alam memiliki karakter yang membuat setiap cabang ilmu berbeda dan
khas satu sama lain [1].
IPA merupakan mata pelajaran di sekolah dasar [2]. IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang penting
dalam pembelajaran [3]. Dengan adanya IPA siswa dapat mengetahui tentang makhluk hidup, benda mati, ilmu
tentang kehidupan, dan ilmu tentang dunia fisik [4]. Setelah mengetahui fenomena alam tersebut, maka dapat
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk memudahkan penerapan IPA dalam kehidupan sehari-hari,
diperlukan peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dengan melatih penguasaan suatu konsep oleh siswa
tidak hanya berupa menghafal beberapa konsep yang telah dipelajarinya. Hal ini membuat mereka mampu
menerapkan konsep yang dimilikinya pada aspek lain [5].
Kelemahan dalam pembelajaran IPA ini disebabkan karena teknik atau media pembelajaran yang digunakan
lebih menekankan pada faktor daya ingat [6]. Verbalisme adalah proses pembelajaran dimana guru lebih dominan

Konten dari karya ini dapat digunakan di bawah ketentuan lisensi Creative Commons Attribution 3.0. Setiap distribusi lebih lanjut dari karya
ini harus mempertahankan atribusi kepada penulis dan judul karya, kutipan jurnal dan DOI.
Diterbitkan di bawah lisensi oleh IOP Publishing Ltd 1
Machine Translated by Google

Seminar Nasional Fisika Unesa 2022 (SNF Unesa 2022) Penerbitan IOP
Jurnal Fisika: Seri Konferensi 2392 (2022) 012010 doi:10.1088/1742-6596/2392/1/012010

dan sumber informasi hanya berasal dari guru [7] siswa sulit dipahami karena hanya bisa mendengar dan
menghafal kata tanpa melihat visualisasinya. Pembelajaran IPA yang sesungguhnya bukanlah menghafal kata-
kata bermakna, melainkan hasil asosiasi dari pengalaman. Dalam pembelajaran, guru harus memiliki strategi
untuk menciptakan pengalaman tersebut, yaitu strategi visualisasi. Strategi visualisasi adalah strategi yang
memanfaatkan gambar untuk membantu memperkuat pemahaman siswa terhadap makna kata [9].

Dalam proses belajar mengajar, guru harus mengetahui kemampuan dan karakteristik siswa pada materi
yang diberikan. Salah satu materi yang belum dipahami siswa adalah tata surya. Tata surya sendiri merupakan
ilmu dasar bidang pelajaran IPA yang dapat diperoleh pada pendidikan sekolah dasar, dimana hal yang
dibahas secara umum adalah tentang matahari, planet, dan benda-benda lain yang mengelilingi matahari [10].
Tata surya adalah suatu sistem yang terdiri dari Matahari, delapan planet, planet kerdil, komet, asteroid, dan
benda langit kecil lainnya [9]. Tata surya terbagi menjadi beberapa wilayah yang berbeda. Area pertama adalah
matahari, area kedua planet kebumian (planet berbatu), area ketiga sabuk asteroid, area batuan antariksa
antara orbit Mars dan Jupiter, dan area keempat berisi planet raksasa. . Dalam pembelajaran, seorang guru
harus memiliki strategi untuk menciptakan pengalaman tersebut, yaitu dengan strategi visualisasi. Strategi
visualisasi adalah strategi yang memanfaatkan gambar untuk membantu memperkuat pemahaman siswa
dalam menginterpretasikan kata-kata.
Sistem yang ada saat ini, umumnya anak mengenal tata surya hanya dari media buku yang didapat dari
sekolah. Buku yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran tata surya tentunya hanya menampilkan gambar
benda-benda dari anggota tata surya yang mengakibatkan siswa kehilangan kesempatan untuk mengembangkan
keterampilan, mengamati dan dapat mengurangi rasa ingin tahu siswa. tercapainya tujuan pembelajaran. Salah
satu solusi untuk mengatasi kurangnya pemahaman siswa terhadap materi tata surya adalah dengan
menggunakan media pembelajaran interaktif. Media pembelajaran merupakan salah satu komponen
pembelajaran yang memiliki peranan penting dalam kegiatan belajar mengajar, oleh karena itu guru perlu
mempelajari cara menentukan media pembelajaran [12]. Media pembelajaran adalah media yang digunakan
dalam pembelajaran, yang meliputi alat bantu guru dalam mengajar dan sarana pembawa pesan dari sumber
belajar kepada penerima pesan pembelajaran (siswa) [13]. Seperti film, diagram, komputer, televisi dan
instruktur merupakan media saluran komunikasi. Media pembelajaran adalah alat yang digunakan untuk
menyampaikan materi pembelajaran yang dapat membuat siswa mengikuti proses pembelajaran [14]. Salah
satu media pembelajaran yang dapat mendukung kebutuhan materi tata surya adalah ARLOOPA, yaitu aplikasi
yang dapat dioperasikan pada perangkat berbasis augmented reality.
Penggunaan media augmented reality masih kurang penggunaannya di sekolah dasar, sehingga perlu
adanya inovasi yang dihadirkan dalam pembelajaran di sekolah dasar. Perlu adanya penelitian yang membahas
tentang pentingnya media pembelajaran augmented reality untuk diterapkan dalam pembelajaran di sekolah
dasar, hal ini bertujuan agar tujuan pembelajaran IPA dapat tersampaikan dengan baik melalui inovasi media
pembelajaran dalam dunia pendidikan [15].
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti ingin melakukan penelitian untuk mengetahui keefektifan penerapan
ARLOOPA terhadap pembelajaran di sekolah. Dengan demikian akan diperoleh data dan informasi apakah
aplikasi tersebut dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap informasi untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kritis dan kemampuan bertanya siswa SD. Beberapa masalah akan dijawab melalui penelitian ini.
Permasalahan tersebut antara lain: 1) Apakah penggunaan media pembelajaran Augmented Reality (AR)
cocok digunakan dalam penyampaian materi yang berkaitan dengan tata surya, 2) Apakah terdapat kendala
dalam penggunaan media pembelajaran Augmented Reality (AR), 3) Seberapa efektif aplikasi ARLOOPA
sebagai media penyampaian materi tata surya, 4) Cara berpikir kritis dan kemampuan bertanya siswa saat
menggunakan aplikasi ARLOOPA. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh data dan informasi tentang
1) Ada tidaknya kesesuaian penggunaan media pembelajaran Augmented Reality (AR) untuk digunakan dalam
penyampaian materi yang berkaitan dengan tata surya, 2) Ada tidaknya kesulitan dalam menggunakan media
pembelajaran augmented reality, 3) keefektifan ARLOOPA

