Anda di halaman 1dari 124

ANALISIS MAJAS PUISI KARYA ROBERT FROST

Tugas Akhir
diajukan untuk melengkapi
persyaratan mencapai
gelar sarjana

NAMA : PUTRI INTAN POLINDIRA


NPM : 201512500424

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
2019
LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI

Nama : Putri Intan Polindira

NPM : 201512500424

Fakultas : Bahasa dan Seni

Program Studi : Pendidikan Bahasa Inggris

Judul Skripsi : Analisis Majas Puisi Karya Robert Frost

Telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan

Pada tanggal …………………......

Pembimbing Materi Pembimbing Teknik

(Noni Marlianingsih, S.S., M.Hum.) (Nini Adelina Tanamal, M,Th.)

i
LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : PUTRI INTAN POLINDIRA

NPM : 201512500424

Program Studi : Pendidikan Bahasa Inggris

Fakultas : Bahasa dan Seni

Judul : Analisi Majas Puisi Karya Robert Frost

Panitia Ujian

Ketua : Prof. Dr. H. Sumaryoto

Sekretaris : Dr. Supeno, M.Hum

Anggota :

No. Nama Tanda Tangan

1.

2.

3.

ii
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Putri Intan Polindira

NPM : 201512500424

Program Studi : Pendidikan Bahasa Inggris

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi/tugas akhir dengan judul Analisis Majas
Puisi Karya Robert Frost beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya
sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang
tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas
pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi apabila di kemudian hari
ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim dari pihak lain
terhadap keaslian karya saya ini sesuai dengan Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab VI
Pasal 25 ayat 2 dan Bab XX Pasal 70. Demikian pernyataan ini saya buat untuk
dimanfaatkan sesuai dengan keperluan.

Jakarta,

Yang menyatakan,

Materai

6000

Putri Intan Polindira

iii
ABSTRAK

A. Putri Intan Polindira, NPM : 201512500424


B. Analisis Majas Puisi Karya Robert Frost. Skripsi / Tugas Akhir : Jakarta :
Fakultas : Bahasa dan Seni : Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris :
Universitas Indraprasta Persatuan Guru Republik Indonesia, July 2019.
C. xi + 5 bab + 90 halaman
D. Kata kunci : Majas, Puisi, Robert Frost
E. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis majas dan
penafsirannya dalam puisi karya Robert Frost. Penelitian ini menggunakan
metode kepustakaan. Penulis juga menggunakan deskriptif kualitatif
dengan pendekatan semiotik. Setelah peneliti menganalisis majas yang
terdapat dalam puisi karya Robert Frost, akhirnya peneliti menyimpulkan
bahwa terdapat dua belas majas yang digunakan dalam puisi karya Robert
Frost, yaitu: personifikasi, repetisi, metafora, simbol, litotes, ironi,
retorika, apostrof, paradox, klimaks, parabel, dan hiperbola. Di antara
majas tersebut, yang paling sering digunakan yaitu personifikasi dan
simbol. Sedangkan majas yang paling jarang digunakan yaitu: litotes,
ironi, retorika, klimaks, dan parabel.
F. Daftar Pustaka : 25 buku,
2 jurnal,
1 internet.
G. Dosen Pembimbing : 1. Noni Marlianingsih, SS, M.Hum (Pembimbing
Materi)
2. Nini Adelina Tanamal, M.Th (Pembimbing
Teknik)

iv
“Everything Happens For
Reasons. Stop Complaining
and Live With A Sincere
Heart”

“Skripsi ini

penulis persembahkan

kepada Almarhum Ayah, dan Ibu tercinta

pengorbananmu akan kukenang sepanjang masa”

v
Kata Pengantar

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan kasih sayang dan pertolongan-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

Skripsi/Tugas akhir yang berjudul analisis majas puisi karya Robert Forst

ini ditulis untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar kesarjanaan

pada Universitas Indraprasta PGRI. Pada kesempatan yang baik ini, izinkan

penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terimakasih kepada semua pihak

yang telah dengan tulus ikhlas memberikan bantuan dan dorongan kepada penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada;

1. Noni Marlianingsih, SS, M.Hum selaku Dosen Pembimbing Materi

Universitas Indraprasta PGRI.

2. Nini Adelina Tanamal, M.Th selaku Dosen Pembimbing Teknik

Universitas Indraprasta PGRI.

3. Prof. Dr. H. Soemaryoto selaku Rektor Universitas Indraprasta PGRI

4. Drs. Supeno, M.Hum selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Seni

Unibersitas Indraprasta PGRI.

5. Ira Miranti, SS, M.Hum selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Bahasa Inggris Universitas Indraprasta PGRI.

6. Muhammad Sulhan, M.Pd selaku Sekretaris Program Studi Bahasa

Inggris Universitas Indraprasta PGRI.

vi
7. Seluruh Bapak dan Ibu dosen beserta segenap Karyawan Universitas

Indraprasta PGRI.

8. Mama, papa, lilik serta kakak dan adikku, ci Valen, kokoh Dika, Selly,

dan mas Raga yang senantiasa selalu mengiringi penulis dengan doa

dan kasih sayang tiada tara.

9. Teman-temanku Andita, Neli, dan tim ‘wisuda bareng 2019’, beserta

teman-teman RE. terimakasih atas dukungan dan bantuannya.

10. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang

tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya

baik bentuk, isi maupun teknik penyajiannya, oleh sebab itu penulis

mengharapkan kritikan dan saran dengan tangan terbuka agar dapat

memperbaikinya. Semoga kehadiran skripsi ini memenuhi sasarannya.

Jakarta,

Penulis

vii
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... i

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... ii

ABSTRAK ...................................................................................................... iii

LEMBAR MOTO .......................................................................................... iv

KATA PENGANTAR .................................................................................... vi

DAFTAR ISI ................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

A. Latar Belakang ......................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ................................................................ 4

C. Batasan Masalah ....................................................................... 4

D Rumusan Masalah .................................................................... 5

E Tujuan Penelitian .................................................................... 5

F Kegunaan Penelitian ............................................................... 6

G Sitematika Penulisan ................................................................ 7

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR ................ 8

viii
A. Landasan Teori .................................................................... 8

B. Penelitian yang Relevan ........................................................... 32

C. Kerangka Berpikir .................................................................... 33

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 35

A. Pendekatan Penelitian .............................................................. 35

B. Teknik Penelitian .................................................................... 36

C. Fokus dan Subfokus Penelitian ................................................ 36

D. Instrumen Penelitian ................................................................ 37

E. Teknik Pencacatan Data .......................................................... 39

F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ....................................... 39

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 41

A. Deskripsi Informasi Penelitian ................................................ 41

B. Deskripsi Temuan Penelitian … .............................................. 52

C. Penafsiran dan Uraian Penelitian ….. ...................................... 54

Bab V PENUTUP………………… ............................................................ 87

5.1 Simpulan ……. ....................................................................... 87

5.2 Saran ………..... ..................................................................... 89

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Presentase Majas Karya Robert Frost.......................................... 55

Tabel 4.2 Analisi Majas The Road Not Taken………………………...Lampiran

Tabel 4.3 Analisi Majas My November Guests………………………..Lampiran

Tabel 4.4 Analiss Majas Tree At My Window…………………………Lampiran

Tabel 4.5 Analisis Majas Stopping By Woods On A Snowy Evening….Lampiran

Tabel 4.6 Analisis Majas Fire And Ice………………………………...Lampiran

Tabel 4.7 Analisis Majas A Winter Eden……………………………...Lampiran

Tabel 4.8 Analisis Majas The Door In The Dark……………………...Lampiran

Tabel 4.9 Analisis Majas Now Close The Windows…………………...Lampiran

Tabel 4.10 Analisi Majas Wind And Window Flower…………………Lampiran

Tabel 4.11 Analisi Majas Mending Wall………………………………Lampiran

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Tabel Majas Puisi Robert Frost ‘The Road Not Taken’

Lampiran 2 Tabel Majas Puisi Robert Frost ‘My November Guests‘

Lampiran 3 Tabel Majas Puisi Robert Frost ‘Tree At My Window‘

Lampiran 4 Tabel Majas Puisi Robert Frost ‘Stopping By Woods On A


Snowy Evening‘

Lampiran 5 Tabel Majas Puisi Robert Frost ‘Fire And Ice‘

Lampiran 6 Tabel Majas Puisi Robert Frost ‘A Winter Eden‘

Lampiran 7 Tabel Majas Puisi Robert Frost ‘The Door In The Dark‘

Lampiran 8 Tabel Majas Puisi Robert Frost ‘Now Close The Windows‘

Lampiran 9 Tabel Majas Puisi Robert Frost ‘Wind And Window Flower‘

Lampiran 10 Tabel Majas Puisi Robert Frost ‘Mending Wall‘

Lampiran 11 Biografi Pengarang / Penulis Puisi

Lampiran 12 Kartu Asistensi Bimbingan Materi Skripsi / Tugas Akhir

Lampiran 13 Kartu Asistensi Bimbingan Teknik Skripsi / Tugas Akhir

Lampiran 14 Daftar Riwayat Hidup

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sastra, dalam arti luas, mencakup semua materi tertulis ke dalam

pengelompokkan umum ini, seperti; buku-buku sejarah, karya filosofis, novel,

puisi, drama, artikel ilmiah, kamus, majalah, dan buku pelajaran sekolah.

Selain itu, sastra dapat dimasukkan ke dalam dua kelompok yang berbeda.

Dalam satu kelompok dapat merupakan tulisan yang menyajikan informasi. Di

sisi lain, sastra juga bisa menjadi hiburan. Sastra muncul dari keinginan

seseorang untuk bercerita, menyusun kata-kata dalam pola yang

menyenangkan, dan mengungkapkan dalam beberapa kejadian khusus dari

pengalaman manusia.

Genre atau jenis sastra ada tiga; puisi, prosa dan drama. Puisi sebagai

salah satu jenis sastra adalah inti pernyataan sastra. Di dalam puisi terhimpun

dan terdapat segala unsur yang menentukan hakikat kesusastraan. Menurut

sejarahnya, pernyataan sastra pada semua bangsa dimulai dari puisi, bahkan

pada permulaannya, satu-satunya pernyataan sastra yang dianggap kesusastraan

adalah puisi.

Puisi itu karya seni, dan sebagai karya seni puisi itu puitis. Seorang

penyair mempergunakan banyak cara untuk mencapai kepuitisan tersebut.

Untuk mencapai kepuitisan itu penyair menggunakan bentuk visual: tipografi,

susunan bait; dengan bunyi: persajakkan, asonansi, aliterasi, kiasan bunyi,


2

lambang rasa; dan orkestra: dengan pemilihan kata (diksi), bahasa kiasan, dan

sebagainya. “Untuk mendapat jaringan puitis yang sebanyak-banyaknya tak

jarang seorang penyair menggunakan berbagai sarana kepuitisan secara

bersamaan.” (Altenberd dalam Pradopo, 2002:13).

Memahami puisi tidaklah mudah, karena puisi biasanya menyimpang dari

bahasa normatif. Di dalam puisi ada konsentrasi unsur pembentuk sastra. Oleh

karena itu sulit untuk memahami puisi secara sepenuhnya bila tidak

mengetahui dan disadari bahwa puisi adalah karya estetik yang bermakna.

Sebagai dramatisasi interpretatif atas pengalaman dalam bahasa metrum, puisi

adalah pernyataan imajinatif tentang perasaan bahwa perasaan diciptakan atau

dibayangkan. Ini dapat merangsang pembaca untuk mengekspresikan pikiran

yang membangkitkan perasaan dan menstimulasi imajinasi kelima indra dalam

konteks ritmik. Di dalam puisi juga terdapat majas. Majas merupakan gaya

bahasa yang digunakan untuk memperoleh efek-efek tertentu yang membuat

sebuah karya sastra semakin hidup, ini merupakan cara khas seorang penulis

sastra dalam menyampaikan pikiran dan perasaan mereka ke dalam karyanya.

Seperti kebanyakan penulis puisi, Robert Frost juga banyak memasukkan

berbagai jenis majas ke dalam karyanya, untuk dapat menyampaikan pesan

yang dimaksud secara indah kepada pembaca karya-karyanya.

Penulis menggunakan puisi Robert Frost karena telah membaca beberapa

karya sastranya, dan pembaca akan dibuat takjub dengan betapa hebatnya

Robert Frost dalam menuangkan perasaannya ke dalam setiap karyanya dengan

begitu indah, dan membuat seolah pembaca berada dalam situasi yang ia
3

rasakan. Dia adalah seorang penyair Amerika. Ia dilahirkan di San Francisco,

California pada 26 Maret 1874 - 29 Januari 1963. Puisinya berhubungan

dengan kehidupan manusia dan alam sosial. Sebagian besar puisinya memiliki

makna yang dalam dan majas yang memberikan arti puitis pada puisinya.

Sebagaimana dikemukakan Tinjanov dalam Djojosuroto (2009:12-13) bahwa

puisi adalah konstruksi bahasa yang dinamis. Pengertian dinamis menunjukkan

bahwa puisi itu bukan sesuatu yang terisolasi atau fakta yang statis, melainkan

bagian dari tradisi dan proses komunikasi. Komunikasi yang dilakukan dalam

puisi tidak dilakukan secara langsung. Hal ini disebabkan penyair

menyampaikan pikiran-pikirannya lewat sebuah teks bernama puisi dengan

estetikanya dan pembaca sebagai pemberi makna.

Karya Robert Frost lebih banyak menggunakan majas berupa personifikasi

seperti ‘I have seen you taken and tossed’, dan simbol seperti ‘To where it bent

in the undergrowth’ untuk menggambarkan suasana hatinya. Tema yang ia

usung lebih banyak mengenai perasaan bimbang dan kesepian yang ia rasakan.

Pada keempat puisi karya Frost penulis memilih empat puisi yang memiliki

banyak majas, dan makna yang indah di dalamnya, yaitu “Tree at My

Window”, “The Road Not Taken”, “Stopping By Woods On A Snowy

Evening”, “My November Guests”, “Fire and Ice”, “A Winter Eden”, “The

Door In The Dark”, “Now Close The Windows”, “Wind And Window

Flower”, dan “Mending Wall”.


4

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang dinyatakan dalam sub-bab

sebelumnya, penulis ingin menyajikan rumusan penelitian sebagai berikut:

1. Apa jenis majas yang digunakan dalam puisi Robert Frost?

2. Apa arti umum dari puisi yang mengandung majas?

3. Apa tema yang digunakan dalam puisi Robert Frost?

4. Pesan apa yang ditemukan pada puisi tersebut melalui pemahaman majas

yang digunakan dalam puisi Robert Frost?

5. Apa makna detail dari puisi yang mengandung majas dalam puisi karya

Robert Frost?

C. Batasan Masalah

Penelitian ini terbatas dalam analisis majas puisi terpilih Robert

Frost. Ada lebih dari empat ratus puisi yang dibuat oleh Robert Frost. Namun,

dalam penelitian ini, penulis membatasi subyek penelitian hanya pada empat

puisi yang dipilih. Mereka adalah “Tree at My Window”, “The Road Not

Taken”, “Stopping By Woods On A Snowy Evening”, “My November Guests”,

“Fire and Ice”, “A Winter Eden”, “The Door In The Dark”, “Now Close The

Windows”, “Wind And Window Flower”, dan “Mending Wall”. Penelitian ini

juga berfokus pada makna dan pesan majas yang digunakan dalam puisi Robert

Frost, dan tema yang dibawa dalam puisi Robert Frost.


