Anda di halaman 1dari 186

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Direktorat Jenderal Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistem


BALAI TAMAN NASIONAL MANUPEU TANAH DARU
DAN LAIWANGI WANGGAMETI
Jalan Adam Malik KM. 05 Kel. Kambajawa Kec. Kota Waingapu Kab. Sumba Timur Email: laiwangi5@gmail.com
Telp. 0387 61914 Nusa Tenggara Timur (NTT) 87117

RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG (RPJP)


TAMAN NASIONAL MANUPEU TANAH DARU DAN
LAIWANGI WANGGAMETI
KABUPATEN SUMBA TIMUR, SUMBA TENGAH DAN
SUMBA BARAT
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR (NTT)
PERIODE 2018 – 2027
Waingapu, November 2020

i
IIENIANA FENEELILAAN JANEKA PANJANG

IA[I,|AN I'IASIINAL MANIJPTU TAr.lAH DAlllJ DAN LAIITANEI II{ANEEAMETI

P|II\IINSI NUSA TENEEA|IA TIMljll


pEItr[DE 2fi8 -2827

Disusun Bi :lllaingapu - $umha Timur

Pada Tanggal : 0esember 2[Il7

[}isahkan [}inilai

langgalr ?? langgal: tl 'E


Pada JUt{ 20'18 Fada l-lAY
ileh ileh

tl
*
,3i
ii
{ tvt.st
[3 r [[3
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG (RPJP)
TAMAN NASIONAL MANUPEU TANAH DARU DAN
LAIWANGIWANGGAMETI
KABUPATEN SUMBA TIMUR,SUMBA TENGAH DAN
SUMBA BARAT
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR(NTT)
PERIODE 2018 - 2027

Disusun dl: Waingapu,Sumba Timur


Padatanggal: November 2020

Oleh
Kepala Balai^JSmairNasional Manupeu Tanah Daru
■jiWanggameti,

arman, M.M
06198903 1002

Dinilai dan Disahkan


PadaTanggal; IJ Q
an Konservasi,

ploitasia, M.Si
199203 2 002

i '« }
,1^.
PETA SITUASI
TAMAN NASIONAL MATALAWA
SUMBA – NUSA TENGGARA TIMUR (NTT)

iv
RINGKASAN EKSEKUTIF

Taman Nasional Manupeu Tanah Daru dan Laiwangi Wanggameti atau seterusnya
disingkat menjadi TN Matalawa terdiri dari dua kawasan Taman Nasional yaitu Manupeu
Tanah Daru dan Laiwangi Wanggameti. Secara geografis Kawasan Taman Nasional Manupeu
Tanah Daru berada pada 9°53’32,013’’ - 9°29’43,809’’LS, 119°26’5,64’’- 119°53’21,172’’BT,
sedangkan Kawasan Taman Nasional Laiwangi Wanggameti berada pada 120˚03’-120˚19΄
BT dan 9˚57΄- 10˚11΄ LS. Saat ini dua kawasan yang bergabung menjadi TN Matalawa
memiliki luas masing-masing ±50.077,29 ha untuk Kawasan Taman Nasional Manupeu Tanah
Daru dan ±42.002,39 ha untuk Kawasan Taman Nasional Laiwangi-Wanggameti.
Berikut tahapan sejarah singkat penetapan kawasan TN Matalawa:
1. Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor:
SK.1158/MenLHK-PKTL/KUH/PKTL.2/4/2016 tanggal 8 April 2016 tentang Penetapan
Kawasan Hutan TN pada Kelompok Hutan Laiwangi Wanggameti (RTK.50) ditetapkan
bahwa Kawasan Hutan Laiwangi Wanggameti seluas 41.772,18 Ha.
Selanjutnya berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan nomor
SK.6009/MenLHK-PKTL/KUH/PLA.2/11/2017 tanggal 7 November 2017 tentang
Perubahan atas Keputusan Menteri LHK Nomor SK. 1158/MenLHK-
PKTL/KUH/PKTL.2/2/2016 tentang Penetapan Kawasan Hutan TN pada Kelompok Hutan
Laiwangi Wanggameti (RTK.50) ditetapkan Kawasan Hutan Laiwangi Wanggameti
seluas 42.002,39 Ha.
2. Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: SK. 3911/Menhut-VII/KUH/2014
tanggal 14 Mei 2014 tentang Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan Prov. NTT
tercantum luas Kawasan TN Manupeu Tanah Daru sebesar 50.128,38 Ha.
Selanjutnya berdasarkan Lamp. SK.8105/MENLHK-PKTL/KUH/PLA.2/11/2018), luas TN
Manupeu Tanah Daru adalah 50.077,29 Ha, luasan tersebut sudah mengakomodir hasil
tata batas TN Manupeu Tanah Daru. (Dasar surat keterangan Ka. Balai BPKH XIV
Kupang No. S.586/BPKH.XIV-2/12/2019 tanggal 20 Desember 2019 tentang Luas
kawasan Manupeu Tanah Daru)
3. Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia
Nomor P.7/Menlhk/Setjen/OTL.0/1/2016 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis Taman Nasional, Balai Taman Nasional Manupeu Tanah Daru dan Balai
Taman Nasional Laiwangi Wanggameti digabung menjadi Balai Taman Nasional
Manupeu Tanah Daru dan Laiwangi Wanggameti, dan merupakan unit pelaksana teknis
tipe A terdiri dari 3 (tiga) Seksi Pengelolaan Taman Nasional.
Kawasan TN Matalawa memiliki keragaman hayati flora endemik Pulau Sumba dengan
karakteristik yang unik dan khas. Tipologi kawasan TN Matalawa didominasi oleh perbukitan
dengan bukit tertinggi adalah Tanah Daru (±918 meter dpl) dan Wanggameti (±1.224 meter
dpl). Karakteristik spesies flora merupakan jenis tumbuhan peralihan antara jenis tumbuhan
dataran rendah dengan pegunungan rendah. Kompleksitas jenis dijumpai berdasarkan tipe
ekosistem terbangun, mulai dari vegetasi pantai kering/berpasir, vegetasi pantai
basah/mangrove, vegetasi padang dan sabana, dan vegetasi hutan perbukitan dataran rendah
(hutan tropika kering dan semi awet hijau). Secara fisiognomi dikenal sebagai hutan lima
musim dan dibagi dalam dua tipe yaitu hutan primer dan hutan sekunder.

v
Berdasarkan serangkaian inventarisasi yang sudah dilakukan oleh PEH TN Matalawa
bersama beberapa pihak diantaranya LIPI, JICA, JICS, Litbang Kehutanan Kupang, dan
Himakova IPB, diketahui terdapat sekitar 375 jenis tumbuhan yang sudah teridentifikasi dari
dalam Kawasan TN Matalawa. Sebanyak 157 jenis merupakan tumbuhan berkhasiat obat.
Sebanyak 70 jenis epifit sudah teridentifikasi yang 57 jenis diantaranya adalah anggrek.
Biodiversitas fauna didominasi oleh jenis-jenis burung sumba, baik jenis endemik
maupun migran. Pulau Sumba memiliki keragaman jenis-jenis burung endemik yang tinggi.
Jumlah spesises burung di kawasan taman nasional sebanyak 158 jenis dan terdapat dua
belas (12) spesies burung endemik yaitu: Burungmadu Sumba ( Cinnyris buettikoferi), Cabai
Sumba (Dicaeum wilhelminae), Myzomela Sumba (Myzomela dammermani), Gemak Sumba
(Turnix everetti), Punai Sumba (Treron teysmanii), Walik Rawamanu (Ptilinopus dohertyl),
Sikatan Sumba (Ficedula harterti), Sikatan Bubik Sumba (Muscicapa segregate), Pungguk
Sumba, (Ninox sumbaensis), Pungguk Wengi (Ninox rudolfi), Nuri Bayan (Eclectus roratus
cornelia) dan Julang Sumba (Rhyticeros everetti). Selain itu terdapat sekitar 19 anak jenis
endemik, misalnya Kakatua Sumba (Cacatua sulphurea citrinocristata).
TN Matalawa memiliki empat jenis kupu-kupu endemik Sumba. Total jenis kupu-kupu
yang ada di dalam Taman Nasional sekitar 94 jenis, diantaranya: Famili Papilionidae,
Nymphalidae, Lycaenidae, Pieridae dan Satyridae. Keanekaragaman capung di TN Matalawa
diketahui sebanyak 41 jenis, enam jenis merupakan endemik dan satu jenis merupakan
catatan baru (new record). Capung-capung tersebut termasuk ke dalam 10 famili yaitu:
Libellulidae, Coenagrionidae, Aeshnidae, Platycnemididae, Euphaeidae, Corduliidae, Lestidae,
Protoneuridae, Gomphidae dan Chlorocyphidae.
Herpetofauna yang bisa dijumpai dalam kawasan TN Matalawa terdiri dari 6 jenis
amfibi dan 30 jenis reptil. Adapun jenis amfibi tersebut adalah: Bufo melanostictus,
Fejervarya verruculosa, Hylarana elberti, Kaloula baleata, Litoria everetti dan Polypedates
leucomystax. Sedangkan jenis-jenis reptil yang tercatat dalam Kawasan TN MATALAWA
diantaranya: Draco abscurus, Eutropis multifasciatus, Lygosoma florens, Sphenomorphus
maculatus, Gecko gecko, Hemydactylus garnotii, Gymnodactylus sermowaienis,
Psammodynastes pulverulentus, Psammodynastes pictus, Trimeresurus albolabris, Python
reticulatus dan Lycodon aulicus. Terdapat 28 jenis mamalia yang teridentifikasi di dalam
Kawasan TN MATALAWA diantaranya: tikus besar lembah ( Sundamys muelleri), kalong
(Pteropus alecto), codot Nusa Tenggara (Cinopterus nusatenggara), Kelelawar buluh kecil
(Tylonicteris pachypus), kelelawar ladam kecil (Rhinolophus pussilus), monyet ekor panjang
(Macaca fascicularis), musang luwak (Paradoxurus hermaproditus), babi hutan (Sus crofa)
dan rusa Timor (Cervus timorensis).
Prioritas spesies fauna yang menjadi fokus kelola Balai Taman Nasional Matalawa
adalah jenis-jenis endemik terancam punah yaitu Julang Sumba (Rhyticeros everetti) dan
Kakatua Sumba (Cacatua sulphurea citrinocristata). Burung tersebut merupakan pemakan
buah dan biji pohon. Posisi sarang biasanya diletakan di habitat yang berupa hutan-hutan
primer dengan tutupan yang masih relatif utuh. Kedua jenis tersebut ditetapkan sebagai
flagship species Balai Taman Nasional Matalawa.
Spesies perlindungan lain adalah Rusa timor ( Cervus timorenses) dengan persebaran
pada habitat padang dan hutan peralihan, Ular phyton (Phyton reticulatus), jenis-jenis amphibi
endemik dan jenis lainnya. Keberadaan potensi fauna TN Matalawa menjadi prioritas

vi
pengawetan dan pelestarian sumber daya alam kawasan TN Matalawa (Balai TNMT, 2008;
Balai TNMT, 2009).
Secara umum potensi objek wisata di TN Matalawa terdiri atas alam dan kebudayaan.
Objek wisata alam yang diharapkan menjadi produk unggulan TN Matalawa diantaranya: Air
Terjun Lapopu, Air Terjun Matayangu, Air Terjun Kanabuai, Air Terjun Wanggameti, Air Terjun
Laputi, Danau Laputi, gua-gua, jalur pengamatan burung (bird watching track) di Billa,
Langgaliru dan Manurara serta beberapa potensi wisata pantai yang bisa jadi kesatuan paket
wisata. Potensi Gua yang ditemukan oleh kegiatan eksplorasi SAC tahun 2009 sebanyak 23
Gua dan 11 Gua diantaranya berpotensi sebagai objek ekowisata.
Berdasarkan gambaran umum, sejarah pengelolaan dan potensi tersebut maka visi TN
MATALAWA adalah “Terwujudnya Kawasan Taman Nasional Matalawa sebagai Pusat
Konservasi Ekosistem Sumba yang Kolaboratif Partisipatif, Mantap, Tertib, Lestari
dan Wibawa”.
Dalam rangka medujudkan visi tersebut, ditetapkan misi TN Matalawa sebagai berikut:
1. Mendorong percepatan proses tata batas dan penetapan kawasan guna tercapainya
keutuhan kawasan TN Matalawa.
2. Mengoptimalkan peran masyarakat dalam rangka perlindungan serta pengawetan
Sumber Daya Alam dan Ekosistem TN Matalawa.
3. Meningkatkan kerjasama dengan para pihak dalam upaya pemanfaatan air, energi air,
dan wisata alam di Kawasan TN Matalawa.
4. Mewujudkan pengelolaan TN Matalawa yang akuntabel, efektif, efisien, akurat dan
terukur.
5. Menggali potensi Sumber Daya Alam dan Ekosistem dalam rangka konservasi speses
dan habitat burung endemik Sumba.
6. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia Balai TN Matalawa.
Berdasarkan misi tersebut, maka tujuan utama pengelolaan TN Matalawa adalah
“Memantapkan fungsi TN Matalawa sebagai pusat pelestarian biodiversitas endemik dalam
upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan”.
Indikasi tercapainya tujuan pengelolaan TN Matalawa dapat diwujudkan dalam bentuk
kondisi:
1. Mempertahankan kawasan taman nasional beserta keanekaragaman hayatinya.
2. Meningkatkan peran serta stakeholder dalam pengelolaan dengan memperhatikan
aspek gender.
3. Meningkatkan kerja sama pemanfaatan jasa lingkungan dan wisata alam.
4. Meningkatkan pengelolaan taman nasional (SDM, perencanaan dll).
Berdasarkan Visi, Misi dan Tujuan pengelolaan TN Matalawa, dirumuskan sasaran
pengelolaan Balai TN Matalawa tahun 2018 - 2027, sebagai berikut:
1. Kemantapan Kawasan dan optimalisasi fungsi tata ruang kawasan TN Matalawa
2. Terbangunnya mekanisme kolaborasi pengelolaan dan pendanaan TN Matalawa.
3. Pemberdayaan masyarakat dengan pelibatan gender.
4. Kemantapan habitat, terjaganya biodiversitas, kelestarian spesies endemik langka dan
terancam punah.
5. Terciptanya kawasan TN Matalawa yang stabil, kondusif dan minim gangguan dan
ancaman.
6. Meningkatnya kualitas data base dan sistem informasi manajemen TN Matalawa.