2
Machine Translated by Google

Seminar Nasional Fisika Unesa 2022 (SNF Unesa 2022) Penerbitan IOP
Jurnal Fisika: Seri Konferensi 2392 (2022) 012010 doi:10.1088/1742-6596/2392/1/012010

aplikasi sebagai media penyampaian materi tata surya, 4) kemampuan berpikir kritis dan kemampuan
bertanya siswa saat menggunakan aplikasi ARLOOPA. Penelitian ini akan sangat bermanfaat bagi peneliti
dalam mengembangkan media pembelajaran Augmented Reality (AR) berbantuan aplikasi ARLOOPA.

2. Metode
Sebagai peneliti menggunakan metode penelitian dan pengembangan dengan pendekatan kualitatif dengan
metode penelitian eksperimen semu (pseudo-eksperimen) dengan desain eksperimen murni yaitu Pre-test
Post-test Control Design. Pendekatan kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk menelaah obyek-
obyek alamiah dimana peneliti adalah kunci dari instrumen penelitian, teknik pengumpulan data digabungkan,
analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif menggarisbawahi makna daripada generalisasi
[16]. Media yang dikembangkan berupa media pembelajaran interaktif 3 dimensi Augmented Reality (AR),
dibantu dengan aplikasi ARLOOPA yang akan digunakan oleh siswa.
Penelitian dilakukan dengan mengamati pemahaman siswa terhadap materi tata surya dan melakukan
kegiatan survei terhadap responden (siswa) yang ditetapkan sebagai sampel. Populasi dalam penelitian ini
adalah siswa sekolah dasar. Pengambilan sampel dilakukan secara acak. Kemudian dari hasil pengacakan,
ditemukan dua kelas dalam satu sekolah yaitu SDN Semboro 04. Pada kelas A dipilih 28 siswa sebagai
responden kelas kontrol. Sedangkan pada kelas B juga dipilih 28 siswa sebagai responden pada kelas
eksperimen, dengan jumlah siswa dalam penelitian sebanyak 56 siswa.
Metode yang digunakan adalah metode campuran.

Tabel 1. Rancangan penelitian dengan menggunakan metode


Pra-tes Perlakuan Post-tes
campuran Kelas O1 - O2
Kontrol Kelompok
N = 28 siswa Kelas O3 X O4
Eksperimen N = 28 siswa

O1 & O3 = kedua kelompok kelas diuji dengan pre-test untuk mengetahui ada yang diharapkan berada
pada level yang sama
O2 = hasil postes kelas kontrol
O4 = hasil postes kelas eksperimen [17]

Gambar 1. Model triangulasi dalam metode campuran [18]

3
Machine Translated by Google

Seminar Nasional Fisika Unesa 2022 (SNF Unesa 2022) Penerbitan IOP
Jurnal Fisika: Seri Konferensi 2392 (2022) 012010 doi:10.1088/1742-6596/2392/1/012010

2.1 Populasi Penelitian Populasi


penelitian ini adalah siswa kelas III SDN Semboro 04 Kabupaten Jember.
Jumlah siswa adalah 58 siswa. Kelas kontrol terdiri dari 28 siswa yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 14 siswa
perempuan. Pada kelas eksperimen terdapat 28 siswa yang terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Data
dikumpulkan dari Agustus hingga Desember 2021.

2.2 Pengamatan
Pengamatan adalah pengumpulan data atau informasi yang harus dilakukan dengan melakukan upaya pengamatan
secara langsung ke tempat yang akan diselidiki. Pengamatan dilakukan untuk mengidentifikasi masalah yang ada pada
suatu populasi. Kegiatan observasi dapat berupa pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa selama proses
pembelajaran berlangsung. Melalui observasi tersebut dapat diketahui bahwa siswa kelas IIIA dan IIIB kurang mampu
memahami materi yang berkaitan dengan tata surya.

2.3 Tes
Tes ini digunakan untuk memperoleh data kemampuan berpikir kritis siswa kelas IIIA sebagai kelas kontrol dan kelas IIIB
sebagai kelas eksperimen, baik dengan menggunakan media pembelajaran ARLOOPA maupun dengan menggunakan
metode ceramah. Tes tersebut adalah tes, pre-test, dan post-test.