5

D. Rumusan Masalah

1. Apa saja jenis majas yang digunakan dalam puisi Robert Frost?

2. Apa tema yang dibawa oleh puisi Robert Frost?

3. Pesan apa yang ditemukan pada puisi tersebut melalui pemahaman

majas yang digunakan dalam puisi Robert Frost?

4. Apa makna detail dari puisi yang mengandung bahasa kiasan dalam

puisi karya Robert Frost?

E. Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan perumusan masalah yang disebutkan di atas, tujuan

penelitian adalah:

1. Untuk mengidentifikasi jenis majas yang digunakan dalam puisi Robert

Frost yang dipilih.

2. Untuk mengetahui makna umum dan makna detail dari puisi yang

mengandung majas yang digunakan dalam puisi Robert Frost yang dipilih.

3. Untuk mengetahui tema yang dibawa oleh puisi Robert Frost.

4. Untuk memahami pesan puisi melalui pemahaman majas yang digunakan

dalam puisi Robert Frost yang dipilih.


6

F. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang layak untuk

guru bahasa Inggris, pelajar bahasa Inggris dan peneliti masa depan. Bagi guru

bahasa Inggris, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

referensi dalam pengajaran dan pembelajaran bahasa Inggris. Sementara itu,

untuk pelajar bahasa Inggris, hasil penelitian diharapkan dapat memperkaya

pengetahuan mereka tentang bahasa kiasan yang digunakan dalam puisi.

Akhirnya, untuk peneliti masa depan, temuan penelitian diharapkan dapat

digunakan sebagai referensi dalam melakukan penelitian lebih lanjut tentang

bahasa figuratif yang digunakan dalam puisi yang berbeda oleh penyair yang

berbeda.

G. Sistematika Penulisan

Proposal skripsi ini terbagi dalam tiga bab antara lain :

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini terdiri dari latar belakang, identitas masalah, batasan

masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, dan

sistematika penelitian.
7

BAB II : LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

Pada bab ini berisikan tentang landasan teori yang menerangkan

tentang pengertian kesusastraan, pengertian puisi, pengertian

majas yang di dalamnya terdapat penjabaran tentang gaya bahasa,

kerangka berpikir dan penelitian yang relevan.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini terdiri dari pendekatan penelitian, teknik penelitian,

fokus dan subfokus penelitian, instrumen penelitian, teknik

pencatatan data, dan teknik pemeriksaan keabsahan data.

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini merupakan hasil penelitian yang meliputi deskripsi

informasi penelitian, deskripsi temuan penelitian, penafsiran, dan

uraian penelitian.

BAB V : SIMPULAN DAN SARAN

Bab terakhir yang memuat kesimpulan, dan saran berdasarkan

hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB II

LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Landasan Teori

1. Hakikat Sastra

Karya sastra pada hakikatnya adalah perwujudan kehidupan,

hasil pengamatan sastrawan atas kehidupan sekitarnya. Pengarang

dalam menciptakan karya sastra didasarkan pada pengalaman yang

telah diperolehnya dari realitas kehidupan di masyarakat yang terjadi

pada peran tokoh di dunia nyata dan dituangkan ke dalam bentuk

karya sastra. Bahasa dalam karya sastra menjadi alat untuk

menimbulkan rasa khusus yang mengandung nilai estetik, selain

sebagai sarana komunikasi yang mampu menyampaikan informasi

yang bermacam-macam kepada penikmatnya atau pembacanya. Teori

sastra diungkapkan oleh (Henderson, 2003: 1) dalam “Literature and

Ourselves” menjelaskan hakikat literature sebagai berikut:

“Literature is an art formwhere medium is language, oral and


written. It differs from ordinary spoken or written language
primarily in three ways: 1) it is concentrated and meaningful 2) it is
purpose is not simply to explain, argue or make point but rather to
give sense of pleasure 3)it demans intens concentration from
readers”.

Karya sastra juga adalah bentuk kreatifitas dalam bahasa yang

indah, berisi sederetan pengalaman batin dan imajinasi yang berasal

dari penghayatan realitas sosial pengarang. Penggambaran atau


9

imajinasi ini dapat merupakan titian terhadap kehidupan nyata atau

dambaan intuisi pengarang, dan dapat pula campuran keduanya.

(Sangidu, 2004:26) menyatakan bahwa sastra adalah bagian

dari masyarakat, kenyataan yang demikian mengilhami para

pengarang untuk melibatkan dirinya dalam tata kehidupan masyarakat

tempat mereka berada dan mencoba memperjuangkan posisi struktur

sosial dan permasalahan yang dihadapi di masyarakat. Sastra

dibedakan dari bentuk-bentuk seni lain oleh media di mana ia bekerja.

Seperti pidato dalam seni yang menyanyikan kata-kata, juga dalam

musik, berbicara serta tindakan dalam drama, kesenian lain ini

memiliki aspek sastra.

Sastra adalah deskripsi pengalaman manusia yang memiliki

dimensi pribadi dan sosial sekaligus dan pengetahuan tentang

kemanusiaan yang setara dengan bentuk kehidupan itu sendiri.

Literatur penting dipelajari sebagai sarana berbagi pengalaman dalam

mencari dan menemukan kebenaran kemanusiaan. Tidak banyak

literatur yang berhubungan dengan tulisan, tetapi dengan bahasa yang

digunakan sebagai wahana untuk mengekspresikan pengalaman atau

pemikiran tertentu.

Ciptaan baru dapat dikatakan memiliki nilai sastra di dalamnya

jika ada kesetaraan antara bentuk dan isi. Bentuk bahasa yang baik

dan indah, dan struktur dan isinya dapat menimbulkan perasaan emosi
10

dan terkesan di hati pembaca. Bentuk dan isi sastra harus melengkapi,

yang dapat menimbulkan kesan mendalam di hati para pembacanya

sebagai realisasi nilai-nilai karya seni. Jika kontennya bagus tetapi

cara untuk mengekspresikan bahasanya buruk, karya-karya ini tidak

bisa menjadi sebagai sastra penciptaan, dan sebaliknya.

Ada sejumlah cabang karya sastra yang berbeda seperti drama,

novel, cerpen, dan puisi. Dalam penelitian ini, penulis memilih puisi

karena puisi adalah karya sastra penuh imajinasi yang sangat

menghibur. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa, sastra

adalah karya sastra yang ada seni indah yang berasal dari kehidupan

manusia. Karya sastra adalah hasil ekspresi perasaan dan

menggambarkan imajinasi si penulis

Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam

penelitian sastra. Penting untuk mengetahui jenis pendekatan apa yang

digunakan dalam penelitian yang berkaitan dengan karakteristik objek

yang akan diteliti. Beberapa literatur pendekatan dasar termasuk yang

berikut:

a. Pendekatan Ekspresif
11

Ini adalah pendekatan dalam studi sastra yang memfokuskan

studi pada ekspresi perasaan atau temperamen penulis,

(Siswantoro, 2008: 181).

b. Pendekatan Mimik

Ini adalah pendekatan literatur studi yang menekankan

studi hubungan sastra dengan realitas di luar sastra. Pendekatan ini

melihat bahwa sastra sebagai tiruan dari kenyataan, (Siswantoro,

2008: 188).

c. Pendekatan Pragmatik

(Siswantoro, 2008: 190) mengemukakan bahwa

“pendekatan ini adalah pendekatan yang menekankan studi

literatur tentang peran pembaca dalam menerima, memahami, dan

menghargai sastra”. Pembaca yang terlibat dalam menentukan

suatu karya adalah sastra atau bukan, (Siswantoro, 2008: 190).

(Ratna, 2009: 72), juga menyatakan bahwa dengan

mempertimbangkan indikator sastra dan pembaca, maka masalah

dapat dipecahkan melalui pendekatan pragmatis, termasuk

tanggapan komunitas tertentu terhadap karya sastra.

d. Tujuan Pendekatan
12

Ini adalah pendekatan studi sastra yang menekankan pada

studi literatur. Diskusi sastra tidak akan ada jika tidak ada karya

sastra, (Siswantoro, 2008: 183). Pendekatan obyektif adalah

pendekatan yang paling penting karena setiap pendekatan yang

pada dasarnya didasarkan pada karya sastra itu sendiri, (Ratna,

2009: 72).

Berdasarkan pendekatan di atas, dalam penelitian ini penulis

memilih pendekatan obyektif karena penulis hanya mempelajari

tentang sastra itu sendiri, bukan tentang kehidupan penyair atau

hubungan antara karya sastra dengan pembaca.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa manusia

menggunakan seni sebagai ekspresi aspek kehidupan. Ini adalah

orang yang mampu menyajikan ide-ide kreatif dan pengalaman

hidup dengan bentuk seni sastra. Dalam membaca literatur

pembaca dapat mengetahui dan memahami pikiran, perasaan,

pengalaman, ide, semangat kepercayaan dan orang lain dari

penulis. Semuanya diekspresikan melalui bahasa yang disusun dan

dirangkai untuk sebuah bahasa dan mereka menghasilkan karya

yang indah.

2. Jenis Karya Sastra


13

Setiap karya sastra selalu muncul dalam karakter jenis

sastra (genre sastra) yang dipilih pengarangnya. (Wellek dan

Werren, 1995: 306-307) menyarankan bahwa genre harus dilihat

sebagai pengelompokkan karya sastra, yang secara teoritis

didasarkan pada bentuk luar (mantra atau struktur tertentu) dan

pada bentuk dalam (sikap, nada, tujuan dan isi, dan khalayak

pembaca).

Sastra dapat digolongkan menjadi dua kelompok jenisnya,

yakni sastra imajinatif dan sastra non imajinatif. Begitu pula dalam

penggunaan bahasanya, sastra imajinatif lebih menekankan

penggunaan bahasa dalam arti yang konotatif (banyak arti)

dibandingkan dengan sastra non-imajinatif yang lebih menekankan

pada penggunaan bahsa denotatif (tunggal arti). (Sumardjo &Saini

K.M, 1988: 17).

a. Puisi

Secara umum puisi dapat diartikan sebagai sebuah

sebuah karya sastra yang mengandung unsur irama, ritmik,

diksi, lirik dan menggunakan kata kiasan dalam setiap baitnya

untuk menciptakan estetika bahasa yang padu. Puisi

merupakan salah satu contoh karya sastra yang berasal dari

hasil perasaan dan ekspresi yang diungkapkan oleh penyair.

Berikut ini pendapat dari beberapa para ahli mengenai

puisi: menurut (Aminuddin dalam Imelda, 2014:13)


14

mengungkapkan bahwa “puisi adalah salah satu cabang sastra

yang menggunakan kata-kata sebagai media penyampaian

untuk membuahkan ilusi dan imajinasi, seperti halnya lukisan

yang menggunakan garis dan warna dalam menggambarkan

gagasan pelukisnya”. Senada dengan itu. (Waluyo dalam

Imelda, 2014: 13) mengatakan puisi adalah karya sastra

dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama

dengan bunyi yang padu dan pemilihan katakata kias

(imajinatif).

b. Novel

Novel adalah bentuk kesustraan prosa yang baru,

perbedaan pengertian atau batasan novel dari beberapa ahli

tidak menyebabkan pengertian kita terhadap novel menjadi

tidak jelas, bahkan sebaliknya perbedaan pendapat tentang

novel akan semakin memperjelas hakikat sebuah novel, yakni

saling melengkapi. Berikut beberapa pengertian novel menurut

para ahli: Pendapat yang dikemukakan oleh (Abrams, 2004: 9)

ia menjelaskan

“Novel refers to a fictious prose story within a certain lenght,

which depict the character, the motion, as well as scenes of

real life. The word derives from the Italian word ‘Novelia’

which means “a small new stuff”, and then interpreted as a

short story in prose”.


15

Dari kutipan di atas dijelaskan bahwa novel mengacu

pada cerita prosa fiktif dalam panjang cerita tertentu, yang

menggambarkan karakter, gerak, serta adegan kehidupan

nyata. Kata Italia “Novelia” yang berarti “barang baru yang

kecil” yang kemudian ditafsirkan sebagai cerita pendek dalam

prosa.

c. Drama

Drama menurut (Aristoteles dalam Fananie, 2000:7)

mengatakan bahwa “drama adalah karya sastra yang

mengungkapkan cerita melalui dialog para tokoh”. Berdasarkan

penjelasan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa drama

pada dasarnya adalah salah satu cabang sastra yang

mementingkan dialog gerak, dan perbuatan menjadi suatu

lakon yang dipentaskan di atas panggung yang disajikan dalam

gerak yang memuat sejumlah kejadian yang dapat memikat

dnan menarik pehatian penonton.

3. Hakikat puisi

Salah satu bentuk sastra adalah puisi. Secara etimologis, kata

puisi dalam bahasa Yunani berasal dari poesis yang artinya berarti

penciptaan. Puisi diartikan sebagai pembentuk, pembuat,

pembangun, karena pada dasarnya dengan menciptakan seuntai


16

puisi maka seorang penyair telah membangun, membuat, atau

membentuk sebuah dunia baru, secara lahir maupun batin.

(Tjahjono, 1988: 50). Puisi dapat ditulis secara independen,

sebagai puisi diskrit, atau dapat terjadi dalam hubungannya dengan

seni lain, seperti dalam drama puitis, himne, lirik, atau puisi prosa.

Puisi dan diskusi tentangnya memiliki sejarah panjang. Upaya awal

untuk mendefinisikan puisi, seperti Aristoteles's Poetics, berfokus

pada penggunaan pidato dalam retorika, drama, lagu, dan komedi.

Kemudian upaya terkonsentrasi pada fitur-fitur seperti

pengulangan, bentuk ayat dan rima, dan menekankan estetika yang

membedakan puisi dari bentuk penulisan yang lebih informatif,

prosais, seperti manifesto, biografi, esai, dan novel. Dari

pertengahan abad ke-20, puisi terkadang lebih longgar

didefinisikan sebagai tindakan kreatif dasar menggunakan bahasa.

Puisi adalah sebagai salah satu keping sastra yang dapat

dipelajari dari berbagai aspek. Puisi dapat dipelajari dari struktur

dan unsur-unsurnya, mengingat bahwa puisi adalah struktur yang

terdiri dari berbagai elemen dan sarana alegori. Sepanjang era,

puisi selalu mengalami perubahan dan perkembangan. Ini karena

esensi sebagai karya seni yang selalu terjadi ketegangan antara

konvensi dan inovasi. Puisi selalu berubah sesuai dengan evolusi

konsep rasa dan estetika perubahan, (Pradopo, 2000: 3). Sedangkan


17

menurut Hasanuddin W.S, puisi merupkan pernyataan perasaan

imajinatif, yaitu perasaan yang direkakan (Hasanuddin, 2012: 4).

Berdasarkan pada pengertian-pengertian tersebut dapat

disimpulkan bahwa puisi adalah sebuah karya sastra yang tercipta

dari pikiran atau perasaan seseorang yang kemudian dikonkretkan

ke dalam bentuk teks dengan bahasa yang khas, yaitu dengan

bahasa kiasan atau majas (figurative of language).

4. Pengertian dan Jenis-Jenis Majas

a. Pengertian Majas/Gaya bahasa (figurative of language)

Bahasa figurative atau gaya bahasa atau majas adalah

cara untuk mengkonsentrasikan makna yang hendak

disampaikan dengan cara menyampaikan sesuatu yang banyak

dan luas dengan bahasa yang singkat. (Perrine dalam Imelda,

2014: 59). Sebelum kita membahas figure of speech ada

baiknya pertama lihat pengertian denotasi dan konotasi karena

keduanya sangat penting dalam pembentukkan puisi dan untuk

memahami makna dari kata. Denotasi adalah makna yang

sesuai makna kamus (harfiah), sedangkan konotasi merupakan

makna kiasan yang terbentuk dalam suatu kalimat dengan

mengandung nilai-nilai emosi tertentu. Contohnya kata

“home” dalam makna denotasi adalah “place where one

lives”, tetapi dalam konotasi bisa berarti “security”, “love”,


18

“comfort” atau “family”. Kata “childlike” dan “childish”

keduanya berarti “characteristic of a child” dalam denotasi,

sedangkan dalam konotasi “childlike” bisa berarti

“innocense” memiliki makna “pettiness”, “willfulness”, atau

“temper tantrums”.