vii
7. Meningkatnya daya jual dan posisi tawar TN Matalawa dalam sekor pembangunan
nasional.
8. Peningkatan kapasitas pengelola pengeloaan TN Matalawa.
Berdasarkan analisa permasalahan, akar permasalahan TN Matalawa adalah besarnya degradasi
ekosistem kawasan oleh berbagai faktor yang mengancam kelestarian biodiversitas
penting. Kondisi ini dipicu oleh rendanya dukungan terhadap eksistensi kawasan TN
Matalawa, rendahnya kapasitas pengelolaan, dan lemahnya koordinasi dengan para pihak.
Kondisi ini akan semakin parah/akut jika tidak diimbangi dengan strategi yang tepat, aplikatif
dan spesifik. Strategi pengelolaan kawasan TN Matalawa, dirumuskan atau penjabaran atas
indikator pencapaian tujuan pengelolaan, yang dianalisis dengan mempertimbangkan unsur
Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Tantangan yang dimiliki pengelola kawasan. Hasil analisis
tersebut dituangkan kedalam 11 (sebelas) Prioritas Pengelolaan kawasan TN Matalawa, yaitu:
1. Optimalisasi perencanaan
2. Pengelolaan tumbuhan dan satwa endemik Sumba
3. Efektivitas pemanfaatan jasa lingkungan air
4. Pengembangan wisata berbasis alam dan budaya
5. Perlindungan dan pengamanan
6. Pemberdayaan masyarakat
7. Pengelolaan zona tradisional secara kolaboratif
8. Pemulihan ekosistem
9. Peningkatan kerjasama dan kemitraan
10. Peningkatan kualitas sumber daya pengelola dan kelembagaan
11. Pengelolaan kegiatan penelitian, pendidikan dan pengembangan IPTEK
Pendanaan pengelolaan TN Matalawa berasal dari sumber-sumber pendanaan
yang sah dan dapat dipertanggungjawabkan. Sumber pendanaan pengelolaan TN Matalawa
meliputi Pendanaan Negara (APBN) dan Sumber pendanaan lain yang sah (Pendanaan mitra
donor, program inkind, CSR, hibah, dll).
Untuk menjamin tercapainya tujuan pengelolaan yang telah ditetapkan maka
pemantauan dan evaluasi perlu dilakukan. Selain untuk memastikan bahwa kawasan dikelola
sesuai dengan tujuan yang ditetapkan, juga sebagai alat untuk memperbaiki kelemahan-
kelemahan yang ada. Pedoman pemantauan/penilaian efektivitas pengelolaan telah
ditetapkan oleh Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem nomor:
P.15/KSDAE-SET/2015 tentang Pedoman Penilaian Efektivitas Pengelolaan Kawasan
Konservasi di Indonesia penilaian efektivitas pengelolaan kawasan konservasi dengan
Management Effectivness Tracking Tool (METT).
Dalam proses pengelolaan Kawasan TN Matalawa telah terjadi banyak perubahan yang
bersifat dinamis sehingga arahan Zona Pengelolaan tahun 2010 yang disahkan pada tahun
2014/2015 perlu disesuaikan dengan kondisi pengelolaan saat ini. Beberapa perubahan yang
menjadi landasan adalah telah dilakukan proses tata batas partisipatif kawasan TN. Manupeu
Tanah Daru, peningkatan pembangunan strategis daerah, dinamika konflik, dan
permasalahan pengelolaan lainnya pada tingkat tapak. Selain itu gencarnya promosi dan

viii
publikasi potensi TN Matalawa pada tahun 2017 dan 2018, memberikan dampak positif pada
munculnya ketertarikan para investor untuk berinvestasi mengelola potensi wisata tersebut
sebagai peluang usaha yang bisa mendongkrak keuntungan finansial dan perekonomian
daerah.
Oleh karena itu, guna mengoptimalkan fungsi taman nasional dan mempermudah
pengelolaan taman nasional, maka Balai TN Matalawa pada tahun awal tahun 2018 telah
melaksanakan evaluasi zona pengelolaan serta dilanjutkan dengan menyusun revisi zona
pengelolaan TN Matalawa. Dengan harapan mampu meningkatkan efektivitas pengelolaan
Kawasan yang partisipatif dan kolaboratif serta tetap mempertahankan mandat pengelolaan
Kawasan TN Matalawa. Berdasarkan keputusan Direktur Jenderal KSDAE Nomor
SK.53/KSDAE/SET/KSA.0/2/2020 tanggal 5 Februari 2020, luasan zonasi Taman Nasional
Matalawa adalah sebagai berikut:
Tabel. Luasan Zonasi Kawasan hutan Manupeu Tanah Daru
No. Zona Kode Eksisting Hasil Telaah
Luas (Ha) (%) Luas (Ha) (%)
1 Inti ZI 1,869.66 19.69 9,865.54 19.70
2 Rimba ZRi 34,253.81 68.33 31,001.67 63.90
3 Pemanfaatan ZP 768.331 1.53 2,228.01 4.45
4 Tradisional ZTr 993.532 1.86 1,661.61 3.22
5 Rehabilitasi Zre 3,623.45 7.23 3,748.25 7.48
6 Religi dan Budaya ZBS 601.459 1.20 559.72 1.12
7 Khusus ZKh 78.154 0.16 62.9 0.13
Total 50,128.38 100.00 50,077.30 100.00
Sumber: Revisi Zonasi Taman Nasional Manupeu Tanah Daru 2019

Tabel. Luasan Zonasi Kawasan Hutan Laiwangi Wanggameti


No. Zona Kode Eksisting Hasil Telaah
Luas (Ha) (%) Luas (Ha) (%)
1 Inti ZI 13,813 29.42 12,185.14 29.00
2 Rimba ZRi 25,839 55.03 22,269.66 53.01
3 Pemanfaatan ZP 836 1.78 1,107.43 2.64
4 Tradisional ZTr 4,522 9.63 3,410.25 8.12
5 Rehabilitasi Zre - 0.00 2,034.87 4.84
6 Religi dan Budaya ZBS - 0.00 0 0.00
7 Khusus ZKh 1,946 4.14 1,002.03 2.39
Total 46,956 100.00 42,009.39 100.00
Sumber: Revisi Zonasi Taman Nasional Manupeu Tanah Daru 2019
Hal tersebut mendasari pengelola untuk melakukan revisi secara parsial terhadap
Dokumen Rencana Pengelolaan Jangka Panjang (RPJP) TN Matalawa Periode 2018 – 2027.
Aspek-aspek perubahan pada revisi parsial Dokumen RPJP TN Matalawa Periode 2018 – 2027
adalah sebagai berikut:

ix
No Aspek Dokumen Awal Dokumen Baru Perubahan
1. Penetapan SK. 1158/MenLHK- SK.6009/MenLHK- Perubahan pada
Kawasan PKTL/KUH/PKTL.2/2/2016 PKTL/KUH/PLA.2/11/2017 tanggal 7 bentuk SHP dan
tanggal 8 April 2016 tentang November 2017 tentang Perubahan luasan selisih
Penetapan Kawasan Hutan atas Keputusan Menteri LHK Nomor 230,21 Ha
TN pada Kelompok Hutan SK. 1158/MenLHK-
Laiwangi Wanggameti PKTL/KUH/PKTL.2/2/2016 tentang
(RTK.50) seluas 41.772,18 Penetapan Kawasan Hutan TN pada
Ha di Kab. Sumba Timur Kelompok Hutan Laiwangi
Prov. NTT Wanggameti (RTK.50) seluas
41.772,18 Ha di Kab. Sumba Timur
Prov. NTT. Menjadi seluas
42.002,39
2. Luas Berdasarkan SK. 1. Berdasarkan SK. 3911/Menhut- Perubahan seluas
Kawasan TN 3911/Menhut-VII/KUH/2014 VII/KUH/2014 tanggal 14 Mei 2014 -51,09 Ha pada
tanggal 14 Mei 2014 tentang Kawasan Hutan dan garis pantai SHP
tentang Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan Prov. NTT kawasan Manupeu
Konservasi Perairan Prov. 2. Berdasarkan Perhitungan Spasial Tanah Daru
NTT tercantum luas peta perkembangan pengkukuhan
Kawasan TN Manupeu kawasan hutan Prov. NTT sampai
Tanah Daru sebesar dengan tahun 2017 (Lamp.
50.128,38 Ha SK.8105/MENLHK-
PKTL/KUH/PLA.2/11/2018), luas TN
Manupeu Tanah Daru adalah
50.077,29 Ha, luasan tersebut
sudah mengakomodir hasil tata
batas TN Manupeu Tanah Daru.
(Dasar surat keterangan Ka. Balai
BPKH XIV Kupang No.
S.586/BPKH.XIV-2/12/2019 tanggal
20 Desember 2019 tentang Luas
kawasan Manupeu Tanah Daru)
3. Perubahan SK.246/IV-SET/2014 SK.53/KSDAE/SET/KSA.0/2/2020 • Penambahan 1
Luasan tanggal 10 Desember 2014 tanggal 5 Februari 2020 tentang zona baru (zona
Zonasi tentang Zonasi TN Laiwangi Zonasi TN Manupeu Tanah Daru Rehabilitasi)
Wanggameti. dan TN Laiwangi Wanggameti • Luas total zona
• Inti: 13.813 Ha • Inti: 12.185,14 Ha berkurang dari
• Rimba: 25.839 Ha • Rimba: 22.269,66 Ha 46.956 Ha
• Pemanfaatan: 836 Ha • Pemanfaatan: 1.107,43 Ha menjadi
• Tradisional: 4.522 Ha • Tradisional: 3.410,25 Ha 42.009,39 Ha
• Rehabilitasi: 0 Ha • Rehabilitasi: 2.034,87 Ha
• Religi, Budaya dan • Religi, Budaya dan Sejarah: 0
Sejarah: 0 Ha Ha
• Khusus: 1.946 Ha • Khusus: 1.002,03 Ha

SK.346/KSDAE-SET/2015 SK.53/KSDAE/SET/KSA.0/2/2020 • Luas total zona


tanggal 31 Desember 2015 tanggal 5 Februari 2020 tentang berkurang dari
tentang Zonasi TN Manupeu Zonasi TN Manupeu Tanah Daru 50.128,38 Ha
Tanah Daru dan TN Laiwangi Wanggameti menjadi
• Inti: 9.869,66 Ha • Inti: 9.865,54 Ha 50.077,30 Ha
• Rimba: 34.253,81 Ha • Rimba: 32.001,67 Ha
• Pemanfaatan: 768,331 • Pemanfaatan: 2.228,01 Ha
Ha • Tradisional: 1.611,61 Ha
• Tradisional: 933,532 Ha • Rehabilitasi: 3.748,25 Ha
• Rehabilitasi: 3.623,45 Ha • Religi, Budaya dan Sejarah:
• Religi, Budaya dan 559,72 Ha
Sejarah: 601,459 Ha • Khusus: 62,9 Ha

x
• Khusus: 78,154 Ha

4. Penambahan - 1 desa pemekaran Desa Latalanya di


Desa Kecamatan Lewa
Penyangga Tidahu,
Kabupaten Sumba
Timur.
Masuk ke dalam
wilayah Resort
kambatawundut
5. Rencana - • Penambahan kegiatan pada • Kegiatan
Aksi Balai Prioritas Penyusunan dan Perhitungan
TN. Pemantapan Baseline Data karbon dan
Matalawaa • Perubahan tata waktu penilaian
pelaksanaan kegiatan pada: jasling berbasis
- Penyusunan Dokumen ekosistem.
Penataan dan Perencanaan Dilakukan pada
Kawasan 3 tipe
- Penyusunan Dokumen dan ekosistem:
Pengelolaan PNBP pada ekosistem
Pengembangan Wisata Berbasis pegunungan
Alam dan Budaya dataran
- Pemulihan Ekosistem rendah,
ekosistem
dataran
rendah, dan
ekosistem
savanna

xi
KATA PENGANTAR

Pengelolaan Taman Nasional merupakan upaya sistematis yang dilakukan untuk mengelola
kawasan melalui kegiatan perencanaan, perlindungan, pengawetan, pemanfaatan,
pengawasan, dan pengendalian. Kegiatan perencanaan merupakan tahap pertama dan
menjadi prakondisi dalam penyelenggaraan/ pengelolaan Taman Nasional. Kegiatan
perencanaan Taman Nasional meliputi inventarisasi potensi kawasan, penataan kawasan, dan
penyusunan rencana pengelolaan.

Rencana pengelolaan merupakan dokumen utama dalam pengelolaan Taman Nasional,


dimana perencanaan lainnya harus mengacu pada rencana tersebut. Rencana pengelolaan
bermanfaat untuk meningkatkan efektivitas pengelolaan, efisiensi pemanfaatan sumber daya,
akuntabilitas bagi pengelola, dan estimasi keterlibatan publik dalam pengelolaan.

