Anda di halaman 1dari 56

SKRIPSI

PROSES PEMBENTUKAN KOMPOSITA NOMINA BAHASA JERMAN


DAN BAHASA INDONESIA

(SUATU ANALISIS KONTRASTIF)

Oleh :

GREVIRA PINONTOAN

18 406 004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JERMAN

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ASING

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MANADO

2023
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : “ Proses Pembentukan Komposita Nomina Bahasa


Jerman dan Bahasa Indonesia
(Suatu Analisis Kontrastif)”
Karya ilmiah dari :

Nama : Grevira Pinontoan


NIM : 18 406 004
Jurusan : Pendidikan Bahasa Asing
Program Studi : Pendidikan Bahasa Jerman
Program : S1

Skrispi ini telah disetujui oleh Tim Pembimbing untuk diajukan Kepada Panitia
Ujian Komprehensif / Gelar S1 pada Program Studi Pendidikan Bahasa Jerman,
Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Manado.

Tim Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Prilimercy E. Kojongian, M.Pd Dra. Merry S. Bingku, M.AppL


NIP. 19640423 198803 2 001 NIP. 19640524 199203 2 002

Menyetujui,
Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Jerman

Dra. Prilimercy E. Kojongian, M.Pd


NIP. 19640423 198803 2 001

Mengetahui,
Dekan Fakultas Bahasa dan Seni

Dr. Ignatius J.C Tuerah, SS. M.Pd


NIP. 19850120 200812 1 001

i
ABSTRAK

PINONTOAN, GREVIRA. 2022. PROSES PEMBENTUKAN KOMPOSITA


NOMINA BAHASA JERMAN DAN BAHASA INDONESIA. (SUATU
ANALISIS KONSTRATIF)

Komposita nomina merupakan penggabungan beberapa kata menjadi satu


kata baru serta menghasilkan makna lain. Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif kualitatif dengan pendekatan analisis kontrastif. Metode ini
memfokuskan pada deskripsi kata-kata dan tidak berupa angka. Tujuannya yaitu
untuk mendeskripsikan proses pembentukan komposita nomina bahasa Jerman
dan bahasa Indonesia serta mendeskripsikan, menganalisa dan mengetahui
bagaimana persamaan dan perbedaan komposita nomina dalam bahasa Jerman
dan bahasa Indonesia. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah studi kepustakaaan. Data yang akan diambil berupa data
primer (buku-buku) yang berhubungan dengan pembentukan kata benda dalam
bahasa Jerman dan bahasa Indonesia. Hasil dari penelitian ini menunjukkan
bahwa terdapat persamaan dan perbedaan dalam proses pembentukan komposita
nomina bahasa Jerman dan bahasa Indonesia. Salah satu persamaan adalah
bahasa Jerman maupun bahasa Indonesia terdapat komposita nomina.
Sedangkan perbedaanya adalah semua komposita nomina dalam bahasa Jerman
harus memiliki Artikel dan penentuan Artikel ini adalah menggunakan Artikel
kata yang kedua (Bestimmungswort) dan dalam bahasa Indonesia tidak mengenal
Artikel kata benda. Maka dari itu salah satu kesalahan yang memungkinkan
terjadi pada pembelajar bahasa Jerman dalam pembentukan komposita nomina
yaitu sulitnya menetukan Artikel untuk komposita yang baru dibentuk karena
kemungkinan mereka akan menempatkan Artikel dari kata yang pertama. Banyak
pembelajar yang mengalami kesulitan menentukan Artikel nomina mana yang
tergabung dalam suatu komposita yang dapat mewakili Artikel komposita
tersebut.

Kata kunci: Komposita, Nomina, Kontrastif

ii
KATA PENGANTAR
Segala pujian, hormat dan kemuliaan hanya bagi Tuhan Yesus Kristus
sebagai Juruselamat, yang sampai saat ini masih setia melindungi dan
memberkati, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
“PROSES PEMBENTUKAN KOMPOSITA NOMINA BAHASA
JERMAN DAN BAHASA INDONESIA (SUATU ANALISIS
KONTRASTIF) tepat pada waktunya. Adapun skripsi ini merupakan salah
satu syarat yang harus ditempuh untuk memperoleh gelar sarjana pada
program S-1 di Program Studi Pendidikan Bahasa Jerman, Fakultas Bahasa
dan Seni, Universitas Negeri Manado. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis
banyak menghadapi kendala tapi semua itu terlewati karena berkat
pertolongan Tuhan Yesus Kristus yang menghadirkan orang-orang yang
selalu memberikan motivasi, arahan dan masukan serta kerjasama yang baik
kepada penulis dalam penyelesaian skirpsi ini.
Untuk itu dalam kesempatan ini dengan penuh kerendahan hati, penulis
menyampaikan ucapan banyak terimakasih kepada :
1. Tuhan Yesus Kristus, karena berkat, campur tangan dan
pertolonganNya sehingga penulis diberikan kesempatan untuk
menempuh pendidikan di Universitas Negeri Manado.
2. Prof. Dr. Deitje Adolfien Katuuk, M.Pd., selaku Rektor Universitas
Negeri Manado.
3. Dr. Ignatius J.C Tuerah, SS. M.Pd., selaku Dekan Fakultas Bahasa
dan Seni Universitas Negeri Manado.
4. Dr. Mister Gidion Maru, M.Hum., selaku Wakil Dekan I Fakultas
Bahasa dan Seni Universitas Negeri Manado.
5. Drs. Arie Tulus, M.Pd,. selaku Wakil Dekan II Fakultas Bahasa dan
Seni Universitas Negeri Manado.
6. Drs. Jans G. Mangare, M.Pd., Wakil Dekan III Fakultas Bahasa dan
Seni Universitas Negeri Manado.
7. Dra .Prilimercy E. Kojongian, M.Pd., selaku Koordinator Program
Studi Pendidikan Bahasa Jerman sekaligus Penasehat Akademik
dan Pembimbing I.
8. Dra.Solfies M. E. Bingku, M.AppL., selaku Pembimbing II.
9. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Jerman Fakultas
Bahasa dan Seni Universitas Negeri Manado yang telah
membagikan ilmu kepada penulis selama penulis menempu studi.
10. Papi (Jefry Pinontoan) dan Mami (Altje Toar) mereka adalah
motivasi terbesar penulis dalam menyelesaikan studi ini, yang
berjuang demi perkuliahan penulis, selalu mendukung dan
memotivasi serta senantiasa mendoakan penulis dalam

iii
menyelesaikan skripsi ini.
11. Kakak dan adik (Jein Felti Pinontoan), (Jutta Rinuga), (Donny
Jeralni Pinontoan), (Novanda Sundah), (Grevito Pinontoan),
(Garcia Zefanya Tindangen) yang memberikan semangat kepada
penulis.
12. Keponakan (Claire Queenesha Pinontoan), (Geona Aleeza
Pinontoan), (Claver Kenneth Hagen Pinontoan), (Joanna Charyn
Rinuga) yang selalu membahagiakan dan menghibur penulis.
13. Seluruh keluarga besar (Kel. Pinontoan - Tidayoh) dan (Kel. Toar
Iroth - Mongkau)yang telah membantu, memberikan semangat dan
mendoakan penulis.
14. Teman-teman Seperjuangan HAMBURG SQUAD (Abigael
Bungkaesang), (Stepani Mine), (Rahayu Angreiny Tober), yang
memotivasi, mendukung dan memberikan semangat.
15. Semua pihak yang selalu mendukung, mendoakan serta membantu
penulis yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
16. Almamater tercinta Universitas Negeri Manado.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, oleh karena itu
dengan senang hati penulis mengharapakan saran dan kritik yang
membangun dari semua pihak demi penyempurnaan skripsi ini. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Tondano, 2023
Penulis

Grevira Pinontoan

iv
MOTTO

“Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu
akan ditambahkan kepadamu. Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok,
karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah
untuk sehari.”
Matius 6:33-34 TB

“Tetapi kamu ini, kuatkanlah hatimu, jangan lemah semangatmu, karena ada
upah bagi usahamu!”
Ta arikh 15:7 TB

v
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................... i
ABSTRAK.............................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
MOTTO.................................................................................................................. v
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi
BAB I ...................................................................................................................... 8
PENDAHULUAN .................................................................................................. 8
A. Latar Belakang .............................................................................................. 8
B. Fokus Penelitian ......................................................................................... 10
C. Rumusan Masalah....................................................................................... 10
D. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 10
E. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 11
BAB II................................................................................................................... 12
LANDASAN TEORI ........................................................................................... 12
A. Pemerolehan dan Pembelajaran Bahasa ..................................................... 12
1. Pemerolehan Bahasa ............................................................................... 12
2. Pembelajaran Bahasa .............................................................................. 13
B. Analisis Kontrastif ...................................................................................... 14
1. Pengertian Analisis Kontrastif ................................................................ 14
2. Tujuan Analisis Kontrastif ..................................................................... 16
C. Morfologi .................................................................................................... 17
1. Pengertian Morfologi ............................................................................. 17
2. Leksem, Morfem, Bentuk dasar dan Kata .............................................. 18
3. Proses Morfologis ................................................................................... 19
D. Wortbildung (Komposita)........................................................................... 21
1. Pengertian Wortbildung (Komposita) .................................................... 21
2. Jenis - jenis Komposita Nomina dan contoh – contoh aplikasinya ........ 23
3. Komposita Nomina dalam bahasa Jerman ............................................. 28
4. Komposita Nomina dalam bahasa Indonesia ......................................... 32
BAB III ................................................................................................................. 36

vi
METODOLOGI PENELITIAN ........................................................................ 36
A. Metode Penelitian ....................................................................................... 36
B. Sumber Data ............................................................................................... 36
C. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 36
D. Teknik Analisis Data .................................................................................. 37
BAB IV ................................................................................................................. 38
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.................................................. 38
A. Proses Pembentukan Komposita Nomina dalam bahasa Jerman................ 38
B. Proses Pembentukan Komposita Nomina dalam bahasa Indonesia............ 44
BAB V ................................................................................................................... 49
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 49
A. KESIMPULAN .......................................................................................... 49
B. Saran ........................................................................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 52

vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa merupakan alat komunikasi dalam kehidupan manusia.

Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa dipisahkan dari bahasa. Hal ini

didukung oleh (Salamah, 2022:28), bahwa bahasa sebagai alat komunikasi

dalam berinteraksi baik secara individu juga kelompok untuk

mencapai tujuan dalam penuturan sehingga bisa mencapai kesepakatan

bersama. Tanpa bahasa komunikasi masyarakat tidak akan terwujud. Oleh

karena itu, setiap orang yang memakai bahasa dapat menyampaikan

gagasan dalam pikiran dan perasaannya kepada orang lain. Karena pada

umumnya, setiap orang memiliki kemampuan menguasai lebih dari satu

bahasa, baik itu bahasa Indonesia maupun bahasa Asing.

Penguasaan bahasa Asing sangat penting di era globalisasi, karena

ada banyak informasi dan ilmu pengetahuan berbahasa asing lebih

khususnya bahasa Jerman. Pembelajar dapat menemukan berbagai

informasi dari berbagai bidang seperti: pendidikan, sosial, budaya serta

politik suatu negara. Selain itu pembelajar memiliki kesempatan untuk

berkomunikasi dengan penutur bahasa Jerman.

Bahasa Jerman adalah salah satu bahasa asing yang paling banyak

dipelajari karena bahasa Jerman merupakan salah satu bahasa yang banyak

digunakan di negara-negara Uni Eropa. Selain itu, bahasa Jerman juga

8
berperan sangat penting dalam kemajuan teknologi, ilmu pengetahuan dan

pendidikan.

Pembelajar bahasa Jerman tidaklah mudah, karena masih ada

pembelajar yang kesulitan menentukan Artikel nomina mana yang

tergabung dalam suatu komposita yang dapat mewakili Artikel komposita

tersebut sehingga dapat menyebabkan kesalahan yang fatal, yaitu kesulitan

dalam menentukan pemenggalan kata komposita berdasarkan

pembentukan katanya. Hal ini dapat berdampak pada sulitnya menemukan

atau memahami makna baru yang dihasilkan oleh komposita tersebut.

Misalnya pada kata Krankenhaus, beberapa pembelajar membagi kata

komposita tersebut menjadi Krank-enhaus, sedangkan pemenggalan kata

yang benar berdasarkan pembentukan katanya adalah Kranken-haus.

Kesalahan pemenggalan kata-kata tersebut di atas dapat disebabkan oleh

ketidaktahuan pembelajar tentang kata apa yang digabungkan dan

bagaimana membentuk komposita tersebut, sehingga menyebabkan

kesalahan pemenggalan kata berdasarkan pembentukan katanya yang

berdampak pada sulitnya menemukan atau memahami arti baru dari kata

tersebut.

Diduga salah satu penyebab terjadinya kesalahan dalam

pemenggalan kata komposita berdasarkan pembentukan kata adalah

kurangnya penguasaan nomina. Banyak pembelajar yang bingung

bagaimana memenggal suatu kata komposita berdasarkan pembentukan

katanya dan bagaimana membentuk komposita tersebut, mereka tidak

9
mengetahui gabungan kata apa saja komposita itu dibentuk, sehingga pada

akhirnya mereka tidak mengetahui arti dari kata komposita tersebut. Jadi

berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian “Proses Pembentukan Komposita Nomina Bahasa Jerman

dan Bahasa Indonesia (Suatu Analisis Kontrastif)”.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan

sebelumnya, maka masalah dapat difokuskan sebagai berikut:

1. Proses pembentukan komposita nomina bahasa Jerman dan bahasa

Indonesia.

2. Persamaan dan perbedaan komposita nomina bahasa Jerman dan

bahasa Indonesia.

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses pembentukan komposita nomina bahasa Jerman dan

bahasa Indonesia ?

2. Bagaimana persamaan dan perbedaan komposita nomina bahasa

Jerman dan bahasa Indonesia?

D. Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan proses pembentukan komposita nomina bahasa

Jerman dan bahasa Indonesia.

2. Mendeskripsikan, menganalisa dan mengetahui bagaimana persamaan

dan perbedaan komposita nomina dalam bahasa Jerman dan bahasa

10
Indonesia.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-

pihak yang terkait. Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian

ini yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, dengan adanya penelitian ini diharapkan bermanfaat

untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang pembentukan

komposita nomina dalam bahasa Jerman dan bahasa Indonesia.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

sebagai berikut:

a. Bagi Pembelajar

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan penguasaan nomina dan

proses membentuk Komposita nomina bahasa Jerman dan

membandingkannya dalam bahasa Jerman dan bahasa Indonesia.

b. Bagi Pengajar

Penelitian ini diharapkan dapat mendukung pengajar dalam usaha

berhasilnya pembelajaran penguasaan nomina dan kemampuan

membentuk komposita nomina bahasa Jerman.

11
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pemerolehan dan Pembelajaran Bahasa

1. Pemerolehan Bahasa

Pemerolehan bahasa artinya suatu proses melalui beberapa fase untuk

perkembangan otak secara kognitif guna menambah bunyi bahasa yang

diperoleh terutama bahasa pertama yang didapatkan dari bahasa ibu

(Salamah, 2022:28). Menurut Hastuti dalam (Nugraheni, 2021:775),

penguasaan bahasa pertama pada anak-anak ketika mereka belajar dari

bahasa ibu. Dengan demikian, dalam proses anak menguasai bahasa ibu

dapat disebut dengan pemerolehan. Ketika anak belajar memperoleh

bahasa, dalam hal ini anak memperoleh kemampuan untuk menangkap,

menghasilkan dan menggunakan kata-kata untuk dipahami dan

dikomunikasikan.

Selanjutnya Chaer dalam (Kusuma, 2016:119), menyatakan bahwa

pemerolehan bahasa adalah suatu proses yang berlangsung di dalam otak

kanak-kanak mulai dari saat dia memperoleh bahasa pertamanya atau

bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dari pembelajaran

bahasa (language learning). Pembelajaran bahasa berkaitan dengan proses-

proses yang terjadi ketika seorang anak mempelajari bahasa kedua, setelah

ia memperoleh bahasa pertamanya. Jadi pemerolehan bahasa berkaitan

dengan bahasa pertama, sedangkan pembelajaran bahasa berkaitan dengan

12
bahasa kedua

Menurut Trike dalam (Setiyadi, 2013:271), pemerolehan

melibatkan berbagai kemampuan seperti sintaksis, fonetik dan kosa kata

yang luas. Hal ini telah mengacu pada pembelajaran bahasa kedua.

Pemerolehan bahasa kedua merupakan suatu proses manusia dalam

mendapatkan kemampuan untuk dapat menghasilkan, menangkap dan

menggunakannya untuk berkomunikasi. Kegiatan ini melibatkan

keterampilan sintaksis, fonetik, dan kosa kata yang luas dari bahasa target

atau bahasa kedua (B2).

Sehingga dapat diartikan bahwa bahasa kedua adalah bahasa yang

diperoleh setelah bahasa pertama dikuasai dan dipelajari untuk berbagai

tujuan. Kesimpulan dari beberapa pendapat ahli diatas yaitu pemerolehan

bahasa kedua diperoleh melalui proses belajar mengajar setelah

memperoleh bahasa pertama.

2. Pembelajaran Bahasa

Menurut (Wicaksono, 2015: 1), pembelajaran bahasa melibatkan

tiga disiplin ilmu, yaitu: linguistik, psikologi dan pedagogi (ilmu

pendidikan). Linguistik memberi kita informasi mengenai bahasa pada

umumnya dan tentang bahasa–bahasa tertentu. Ilmu Pendidikan atau

pedagogi memungkinkan kita untuk mencari semua informasi dari (a) dan

(b) menjadi satu pendekatan, metode dan teknik yang cocok dan

digunakan dalam rangka mempelajari proses belajar bahasa, khususnya

dalam pembelajaran bahasa kedua dan bahasa asing. Selain itu, dalam

13
pembelajaran bahasa juga dikenal empat aspek kenterampilan, yaitu:,

berbicara, menyimak, menulis dan membaca.

