Anda di halaman 1dari 24

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN PROJECT BASED

LEARNING (PJBL) BERBANTUAN APLIKASI GEOGEBRA


TERHADAP KEMAMPUAN SPASIAL PADA
MATERI BANGUN RUANG 3D

PROPOSAL
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapat
Gelar Sarjana Pendidikan

OLEH:
HOTTHO BR SIMANJUNTAK
NIM 19051030

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS ASAHAN

2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikanamerupakan proses sosial yang membentuk manusiaayang baik
pendidikannmemegang peranannpenting untuknkemajuan dannperkembangan
kualitasasuatu bangsabkarena denganlpendidikan manusiaadapat memaksimalkan
kemampuanadan potensiadirinya, baiklsebagai pribadilmaupun kelompok.
Banyak halmyang dilakukanmdalam perbaikanmpendidikan
diantaranyamperubahan kurikulum, perbaikanlmutu danlkualitas guruldan siswa,
peningkatanlalokasi dana untuklpendidikan sertalpeningkatan saranaldan
prasarana yangnmenunjang Krismiyati, (2017). Dalam penyelenggaraan
pendidikan di sekolah ada berbagai bidang studi yang di ajarkan, salah satunya
bidang studilmatematika.
Matematikanmerupakan salahnsatu pelajarannyang diajarkanndisemua
jenjangnpendidikan mulaindari tingkatnSekolah Dasar (SD)nhingganperguruan
tinggi (PT). Susanto (2019) mengemukakanlBidang studilmatematika merupakan
bidanglstudi yanglberguna danlmembantu dalamlmenyelesaikan berbagailmasalah
dalamlkehidupan sehari-harilyang berhubunganldengan hitunglmenghitung atau
angka-angkaadalam berbagaimmacam masalah, yangpmemerlukan suatu
keterampilanndan kemampuanpuntuk memecahkannya. Namun, faktanya
berdasarkan sebuah hasil penelitian PenilaiannSiswa Internasionalnatau
Programmelfor InternationallStudent Assessmentl(PISA) pada tahun 2018lyang
diumumkanloleh ThelOrganisation forlEconomic Cooperationland Development
(OECD) bahwa kemampuanlmatematika di Indonesialberada dilperingkat ke-74
daril79 negara (Kopertis, 2013). Hasillsurvei tersebutlmenunjukkan bahwa di
Indonesia pelaksanaan pembelajaran matematika belum optimal dan kurang
efektif. Penyebab terjadinya hal tersebut adalah kurangltepatnya dalamlmemilih
metode/modellbelajar dan penerapanlyang dilakukan biasanya sangat monoton
dan membosankan sehingga, minat belajar siswa berkurang, siswa kurang aktif
selama proses pembelajaran dan kurang memahami hal-hal yang penting dari
materi yang disajikan.
Hasil;survei TIMSSl(The Trends in International Mathematics and
Sience Study)nmenyatakan bahwanlebih dari 95%nsiswa dinIndonesia hanya
mampulmenjawab soallpada tingkatlmenengah saja. Hallini selaras denganlhasil
wawancaraldan observasilyang peneliti lakukan di SMK N 5 Tanjungbalai,
dimana siswaltidak dapat memahamilsoal, tidakldapat menjawab soal dengan
benar, dan kemampuan spasial siswanya yang masihlrendah. Berikutladalah salah
satulhasil penyelesaianlsoal dengan materi bangun ruang yang telah dikerjakan
oleh siswa kelas X TITL SMK N 5 Tanjungbalai.