Balai TN Manupeu Tanah Daru dan Laiwangi Wanggameti (TN MATALAWA) telah memiliki
dokumen Rencana Pengelolaan Jangka Panjang Periode Tahun 2018 - 2027, yang disusun
berdasarkan Zonasi TN Manupeu Tanah Daru Tahun 2015 dan Zonasi TN Laiwangi
Wanggameti Tahun 2014. Berdasarkan Peraturan Menteri LHK Nomer
P.35/MENLHK/SETJEN/KUM.1/3/2016 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pengelolaan
pada KSA dan KPA Pasal 21, disebutkan bahwa Rencana Pengelolaan Jangka Panjang
dievaluasi paling sedikit 5 (lima) tahun sekali oleh Unit Pengelola. Selanjutnya, dalam kondisi
tertentu, antara lain bencana alam, perubahan luas, perubahan zona atau blok, dan
perubahan kondisi kawasan, evaluasi Rencana Pengelolaan Jangka Panjang dapat
dilaksanakan kurang dari 5 (lima) tahun. Adanya Revisi Zona Pengelolaan Taman Nasional
Matalawa Tahun 2019, mendasari dilakukannya revisi secara parsial pada Dokumen Rencana
Pengelolaan Jangka Panjang ini.

Revisi Parsial Rencana Pengelolaan Jangka Panjang TN Matalawa Periode 2018 - 2027
menyimpulkan bahwa adanya perubahan zona, maka perlu dilakukan penyesuaian/ revisi
rencana pengelolaan yang mengakomodir kepentingan wisata alam, pemanfaatan air,
pemulihan ekosistem dan pemanfaatan lahan tradisional sehingga dapat lebih memudahkan
dalam pencapaian tujuan pengelolaan.

Harapan kami, semoga Revisi Parsial Rencana Pengelolaan Jangka Panjang TN Matalawa
Periode 2018 - 2027 ini dapat menjadi pedoman dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi
TN Matalawa ke depan.

Waingapu, November 2020


Kepala Balai,

Ir. Memen Suparman, M.M


NIP. 19640206 198903 1 002

xii
DAFTAR ISI

Judul ................................................................................................ i
Lembar Pengesahan ........................................................................... ii
Peta Situasi ....................................................................................... iii
Ringkasan Eksekutif ........................................................................... iv
Kata Pengantar ................................................................................... xii
Daftar Isi ........................................................................................... xiii
Daftar Tabel ....................................................................................... xiv
Daftar Gambar .................................................................................... xv

I. PENDAHULUAN................................................................................ 1
A. Kondisi Umum .......................................................................... 1
B. Kondisi Saat Ini ........................................................................ 27
C. Kondisi Yang Diinginkan ............................................................ 36

II. VISI, MISI DAN TUJUAN PENGELOLAAN ......................................... 46


A. Visi ......................................................................................... 46
B. Misi ........................................................................................ 47
C. Tujuan Pengelolaan ................................................................. 47
D. Sasaran Pengelolaan ................................................................. 47

III. VISI, MISI DAN TUJUAN PENGELOLAAN ......................................... 48


A. Zonasi Taman Nasional Matalawa .............................................. 48
B. Luasan Zona Taman Nasional Matalawa ..................................... 49
C. Deskripsi Zonasi Kawasan Hutan Manupeu Tanah Daru ............... 50
D. Deskripsi Zonasi Kawasan Hutan Laiwangi Wanggameti ............... 59

IV. STRATEGI DAN RENCANA AKSI...................................................... 71


A. Strategi Umum ........................................................................ 71
B. Strategi Kebijakan .................................................................... 74

V. PEMANTAUAN DAN EVALUASI ....................................................... 93


A. Efektivitas Pengelolaan Kawasan ............................................... 93
B. Akuntabilitas Kinerja Kelembagaan ............................................ 95

VI. PENUTUP…………………………………………………………………………………… 97

Daftar Pustaka…………………………………………………………………………………… 98
LAMPIRAN………………………………………………………………………………………… 99

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel.
1. Daftar Desa dan Jarak Dengan Kota Kecamatan dan Kota
Kabupaten ........................................................................... 6
2. Daftar Bukit/Gunung dan Ketinggiannya di TN Matalawa .......... 8
3. Daftar Sungai yang Mata Airnya Berasal dari Kawasan TN
Matalawa ............................................................................. 9
4. Analisa SWOT ...................................................................... 43
5. Luasan Zonasi Kawasan Hutan Manupeu Tanah Daru ............... 50
6. Luasan Zonasi Kawasan Hutan Laiwangi Wanggameti .............. 50
7. Jenis –Jenis Flora Potensial TN Matalawa ................................ 51
8. Jenis Burung Endemik TN Matalawa ....................................... 62

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar.
1. Peta TN Matalawa Ber dasarkan SK Menteri Kehutanan
nomor: 576/KPTS-II/1998 ..................................................... 1
2. Arah Aksesibilitas Darat, Laut dan Udara di Pulau Sumba .......... 5
3. Topografi dan Susunan Geologi TN Matalawa .......................... 7
4. Air Terjun Kanabuwai ............................................................ 9
5. Jenis-Jenis Pohon Unggulan dan Khas TN Matalawa ................. 10
6. Sarang Semut dan Lamtoro/Petai Cina Potensi Tanaman
Obat TN Matalawa ................................................................ 11
7. Kakatua Sumba dan Julang Sumba Sebagai Satwa Prioritas
TN Matalawa ........................................................................ 12
8. Rusa Timor dan Ular Sanca Batik ............................................ 13
9. Air Terjun Lapopu ................................................................. 14
10. Air Terjun Matayangu ........................................................... 15
11. Julang Sumba dan Kacamata Limau ....................................... 16
12. Kegiatan Pengamatan Burung di Blok Hutan Billa .................... 17
13. Gua Jaga, Gua Marabi dan Gua Mili Pahuru ............................ 18
14. Pantai Lokulisi dan Pantai Mondulambi ................................... 19
15. Grafik Tren Peningkatan Kunjungan Wisata TN Matalawa ........ 31
16. Kerangka Pengelolaan TN Matalawa ...................................... 38
17. Matriks Korelasi Sasaran, Program/Kegiatan dan Hasil
Yang Diharapkan Pada Pengelolaan TN Matalawa ................... 39

xv
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

BAB I. PENDAHULUAN

A. Kondisi Umum
1. Letak dan Luas
Taman Nasional Manupeu Tanah Daru dan Laiwangi Wanggameti atau seterusnya
disingkat menjadi TN MATALAWA terdiri dari dua kawasan Taman Nasional yaitu Manupeu
Tanah Daru dan Laiwangi Wanggameti. Secara geografis Kawasan Taman Nasional
Manupeu Tanah Daru berada pada 9°53’32,013’’ - 9°29’43,809’’LS, 119°26’5,64’’-
119°53’21,172’’BT, sedangkan Kawasan Taman Nasional Laiwangi Wanggameti berada
pada 120˚03’-120˚19΄ BT dan 9˚57΄- 10˚11΄ LS. Pada saat penunjukan tahun 1998, dua
kawasan yang bergabung menjadi TN MATALAWA memiliki luas masing-masing ±
87.984,09 ha untuk Kawasan Taman Nasional Manupeu Tanah Daru dan ±47.014,00 ha
untuk Kawasan Taman Nasional Laiwangi-Wanggameti.

Gambar 1. Peta Taman Nasional Matalawa yang terdiri dari Kawasan Manupeu Tanah Daru
(Kanan-atas), dan Kawasan Laiwangi Wanggameti (kiri-bawah) berdasarkan SK Penunjukan
Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 576 tahun 1998

Secara administratif Kawasan TN MATALAWA berada pada tiga wilayah kabupaten


yaitu Sumba Barat, Sumba Tengah dan Sumba Timur.
1. Kabupaten Sumba Barat

1
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

a) Kecamatan Wanokaka, meliputi Desa Katikuloku, Desa Hupumada, Desa Rewarara,


dan Desa Baliloku.
b) Kecamatan Loli, meliputi Desa Beradolu dan Desa Moduwaimaringu.
2. Kabupaten Sumba Tengah
a) Kecamatan Katikutana, meliputi Desa Umbu Pabal Selatan dan Desa Umbu Pabal.
b) Kecamatan Katikutana Selatan, meliputi Desa Uburiri, Desa Manurara, DesaWaimanu,
Desa Malinjak, Desa Tanamodu, Desa Okawacu, dan Desa Kondamaloba
c) Kecamatan Umbu Ratu Nggay, meliputi Desa Padiratana, Desa Ngadu Olu, Desa
Mbilur Pangadu, Desa Priakaroku Jangga, dan Desa Weluk Praimemang.
d) Kecamatan Umbu Ratu Nggay Barat, meliputi Desa Umbulanggang, dan Desa
Maradesa Selatan.
3. Kabupaten Sumba Timur
a) Kecamatan Lewa, meliputi Desa Kambatawundut.
b) Kecamatan Lewa Tidahu, meliputi Desa Kangeli, Desa Bidi Praing, Desa Watumbelar,
Desa Umamanu, dan Desa Mondulambi.
c) Kecamatan Matawai Lapau, meliputi Desa Katikutana, Desa Wanggameti
d) Kecamatan Tabundung, meliputi Desa : Billa, Waikanabu, Wudi Pandak, Praingkareha
e) Kecamatan Karera, meliputi Desa : Nggongi, Praimadita, Nangga, dan Tandulajangga
f) Kecamatan Pinu Pahar, meliputi Desa : Wanggabewa, Lailunggi, dan Wahang
Dari ke-16 desa yang berada di sekitar kawasan TNLW, di dalamnya termasuk dua
desa di dalam kawasan, yakni Desa Ramuk di Kecamatan Pinu Pahar dan Desa Katikuwai
di Kecamatan Matawai Lapau. Kedua desa tersebut merupakan enclave.

Letak Kawasan TN MATALAWA menurut Administrasi Pengelolaan Hutan


Berdasarkan Berita Acara Tata Batas (BATB), Kawasan TN Manupeu Tanah Daru
berada di dalam kelompok hutan Tanadaru – Praimamongutidas (RTK 44) dan kelompok
hutan Manupeu (RTK 5), sedangkan Kawasan TN Laiwangi Wanggameti berada di dalam
kelompok hutan Laiwangi Wanggameti (RTK50).

2. Sejarah Kawasan
TN MATALAWA memilki sejarah yang cukup panjang, mulai dari penunjukan
kawasan secara bersama-sama dua kawasan dengan organisasi yang terpisah sampai
dengan penggabungan dua organisasi pengelola, sebagai berikut:
1. Kelompok hutan Laiwangi Wanggameti memiliki sejarah panjang sebagai kawasan
lindung. Pada zaman Pemerintahan Hindia Belanda, kawasan ini termasuk kelompok
hutan yang dilindungi berdasarkan Surat Keputusan Swapraja ZB bsl 6-1-1930 dan

2
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

ZB bsl 20-7-1930 No.9, serta No.5ZB bsl 6-1-1932 No.3. Pada tahun 1965, kelompok
hutan ini ditetapkan statusnya sebagai hutan tutupan dengan fungsi hydrologisch
reserve berdasarkan SK Bupati Kepala Daerah TK II Sumba Timur No. 9/Pemb.1/3
tanggal 30 Januari 1965.
2. Menteri Kehutanan dengan Keputusan Nomor : 89/Kpts-II/1983 tanggal 2
Desember 1983 telah menunjuk sebagian hutan di Propinsi Daerah Tingkat I Nusa
Tenggara Timur antara lain sebagian Hutan Suaka Alam dan Hutan Wisata seluas
± 131.890 (seratus tiga puluh satu ribu delapan ratus sembilan puluh) hektar, Hutan
Lindung seluas 667.601 (enam ratus enam puluh tujuh ribu enam ratus satu) hektar
dan Hutan Produksi Terbatas seluas ± 398.954 (tiga ratus sembilan puluh delapan
ribu sembilan ratus lima puluh empat) hektar, yang terletak di Kabupaten Daerah
Tingkat II Sumba Barat dan Kabupaten Daerah Tingkat II Sumba Timur.
3. Menteri Kehutanan dan Perkebunan dengan Keputusan Nomor : 576/Kpts-II/1998
tanggal 3 Agustus 1998 tentang Perubahan Fungsi Sebagian Kawasan Cagar Alam,
Hutan Lindung, dan Hutan Produksi Terbatas seluas ±134.998,09 (seratus tiga
puluh empat ribu sembilan ratus sembilan puluh delapan, sembilan perseratus)
hektar menjadi Kawasan Taman Nasional Manupeu Tanah Daru seluas ± 87.984,09
(delapan puluh tujuh ribu sembilan ratus delapan puluh empat, sembilan
perseratus) hektar, dan Kawasan Taman Nasional Laiwangi-Wanggameti seluas
±47.014,00 (empat puluh tujuh ribu empat belas) hektar, yang terletak di
Kabupaten Daerah Tingkat II Sumba Barat dan Kabupaten Daerah Tingkat II Sumba
Timur, Propinsi Nusa Tenggara Timur.
4. Tata batas kawasan Taman Nasional Manupeu Tanah Daru (TNMT) terdiri dari RTK
5, RTK 44 dan RTK 60. Kronologis tata batas TNMT adalah sebagai berikut:
• Tata batas definitif I, tahun 2003 dengan panjang batas kawasan yang ditata
batas adalah 35.32 km dengan jumlah pal adalah 330 buah pada 5 desa.
• Tata batas definitif II, tahun 2004 dengan batas kawasan yang ditata adalah
51.15 km dengan jumlah pal adalah 399 buah pada 6 desa.
• Tata batas definitif III, tahun 2005 dengan batas kawasan yang ditata batas
adalah 74.52 km dengan jumlah pal adalah 592 buah pada 8 desa.
• Tata batas definitif IV, tahun 2006 dengan batas kawasan yang ditata batas
adalah 39.03 km dengan jumlah pal adalah 61 buah pada 3 desa.
• Tata batas definitif V, tahun 2013 dengan batas kawasan yang ditata batas
adalah 30.33 km dengan jumlah pal adalah 26 buah pada 3 desa.
5. Batas Taman Nasional Laiwangi Wanggameti saat ini mempergunakan TGHK tahun
1984/1985 yang telah temu gelang dan tata batas ulang tahun 2005/2006 pal batas
yang ada sebagian masih menggunakan pal HL dan banyak pal batas yang telah
hilang/rusak. Tata batas ulang tahun 2005-2006 yang hasilnya belum temu gelang
yakni pada wilayah desa: Wanggameti, Nangga, Tandulajangga, Nggongi,
Praimadita, dan Lailunggi.
6. Menteri Kehutanan dengan Keputusan Nomor: SK. 3911/ MENHUT-VII/KUH/2014
tanggal 14 Mei 2014 tentang Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan Provinsi Nusa
Tenggara Timur.
7. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan Keputusan Nomor :
SK.1158/MenLHK-PKTL/KUH/PKTL.2/2/2016 tentang Penetapan Kawasan Hutan