Menurut Wicaksono (2015: 1), teori pembelajaran bahasa

(mengajar dan belajar) pada umumnya didasarkan pada ketiga konsep

kunci, yaitu: bahasa, belajar, mengajar bahasa dan konteks. 1)

Pembelajaran bahasa membutuhkan sebuah konsep tentang hakikat

bahasa. 2) Pembelajaran bahasa membutuhkan pandangan serta wawasan

tentang pelajar dan hakikat belajar bahasa. 3) Pembelajaran bahasa terjadi

pada konteks tertentu. Penafsiran konteks amat penting dalam teori ini.

Dari pernyataan – pernyataan di atas dapat disimpulkan terdapat

perbedaan antara pemerolehan bahasa dan pembelajaran bahasa.

Pemerolehan bahasa terjadi sejak seseorang itu lahir, secara alamiah, tidak

disadari dan lebih menekankan pada fungsi komunikasi. Sedangkan,

pemebelajaran bahasa terjadi secara formal, disengaja, disadari dan lebih

menekankan pada fungsi struktur bahasanya.

B. Analisis Kontrastif

1. Pengertian Analisis Kontrastif

Secara umum memahami pengertian analisis kontrastif bisa ditelusuri

melalui makna kedua kata tersebut. Analisis dapat diartikan sebagai

semacam pembahasan atau uraian. Yang dimaksud dengan pembahasan

ialah suatu proses atau cara membahas yang dapat bertujuan untuk

mengetahui sesuatu yang memungkinkan untuk mengetahui inti

permasalahannya. Permasalahan yang ditemukan itu kemudian dikupas,

14
dikritik, diulas dan akhirnya disimpulkan untuk dipahami (Mulya,

2020:290).

Menurut (Misdawati, 2019:6), istilah kontrastif memiliki arti “yang

bersifat mengontraskan atau membandingkan dengan jelas, menunjukkan

perbedaan-perbedaan dan menempatkan sesuatu dalam komposisi dengan

tujuan mengungkapkan ketidaksamaan, akan tetapi tidak menutup

kemungkinan akibat perbandingan itu juga menghasilkan persamaan.

Istilah kontrastif dilekatkan di kata analisis dan membentuk term analisis

kontrastif (contrastive analysis). Term ini disebut dengan istilah linguistik

kontrastif (contrastive linguistics). Linguistik kontrastif adalah cabang

ilmu bahasa yang bertugas dalam membandingkan secara sistematis

perbedaan dan persamaan ciri-ciri linguistik tertentu yang bersifat

spesifikdi dua bahasa atau lebih, sehingga persamaan dan perbedaan

kedua bahasa tersebut.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas tampak jelas bahwa analisis

kontrastif atau linguistik kontrastif adalah suatu studi perbandingan dua

bahasa atau lebih yang menitik beratkan pada perbedaan atau

ketidaksamaan tetapi tidak menafsirkan kesamaan. Seperti linguistik,

linguistik komparatif juga melakukan studi banding antarbahasa. Sehingga

tanpa hati-hati linguistik kontrastif mungkin di identik dengan linguistik

komparatif. Keduanya memang memiliki kesamaan, tetapi keduanya

berbeda dalam hal penekanan.

Kesimpulannnya linguistik kontrastif adalah cabang linguistik yang

15
manfaatnya membedakan dua bahasa atau lebih tidak serumpun dan

linguistik kontrastif dapat membantu kesulitan dalam mengajarkan bahasa

yang tidak sinkron rumpun bahasanya, ataupun bagi seseorang yang

belajar bahasa asing yang rumpun bahasanya tidak sama.

2. Tujuan Analisis Kontrastif

Tujuan analisis kontrastif ini dilihat dari konteks pengajaran bahasa

kedua. Menurut Sutedi dalam (Erlangga, 2011:14), tujuan dari analisis

kontransif untuk menggambarkan banyak persamaan dan perbedaan

tentang struktur bahasa (obyek-obyek kebahasaan) yang terdapat pada dua

bahasa yang berbeda atau lebih.

Jadi, analisis kontrastif bertujuan untuk mengidentifikasi apek-aspek

perbedaan atau ketidaksamaan yang kontras (mencolok) antara dua bahasa

atau lebih yang diperbandingkan.

Selanjutnya (Tajudin, 2016:1) menjelaskan bahwa, analisis kontrastif

bertujuan untuk mengidentifikasi aspek-aspek yang kontras (mencolok)

dari perbedaan dan persamaan antara dua bahasa atau lebih yang

diperbandingkan. Terdapat dua macam pendekatan dalam analsis

kontrastif, yaitu analisis kontrastif terapan dan analisis kontrastif murni.

Kedua pendekatan ini sama-sama membandingkan dua bahasa, yaitu

bahasa pertama dan kedua akan namun berbeda dalam tujuannya. Analisis

kontrastif terapan bertujuan untuk memecahkan masalah pedagogis,

sedangkan kontrastif murni bertujuan untuk studi tipologi bahasa. Melalui

pendekatan kontrastif ini akan diperoleh kekhasan bahasa masing-masing

16
dan melalui studi kontrastif juga akan dapat terungkap bahwa perbedaan

budaya (antara budaya bahasa pertama dan bahasa kedua) berimplikasi

pada perbedaan perwujudan bahasa. Ada empat langkah yang harus

ditempuh untuk membedakan komponen dari dua bahasa yang akan

dibandingkan, yaitu (1) mengumpulkan obyek data yang dimaksud, (2)

menyajikan perbandingannya dalam satuan bahasa yang sama dalam

bahasa lain melalui transfer, (3) mengidentifikasi varian kontras yang ada,

dan (4) merumuskan kontras-kontras dalam aturan.

C. Morfologi

1. Pengertian Morfologi

Menurut (Gani dan Arsyad, 2018:6), morfologi berasal dari kata morf

yang artinya bentuk dan kata logi yang artinya ilmu. Jadi, secara harfiah

kata morfologi berarti ilmu tentang bentuk. Dalam kajian linguistik,

morfologi berarti cabang linguistik yang mengkaji seluk-beluk bentuk kata

dan perubahannya serta dampak dari perubahan itu terhadap arti (makna).

Jika dikatakan morfologi bebicara tentang bentuk dan pembentukan

kata maka pembahasan adalah tentang komponen atau unsur pembentukan

, yaitu morfem, baik morfem dasar maupun morfem afiks, dengan berbagai

alat untuk proses pembentukan kata, yaitu imbuhan pada kata.

Pembentukan melalui proses afiksasi, duplikasi ataupun pengulangan

dalam proses pembentukan kata melalui proses reduplikasi, penggabungan

pada proses pembentukan kata melalui proses komposisi, dan sebagainya

(Chaer, 2008:3).

17
2. Leksem, Morfem, Bentuk dasar dan Kata
Kajian primer morfologi ialah seluk-beluk kata. Dengan demikian

kajian ini akan membahas tentang unsur-unsur kata seperti leksem,

morfem, bentuk dasar kata dan kata. Leksem pada kajian morfologi

digunakan buat mewadahi konsep bentuk yang akan menjadi kata melalui

proses morfologi (Chaer, 2008:23). Misalnya bentuk pukul (dalam

konvensi „morfologi‟ leksem ditulis dengan huruf kapital semua) adalah

sebuah leksem yang akan menurunkan kata-kata seperti memukul,

terpukul, pukul, pukulan, pemukul, serta pemukulan.

Morfem ialah satuan gramatikal terkecil yang bermakna, bisa berupa

akar, (dasar) serta berupa afiks. Bedanya, akar bisa menjadi dasar pada

pembentukan kata, sedangkan afiks tidak dapat. Akar memiliki makna

leksikal, sedangkan afiks hanya sebagai penyebab terjadinya makna

gramatikal (Gani dan Arsyad, 2018:6).

Menurut Ramlan dalam (Chaer, 2008:22), istilah bentuk dasar (base)

biasanya digunakan untuk menyebut bentuk yang menjadi dasar pada

proses morfologi. Bentuk dasarnya adalah satuan, baik tunggal maupun

kompleks, yang menjadi dasar pembentukan bagi satuan yang lebih besar.

Misalnya pada kata berpakaian yang terbentuk dari bentuk dasar pakaian

dengan afiks {ber-}. Sedangkan, akar (root) dalam morfologis digunakan

untuk merujuk pada bentuk yang tidak dapat dianalisis lebih lanjut.

Artinya, akar adalah bentuk yang tersisa setelah semuaimbuhan

dihilangkan.

18
Selain istilah leksem, morfem dan bentuk dasar ada juga istilah kata.

Kata merupakan satuan bentuk (dari kalimat) terkecil yang dapat berdiri

sendiri dan mempunyai arti. Contohnya, rumah, duduk, penduduk dan

sebagainya. Kata-kata yang dibentuk dengan menggabungkan huruf atau

menggabungkan morfem, hanya dapat dinyatakan sebagai kata jika

pembentukannya memiliki arti. Finoza dalam (Permanasari, 2019:24).

3. Proses Morfologis

Menurut Chaer dalam (Gani dan Arsyad, 2018:9), proses morfologi

pada dasarnya adalah proses pembentukan kata dari bentuk dasar melalui

pembubuhan afiks (dalam proses afiksasi), pengulangan (dalam proses

reduplikasi), penggabungan (dalam proses komposisi), pemendekan

(dalam proses akronimisasi), dan perubahan status (dalam proses

konversi).