Gambar 1.1 Hasil Tes Kemampuan Spasial Matematis


Berdasarkan jawaban soal dari salah satu siswa kelas X TITL SMK N 5
Tanjung Balai sudah bagus, namun berdasarkan indikator kemampuan Spasial
Matematis siswa ada beberapa indikator yang belum tercapai. Sehingga masih ada
jawaban yang kurang dalam penyelesain soalltersebut dikarenakan siswalbelum
memahamilmateri tersebut, yanglmengakibatkan siswa ke bingunggan . Maka dari
itu yangadapat digunakanauntuk mengatasimpermasalahan diatasmadalah
penggunaanldan pemilihanlmodel pembelajaranlyang menarikldan dapatlmemicu
siswaluntuk ikutlsecara aktifldalam kegiatanlpembelajaran. Modellpembelajaran
yangldapat mengatasilpermasalahan tersebutladalah modellpembelajaran Project
Based Learning.
Modellpembelajaran ProjectnBased Learningn(PJBL) yang merupakan
sebuah modellpembelajaran yang inovatif, yanglmenekankan belajarlkontekstual
melaluilkegiatan-kegiatan yanglkompleks. Melaluilpembelajaran berbasislproyek,
pebelajarlakan bekerjandi dalam tim, menemukannketerampilan merencanakan,
mengorganisasi, bernegosiasi, dan membuatnkonsensus tentanglisu-isu tugaslyang
akanldikerjakan, siapalyang bertanggungjawabluntuk setiapltugas, danlbagaimana
informasimakan dikumpulkanmdan informasimakan dikumpulkanmdan
dipresentasikan secarapilmiah. Alternatif lain yangndapat digunakannuntuk
mengatasilpermasalahan diatasladalah penggunaannmedia pembelajarannyang
dapatlmemicu keberhasilan siswaldalam menjawab sebuah masalah matematika.
Salahlsatu Medialpembelajaran yangldapat digunakan yaitulaplikasi GeoGebra
yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran, sehingga suasana belajar sedikit
berbeda dari pembelajaran sebelumnya.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, penulis menyimpulkan salahlsatu
alternatiflyang dapatlmeningkatkan kemampuanlspasial matematika siswalSMK
yaituldengan menggunakan modelpembelajaran berbeda dari sistem pembelajaran
sebelumnya yaitu dengan model pembelajaran Project Based Learning (PJBL)
yang dibantu dengan media pembelajaran GeoGebra. Dan penulis akan
melakukanlpenelitian denganljudul: “Pengaruh Metode Pembelajaran Project
Based Learning (PJBL) Berbantuan Aplikasi GeoGebra TerhadaplKemampuan
Spasial Pada Materi Bangun Ruang 3D ”.
1.2. IdentifikasilMasalah
Adapunlmasalah yangldapat diidentifikasildari latarlbelakang masalah
adalahlsebagailberikut:
1. Rendahnyalkemampuan spasial siswalkelas X SMK N 5 Tanjungbalai pada
materi bangun ruang 3D.
2. Kurangnyalperanan guruldalam mendukunglpeningkatan kemampuanlspasial
matematisssiswa
3. Siswa belum mampu menyelesaikanlsoal yanglberbeda denganlcontoh soal
yangldiberikan guru.
4. Guru belum menggunakan model Project BasedoLearning Berbantuan
AplikasilGeoGebra Terhadap KemampuanlSpasial MatematislSiswa.
5. Modelopembelajaran matematikaoyang kurangomendorong siswamuntuk
berinteraksilsecara aktif.
1.3. Batasan Masalah
Berdasarkanluraian dilatas, makalbatasan masalah dalam penelitianlini
adalahlModel PembelajaranlProject BasedlLearning (PJBL) dengan berbantuan
aplikasi GeoGebra yang dimanfaatkan untuk pembelajaran dalam
memvisualisasikan gambar pada Kemampuan Spasial matematika siswa dengan
batasan materi bagun ruang Kubus 2022/2023.
1.4. RumusanlMasalah
Berdasarkanllatar belakangldan pembatasan masalahlyang telahldiuraikan
dilatas, adapun rumusanlmasalah dalam penelitianlini adalahlapakah terdapat
pengaruh pada pembelajaran dengan modellProject BasedlLearning (PJBL)
berbantuan GeoGebralterhadap kemampuan Spasial matematis siswa?
1.5. TujuanlPenelitian
Berdasarkanlrumusan masalahldiatas, makalpeneliti dapat mengambil
tujuanldari penelitianlini yaitu : Untuklmengetahui pengaruhlmodel pembelajaran
ProjectaBased Learninga(PJBL) Berbantuan Aplikasi GeoGebra terhadap
KemampuanlSpasial MatematislSiswa padalmateri bagun raung Kubus dilKelas
X SMK N 5 Tanjung Balai 2022/2023.
1.6. Manfaat Penelitian
Tercapainya tujuan penelitian, makaldiharapkan darilpenelitian inildapat
memberikanlmanfaat dari pihaklterkait, diantaranya:
1. Bagi sekolah, dengan dilakukan penelitianini diharapkan dapatlmeningkatkan
mutulpendidikan, khususnya pada matalpelajaran matematikaldi sekolah.
2. Bagi guru, dengan dilakukan penelitianlini diharapkan dapat bermanfaat
sebagai bahan pertimbangan bagi guru untuk menerapkan model
pembelajaran yanglmengembangkan kemampuanlpenalaran matematislsiswa.
3. Bagi siswa, dari hasil penelitianlini dapatlmemberikan kesempatan untuk
siswa agar menunjukkan potensi yang dimiliki siswa.
4. Bagiopeneliti, penelitianoini dapatomenjadi masukan serta menambah
pengalaman danlpengetahuan selama fase belajar matematika.
BAB II
TINJAUANkPUSTAKA
2.1 KerangkalTeoritis
2.1.1Kemampuan Spasial