2.4 Data Instrumen


Pemberian tugas dan lembar observasi digunakan sebagai instrumen dalam penelitian ini. Kelas kontrol dan kelas
eksperimen diberi pre-test, dan post-test terdiri dari 12 soal.
Lembar pemikiran komputasi siswa menggunakan skala Likert. Sangat Baik (skor 5), Baik (skor 4), Sedang (skor 3),
Cukup (skor 2), dan Kurang (skor 1).

2.5 Tugas
Manusia telah melihat ke langit ribuan tahun yang lalu. Pengamatan awal terekam terkait perubahan posisi planet dan
perkembangan gagasan terkait tata surya. Untuk menggambarkan jarak dalam tata surya yang mudah digunakan satuan
astronomi (au), berarti jarak Matahari ke Planet Bumi. 1 au = 1,49597870 × 1011 m. Berdasarkan pengamatan dan
kepercayaan. Saat ini, manusia juga mengetahui bahwa benda-benda di tata surya mengorbit Matahari. Selain Matahari
pada zaman dahulu, benda-benda yang bergerak relatif terhadap bintang adalah Merkurius, Venus, Mars, Jupiter, dan
Saturnus. Gravitasi matahari berpengaruh pada benda-benda di tata surya untuk bergerak, sebagaimana gravitasi bumi
mempengaruhi pergerakan bulan yang mengorbitnya. Johannes Kepler adalah seorang matematikawan pada tahun 1600-
an di Jerman. Ia mulai mempelajari orbit planet dan ia menemukan bahwa orbit planet tidak berbentuk lingkaran,
melainkan Oval atau elips. Catatan lebih lanjut menunjukkan bahwa letak matahari tidak berada di pusat orbit, tetapi
sedikit bergeser. Kepler juga menemukan planet bergerak dengan kecepatan berbeda dalam orbitnya mengelilingi
matahari. Untuk mengatur gerak benda-benda tata surya, itulah yang disebut dengan gaya gravitasi. Dengan orbit elips
semua orbit planet mengelilingi Matahari.

4
Machine Translated by Google

Seminar Nasional Fisika Unesa 2022 (SNF Unesa 2022) Penerbitan IOP
Jurnal Fisika: Seri Konferensi 2392 (2022) 012010 doi:10.1088/1742-6596/2392/1/012010

Gambar 2. Orbit planet mengelilingi matahari

Hukum Kepler tentang gerak planet adalah hukum ketiga untuk menggambarkan gerak planet-planet
di tata surya. Kami menunjukkan sudut antara vektor radius r dan e dengan f. Sudut f disebut anomali
sebenarnya. Menggunakan sifat produk skalar, kita mendapatkan:
. = cos (1)

Tetapi produk r · e juga dapat dievaluasi menggunakan


2
definisi e:
. = ÿ

(2)
Menyamakan dua ekspresi r · e kita dapatkan 2

= (3)
1+

Kami menemukan bahwa r mencapai minimum ketika = 0, i. e. searah vektor e. Jadi, e memang
menunjuk ke arah perihelion. Dimulai dengan hukum Newton, kami berhasil membuktikan hukum pertama
Kepler: "Orbit planet adalah elips, salah satu fokusnya ada di Matahari". Hukum Pertama Kepler tentang
gerak planet menjelaskan bahwa semua planet bergerak mengelilingi matahari dalam orbit elips dengan
matahari sebagai salah satu fokus elips. Vektor tegak lurus terhadap bidang orbit. Besarnya k adalah
= 2 (4)
Ini jelas merupakan turunan waktu dari beberapa area, jadi mari kita sebut saja ÿA. Dalam hal jarak r
dan anomali sejati f, kecepatan permukaan adalah
1 2
=
2
1
= (5)
2
Karena k konstan, demikian juga permukaannya. Hukum Kedua Kepler: "Vektor jari-jari planet menyapu luas
yang sama dalam waktu yang sama". Hukum Kedua Kepler menjelaskan bahwa vektor jari-jari yang menghubungkan
planet mana pun dengan matahari menyapu luas yang sama dalam waktu yang sama. Karena jarak Matahari ke
planet bervariasi, kecepatan orbitnya juga pasti bervariasi. Dari hukum kedua Kepler dapat disimpulkan bahwa
planet harus bergerak paling cepat saat berada paling dekat dengan Matahari (dekat perihelion). Gerak paling
lambat saat planet terjauh dari Matahari di aphelion.
1
=
2
1
=
ÿ 2ÿ 0
2
= 2ÿ1 ÿ 2ÿ1
2
1
ÿ=ÿ( =
2
1 + 22 ) (1ÿ )

5
Machine Translated by Google

Seminar Nasional Fisika Unesa 2022 (SNF Unesa 2022) Penerbitan IOP
Jurnal Fisika: Seri Konferensi 2392 (2022) 012010 doi:10.1088/1742-6596/2392/1/012010

2 = 4 2 3
(6)
( 1+ 2 )

Hukum Ketiga Kepler berasal dari hukum newton "Rasio kubus sumbu semimajor dari orbit dua
planet sama dengan rasio kuadrat dari periode orbitnya." La Ketiga Kepler menjelaskan bahwa kuadrat
periode sidereal (P) planet-planet berbanding lurus dengan pangkat tiga jarak rata-ratanya (d) dari
matahari. Persamaan Hukum Kepler dapat diuraikan di bawah ini, Diawali dengan Hukum Newton = .
(F) adalah gaya (m) adalah massa, dan. (a) adalah percepatan

= 2
2
= . =
2
= .
2
2
= .
2 =
= 2

2 =

2 =
3
2
=
() 3
2
2 = () 3

2 ~ 3
(7)

Tata surya adalah suatu pengaturan. Hal-hal lain terdiri dari Matahari sebagai pusat matahari
sistem, planet, komet, meteoroid, dan asteroid di sekitar matahari.