 Afiksasi

Afiksasi adalah proses pembentukan kata yang terjadi melalui proses

penggabungan morfem dengan afiks. Afiks selalu berupa morfem terikat

dan dapat ditambahkan pada awal kata atau prefiks, akhir kata atau sufiks,

sebagian pada awal serta akhir kata atau bisa disebut konfiks atau

simulfiks dan didalam kata itu sendiri adalah sisipan atau infiks (Verhaar,

2008:6).

Menurut (Siahaan, 2012:4), terdapat tiga proses afiksasi dalam derivasi

kata bahasa Jerman, yakni:

1. Präfigierung (prefiks) adalah afiks yang diletakkan di depan bentuk

19
dasar . Contohnya prefiks dalam bahasa Jerman adalah ”be”, ”ent”,

”ver”, ”un”. Sebagai rumus pembentukan derivasi kata, yaitu: afiks +

kata dasar.

Contohnya: ent + gehen = entgehen

ent + pergi = melarikan diri (berubah maknanya)

2. Suffigierung (sufiks) adalah afiks yang diletakkan di belakang kata

dasar. Contoh sufiks adalah ”heit”, ”ung”, ”bar”, dan ”sam”. Sebagai

rumus pembentukan derivasi kata, yaitu: kata dasar + afiks.

Contohnya: schӧn + heit = Schӧnheit

cantik + heit = kecantikan (nomina deajektiva)

3. Postfigierung (infiks) adalah afiks yang diletakkan di dalam bentuk

dasar. Contohnya: die Farbe + froh = Farbenfroh yang artimya

beraneka warna.

 Reduplikasi

Reduplikasi artinya pengembaran. Pengembaran dalam hal ini yakni

mengulangi bentuk dasar atau sebagian dari bentuk dasar. Dalam bahasa

Indonesia ada banyak reduplikasi yang ditemui, seperti misalnya kursi-

kursi, sepatu-sepatu, dan segi-segi. Namun dalam bahasa Indo-Eropa tidak

banyak ditemukan, walaupun dalam bahasa Inggris ada goody-goody,

pretty-pretty dan lain sebagainya (Verhaar, 2008:152).

Reduplikasi dapat dibedakan menjadi reduplikasi ”penuh” seperti

dalam roda-roda, atau reduplikasi ”parsial”, seperti dalam lelaki, pepatah

(Verhaar, 2008:152).

20
 Komposisi

Menurut Chaer dalam (Verhaar, 2008:9) komposisi merupakan proses

penggabungan dasar meggunakan dasar (umumnya berupa akar juga

bentuk berimbuhan) buat mewadahi “konsep” yang belum terlampung

dalam sebuah kata. Seperti kita ketahui konsep-konsep dalam kehidupan

kitaaneka macam, sedangkan jumlah kosakata terbatas. Oleh karena itu,

proses komposisi ini dalam bahasa Indonesia adalah satu mekanisme yang

relatif penting dalam pembentukan dan pengayaan kosakata.

Komposisi menurut (Verhaar, 2008:154), ialah proses morfemis yang

menggabungkan dua morfem dasar menjadi satu kata, yang disebut istilah

majemuk. Dalam bahasa Jerman pembentukan kata majemuk berasal dari

gabungan kata dasar atau juga dari kata dasar + interfik yang biasanya

berupa penambahan huruf (-s) + kata dasar. Selanjutnya (Verhaar,

2008:156), menyatakan bahwa bahasa-bahasa Jerman di Eropa Barat

memiliki potensi komposisi yang hampir tak terbatas.

Misalnya: Liebeslied yang terbentuk dari kata nomina Liebe + fugen

(-s) + kata nomina Lied.

D. Wortbildung (Komposita)

1. Pengertian Wortbildung (Komposita)

Prinzip dari Wortbildung (Pembentukan kata) adalah adanya

kombinasi dari morfem dasar dan morfem dasar (Haustür) atau

kombinasi dari sebuah morfem dasar dan imbuhan (afiks) contohnya

Schönheit. Dalam proses ini, morfem yang bergabung memodifikasi

21
pengertian morfem dasar dan dengan cara ini terciptalah leksem

bentukan baru (kata bentukan). Jika sekurang-kurangnya dua morfem

dasar digabungkan, maka ini dinamakan komposita. Sebaliknya jika satu

morfem dasar diperluas dengan sekurang-kurangnya satu afiks maka ini

dinamakan derivasi (Bingku, 2017:18).

Meskipun pertautan atau penggabungan morfem ini terdiri dari banyak

elemen, tetapi itu tetap dilihat sebagai leksem sederhana. Pada komposita

dapat dikombinasikan jenis-jenis kata yang sama dan berbeda sehingga

menciptakan sebuah kata baru baik makna maupun jenis katanya yang

berubah, pada derivasi sebaliknya setelah makna maupun jenis katanya

yang berubah, pada derivasi sebaliknya setelah kata dasar bergabung

dengan sebuah akhiran atau awalan arti atau jenis kata yang juga

mengalami perubahan:

Wortbildung

Komposition Derivation

Schöntun Syntaktisch Semantisch

Schön- heit un –schön

Trinkgeld trink- bar un- trink- bar

Lesepflicht les- bar- heit un-les-bar

22
Komposita “Schöntun” terdiri dari schön (adjektiv) dan tun (verb)

sementara pada derivasi, “Schönheit” (nomen) terdiri dari schön

(adjektiv) dan –heit (Ableitungsmorfem), dan “schön” (adjektiv) dan –

un (derivationsmorfem) (Bingku, 2017: 19).

Dalam komposita hubungan antara kata-kata penunjuk

(Bestimmungsworter) dan kata dasar (Grundwort) sangat penting

dalam membentuk makna komposita. Contoh kata dasar Kuchen dapat

membentuk komposita seperti di bawah ini:

Butter- Kuchen kue dengan menggunakan banyak mentega

Zwiebel- Kuchen kue dengan bahan dasar bawang bombay

Erdbeer- Kuchen kue dengan ditaburi Erdbeeren

Hunde- Kuchen kue untuk anjing

Baum- Kuchen kue dengan bentuk pohon

Marmor- Kuchen kue dengan contoh marmer

Blech- Kuchen kue yang dibakar dalam kaleng

Jadi dalam bahasa Jerman tidaklah sukar untuk mempelajari kosa

kata dalam hal ini kata bentukan karena yang terpenting adalah

pemahaman akan Grundwortnya dan Bestimmungswortnya (Bingku,

2017:19).

2. Jenis - jenis Komposita Nomina dan contoh – contoh aplikasinya

Ada ahli yang mengatakan bahwa setiap orang yang berbicara

bahasa Jerman mampu membentuk kata-kata baru. Herringer dalam

(Bingku, 2017:20), seperti: Lesepflicht, Leselust, buchfreundlich,

23
lesegewandt. Ada aturan-aturan yang perlu diperhatikan dalam

pembentukan kata baru khususnya komposita. Herringer mengklaim

bahwa Komposita sama dengan Zusammenzetsung (kata majemuk).

Komposita dalam hal ini adalah gabungan dua kata (morfem bebas)

atau lebih yang menjadi satu kata baru. Kata dasar posisinya selalu

paling kanan dari kata bentukan yang baru dan di depannya adalah

Bestimmungswort:

Sommer + fahr + Plan

Bestimmmungsworten Grundwort

Jenis kata dari setiap komposita adalah mengikuti kata dasar. Jadi

artikel yang digunakan mengikuti artikel kata dasar. Kata dasar juga

yang menentukan penggunaannya dalam kalimat. Contoh ein

Zeitungsleser ist ein Leser, der Zeitung liest (seorang pembaca koran

adalah seorang pembaca, yang membaca koran).

Jenis-jenis komposita ( Zusammensetzung ) dalam bahasa Jerman

adalah sebagai berikut:

a. Nomina + Verba

 Haushalten

 Massregeln

 Preisgeben

 Teilnehmen

 Danksagen

 Ballspielen

24
 Frühstücken

b. Nomina + Nomina

 Arbeitszimmer

 Familienname

 Familienstand

 Geburtsdatum

 Geburtsort

 Hausfrau

 Hausmann

 Krankenschwester

 Kinderzimmer

Pada proses pembentukan komposita jenis ini muncul juga sisipan

(-s, -en,-e, dsb.). Sisipan jenis ini dalam bahasa Jerman dinamakan

Fügenzeichen, contohnya:

 Kalbsbraten

 Ehrenwort

 Wagebau

 Kindergeschrei

 Krankenhaus

 Hundekuchen

 Schweinefutter

25
Sisipan - sisipan ini bukan Fleksionsendungen seperti morfem

plural: -e, - er, en, -s, dsb. Mereka tidak bermakna plural dan yang

paling banyak muncul atau yang menjadi sisipan terfavorit adalah –s.