Kemampuanlberasal darilkata mampulyang berartilkuasa (bisa, sanggup)
melakukanlsesuatu, sedangkanlkemampuan merupakanlkesanggupan, kecakapan,
ataulkekuatan (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Menurutl(Mohammad Zain dan
Milman Yusdi (2019) kemampuanladalah kesanggupan, kekuatan, kecakapanldiri
kitalsendiri dalamlberusaha.
Kemampuan spasial merupakanlbagian darilkemampuan geometrilyang
berhubunganldengan dualdimensi (bangunldatar) dan bangunltiga dimensi
(bangunlruang). Kata spasial menggambarkaniinteraksi seoranglpelajar dalam
ruang, baiklkonkret maupunlvisual. Secaralumum satulkalimat yangnbisa
menggambarkan spasial yaitunsebagai kemampuannuntuk berinteraksimdi
lingkungan spasial dan untuklbekerja dalamlgambar visuall(Malati 2018). Spasial
adalahlsebuah perasaanlintuitif untuklbentuk danlruang. Hallini melibatkan
konsepageometri tradisional, termasukmkemampuan untukmmengenali,
memvisualisasikan,mewakili, danlmengubah bentuk-bentuklgeometris.
Yilmaz (2019) kemampuan spasial merupakanikonsep abstraklyang di
dalamnyalmeliputi hubunganlspasial (kemampuanluntuk mengamatilhubungan
posisilobjek dalamlruang), kerangka;acuan (tandalyang dipakaimsebagai patokan
untuklmenentukan posisilobjek dalamlruang), hubunganlproyektif (kemampuan
untuklmelihat objekldari berbagailsudut pandang), konservasiljarak (kemampuan
untuk mempekirakan jaraklantara dualtitik), representasilspasial (kemampuan
untuk merepesentasikan hubunganlspasial denganlmemanipulasi secaralkognitif),
rotasilmental (membayangkanlperputaran objekldalam ruang).
Yilmazl(2019) berpendapatlbahwa adaptiga faktorlkemampuan spasial,
yaitu SpasialiVisualization, SpasialiOrientation, dan SpeedediRotation.
1) SpasialiVisualization (VisualisasiiSpasial)
Rismai(2020) menyatakanlvisualisasi spasialladalah kemampuanluntuk
memahamilgerakan imajinerldalam ruangltiga dimensilatau kemampuanluntuk
memanipulasilobjek dalamlimajinasi. Sedangkanlmenurut McGeel(dalam Yilmaz,
2019) menyatakanlvisualisasi spasialladalah kemampuanluntuk membayagkan,
memaniipulasi, berputar, memutar, atauimembalik bendaitanpa mengaculpada diri
seseorang.
2) SpatiallOrientation (OrientasilSpasial)
Rismal(2020) menyatakanlorientasi spasialladalah kemampuanlsiswa
untukltetap tidaklbingung akibatlperubahan orientasi, lebihltepatnya saat
konfigurasilspasial terjadi. MenurutlYilmaz (2019), spatial orientationldianggap
sebagailkemampuan seseorangluntuk membayangkanlpenampilan objekldari
perspektiflyang berbeda.
3) Speeded Rotation (Rotasi Percepatan)
Risma, 2020) menyatakan hubungan spasial didefinisikan sebagai
kemampuan mental untuk memutar objek spasial secepat mungkin dengan benar.
Yilmaz, 2019) berpendapat bahwa faktor speeded rotation didefinisikan oleh tes
dimana subjek harus menentukan apakah stimulus yang diberikan adalah versi
perputaran dari bidang dua dimensi atau versi perputaran dan pencerminan dari
bidang dua dimensi.
Berdasarkan ibeberapa ipendapat idi iatas itentang ipengertian
ikemampuan ispasial, idapat iditarik ikesimpulan ibahwa ikemampuan ispasial
iadalah ikapasitas iseseorang idalam imemahami, imemanipulasi, imerotasi,
imenghubungkan, idan imenafsirkan isuatu iobjek iatau igambar iyang iada idi
idalam ipikiran idan imampu imenyatakannya isecara inyata.
iPenelitimenggunakan ikesimpulan itersebut iyang iselanjutnya idigunakan iuntuk
imenyusun iindikator ikemampuan ispasial imatematis isiswa iyang iakan
idikembangkan idalam iinstrument. iIndikator ikemampuan ispasial imatematis
iyang iakan idikembangan iadalah isebagai iberikut:
2.1.2 Model iPembelajaran iProject iBased iLearning
Giilbahar i& iTinmaz, i(2019) imenyatakan ibahwa iProject iBased
iLearning iadalah isuatu imodel iyang idapat imengorganisir iproyek-proyek.
iProject iBased iLearning imemberi peluang ipada isistem ipembelajaran iyang
iberpusat ipada imahasiswa, ilebih ikolaboratif, imahasiswa iterlibat isecara iaktif
imenyelesaikan iproyek-proyek isecara imandiri idan ibekerja isama idalam itim
idan imengintegrasikan imasalah-masalah iyang inyata idan ipraktis. iModel
iProject iBased iLearning imerupakan ipembelajaran iberbasis iproyek iyang
imerupakan imodel ipembelajaran iinovatif iyang imenitik iberatkan ipada ibelajar
ikontekstual imelalui ikegiatan-kegiatan iyang ikompleks iMahendra (2017).
Menurut Trianto (2019) pembelajaran menggunakan metodelProject
Based Learning merupakanlteknik yanglmemberikan inovasimdalam seni
pengajaran. Peranlguru dalamlmetode inilsebagai vasilitator yanglmemberikan
fasilitaslterhadaplsiswa ketika mengajukan pertanyaan mengenai teori serta
memberikan motivasi terhadap siswa supaya aktif. Menurut Nanang