Tabel 2. Kecepatan orbit rata-rata planet di tata surya


Kecepatan Orbital Rata-Rata Planet (km/s)
Merkurius 48 35 Venus 30

Bumi
Mars 24
Jupiter 13
Saturnus 9,7
Uranus 6,8
Neptunus 5.4

Tabel 2 menunjukkan bahwa planet yang dekat dengan Matahari bergerak lebih cepat daripada planet yang jauh dari matahari.
Bidang sirkulasi planet dalam lingkaran matahari disebut bidang, dan bidang dalam bumi yang
mengelilingi Matahari disebut bidang ekliptika. Tata Surya terdiri dari Matahari, Planet Dalam, Planet
Luar, Komet, Meteoroid, dan Asteroid. Matahari memiliki definisi sebagai bintang yang berbentuk bola
gas. Panas dan luminositas yang merupakan pusat tata surya. Energi dan panas matahari membuat
kehidupan di Bumi karena tanpa itu tidak akan ada kehidupan di Bumi.
Planet memiliki definisi benda langit yang tidak dapat memancarkan cahayanya sendiri. Cahaya planetnya
hanya memantulkan cahaya yang diterima dari bintang-bintang. Planet dalam disebut juga planet terestrial.
Planet terestrial adalah planet yang dekat dengan Matahari, kecil, memiliki sedikit satelit atau tidak sama sekali, berbatu, terestrial,

6
Machine Translated by Google

Seminar Nasional Fisika Unesa 2022 (SNF Unesa 2022) Penerbitan IOP
Jurnal Fisika: Seri Konferensi 2392 (2022) 012010 doi:10.1088/1742-6596/2392/1/012010

sebagian terdiri dari mineral tahan api, seperti silikat yang membentuk kerak dan mantelnya, dan logam
seperti besi dan nikel membentuk titiknya. Selain itu, planet bagian dalam juga memiliki atmosfer yang cukup
besar untuk menghasilkan cuaca, kawah, dan fitur permukaan tektonik seperti lembah retakan dan gunung berapi.
Planet dalam terdiri dari Merkurius, Venus, Bumi, dan Mars.

Gambar 3. Planet dalam (Merkurius, Venus, Bumi, dan Mars)

Planet luar disebut juga planet Jovian. Planet Jovian adalah planet yang letaknya jauh dari Matahari,
memiliki banyak satelit, dan sebagian terbuat dari bahan ringan. Seperti hidrogen, helium, metana, dan
amonia. Planet dalam dan luar dipisahkan oleh sabuk asteroid. Planet luar terdiri dari Jupiter, Saturnus,
Uranus, dan Neptunus [19].

Gambar 4. Planet luar

3. Hasil dan Pembahasan


Terdapat beberapa hasil yang ditemukan dalam penelitian yang dilakukan di sekolah dasar ini, yaitu Sekolah
Dasar Semboro 04. Setelah melakukan penelitian tersebut, diketahui bahwa penggunaan media pembelajaran
Augmented Reality (AR) layak digunakan di kelas. proses belajar mengajar khususnya dalam penyampaian
materi yang berkaitan dengan tata surya. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya tingkat pemahaman siswa
mengenai materi tata surya. Selain itu, penggunaan media pembelajaran augmented reality (AR) berbantuan
arloopa dapat meningkatkan rasa ingin tahu siswa untuk meningkat.

7
Machine Translated by Google

Seminar Nasional Fisika Unesa 2022 (SNF Unesa 2022) Penerbitan IOP
Jurnal Fisika: Seri Konferensi 2392 (2022) 012010 doi:10.1088/1742-6596/2392/1/012010

kemampuan berpikir kritis siswa dengan ditunjukkan keaktifannya dalam mengajukan pertanyaan pada materi.
Hal ini memberikan bukti bahwa aplikasi arloopa efektif digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
Data nilai pretest dan posttest siswa pada aplikasi media pembelajaran Augmented Reality dianalisis
menggunakan independent sample t-test pada SPSS. Hasil perbandingan nilai pretest kelas kontrol dan
eksperimen berdistribusi normal menunjukkan bahwa kelas tersebut homogen.
Uji homogenitas digunakan untuk menguji apakah suatu model data homogen atau tidak. Jika datanya
homogen, maka data penelitian dapat dilakukan pada tahap selanjutnya, sedangkan jika datanya tidak
homogen, perlu dilakukan koreksi metodologis. Langkah selanjutnya adalah melakukan analisis dengan
menggunakan perangkat lunak statistik (SPSS). Pada Tabel 3 terlihat bahwa hasil nilai pre test siswa
menunjukkan nilai yang signifikan baik pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen.