Konotasi sangat penting di dalam puisi di mana penyair

bisa memperkaya makna dan menjelaskannya dalam kata yang

sedikit. Menurut penjelasan di atas, konotasi dapat membentuk

figure of speech.

Ada beberapa pengertian dari figure of speech, di antaranya:

1) Figure of speech is a twisting of the normal meaning of

word.

2) Figure of speech is a speaking in language symbols.

3) Figure of speech is a way of saying something other than

the ordinary ways.

Meskipun dari tiga pengertian figure of speech berbeda-

beda, tidak menjadi masalah untuk memahami apa itu figure of

speech karena jelas bahwa yang tidak bisa diartikan dengan

makna sebenarnya (harfiah).

Adanya bahasa kiasan ini menyebabkan rima menjadi

perhatian menarik yang menyebabkan kesegaran hidup.


19

Bahasa kiasan ini membuat analogi atau menyamakan sesuatu

dengan sesuatu yang lain sehingga gambar menjadi jelas, lebih

menarik, dan lebih hidup. (Siswantoro, 2002: 24), menyatakan

bahwa majas adalah keberangkatan dari bentuk ekspresi biasa

atau jalannya ide-ide biasa untuk menghasilkan efek yang lebih

besar.

Majas adalah jenis bahasa yang menggunakan kata atau

frasa yang berbeda dari makna literal. Biasanya menyajikan

tujuan dari penjelasan, informasi, pernyataan yang berlebihan

atau perubahan dan manipulasi. (Rashid, dkk. 2014:210-216).

Menurut (Alfiah dan Santosa, 2009: 27), majas adalah

penggunaan gaya bahasa oleh penyair untuk menggambarkan,

mengeluarkan, dan mengungkapkan perasaan dan pikiran

dalam menulis puisi. Majas puisi menyebabkan banyak makna.

Ada banyak jenis majas, seperti simile, metafora, personifikasi,

hiperbola, Ironi, personifikasi, dll. Sebenarnya, bahasa kiasan

juga digunakan dalam pendidikan untuk mengajar bahasa.

Mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas, dan

tingkat universitas. Setiap orang menggunakan bahasa yang

menunjukkan gaya bahasanya sendiri.

b. Jenis-Jenis Majas (Figure of Speech)

1) Metafora
20

Metaphor is the comparison of two things without

using the word ‘like’ or ‘as’ (Bradford, 2002: 15). Metafora

adalah perbandingan dua objek tanpa Sebuah kiasan yang

membandingkan dua hal yang tidak sama, tetapi metafora

tidak menggunakan kata-kata "like" atau "as” (Bradford,

2002: 15). Conceptual metaphor is the process of

interpreting or understanding one domain which is relatively

abstract by using another domain which is relatively concrete

(Rashid, dkk. 2014: 210-216). Metafora konseptual adalah

proses menafsirkan atau memahami satu masalah yang relatif

abstrak dengan menggunakan masalah lain yang relatif

konkret.

Contoh:

“Time is money.” The concrete “money” is used to understand

an abstract domain “time.” Both money and time are the

entities that can be used and wasted.

2) Personifikasi

Personification consist in giving the attributer of

human being to an animal, an object, or a concept. (Perrine,


21

2008: 67). Personifikasi adalah bahasa kiasan di mana

sesuatu ide atau binatang diberikan atribut manusia. Benda-

benda non-manusia digambarkan sedemikian rupa sehingga

kita merasa memiliki kemampuan untuk bertindak seperti

manusia. Personifikasi bukan hanya perangkat dekoratif

tetapi berfungsi untuk memberikan makna yang lebih dalam

pada teks-teks sastra guna menambah kejelasan ekspresi

karena kita selalu melihat dunia dari perspektif manusia.

Contoh:

“The fountain will test you.”

3) Apostrof

“Apostrophe consist in addressing someone absent or

something nonhuman as if it were alive and present and

could reply to what is being said”. (Perrine, 2008: 67) .

(Siswantoro, 2002: 32), menyatakan bahwa majas ini masih

berkaitan dengan personifikasi karena penggambaran benda-

benda atau benda-benda abstrak diperlakukan sebagai

manusia. Hanya di apostrophe, hal-hal, objek atau ide

disebut, berbicara dengan manusia. Apostrof sastra


22

memungkinkan pembicara untuk mengembangkan ide-ide

yang mungkin muncul secara alami dan untuk membuat

gambar yang jelas mengekspresikan emosi yang kuat.

Apostrof juga merupakan bentuk personifikasi di mana hal-

hal yang bukan manusia atau benda mati langsung ditujukan

seolah-olah itu adalah manusia atau bernyawa. Seorang

penulis atau pembicara yang menggunakan tanda kutip untuk

melepaskan diri dari kenyataan dan menambahkan karakter

imajiner dalam bait puisinya.

Contoh:

John, you are still alive, in our souls.

4) Hiperbola

Hyperbole is a form used to exaggerate or exaggerate,

to create a rhetorical effect. This is used to create humor and

sensational effects to make ideas more manipulative so they

can attract readers. (Rashid, dkk. 2014: 210-216).

Singkatnya, hyperbole mengandung ungkapan yang

berlebihan, dengan membesar-besarkan suatu hal. Majas

hiperbola adalah majas yang mengandung suatu pernyataan

yang berlebihan atau membesar-besarkan suatu hal. Dalam


23

pengertian yang lebih lengkap. Hiperbola adalah majas yang

melebih-lebihkan apa yang sebenarnya dengan maksud untuk

memperhebat, meningkatkan kesan dan daya pengaruh, baik

jumlah, ukuran, maupun sifat-sifatnya. Bukan hanya dalam

karya sastra, tanpa kita sadari majas hiperbola sering kali

mengisi percakapan kita. Bisa saja, pesan yang ingin

disampaikan biasa-biasa saja namun menjadi

lebih ‘wah’ ketika kalimatnya dibentuk sedemikian rupa

dengan majas hiperbola. Untuk mendapat kesan dramatis dari

sebuah kalimat, pengarang kerap menggunakan majas

hiperbola. Kesan hiperbola (sangat berlebih-lebihan) dalam

menceritakan sesuatu sengaja dilakukan dengan tujuan, yaitu

untuk manarik perhatian dari para pembaca.

Contoh:

“the garden of darkened souls”

5) Simbol

A symbol is a sign which refers to the object that

denotes by virtue of a law, usually an association of general

ideas, which operates to cause the symbol to be interpreted

as referring to that object. (Rashid, dkk. 2014: 210-216).

Simbol atau yang dikenal sebagai simbolisme adalah

penggunaan simbol untuk menandakan ide dan kualitas


24

dengan memberi mereka makna simbolis yang berbeda dari

arti harfiahnya. Simbol atau simbolisme memberi

universalitas pada karakter dan tema karya sastra. Symbol

mungkin paling baik dipahami sebagai metafora tersirat.

Majas simbolik salah satunya, tergolong ke dalam majas

perbandingan, yang menyandingkan atau membandingkan

gagasan dengan sesuatu yang dapat melukiskan makna dari

gagasannya tersebut. Dalam majas simbolik, menggunakan

simbol berupa hewan atau tokoh atau lambang atau benda

benda tertentu yang dapat menggantikan kata yang ingin

diutarakan. Simbol yang dipakai ialah simbol yang memang

telah dikenal untuk menggambarkan sesuatu baik oleh

penutur maupun lawan bicara. Penggunaan kalimat simbolik

ini dapat menyampaikan hasrat penutur untuk mengkritik

atau beropini terhadap sesuatu atau seseorang secara halus,

karena digambarkan dengan simbol-simbol yang artinya

maknanya terkandung secara implisit.

Contoh:

Some dirty dogs stole my wallet on the bus.

6) Paradox

“Paradox is an apparent contradiction that is neverthless

somehow true”. (Perrine, 2008: 84). Paradox merupakan


25

majas yang mengandung pertentangan nyata dengan fakta-

fakta yang ada. Majas ini merupakan kelompok majas

pertentangan yang menyatakan dua hal yang saling berbeda.

Ciri khas yang membedakan majas paradoks dengan majas

pertentangan lainnya ialah dalam majas ini mengungkapkan

dua hal yang saling bertentangan dalam satu kalimat namun

kedua hal tersebut menyatakan suatu kebenaran.

Paradoks merupakan kalimat opini atau argumen atau

pernyataan yang berlawanan dengan pendapat umum,

sehingga terdengar aneh. Beberapa ahli mengatakan bahwa

paradoks merupakan kalimat oposisi yang dimana

mengandung kalimat salah namun juga benar. Sehingga

seringkali memiliki makna yang mengherankan bagi lawan

bicara. Kalimat paradoks menyembunyikan kebenaran yang

dapat dipertahankan.

Contoh:

“He says that Buck’s unwevering loyalty is splendid, and it is

terrible too”.

7) Ironi

“saying opposite of what one means”. (Perrine,

2008: 105).
26

Suatu kiasan ketika sebuah ungkapan yang digunakan

adalah kebalikan dari pikiran dalam pikiran pembicara,

sehingga menyampaikan makna yang bertentangan dengan

definisi literal. Ironi adalah majas yang menyatakan makna

yang bertentangan. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan

sindiran. Majas ironi melakukannya dengan cara

menyatakan sebaliknya dari apa yang sebenarnya yang

dimaksud. Dengan kata lain, ironi itu bersifat

menyembunyikan dan menutup-nutupi. Ironi merupakan

penggunaan kata-kata yang berbeda dan apa yang ditulis

atau diucapkan. Ironi dapat dikatakan sebagai praktik

kepura-puraan karena menyembunyikan makna sebenarnya.

Makna yang dimaksud berlawanan dengan apa yang

dikatakan. Ironi dapat bersifat halus tetapi dapat juga

menyatakan makna yang kasar. Majas ironi digolongkan

sebagai salah satu majas pertentangan atau majas sindiran.

Contoh:

"Oh, that's beautiful", when what they mean (perhaps

delivered by their tone) is that they find "that" quite ugly.

8) Litotes

Adalah kiasan yang dalam ungkapan menyatakan

sesuatu yang positif dengan bentuk atau bentuk negatif yang


27

bertentangan, (Djajasudarma, 2009: 25-26). Majas ini ialah

majas yang dalam pengungkapannya menyatakan sesuatu

yang positif dengan bentuk yang negatif atau bentuk

pertentangan. Litotes mengurangi atau melemahkan kekuatan

pernyataan yang sebenarnya.

Contoh:

The result is not bad.

9) Parabel

Parable adalah kiasan yang menggunakan

perumpamaan atau alegori dalam kehidupan. Ungkapan ini

terkandung dalam seluruh esai dan dijumlahkan dalam

bentuk kehidupan. Secara umum, setiap karya sastra

mengandung perumpamaan, (Tjahjono, 1988: 206). Majas

parabel sendiri merupakan majas yang berisi nilai-nilai

moral yang terkandung di dalam suatu kisah.

Contoh:
28

Malin Kundang was condemned to stone because he did not

acknowledge the existence of his biological mother who was

dressed in ragged and tattered in front of his wife.

10) Repetisi

“Repitisi adalah perulangan bunyi, suku kata, kata atu

bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi

tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai”. (Keraf, 2001:

127128). Majas repetition ini termasuk majas penegasan

yang mengulang kata, frase ataupun klausa yang sama pada

satu kalimat. Contohnya terdapat pada puisi karya Philip

Larkin.

“Today, as never before, the fates of men are so intimately

linked to one another that a disaster for one is a

disaster for everybody.”

11) Pertanyaan Retorika

Retorika adalah majas yang menggunakan kata-kata

yang tidak memerlukan jawaban untuk melukiskan suatu

keadaan karena biasanya jawaban sudah diketahui oleh

umum. Menurut (Nezami, 2012: 669) “a rhetorical question

is one that requires no anwer because the answer is obvious

and does not need to be stated.” Pembicara (dari pertanyaan


29

retoris) tidak mencari jawaban tetapi membuat semacam inti

pembicaraan, seperti dalam argumen mengajukan

pertanyaan sebagai cara untuk menegaskan sesuatu, atau

mengajukan pertanyaan bukan untuk mendapatkan jawaban

tetapi untuk menyatakan sesuatu. pertanyaan retoris diajukan

ketika si penanya sendiri sudah tahu jawabannya dan

jawaban itu sebenarnya tidak dituntut. Dengan demikian,

jawaban tidak diharapkan dari si pendegar.

Contoh:

Who knows? Did you hear me? Why

not?

12) Klimaks

Majas klimaks mengacu pada alat sastra di mana kata-

kata, frasa dan klausa diatur untuk meningkatkan

kepentingan mereka dalam kalimat. (Nezami, 2012: 667)

“climax is the arrangement of a series of ideas in order of

increasing importance.” Klimaks digunakan untuk

memberikan keseimbangan pada suatu karya dan inti dari

suatu ucapan atau tulisan. klimaks dari cerita membuat

pembaca siap secara mental untuk penyelesaian konflik.

Contoh:
30

What a piece of work is man! How noble is reason, how

infinite in faculties! In action how like an angel in

apprehension, how like a god! (Hamlet)

5. Hakikat Makna

Makna sebagai penggunaan mengacu pada makna

pembicara dan khususnya maksud dari pembicara atau efek

komunikatif yang diinginkan dari ujaran tersebut, (Mwihaki, 2004:

128 ). Bahasa digunakan untuk berbagai aktivitas dan tujuan

dalam kehidupan, maka arti bahasa juga beragam jika dilihat dari

sudut pandang yang berbeda. Arti kata atau istilah

membingungkan. Setiap kata digunakan terkadang memiliki makna

yang luas. Itulah mengapa terkadang orang tidak puas dengan arti

kata-kata yang terdapat dalam kamus. Masalah-masalah ini muncul

ketika orang bertemu atau berurusan dengan idiom, bahasa kiasan,

metafora, peribahasa, dan frasa, (Pateda, 2001: 81). Dari penjelasan

tersebut dapat disimpulkan bahwa makna adalah ekspresi bahasa

oleh penulis atau pembicara untuk maksud pembaca atau

pembicara dalam sudut pandang yang berbeda.

6. Tema

(Alfiah dan Santoso, 2009: 27), menyatakan bahwa tema

adalah gagasan utama (subject matter) yang disajikan oleh penyair.


31

Semua karya sastra harus memiliki tema yang merupakan masalah

utama yang diangkat dalam karya sastra tertulis. Tema sering

mengeksplorasi ide-ide abadi dan universal dan hampir selalu

tersirat daripada dinyatakan secara eksplisit. Seiring dengan plot,

karakter, setting, dan gaya, tema dianggap sebagai salah satu

komponen fundamental fiksi.

Ide pengendalian puisi adalah ide yang terus

dikembangkan di seluruh puisi dengan serangkaian kata kunci yang

mengidentifikasi subjek penyair dan sikap atau perasaannya.