Pengembangan Model Project Based Learning Dalam Pembelajaran ini bertujuan
untuk menjelaskan model pembelajaran Project Based Learning dalam Pendidikan
matematika. Model pembelajaran Project Based Learning sendiri sudah digunakan
di negara-negara maju.
Menurut Lestari (2020) mereka mengatakan bahwa Project Based
Learning merupakan suatu pendekatan pembelajaran atau model pembalajaran
yang melibatkan peserta didik agar memiliki jiwa belajar yang mandiri, kreatif,
dan inovatif serta menerapkannya dalam sebuah produk yang nyata. Menurut
Abidin (2019) Project Based Learning merupakan model pembelajaran yang
melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran melalui beberapa kegiatan
seperti penelitian untuk mengajarkan siswa hingga mereka bisa menyelesaikan
suatu proyek pembelajaran tertentu.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
Project Based Learning adalah model pembelajaran yang menekankan pada siswa
untuk dapat bekerjasama dan berdiskusi dengan kelompok, dan diharapkan
masing-masing siswa dapat aktif dan memahami konsep, menguasai materi dan
memecahkan permasalahan matematika dengan suasana belajar yang
menyenangkan.
a. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Project Based Learning
Dalam melakukan pembelajaran model Project Based Learning terdapat
langkah-langkah yang ditulis oleh Delise (2019) sebagai berikut: 1) Connecting
with the problem yang dimaksudkan agar pelatih atau totor memilih, merancang
dan menyampaikan masalah yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari
siswa yang berkaitan dengan masalah. 2) Setting up the structure yakni peserta
didik yang telah terlibat dalam masalah, disini ada peran pendidik dalam
menciptakan struktur untuk memecahkan masalah dimana berisikan tentang
rancangan tugas yang dilakukan siswa melalui proses berpikir dalam situasi yang
nyata sehingga mereka dapat menemukan solusi untuk memecahkan masalah
tersebut. 3) Visiting the problem yakni sikap pendidik atau tutor yang memiliki
fokus terhadap ide yang dimiliki siswa dalam menyelesaikan masalah. Fokus ini
memiliki arah tujuan kepada fakta yang didapat dari solusi mereka. 4) Revisiting
the problem setelah peserta didik berkumpul didalam kelompok kecil dan
menyelesaikan tugas mandirinya, mereka diskusi untuk memecahkan suatu
masalah yang telah dirancang sebelumnya berdasarkan hasil pengamatan mereka.
5) Producing a product/performance and the problem pada tahap ini dimaksudkan
pendidik atau tutor meminta siswa untuk melakukan evaluasi hasil pembelajaran
dari kajian masalah yang telah dikaji sebelumnya.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
Project Based Learning memiliki beberapa langkah-langkah; 1) Penentuan Proyek
penyampaian topik dalam teori oleh pendidik kemudian disusul dengan kegiatan
pengajuan pertanyaan oleh siswa mengenai bagaimana memecahkan masalah.
Selain mengajukan pertanyaan siswa juga harus mencari langkah yang sesuai
dengan dalam pemecahan masalahnya. 2) Perencanaan Langkah-langkah
Penyelesaian Proyek Pendidik melakukan pengelompokkan terhadap siswa sesuai
dengan prosedur pembuatan proyek. Pada kd menerapkan komunikasi efektif
kehumasan menunjukkan ketidaktuntasan pada ranah kognitif. Kemudian siswa
melakukan pemecahan masalah melalui kegiatan diskusi bahkan terjun langsung
dalam lapangan. 3) Penyusunan Jadwal Pelaksanaan Proyek Melakukan
penetapan langkah- langkah serta jadwal antara pendidik dan siswa dalam
penyelesaian proyek tersebut. Setelah melakukan batas waktu maka siswa dapat
melakukan penyusunan langkah serta jadwal dalam realisasinya. 4) Penyelesaian
Proyek dengan Fasilitas dan Monitoring Guru Pemantauan yang dilakukan oleh
pendidik mengenai keaktifan siswa ketika menyelesaikan proyek serta realisasi
yang dilakukan dalam penyelesaian pemecahan masalah. Siswa melakukan
realisasi sesuai dengan jadwal proyek yang telah ditetapkan. 5) Penyusunan
Laporan dan Presentasi/Publikasi Hasil Proyek Pendidik melakukan discuss dalam
pemantauan realisasi yang dilakukan pada peserta didik. Pembahasan yang
dilakukan dijadikan laporan sebagai bahan untuk pemaparan terhadap orang lain.
6) Evaluasi Proyek dan Proyek Hasil Proyek Pendidik melakukan pengarahan
pada proses pemaparan proyek tersebut, kemudian melakukan refleksi serta
menyimpulkan secara garis besar apa yang telah diperoleh melalui melalui lembar
pengamatan dari pendidik.
b. Kelebihan dan Kelemahan Metode Project Based Learning
Nurzaman, (2018) menyebutkan apa saja kelemahan yang dimiliki Project
Based Learning, yakni; 1) Pembelajaran ini membutuhkan banyakbiaya, 2)
Pembelajaran ini membutuhkan banyak waktu, 3) Membutuhkan peralatan yang
tidak sedikit, 4) Dalam kerja secara berkelompok, pastinya ada beberapa peserta