Tabel 3. Pretest dan Nilai Rata-Rata Kelas Kontrol dan Statistik Kelompok
Eksperimen
Skor Kelas N Berarti Std. Standar Deviasi Kesalahan Rata-rata 28
Kontrol 12,3268446.6071
28 11,20988 2,32955
Percobaan 48.5714 2,11847

Dari data tersebut dapat diketahui nilai signifikansi dalam penelitian ini sebesar 39,5% atau 0,395.
Nilai signifikan memberikan informasi kunci yang diperlukan untuk dianalisis dan menyimpulkan dari hasil
data. Nilai rata-rata pretest yang diperoleh untuk kelas kontrol adalah 46,60 dengan standar deviasi 12,32
sedangkan nilai rata-rata pretest kelas eksperimen adalah 48,57 dengan standar deviasi 11,20. Dari data
tersebut dapat dilihat bahwa terdapat kesamaan nilai pada nilai rata-rata pretest dan tidak terdapat signifikansi
antara kelas kontrol dan eksperimen pada standar deviasi.

Tabel 4. Perbandingan NS hasil pretes dan nilai rata-rata kelas kontrol dan kelas eksperimen

Independent Samples Test


Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means F Sig.
T df Sig (2- Means Std, Error tailed) 95% Keyakinan
Perbedaan Perbedaan Interval dari
Perbedaan
Lebih Atas
Skor Varian yang .734 .395 -.624 54 .535 -1,96429 3.14877 rendah -8,27718 4,34861
sama
diasumsikan
Varian .000 53.520 .535 -1,96429 3.14877 -8,27848 4,34991
yang sama
tidak diasumsikan

Dari Tabel 4 dapat diketahui bahwa hasil pretest pada kelas kontrol dan eksperimen dianalisis dengan
menggunakan software SPSS. Berdasarkan hasil uji t menunjukkan nilai signifikansi (2-tailed) sebesar 1.000
dengan kriteria nilai signifikansi 0,05. Karena kriteria homogenitas, nilai sig (2-tailed) lebih besar dari nilai
signifikan, maka dapat disimpulkan bahwa data antara kelas kontrol dan eksperimen bersifat homogen.

Kumpulan hasil posttest kedua kelas juga dianalisis dengan menggunakan software SPSS.
Perbandingan hasil posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat pada Tabel 5.
Nilai rata-rata kelas kontrol 72,3214 dengan standar deviasi 10,45291 sedangkan nilai rata-rata kelas
eksperimen 90,1429 dengan standar deviasi 6,89452. Data pada Tabel 6, nilai t pada skor Levene's Test
sebesar 0,009 dengan p-value < 0,005 menunjukkan bahwa terdapat nilai yang signifikan antara kedua kelas.

8
Machine Translated by Google

Seminar Nasional Fisika Unesa 2022 (SNF Unesa 2022) Penerbitan IOP
Jurnal Fisika: Seri Konferensi 2392 (2022) 012010 doi:10.1088/1742-6596/2392/1/012010

Tabel 5. Tabel tersebut menampilkan hasil postes dan nilai rata-rata kelas kontrol dan kelas
eksperimen
Statistik Grup
Skor Kelas N Berarti St. Deviasi St. Maksud Kesalahan
Kontrol 28 72.3214 10.45291 1,97541
Percobaan 28 90.1429 6.89451 1.30294

Tabel 6. Perbandingan hasil postes dan nilai rata-rata kelas kontrol dan kelas eksperimen

Uji Sampel Independen

Uji Levene untuk Kesetaraan Varians uji-t untuk Kesetaraan Sarana

95% Keyakinan
Ucapkan Cara Std, Kesalahan
F Mengatakan.
T df Interval dari
(2- berekor) Perbedaan Perbedaan
Perbedaan

Lebih rendah Atas


Varian
yang sama 7.412 .009 -7.531 54 .000 -17.82143 2.36641 -22.56580 -13.07705
diasumsikan

Skor Varian
yang sama
-7.531 46.754 .000 -17.82143 2.36641 -22.58270 13.06016
tidak
diasumsikan

Data pada Tabel 5 dan 6 juga menyajikan hasil independent sample t-test yang menunjukkan
nilai signifikan 0,000 (p 0,05). Dari hasil analisis data dengan menggunakan SPSS dapat disimpulkan
bahwa kedua kelas memiliki perbedaan hasil tes kemampuan berpikir kritis setelah diberikan
perlakuan penerapan media pembelajaran Augmented Reality pada proses pembelajaran materi tata surya.
Aktivitas siswa pada kelas eksperimen diamati oleh tiga orang observer dengan skala aktivitas siswa
Likert yang dibagi menjadi lima kategori, yaitu sangat baik (skor 5), baik (skor 4), sedang (skor 3),
cukup (skor 2), dan kurang baik. (skor 1). Hasil aktivitas siswa pada kelas kontrol dijelaskan pada
Gambar 3, dan hasil pada kelas eksperimen ditunjukkan pada Gambar 5.