3
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

Taman Nasional Pada Kelompok Hutan Laiwangi Wanggameti (RKT.50) seluas


41.772,18 (Empat Puluh Satu Ribu Tujuh Ratus Tujuh Puluh Dua dan Delapan Belas
Perseratus) Hektar di Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Sejarah Organisasi Pengelola


Pengelola kawasan memiliki sejarah yang berbeda dengan kawasan yang
dikelolanya. Sejarah kawasan TN Matalawa dua dasawarsa lebih dulu daripada organisasi
pengelolanya. Berikut tahapan sejarah organisasi pengelola kawasan TN Matalawa:
1. Surat Keputusan Direktur Jenderal PHKA Nomor: SK. 140/IV/Set-3/2004 tanggal 30
Desember 2005 tentang Penunjukan Pengelola Taman Nasional Kayan Mentarang,
Lorentz, Manupeu Tanah Daru, Laiwangi Wanggameti, Danau Sentarum, Bukit
Dua Belas, Sembilang, Batang Gadis, Gunung Merapi, Gunung Merbabu, Tesso Nilo,
Aketajawe Lolobata, Bantimurung Bulusaraung, Kepulauan Togean, Sebangau dan
Gunung Ciremai.
2. Keputusan Menteri Kehutanan No. P.03/Menhut-II/2007 Tanggal 1 Februari 2007
tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional, Balai
Taman Nasional Manupeu Tanah Daru dan Balai Taman Nasional Laiwangi
Wanggameti merupakan unit pelaksana teknis tipe B terdiri dari 2 (dua) Seksi
Pengelolaan Taman Nasional.
3. Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia
Nomor P.7/Menlhk/Setjen/OTL.0/1/2016 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis Taman Nasional, Balai Taman Nasional Manupeu Tanah Daru dan
Balai Taman Nasional Laiwangi Wanggameti digabung menjadi Balai Taman Nasional
Manupeu Tanah Darudan Laiwangi Wanggameti merupakan unit pelaksana teknis
tipe A terdiri dari 3 (tiga) Seksi Pengelolaan Taman Nasional.

3. Aksesibilitas
Pulau Sumba merupakan salah satu pulau terluar di Indonesia. Jarak terdekat dari
ibukota Jakarta adalah sekitar 1.500 km yang bisa ditempuh dengan 3 jam perjalanan udara
dengan transit di Pulau Bali. Jika melalui perjalanan laut, dapat ditempuh dari Surabaya ke
Kota Waingapu dengan lama perjalanan selama 2 atau 3 hari.
Kawasan TN Matalawa dapat dicapai dari dua titik kota utama yaitu Kota Waingapu
Sumba Timur dan Waitabula Sumba Barat Daya. Pada kota tersebut telah terbangun
masing-masing 1 pelabuhan udara dan 1 pelabuhan laut. Kawasan TN Matalawa secara
geografis terletak diantara dua pintu masuk tersebut. Kondisi ini merupakan menjadikan

4
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

TN Matalawa mempunyai posisi strategis untuk kemudahan pengelolaan kawasan dan


potensi wisata yang ada di dalamnya.
Di sebelah Barat terdapat bandara Tambolaka Waitabula yang bisa diakses dari
bandara Ngurah Rai Bali. Kawasan yang terdekat dari Tambolaka adalah Taman Nasional
Manupeu Tanah Daru dengan jarak sekitar 40 km (jalan arteri sekunder) menuju eks-
Kantor Balai dan dilanjutkan dengan perjalanan sekitar 30 menit (±15 km) menuju objek
wisata Air Terjun Lapopu. Sedangkan untuk mencapai kawasan Taman Nasional Laiwangi
Wanggameti, diperlukan waktu tempuh perjalanan sekitar 7 (tujuh jam).

Jalan Lintas

Gambar 2. Lokasi pelabuhan udara dan pelabuhan laut di Pulau Sumba, dan arah jalur penerbangan
domestik menuju Sumba (indeks).

Di sebelah Timur terdapat bandara Umbu Mehang Kunda Waingapu yang bisa
diakses dari bandara Ngurah Rai Bali dan bandara El Tari Kupang. Kawasan yang terdekat
dari Waingapu adalah Taman Nasional Manupeu Tanah Daru dengan jarak sekitar 60 km
(jalan arteri sekunder) menuju Kantor Wilayah SPTN II Lewa dan dilanjutkan dengan
perjalanan sekitar 5 menit (±15 km) menuju kantor Resort di Kambatawundut. Sedangkan
untuk mencapai kawasan Taman Nasional Laiwangi Wanggameti, diperlukan waktu tempuh
perjalanan sekitar 4 (empat) jam untuk wilayah Tabundung dan Tanarara.
Adapun untuk akses laut bisa melalui Pelabuhan Laut Waikelo Waitabula dan
Pelabuhan Waingapu yang dapat diakses dari Pelabuhan Laut Sape (Sumbawa), Genoa
(Bali), Tanjung Perak Surabaya dan Pelabuhan laut Kupang. Kualitas akses darat cukup
memadai untuk menuju ke sebagian lokasi di Kawasan TN Matalawa baik menggunakan
kendaraan dinas roda dua lapangan, roda empat biasa, dan roda empat 4WD. Selain

5
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

kendaraan dinas, tersedia cukup fasilitas transportasi/angkutan umum untuk mencapai


lokasi-lokasi tersebut setiap hari.
Berikut adalah jarak desa-desa sekitar Kawasan Laiwangi Wanggameti dengan
ibukota kecamatan dan Kota Waingapu.
Tabel 1. Daftar desa dan jarak dengan ibukota kecamatan

No Nama Desa Kecamatan Jarak ke Ibukota (km)


Kecamatan Waingapu
1 Billa Tabundung 1 103
2 Waikanabu Tabundung 21 118
3 Wudi Pandak Tabundung 5 109
4 Praingkareha Tabundung 11 115
5 Wahang Pinu Pahar 8 130
6 Lai Lunggi Pinu Pahar 5 143
7 Wangga Bewa Pinu Pahar 10 148
8 Tawui Pinu Pahar 0,5 138
9 Ramuk Pinu Pahar 25 63
10 Praimadita Karera 4 147
11 Nggongi Karera 0 143
12 Tandulajangga Karera 10 133
13 Nangga Karera 12 131
14 Wanggameti Matawai Lapau 12 75
15 Katikuwai Matawai Lapau 24 87
16 Katikutana Matawai Lapau 2 65
Sumber: BPS Sumba Timur tahun 2008

4. Kondisi Fisik
a. Geologi dan Topografi
Berdasarkan Peta Geologi Bersistem Nusa Tenggara Skala 1 : 250.000 yang
dikeluarkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung (1993) formasi
geologi pulau Sumba dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Endapan permukaan (Aluvium) tersusun dari lempung, lanau, pasir, kerikil dan
bongkah.
2. Batuan sedimen tediri dari Formasi Praikajelu, Formasi Watopata, Formasi
Tanahroong, Formasi Paumbapa, Formasi Pamalar, Formasi tandaro, Formasi
Waikabubak, Formasi Kananggar dan Formasi Kaliangga yang tersusun antara
lain dari batugamping, batupasir, batulempung, batulanau, napal, tufan,
konglomerat.
3. Batuan gunung api terdiri dari Formasi Masu dan Formasi Jawila yang tersusun
dari lava, breksi gunungapi tuf dan andesit.
4. Batuan terobosan yang tersusun dari sienit, diorit, granodiorit, dan granit.

6
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

Untuk Kawasan TNLW formasi geologi terdiri dari endapan permukaan Aluvium,
batuan sedimen (Formasi Kananggar, Formasi Paumbapa dan Formasi Tanahroong), batuan
gunungapi (Formasi Masu dan Formasi Jawila) serta batuan terobosan granit. Menurut Peta
Tanah Bagan Indonesia 1 : 2.500.000 dari Lembaga Penelitian Tanah Bogor 1968, di Pulau
Sumba terdapat jenis-jenis tanah Grumusol dengan bentuk wilayah Palembahan, Mediteran
dengan bentuk wilayah dataran, mediteran dengan bentuk wilayah volkan, mediteran
dengan bentuk wilayah pegunungan lipatan dan latosol dengan bentuk wilayah
Plato/vulkan.
Secara umum, kondisi fisik kawasan TN Matalawa bervariasi dari bibir pantai (0
meter dpl) dengan permukaan relatif datar, bergelombang, berbukit sampai dengan
gunung. Kelompok hutan Laiwangi Wanggameti terklasifikasi menjadi tiga kelas lereng
dengan rincian: kelas lereng 3 yaitu agak curam (15-25 %), kelas lereng 4 yaitu curam (25-
45%) dan kelas lereng 5 yaitu sangat curam (≥ 45%). Terdapat empat puncak yang
merupakan gunung utama di Sumba yaitu: Puncak Manupeu di wilayah Sumba Barat,
Puncak Tanadaru di wilayah Sumba Tengah, Puncak Laiwangi dan Puncak Wanggameti di
wilayah Sumba Timur. Puncak tertinggi adalah Wanggameti terletak pada ketinggian 1.224
meter dpl.

Gambar 3. Salah satu refresentasi topografi dan susunan geologi TN Matalawa

7
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

Berikut adalah daftar bukit-bukit dan ketinggiannya di Kawasan TN Matalawa:


Tabel 2. Daftar bukit / gunung dan ketinggiannya di TN Matalawa - Sumba
Nama Bukit / Ketinggian
No Kawasan
Gunung (meter dpl)
1 Manupeu Tanah Daru Tanah Daru 919
2 Tumbani 798
3 Praingkaminggu 702
4 Hapenduk 685
5 Janggapraing 820
6 Maredasalai 680
7 Letape 735
8 Lawanggu 600
9 Laiwangi Wanggameti Wanggameti 1.225
10 Nggiku 1.150
11 Tabau 1.100
12 Wairunu 1.072
13 Iwing 1.065
14 Kapunduk 1.050
15 Hamui 1.007
16 Panetang 1.000
17 Lamabara 948
18 Mdita 925
19 Halawala 808
20 Langi 894
21 Watupaki 873
22 Matawaiwatu 853
23 Malaniwa 803
Sumber: KPAD dan BPKH Tahun 2006

b. Ikllim dan Hidrologi


Sumba memiliki tipe iklim musiman yang keras dengan musim kering yang panjang
yang terjadi antara bulan Mei – Nopember. Curah hujan tahunan antara 500 – 2000
mm/tahun dengan penguapan tertinggi di bukit dan pegunungan sebelah selatan (Jepson
et al, 1996). Menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson dan berdasarkan Peta Curah Hujan
Pulau Sumba Skala 1 : 2.000.000 (Verhandelingen No.42 Map.II Tahun 1951), tipe iklim di
Pulau Sumba bervariasi dari C sampai dengan F. Curah hujan rata-rata TN Manupeu Tanah
Daru berkisar antara 500-2000 mm/tahun, dan kawasan TN Laiwangi Wanggameti keadaan
curah hujan berkisar antara 100-1500 mm/tahun. Ekosistem terestrial di kawasan Manupeu
Tanah Daru sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim kering yang panjang dengan curah hujan
yang rendah (Vierra, D. L. M, & Scariot, A., 2006), namun khusus di wilayah Gunung
Wanggameti cukup lembab/basah dengan rata-rata kelembaban diatas 71%.
Kawasan Matalawa adalah kawasan perlindungan sistem penyangga kehidupan,
terutama perlindungan fungsi hidrologis dan pemanfaatannya untuk masyarakat Sumba.
Hal ini karena Kawasan MATALAWA merupakan hulu dari belasan sungai yang penting di
Pulau Sumba, diantaranya: DAS Kalada, DAS Wanokaka, DAS Nggongi, DAS Lailunggi, DAS

8
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

Linggit, DAS Kambaniru, DAS Magili Rendi, DAS Tondu, DAS Wahang, DAS Praigaga, DAS
Kadahang, DAS Palamedo, DAS Mamboro, DAS Labariri, DAS Praihau, DAS Tidas, DAS
Tadanyalu, DAS Lailiang, DAS Lisi, dan DAS Tangairi.