didik yang kurang aktif dalam pengerjaan proyek, 5) Dikhawatirkan apabila
peserta didik hanya mampu menguasai topik yang mereka kerjakan tanpa
menguasai topik yang lainnya, dan lain-lain.
Tidak hanya itu, Pembelajaran berbasis proyek ini juga memiliki kelebihan
yakni; 1) Melibatkan kekreatifitasan peserta didik,sehingga peserta didik mampu
berpikir secara kritis, 2) Mendorong peserta didik mengembangkan kemampuan
dan keterampilan yang mereka miliki, 3) Peserta didik mendapatkan pengalaman
dalam pembelajaran menciptakan suatu proyek, 4) Mendorong peserta didik agar
lebih aktif dalam proses pembelajaran, 5) Pembelajaran lebih bersifat fleksibel , 6)
Meningkatkan kemampuan kerja sama peserta didik dalam berkelompok guna
memecahkan suatu masalah, dan lain-lain.
2.1.3 Aplikasi GeoGebra
Azhar (2019) media pembelajaran adalah alat bantu pada proses belajar
baik di dalam maupun diluar kelas, lebih lanjut dijelaskan bahwa media
pembelajaran adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang
mengandung materi intruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang
siswa untuk belajar. Jadi dapat diartikan secara keseluruhan bahwa media adalah
segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke
penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta
perhatian peserta didik sedemikian rupa sehingga proses belajar atau pembelajaran
terjadi. Dan salah satu media yang akan dipergunakan untuk pembelajaran yaitu
aplikasi GeoGebra..
Menurut Sugiarni (2018) GeoGebra adalah program komputer untuk
pembelajaran matematika terutama pada materi aljabar dan geometri. Manfaat
GeoGebra yaitu: (1) media ekshibisi dan visualisasi, (2) membantu metode
penemuan, (3) membantu merancang model matematika, dan (4) alat komunikasi
juga demonstrasi. Menurut penjelasan Rismawati, Hayati & Khatimah, (2020)
bahwa dari proses implementasi GeoGebra siswa dibimbing untuk dapat melihat
objek geometri dengan estimasi imajinatif, serta siswa dibimbing untuk membuat
pembaharuan sebuah rancangan dan pemahaman atas pengetahuan yang mereka
rancang.
Menurut Hikmah et al., (2020) Berbagai kegunaan aplikasi GeoGebra
untuk pembelajaran matematika ialah; (a) Mampu menciptakan lukisan-lukisan
dimensi tiga secara cepat dan akurat jika dibandingkan dengan memakai pensil,
jangka, atau penggaris. (b) Terdapat fitur animasi dan dapat manipulasi
transformasi pada program GeoGebra yang menyediakan keahlian visual untuk
memudahkan dalam memahami konsep tiga dimensi. (c) Bermanfaat sebagai
balikan/ulasan untuk membuktikan kebenaran dari gambaran yang dibuat. (d)
Memudahkan pendidik/peserta didik menganalisis atau membuktikan sifat-sifat
pada objek dimensi tiga.
Menurut Mahmudi (2019) pemanfaatan program GeoGebra memberikan
beberapa keuntungan, diantaranya adalah sebagai berikut: 1) Lukisan-lukisan
geometri yang biasanya dihasilkan dengan dengan cepat dan teliti dibandingkan
dengan menggunakan pensil, penggaris, atau jangka. 2) Adanya fasilitas animasi
dan gerakan-gerakan manipulasi (dragging) pada program GeoGebra dapat
memberikan pengalaman visual yang lebih jelas kepada siswa dalam memahami
konsep geometri. 3) Dapat dimanfaatkan sebagai balikan/evaluasi untuk
memastikan bahwa lukisan yang telah dibuat benar. 4) Mempermudah guru dan
siswa untuk menyelidiki atau menunjukkan sifat-sifat yang berlaku pada suatu
objek geometri.
Menurut Hohenwater & Fuchs (2018), GeoGebra sangat bermanfaat
sebagai media pembelajaran matematika dengan beragam aktivitas sebagai
berikut: 1) Sebagai media demonstrasi dan visualisasi, dalam hal ini,
pembelajaran yang bersifat tradisional, guru memanfaatkan GeoGebra untuk
mendemonstrasikan dan memvisualisasikan konsep-konsep matematika tertentu.
2) Sebagai alat bantu konstruksi, dalam hal ini, GeoGebra digunakan untuk
memvisualisasikan konstruksi konsep matematika tertentu, misalnya
mengkontruksi lingkaran dalam maupun lingkaran luar segitiga, atau garis
singgung. 3)Sebagai alat bantu proses penemuan, dalam hal ini GeoGebra
digunakan sebagai alat bantu bagi siswa untuk menemukan suatu konsep
matematis. Misalnya kedudukan titik-titik atau karakteristik grafik parabola.
Sebelum program GeoGebra dapat digunakan pada komputer Anda harus
mengunduh aplikasi GeoGebra terlebih dahulu. Aplikasi GeoGebra tersedia di
situs http://www.geogebra.org/. Untuk mengunduh file ini silahkan masuk ke situs
tersebut kemudian pilih link Installer. Installer GeoGebra juga tersedia dalam
beberapa platform berbeda. Pilih installer yang sesuai dengan operasi yang anda
gunakan. Setelah installer selesai didownload kemudian jalankan instalasi dan
ikuti langkah instalasi sampai selesai.