Mungkin juga disarankan dengan judul puisi atau dengan segmen

puisi. Hal ini jarang dinyatakan secara eksplisit oleh penyair, tetapi

dapat dinyatakan oleh pembaca dan dapat dinyatakan dengan cara

yang berbeda. Ide yang mengendalikan adalah ide, bukan moral; ini

adalah gagasan utama, bukan ide atau detail pendukung minor; dan

mengendalikan atau mendominasi puisi secara keseluruhan.

7. Pesan

Pesan atau tujuan adalah hal yang mendorong penyair untuk

membuat puisi. Pesan dapat ditemukan setelah mengetahui tema

puisi. Pesan atau saran ditangkap oleh pembaca sebagai kesan

setelah membaca puisi. Bagaimana pembaca untuk menyimpulkan

puisi pesan terkait erat dengan sudut pandang pembaca terhadap

sesuatu. Pesan berbeda dari tema. Dalam puisi, tema-tema


32

berkaitan dengan makna, sedangkan pesan yang berkaitan dengan

makna karya sastra.

B. Penelitian yang Relevan

1. Galuh Anggraini, Gaya Bahasa Pada Puisi Terpilih Karangan

William Shakespeare, 2017. Penelitian ini mengkaji penggunaan

majas dalam kumpulan puisi karya Shakespeare. Jenis penelitian

ini adalah kualitatif dengan metode deskriptif. Data penelitian

ini adalah teks yang tediri dari kata-kata dan kalimat dalam

kumpulan puisi karya Shakespeare. Sumber data penelitian ini

adalah sumber data primer dan sumber data sekunder. Hasil dari

penelitian ini terdapat majasmajas yang digunakan yaitu

mencapai 71, simile 4, metaphor 13, personification 9, symbol 2,

paradox 2, hyperbole 4, reptition 10, synecdoche 1, metonymia

4, aliteration 10, litotes 1, alusio 2, asonasi 6, pararelisme 3

yang berfungsi untuk menguatkan makna puisi tersebut.

2. Wahyu Dede Saputra, Analisis Gaya Bahasa Dalam Surat

Kabar “The Jakarta Post” , 2017. Permasalahan penilitiannya

yaitu gaya bahasa serta memahami makna dalam surat kabar

“The Jakarta Post”. Hasil penelitian membuktikan adanya gaya

bahasa mencakup Pararelisme sebanyak 15 data (34,9%),

Antiklimaks sebanyak 11 data (25,6%), Klimaks sebanyak 8 data

(18,6%), Antitesis sebanyak 6 data (13,9%) dan Repetisi


33

sebanyak 3 data (7%). Dari kelima gaya bahasa tersebut yang

paling dominan adalah gaya bahasa Paralelisme.

C. Kerangka Berpikir

Pembahasan yang dikemukakan dalam kerangka berpikir

sebagai acuan dalam penulisan skripsi ini, dengan memasukkan

beberapa karya dari para ahli yang berkenaan dengan materi yang

ada hubungannya dengan judul karya ilmiah yang penulis analisis

atau berhubungan dengan kesusastraan. Peneliti mengumpulkan

pendapat para ahli yang bertujuan untuk mempermudah dalam

menyimpulkan atau menganalisis karya sastra yang dianalisis.

Pada penelitian ini menggunakan teori stilistika yaitu cabang ilmu

linguistik yang memfokuskan diri pada analisis gaya bahasa atau

majas. Dalam pengumpulan referensi tersebut disertai dengan

memberi batasan dan hanya mengambil beberapa karya Robert

Frost dan juga mengambil karya yang memberikan penjelasan

tentang bahasa kiasan, dan frasa yang disimpulkan juga dari

beberapa karya para ahli kesusastraan.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian adalah kegiatan yang lebih sistematis yang diarahkan pada

penemuan dan pengembangan suatu kumpulan pengetahuan yang terorganisasi.

Penelitian dapat didefinisikan sebagai analisis yang sistematis dan obyektif dan

merekam pengamatan terkontrol yang dapat mengarah pada pengembangan

generalisasi, prinsip, atau teori, yang menghasilkan prediksi dan kemungkinan

kontrol atas peristiwa. Pada penelitian ini menggunakan penelitian kepustakaan

dengan pendekatan kualitatif untuk menganalisis puisi terpilih Robert Frost.

Penelitian ini berusaha memberikan jawaban atas masalah penelitian dalam

menganalisis majas puisi, makna dan pesan yang digunakan dalam puisi,

beserta tema puisi. Sejalan dengan uraian di atas, desain dikategorikan ke

dalam analisis konten semantik. Analisis isi adalah teknik penelitian untuk

membuat kesimpulan yang dapat direplikasi dan data yang valid dengan

mempertimbangkan konteksnya. Beberapa bentuk klasifikasi dalam analisis

konten meliputi: analisis konten pragmatis, analisis konten semantik, dan tanda

alat analisis (Bungin, 2001: 172-176).

(Endraswara, 2004: 162), menjelaskan bahwa analisis isi dalam literatur

didasarkan pada tiga asumsi penting dari karya sastra yang pesan komunikasi

terselubung, di mana konten itu berharga bagi pembaca. Jenis studi sastra ini,

secara epistemologis adalah banyak penelitian yang menggunakan pemahaman


35

positivistik. Analisis harus didasarkan pada prinsip objektivitas, sistematis, dan

generalisasi. Objektivitas diupayakan melalui pembangunan konstruksi teoritis

dari analisis yang ada. Sistematis ditunjukkan dengan penggunaan langkah-

langkah yang jelas. Generalisasi didasarkan pada konteks sastra secara

keseluruhan untuk mendapatkan kesimpulan.

B. Teknik Penelitian

Metode penelitian yang digunakan untuk menganalisis puisi karya Robert

Frost adalah metode deskriptif analisis. Metode deskriptif dapat diartikan

sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan

menggambarkan/melukiskan keadaan subjek/objek penelitian (seseorang,

lembaga, masyarakat) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak

atau sebagaimana adanya (Nawawi, 2001:63).

Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan objektif. Pendekatan objektif merupakan pendekatan yang

terpenting sebab pendekatan apapun yang dilakukan pada dasarnya bertumpu

atas karya sastra itu sendiri. Dalam pendekatan objektif harus dicari dalam

karya sastra seperti citra bahasa, stilistika, daan aspek-aspek lain yang

berfungsi untuk menimbulkan kualitas estetis (Kutha Ratna, 2009:73)


36

C. Fokus dan Subfokus penelitian

Agar penelitian ini lebih menjurus dan terarah, maka perlu menentukan

fokus dan subfokus penelitian sebagai berikut:

1. Fokus Penelitian

Fokus dalam penelitian ini adalah mencari dan menganalisis majas

yang terdapat pada puisi-puisi karya Robert Frost dan makna sebenarnya

yang terkandung dalam majas yang digunakan dengan membaca beberapa

puisi karya Robert Frost yang telah dipilih penulis.

2. Subfokus Penelitian

Subfokus dalam penelitian ini adalah menganalisis jenis-jenis

majas yang terdapat dalam puisi-puisi karya Robert Frost. Terdapat

duabelasjenis majas seperti repetisi, personifikasi, retorik, simbol, ironi,

litotes, metafora, hiperbola, paradoks, parable, apostrof dan klimaks.

Selain itu menganalisis makna sebenarnya dari majas yang digunakan

dalam puisi karya Robert Frost.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Peneliti sendiri adalah instrumen penelitian ini karena kegiatan

pengumpulan data tidak bisa dilakukan dengan perantara atau sarana lain.

2. Data-data berupa lIrik puisi dalam beberapa puisi terpilih karya Robert

Frost.

3. Data-data yang diperoleh dijabarkan ke dalam tabulasi.


37

Table 3.1

Tabel Analisis Majas Puisi

Jenis Majas

Lirik Majas
No
Puisi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Tabel 3.2

Total Jenis Majas

No. Jenis-jenis Majas Total Persentase

1. Simile

2. Mettafora

3. Personifikasi

4. Etc.

Total
38

E. Teknik Pencatatan Data

Teknik pencatatan data yang dilakukan penelitian meliputi beberapa langkah ,

yaitu:

1. membaca puisi Robert Frost secara keseluruhan.

2. Membatasi data berdasarkan teori yang digunakan pada puisi-puisi

tersebut.

3. Menggaris bawahi kalimat yang mengandung majas atau figurative

language: rethorical, metaphor, apostrophe, personification, symbol,

irony, repetition, hyperbole, paradox, climax, parable dan

understatement.

4. Mengklarifikasikan data berdasarkan teori.

5. Memisahkan jenis majas satu dengan yang lainnya.

6. Menganalisis data berdasarkan landasan teori.

F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Uji keabsahan yang dilakukan

meliputi:

1. Klarifikasi data

2. Semua data dalam penelitian tersebut kemudian diklarifikasikan ke dalam

duabelas jenis majas, yaitu: rethorical, metaphor, apostrophe,

personification, symbol, irony, repetition, hyperbole, paradox, climax,

parable dan understatement.


39

3. Menganalisis data

Penulis menganalisis data pada teori masing-masing majas. Setelah

penulis menganalisis data, maka penulis membaginya menjadi sembilan

jenis majas. Kemudian arti secara harfiah dari setiap majas juga termasuk

dalam penelitian ini.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Infomasi Penelitian


Pada bab ini peneliti akan menyajikan data yang ditemukan pada kumpulan
puisi Robert Frost. Data yang disajikan berupa kutipan sajak puisi kemudian ada juga
contextual meaning dari setiap majas/figurative language yang digunakan pada puisi
tersebut. Penelitian ini hanya menggunakan sepuluh puisi, di antaranya:
1. The Road Not Taken

2. My November Guests

3. Tree at My Window

4. Stopping By Woods On A Snowy Evening

5. Fire and Ice

6. A Winter Eden

7. The Door In The Dark

8. Now Close The Windows

9. Wind And Window Flower

10. Mending Wall

Poem 1: The Road Not Taken


Two roads diverged in a yellow wood,
And sorry I could not travel both
And be one traveler, long I stood
And looked down one as far as I could
To where it bent in the undergrowth;

Then took the other, as just as fair,

And having perhaps the better claim

Because it was grassy and wanted wear;

Though as for that the passing there

Had worn them really about the same,


41

And both that morning equally lay

In leaves no step had trodden black.

Oh, I marked the first for another day!

Yet knowing how way leads on to way

I doubted if I should ever come back.

I shall be telling this with a sigh

Somewhere ages and ages hence:

Two roads diverged in a wood, and I,

I took the one less traveled by,

And that has made all the difference.

Poem 2: My November Guest


My Sorrow, when she’s here with me,
Thinks these dark days of autumn rain
Are beautiful as day can be;
She loves the bare, the withered tree;
She walks the sodden pasture lane.
Her pleasure will not let me stay.
She talks and I am fain to list:
She’s glad the birds are gone away,
She’s glad her simple worsted gray
Is silver now with clinging mist.

The desolate, deserted trees,


The faded earth, the heavy sky,
The beauties she so truly sees,
She thinks I have no eye for these,
And vexes me for reason why.
Not yesterday I learned to know
The love of bare November days
Before the coming of the snow,
But it were vain to tell he so,
And they are better for her praise.

Poem 3: Tree at My Window


Tree at my window, window tree,
My sash is lowered when night comes on;
42

But let there never be curtain drawn


Between you and me.
Vague dream-head lifted out of the ground,
And thing next most diffuse to cloud,
Not all your light tongues talking aloud
Could be profound.
But tree, I have seen you taken and tossed,
And if you have seen me when I slept,
You have seen me when I was taken and swept
And all but lost.
That day she put our heads together,
Fate had her imagination about her,
Your head so much concerned with outer,
Mine with inner, weather.

Poem 4: Stopping by Woods on a Snowy Evening


Whose woods these are I think I know.
His house is in the village, though;
He will not see me stopping here
To watch his woods fill up with snow.
My little horse must think it queer
To stop without a farmhouse near
Between the woods and frozen lake
The darkest evening of the year.
He gives his harness bells a shake
To ask if there is some mistake.
The only other sound’s the sweep
Of easy wind and downy flake.
The woods are lovely, dark, and deep,
But I have promise to keep,
And miles to go before I sleep,
And miles to go before I sleep.
Poem 5: Fire And Ice
Some say the world will end in fire
Some say in ice
From what I’ve tasted of desire
I hold with those who favor fire
But if it had to prish twice
I think I know enough of hate
To say that for destruction ice
Is also great
And would suffice
Poem 6: A Winter Eden
43

A winter Eden in an alder swamp

Where conies now come out to sun and romp,

As near a paradise as it can be

And not melt snow or start a dormant tree.

It lifts existence on a plane of snow

One level higher than the earth below,

One level nearer heaven overhead

And last year’s berries shining scarlet red.

It lifts a gaunt luxuriating beast

Where he can stretch and hold his highest feast

On some wild apple tree’s young tender bark,

What well may prove the years’ high girdle mark.

Pairing in all known paradises ends:

Here loveless birds now flock as winter friends,

Content with bud inspecting. They presume

To say which buds are leaf and which are bloom.

A feather hammer gives a double knock.

This Eden day is done at two o’clock.

An hour of winter day might seem too short

To make it worth life’s while to wake and sport.

Poem 7: The Door In The Dark


44

In going from room in the dark

I reached out blindly to save my face

But neglected, however lightly, to lace

A slim door got in past my guard

And hit me a blow in the head so hard

I had my native simile jarred

So people and things don’t pair anymore

With what they used to pair with before

Poem 8: Now Close The Windows

Now close the windows and hush all the fields

If the trees must, let them silently toss

No birds is singing now, and if there is

Be it my loss

It will be long era the marshes resume

It will be long era the earliest bird

So close the windows and not hear the wind


45

But see all wind-stirred

Poem 9: Wind And Widow Flower

Lovers, forget your love,

And list to the love of these,

She a window flower,

And he a winter breeze.

When the frosty window veil

Was melted down at noon,

And the cagèd yellow bird

Hung over her in tune,

He marked her through the pane,

He could not help but mark,

And only passed her by,

To come again at dark.

He was a winter wind,


46

Concerned with ice and snow,

Dead weeds and unmated birds,

And little of love could know.

But he sighed upon the sill,

He gave the sash a shake,

As witness all within

Who lay that night awake.

Perchance he half prevailed

To win her for the flight

From the firelit looking-glass

And warm stove-window light.

But the flower leaned aside

And thought of naught to say,

And morning found the breeze

A hundred miles away.

Poem 10: Mending Wall


47

Something there is that doesn’t love a wall,

That sends the frozen-ground-swell under it,

And spills the upper boulders in the sun;

And makes gaps even two can pass abreast.

The work of hunters is another thing:

I have come after them and made repair

Where they have left not one stone on a stone,

But they would have the rabbit out of hiding,

To please the yelping dogs. The gaps I mean,

No one has seen them made or heard them made,

But at spring mending-time we find them there.

I let my neighbor know beyond the hill;

And on a day we meet to walk the line

And set the wall between us once again.

We keep the wall between us as we go.

To each the boulders that have fallen to each.

And some are loaves and some so nearly balls

We have to use a spell to make them balance:

‘Stay where you are until our backs are turned!'


48

We wear our fingers rough with handling them.

Oh, just another kind of outdoor game,

One on a side. It comes to little more:

There where it is we do not need the wall:

He is all pine and I am apple orchard.

My apple trees will never get across

And eat the cones under his pines, I tell him.

He only says, ‘Good fences make good neighbors.'

Spring is the mischief in me, and I wonder

If I could put a notion in his head:

'Why do they make good neighbors? Isn’t it

Where there are cows? But here there are no cows.

Before I built a wall I’d ask to know

What I was walling in or walling out,

And to whom I was like to give offense.