Gambar 4. Air Terjun Kanabuwai sebagai mata air salah satu DAS yang utama di Pulau
Sumba dan sangat penting pengaruhnya bagi kehidupan masyarakat.
Berikut adalah Sungai-sungai yang berhulu di dalam Kawasan Matalawa:
Tabel 3. Daftar sungai yang mata airnya berasal dari Kawasan Matalawa
Panjang Desa yang dilalui
No Nama Sungai
(km)
1 Praimudi 11 Tarimbang
2 Tapil 6 Tapil
3 Laputi 17 Praing Kareha
4 Laiponju 8 Wahang
5 Prambahajala 7 Tawui
6 Hambai / Kahalatu 10 Lailunggi
7 Hambai / Kahalatu 5 Wangga Bewa
8 Apu Uru / Warinding 16 Ramuk
9 Tamuji 15 Billa
10 Wara 13 Karita
11 Kanapa Wai 22 Waikanabu
12 Lumbung 32 Maidang
Sumber: Laporan Hasil Pembuatan Batas Definitif oleh BPHK 2006

5. Kondisi Bioekologi
Kawasan TN Matalawa memiliki keragaman hayati flora endemik Pulau Sumba
dengan karakteristik yang unik dan khas. Tipologi kawasan TN Matalawa didominasi oleh
perbukitan dengan bukit tertinggi adalah Tanah Daru (±918 meter dpl) dan Wanggameti
(± 1.224 meter dpl). Karakteristik spesies flora merupakan jenis tumbuhan peralihan antara
jenis tumbuhan dataran rendah dengan pegunungan rendah. Kompleksitas jenis dijumpai

9
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

berdasarkan tipe ekosistem terbangun, mulai dari vegetasi pantai kering/berpasir, vegetasi
pantai basah/mangrove, vegetasi padang dan sabana, dan vegetasi hutan perbukitan
dataran rendah (hutan tropika kering dan semi awet hijau). Secara fisiognomi dikenal
sebagai hutan lima musim dan dibagi dalam dua tipe yaitu hutan primer dan hutan
sekunder.

Flora
Berdasarkan serangkaian inventarisasi yang sudah dilakukan oleh PEH TN Matalawa
bersama beberapa pihak diantaranya LIPI, JICA, JICS, Litbang Kehutanan Kupang, dan
Himakova IPB, diketahui terdapat sekitar 375 jenis tumbuhan yang sudah teridentifikasi
dari dalam Kawasan TN Matalawa. Sebanyak 90 jenis merupakan tumbuhan berkhasiat
obat. Sebanyak 70 jenis epipit sudah teridentifikasi yang 16 jenis diantaranya adalah
anggrek.
Jenis-jenis flora didominasi Alstonia spectabilis, Canarium sp, Ficus sp, Syzygium
sp, Dysoxylum sp dan Palaqium sp. Jenis vegetasi penciri hutan sekunder – jenis yang
umum dijumpai di hutan dataran rendah – adalah Melochia umbelata, Ficus septica,
Casuarium oleosum, Toona sureni dan Legistromea sp. Beberapa jenis merupakan jenis
yang dilindungi dan masuk dalam kategori CITES, Appedix II, yaitu Gaharu (Grinops
verstegi) dan kategori CITES Appendix I, yaitu Cendana (Santalum album) (Iriansyah M
dkk, 2005). Spesies-spesies potensial dan bernilai komersial tinggi tersebut merupakan aset
potensi Taman Nasional Manupeu Tanah Daru yang perlu dieksplorasi dan dibudidayakan
dalam rangka upaya konservasi biodiversitas.

Gambar 5. Jenis-jenis pohon unggulan dan khas penyusun vegetasi Matalawa - Sumba

10
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

Potensi jenis flora lainnya adalah jenis-jenis pohon kayu bangunan dengan kualitas
mendekati kuat dan awet yaitu pohon Mayela (Orophea polycarpa). Kayu jenis ini
dipergunakan secara terbatas pada perumahan adat sebagai penyangga utama bangunan
rumah adat. Pada pemakaian di masyarakat, penggunaan jenis kayu mayela terbatas pada
golongan/tingkat kelas sosial tertinggi pada status sosial adat Sumba. Pada umumnya
adalah pemuka dan tokoh adat.
Biodiversitas flora kawasan TN MATALAWA menyimpan beragam potensi obat-
obatan pada tiap tipe vegetasi, mulai dari vegetasi padang sabana, hutan tropika kering,
dan hutan semi awet. Beberapa diantaranya adalah tipe epifit dan herba. Jenis epifit
potensial obat adalah kepala monyet/sarang semut (Myrmecodia pendans), digunakan
sebagai imuno stimulan kekebalan tubuh dan penyembuhan obat penyakit dalam (anti
kangker, penyakit jantung dan stroke, gangguan ginjal dan penyakit dalam lainnya). Jenis
herba dan perdu potensial obat antara lain alang-alang (Imperata cylindrica), famili
Zingiberacea, may kunyit (Curcuma longa) dan sebagainya. Sedangkan jenis obat dari
pohon adalah Pohon Linu (Grewia acuminata), sebagai obat penambah darah, obat sakit
perut dan obat vitalitas pria. Lamtoro/Petai Cina (Leucana glauca) berkhasiat untuk peluruh
air seni (diuretik) dna sebagai obat cacing. Potensi-potensi flora lainnya masih banyak
tersimpan dalam kawasan dan belum dibudidayakan secara optimal. Jenis potensial lainnya
antara lain : rotan (Calamus sp) dan pandan (Pandanus sp) sebagai bahan kerajinan (Balai
TNMT, 2010). Tabel daftar jenis flora terdapat pada lampiran.

Gambar 6. Sarang semut (kiri) dan lamtoro / petai cina (kanan) potensi
tanaman obat yang cukup melimpah dalam kawasan Matalawa

11
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

Fauna
Biodiversitas fauna didominasi oleh jenis-jenis burung sumba, baik jenis endemik
maupun migran. Pulau Sumba memiliki keragaman jenis-jenis burung endemik yang tinggi.
Jumlah spesises burung di kawasan taman nasional sebanyak 159 jenis dan terdapat
delapan (11) spesies burung endemik yaitu: Burungmadu Sumba (Cinnyris buettikoferi),
Cabai Sumba (Dicaeum wilhelminae), Myzomela Sumba (Myzomela dammermani), Gemak
Sumba (Turnix everetti), Punai Sumba (Treron teysmanii), Walik Rawamanu (Ptilinopus
dohertyl), Sikatan Sumba (Ficedula harterti), Sikatan Coklat Sumba (Muscicapa segregate),
Pungguk Sumba, (Ninox sumbaensis), Pungguk Wengi (Ninox rudolfi) dan Julang Sumba
(Rhyticeros everetti). Selain itu terdapat sekitar 19 anak jenis endemik, misalnya Nuri Bayan
(Eclectus roratus cornelia) dan Kakatua Sumba (Cacatua sulphurea citrinocristata).

Gambar 7. Kakatua Sumba (kiri) dan Julang Sumba (kanan) sebagai satwa
prioritas perlindungan

TN MATALAWA memiliki empat jenis kupu-kupu endemik Sumba. Total jenis kupu-
kupu yang ada di dalam Taman Nasional sekitar 94 jenis, diantaranya: Famili Papilionidae,
Nymphalidae, Lycaenidae, Pieridae dan Satyridae. Keanekaragaman capung di TN
MATALAWA diketahui sebanyak 41 jenis, enam jenis merupakan endemik dan satu jenis
merupakan catatan baru (new record). Capung-capung tersebut termasuk ke dalam 10
famili yaitu: Libellulidae, Coenagrionidae, Aeshnidae, Platycnemididae, Euphaeidae,
Corduliidae, Lestidae, Protoneuridae, Gomphidae dan Chlorocyphidae.
Herpetofauna yang bisa dijumpai dalam kawasan TN MATALAWA terdiri dari 6 jenis
amfibi dan 30 jenis reptil. Adapun jenis amfibi tersebut adalah: Bufo melanostictus,

12
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

Fejervarya verruculosa, Hylarana elberti, Kaloula baleata, Litoria everetti dan Polypedates
leucomystax. Sedangkan jenis-jenis reptil yang tercatat dalam Kawasan TN MATALAWA
diantaranya: Draco abscurus, Eutropis multifasciatus, Lygosoma florens, Sphenomorphus
maculatus, Gecko gecko, Hemydactylus garnotii, Gymnodactylus sermowaienis,
Psammodynastes pulverulentus, Psammodynastes pictus, Trimeresurus albolabris, Python
reticulatus dan Lycodon aulicus. Terdapat 28 jenis mamalia yang teridentifikasi di dalam
Kawasan TN MATALAWA diantaranya: tikus besar lembah (Sundamys muelleri), kalong
(Pteropus alecto), codot Nusa Tenggara (Cinopterus nusatenggara), Kelelawar buluh kecil
(Tylonicteris pachypus), kelelawar ladam kecil (Rhinolophus pussilus), monyet ekor panjang
(Macaca fascicularis), musang luwak (Paradoxurus hermaproditus), babi hutan (Sus crofa)
dan rusa Timor (Cervus timorensis).
Prioritas spesies fauna yang menjadi fokus kelola Balai Taman Nasional MATALAWA
adalah jenis-jenis endemik terancam punah yaitu Julang Sumba (Rhyticeros everetti) dan
Kakatua Sumba (Cacatua sulphurea citrinocristata). Burung tersebut merupakan pemakan
buah dan biji pohon. Posisi sarang biasanya diletakan di habitat yang berupa hutan-hutan
primer dengan tutupan yang masih relatif utuh. Kedua jenis tersebut ditetapkan sebagai
flagship species Balai Taman Nasional MATALAWA.
Spesies perlindungan lain adalah Rusa timor (Cervus timorenses) dengan
persebaran pada habitat padang dan hutan peralihan, Ular phyton (Phyton reticulatus),
jenis-jenis amphibi endemik dan jenis lainnya. Keberadaan potensi fauna TNMT menjadi
prioritas pengawetan dan pelestarian sumber daya alam kawasan TNMT (Balai TNMT,
2008; Balai TNMT, 2009).

Gambar 8. Rusa Timor (kiri) dan Ular sanca batik / python (kanan) di habitatnya

6. Potensi Jasa Lingkungan dan Ekowisata


Bentang alam kawasan TN Matalawa yang mencapai ±90.000 hektar, memiliki
keanekaragaman hayati burung yang tinggi, keadaan topografi yang bervariasi, posisi

13
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

strategis dan kekayaan sosial budaya khas Sumba disekelilingnya. Kekayaan tersebut
merupakan potensi wisata yang sangat unik dan menarik serta menjanjikan jika dikelola
dengan baik.
Secara umum potensi objek wisata di TN Matalawa terdiri atas alam dan
kebudayaan. Objek wisata alam yang diharapkan menjadi produk unggulan TN Matalawa
diantaranya: Air Terjun Lapopu, Air Terjun Matayangu, Air Terjun Kanabuai, Air Terjun
Wanggameti, Air Terjun Laputi, Danau Laputi, gua-gua, jalur pengamatan burung (bird
watching track) di Billa, Langgaliru dan Manurara serta beberapa potensi wisata pantai
yang bisa jadi kesatuan paket wisata. Potensi Gua yang ditemukan oleh kegiatan eksplorasi
ASC tahun 2009 sebanyak 23 Gua dan 11 Gua diantaranya berpotensi sebagai objek
ekowisata.

Air Terjun Lapopu


Air Terjun Lapopu merupakan air terjun yang paling unik di Sumba. Air terjun yang
memiliki ketinggian lebih dari 70 meter ini merupakan salah satu objek yang paling banyak
dikunjungi wisatawan baik nusantara maupun mancanegara.

Gambar 9 . Air Terjun Lapopu

Posisi objek Air Terjun Lapopu berada didalam zona pemanfaatan kawasan Hutan
Katikuloku Resort Wanokaka Wilayah Seksi Pengelolaan (SPTN) I Waibakul. Desa
penyangga kawasan tersebut adalah Desa Rewarara dan Katikuloku Kecamatan Wanokaka
Kabupaten Sumba Barat. Berdasarkan tim peneliti potensi air untuk PLTMH (Pembangkit
Listrik Tenaga Mini Hidro), aliran ini memiliki debit 1,6-1,8 m3 /detik dan memiliki

14
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

kandungan kapur yang cukup tinggi. Kandungan kapur tersebut menyebabkan warna indah
kebiruan pada badan sungai yang memiliki lebar rata-rata 5 meter dan kedalaman berkisar
antara 50 – 300 cm. Namun, demikian air jernih yang mengalir sepanjang tahun tersebut
tidak disarankan untuk diminum dalam jangka waktu yang lama karena kandungan kapur
yang cukup tinggi.