Gambar aplikasi geogebra 3D


a. Langkah-langkah penggunaan Geogebra 3D
1. Ketika user akan menggambar kubus, di sarankan user berada pada area 3
dimensi seperti gambar di bawah:

2. Selanjutnya, klik tool yang memuat icon cube, seperti gambar berikut :

3. Kemudian klik dua buah titik dengan jarak sesuai dengan panjang rusuk
kubus yang diinginkan, secara otomatis kubus telah terbentuk

4. Untuk selanjutnya lakukan editing seperlunya untuk merubah tampilan


yang diharapkan, misalnya seperti gambar 4 berikut:
5. Itulah beberapa langkah pembuatan bangun ruang kubus menggunakan
GeoGebra.
b. Kelebihan dan Kekurangan Aplikasi Geogebra
Beberapa kelebihan program Geogebra dalam pembelajaran matematika
menurut Mahmudi (2019) adalah sebagai berikut: 1) Dapat menghasilkan
lukisanlukisan geometri dengan cepat dan teliti dibandingkan dengan
menggunakan pensil, penggaris, atau jangka. 2) Adanya fasilitas animasi dan
gerakan-gerakan manipulasi (dragging) dan dapat memberikan pengalaman visual
yang lebih jelas kepada siswa dalam memahami konsep geometri. 3) Dapat
dimanfaatkan sebagai evaluasi untuk memastikan bahwa lukisan yang telah dibuat
benar. 4) Mempermudah guru maupun siswa untuk menyelidiki atau
menunjukkan sifatsifat yang berlaku pada suatu objek geometri.
Kekurangan penggunaan Geogebra dalam pembelajaran matematika
adalah sebagai berikut: 1) Dikarenakan tidak semua siswa memiliki komputer atau
laptop maka penggunaan Geogebra kurang maksimal. 2) Tidak semua sekolah di
Indonesia memiliki laboratorium komputer sehingga penerapan Geogebra tidak
begitu berpengaruh pada peningkatan aktivitas siswa dalam mengeksplorasi dan
bereksperimen materimateri geometri karena tidak mempraktikannya secara
langsung.
2.1.4 Penelitian yang Relavan
 Penelitian hesti noviana (2017) dengan judul “Pengaruh Model Project
Based Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika
SISWA ” . Terdapat pengaruh yang signifikan dengan penerapan model
Project Based Learning terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran
matematika. Kesimpulan penelitian ini memperlihatkan nilai rata-rata hasil
belajar siswa atau mean untuk pretest adalah sebesar 58,13, sementara
untuk nilai rata-rata posttest adalah sebesar 86,20.
 Hasil penelitian Rahmawati Patta (2022) dengan judul “Pengaruh
Penerapan Model Project Based Learning Terhadap Kemampuan
Pemahaman Konsep Matematika Siswa” disimpulkan bahwa penggunaan
model pembelajaran Project Based Learning pada proses pembelajaran
berjalan dengan efektif, dengan persentase tingkat pencapaian sebesar
80%.
2.2 Kerangka Konseptual
Yilmaz (2019) kemampuan spasial merupakan konsep abstrak yang di
dalamnya meliputi hubungan spasial (kemampuan untuk mengamati hubungan
posisi objek dalam ruang), kerangka acuan (tanda yang dipakai sebagai patokan
untuk menentukan posisi objek dalam ruang), hubungan proyektif (kemampuan
untuk melihat objek dari berbagai sudut pandang), konservasi jarak (kemampuan
untuk memperkirakan jarak antara dua titik), representasi spasial (kemampuan
untuk merepresentasikan hubungan spasial dengan memanipulasi secara kognitif),
rotasi mental (membayangkan perputaran objek dalam ruang).
Oleh karena itu, peneliti ingin meningkatkan kemampuan spasial siswa
dengan menerapkan model pembelajaran Project Based Learning ( PJBL ) dengan
menggunakan GeoGebra. Model pembelajaran ini diaanggap mampu
meningkatkan kemampuan spasial siswa, dilihat dari langkah-langkah model
tersebut sesuai dengan indikator kemampuan spasial siswa. Diantaranya terdapat
fase a)Penentuan Proyek penyampaian topik dalam teori oleh pendidik kemudian
disusul dengan kegiatan pengajuan pertanyaan oleh siswa mengenai bagaimana
memecahkan masalah. Selain mengajukan pertanyaan siswa juga harus mencari
langkah yang sesuai dengan dalam pemecahan masalahnya.b)Perencanaan
Langkah-langkah Penyelesaian Proyek Pendidik melakukan pengelompokkan
terhadap siswa sesuai dengan prosedur pembuatan proyek. Pada kd menerapkan
komunikasi efektif kehumasan menunjukkan ketidaktuntasan pada ranah kognitif.
Kemudian siswa melakukan pemecahan masalah melalui kegiatan diskusi bahkan
terjun langsung dalam lapangan.c)Penyusunan Jadwal Pelaksanaan Proyek
Melakukan penetapan langkah- langkah serta jadwal antara pendidik dan siswa
dalam penyelesaian proyek tersebut. Setelah melakukan batas waktu maka siswa
dapat melakukan penyusunan langkah serta jadwal dalam
realisasinya.d)Penyelesaian Proyek dengan Fasilitas dan Monitoring Guru
Pemantauan yang dilakukan oleh pendidik mengenai keaktifan siswa ketika
menyelesaikan proyek serta realisasi yang dilakukan dalam penyelesaian
pemecahan masalah. Siswa melakukan realisasi sesuai dengan jadwal proyek yang
telah ditetapkan.f)Penyusunan Laporan dan Presentasi/Publikasi Hasil Proyek
Pendidik melakukan discuss dalam pemantauan realisasi yang dilakukan pada
peserta didik. Pembahasan yang dilakukan dijadikan laporan sebagai bahan untuk
pemaparan terhadap orang lain.g)Evaluasi Proyek dan Proyek Hasil Proyek
Pendidik melakukan pengarahan pada proses pemaparan proyek tersebut,
kemudian melakukan refleksi serta menyimpulkan secara garis besar apa yang
telah diperoleh melalui melalui lembar pengamatan dari pendidik.
Dengan begitu, siswa diharapkan dapat memiliki kemampuan spasial.
Selain itu siswa juga harus dapat mengenal pembelajaran yang lebih
mengedepankan sebuah teknologi yang ada. Dengan adanya model pembelajaran
Project Based Learning (PJBL) dan teknologi yang canggih saat ini akan
membantu untuk meningkatkan kemampuan spasial siswa. Siswa diharapkan
dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan hasil yang maksimal.
Adapun subjek dalam penelitian ini ialah siswa SMK N 5 Tanjungbalai
siswa kelas XI semester ganjil Tahun Pelajaran 2022/2023, dengan jenis
penelitian eksperimen, dimana kelas eksperimen menggunakan model
pembelajaran Project Based Learning (PJBL) Berbantuan GeoGebra dan kelas
kontrol menggunakan metode ceramah. Sebelum penelitian dilakukan, soal pretest
dan posttest dilakukan terlebih dahulu dengan validitas tes, reliabilitas tes, tingkat
kesukaran tes, serta daya pembeda tes. Kemudian dilakukan uji homogenitas dan
uji hipotesis agar peneliti dapat mengetahui apakah ada pengaruh diterapkannya
model pembelajaran Project Based Learning terhadap kemampuan spasial dengan
menggunakan GeoGebra.
2.1.5 Hipotesis Penelitian
Adapun yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat
pengaruh model pembelajaran Project Based Learning (PJBL) terhadap
kemampuan spasial menggunakan GeoGebra kelas X SMK N 5 Tanjungbalai.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
3.1.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMK N 5 Tanjungbalai yang terletak di jalan
Sudirman Kec. Datuk Bandar, Kota Tanjungbalai pada siswa kelas X.
3.1.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2022/2023
Tabel 3.1 Waktu Penelitian
Bulan
No Kegiatan Penelitian Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei
1. Persiapan Penelitian
a. Observasi
b. Persetujuan judul
c. Bimbingan
d. Seminar proposal
2. Penelitian
3. Bimbingan Skripsi
4. Sidang Meja Hijau

3.2. Populasi dan Sampel


3.2.1. Populasi
Menurut Sigiyono, (2019) populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek atau subjek yang menpunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari serta ditarik kesimpulannya.
Berdasarkan pengertian populasi diatas, maka populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas X SMK N 5 TanjungBalai Tahun Ajaran 2022/2023.
3.2.2. Sampel
Menurut (Sugiyono, 2019) sampel adalah bagian dari jumlah objek atau
subjek yang dimiliki oleh populasi. Teknik sampling atau teknik pengambilan
sampel yang digunakan dalam penelitian adalah simple random sampling. Dari
pengertian di atas sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah siswa kelas X
TITL 1 sebagai kelas kontrol dan kelas X TITL 2 sebagai kelas eksperimen.