Something there is that doesn’t love a wall,

That wants it down.' I could say ‘Elves’ to him,

But it’s not elves exactly, and I’d rather

He said it for himself. I see him there


49

Bringing a stone grasped firmly by the top

In each hand, like an old-stone savage armed.

He moves in darkness as it seems to me,

Not of woods only and the shade of trees.

He will not go behind his father’s saying,

And he likes having thought of it so well

He says again, ‘Good fences make good neighbors.'

B. Deskripsi Temuan Penelitian


1. Majas dari Puisi yang Dipilih

Setelah membaca setiap puisi dari Robert Frost puisi yang dipilih,
pada bagian ini penulis mencoba untuk menemukan jenis majas yang
digunakan dalam puisi yang dipilih.

Adapun deskripsi temuan penelitian majas pada puisi karya Robert Frost
dapat dideskripsikan dalam tabel berikut ini:

Keterangan:

1. Personifikasi 7. Retorika

2. Repetisi 8. Apostof

3. Metafora 9. Paradox

4. Simbol 10. Klimaks

5. Litotes 11. Parabel

6. Ironi 12. Hiperbola


50

Grafik Majas
25

20

15

10

2. Distribusi Frekuensi dan Presentasi Penggunaan Majas Dalam

Puisi Robert Frost.

Tabel 4.1

Frekuensi
Frekuensi Frekuensi
Absolut
Penggunaan Relatif
No. Majas 𝒙 Presentase
Data 𝒙
(x) ∑𝒙 𝒙𝟏𝟎𝟎%
∑𝒙
1 Personifikasi 16 0,32 32%
2 Repetisi 2 0,04 4%
3 Metafora 4 0,08 8%
4 Symbol 20 0,4 40%
5 Litotes 1 0,02 2%
6 Ironi 1 0,02 2%
7 Retorika 1 0,02 2%
8 Apostrof 3 0,06 6%
9 Paradoks 2 0,04 4%
10 Klimaks 1 0,02 2%
12 Parabel 1 0,02 2%
13 Hiperbola 3 0,06 6%
Jumlah 50 100%
51

Keterangan :
x = Banyaknya kemunculan majas dalam data
∑𝑥 = Total keseluruhan munculnya majas

D. Penafsiran dan Uraian Penelitian

Pada bagian ini, peneliti akan menjelaskan tentang hasil penelitian

berdasarkan tabel penelitian dari masing-masing majas. Peneliti akan

menjelaskan dan menganalisa theme, massage dan contextual meaning dari

masing-masing majas yang ditemukan pada setiap puisi yang diteliti.

1. Tema dan Pesan

a. The Road Not Taken

Puisi ini bertemakan ‘pilihan’ tentang bagaimana

membuat keputusan di antara dua jalan. Dua jalan

menjelaskan bahwa penyair memiliki dua pilihan dalam

hidupnya. Ada sesuatu yang bisa mempertaruhkan kedua

jalan. Jalan pertama penuh dengan semak belukar; yang

kedua adalah rumput. Keputusan yang diambil benar atau

salah akan membuat jalan yang dipilih menjadi berbeda.

Setelah membaca setiap bait puisi, penulis menentukan

pesan umum bahwa dalam hidup selalu ada pilihan. Setiap

pilihan yang kita ambil akan memengaruhi hidup kita nanti.


52

Antara keduanya pilihan akan mudah atau sulit. Kita tidak

tahu apa yang sedang terjadi dalam kehidupan kita di masa

depan karena setiap pilihan yang kita buat yang benar atau

salah akan membuat hidup kita berbeda.

b. My November Guest

Tema puisi adalah ‘kesedihan dan keindahan’.

Puisi ini adalah ekspresi kesedihan pada November 1913.

Kesedihan seperti tamu tak diundang membuat sedih. Ini

membawa tempat yang terlalu dalam sehingga keindahan

November tidak bisa. Tetapi pada akhirnya keindahan itu

bisa dilihat karena kesedihan tidak membawa kesedihan

dan keputusasaan tetapi keindahan dengan caranya sendiri.

Pesan umum dari puisi ini adalah bahwa kesedihan dan

depresi yang dalam akan membuat kita tidak dapat melihat

keindahannya. Setiap orang berpotensi memiliki kondisi

kesedihan dan kita harus dapat menghargai apa yang dia

rasakan. Karena setiap orang berbeda dalam berurusan

dengan kesedihan sehingga kita bisa melihat keindahan

kesedihan yang mereka rasakan.

c. Tree At My Window

Puisi dengan tema ‘kesepian’ ini menggambarkan

seseorang (penyair) yang sendirian di malam hari, dan ia

mencoba berteman dengan sebuah pohon di luar jendela.


53

Dia telah menghilang dan pohon itu menjadi saksi dalam

hidupnya. Dia berbicara dengan pohon ini dan mengatakan

bahwa mereka telah melihat satu sama lain dalam keadaan

terburuk. Sungguh aneh bahwa mereka bersahabat karena

pohon itu begitu peduli dengan cuaca luar, sementara itu

dia peduli dengan emosi dan hal-hal di dalam dirinya

sebagai cuaca batinnya. Setelah membaca bait demi bait

puisi, pesan umum yang terdapat dalam puisi ini adalah

bahwa hidup adalah perjuangan yang diwarnai oleh

masalah. Kesepian akan menyerang kita ketika kita merasa

kehilangan segalanya dalam hidup kita. Berteman dengan

pohon atau sesuatu akan memberi kita inspirasi. Seperti

pohon yang berjuang untuk bertahan hidup dari terjangan

cuaca badai, kita juga harus berjuang melawan badai dalam

diri kita sendiri dan mewujudkan impian untuk bertahan

hidup.

d. Stopping By Woods On A Snowy Evening

Tema puisi ini adalah ‘perjalnan’ menggambarkan

seseorang yang dalam perjalanannya, tetapi dia berhenti di

hutan dengan salju yang dia tahu pemilik hutan. Dia

merasa bahwa kematian sepertinya mendekatinya. Tetapi,

kemudian, dia menyadari bahwa dia tidak punya waktu


54

untuk beristirahat untuk perjalanan jauh. Dia masih

memiliki janji untuk ditepati sebelum tiba saatnya baginya

untuk menemui ajal. Pesan umum dari puisi ini adalah

bahwa dalam perjalanan kita tidak boleh terlalu tertidur

dengan keindahan yang kita lihat. Janji yang kita pegang

harus dijaga bahkan jika kita harus menempuh perjalanan

jauh. Janji itu yang dipegang sebagai tanggung jawab yang

harus dilakukan sampai kita menemui ajal.

e. Fire and Ice

Puisi karya Robert Frost ini memiliki tema ‘kehancuran’.

Dalam puisi ini kiamat bisa diakibatkan oleh api, maupun

es yang beku (keinginan dan kebencian). Puisi ini

bertujuan untuk mengingatkan pembaca akan bahayanya

rasa benci dan keinginan atau ambisi. Seandainya saja

manusia tidak dapat menontrol akan dua hal tersebut maka

kehancuran bisa saja terjadi di bumi. Ambisi manusia atau

kebenciannya akan membuat seseorang mampu melakukan

apa saja tanpa peduli risikonya.

f. A Winter Eden

Puisi ini tentang tempat musim dingin dalam siklus

musim, dan bagaimana musim dingin melambangkan titik

dalam siklus kehidupan yang menandai transisi menuju

kelahiran kembali. Tema puisi ini adalah ‘kesempatan’.


55

Umumnya orang-orang membayangkan Eden sebagai

surga hijau yang subur; tapi di sini, Frost memberi versi

Eden yang putih pucat, dan kurang kaya warna. Tetapi

ketika seseorang melihat lebih dekat, benih-benih

kehidupan menjadi jelas. Gambar tunas dan buah

berlimpah, semua simbol kelahiran kembali. Pesan yang

ingin Frost sampaikan adalah bahwa selama kita percaya

dan melihat dari segala arah, kesempatan itu akan selalu

ada.

g. The Door In The Dark

Tema puisi ini adalah ‘keputus asaan’. Ketika

seseorang merasa telah melakukan banyak hal, namun

semua hal yang telah ia lakukan malah menambah buruk

kedaan. Penyair juga menyampaikan pesan bahwa

kehidupan pasti berubah, teman lingkungan dan lainnya.

Itu juga yang membuat semuanya tampak menjadi sangat

rumit. Pesan yang bisa diambil dari puisi ini adalah jangan

pernah merasa diri sendiri adalah penyebab semua

kekacauan yang terjadi, dan cobalah membuka diri dengan

hal-hal baru, karena segala sesuatu pasti akan mengalami

perubahan.

h. Now Close The Windows


56

Puisi Robert kali ini bertemakan ‘lingkungan’.

Penyair berusaha melukiskan kerinduannya akan musim

dingin melalui puisi ini. Ia menyampaikan pesan bahwa

ketika burung-burung itu berhenti bernyanyi berarti musim

dingin akan segera dating. Penyair terlihat menunggu

kapan datangnya musim dingin, dan akan seberapa lama

musim dingin itu.

i. Wind And Window Flower

Puisi ini bertemakan ‘cinta’. Ketika seorang lelaki

mencintai seorang wanita, namun wanita itu tidak

memberikannya kepastian. Pada akhirnya sang wanita

menyadari bahwa dirinya jatuh cinta pada lelaki tersebut,

namun lelaki tersebut telah pergi. Pesan yang dapat

dipelajari dari puisi ini adalah untuk jangan menyia-

nyiakan sesuatu yang dimiliki. Karena sesuatu itu akan

terasa sangat berharga ketika kita sudah tidak memilikinya

lagi.

j. Mending Wall

Tema puisi ini adalah ‘hubungan’. Dalam puisi ini

Frost bertentangan pendapat dengan tetangganya mengenai

‘dinding’ atau jarak yang menghalangi mereka. Frost

menjelaskan betapa penting sebuah hubungan bahkan

kepada tetangga atau lingkungan sosial karena manusia


57

sejatinya adalah makhluk yang saling membutuhkan satu

sama lain.

2. Majas

a. Personifikasi

1) Because it was grassy and wanted wear

(The Road Not Taken baris ke-8)

Pembahasan:

Berdasarkan majas personification, menyatakan

suatu benda mati yang digambarkan memiliki sifat

seperti seorang menusia. Pada kutipan puisi di atas, kata-

kata "wanted wear" digunakan sebagai personifikasi.

Karena pada bait ini memberikan karakteristik manusia

yang memiliki rasa keinginan. Makna yang terdapat pada

bait ini yaitu Robert menjelaskan bahwa "road" yang

lain menginginkan dirinya berjalan di jalan ini. Jalannya

berumput dan sepertinya bagus untuk dilalui. "wanted

wear" dan jalan yang lain atau "road" ingin untuk

berjalan di mana ada rumput di jalan itu. Ia mengira

bahwa jalan tersebut lebih baik daripada jalan mana pun

karena jalannya berumput dan sepertinya bagus untuk

dilalui. Dan itu digunakan oleh banyak orang.

2) Not all your light tounges talking aloud

(Tree At My Window baris ke-7)


58

Pembahasan:

Personifikasi yang terdapat dalam bait ini yaitu

kata "not all your light tounges talking aloud"

dipersonifikasikan sebagai pohon yang seolah-olah

memiliki lidah dan berbicara dengan keras dengannya. Si

pembicara tampaknya jarang menganggapnya lebih

sebagai makhluk hidup daripada awan, sekadar latar

belakang tatapannya. Makna dari bait ini dapat

disimpulkan bahwa pembicara merasakan hubungan

dengan pohon itu. Dia mulai mendambakan menjadi

seperti pohon dan bisa menghargai kesenangan hidup

yang sederhana. Kesenangan sederhana ini masih ada

dalam kehidupannya, tetapi ia masih khawatir dengan

suasana batinnya seperti pohon peduli dengan cuaca

badai.

3) But tree, I have seen you taken and tossed

(Tree At My Window baris ke-9)

Pembahasan:

Pada bait ini “tree” digambarkan seolah-olah

mampu melemparkan dan mengambil sesuatu, yang

biasanya hanya bisa dilakukan manusia. Sajak ini

menggambarkan seperti seorang manusia kesepian yang


59

mendambakan seorang teman setelah dia kehilangan

mimpi-mimpinya.

4) And if you have seen me when I slept

(Tree At My Window baris ke-10)

Pembahasan:

Kata “you” pada bait ini adalah sebuah pohon.

Pada bait ini pohon digambarkan dapat melihat lelaki

kesepian itu ketika sedang tertidur. Makna yang dibawa

pada bait ini yaitu tentang kesetiaan sebuah pohon yang

dianggap teman oleh lelaki tersebut.

5) You have seen me when I was taken and swept

(Tree At My Window baris ke-11)

Pembahasan:

Pada bait ini “you” juga berarti sebuah pohon yang

dapat melihat lelaki itu “taken” dan “swept”. Lelaki

tersebut berusaha untuk mengambil mimpinya dan

menghapus kesedihannya, namun gagal.

6) Your head so much concerned with outer

(Tree At My Window baris ke-15)

Pembahasan:

“Your” pada bait ini dimaksudkan kepada

pohon yang menemani lelaki itu. Pohon itu

mengkhawatirkan cuaca di luar, sedangkan ‘khawatir’


60

merupakan sifat manusia. Lelaki itu mengomentari

pohon yang ‘prihatin dengan luar’ dan dirinya yang

berpikir tentang ‘bati’. Sebagian besar pohon khawatir

dengan cuaca badai sementara lelaki itu prihatin dengan

emosi dan hal-hal di dalam dirinya yang merupakan

cuaca batinnya.

7) My sorrow, when she’s here with me

(My November Guest baris ke-1)

Pembahasan:

Pada bait puisi ini, ‘she’ adalah penggambaran

dari tamu bulan November yang tidak diundang. Lelaki

itu merasa sedih dengan kedatangan tamu yang tak

disukainya.

8) She love the bare, the withered tree

(My November Guest baris ke-4)

Pembahasan:

Personifikasi yang terdapat pada bait ini masih

sama dengan bait pertama yaitu ‘she’ yang

digambarkan adalah tamu November yang tidak dapat

terlihat, atau hanya terdapat bayangan jiwa bagi lelaki

itu. Makna yang terdapat pada bait ini yaitu ‘she’

menyukai pohon yang tak terbungkus ‘bare’, dan layu.

9) She walks the sodden pasture lane


61

(My November Guest baris ke-5)

Pembahasan:

Personifikasi pada bait ini masih sama yaitu

‘she’, yang digambarkan mampu berjalan di jalur

padang rumput yang basah kuyup, padahal sejatinya

‘she’ adalah bukan manusia sebenarnya. Makna yang

terkandung adalah ‘she’ menyukai pohon-pohon tanpa

daun di musim gugur membuat musim ini lebih indah

sehingga ia bisa berjalan di jalur padang rumput yang

basah kuyup karena hujan.

10) She thinks I have no eye for these

(My November Guest baris ke-14)

Pembahasan:

‘She’ yang digambarkan seolah manusia ini

‘berfikir’, sejatinya ‘berfikir’ merupakan sifat alamiah

manusia yang berwujud dan bernyawa. Makna yang

terkandung pada bait ini yaitu lelaki itu yang terus

mengawasi gerak gerik tamu tak diundangnya yang

malah menambah kesedihan baginya.

11) My little horse must think it queer


62

(Stopping By Woods On A Snowy Evening baris ke-5)

Pembahasan:

Majas personifikasi dalam bait ini yaitu kata

‘think’. Kuda digambarkan mampu berpikir, sedangkan

berpikir merupakan salah satu kegiatan manusia. Makna

yang terkandung dalam bait ini yaitu kuda yang

mempunyai perasaan seperti manusia memutuskan

untuk berhenti di dalam hutan yang lebat untuk berpikir

lebih dalam mengenai sesuatu.