Air Terjun Matayangu


Air Terjun Matayangu merupakan air terjun yang eksotik dan paling tinggi di Pulau
Sumba. Keeksotikan air terjun ini
terlihat dari 2 sumber mata air yang
berbeda ketinggian. Cucuran tertinggi
mencapai 104 meter (ASC, 2008)
pada dinding tebing yang vertikal dan
berasal dari aliran Sungai Patenang,
Harangi Jaga dan Pahi Nibu
(Himakova, 2010). Cucuran kedua
mencapai ketinggian 32 meter (ASC,
2008) dan berasal dari dalam Gua
Matayangu.
Aliran air dari Gua Matayangu
ada yang memancar langsung dan
ada yang melewati lorong
dibawahnya kemudian menyembur,
sehingga terlihat seperti 3 Air Terjun.
Pada musim kemarau, Sungai
Patenang mengering namun Gua
Matayangu masih stabil
memancarkan airnya. Gambar 10 . Air Terjun Matayangu

Posisi objek Air Terjun Matayangu berada didalam zona pemanfaatan kawasan Blok
Hutan Manurara Resort Waimanu Wilayah Seksi Pengelolaan (SPTN) I Waibakul. Desa
penyangga kawasan tersebut adalah Desa Manurara Kecamatan Katikutana Kabupaten
Sumba Tengah.
Gua Matayangu sangat berpotensi dan spektakuler. Posisi mulut gua berada di
tengah-tengah tebing dimana dari mulutnya memancarkan air sehingga menjadi air terjun
yang merupakan sebuah fenomena alam kars yang jarang dijumpai di Indonesia. Mulut gua

15
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

yang horizontal harus ditempuh dengan penelusuran vertikal karena letaknya yang berada
di tengah tebing. Gua ini dapat dikembangkan menjadi objek ekowisata minat khusus
dengan tingkat kesulitan tinggi dan membutuhkan penelusur gua berpengalaman sebagai
pemandu gua. Wisatatan yang hendak menelusuri gua ini setidaknya mahir menggunakan
teknik SRT (Single Rope Technique) (ASC, 2008).
Cucuran air terjun dari Sungai Patengan dan dari Gua Matayangu bertemu pada
kolam Matayangu dan mengalir menjadi Sungai Matayangu yang kemudian bertemua
dengan aliran sungai Lapopu. Kolam genangan air terjun memiliki warna kebiruan dan
berdiameter ± 55 meter yang pernah digunakan oleh wisatawan asing untuk berenang.
Aktifitas bermain air bisa dilakukan pada aliran air sungai yang bertingkat-tingkat dan
terhalang oleh bebatuan.

Birdwatching Track (Billa, Langgaliru dan Manurara)


Taman Nasional Matalawa merupakan salah satu Endemic Bird Area (EBA) di
Indonesia dan salah satu dari 43 Daerah Penting bagi Burung (DPB) di Nusa Tenggara
(Rombang, et al 2002). Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Burung Indonesia tahun
2007, di salah satu kawasan Matalawa terdapat 120 jenis burung (Arfian, 2010) dan survey
berkelanjutan yang dilakukan PEH TN Matalawa berhasil mendokumentasikan 115 jenis
burung di dalam maupun di sekitar kawasan Matalawa. Adapun jalur atau site favorit untuk
pengamatan burung diantaranya: Manurara, Billa, dan Langgaliru.
Jalur birdwatching Langgaliru merupakan jalur yang potensial dan sudah dikenal
sampai mancanegara (INDECON pers comm). Burung-burung yang ditemukan tim
pengamat pada jalur sepanjang 4 km ini diantaranya: Julang Sumba, Kacamata Walacea,
Kacamata Limau, Perkici Oranye, Nuri Pipi-merah, Kakatuakecil jambul-jingga, Punai
Sumba, Walik Kembang, Kepudang-sungu Sumba, Paok laus, dan Pungguk wengi. Adapun
jenis burung yang menjadi target utama para birdwatcher adalah Julang sumba, Kakatua
kecil jambul jingga dan Pungok wengi.

Gambar 11. Julang Sumba (kiri) dan Kacamata limau (kanan)

16
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

Tidak jauh dari Birdwatching track Langgaliru ada jalur Kambata wundut yang biasa
digunakan untuk birdwatching sepanjang 1,79 km (Wibawanto, 2011). Potensi wisata bird
watching di site-Manurara paling diminati dan paling dikenal sejauh ini oleh para wisatawan
khususnya wisatawan asing. Hampir seluruh akses menuju potensi wisata lainnya yang
berada di Desa Manurara merupakan jalur yang potensial sebagai jalur pengamatan burung
karena dapat dijumpai berbagai jenis burung khususnya jenis endemik. Sedangkan untuk
wilayah Taman Nasional Laiwangi Wanggameti, terdapat hutan Billa yang menjadi salah
satu surga bagi lebih dari 50 jenis burung. Di hutan ini, para pengamat bisa melihat tarian
Kakatua dan Julang Sumba dengan lebih dekat.

Gambar 12. Para pengamat burung dari seluruh nusantara melakukan pengamatan di Billa

Terdapat dua jalur pengamatan burung lagi yang berpotensi untuk wisata minat
khusus ini, yaitu Jalur Wanokaka dan Jalur Watumbelar. Birdwatching track Wanokaka
merupakan jalur pengamatan burung sepanjang 1,5 km pada jalur (trail) wisata menuju
Air Terjun Lapopu. Jalur pengamatan burung (birdwatching track) Watumbelar merupakan
jalur yang sering dijadikan alternatif oleh para birdwatcher untuk mendapatkan burung
yang ingin dilihatnya. Kealamian jalur ini masih terjaga karena minimnya intervensi aktifitas
keseharian manusia (penduduk setempat). Burung-burung paruh bengkok dapat dengan
mudah ditemui pada waktu yang tepat di titik-titik tertentu jalur pengamatan ini.

Potensi Gua
Sebagian gua di Kawasan Matalawa berpotensi sebagai objek wisata alam yang
potensial meskipun merupakan tipologi ekosistem yang rentan. Tingkat kerentanan
ditunjukkan oleh tingkat kerumitan, keunikan dan keindahan estetik pada ornamen-

17
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

ornamen gua. Potensi gua perlu dimanfaatkan secara hati-hati sehingga laju kerusakan
ekosistem gua terkendali.

Gambar 13. Gua Jaga (kiri), Gua Marabi (Tengah), Gua Mili Pahuru (Kanan) (ASC, 2009)

Berdasarkan explorasi Acyntyacunyata Speleological Club (ASC, 2009) berikut


beberapa potensi gua didalam dan sekitar kawasan Manupeu Tanah Darau yang
direkomendasikan sebagai objek ekowisata minat khusus, antara lain: Gua Pattamawai,
Gua Wacupadano, Gua Wangga, Gua Jaga, Gua Bakul, Gua Winu Hakapanggung, Gua
Marabi, Gua Wayliang, Gua Ngaruredu dan Gua Matayangu. Gua lainnya adalah Gua Ular
di Hutan Manurara yang menampilkan atraksi gua sebagai habitat ular dan kelelawar.

Pantai
Potensi pantai didasarkan pada landskape pantai dan panoramic value yang melekat
di dalamnya. Proses-proses geomorfologi berlangsung membangun bentuk lahan marine
berupa keindahan karang, penggerusan pantai, pembentukan dataran pasir, dataran timbul
dan arus gelombang (Sutikno, 2009). Keunikan pantai di dalam dan di sekitar Kawasan
Matalawa diantaranya: Pantai Modulambi, Pantai Konda, Pantai Maloba, Pantai Aili, pantai
Hipi, Pantai Tangairi, Pantai Lokulisi dan Pantai Marabakul.

18
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

Gambar 14. Pantai Lokulisi (kiri), dan Pantai Mondulambi (kanan).

7. Sosial Ekonomi dan Budaya


Taman Nasional MATALAWA dikelilingi oleh 45 desa. Sebanyak 29 desa berbatasan
langsung dengan kawasan Manupeu Tanah Daru dan 16 desa berbatasan langsung dengan
Kawasan Laiwangi Wanggameti. Berikut adalah nama dan lokasi desa yang berbatasan
langsung dengan Kawasan MATALAWA berdasarkan wilayah Seksi Pengelolaan TN:
1. SPTN Wilayah I Waibakul yang terdiri dari Resort Pengelolaan Dasa Elu dan Resort
Waimanu berbatasan dengan 5 Kecamatan (Loli, Wanukaka, Umbu Ratu Nggay, Umbu
Ratu Nggay Barat, Katikutana Selatan) dan 12 desa induk serta 6 desa pemekaran
yaitu : Maradesa (dan Maradesa Selatan), Waimanu, Manurara, Malinjak, Tanamodu,
Konda Maloba (dan Oka Wacu – Dasa Elu), Umbu Pabal (dan Umbu Pabal Selatan),
Umbu Langgang, Baliloku, Hupumada, Katikuloku (dan Rewa Rara), Beradolu (dan
Modu Waimaringu). Terdapat satu wilayah enclave dengan luas sekitar ± 400 ha yaitu
Dusun Lahona bagian dari Desa Hupumada.
2. SPTN Wilayah II Lewa yang terdiri dari Resort Pengelolaan Praimahala, Resort
Bidipraing dan Resort Praingkareha berbatasan dengan 15 desa induk dan 5 desa
pemekaran yaitu: MBilur Pangadu, Ngadu Olu, Praikaroku Jangga, Padiratana,
Kambata Wundut (dan Pindu Wangga Wundut), Konda Mara, Kangeli (dan Latalanya),
Bidipraing, Watumbelar, Umamanu, Mondulambi, Billa (Watubokul – Praikomba),
Praingkareha (dan Laputi), Wudipandak dan Waikanabu.
3. SPTN Wilayah III Matawai Lapau yang terdiri dari Resort Pengelolaan Wanggameti,
Resort Tandulajangga dan Resort Tawui berbatasan dengan 3 kecamatan (Pinu Pahar,
Karera dan Matawai Lapau) dan 16 desa induk serta 1 desa persiapan, meliputi:
Katikutana, Wanggameti, Katikuwai, Mahaniwa, desa persiapan Wai Kalimbung,
Nangga, Tandula Jangga, Ananjaki, Praimadita, Wahang, Laiwanggi, Lailunggi, Tawui,
Wanggabewa, Ambalangga dan Ramuk. Kepadatan penduduk di 17 desa sekitar

19
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

kawasan SPTN wilayah III Matawai Lapau berkisar antara 16-24 jiwa/km2. Berbeda
dengan wilayah lain, pemukiman penduduk di sekitar SPTN wilayah III Matawai Lapau
tidak mengelompok, tetapi tersebar menyesuaikan dengan lahan pertaniannya.

Mata pencaharian
Secara umum mata pencaharian sebagian besar masyarakat di desa penyangga
adalah bidang pertanian dan peternakan (90%) dengan sifat subsisten atau tidak
berkelanjutan melainkan masih tergantung pada faktor alam. Adapun jenis komoditi
pertanian yang sering ditanam diantaranya: padi, jagung, umbi-umbian dan sayuran.
Sedangkan upaya pengelolaan ternak masih dilakukan dengan sistem ternak lepas liar.
Adapun jenis ternak ya dibudidayakan diantaranya: ayam, sapi, kerbau, babi, kuda dan
kambing. Kendala terbesar dalam upaya pertanian adalah curah hujan yang rendah dengan
periode bulan basah yang singkat. Sedangkan ancaman dalam usaha peternakan adalah
rawannya tingkat keamanan. Pekerjaan atau mata pencaharian lain penduduk di desa
penyangga antara lain: pedagang, nelayan, guru, pegawai negeri, tenaga honorer,
pendeta, supir dan pensiunan.

Tradisi Adat dan Agama Kepercayaan


Masyarakat yang tinggal di desa penyangga kawasan TN Matalawa pada umumnya
merupakan suku asli Sumba dengan bahasa utama adalah bahasa lokal/setempat.
Sehingga, meskipun masih satu suku/ras dalam satu hamparan Pulau Sumba, terdapat
perbedaan bahasa yang cukup signifikan antara masyarakat Sumba bagian tengah dan
Barat dengan masyarakat Sumba bagian Timur. Bahkan masing-masing desa memiliki
bahasa sendiri yang berbeda dengan bahasa di desa tetangganya.
Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Sumba terbagi menjadi beberapa strata
yaitu strata Ningrat (Maramba) dan Strata Ata (masyarakat biasa). Kelompok marga-marga
baik dari strata ningrat maupun strata Ata membentuk komunitas yang disebut Kabihu.
Umumnya Strata Ningrat merupakan golongan ningrat yang terdiri dari golongan
masyarakat dan berperan strategis di dalam politik pemerintahan dan penguasaan
ekonomi. Strata Ata umumnya merupakan golongan hamba-hamba bertindak sebagai
pekerja, petani, peternak, yang bersifat melancarkan tugas kelompok Strata Ningrat, dan
dewasa ini kearifan tersebut secara perlahan-lehan sudah mengalami perubahan dimana
kelompok Ata bahkan sudah memiliki perekonomian yang meningkat. Hubungan
kekeluargaan antara golongan Ningrat dan golongan Ata di Pulau Sumba berlanjut
harmonis dan ini dibuktikan dari kegiatan-kegiatan komunitas Kabihu yang dalam sehari-

20
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

hari berlangsung efektif seperti pada tatanan adat pesta perkawinan, kematian, maupun
bentuk kegiatan suka cita lainnya.
Masyarakat Sumba secara tradisional menyelenggarakan tata kehidupannya
menurut persekutuan hukum. Melalui persekutuan hukum inilah setiap individu dapat
menyatakan eksistensi melalui partisipasinya dalam kegiatan persekutuan. Persekutuan
hukum itu adalah menurut paraingu (desa/daerah tempat tinggal), kabihu (suku, marga)
dan menurut marapu (leluhur, dewa). Paraingu merupakan suatu kesatuan sosial
tradisional yang bercorak genealogis teritorial. Dalam sebuah paraingu terbagi atas
beberapa kotaku (kampung), yang di dalamnya beberapa kabihu yang mempunyai
hubungan-hubungan kekeluargaan mendirikan rumahnya. Jalinan hubungan dan sosial
mereka didasarkan atas pola kekerabatan dan adat istiadat. Hal itu tampak dalam berbagai
kegiatan kemasyarakatan antara lain dalam urusan perkawinan, kematian, pembangunan
dan perbaikan rumah, menanam dan panen, serta dalam berbagai penyelenggaraan
upacara pemujaan roh-roh para leluhur (Anggraeni, 2005).
Penduduk desa sekitar kawasan Taman Nasional sebagian besar memeluk agama
Kristen Protestan sedangkan lainnya memeluk agama Islam, Katolik dan Hindu/Budha. Di
samping itu, masih cukup banyak penduduk yang memeluk kepercayaan asli Sumba yaitu
Marapu. Kepercayaan Marapu dan adat istiadat Sumba yang bersumber dari Marapu
diwariskan turun temurun secara lisan, sehingga terdapat kesulitan untuk mencari tahu
konsep yang asli dan baku. Walau demikian, tidak seorang pun menyangkal bahwa
kehidupan sosial budaya orang Sumba tidak dapat dipisahkan dari kepercayaan Marapu,
sebagai agama asli warisan leluhur. Perpindahan menjadi Kristen maupun Islam dan
pembangunan telah merubah Marapu dari sebuah agama tradisional menjadi adat istiadat.
Konsep utama Marapu adalah tidak seorangpun dapat berkomunikasi dengan Sang
Alkhalik tanpa perantaraan roh nenek moyang atau Marapu. Marapu juga terdiri dari roh
orang mati atau arwah (Marapu Tau Meti) dan roh yang tidak berasal dari arwah nenek
moyang (Marapu Tau Luri) (Anggraeni, 2005). Kepercayaan Marapu menganggap bahwa
roh leluhur/nenek moyang dipercaya berada di tempat-tempat tertentu/khusus yang
disebut Kato’da dan Pahomba. Katoda berupa tugu batu atau kayu kecil yang berada di
berbagai tempat (di luar rumah) sebagai simbol dewa-dewi yang disembah di tempat itu,
sedangkan Pahomba berupa areal tertentu yang umumnya ditumbuhi pohonpohon besar
dan menjadi tempat keramat sebagai tempat sembahyang.