Contoh- contoh:

 Inhaltsbezug

 Rindsleber

 Vertragsbruch

 Vaterlandsliebe

 Landsmann

 Gelegenheitsarbeiter

 Halbswertszeit

c. Adjektiva + Nomina

 Hochhaus

 Groβraum

 Drittwagen

 Billigstpreis

 Groβeltern

 Groβmutter

 Groβvater

 Kleinkind

 Kleinmädchen

26
d. Verba + Nomina

 Lernerfolg

 Lesebuch

 Liegestuhl

 Schlafzimmer

 Sprechstunde

 Wohnblock

 Wohnfläche

 Wohnzimmer

e. Präposition + Nomina

 Hinterhaus

 Hintertür

 Nachmittag

 Nachname

 Überstunde

 Vorabend

 Zwischendeck

 Zwischenstation

f. Nomina + Adjektiva

Komposita dari Substantive dan Adjektive juga banyak ditemukan

dalam bahasa Jerman. Makna komposita ini tergantung dari kata dan

konteks. Misalnya kata hilfsbereit artinya bereit zur Hilfe,

27
widerspruchsfrei artinya frei von Widerspruch. Makna ini banyak

ditemui pada adjektif bentukan (dari partizip 1 dan partizip 2):

eierbeladen beladen mit Eiern

sturmzerzaust vom Sturm zerzaust

gramgebeugt vom Gram gebeugt

friedliebend liebt den Frieden

3. Komposita Nomina dalam bahasa Jerman

Menurut (Rasmini, 2013:24), komposita nomina bahasa Jerman

dapat dibentuk dari gabungan dua leksem, leksem keduanyaadalah

Nomen atau bisa disebut nomina. Dalam penelitian ini, Nomen atau

nomina, Verb atau verba, Adjektiv atau kata sifat, Adverb atau kata

keterangan dan Präposition atau preposisi adalah kelas kata leksem

a. Nomina + Nomina

Peraturan dan keterangan mengenai komposisi kategori ini

mengikuti peraturan Determinativ komposita di atas.

1. die Bahn + Ø + die Karte = die Bahnkarte (kartu pelanggan kereta

api)

2. die Blume + n + der Topf = der Blumentopf (pot bunga)

3. die Geburt + s + das Datum = das Geburtsdatum (tanggal lahir)

4. die Kind + er + das Zimmer = das Kinderzimmer (kamar anak)

5. das Bad + e + das Zimmer = das Badezimmer (buku harian)

Pada contoh di atas, dapat dilihat adanya sisipan di antara dua

leksem yang digabungkan, yaitu -Ø-, -n-, -(e)s-, -er-, dan –e. Sisipan-

28
sisipan tersebut disebut Fuge. Pada dasarnya Fuge yang paling

produktif atau dua pertiga kompositum nomina Bahasa Jerman adalah

-Ø-.

Menurut (Rasmini, 2013:10), penambahan morfem -(e)s- pada

kompositum nomina dengan kata tersebut sebagai leksem pertama

pada dasarnya merupakan sinyal pembatas yaitu sebagai orientasi

untuk memudahkan pembaca dan pendengar, bahwa suatu kompositum

berasal dari beberapa leksem tertentu. Dari batasan tersebut, Fuge ini

dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu Fuge -s- atau -es- yang

memiliki kesesuaian dengan morfem fleksi sebagai kelompok pertama

dan Fuge -s- yang berfungsi untuk mengarahkan pembaca pendengar

pada adanya suatu kompositum yang berasal dari konstituennya secara

langsung sebagai kelompok kedua.

Fuge -n- awalnya berasal dari akhiran tunggal dan jamak kata

benda lemah, yaitu kata benda yang hanya mendapat akhiran -en pada

perubahan deklinasi. Contoh kata benda dalam kategori ini adalah der

Elefant (gajah). Dalam kasus selain Nominativ, Elefant akan berubah

menjadi Elefanten.

Fuge -er- dalam hal ini tidak hanya menentukan bentuk tunggal

dan jamak saja. Sebagai Fuge, -er- muncul dalam suatu kompositum

sebagai leksem pertama yang jamaknya ditambah dengan -er seperti

pada contoh (4).

Morfem tambahan -e- berasal dari morfem genitif singular dari

29
kata benda feminin kuat, yaitu kata benda yang dalam deklinasi

memiliki jenis akhiran dan morfem plural, contohnya dalam bahasa

Jerman tinggi baru antara lain Tagebuch (buku harian) dan Tagelohn

(upah harian).

b. Verba + Nomina

Dalam kategori ini, verba yang menjadi leksem pertama

kompositum hanya diambil Verbstamm-nya saja, seperti yang terlihat

pada contoh sebagai berikut.

(1) kochen + der Kurs = der Kochkurs (kursus memasak)

(2) malen + der Kurs = der Malkurs (kursus melukis)

(3) baden + die Wanne = die Badewanne (bak mandi)

Contoh (1) dan (2) di atas memiliki Fuge -Ø-. Dalam penelitian

ini, sebagian besar kategori kompositum nomina kategori Verba +

Nomina yang ditemukan memiliki nol Fuge atau -Ø-. Contoh (3)

adalah contoh pengecualian. Contoh ini memiliki Fuge -e- yang

penggunaannya dalam kompositum sangat terbatas. Contoh (3) adalah

contoh kasus pengecualian untuk bunyi akhiran [d].

Contoh (3) adalah contoh pengecualian. Contoh ini memiliki Fuge

-e- yang penggunaannya dalam kompositum sangat terbatas. Menurut

Wermke dalam (Rasmini, 2013:26), fuge muncul ketika leksem

pertama merupakan verba dasar (Verbstamm) yang berakhiran dengan

bunyi katup bersuara, [b], [d], dan [g]. Contoh (3) adalah contoh kasus

30
pengecualian untuk bunyi akhiran [d]. Contoh lain untuk aturan ini

adalah sebagai berikut.

(1) heben + die Bühne = die Hebebühne (tangga penggerak)

(2) tragen + die Tasche = die Tragetasche (tas jinjing).

Fuge -e- juga disisipkan bila verba dasar berakhiran dengan bunyi

dental [t] dan bunyi dental [z], contohnya adalah sebagai berikut.

(1) warten + das Zimmer = das Wartezimmer (kamar tunggu)

(2) lesen + der Tisch = der Lesetisch (meja baca)

Fuge ini juga disisipkan bila Verba berakhiran dengan bunyi nasal

[ɳ ] seperti pada contoh di bawah.

(1) hängen + die Lampe = die Hängelampe (lampu gantung)

Fungsi Fuge -e- dalam kompositum ini adalah untuk memudahkan

pengucapan.

c. Adjektiv + Nomina

Leksem pertama dalam kategori ini adalah kata sifat yang

menerangkan leksem kedua sebuah kompositum.

(1) ober + der Arm= der Oberarm (lengan atas)

(2) super + der Markt = der Supermarkt (supermarket)

d. Adverb + Nomina

Leksem pertama dalam kategori ini adalah kata sifat yang

menerangkan leksem kedua sebuah kompositum.

(1) abend + das Essen = das Abendessen (makan malam)

(2) links + der Händer = der Linkshänder (orang kidal)

31
e. Präposition + Nomen (preposisi + nomina)

(1) nach + der Mittag = der Nachmittag (sore hari)

(2) zwischen + die Station = die Zwischenstaion (stasiun perantara)

4. Komposita Nomina dalam bahasa Indonesia

a. Pengertian Proses Pemajemukan

Menurut (Musslich, 2010:57), proses pemajemukan (komposisi)

merupakan penggabungan dua atau lebih morfem dasar menjadi satu

kesatuan dan menimbulkan makna yang relatif baru. Hasil proses ini

disebut bentuk majemuk. Misalnya kamar anak, buku tulis, keras kepala,

sapu tangan. Masing-masing bentuk majemuk ini terdiri atas kombinasi

bentuk dasar kamar dan anak, buku dan tulis, keras dan kepala serta sapu

dan tangan.

b. Ciri Kata Yang Mengalami Proses Pemajemukan

Ciri-ciri suatu bentuk majemuk dapat dilihat dari dua segi, yaitu dari

sifat konstruksi dan sifat unsurnya. Ditinjau dari sifat konstruksinya,

bentuk majemuk tergolong konstruksi pekat. Karena kepekatannya itu,

bentuk atau unsur lain tidak dapat disisipkandiantara unsur-unsurnya, baik

itu (sebagai konstruksi atributif dalam frase), dan (sebagai konstruksi

koordintif dalam frase), maupun dengan –nya atau milik (sebagaimana

konstruksi posesif dalam frase). Selain itu, kepekatan itu terlihat pada

perlakuan terhadap unsur-unsur yang dianggap sebagai satu kesatuan

bentuk. Buktinya, ketika mendapatkan atau bergabung dengan afiks,

32
mereka diperlakukan sebagai satu bentuk dasar (yang unsurnya tidak

dapat dipisahkan). Misalnya, apabila afiks {meN-kan} bergabung dengan

bentuk dasar hancur lebur menjadi menghancur leburkan, tetapi bukan

*menghancur lebur atau *hancur meleburkan (Musslich, 2010:59).

c. Jenis Pemajemukan Dalam Bahasa Indonesia

Jika dilihat dari hubungan unsur-unsur yang mendukungnya, bentuk

majemuk terdiri dari tiga jenis, yaitu:

1. Bentuk majemuk yang unsur pertama dijelaskan (D) oleh unsur kedua
(M).

2. Bentuk majemuk yang unsur pertama menjelaskan (M) unsur kedua


(D).

3. Bentuk majemuk yang unsur-unsurnya tidak saling menjelaskan, tetapi


hanya merupakan rangkaian yang kompulsif.