12) Good fences make good neighbors

(Mending Wall baris ke-27)

Pembahasan:

Kata ‘fences’ dan ‘make’ mengindikasikan

personifikasi dalam bait puisi ini, ‘fences’ berarti pagar,

dan ‘make’ berarti membuat. Pada kenyataannya pagar

adalah sebuat benda mati dan tidak dapat melakukan

sesuatu. Makna yang terkandung dalam bait puisi ini

jika seseorang mempunyai kepribadian yang baik, maka

ia juga akan mendapatkan teman yang baik.

13) Spring is the mischief in me, and I wonder if I could

put a notion in hid head

(Mending Wall baris ke-28)

Pembahasan:
63

Personifikasi ditampakan pada kata ‘spring’

dan ‘mischief’, sedangkan spring merupakan musim

dan tidak mungkin melakukan ‘mischief’ atau

kejahatan. Penyair menggambarkan musim telah

mencuri kebahagiaannya.

14) She talks and I a fain to list

(My November Guest baris ke-7)

Pembahasan:

‘She’ adalah menyimbolkan jiwa manusia,

namun tidak memiliki raga atau bukan manusia

sesungguhnya, namyn pada bait di atas digambarkan

bahwa ‘she’ mampu berjalan yang hanya bisa dilakukan

oleh manusia normal pada umumnya. Makna pada bait

ini ialah bahwa tamu itu atau ‘she’ menikmati waktunya

dengan berjalan-jalan.

15) She’s glad her simple worsted gray

(My November Guest baris ke-7)

Pembahsan:
64

Pada bait ini kata ‘she’ dan ‘glad’ merupakan

personifikasi, karena ‘she’ yang dimaksud adalah tamu

bulan November yang bukan manusia, tetapi penyair

menggambarkan bahwa ia mampu merasa senang yang

merupakan perasaan yang dimiliki oleh manusia.

Makna pada bait ini adalah digambarkan bahwa jiwa itu

merasa senang dengan apa yang ia kenakan.

16) No bird singing now, and if there is

(Now Close The Windows baris ke-3)

Pembahasan:

Pada bait di atas kata ‘singing’

menggambarkan burung yang bisa bernyanyi, pada

kenyataannya burung memang bisa mencuit namun

tidak dapat bernyanyi. Makna yang terdapat dalam bait

ini adalah ketiadaan suara burung menandakan bahwa

musim dingin yang dinantikan oleh penyair akan segera

dating.

B. Repetisi

1) And miles to go before I sleep


65

(Stopping By Woods On Snowy Evening baris ke-15)

Pembahasan:

Pada dasarnya repitition adalah penggunaan

beberapa kata atau frasa beberapa kali untuk membuat

ide dari kata tersebut lebih terhubung kepada

pembacanya. Pada bait ini penyair mengulang frasa

yang sama yaitu baris baris ke-15 dan bairis ke-16.

Makna pada bait ini mengisyaratkan bahwa penyair

harus menyelesaikan pekerjaannya sebelum datang

ajalnya.

2) Good fences make good neighbors

(Mending Wall baris ke-45)

Pembahasan:

Pengulangan frasa pada bait ini yaitu sama

dengan baris ke-27 dan baris ke-45. Penyair membuat

penegasan pada lirik tersebut yang menandakan bahwa

lelaki asing dalam puisi tersebut memaksanya untuk

berubah menjadi pribadi lebih baik.

C. Metafora

1) The faded earth, the heavy sky

(My November Guest baris ke-12)

Pembahasan:
66

Methapor atau metafora merupakan majas yang

bermakna kiasan untuk menggambarkan suatu objek

dengan perbandingan langsung. Seperti dalam bait puisi

ini ‘faded earth’ dan ‘heavy sky’ merupakan

perbandingan langsung dengan suasana hati penyair.

Dalam bait ini penyair berusaha mengungkapkan

kesedihan yang dirasakannya, walaupun ia memiliki

segalanya, dan walaupun segala yang dihadapannya

terlihat indah, penyair tetap merasa duka dihatinya,

yang digambarkan dengan kata ‘faded earth’ dan

‘heavy sky’ atau bumi yang redup dan langit yang berat.

2) But it were vain to tell

(My November Guest baris ke-19)

Pembahasan:

Pada bait ini suasana hati penyair digambarkan

‘vain’ atau kesia-siaan. Penyair merasa dirinya sudah

tidak ingin berada dalam duka dan keputusasaan karena

itu akan membuat dirinya jatuh ke dalam tempat gelap

yang lebih dalam lagi yang tidak dia inginkan.

3) And that has made all the difference

(The Road Not Taken baris ke-20)

Pembahasan:
67

Pada kata ‘difference’ adalah perbandingan

dengan risiko yang dihadapi oleh penyair dalam

puisinya. Pada bait ini penyair mengungkapkan bahwa

ia telah mengetahui kesalahan yang ia perbuat, dan

tidak semua orang pernah mengalaminya, dan dia harus

menceritakan kisahnya dengan penyesalan. Namun ia

sadar bahwa apapun jalan yang diambil selalu

mempunyai risiko.

4) My sash is lowered

(Tree At My Window baris ke-2)

Pembahasan:

Penyair menggunakan frasa ‘my sash is

lowered’ untuk menyampaikan bahwa penyair telah

membiarkan penjagaanya turun dan tertidur. Ini

menunjukkan kerentanan yang ia rasakan dari

kerumitan hidup dan batin. Meskipun dia menutup tirai

di malam hari, dia berharap tidak akan pernah ada

penghalang yang ditarik di antara dia dan pohon itu. Ini


68

menunjukkan keinginannya untuk menjadi seperti

pohon yang sederhana dan bahagia.

5) He is all pine and I am apple orchad

(Mending Wall baris ke-24)

Pembahasan:

‘He’ di sini menunjukkan pada tetangga, dan ‘I’

merujuk pada penyair. Penyair membandingkan

tetangganya dengan ‘all pine’ atau pohon pinus, dan

dirinya dengan kebun apel.

d. Simbol

1) The love of bare November days

(My November Guest baris ke-17)

Majas ini menjelaskan tentang suatu hal dengan

melakukan perbandingan terhadap sesuatu hal lainnya

berupa lambang, tokoh, atau simbol tertentu untuk

menjelaskan makna khusus. Pada bait ini ‘November’

adalah simbol dari semua kesedihan dan duka yang

akan datang menghampirinya.

2) My little horse must think it queer


69

(Stopping By Woods On A Snowy Evening baris ke-5)

Pembahasan:

Kata ‘horse’ pada bait ini menyimbolkan sesuatu

yang buruk. Dijelaskan bahwa itu adalah sesuatu yang

aneh untuk berhenti di dalam hutan. Bait ini bermakna

seseorang yang mempunyai firasat buruk akan sesuatu,

dan memutuskan untuk berhenti sejenak untuk berfikir.

3) He gives his harness bells a shake

(Stopping By Woods On A Snowy Evening baris ke-9)

Pembahasan:

Pada bait ini jenis majas simbol terdapat pada

kata ‘bells a shake’ yang merupakan simbol dari hal

yang tidak baik di dalam hutan. Penyair menjelaskan

bahwa mungkin sesuatu terjadi. Pada saat hal buruk itu

terjadi maka kuda akan memberi tanda dengan lonceng

goyang yang tergantung di lehernya.

4) The woods are lovely, dark, and deep

(Stopping By Woods On A Snowy Evening baris ke-13)

Pembahasan:

Kata ‘lovely, dark and deep’ merupakan

simbol dari misteri di dalam kehidupan. Dijelaskan

bahwa penyair berhenti di tempat yang terdapat banyak


70

hal untuk menggoda dirinya di sana agar dia tertidur

dan melupakan tugasnya.

5) And miles to go before I sleep

(Stopping By Woods On A Snowy Evening baris ke-16)

Pembahasan:

‘Sleep’ adalah simbol dari kematian. Di sini

penyair menjelaskan bahwa dia harus menyelesaikan

tugasnya bermil-mil jauhnya sebelum dia siap untuk

menemui kematian karena dia berjanji untuk

menyelesaikannya.

6) Two roads diverged in a yellow wood

(The Road Not Taken baris ke-1)

Pembahasan:

Pada bait puisi ini ‘road’ adalah simbol dari

choice atau pilihan. Ada dua pilihan yang tidak bisa

dia tempuh bersamaan di kedua jalan tersebut, karena

jika demikian maka penyair harus membelah dirinya

menjadi dua dan itu tidak mungkin.

7) To where it bent in the undergrowth


71

(The Road Not Taken baris ke-5)

Pembahasan:

Simbol yang terdapat pada bait ini yaitu

‘undergrowth’ yang merupakan simbol dari risiko.

Makna pada bait ini yaitu penyair memilih mana jalan

atau pilihan yang lebih berisiko dan tidak untuk

diambil. Pada akhirnya semak-semak dari kedua jalan

itu menyelimuti sisa jalanhingga keujungnya, atau

yang bisa dimaknai dengan kesamar-samaran antara

jalan yang berisiko dan tidak.

8) Some say the world will end in fire

(Fire And Ice baris ke-1)

Pembahasan:

Pada bait puisi di atas terdapat jenis maja simbol

yaitu ‘fire’, fire di sini bukanlah api pada umumnya

melainkan desire atau keinginan. Makna yang

terkandung dalam bait ini adalah mengenai kehancuran

dunia dikarenakan ambisi manusia dalam

mengeksploitasi sumber daya yang ada di dalamnya.


72

Ambisi manusia yang tak pernah ada habisnya

membuat dunia kehilangan keseimbangan dalam

ekosistemnya, ini merupakan hal yang ingin dikatakan

penyair dalam bait puisinya.

9) Some Say In Ice

(Fire And Ice baris ke-2)

Pembahasan:

Setelah pada bait sebelumnya ‘fire’

menyimbolkan keinginan, maka pada bait ini ‘ice’

menyimbolkan kebencian atau rasa benci. Penyair

ingin menyampaikan bahwa selain karena rasa

ketidakpuasaan manusia, faktor lain yang

menyebabkan ekosistem dunia menjadi tidak seimbang

juga berasal dari rasa benci yang dimiliki manusia.

Manusia cenderung akan membalas siapa saja yang

menurut mereka musuh atau berpotensi menjadi

musuh. Rasa pesaingan inilah yang menimbulkan

kerusakan di bumi.

10) A winter garden in an alder swamp

(A Winter Eden baris ke-1)

Pembahasan:

Simbol yang terdapat dalam bait ini yaitu

‘winter’ yang berarti simbol dari kematian. Makna


73

pada bait ini yaitu menurut penyair kematian

merupakan titik dalam siklus kehidupan yang

menandai transisi menuju kelahiran kembali.

11) Where conies now come put to sun and romp

(A Winter Eden baris ke-2)

Pembahasan:

Kata ‘conies’ dalam bait ini bermaksudkan

seekor kelinci. Kelinci sering digunakan sebagai

simbol untu-k kelahiran dan kesuburan, dan dikaitkan

dengan musim semi.

12) I had my native simile jarred

(The Door In The Dark baris ke-7)

Pembahasan:

‘Simile’ merupakan salah satu jenis majas, yaitu

majas yang membandingkan sesuatu hal dengan hal

yang lainnya dengan menggunakan kata penghubung

atau kata pembanding. Kata penghubung yang

digunakan contohnya seperti, bagaikan, bak, layaknya,

laksana, dll. Dalam bait ini simile disimbolkan sebagai


74

kehidupan si penyair. Pada bait ini penyair seolah

mengatakan pada orang- orang di sekitarnya bahwa ia

berbeda, dan untuk berhenti mengusiknya.

13) She a window flower

(Wind And Window Flower baris ke-3)

Pembahasan:

Dalam bait puisi di atas, ‘window flower’

merupakan simbol dari dewa, kemurnian, dan

kesenangan. Dalam bait ini, sang penyair

memperkenalkan karakter-karakter dari puisi tersebut,

yaitu seorang pria dan wanita. Juga, ia menyatakan

gagasan utama puisi itu yaitu “rasa sakit dalam cinta

yang tak terbalas dan terfragmentasi” berbeda dengan

yang berakhir sempurna dan bahagia.

14) And he a winter breeze

(Wind And Window Flower baris ke-3)

Pembahasan:

Pada bait ini ‘winter breeze’ merupakan simbol

dari tenang dan dingin. Sama seperti pada bait

sebelumnya bait ini juga memperkenalkan karakter-

karakter dari puisi tersebut, dan Pria itu, dibandingkan

angin sepoi-sepoi musim dingin, tenang dan dingin


75

melewati bunga dan menyentuh jiwanya yang

menyebabkan sensasi pada bunga (wanita).

15) He was a winter wind

(Wind And Window Flower baris ke-13)

Pembahasan:

‘Winter wind’ menyimbolkan kematian, mati

rasa, dan kepahitan. Pada bait ini Angin dikaitkan

dengan es dan salju yang merupakan simbol

mematikan dan desensitis. Karenanya, pria yang

melambangkan simbol angin sepoi-sepoi juga penuh

duka dan terbungkus dalam situasi yang sangat

menyedihkan. Angin khawatir dengan hal-hal yang

tidak diinginkan dan mati sehingga pria itu juga jatuh

ke dalam kondisi yang mengerikan karena tidak

mendapatkan cinta yang diinginkannya. Lingkungan di

sekitar pria itu tidak pernah berada dalam posisinya,

sehingga pria itu diabaikan dan menyendiri.

16) Concerned with ice and snow

(Wind And Window Flower baris ke-14)

Pembahasan:

Es dan salju yang merupakan simbol mematikan

dan desensitis. Makna pada bait ini juga sama dengan

makna pada bait sebelumnya, lelaki yang patah hati


76

tersebut digambarkan seolah telah mati, dan tak takut

pada apapun lagi.

17) And set the wall between us once again

(Mending Wall baris ke-14)

Pembahasan:

Pada bait puisi di atas, terdapat jenis majas

symbol, yaitu ‘wall’ yang menyimbolkan ‘halangan’

atau rintangan. Makna yang terdapat pada bait puisi

ini yaitu penyair menggambarkan bahwa di antar

dirinya dan lelaki asing itu terdapat rintangan lagi bagi

mereka untuk dilalui.

18) He is all pine and I am apple orchad

(Mending Wall baris ke-24)

Pembahasan:

Penyair menyimbolkan ‘all pine’ sebagai

tetangganya, dan ‘apple orchad’ sebagai dirinya

sendiri. Berdasarkan karakteristik dari keduanya ‘all

pine’ memiliki karakteristik tidak dapat diubah,

sedangkan ‘apple orchad’ dapat berguna, jadi penyair


77

mengasumsikan dirinya lebih baik daripada

tetangganya.

19) But I have promises to keep

(Stopping By Woods On A Snowy Evening baris ke-14)

Pembahasan:

‘Promises’ merupakan symbol dari tanggungjawab.

Terdapat makna yang menerangkan bahwa penyair

memiliki tanggungjawab yang harus diselesaikan

sehingga ia harus terus melangkah untuk

menyelesaikannya.