14
12
10
8
6
4
2
0
Penafsiran Analisis Evaluasi Gangguan Penjelasan Pengaturan diri

Sangat Baik Baik Sedang Cukup Buruk

Gambar 5. Hasil aktivitas siswa tentang berpikir kritis di kelas kontrol

9
Machine Translated by Google

Seminar Nasional Fisika Unesa 2022 (SNF Unesa 2022) Penerbitan IOP
Jurnal Fisika: Seri Konferensi 2392 (2022) 012010 doi:10.1088/1742-6596/2392/1/012010

16

14

12

10

0
Penafsiran Analisis Evaluasi Gangguan Penjelasan Regulasi diri

Sangat Baik Baik Sedang Cukup Buruk

Gambar 6. Hasil aktivitas siswa tentang berpikir kritis di kelas eksperimen

Berdasarkan data pada Gambar 5 dan Gambar 6, dengan menggunakan skala Likert yang telah ditentukan sebelumnya,
kita dapat menghitung skor rata-rata aktivitas siswa untuk setiap kelas. Kita jadikan per indikator berpikir kritis untuk melihat
bagian mana yang dikuasai siswa dan bagian mana yang kurang dikuasai.
Teknik bagi siswa untuk berpikir kritis dan kreatif dalam menanggapi masalah dengan menggunakan informasi yang
diberikan dengan HOT. Selain itu, siswa harus dituntut untuk belajar akting dalam proses pembelajaran. Hot skills yang
dimiliki siswa dapat dilihat dari hasil belajarnya. Nilai rata-rata hasil belajar siswa digunakan untuk mengetahui peningkatan
hasil belajar dengan menggunakan media pembelajaran augmented reality [18].

Variasi dari Virtual Environments (VE), atau Virtual Reality, adalah definisi dari Augmented Reality (AR). Dalam teknologi
industri, VE benar-benar membenamkan pengguna di dalam lingkungan sintetis. Dalam media pembelajaran ini seorang
pengguna tidak dapat melihat dunia nyata di sekitarnya. Dalam Augmented Reality, pengguna dapat melihat dunia nyata
dari objek virtual, dengan objek virtual yang ditumpangkan atau digabungkan dengan dunia nyata. Augmented Reality (AR)
melengkapi realitas dengan objek virtual yang ditumpangkan atau digabungkan dengan dunia nyata. Oleh karena itu, AR
melengkapi realitas daripada menggantinya sepenuhnya. Idealnya, pengguna akan terlihat bahwa objek virtual dan nyata
hidup berdampingan di ruang yang sama [20].

Augmented Reality (AR) merupakan gabungan antara dunia maya dan dunia nyata yang dibuat oleh komputer [3].
Secara umum augmented reality merupakan gabungan antara benda maya dengan benda nyata untuk dapat berinteraksi
secara real time dalam bentuk tampilan 3D [14]. Kelebihan augmented reality adalah sebagai berikut: 1) Lebih interaktif, 2)
Efektif digunakan, 3) Dapat diimplementasikan secara luas di berbagai media, 4) Pemodelan objek sederhana, karena hanya
menampilkan beberapa objek, 5) Pembuatan yang tidak terlalu mahal, 6) Mudah dioperasikan [21].

Augmented Reality (AR) memungkinkan pengguna untuk melihat dunia nyata dan dunia maya secara bersamaan.
Salah satu perusahaan pengembangan AR saat ini adalah ARLOOPA inc. Perusahaan membuat aplikasi bernama
ARLOOPA yang dapat digunakan pada perangkat lunak Android dan iOS [22]. Aplikasi ini dapat memudahkan siswa dalam
mengembangkan keterampilan dan melakukan pengamatan serta dapat meningkatkan rasa ingin tahu siswa karena tidak
hanya dengan verbalisme tetapi juga dimunculkan secara visual sehingga siswa dapat dengan mudah memahaminya.

Kegiatan pengumpulan data dilakukan antara minggu pertama sampai dengan minggu keempat bulan Oktober 2021.
Responden dalam penelitian ini terdiri dari siswa yang tersebar di suatu lokasi yaitu SD Semboro 04. Media pembelajaran
yang digunakan adalah Augmented Reality (AR), dengan aplikasi yang digunakan di

10
Machine Translated by Google

Seminar Nasional Fisika Unesa 2022 (SNF Unesa 2022) Penerbitan IOP
Jurnal Fisika: Seri Konferensi 2392 (2022) 012010 doi:10.1088/1742-6596/2392/1/012010

bentuk ARLOOPA, yang merupakan platform intuitif yang dirancang untuk dapat merasakan media augmented reality dengan mudah
untuk pengiriman materi tata surya. Berikut tampilan materi tata surya pada aplikasi ARLOOPA.

Dalam pelaksanaan pembelajaran, peneliti menggunakan metode penelitian eksperimen semu (eksperimen semu). Penelitian
eksperimen semu adalah penelitian yang menggunakan semua subjek dalam kelompok belajar (intact group) untuk diberi perlakuan
(treatment) bukan menggunakan subjek yang diambil secara acak. Permasalahan yang berkaitan dengan validitas eksperimen, baik
validitas internal maupun eksternal, dapat muncul karena tidak adanya pengacakan dalam menentukan subjek penelitian. Untuk
menghindari masalah ini, peneliti menggunakan desain eksperimen murni, Pre-test-Post-test Control Design. Langkah-langkah
pembelajaran yang dilakukan dalam penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 7.

Tabel 7. Langkah-langkah
TIDAK Pembelajaran yang
1. Digunakan Learning Steps Siswa mengikuti tes pre-test untuk mengetahui pemahaman siswa,
baik pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen
2. Setelah pre-test, siswa mendengarkan penjelasan guru tentang materi tata surya dengan metode ceramah menggunakan media
PowerPoint (PPT) pada kelas kontrol dan menggunakan media pembelajaran ARLOOPA pada kelas eksperimen.