Bentuk majemuk jenis (a) dapat dibedakan lagi menjadi dua macam,

yaitu:

1. Karmadharaya, unsur yang kedua (sebagai M) berkelas kata sifat.


Contoh:

 Orang kecil = rakyat jelata

 Hari besar = hari yang diperingati secara nasional

 Meja hijau = pengadilan

2. Tatpurusa, unsur yang kedua (sebagai M) berkelas kata salain kata


sifat. Contoh:

33
 Meja tulis

 Ruang tamu

 Kamar mandi

Bentuk majemuk jenis (b) pada umumnya berasal dari unsur serapan,

terutama dari bahasa Sanskerta. Contohnya: perdana menteri. Bentuk-

bentuk ini tidak produktif lagi karena saat ini orientasinya tidak diarahkan

ke bahasa Sanskerta.

Bentuk majemuk jenis (c), biasanya disebut dwandwa. Jika dilihat dari

hubungan makna unsur-unsurnya, ada yang padanan, berlawanan, dan ada

yang bersinonim. Misalnya:

 Hubungan setara : kaki tangan

 Hubungan berlawanan : simpan pinjam, ibu bapak;

 Hubungan bersinonim : sanak saudara;

Klasifikasi selanjutnya didasarkan dalam konstruksi kelas katanya.

Dari penenlitian Samsuri dalam (Musslich, 2010:63), dapat disimpulkan

bahwa kata majemuk bahasa Indonesia bisa diklasifikasikan ke dalam

Sembilan kelompok yaitu,

1. KB - KB : mata keranjang ,kepala batu, tanah air, tuan tanah.

2. KB - KK : kamar tidur, roti bakar, kursi goyang, ayam sabung.

3. KB - KS : kepala dingin, bini muda, kursi malas, hidung belang..

4. KK - KB : tolak peluru, masuk angin, balas budi, tusuk jarum.

34
5. KK - KK : pukul mundur, pulang pergi, turun minum, temu karya..

6. KK - KS : ada untung, tertangkap basah, tahu beres.

7. KS - KB : gatal mulut, haus darah, tinggi hati, besar kepala.

8. KS - KK : salah ambil, salah lihat, buruk sangka.

9. KS - KS : panjang lebar, tua renta, lemah lembut, kering kerontang.

Ternyata di luar sembilan jenis itu masih ada delapan kelompok kata

majemuk. Kesebelah kelompok kata majemuk yang dimaksud sebagai

berikut.

1. KB - Kata Bilangan (KBil) : langkah seribu, roda dua, roda empat,

nomor dua.

2. Kbil - KB : setengah mati, perdana menteri, empat mata.

3. Kbil - Kbil : sekali dua „pernah tapi jarang‟.

4. Kket - KB : sebelah mata „remeh‟, „enteng‟.

5. KB - KK - Kbl : hewan berkaki seribu.

6. Kbil - Kbil - KB : setali tiga uang.

7. KB - KK - KB : senjata makan tuan.

8. Kbil - KK : setengah mati

35
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kualitatif dengan pendekatan analisis kontrastif. Menurut (Kabangunang,

2013:38), penelitian deskriptif menilai sifat dan kondisi yang tapak dengan

tujuan dibatasi untuk menggambarkan karakterisitik sesuatu sebagaimana

adanya. Pendapat tersebut senada dengan (Sengko, 2022: 27), penelitian

deskriptif tidak dapat dimaksudkan dalam menguji hipotesis, akan tetapi

hanya boleh menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel, gejala

atau keadaan.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat diambil kesimpulan

bahwa metode deskriptif dapat digunakan untuk meggambarkan dan

menjelaskan persamaan dan perbedaan pembentukan komposita nomina

bahasa Jerman dan bahasa Indonesia.

B. Sumber Data

Sumber data yang diambil dalam penelitian ini berupa data primer

(buku-buku) yang berhubungan dengan pembentukan komposita nomina

dalam bahasa Jerman dan bahasa Indonesia.

C. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah

studi kepustakaan (library research). Langkah pertama adalah membaca

36
sumber data dengan cermat, kemudian kompositum-kompositum yang

didapatkan pada buku sumber dicatat pada buku. Kata-katanya

diklasifikasikan berdasarkan bentuk, makna dan bentuk padanannya

dalam bahasa Indonesia.

D. Teknik Analisis Data

Data-data yang telah dikumpulkan selanjutnya dianalisis menggunakan

teknik analisis data. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini

mengacu pada teknik analisis kontrastif yang dikemukakan oleh Ellis

dalam (Sengko, 2022:28), yaitu :

1. Mendeskripsikan komposita nomina bahasa Jerman dan bahsa

Indonesia.

2. Menyeleksi kompostita-komposita nomina bahasa Jerman dan bahasa

Indonesia sehingga dapat dibandingkan dan atau dikontraskan.

3. Pengontrasan, komposita nomina bahasa Jerman dan bahasa Indonesia,

yang tentu saja akan menunjukkan persamaan dan perbedaan masing-

masig unsur yang dikontraskan, dan

4. Memprediksi kesalahan atau kesulitan siswa berdasarkan tiga

langkah yang pertama.

37
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Proses Pembentukan Komposita Nomina dalam bahasa Jerman

Tabel 1: Bentuk komposita nomina + nomina bahasa

Jerman danpadanannya dalam bahasa Indonesia.

No. Kompositum Keterangan Padanannya dalam


bahasa Indonesia
1. das Arbeitszimmer die Arbeit + s + ruang kerja
das Zimmer
(nomina + nomina)
2. das Badezimmer das Bad + e + kamar mandi
das Zimmer
(nomina + nomina)
3. der Blumentopf die Blume + n + pot bunga
der Topf
(nomina + nomina)
4. der Familienname die Familie + n + nama keluarga
der Name
(nomina + nomina)
5. der Familienstand die Familie + n + der status pernikahan
Stand
(nomina + nomina)
6. das Fuβallstadion der Fuβall + das Stadion stadion sepakbola
(nomina + nomina)
7. das Geburtsdatum die Geburt + s + tanggal lahir
das Datum
(nomina + nomina)
8. die Geburtsort die Geburt + die Sorte tempat lahir
(nomina + nomina)
9. der Geburtstag die Geburt + s + der Tag hari ulang tahun
(nomina + nomina)
10. die Handynummer das Handy + die nomor handphone
Nummer
(nomina + nomina)
11. die Hausfrau das Haus + die Frau ibu rumah tangga
(nomina + nomina)

38
12. der Hausmann das Haus + der Mann pembantu rumah
(nomina + nomina) tangga
13. die Jahreszeit die Jahre + s + die Zeit musim
(nomina + nomina)
14. die der Kaffee + die mesin kopi
Kaffeemaschine Maschine
(nomina + nomina)
15. der Rechtsbrecher das Recht+ s + der pelanggar hukum
Brecher
(nomina + nomina)
16. die das Recht+s + die bagian hukum
Rechtsabteilung Abteilung
(nomina + nomina)
17. das Sofakissen das Sofa + das Kissen bantal sofa
(nomina + nomina)
18. die Telefonnumer das Telefon + die nomor telefon
Nummer
(nomina + nomina)

Tabel 2: Bentuk komposita verba + nomina bahasa

Jerman dan padanannya dalam bahasa Indonesia.

No. Kompositum Keterangan Padanannya dalam


bahasa Indonesia
1. der Backofen back|en + der Ofen pemanggang
(verba + nomina)
2 die Badewanne bad + e + die Wanne bak mandi
(verba + nomina)
3. die Fahrbahn fahr|en + die Bahn jalur kereta
(verba + nomina)
4. die Fahrkarte fahr|en + die Karte karcis/tiket
(verba + nomina)
5. das Fertighaus fertig|en + das Haus rumah pabrikan
(verba + nomina)
6. der Gefrierfleisch gefrier|en + der Fleisch daging beku
(verba + nomina)
7. der Gefrierschrank gefrier|en + der Schrank lemari pembeku
(verba + nomina)
8. der Kochkurs koch|en + der Kurs kursus memasak
(verba + nomina)

39
9. der Lesebrief les + e + der Brief surat untuk editor
(verba + nomina)
10. das Lesebuch les + e + das Buch membaca buku
(verba + nomina)
11. das Mahnmall mahn|en + das Mall tugu peringatan
(verba + nomina)
12. der Mahnzettel mahn|en + der Zettel surat peringatan
(verba + nomina)
13. der Malkurs mal|en + der Kurs kursus melukis
(verba + nomina)
14. das Schwimmbad schwimm|en + das Bad Kolam renang
(verba + nomina)
15. das Schreibpapier schreib|en + das Papier kertas tulis
(verba + nomina)
16. der Spielplan spiel|en + der Plan jadwal pertandingan
(verba + nomina)
17. die Spülmaschine spül|en + die Maschine mesin cuci piring
(verba + nomina)
18. das Wohnzimmer wohnen + das Zimmer ruang tamu
(verba + nomina)

Tabel 3: Bentuk komposita adjektif + nomina bahasa

Jerman dan padanannya dalam bahasa Indonesia.