20) Now close the windows and hush all the fields

(Now Close The Windows baris ke-1)

Pembahasan:

Pada bait ini kata ‘fields’ menyimbolkan

musim gugur. Makna yang terdapat pada bait ini yaitu

penyair berharap agar musim gugur segera pergi dan

digantikan oleh musim dingin yang telah lama

dinantikan oleh penyair.

e. Litotes

1) And they are better for the praise

(My November Guest baris ke-20)

Pembahasan:
78

Berdasarkan pengertiannya majas ini merupakan

majas yang mengungkapkan sesuatu yang positif atau

negative tetapi bertentangan. Maka dalam bait ini

menunjukkan bahwa penyair merasa bahagia tentang

semua hari yang akan terjadi pada bulan November.

f. Ironi

1) I shall be telling this with a sigh

(The Road Not Taken baris ke-16)

Pembahasan:

Ironi merupakan majas yang merupakan sebuah

ungkapan yang digunakan adalah kebalikan dari apa

yang dipikirkan oleh penyair. Pada bait ini bermakna

bahwa penutur itu tahu bahwa dia membuat pilihan

yang salah yang tidak banyak dilakukan orang

sebelumnya, dan dia akan menceritakan kisahnya

dengan menghela nafas. Tetapi dia menyadari bahwa

apa pun jalan yang diambilnya akan tetap mempunyai

semua perbedaan.

g. Retorika

1) Why do they make good neighbors? Isn’t it

(Mending Wall baris ke-29)

Pembahasan:
79

Rethorical question merupakan jenis majas yang

di mana terdapat pertanyaan dalam suatu bait atau frasa,

tetapi pada dasarnya pertanyaan tersebut telah memiliki

jawaban yang jelas, dan tidak perlu dipertanyakan lagi.

Pada bait ini frasa di atas menunjukkan jenis majas

retorik, dikarenakan pertayaan tersebut telah memiliki

jawabannya, dan bukan pertanyaan sebenarnya.

h. Apostrof

1) Tree at my window, window tree

(Tree At My Window baris ke- 1)

Pembahasan:

Majas ini erat kaitannya dengan majas

personifikasi, karena benda-benda mati deperlakukan

seperti manusia. Hanya saja pada majas ini benda mati

tersebut dapat berbicara dengan manusia. Bait pertama,

di baris pertama, pembicara menyebutnya "pohon

jendela", seolah-olah dia ingin menekankan lokasi dan

kedekatannya dengan pohon.

i. Paradoks

1) Some say the world will end in fire

(Fire and Ice baris ke-1)

Pembahasan:
80

Paradox adalah pernyataan yang tepat, memiliki

banyak akal di bagian bawah tetapi hampir tidak masuk

akal di permukaan. Pada bait puisi di atas terdpat

kontradiksi yaitu beberapa orang mengatakan dunia akan

hancur di api, tetapi pada bait kedua sebagian orang

mengatakan akan berakhir di es. Penyair sesungguhnya

mengetahui bahwa api dan es dapat menghancurkan

dunia.

a. Some say the world end in ice

(Fire and Ice baris ke-2)

Pembahasan:

Sama seperti pada bait puisi sebelumnya, pada bait

ini juga terdapat kontroversi mengenai dunia yang akan

berakhir di antara api dan es.

j. Klimaks

1) To say that for destruction ice

(Fire and Ice baris ke-7)

Pembahasan:

klimaks adalah majas yang mengatakan beberapa

hal yang semakin parah dan kuat. pada baris ini, narator
81

menunjukkan klimaks dari kehancuran dunia bahwa

penghancuran es juga terjadi dengan sangat hebat.

atau hancur yang sangat parah karena kemarahan dan

sakit hati.

k. Parabel

1) And only passed by her

(Wind And Window Flower baris ke-11)

Pembahasan:

Parable adalah majas mengenai cerita pendek

yang mengajarkan tentang nilai moral atau pelajaran

keagamaan. Pada bait ini dikatakan bahwa lelaki itu

hanya melewati perempuan seperti angina melewati

bunga, dan berjanji akan kembali ketika tak ada ssatupun

yang melihat. Moral yang terdapat pada bait ini ialah

lelaki tersebut selalu melewatkan kesepatan karena tidak

percaya akan kemampuan dirinya sendiri.

l. Hiperbola

1) I reached out blindly to save my face

(The Door In The Dark baris ke-2)

Pembahasan:

Hyperbole atau biasa dikenal dengan majas yang

melebih-lebihkan sesuatu, atau membuat sesuatu tersebut


82

terasa besar atau berat dari kenyataannya. Pada bait ini

frasa ‘I reached out blindly to save my face’ atau berarti

‘aku mengulurkan tanganku secara membabi buta’. Pada

kenyataannya penyair mengungkapkan bahwa ia

menutupkan tangan ke wajahnya dikarenakan takut akan

kegelapan. Makna yang terkandung pada bait tersebut

merupakan ketakutan seseorang pada ketidakpastian

masa depan yang akan ia hadapi.

2) To watch his woods fill up with snow

(Stopping By Woods On A Snowy Evening baris ke-4)

Pembahasan:

‘Fill up with snow’ memberikan kesan

kesempurnaan, pada saat bersamaan terdengar alunan

music yang membekukan suasana di dalam hutan yang

terkesan melebih-lebihkan. Makna yang terdapat dalam

bait ini adalah bahwa kita tidak boleh mudah

tergoyahkan oleh sesuatu yang terlihat indah di luar.

3) As near a paradise as it can be

(A Winter Eden baris ke-3)

Pembahasan:

Pada bait ini penyair melebih-lebihkan frasa

dengan mengatakan ‘sedekat surga’ yang terdengar tidak

masuk akal oleh manusia pada umumnya karena tidak


83

ada yang tau seberapa dekat jarak surge itu sendiri.

Makna yang terdapat dalam bait ini yaitu bahwa jarak

kematian dengan kehidupan kembali sangatlah dekat,

karena pada puisi ini penyair percaya akan kehidupan

kedua.
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penyajian data, peneliti menemukan beberapa

majas yang digunakan dalam puisi Robert Frost. Ada beberapa contoh

majas dalam puisi Robert Frost. Frost menggunakan majas untuk

mengekspresikan dan menggambarkan isi puisi untuk membuat puisi

menjadi jelas dan memberi efek pada pembaca. Majas membuat puisi

Robert Frost menjadi lebih menarik. Misalnya, dalam puisi Frost berjudul

"The Road Not Taken", ada tiga jenis bahasa kiasan yang ditemukan. Salah

satu bahasa kiasan yang paling umum adalah simbol. Di baris pertama bait

pertama, kata "road" adalah simbol dari dua jalan yang harus dihadapi

dalam kehidupan.

Untuk memahami majas yang digunakan, pembaca juga harus

mengetahui makna yang terkandung dalam majas yang ditemukan di

setiap bait. Kita dapat menemukan maknanya dalam makna umum dan

makna detail. Makna umum dapat ditemukan dengan membaca bait demi

bait, sedangkan makna detail dapat ditemukan dengan membaca baris

demi baris dalam setiap bait. Misalnya, dalam puisi Frost berjudul

"Stopping By Woods On A Snowy Evening”. Secara umum, dalam bait

pertama, dari kalimat "he will not see me stopping here" dan "to watch his
85

woods fill up with snow", menunjukkan bahwa dalam bait ini penyair

berjalan dan berhenti di hutan karena dia tertidur di dalam hutan yang

dipenuhi salju. Sementara itu, makna detail dari bait pertama adalah

pembicara nampak khawatir bahwa ia melakukan pelanggaran dengan

melihat hutan yang dimiliki oleh orang lain. Namun demikian, ia mencuri

pandang, karena tidak seorang pun melihat "he will not see me stopping

here". Dia berhenti untuk melihat pemandangan hutan. Pembicara

menggambarkan hutan sebagai damai namun misterius. Dia menunjukkan

bagaimana mereka "fill up with snow", memberikan rasa kepuasaan,

namun pada saat yang sama, merasa ketentraman di tengah hutan yang

tenang. Para penyair tergoda oleh keindahan hutan yang dipenuhi oleh

salju sehingga ia berhenti untuk menikmatinya. Dalam menentukan

maknanya kita harus tahu apa yang harus dikatakan dari penyair. Dari

sudut pandang peneliti, makna yang terkandung dari contoh di atas adalah

kuda berpikir bahwa ada sesuatu yang aneh untuk berhenti di dalam hutan

di malam yang paling gelap.

Jika dilihat dari makna semantik, kata atau frasa di atas dapat

diklasifikasikan menjadi makna konotatif. Makna konotasi dapat membuat

penyair berkonsentrasi dan memperkaya makna yang dimaksudkan karena

penyair dapat menjangkau lebih banyak pesan dengan menggunakan

beberapa kata. Tetapi jika penyair hanya menggunakan makna denotatif,

penyair akan menemui kendala dalam menyampaikan pesan melalui puisi

dan membuat puisi itu tidak menarik. Dengan menggunakan makna


86

konotatif bahasa yang digunakan jika dilihat dari makna semantik, kata

atau frasa di atas dapat diklasifikasikan menjadi makna konotatif. Makna

konotasi dapat membuat penyair berkonsentrasi dan memperkaya makna

yang dimaksudkan karena penyair dapat menjangkau lebih banyak pesan

dengan menggunakan beberapa kata. Tema ini berarti bahwa sebuah puisi

dapat disampaikan dengan benar. Dalam setiap puisi yang ditulis, temanya

adalah gagasan utama dan elemen terpenting. Tema akan menentukan arah

puisi sehingga makna dan pesan akan disampaikan kepada pembaca.

Untuk dapat menemukan tema dalam puisi itu, pembaca harus terlebih

dahulu mengetahui makna yang terkandung dalam puisi itu.

Setiap puisi ditulis berisi pesan yang ditujukan kepada pembaca.

Pesan diarahkan dengan maksud agar pembaca mendapat kesan setelah

membaca puisi itu. Pesan dalam puisi akan lebih terasa jika pembaca bisa

mengeksplorasi puisi yang dimaksud. Secara teoritis, "pesan adalah hal

yang harus disampaikan kepada pembaca oleh penyair melalui puisinya".

Jadi, pesan yang terkandung dalam puisi Robert Frost secara tidak

langsung disampaikan kepada pembaca melalui puisi yang ditulisnya. Kita

dapat menemukan pesan puisi setelah kita tahu makna yang terkandung

dan tema puisi itu. Puisi yang ditulis oleh Robert Frost adalah puisi yang

menarik karena selalu terkait dengan kehidupan sosial manusia dan alam.

Dalam puisi-puisi pilihan Robert Frost yang berisi bahasa kiasan sangat

membantu dalam memahami puisi itu. Keberadaan majas bukan untuk

mempersulit pemahaman puisi tetapi untuk menyederhanakan dan


87

membuat jelas dalam memahami puisi. Puisi ini sangat cocok untuk

pelajar bahasa Inggris yang ingin meningkatkan keterampilan bahasa

Inggris mereka dalam menganalisis puisi yang mengandung bahasa kiasan.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam

menganalisis puisi selain untuk menemukan bahasa kiasan dalam puisi,

kita juga dapat memahami makna puisi yang mengandung bahasa kiasan,

tema dan pesan dari puisi tersebut.

B. Saran

Kesulitan yang didapat dalam penelitian majas pada puisi Robert

Frost diantaranya berupa kesulitan dalam menganalisis dan

mengelompokkan data ke dalam jenis dan pemahaman majas sehingga

memerlukan ketangguhan, ketelitian dan kesabaran yang besar. Variasi

penggunaan majas jenis personifikasi dan simbol dalam puisi Robert Frost

sangat beragam yang muncul di lapangan. Hal ini perlu menjadi perhatian

khusus. Puisi-puisi dalam karya Robert pada dasarnya menggunakan

bahasa yang indah, namun peneliti masih jauh dari kesempurnaan dalam

menerjemahkan dan mencari makna dibalik puisi-puisi tersebut. Oleh

karena itu, perlu penelitian lebih lanjut terhadap puisi Robert Frost ini

mengenai permasalahan majas atau estetika maupun permasalahan lain

supaya hasil penelitian semakin luas. Karena pada puisi ini tidak hanya

mengandung majas seperti yang peneliti temukan, namun terdapat banyak

jenis majas lain. Selain itu, penggunaan citraan yang banyak disebutkan,

juga bisa menjadi bahan kajian yang berhubungan dengan topik majas.
88

Pada akhirnya berdasarkan saran-saran tersebut diatas, mudah-mudahan

ketimpangan-ketimpangan yang terjadi dalam penelitian ini dapat

dilengkapi oleh kajian-kajian berikutnya dengan lebih detail dan khusus.


DAFTAR PUSTAKA
BUKU:

Abrams, M. H. (2004). A Glossary Of Literary Terms. Boston: Heinle & Heinle.

Alfiah and Budi, Yunarko Santoso. (2009). Pengajaran Puisi: Sebuah Penelitian
Tindakan Kelas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bungin, Burhan. (2003). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada.

Chaer, Abdul. (2003). Linguistik Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Depdiknas. Modul Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mata


Pelajaran Bahasa Indonesia. (2011). Jakarta: LSPP

Djajasudarma, Fatimah. (2009). Semantik 2-Pemahaman Ilmu dan Makna.


Bandung: PT Refika Aditama.

Djojosuroto, Kinayati dan Noldi Pelenkehu. (2005) Apresiasi & Pembelajaran


Prosa Jogjakarta: Pustaka Book Publisher.

Endraswara, S. (2003). Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka


Widyatama.

Fananie, Zainudin. (2000). Telaah Sastra. Surakarta: Muhammadiyah University


Press.

Hasanudin. Ensiklopedia Sastra Indonesia. (2009). Bandung: Titian Ilmu

Henderson, Gloria Manson, Day, Bill, Waller, Sandra Stevenson. (2003).


Literature and Ourselves A Thenatic Introduction for Readers and
Writers. New York: Longman.

Keraf, Gorys. (1980). Komposisi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Keraf, Gorys. (2001). Diksi dan Gaya Bahasa: Komposisi Lanjutan 1. Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama

Pateda, Mansur. (2001). Semantic Leksima (Edisi Kedua). Jakarta: PT Rineka


Cipta.

Perrine,L. (2008). Sound and Sense: an introduction to poetry. New York:


Harcourt, Brace and World, Inc.

Pradopo, Rachmat Djoko. (2000). Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press.
Ratna, Nyoman Kutha. (2009). Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sangidu. (2004). Penelitian Sastra: Pendekatan, Teori, Metode, Teknik, dan kiat.
Yogyakarta: Unit Penerbitan Sastra Asia Barat.

Siswantoro. (2002). Apresiasi Puisi-Puisi Sastra Inggris. Surakarta:


Muhammadiyah University Press.

Siswantoro, Wahyudi. (2008). Pengantar Teori Sastra. Jakarta: PT Grasindo.

Sumardjo, Yakob dan Saini K.M. (1988). Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: PT.
Gramedia.

T. Stull, Bradford. (2002). The Elements of Figurative Language. Boston: Pearson


Education, Inc.

Tjahjono, Liberatus Tengsoe. (1988). Sastra Indonesia: Pemgantar Teori dan


Apresiasi. NTT: Nusa Indah.

Wellek, Rena dan Austin Waren. (1995). Teori Kesustraan. Jakarta: Gramedia

Wisang, Imelda Olivia. (2014). Memahami Puisi:Dari Apresiasi Menuju Kajian.


Yogyakarta: Ombak Press

JURNAL:

Rashid, M., Misbah, O., & Aleem, S. (2014). A Critical Discourse Analysis of
Figurative Language in Pakistani English Newspapers. Macrothink
Institute, 210216. Doi: 10.5296/ijl.v6i3.5412.