3. Siswa melakukan observasi dengan menggunakan media pembelajaran ARLOOPA pada kelas eksperimen.
4. Siswa melakukan post test tertulis untuk mengetahui hasil belajar siswa dan kemampuan komunikasi berpikir kritis siswa.

Dalam pembelajaran keterampilan berpikir kritis merupakan kemampuan yang harus dimiliki dan dikuasai siswa karena bertujuan
agar setiap siswa dapat melakukan pengambilan keputusan dan pemecahan masalah (kesimpulan) dari berbagai aspek dan sudut
pandang. Selain itu, kemampuan berpikir kritis juga merupakan modal intelektual penting yang dimiliki siswa ketika menghadapi
masalah dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini mengevaluasi kemampuan berpikir kritis siswa dengan menggunakan media
pembelajaran ARLOOPA.
Berdasarkan uji-t dapat diketahui bahwa pada nilai pretes kedua kelas tidak terdapat perbedaan yang signifikan atau homogen.
Setelah diberikan perlakuan media pembelajaran augmented reality pada materi tata surya, nilai posttest kedua kelas mengalami
perbedaan yang signifikan dengan nilai Sig.2-Tailed sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis kelas
eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Berdasarkan enam indikator berpikir kritis yaitu interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi,
eksplanasi, dan pengaturan diri, dilakukan penilaian untuk melihat aktivitas siswa. Pada indikator interpretasi, 12 anak mendapatkan
nilai maksimal 5 pada kelas eksperimen. Dari data tersebut terlihat bahwa siswa pada kelas eksperimen sudah dapat memilih informasi
yang dibutuhkan dengan baik. Pada indikator analisis, 10 anak mendapatkan skor maksimal 5.

Dari hal tersebut siswa dapat dikatakan bahwa siswa pada kelas eksperimen sudah dapat menganalisis pluto dan planet kerdil,
meskipun masih ada 3 siswa yang mengalami kesulitan dan nilai yang rendah.
Sama halnya dengan indikator inferensi, jumlah pemenang skor kegiatan kelas eksperimen maksimal 5 masih lebih banyak
dibandingkan dengan kelas kontrol yaitu sebanyak 10. Nilai tersebut menunjukkan bahwa siswa pada kelas eksperimen sudah mampu
menghubungkan antara planet luar dan dalam. Pada indikator penjelasan, 14 anak mendapat nilai maksimal 5 di kelas eksperimen.
Kemudian pada indikator regulasi diri siswa kelas eksperimen cenderung memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol
dengan banyak pemenang skor maksimal 5 sebanyak 9 anak pada kelas eksperimen. Sedangkan pada indikator self-regulation kelas
kontrol memiliki nilai maksimal 5 hanya sebanyak 2 anak.

Jenis keterampilan berpikir yang berorientasi pada berpikir kritis dan berpikir kreatif yang berhubungan dengan keterampilan
berpikir tingkat tinggi adalah berpikir kritis [23]. Keterampilan berpikir kritis memungkinkan siswa untuk memproses informasi

11
Machine Translated by Google

Seminar Nasional Fisika Unesa 2022 (SNF Unesa 2022) Penerbitan IOP
Jurnal Fisika: Seri Konferensi 2392 (2022) 012010 doi:10.1088/1742-6596/2392/1/012010

logis dan mempersiapkan diri untuk belajar [14]. Selain itu, Supeno [24] mengungkapkan bahwa berpikir kritis
dapat melatih siswa berpikir logis dan tidak mudah menerima informasi secara langsung. Siswa yang memiliki
keterampilan berpikir kritis dapat menentukan informasi yang penting, relevan, dan bermanfaat. Menjelaskan
bahwa berpikir kritis adalah proses yang bertujuan dan jelas. Keterampilan itu digunakan dalam aktivitas
mental seperti membuat keputusan, memecahkan masalah, menganalisis asumsi, membujuk, dan melakukan
penelitian ilmiah [25]. Indikator kemampuan berpikir kritis yang dikemukakan oleh Facione [26] adalah
interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi, eksplanasi, dan pengaturan diri.

Tabel 8. Indikator Subindikator Kemampuan


Indikator berpikir Definisi Berpikir Kritis
kritis
Penafsiran Kemampuan untuk memahami dan A. Grup b.
menginterpretasikan makna dari suatu masalah Memberi arti c. Arti
yang jelas a.
Analisis Kemampuan untuk menyelidiki atau Menguji gagasan
mengidentifikasi hubungan antara b. Mengenali argumen c.
pernyataan, fakta data, dan konsep serta Kenali alasannya d.
dapat menyimpulkannya Mengenali pertanyaan a.
Evaluasi Kemampuan untuk menilai kredibilitas Menilai kualitas pertanyaan b. Menilai
suatu pernyataan atau representasi dan kualitas argumen yang dibuat dengan pertimbangan
mengakses hubungan pernyataan, data, deduktif induktif Dan
fakta, konsep, atau bentuk lainnya
C. Membuat dan menentukan hasil dari
pertimbangan
Kesimpulan Kemampuan untuk memperoleh dan a. Menyatakan bukti
mengidentifikasi konsep-konsep atau unsur-unsur b. Menarik kesimpulan
dalam menarik kesimpulan