No. Kompositum Keterangan Padanannya dalam


bahasa Indonesia
1. die Altstadt alt + die Stadt kota tua
(adjektif + nomina)
2. das Frühjahr früh + das Jahr musim semi
(adjektif + nomina)
3. die Groβeltern groβ + die Eltern kakek – nenek
(adjektif + nomina)
4. der Groβvater groβ + der Vater kakek
(adjektif + nomina)
5. die Groβmutter groβ + die Mutter nenek
(adjektif + nomina)
6. der Groβraum groβ + der Raum ruangan besar
(adjektif + nomina)
7. das Hochhaus hoch + das Haus gedung pencakar
(adjektif + nomina) langit

40
8. das Kleinmädchen klein + das Mädchen gadis kecil
(adjektif + nomina)
9. das Kleingeld klein + das Geld uang kecil
(adjektif + nomina)
10. das Kleinholz klein + das Holz kayu kecil
(adjektif + nomina)
11. der Kleinkind klein + der Kind anak kecil
(adjektif + nomina)
12. der Kühlschrank kühl + der Schrank lemari es
(adjektif + nomina)
13. der Oberarm ober + der Arm lengan atas
(adjektif + nomina)
14. der Supermarkt super + der Markt supermarket
(adjektif + nomina)

Tabel 4: Bentuk komposita adverb + nomina bahasa

Jerman dan padanannya dalam bahasa Indonesia.

No. Kompositum Keterangan Padanannya dalam


bahasa Indonesia
1. der Linksauβen links + der Auβen pemain kiri luar
(adverb + nomina)
2. der Linkshänder links + der Händer orang kidal
(adverb + nomina)
3. der Rechtsabbieger rechts + der Abbieger kendaraan yang
(adverb + nomina) membelok ke kanan
4. die die Recht+s + die bagian hukum
Rechtsabteilung Abteilung
(adverb + nomina)

Tabel 5: Bentuk komposita preposisi + nomina bahasa

Jerman dan padanannya dalam bahasa Indonesia.

No. Kompositum Keterangan Padanannya dalam


bahasa Indonesia
1. das Hinterhaus hinter + das Haus rumah belakang
(preposisi + nomina)
2. der Hinterhof hinter + der Hof halaman belakang
(preposisi + nomina)

41
3. der Hintergrund hinter + der Grund latar belakang
(preposisi + nomina)
4. die Hintertür hinter + die Tür pintu belakang
(preposisi + nomina)
5. der Mitarbeiter mit + der Arbeiter rekan kerja
(preposisi + nomina)
6. der Nachmittag nach + der Mittag sore hari
(preposisi + nomina)
7. der Nachname nach + der Name nama belakang
(preposisi + nomina)
8. die Überstunde über + die Stunde jam lembur
(preposisi + nomina)
9. der Unterrock unter + der Rock rok dalam
(preposisi + nomina)
10. der Vorabend vor + der Abend malam belum larut
(preposisi + nomina)
11. die Vorspeise vor + die Speise makanan pembuka
(preposisi + nomina)
12. die zwischen + die Station stasiun perantara
Zwischenstation (preposisi + nomina)
Sumber data: Dengler, Rusch, Schmitz und Sieber. Netzwerk A1 dan
A2.Kamus Jerman Indonesia, Heuken 2014.

Keterangan :

Data di atas menunjukkan bahwa untuk pembentukan komposita

nomina bahasa Jerman melalui terjadi proses penggabungan antara

(nomina + nomina), (verba + nomina), (adjektiv + nomina), (adverb +

nomina), dan (preposisi + nomina). Dalam penggabungan kata antara

nomina + nomina biasanya, terdapat sisipan dari kedua kata yang

digabungkan. Contohnya dalam tabel 1: (1) die Arbeit + s + das Zimmer =

das Arbeitszimmer (,,kamar kerja”). Dari contoh di atas, dapat dilihat

terdapat sisipan s diantara kata yang digabungkan. Selanjutnya, dalam

penggabungan kata antara verba + nomina, verba yang menjadi kata

42
pertama kompositumnya hanya diambil Verbstammnya saja.

Contohnya dalam tabel 2: (8) kochen + der Kurs = der Kochkurs (koch =

Stamm) (,,kursus memasak”). Terdapat pengecualian, contohnya dalam

tabel 2: (10) lesen + das Buch = das Lesebuch, (,,buku bacaan”), les-

adalah Stamm dan e adalah sisipan. Dapat dilihat dengan jelas diantara dua

kata yang digabungkan terdapat morfem tambahan e atau disebut sisipan.

Selanjutnya dalam penggabungan antara (adjektiv + nomina), (adverb +

nomina) dan (preposisi + nomina) hanya diaplikasikan sesuai kata yang

digabungkan. Contohnya dalam tabel 3: (1) alt + die Stadt = die Altstadt

(,,kota tua”) dan dalam tabel 5: (11) vor + die Speise = die Vorspeise

(,,makanan pembuka”).

Selain yang telah dijelaskan di atas, data mengungkapkan juga

bahwa semua komposita nomina dalam bahasa Jerman harus memiliki

Artikel dan penentuan Artikel ini adalah menggunakan Artikel kata yang

kedua (Bestimmungswort).

Jika dikaitkan dengan padanan maknanya dalam bahasa Indonesia

maka bahasa Jerman menerapkan MD (menerangkan (M) dan diterangkan

(D). Contohnya der Schreibtisch (schreiben= M dan Tisch= D), die

Haustuer (Haus =M dan Tuer= D), die Altstadt (alt= M dan Stadt= D).

Terungkap juga dari data bahwa dalam penulisannya kata

komposita bahasa Jerman tidak terpisah tetapi menjadi satu kata baru

(Haustuer, Altstadt).

43
B. Proses Pembentukan Komposita Nomina dalam bahasa Indonesia

Tabel 1 : Bentuk komposita nomina + nomina bahasa Indonesia

dan padanannya dalam bahasa Jerman

No. Komposita Keterangan Padanannya dalam


bahasa Jerman
1. kereta api nomina + nomina der Zug

2. kolam renang nomina + nomina das Schwimmbad

3. malam hari nomina + nomina der Vorabend

4. mesin kopi nomina + nomina die Kafeemaschine

5. nama keluarga nomina + nomina der Familiennanme

6. nomor telefon nomina + nomina die Telefonnumer

7. permainan kartu nomina + nomina das Kartenspiel

8. pot bunga nomina + nomina der Blumentopf

9. ruang operasi nomina + nomina der Operationssaal

10. rumah sakit nomina + nomina das Krankenhaus

11. sore hari nomina + nomina der Nachmittag

12. stadion sepakbola nomina + nomina das Fuβallstadion

13. status pernikahan nomina + nomina der Familienstand

14. tanggal lahir nomina + nomina das Geburtsdatum

15. tempat lahir nomina + nomina die Geburtsort

16. waktu makan nomina + nomina die Essenszeit

44
Tabel 2 : Bentuk komposita nomina + verba bahasa Indonesia

dan padanannya dalam bahasa Jerman

No. Komposita Keterangan Padanannya dalam


bahasa Jerman
1. bengkel kerja nomina + verba die Werkstatt

2. kamar mandi nomina + verba das Badezimmer

3. kamar tidur nomina + verba das Schlafzimmer

4. kayu bakar nomina + verba das Brennholz

5. kentang goring nomina + verba die Bratkartoffel

6. lemari pembeku nomina + verba der Gefrierschrank

7. meja tulis nomina + verba der Schreibtisch

Tabel 3 : Bentuk komposita nomina + adjektiv bahasa Indonesia

dan padanannya dalam bahasa Jerman

No. Komposita Keterangan Padanannya dalam


bahasa Jerman
1. anak kecil nomina + adjektiv das Kleinkind

2. harga murah nomina + adjektiv der Billigpreis

3. kayu kecil nomina + adjektiv das Kleinholz

Sumber data : Tata bentuk bahasa Indonesia, Musslich 2010.


Pembentukan kata dalam bahasa Indonesia, Kridalaksana 2007.

Keterangan :

Data di atas menunjukkan bahwa untuk pembentukan komposita nomina

bahasa Indonesia melalui proses penggabungan antara (nomina + nomina), (nomina

45
+ verba) dan (nomina + adjektiv) tidak mengalami penyederhanaan melainkan

dengan menuliskan morfem utuh. Contohnya dalam tabel 1: (14) tempat lahir =

nomina + nomina (die Geburtsort).

Jika dilihat dari makna komposita dalam bahasa Indonesia, maka yang

diterapkan adalah DM (diterangkan = D dan menerangkan = M). Contohnya dalm

tabel 1: (12) stadion sepakbola (stadion = D dan sepakbola = M), meja tulis (meja =

D dan tulis = M) dalam tabel 2 nomor 7.

Jika kedua data di atas dibandingkan maka terungkap adanya persamaan dan

perbedaan pembentukan komposita nomina bahasa Jerman dan bahasa Indonesia.

Secara rinci persamaan dan perbedaan dijelaskan pada uraian berikut ini.

Persamaan :

1. Baik dalam bahasa Jerman maupun bahasa Indonesia terdapat komposita

nomina.

2. Jenis-jenis kata yang dirangkaikan menjadi komposita adalah nomina +

nomina, verba + nomina, adjektiv + nomina, adverb + nomina

Perbedaan :

1. Dalam proses pembentukan komposita nomina bahasa Jerman terjadi

penambahan sisipan atau bisa disebut juga Fuge, yaitu –e, -en-, -n dan –s.

Contohnya: die Geburt + s + der Tag = der Geburtstag, Sedangkan, dalam

proses pembentukan komposita nomina bahasa Indonesia tidak mengalami

penambahan sisipan tertentu.