3.3. Jenis dan Desain Penelitian


3.3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode
eksperimen semu (quasi experiment), untuk melihat kemampuan spasial
matematis siswa setelah diterapkannya model pembelajaran projcet basis learning
dengan berbantuan aplikasi Maple.
3.3.2. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Pretest-
Posttest Control Group Design. Dimana (sugiono 2019) mengatakan dalam
pnenelitian ini terdapat du kelompok yang dipilih secara acak yang dijadikan sayu
kelas eksperimen (diberikan perlakuan) dan satu kelas kontrol (tidak diberikan
perlakuan). Untuk dapat mengetahui kemampuan spasial dari siswa yang ada di
dalam kelas tersebut. Berikut adalah tabel desain penelitian yang dapat
digambarkan sebagai berikut:
Tabel 3.2 Desain Penelitian
Kelompok Pretest Perlakuan Post Test
Eksperimen T1 X2 01
Kontrol T2 X1 02
Sumber: (Sugiono, 2019)
Keterangan:
X1 = Perlakuan dengan menggunakan Model Pembelajaran Project Based
Learning.
X2 = Perlakuan dengan menggunakan Metode Ceramah
O1 = Tes Awal ( Pretes )
O2 = Tes Akhir ( Posttes )

3.4. Defenisi Operasional Penelitian


kemampuan spasial adalah kapasitas seseorang dalam memahami,
memanipulasi, merotasi, menghubungkan, dan menafsirkan suatu objek atau
gambar yang ada di dalam pikiran dan mampu menyatakannya secara nyata.
Model Project Based Learning (PJBL) merupakan model pembelajaran
yang melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran melalui beberapa
kegiatan seperti penelitian untuk mengajarkan siswa hingga mereka bisa
menyelesaikan suatu proyek pembelajaran tertentu..
GeoGebra adalah program komputer untuk pembelajaran matematika
terutama pada materi aljabar dan geometri yang dapat dioperasikan untuk
melakukan perhitungan matematis melalui ekspresi simbol. Siswa dibimbing
untuk dapat melihat objek geometri dengan estimasi imajinatif, serta siswa
dibimbing untuk membuat pembaharuan sebuah rancangan dan pemahaman atas
pengetahuan yang mereka rancang.
3.5. Instrumen Penelitian
Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu lembar tes
yang terdiri dari pretest dan posttest yang berhubungan pada kemampuan
pemahaman mengenai kubus. Pretest adalah tes yang dilakukan di awal tindakan
yang berjumlah 5 soal berbentuk uraian berdasarkan indikator kemampuan spasial
matematis. Posttest adalah tes yang dilakukan di akhir tindakan yang berjumlah 5
soal berbentuk uraian berdasarkan indikator kemampuan spasial matematis. Tes
dilakukan untuk mengetahui peningkatan kemampuan spasial matematis dalam
pembelajaran matematika pada materi bangun ruang kubus. Suatu tes dapat
dikatakan baik sebagai alat ukur hasil belajar harus memenuhi syarat tes yaitu :
3.5.1. Validitas Tes
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan valid atau tidak suatu
butir soal. Soal-soal yang valid akan digunakan untuk mengukur kemampuan
siswa, sedangkan soal yang tidak valid tidak digunakan. Adapun rumus yang
digunakan yaitu rumus korelasi product moment:
n ∑ xy−(∑ x)(∑ y)
r xy = (Sugiyono, 2019)
√ {n ∑ x 2−¿ ¿ ¿
Keterangan:
rxy = Koefisien korelasi antara variabel x dan y
n = Jumlah siswa
x = Skor item
y = Skor total
Kriteria: Apabila rhitung > rtabel, maka dikatakan butir soal itu valid.

Untuk menafsirkan harga validitas tiap butir soal maka harga tersebut
dikonsultasikan dengan harga kriteria r product moment, dengan kriteria jika
rhitung> rtabel untuk taraf nyata α = 0.05 maka korelasi tersebut dikatakan valid.

3.5.2. Reliabilitas Tes


Reliabilitas adalah tingkat atau derajat konsisten dari suatu instrumen.
Menurut (Arifin, 2016) suatu tes dapat dikatakan reliabilitas jika selalu
memberikan hasil yang sama bila diteskan pada kelompok yang sama pada waktu
dan kesempatan yang berbeda. Untuk menentukan tes yang disusun sudah
memiliki daya reliabilitas yang tinggi atau belum, digunakan rumus Alpha:

( )
n

n
∑ s21
i=1
r 11 = 1− 2
n−1 st

(Arikunto, 2006)
Keterangan:
r 11 : koefisien reliabilitas tes
n : banyak soal
∑ s 2t : jumlah varians skor dari tiap butir tes
2
st : varians tota
Kriteria reliabilitas tes sebagai berikut:
(1) Apabila r 11 ≥ 0 , 70 maka tes hasil belajar memiliki reliabilitas tinggi
(2) Apabila r 11 ≤ 0 , 70 maka tes hasil belajar memiliki reliabilitas rendah

3.5.3. Tingkat Kesukaran


Menentukan besarnya indeks kesukaran dalam tiap butir soal yang
digunakan dalam penelitian ini, maka digunakan rumus:

Tk=
skor maximum yang ditetapkan ¿
¿
jlh nilai peserta didik dalam pertanyaan suatu soal
X̄ =
jlh siswa yang mengikuti tes
Keterangan:
- x̄ = Nilai rata-rata
Menurut (Qodir, 2017) indeks kesukaran kesukaran soal dapat diklasifikasikan
sebagai berikut.