Nezami, S.R.A. (2012, February). The Use Of Figures Of Speech as a Literary


Device—A Specific Mode of Expression in English Literature. Language
in India, 12 (2), pp. 659-676. Retrieved from Language In India.
Retrieved from http://www.scholar.google.com

INTERNET:

Mwihaki, A. (2004). Meaning as Use: A Functional View of Semantics and


Pragmatics. Website:
http://www.qucosa.de/fileadmin/data/qucosa/documents/9102/11_10_M
wihaki.pdf
Tabel Analisis Majas Puisi

Tabel 4.2

Majas puisi pertama “The Road Not Taken”

Majas
No Lirik Puisi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Two roads diverged √
in a yellow wood
2. And sorry i could not
travel both
3. And be one traveler,
long I stood
4. And looked down
one as far as I could
5. To where it bent in √
the undergrowth
6. Then took the other,
as just as fair
7. And having perhaps
the better claim
8. Because it was √
grassy and wanted
water
9. Though as far that
the passing there
10. Had worn them
really about the same
11. And both that
morning eually lay
12. In leaves no step had
trodden black
13. Oh, i kept the first
for another day
14. Yet knowing how
way leads on to way
15. I doubted if I should
ever comeback
16. I shall be telling this √
with a sigh
17. Somewhere ages and
ages hence
18. Two roads diverged
in a wood, and I
19. I took the one less
traveled by,
20. And that has made √
all the difference

Pada puisi pertama terdapat majas: dua majas simbol, satu majas
personifikasi, satu majas metafora, dan satu majas ironi.

Tabel 4.3

Majas puisi kedua “My November Guest”

Majas
No Lirik Puisi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. My sorrow, when √
she’s here with me,
2. Thinks these dark
days of autumn rain
3. Are beautiful as days
can be
4. She loves the bare, √
the withered tree
5. She walks the √
sodden pasture lane
6. Her pleasure will not
let me stay
7. She talks and I am √
fain to list
8. She’s glad the birds √
are gone away
9. She’s glad her √
simple worsted gray
10. Is silver now with
clinging mist
11. The desolat, desolate
trees
12. The faded earth, the √
heavy sky
13. The beauties she so
truly sees
14. She thinks I have no √
eye for these
15. And vexes me for
reason why
16. Not yesterday I
learned to know
17. The love of bare √
November days
18. Before the coming of
the show
19. But if were vain to √
tell her so
20. And they are better √
for her praise

Pada puisi kedua terdapat majas: tujuh majas personifikasi, dua majas
metafora, satu majas simbol, dan satu majas litotes.

Tabel 4.4

Majas puisi ketiga “Tree at My Window”

Majas
No Lirik Puisi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Tree at my window, √
window tree
2. My sash is lowered √
when night comes on
3. But let there never be
curtain drawn
4. Between you and me
5. Vague dream head
lifted out of the
ground
6. And thing next most
diffuse to cloud
7. Not all your light √
tongues talking
aloud
8. Could be profound
9. But tree, I have seen √
you taken and
tossed
10. And if you have seen √
me when I slept
11. You have seen me √
when I was taken and
swept
12. And all but lost
13. That day she put our
heads
14. Fate had her
imagination about
her
15. Your head so much √
concerned with outer
16. Mine with inner,
weather

Pada puisi ketiga terdapat majas: lima majas personifikasi, satu majas
metafora, dan satu majas apostrof.
Tabel 4.5

Majas puisi keempat “Stopping By Woods On A Snowy Evening”

Majas
No Lirik Puisi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Whose woods these
are I think I know
2. His house is in the
village though
3. He will not see me
stopping here
4. To watch his woods √
fill up with snow
5. My little horse must √ √
think it queer
6. To stop without a
farm house near
7. Between the woods
and frozen lake
8. The darkest evening
of the year
9. He gives his harness √
bells a shake
10. To ask if there is
some mistake
11. The only other
sound’s the sweap
12. Of easy wind and
downy flake
13. The woods are √
lovely, dark, and
deep
14. But i have promises √
to keep
15. And miles to go √
before I sleep
16. And miles to go √
before I sleep

Pada puisi keempat terdapat majas: satu personifikasi, satu repitisi, lima
simbol, dan satu majas hiperbola.
Tabel 4.6

Majas puisi kelima “Fire and Ice”

Majas
No Lirik Puisi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Some say the world √ √
will end in fire
2. Some say in ice √ √
3. From what I’ve
tasted of desire
4. I hold with those who
favor fire
5. But if it had to prish
twice
6. I think I know
enough of hate
7. To say that for √
destruction ice
8. Is also great
9. And would suffice
Pada puisi kelima terdapat majas: dua simbol, dua paradoks, dan
satu klimaks.

Tabel 4.7

Majas puisi keenam “A Winter Eden”

Majas
No Lirik Puisi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. A winter garden in √
an alder swamp
2. Where conies now √
come out to sun and
romp
3. As near a paradise √
as it can be
4. And not melt snow
or start a dormant
tree
5. It lifts existence on a
plane of snow
6. One level higher than
the earth below
7. One level nearer
heaven overhead
8. And last year’s
berries shining
scarled red
9. It lifts a gaunt
luxuriating beast
10. Where he can stretch
and hold his highest
feat
11. On some wild apple
tree’s young tender
bark
12. What well may prove
the year’s high girdle
mark
13. So near to paradise
all pairing ends
14. Here loveless birds
now flock as winterer
friends
15. Content with bud
inspecting
16. They persume to say
which buds are leaf
and which are bloom
17. A feather hammer
gives a double knock
18. This Eden day is
done at two o’clock
19. An hour winter day
might seem too short
20. To make it worth
life’s while to wake
and sport

Puisi ini terdapat majas: dua simbol, dan satu hiperbola.


Tabel 4.8

Majas puisi ketujuh “Tho Door In The Dark”

Majas
No Lirik Puisi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. In going from room
in the dark
2. I reached out √
blindly to save my
face
3. But neglected,
however lightly, to
lace
4. My fingers and close
my arms in an are
5. A slim door got in
past my guard
6. And hit me a blow in
the head so hard
7. I had my native √
simile jarred
8. So people and things
don’t pair anymore
9. With what they used
to pair with before

Puisi ini terdapat majas: satu simbol, dan satu hiperbola.

Tabel 4.9

Majas puisi kedelapan “Now Close The Windows”

Majas
No Lirik Puisi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Now close the √
windows and hush
all the fields
2. If the trees must, let
them silently toss
3. No bird is singing √
now, and if there is
4. Be it my loss
5. It will be long era the
marshes resume
6. It will be long era the
earliest bird
7. So close the windows
and not hear the wind
8. But see all wind-
stirred
Puisi ini terdiri dari satu simbol, dan satu personifikasi.

Tabel 4.10

Majas puisi kesembilan “Wind And Winter Flower”

Majas
No Lirik Puisi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 12 13
1. Lovers forget your
love
2. And list to the love of
these
3. She a window √
flower
4. And he a winter √
breeze
5. When the frosty
window veil
6. Was melted down at
noon
7. And the caged yellow
bird
8. Hung over her in
tune
9. He marked her
trough the pane
10. He could not help but
mark
11. And only passed her √
by
12. To come again at
dark
13. He was a winter √
wind
14. Concerned with ice √
and snow
15. Dead weeds and
unmated birds
16. And little of love
could know
17. But he sighed upon
the sill
18. He gave the sash a
shake
19. As witness all within
20. Who lay that night
awake
21. Perchance he half
prevailed
22. To win her for the
flight
23. From the firelit
looking-glass
24. And warm stove-
window light
25. But the flower leaned
aside
26. And thought of
naughty to say
27. And morning found
the breeze
28. A hundred miles
away

Puisi ini terdiri dari majas: empat simbol, dan satu parabel

Tabel 4.11

Majas puisi kesepuluh “Mending Wall”

Majas
No Lirik Puisi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Something there is
that doesn’t love a
wall
2. That sends the
frozen-ground-swell
under it
3. And spills the upper
boulders in the sun
4. And makes gaps even
two can pass abreast
5. The work of haunters
is another thing
6. I have come after
them and made repair
7. Where they have left
not one stone on a
stone
8. But they would have
the rabbit out of
hiding
9. To please the yelping
dogs. The gaps I
mean
10. No one has seen
them made or heard
them made
11. But at spring
mending-time we
find them there
12. I let my neighbor
know beyond the hill
13. And on a day we
meet to walk the line
14. And set the wall √
between us once
again
15. We keep the wall
between us as we go
16. To each the boulders
that have fallen to
each
17. And some are loaves
and some so nearly
balls
18. We have to use a
speel to make them
balance
19. ‘stay where you are
until our bucks are
turned!’
20. We wear our fingers
rough with handing
them
21. Oh, just another kind
of out-door game
22. One on a side. It
comes to little more
23. There where it is we
don’t need the wall
24. He is all pine and I √ √
am apple orchad
25. My apple trees will
never get across
26. And eat the cores
under his pines, I fell
him
27. He only says, ‘good √
fences make good
neighbors”.
28. Spring is the √
mischief in me, and I
wonder if I could put
a notion in his head
29. ‘why do they make √
good neighbors?’
isn’t is
30. Where there are
cows?
31. But here there are no
cows
32. Before I built a wall
I’ask to know
33. What I was walling
in or walling out
34. And to whom I was
like to give offence
35. Something there is
that doesn’t love a
wall
36. That wants it down.
‘I could say ‘elves’ to
him.”
37. But it’s not elves
exactly, and I’d
rather
38. He said it for himself.
I see him there
39. Bringing a stone
grasped firmly bu the
top
40. In each hand, like an
old-stone savage
armed
41. He moves in
darkness as it seems
to me
42. Not of woods only
and the shad of trees
43. He will not go behind
his faather’s saying
44. And he likes having
thought of it so well
45. He says again, ‘good √
fences make good
neighbors’

Puisi ini terdiri dari majas: dua simbol, dua personifikasi, satu retorika,
satu repitisi, dan satu metafora.
Robert Frost lahir pada tanggal 26 Maret 1874
di San Francisco, California. Pada tahun 1894, ia

menghasilkan puisi pertamanya, “My Butterfly:

an Elegy,” yang diterbitkan di The Independent,

sebuah jurnal sastra mingguan yang berbasis di

New York. Frost dan istrinya Elinor menikah

pada tanggal 19 Desember 1895, dan mendapat

anak pertama mereka, Elliot, pada tahun 1896.

Dimulai pada tahun 1897, Frost masuk ke Harvard University namun harus drop

out setelah dua tahun karena masalah kesehatan. Dia kembali ke Lawrence untuk

bergabung dengan istrinya, yang sekarang mengandung anak kedua mereka, putri

Lesley (1899). Anak sulung Frost, Elliot, meninggal karena kolera pada tahun

1900. Setelah kematiannya, Elinor melahirkan empat anak lagi: Carol (1902),

yang melakukan bunuh diri pada tahun 1940; Irma (1903), yang kemudian terkena

penyakit jiwa; Marjorie (1905), yang meninggal di usia 20-an setelah melahirkan;

dan Elinor (1907), yang meninggal beberapa minggu setelah dia lahir. Selain itu,

selama waktu itu, Frost dan Elinor mencoba beberapa usaha, termasuk peternakan

unggas, yang semuanya tidak berhasil. Ia tumbuh dengan cukup baik, dan mulai

membuat banyak puisinya di pedesaan. Tapi sementara dua di antaranya, “The

Tuft of Flowers” dan “The Trial by Existence,” diterbitkan pada 1906, dia tidak

dapat menemukan penerbit yang bersedia menawar puisi lainnya.


Pada tahun 1912, Frost dan Elinor memutuskan untuk menjual lahan pertanian

mereka di New Hampshire dan pindah bersama keluarga ke Inggris, di mana

mereka berharap akan ada lebih banyak penerbit di kota metropolitan yang

bersedia memberi kesempatan pada penyair baru. Hanya dalam beberapa bulan,

Frost, yang berusia 38 tahun, menemukan seorang penerbit yang akan mencetak

buku puisi pertamanya, A Boy’s Will, yang diikuti oleh North of Boston setahun

kemudian. Pada saat inilah Frost bertemu dengan rekan penyair Ezra Pound dan

Edward Thomas, dua pria yang akan mempengaruhi hidupnya dengan signifikan.

Pound dan Thomas adalah orang pertama yang mengulas karyanya dengan baik,

sekaligus memberikan dorongan yang signifikan. Frost memuji perjalanan

panjang Thomas di atas lanskap Inggris sebagai inspirasi untuk salah satu

syairnya yang paling terkenal, “The Road Not Taken.” Rupanya, keraguan dan

penyesalan Thomas mengenai jalan apa yang bisa


dilakukan untuk mengilhami karya Frost. Waktu yang dihabiskan di Inggris

adalah salah satu periode paling penting dalam hidup Frost, tapi itu hanya

berumur pendek. Sesaat setelah Perang Dunia I pecah pada bulan Agustus 1914,

Frost dan Elinor dipaksa untuk kembali ke Amerika. Penerbit barunya, Henry

Holt, yang akan bersamanya selama sisa hidupnya, telah membeli semua salinan

North of Boston, dan pada tahun 1916, dia menerbitkan karya Frost, Mountain

Interval, koleksi karya-karya lain yang dia ciptakan saat berada di Inggris,

termasuk penghormatan kepada Thomas.

Selama masa hidupnya, Frost telah menerima lebih dari 40 gelar kehormatan, dan

pada tahun 1924, ia dianugerahi penghargaan pertamanya dari empat Pulitzer

Prize yang akan diterimanya, untuk bukunya, New Hampshire. Dia kemudian

memenangkan Pulitzers for Collected Poems (1931), A Further Range (1937) dan

A Witness Tree (1943). Di tengah kesuksesan ini, keluarga Frost mengalami

pukulan tragis lain ketika Elinor meninggal pada tahun 1938. Didiagnosis

menderita kanker pada tahun 1937 setelah menjalani operasi, dia juga pernah

memiliki riwayat gangguan jantung yang panjang, yang akhirnya dia tidak bisa

tahan. Pada tahun yang sama dengan kematian istrinya, Frost meninggalkan posisi

mengajar di Amherst College.

Pada akhir 1950-an, Frost, bersama dengan Ernest Hemingway dan T. S. Eliot,

memperjuangkan pelepasan kenalan lamanya Ezra Pound, yang ditahan di sebuah

rumah sakit jiwa federal karena pengkhianatan karena keterlibatannya dengan

fasis di Italia selama Perang Dunia II. Pound dilepas pada tahun 1958, setelah

surat dakwaan dijatuhkan. Pada tahun 1960, Kongres menganugerahi Frost the
Congressional Gold Medal. Setahun kemudian, pada usia 86, Frost merasa

terhormat ketika diminta untuk menulis dan melafalkan sebuah puisi untuk

pelantikan Presiden John F. Kennedy. Pada 29 Januari 1963, Frost meninggal

karena komplikasi yang berkaitan dengan operasi prostat. Dia bertahan hidup

dengan dua putrinya, Lesley dan Irma, dan abunya dimakamkan di sebuah makam

keluarga di Bennington, Vermont.


RIWAYAT HIDUP

Putri Intan Polindira. Lahir pada 17 Maret

1997, di Bukit Intan, kepulauan Bangka

Belitung. Penulis merupakan anak ketiga dari

pasangan Tumirun dan Waskinah dan

mempunyai seorang adik. Penulis pertamakali

memasuki dunia pendidikan di SDN 09 Kamal,

Jakarta Barat pada tahun 2006 dan tamat pada

2011. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan jenjang menengah di SMPN 224

Jakarta pada tahun 2011 hingga 2013, dan sekolah menengah atas di SMAN 56

Jakarta pada tahun 2013 hingga 2015. Pada tahun yang sama juga penulis

terdaftar sebagai mahasiswa Universitas Indraprasta PGRI Jakarta sebagai

Mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Inggris setelah melalui Penerimaan

Mahasiswa Baru (SPMB).

Anda mungkin juga menyukai