Penjelasan Kemampuan memberikan argumentasi dan A. Nyatakan


menetapkannya secara logis berdasarkan hasilnyab. Mendukung
data atau fakta yang diperoleh prosedur c. Menyampaikan
Self-Regulation Kemampuan memonitor diri sendiri dalam argumen a.
menerapkan, menganalisis, dan Pemantauan diri b. Perbaikan diri
mengevaluasi hasil pemikiran sebelumnya
dalam memecahkan suatu masalah

4. Kesimpulan
Berdasarkan empat rumusan masalah yang ingin dijawab oleh peneliti dari penelitian ini dan analisis data
penelitian, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1) penggunaan media pembelajaran Augmented Reality
(AR) layak digunakan dalam pembelajaran dan pembelajaran. proses pembelajaran khususnya dalam
penyampaian materi yang berkaitan dengan tata surya, 2) beberapa kendala dalam penggunaan media
pembelajaran augmented reality (AR) yaitu kurangnya pemahaman siswa tentang Augmented Reality (AR),
sehingga siswa merasa kesulitan dalam menggunakannya, 3) aplikasi ARLOOPA efektif digunakan sebagai
media penyampaian materi khususnya tata surya karena siswa dapat melihat materi secara nyata, 4) dengan
aplikasi ARLOOPA dapat meningkatkan rasa ingin tahu siswa untuk meningkatkan berpikir kritis siswa
keterampilan dengan menunjukkan keaktifan mereka dalam mengajukan pertanyaan dalam materi.

Ucapan Terima
Kasih Kami mengucapkan terima kasih kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Ristek yang
telah mendanai penelitian kami dalam Program Talenta Inovasi tahun 2021 dan Kelompok Riset ESSE (Earth
Space and Science Education) di Kementerian Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan
Pendidikan Guru, Universitas Jember, Indonesia.

12
Machine Translated by Google

Seminar Nasional Fisika Unesa 2022 (SNF Unesa 2022) Penerbitan IOP
Jurnal Fisika: Seri Konferensi 2392 (2022) 012010 doi:10.1088/1742-6596/2392/1/012010

References
[1] Kurniawan D T, Tresnawati N, and Maryanti S 2018 J. Ilm. Ilmu Pendidik. Dasar 1 62.
[2] Siyoto S and Sodik M A 2015 Dasar Metodologi Penelitian (Yogyakarta: Media Publishing
Literasi).
[3] Panjaitan S 2017 PRIMARY J. Pendidik. Guru Sekol. Dasar 6 251.
[4] Prasanti D 2018 J. Lontar 6 15.
[5] Amarila R S, Habibah N A, and Widiyatmoko A 2014 Unnes Sci. Educ. J. 3 563.
[6] Muakhirin B 2014 J.Pdt Guru 18 51.
[7] Malawi I and Kadarwati A 2015 Pembelajaran Tematik (Konsep dan Aplikasi) (Magetan: CV.
Grafik Media AE).
[8] Sari IM, Ahmad SF, dan Amsor 2019 J.Teach. Mempelajari. Fisika. 4 2.
[9] Rahayu P, Mulyani S, and Miswadi S S 2012 J. Pendidik. IPA Indones. 1 63.
[10] Kusuma S D Y 2018 J. Inform. Univ. Pamulang 3 33.
[11] Muharram RM 2019 J. Publ. Memberitahukan. Eng. Res. 3 79.
[12] Asmiatun S, Wakhidah N, and Putri A N 2020 Penerapan teknologi Augmented reality dan GPS tracking untuk
deteksi jalan rusak (Yogyakarta: Depublish).
[13] Andriyani, Buliali J L, and Pramudya Y 2020 Pembelajaran Matematika-Sains Bagi Anak Tuna
Rungu (Yogyakarta: CV Bintang Surya Madani).
[14] Magdalena I 2021 Co-Writing tentang Media Pembelajaran SD (Sukabumi: CV Trace).
[15] Ningrum K D, Utomo E, Marini A, and Setiawan B 2022 J. Basicedu 6 1297.
[16] Paramitha G P, Sriyanti I, Ariska M, and Marlina L 2021 J. Inov. Pembelajaran Fis. 8 52.
[17] Saputra O 2018 J. Filsafat Indones. 1 71.
[18] Ridlo Z R, Dafik, Prihandini R M, Nugroho C I W, and Alfarisi R 2018 J. Phys. Conf. Ser. 1211
012049.
[19] Widodo W, Rachmadiarti F, and Hidayati S N 2016 Ilmu Pengetahuan Alam SMP/ MTs Kelas VII: buku guru
(Jakarta: Ministry of Education and Culture).
[20] Azuma RT 1997 Teleoperator Lingkungan Virtual. 6 355.
[21] Mustaqim I and Nanang K 2017 J. Edukasi Elektro 1 36.
[22] Sari N E, Oktapia R, Marliana I, and Hardiyanto A 2019 Pros. SEMNASFIP (Tangerang:
Universitas Muhammadiyah Jakarta).
[23] Ridlo ZR, Dafik, dan Nugroho CIW 2019 J. Phys. Konf. Pak. 1563 012034.
[24] Supeno S, Bektiarno S, and Munawaroh A 2018 Pros. Semin. Nas. Fis. (Surabaya: Universitas
Negeri Surabaya).
[25] Yuni R, Murhayati S, and Murniati A 2021 Kutubkhanah J. Penelit. Sos. Keagamaan 21 65.
[26] Pemikiran Kritis Facione PA 2015 : Apa itu dan Mengapa Itu Penting (California: Insight
Penilaian).

13

Anda mungkin juga menyukai