Tabel 3.3 Klasifikasi Tingkat Kesukaran Soal


Tingkat Kesukaran Kategori
0,00-0,30 Sukar
0,31-0,70 Sedang
0,71-1,00 Mudah
Sumber : (Qodir, 2017)
3.5.4. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang berkemampuan tinggi dan siswa yang berkemampuan rendah.
Untuk mengetahui angka indeks atau uji pembeda tes, maka digunakan rumus:
Mean Kelompok Atas−Mean Kelompok Bawah
D=
Skor Maksimum
Keterangan:
D = Daya Pembeda
jumlah skor kelompok atas
Mean Kelompok Atas =
jumlah kelompok atas
jumlah skor kelompok bawah
Mean Kelompok Bawah =
jumlah kelompok bawah
Skor Maksimum = Skor tertinggi soal

Tabel 3.4 Klasifikasi Daya Pembeda Soal


Daya Pembeda (D) Keterangan
0,00 – 0,20 Buruk
0,21 – 0,40 Cukup
0,41 – 0,70 Baik
0,71 – 1,00 Baik Sekali
Menurut (Widiyanto, 2018) klasifikasi daya pembeda soal
3.6. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang tepat untuk mengumpulkan data kemampuan spasial
matematika siswa adalah berbentuk tes. Tes yang digunakan dalam penelitian ini
adalah tes untuk kemampuan spasial matematis siswa yang berbentuk uraian
berjumlah 10 butir soal pada materi bagun ruang kubus.
Tes dilakukan sebanyak dua kali, tes pertama berupa pretest yang terdiri
dari 5 soal yang bertujuan melihat kemampuan awal siswa. Tes yang kedua yaitu
posttest yang terdiri dari 5 soal yang bertujuan melihat tingkat kemampuan spasial
matematis siswa setelah diterapkan model pembelajaran Project Based Learning
berbantuan aplikasi GeoGebra.

3.7 Teknik Analisis Data


3.7.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah sampel yang digunakan
dengan penelitian berdistribusi normal atau tidak. Untuk mengetahuinya dapat
diuji dengan menggunakan uji liliefors. Langkah-langkah yang digunakan adalah
sebagai berikut:
1. Pengamatan X 1 , X 2 , … , … , X n dijadikan bilangan baku Z1 , Z , … , … , Z n
dengan menggunakan rumus
x1 −x
z i=
s
2. Menghitung peluang F ( z i ) =P (z ≤ z i) dengan menggunakan daftar ditribusi
normal baku.
3. Menghitung Z1 , Z 2 , … , … , Z n yang dinayatakan dengan S ( z i ) dengan rumus:
banyaknya z 1 , z 2 , … ,… , z n ≤ z i
S ( z i )=
n
4. Menghitung selisih F ( Z i )−S(Z i ) kemudian menentukan harga mutlaknya.
5. Tentukan harga terbesar di antara harga-harga mutlak selisih tersebut. Harga
terbesar disebut L0.
Untuk menerima dan menolak distribsusi normal, kita bandingkan L0 dengan nilai
kritis Ltabel yang diambil dari daftar untuk taraf nyata α =0 , 05 dengan kriteria
pengujian jika L0 < Ltabel maka sampel berdistribusi normal.

3.7.2 Uji Homogenitas


Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data sampel
homogen atau tidak, maka perlu diuji homogenitas variannya terlebih dahulu
dengan uji F. Rumus untuk menguji homogenitas sebagai berikut:

varian terbesar
F= (Sugiyono, 2019)
Varian terkecil

Kriteria:
Jika F hitung ≥ Ftabel , maka varian kedua sampel homogen pada taraf α =0 , 05

3.7.3 Uji Hipotesis


Untuk menguji hipotesis penelitian digunakan analisis uji perbedaan rata-
rata uji satu pihak yaitu pihak kanan dengan rumus uji t. Uji ini selanjutnya
digunakan untuk menentukan kemampuan pemecahan masalah siswa. Hipotesis
penelitian dirumuskan sebagai Ha dan hipotesis statistik dirumuskan sebagai H0.
Hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut:
H0 : μ1 ≤ μ 2 : tidak terdapat pengaruh dengan model Project Based
Learning.menggunakan aplikasi Geogebra terhadap kemampuan spasian
matematis siswa.
Ha: μ1> μ2: terdapat pengaruh dengan model Project Based Learning.
menggunakan aplikasi Geogebra terhadap kemampuan spasian matematis siswa.
Untuk menguji hipotesis dapat diterima atau ditolak, maka digunakan rumus uji t-
test sampel related (separated varian).
X 1−x 2
t=

√ s 21 s 22 (Sugiyono, 2019)
+
n1 n 2
Keterangan:
X 1 = Rata-rata skor kelas eksperimen
X 2 = Rata-rata skor kelas kontrol
2
s1 = Varian kelas eksperimen
2
s1 = Varian kelas kontrol
n1 = Jumlah sampel kelas eksperimen
n2 = Jumlah sampel kelas kontrol
Kriteria:
Jika t hitung ≤ t tabel , maka H 0 diterima
Jika t hitung ≥ t tabel , maka H 0 ditolak
Kriteria pengujiannya adalah : Terima H 0 jika t <t 1−α dan ditolak H 0 jika t
mempunyai harga lain. Derajat kebebasan untuk daftar distributi t adalah
(n1 +n 2−2) dengan peluang (1−α)dan taraf kepercayaan α =0 , 05 .

Anda mungkin juga menyukai