46
2. Untuk pembentukan komposita dari verba dan nomina dalam bahasa Jerman,

terjadi penyederhanaan verba dengan menghilangkan Endung Infinitif

(en) dari verba, dan yang digunakan adalah Stamm verba tersebut,

contohnya das Lesebuch ( les = Stamm dan e adalah sisipan).

Sebaliknya dalam bahasa Indonesia proses komposita nomina tidak

mengalami penyederhanaan verba, karena yang digunakan adalah verba itu

sendiri secara utuh.

3. Komposita nomina bahasa Jerman memiliki Artikel dan jika kedua kata

adalah nomina maka komposita nomina mengunakan artikel dari kata kedua

(Bestimmungswort). Sedangkan, dalam bahasa Indonesia komposita tidak

memiliki artikel. Contohnya: (1) das Handy + die Nummer = die

Handynummer (,,nomor handphone”). (2) meja + tulis = meja tulis.

4. Dalam pembentukan komposita verba + nomina bahasa Jerman, verba yang

menjadi kata pertama kompositumnya hanya diambil Verbstammnya saja.

Contohnya: wohnen + das Zimmer = das Wohnzimmer (,,ruang tamu”).

47
Prediksi Kesalahan

1. Kesalahan yang akan diprediksi terjadi dalam proses pembentukan

komposita nomina bahasa Jerman adalah sulitnya bagi para pembelajar

menetukan Artikel untuk komposita yang baru dibentuk karena

kemungkinan mereka akan menempatkan Artikel dari kata yang pertama.

Banyak pembelajar yang mengalami kesulitan menentukan Artikel nomina

mana yang tergabung dalam suatu komposita yang dapat mewakili Artikel

komposita tersebut.

2. Selain kesalahan di atas diprediksi juga bahwa pembelajar akan

menggunakan verba secara utuh dalam pembentukan komposita dari verba

dan nomina.

48
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian proses pembentukan komposita nomina

bahasa Jerman dan bahasa Indonesia dengan menggunakan analisis kontrastif

maka dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk pembentukan komposita nomina

bahasa Jerman melalui terjadi proses penggabungan antara (nomina +

nomina), (verba + nomina), (adjektiv + nomina), (adverb + nomina), dan

(preposisi + nomina). Sedangkan, dalam bahasa Indonesia melalui proses

penggabungan antara (nomina + nomina), (nomina + verba) dan (nomina +

adjektiv).

Dalam penggabungan kata bahasa Jerman antara nomina + nomina

biasanya, terdapat sisipan dari kedua kata yang digabungkan. Contohnya: die

Arbeit + s + das Zimmer = das Arbeitszimmer (,,kamar kerja”). Dari contoh di

atas, dapat dilihat terdapat sisipan s diantara kata yang digabungkan.

Selanjutnya, dalam penggabungan kata antara verba + nomina, verba yang

menjadi kata pertama kompositumnya hanya diambil Verbstammnya

saja. Contohnya: kochen + der Kurs = der Kochkurs (koch = Stamm) (,,kursus

memasak”). Terdapat pengecualian, contohnya: lesen + das Buch = das

Lesebuch, (,,buku bacaan”), les- adalah Stamm dan e adalah sisipan.

49
Selanjutnya dalam penggabungan antara (adjektiv + nomina), (adverb +

nomina) dan (preposisi + nomina) hanya diaplikasikan sesuai kata yang

digabungkan. Contohnya: (1) alt + die Stadt = die Altstadt (,,kota tua”), (2)

abend + das Essen = das Abendessen (,,makan malam”), (3) vor + die Speise

= die Vorspeise (,,makanan pembuka”). Sebaliknya dalam bahasa

Indonesia proses komposita nomina tidak mengalami penyederhanaan verba

melainkan dengan menuliskan morfem utuh. Contohnya: tempat lahir =

nomina + nomina (die Geburtsort).

Selain yang telah dijelaskan di atas, data mengungkapkan juga bahwa

semua komposita nomina dalam bahasa Jerman harus memiliki Artikel dan

penentuan Artikel ini adalah menggunakan Artikel kata yang kedua

(Bestimmungswort). Sedangkan, dalam bahasa Indonesia tidak mengenal

Artikel kata benda.

Jika dikaitkan dengan padanan maknanya dalam bahasa Indonesia

maka bahasa Jerman menerapkan MD (menerangkan (M) dan diterangkan

(D). Contohnya der Schreibtisch (schreiben= M dan Tisch= D), die Haustuer

(Haus =M dan Tuer= D), die Altstadt (alt= M dan Stadt= D). Sedangkan,

dalam bahasa Indonesia yang diterapkan adalah DM (diterangkan = D dan

menerangkan = M). Contohnya stadion sepakbola (stadion = D dan sepakbola

= M), meja tulis (meja = D dan tulis = M).

Terungkap juga dari data bahwa dalam penulisannya kata komposita

50
bahasa Jerman tidak terpisah tetapi menjadi satu kata baru (Haustuer,

Altstadt). Sedangkan, dalam bahasa Indonesia untuk penulisannya tepisah

(meja tulis).

B. Saran

Dari kesimpulan di atas, maka beberapa saran dari penulis bagi para

pembelajar dan pengajar bahasa Jerman adalah sebagai berikut:

1. Pembelajar sebaiknya menguasai tata bahasa Jerman dan bahasa

Indonesia, agar bisa mengetahui perbedaan dan persamaan tata bahasa

kedua bahasa tersebut khususnya di bidang komposita.

2. Pengajar harus menguasai tata bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama

dan bahasa Jerman sebagai bahasa kedua.

51
DAFTAR PUSTAKA

Bingku, S. M. 2010. Buku Ajar Linguistik Bahasa Jerman 2. Kementrian

Pendidikan Nasonal Universitas Negeri Manado Lembaga Pembinaan dan

Pengembangan Aktivitas Intruksional (LP2AI).

Chaer, Abdul 2008. Morfologi Bahasa Indonesia. Pendekatan Proses. Jakarta:

PT Rineka Cipta.

Erlangga, Heru. 2011. Analisis Kontrastif Sumimasen Bahasa Jepang dengan Punten

Bahasa Sunda Dari Segi Makna Dan Penggunaannya. Skripsi. Bandung:

Universitas Komputer Indonesia.

Gani dan Arsyad. 2018. Kajian Teoritis Struktur Internal Bahasa ( Fonologi,

Morfologi, Sintaksis, dan Semantik). Jurnal Bahasa dan Sastra Arab,V 7 N 1.

1-20. Surabaya: Universitas Muhammadiyah Gresik.

Kabangunang, C. 2013. Pembentukan Anak Kalimat yang berperan sebgai Obyek

Kalimat dalam Bahasa Jerman dan Bahasa Indonesia. (Suatu Analisis

Kontrastif). Skripsi. Tondano: Univesitas Negeri Manado.

Kusuma, Alam B. 2016. Pemerolehan Bahasa Pertama sebagai Dasar Pembelajaran

Bahasa Kedua. Jurnal Komunikasi dan Pendidikan Islam, V 5 N 2, 117-141.

Misdawati. 2019. Analisis Kontrastif dalam Pembelajaran Bahasa. Jurnal Bahasa

dan Sastra Arab. Malang: Universitas Negeri Malang.

Mulya, I. G. B. A. 2020. Analisis Makna Verba Majemuk Owaru dalam Bahasa

52
Jepang. Jurnal Pendidikan Bahasa Jepang, V 6 N 3, 287-293.

Nugraheni, L., & Ahsin, M. N. (2021). Pemerolehan Bahasa pada Anak Usia Dini di

Desa Hadiwarno Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus. Jurnal Educatio

FKIP UNMA, 7(2), 375-381.

Permanasari. D. 2019. Kemampuan Menulis Teks Drama Pada Siswa Kelas VIII

SMP N 25 Bandar Lampung. Jurnal Kajian Bahasa dan Sastra. Bandar

Lampung.

Rasmini, Ni Putu. 2013. Kompositum Nomina Bahasa Jerman dan Padanannya

Dalam Bahasa Indonesia. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri

Yogyakarta.

Salamah, S. (2022). Pemerolehan Bahasa Pertama Pada Anak Usia Dini. Jurnal

Penelitian Pendidikan Bahasa Dan Sastra, 7(1), 27-34.

Sengko, M. M. G. 2022. Afiksasi Pembentuk Kata Benda Bahasa Jerman dan

Bahasa Indonesia. (Suatu Analisis Kontrastif). Skripsi. Tondano:

Univesitas Negeri Manado.

Setiyadi, S. 2013. Pemerolehan Bahasa Kedua Menurut Stephen Krashen.

Jurnal At-Ta’dib, V 8 N , 265-280.

Siahaan, J. (2012). Analisis Morfologis Adjektiva Bahasa Jerman. Jurnal Pendidikan

bahasa Jerman -, 1-10

Tajudin, Nur. 2016. Analisis Kontrastif Dalam Studi Bahasa. Skripsi. Bandung:

53
Universitas Padjajaran Bandung.

Verhaar, J.W.M. 2008. ”Asas-Asas Linguistik Umum”. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Wicaksono, A. 2015. Teori Pembelajaran bahasa. Yogyakarta: Garudh

54
55

Anda mungkin juga menyukai