21
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

Kondisi Ekonomi
Kondisi ekonomi desa-desa di sekitar kawasan Matalawa adalah relatif pada
posisi/level menengah/sedang hingga kurang mampu. Budidaya pertanian dan berternak
telah mengalami perubahan dan perbaikan terutama dari budidaya ragam komoditi. Kondisi
volume produksi pada beberapa lokasi sudah mengalami peningkatan namun demikian
masih rendahnya sinergitas proyek-proyek pemerintah/swasta di sekitar kawasan turut
memperlambat produktifitas masyarakat. Potensi budidaya pertanian skala kecil yakni kutu
lak, dan jambu mete, masih terbuka peluang pengembangannya namun belum intensif
pemanfaatan luas lahan tanaman, belum memiliki benih yang berkualitas, masih rendahnya
akses petani terhadap pemanfaatan modal dari bank.
Pembangunan ekonomi Sumba Timur pada dasarnya mulai tumbuh setiap tahun
tetapi konsumsi pun naik terus teristimewa untuk keperluan bahan konsumsi dan bangunan
seiring dengan dampak pertumbuhan penduduk, peningkatan kesejahteraan, pertambahan
perkantoran dan pemekaran wilayah. Ketidakseimbangan produksi dan konsumsi
berdampak pada ketergantungan pemanfaatan sumber daya alam mentah dan
keterpaksaan penjualan komoditi non olahan ke luar Sumba. Dampak yang nyata adalah
adanya ketidakseimbangan pengaliran dana cash ke luar Sumba yang utamanya ke Pulau
Jawa. Kondisi ini diperparah lagi dengan adanya keterbatasan sarana angkutan laut dan
udara dari Pulau Jawa menuju Waingapu serta kondisi iklim/cuaca laut yang sering tidak
kondusif akibat gelombang laut yang tinggi.

8. Posisi Kawasan Dalam Perpektif Tata Ruang dan Pembangunan Daerah


Posisi kawasan Taman Nasional Matalawa sangat strategis dalam perspektif tata
ruang wilayah tiga kabupaten di Pulau Sumba yakni Sumba Barat, Sumba Tengah dan
Sumba Timur. Posisi strategis ditunjukkan dalam pendobrak peningkatan pembangunan
daerah, khususnya dalam bidang konservasi SDH, pariwisata (ekowisata), budaya,
hidrologis, energi terbarukan, pemberdayaan sosial dan aspek pembangunan bidang
lainnya. Keterkaitan dan keterpaduan fungsi dan manfaat kawasan Taman Nasional
Matalawa dalam pembangunan daerah menjadi komponen pokok yang harus diintegrasikan
dalam pengelolaan kawasan taman nasional.
Dalam bidang sumber daya hutan dan ekosistemnya (SDHE), kawasan Taman
Nasional Matalawa merupakan pemusatan keragaman SDHE yang tinggi sehingga
keberadaannya patut dilestarikan. Kabupaten yang berbatasan langsung dengan kawasan
taman nasional pada konteks ini berkepentingan dalam pelestarian SDHE sebagai wujud
pelestarian untuk generasi mendatang. Disamping itu, manfaat keberadaannya juga

22
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

merupakan aset penunjang budidaya genetik unggul untuk kemaslahatan bersama, seperti
pengembangan jenis gaharu dalam kawasan, obat-obatan, dan sebagainya.
Pembangunan bidang pariwisata di Sumba ditunjang oleh potensi-potensi spesifik
dan unik. Kawasan Taman Nasional Matalawa menyimpan ragam keunikan tersebut dalam
berbagai bentuk potensi, meliputi: gua-gua, air terjun, pantai, hutan, satwa, bentang alam
dan sebagainya. Peran kawasan taman nasional adalah penyedia destinasi wisata terkait
dengan potensi yang dimiliki tersebut. Kondisi ini mendorong wisatawan untuk berkunjung
ke Sumba. Pemerintah Daerah Se-Sumba dalam hal ini berperan sebagai penyediaan
fasilitas pendukung/penunjang wisata seperti transportasi, penginapan, kuliner, handicraft
dan sebagainya. Dengan demikian, pengembangan pariwisata harus terintegrasi dengan
kebijakan masing-masing pemda. Pemda Sumba Barat Daya sebagai gerbang pintu
masuknya wisatawan, secara tidak langsung terimbas dengan nilai potensi kawasan karena
dapat digunakan sebagai bagian dari paket wisata yang dikembangkan. Dampak positif
pengembangan pariwisata terintegrasi yaitu peningkatan PAD sektor pariwisata.
Pendapatan daerah berasal dari pengeluaran ekstra wisatawan yang dibelanjakan di luar
tujuan pokok wisata, seperti biaya hotel, pembelian handicraft, kuliner, dan lainnya.
Dengan demikian, posisi strategis kawasan Matalawa sangat penting dalam menunjang
peningkatan pariwisata di Pulau Sumba.
Kawasan Taman Nasional Matalawa berperan dalam pelestarian budaya adat sumba.
Hal ini dilakukan dengan adanya peran taman nasional dalam memfasilitasi prosesi adat di
kawasan seperti adat marrapu dan poddu. Bentuk dukungan ini ditunjukkan dengan
penetapan lokasi adat/budaya tersebut dalam zona budaya/religi dalam tata ruang
kawasan taman nasional. Konteks ini selaras dengan arah pembangunan Pemda
(Kabupaten Sumba Barat, Kabupaten Sumba Tengah dan Kabupaten Sumba Timur) dalam
melestarikan budaya adat Sumba.
Fungsi hidrologis kawasan Taman Nasional Matalawa adalah konservasi sumber daya
air sebagai bagian dari sistem penyangga kehidupan masyarakat Sumba, berupa
perlindungan sistem DAS, penangkal erosi dan banjir, areal tangkapan air dan fungsi tata
air bawah tanah. Dalam hal ini, bentuk manfaat utamanyanya adalah sumber air bersih
masyarakat. Pemanfaatan sumber daya air yang berasal dari kawasan taman nasional saat
ini digunakan untuk pemenuhan kebutuhan air bersih, pengairan sawah masyarakat dan
PLTMT di tiga kabupaten tersebut. Dengan demikian, peranan ini sangat strategis guna
mendukung percepatan pembangunan di Pulau Sumba.
Fungsi sebagai penyedia energi terbarukan dilakukan dengan pemanfaatan aliran
Sungai Lapopu untuk pembangkit listrik tenaga minihidro (PLTMH) di Wanokaka, Sumba

23
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

Barat. Pasokan energinya, didistribusi oleh PLN untuk masyarakat di wilayah tiga kabupaten
yakni Sumba Barat, Sumba Timur dan Sumba Menengah. Mengingat, Pulau Sumba terus
mengalami kekurangan energi listrik seiring peningkatan pembangunannya. Untuk itu,
diperlukan alternatif sumber energi yang dapat digunakan sebagai penggantinya. Potensi
energi terbarukan dalam kawasan taman nasional belum sepenuhnya dioptimalkan
sehingga membuka peluang untuk dikembangkan, seperti potensi listrik skala rumah
tangga dengan penerapan teknologi tepat guna yang tidak dapat dijangkau oleh jaringan
listrik PLN.
Peningkatan kapasitas masyarakat merupakan tujuan yang sejalan dengan tujuan
pembangunan pemerintah daerah dan taman nasional. Bentuk-bentuk pemberdayaan oleh
Taman Nasional Matalawa mampu menjadi bagian dari proses pembangunan masyarakat
di Kabupaten yang berbatasan dengan kawasan.
Rencana pengelolaan Taman Nasional Matalawa mencakup sinkronisasi
pembangunan daerah yang terdapat dalam Rencana Tata Ruang Wilayah pada tingkat
Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Rencana Tata Ruang Wilayah pada tingkat Kabupaten
Sumba Timur, Sumba Tengah dan Sumba Barat. Tata ruang wilayah merupakan upaya
penataan didasarkan pada kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait, dengan batas
dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan atau aspek fungsional.
Pembangunan tata ruang wilayah dituangkan dalam rencana tata ruang yang disusun oleh
pemerintah provinsi dan kabupaten.
Sinkronisasi rencana pengelolaan Taman Nasional Matalawa dengan Rencana Tata
Ruang dan Wilayah (RTRW) tingkat Provinsi dan Kabupaten meliputi:
1. Rencana Tata Ruang Wilayah Tingkat Provinsi NTT, sesuai dengan Perda No.1 Tahun
2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2010-
2030.
2. Rencana Tata Ruang Wilayah Tingkat Kabupaten Sumba Timur sesuai dengan Perda No.
12 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumba Timur Tahun
2008 - 2028.
3. Rencana Tata Ruang Wilayah Tingkat Kabupaten Sumba Tengah sesuai dengan Perda
No. 8 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumba Tengah
Tahun 2009-2029.
4. Rencana Tata Ruang Wilayah Tingkat Kabupaten Sumba Barat sesuai dengan Perda No.
1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumba Barat Tahun
2012 -2032).

Rencana Tata Ruang Wilayah Tingkat Provinsi Nusa Tenggara Timur yang selaras
dengan pengelolaan Taman Nasional Matalawa:
1. Kebijakan penataan ruang wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur poin (e) tentang
pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup;

24
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

2. Strategi pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup dalam


Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi NTT (Pasal 6 ayat 5) terdiri atas:
a. mewujudkan kelestarian kawasan lindung di darat dan laut;
b. mempertahankan luas kawasan lindung minimum 30% dari luas Daerah Aliran
Sungai;
c. melindungi keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya melalui
penetapan dan preservasi kawasan suaka alam dan pelestarian alam;
d. memelihara dan mempertahankan ekosistem khas yang berkelanjutan sehingga
dapat dinikmati oleh generasi yang akan datang;
e. memanfaatkan kawasan lindung dengan tujuan terbatas seperti ekowisata,
penelitian dan pengembangan pengetahuan tanpa menyebabkan kerusakan
lingkungan dan alih fungsi kawasan;
f. mempertahankan ekosistem yang dapat melindungi dari bencana alam seperti
mangrove, terumbu karang dan padang lamun;
g. menetapkan arahan penataan ruang kawasan rawan bencana sesuai dengan
jenis kerawanan bencananya; dan
h. mencegah dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan degradasi
lingkungan hidup.
3. Rencana Pola ruang wilayah provinsi meliputi kawasan lindung dan kawasan budi
daya. Kawasan Taman Nasional Manupeu Tanah Daru termasuk dalam pola ruang
Kawasan Lindung sebagai Kawasan pelestarian alam.

Rencana Tata Ruang Wilayah Tingkat Kabupaten Sumba Timur


Dalam pengembangan prioritas pembangunan bidang perkebunan, kehutanan,
industri pengolahan hasil pertanian dan perkebunan, dan pariwisata, rencana pengelolaan
TNMT memprioritaskan program pemberdayaan masyarakat berupa pembentukan Desa
Percontohan dalam bentuk MDK (Masyarakat Desa Konservasi). Lokasi desa percontohan
di Desa Umamanu sebagai percontohan pengembangan pola agroforestry. Cakupan
program berupa pembentukan dan pembinaan kelompok, pengembangan hutan rakyat,
dan pengembangan hasil pertanian dan kehutanan lainnya.
Rencana pengelolaan kawasan lindung di Kabupaten Sumba Timur dalam pasal 44
ayat 1, meliputi semua upaya perlindungan, pengawetan, konservasi dan pelestarian fungsi
sumber daya alam dan lingkungannya guna mendukung kehidupan secara serasi yang
berkelanjutan dan tidak dapat dialihfungsikan menjadi kawasan budidaya. Rencana
pengembangan kawasan lindung Kabupaten Sumba Timur mencakup empat poin terutama
poin (c) yaitu Kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam dan cagar budaya.
Rencana pengelolaan kawasan lindung (kawasan pelestarian alam) Kabupaten
Sumba Timur (pasal 44 ayat 8 dan 10.a), meliputi:
a. perlindungan taman nasional yang mempunyai vegetasi tetap, yang memiliki
b. tumbuhan dan satwa yang beragam.
c. perlindungan dan pelestarian koleksi tumbuhan
d. pelestarian alam di darat maupun di laut yang dapat dimanfaatkan untuk pariwisata
e. dan rekreasi alam

25
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

f. peningkatan kualitas lingkungan sekitar taman nasional, taman hutan raya dan
g. taman wisata alam melalui upaya pencegahan kegiatan yang mempunyai potensi
h. menimbulkan pencemaran.
i. perlindungan dan pelestarian satwa melalui pengelolaan taman nasional.

Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah, Kawasasan Taman Nasional Matalawa


termasuk dalam kawasan strategis bidang fungsi dan daya dukung lingkungan. Upaya
pemanfaatan ruang terkait posisi strategis tersebut adalah pemantapan kawasan
pelestarian alam Matalawa sebagai bentuk kawasan dengan fungsi spesifik dan mandiri.

Rencana Tata Ruang Wilayah Tingkat Kabupaten Sumba Tengah


Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Tingkat Kabupaten Sumba Tengah
sesuai dengan Perda No. 8 Tahun 2011, tujuan penataan ruang daerah Kabupaten Sumba
Tengah adalah untuk mewujudkan ruang wilayah bagi pengembangan kegiatan bidang
pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan, kehutanan, industri, pertambangan dan
kelautan, serta pariwisata melalui penyediaan sarana dan prasarana yang memadai guna
mendukung peningkatan kemampuan sumberdaya manusia dan perkembangan ekonomi
dengan memperhatikan daya dukung lingkungan.
Sistem perwilayahan Katiku Tana meliputi Kecamatan Katiku Tana, Katiku Tana
Selatan dan Umbu Ratunggay Barat. Sistem perwilayahan Katiku Tana menempatkan
konservasi hutan” sebagai prioritas ke-7 pembangunan. Sedangkan perwilayahan Umbu
Ratunggay menempatkan konservasi hutan pada prioritas nomor satu. Dalam rencana pola
ruang kewilayahan Kabupaten Sumba Tengah dibagi dalam dua sebaran kawasan yaitu
rencana sebaran kawasan lindung dan kawasan budidaya. Salah satu kawasan lindung
adalah kawasan pelestarian alam Taman Nasional Manupeu Tanah Daru. Dalam
pengelolaannya, penataan ruang untuk zonasi taman nasional harus memperhatikan:
a. Pemanfaatan ruang untuk penelitian, pendidikan, dan wisata alam;
b. Ketentuan pelarangan kegiatan selain yang dimaksud pada poin a.
c. Pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang kegiatan pada poin a.
d. Ketentuan pelarangan pendirian bangunan selain untuk tujuan diatas.
b. Ketentuan pelarangan terhadap penanaman flora dan pelepasan satwa yang bukan
merupakan flora dan satwa endemik kawasan.

Pada rencana tata ruang wilayah Kabupaten Sumba Tengah (Pasal 45 ayat 2), posisi
kawasan Taman Nasional Manupeu Tanah Daru merupakan kawasan strategis dari sudut
pandang kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan. Dengan demikian,
keberadaannya perlu didukung pengembangannya dan dijamin kelestariannya.

26
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

Rencana Tata Ruang Wilayah Tingkat Kabupaten Sumba Barat


Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Tingkat Kabupaten Sumba Barat sesuai
dengan Perda No. 1 Tahun 2012, tujuan penataan ruang Kabupaten Sumba Barat adalah
mewujudkan ruang wilayah sebagai sentra komoditas pertanian yang berdaya saing
didukung oleh agroindustri dan ekowisata yang berwawasan lingkungan hidup dan
berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat. Pemantapan fungsi lindung dan
mendukung program pembangunan berkelanjutan.
a. Pengembangan kawasan budidaya.
b. Pengembangan, pelestarian dan perlindungan kawasan pesisir.

Secara umum, fokus pembangunan prioritas Kabupaten Sumba Barat adalah


pembangunan sektor pertanian, perikanan, agroindustri dan pemantapan fungsi lindung.
Strategi penataan ruang khusus pada prioritas pemantapan fungsi lindung dalam penataan
ruang kawasan Sumba Barat dalam pembangunan sistem jaringan prasaran energi adalah
pengembangan pengembangan energi listrik non BBM. Dukungan kemandirian energi di
Kabupaten Sumba Barat adalah pemanfaatan sumber energi air terjun Lapopu sebagai
pengembangan sumber energi listrik tenaga air. Hal ini merupakan kontribusi positif Taman
Nasional Matalawa dalam pemanfaatan sumber daya alam dan ekosistemnya dalam
pemenuhan kebutuhan energi listrik di Kabupaten Sumba Barat dan Sumba Tengah secara
lestari dan berkelanjutan.
Rencana pola ruang Kabupaten Sumba Barat terdiri dari rencana kawasan lindung
dan rencana kawasan budidaya. Penataan ruang kawasan lindung berupa kawasan
pelestarian alam adalah kawasan Taman Nasional Matalawa yang secara administratif,
berbatasan dengan Kecamatan Kota Waikabubak, Kecamatan Loli dan Kecamatan
Wanukaka.

B. Kondisi Saat ini


1. Kekhasan dan keunikan Ekosistem Hutan dan lansekap Savana
Kawasan Taman Nasional Matalawa memiliki semua tipe hutan alami mulai dari
pesisir (hutan mangrove dan hutan pantai) hingga hamparan hutan musim atau tropika
kering, hutan semi awet hijau di daerah dataran rendah dan savanna. Tipe ekosistem
dominan adalah hutan musim atau hutan tropika kering dengan iklim sangat kering,
merupakan tempat konsentrasi beberapa burung khas Sumba yang tidak dijumpai di
tempat lain (Wibawanto, 2011). Berdasarkan interpretasi citra landsat tahun 2000, secara
umum kawasan Matalawa dibagi menjadi 8 tipe habitat alami berdasarkan klasifikasi

27
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

tutupan lahan yaitu : hutan primer, hutan sekunder tinggi, hutan sekunder muda, hutan
campuran/terpencar, hutan pantai, alang-alang/semak/padang rumput, dan mangrove.
Ekspedisi bioresource LIPI 2016 mengungkapkan bahwa bagian dari tutupan hutan
itu diantaranya adalah ekosistem yang khas Sumba yaitu hutan kerdil tropika (tropical elfin
forest) dan hutan gugur daun Sumba (Sumba deciduous forest) yang hanya ditemukan di
Kawasan Matalawa. Tipe ekosistem elfin hanya ditemukan di beberapa tempat di Indonesia.
Sedangkan ekosistem hutan musim (monsoon forest) dengan guguran daun yang lebar
dari banyak jenis tumbuhan yang hidup di tanah yang relatif miskin hara adalah sangat
unik dan tidak ditemukan di tempat lain di Indonesia. Salah satu kesimpulan dari penelitian
LIPI tersebut adalah Sumba sebagai pulau samudera tua (ancient oceanic island) dan
sepanjang sejarah geologinya telah menjadi semacam suaka (refuge/sanctuary) bagi
sebagian flora asli dari bagian selatan Pangaea atau setidaknya Gondwana.
Saat ini dalam kawasan Taman Nasional Matalawa sudah diketahui lebih dari 375
jenis flora dan diperkirakan tidak kurang dari 40% diantaranya merupakan tumbuhan
tingkat tinggi atau pohon berkayu yang khas ekosistem tersebut. Sebanyak 90 jenis sudah
teridentifikasi dan terdeskripsi sebagai tumbuhan berkhasiat obat. Adapun untuk jenis epifit
yang baru teridentifikasi sebanyak 70 jenis, 25% diantaranya adalah anggrek yang
berpotensi sebagai tanaman hias. Kusuma et al (2016) menemukan empat jenis dari
Podocarcaceae yang menjadi salah satu indikator tingginya keanekaragaman jenis flora di
Kawawan Taman Nasional Matalawa.
Pada beberapa lokasi terlihat hutan yang mulai tumbuh secara alami. Biji-bijian yang
tersimpan sebagai seed bank mulai bertunas dan tumbuh menjadi anakan yang menambah
lebar tutupan hutan dan bahkan mulai menjadi koridor antar hutan yang terfragmentasi.
Akan tetapi pada banyak lokasi, proses pertumbuhan hutan tersebut terhenti yang
disebabkan oleh gangguan kebakaran lahan. Kusuma et al (2016) merekomendasikan
kegiatan restorasi dan pengkayaan jenis dengan tumbuhan jenis lokal untuk membantu
proses suksesi sekunder.
Padang savana di kawasan Taman Nasional Matalawa terdiri atas dua tipe, yaitu
savana derivatif dan savana klimaks iklim. Savana derivatif yaitu savana yang terbentuk
karena proses konversi lahan hutan. Oleh karena itu, savana tipe ini bisa terdapat di daerah
beriklim basah. Sedangkan savana klimaks iklim adalah savana yang terjadi secara alami,
yaitu savana klimaks iklim. Savana tersebut merupakan habitat alami bagi jenis mamalia
yang dilindungi seperti Rusa timor maupun avifauna yang endemik seperti Gemak Sumba.
Namun hasil penelitian Sumadijaya dan Sianturi (2016) mengungkapkan bahwa savana
yang alami tersebut sudah terdesak oleh merebaknya tai kabala (Chromolaena odorata).

28
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

Kondisi demikian menyebabkan berkurangnya habitat alami fauna-fauna Sumba tersebut.


Terlebih lagi bahwa alang-alang (Imperata cylindrical) secara tradisional merupakan bahan
atap rumah adat Sumba.

2. Kekhasan dan keunikan Karst dan Hidrologi


Pulau Sumba terbentuk dari teras terumbu karang yang terungkit satu juta tahun
yang lalu, dengan kecepatan 0,5 mm/tahun (Monk et al, 2000). Formasi batuan penyusun
daratan bertumpuk-tumpuk (Efendi et al, 1994) dimana lapisan batuan kapur berada pada
lapiran paling atas (Abdullah et al, 2000). Ekosistem karst di Kawasan Matalawa – Sumba
memiliki gua-gua dengan beragam dimensi dan struktur, serta beragam galeri, bahkan
banyak diantaranya dialiri sungai-sungai di bawah permukaan tanah. Desain ekosistem
yang sedemikian sempurnanya, berperan sangat penting dalam mengatur ketersediaan air
(Irawan dan Rahadi, 2016).
Hutan tropis yang tersisa di kawasan Matalawa, disisi lain, juga memberikan
pengaruh yang cukup besar bagi siklus hidrologi di Pulau Sumba. Vegetasi pohon pada
ekosistem karst memberikan beberapa keuntungan secara hidrologis, salah satunya adalah
menunjang terbentuknya lubang pori pada permukaan tanah. Sebaliknya, kerusakan
tutupan vegetasi hutan pada hamparan karst dapat memberikan dampak negatif yakni
berkurangnya ketersediaan dan kualitas air tanah, serta menimbulkan bencana susulan
seperti erosi, kelangkaan air, banjir, pergerakan batuan hingga kekeringan (Tuyet, 2001).
Sayangnya ekosistem karst yang unik ini sifatnya rentan dan relatif tidak dapat dipulihkan
jika mengalami kerusakan.
Ekosistem karst yang menutupi sebagian Kawasan Taman Nasional Matalawa
merupakan salah satu bagian dari sistem hidrologi yang penting di Sumba. Saat ini
pengelola mempunyai data yang cukup lengkap mengenai 129 gua yang ada di kawasan
Matalawa dengan rincian 54 gua di kawasan Manupeu Tanah Daru dan 75 gua di kawasan
Laiwangi Wanggameti. Masih terdapat kemungkinan ditemukannya gua-gua yang baru.
Namun sebaiknya pengelola fokus kepada belasan gua yang direkomendasikan oleh
Acyntiacunyata Speleological Club (ASC) dan Ritsumeikan University of Japan sebagai
potensi objek wisata minat khusus.

3. Spesies Bernilai Penting


Secara umum kombinasi berbagai ekosistem di Taman Nasional Matalawa
mengandung jenis-jenis flora dan fauna yang memegang peranan penting karena
keberadaannya mendukung hampir semua komponen hayati yang ada di dalam habitat
atau ekosistem tersebut. Jenis-jenis dari marga Ficus sp yang jumlahnya mencapai 18 jenis

29
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

merupakan salah satu spesies kunci ekosistem hutan karena merupakan pakan utama
berbagai jenis fauna yang mendiami ekosistem tersebut baik mamalia seperti monyet ekor-
panjang, maupun avifauna seperti julang sumba. Selain keluarga ficus, terdapat jenis-jenis
lain yang penting karena berperan sebagai pohon sarang, pohon tengger, pohon pakan,
pohon tahan api dan pohon adat yang sudah mulai langka. Jenis-jenis tersebut diantaranya
: Mara (Tetrameles nudiflora), Kahambi omang (Pometia tomentosa), Kadoru (Palaquium
obovatum), Kihi (Canarium sp), Halai (Alstonia spectabilis), Cimung/Nggay (Tetrameles
nudiflora), Ulukataka (Aglaia sp) dan Mayela (Trophis phillipinensis).
Jenis kunci (key species) untuk satwa adalah burung-burung terutama burung
endemik Sumba yang dilindungi dan mengalami kerawanan yaitu Julang Sumba (Rhyticeros
everetti) dan Kakatua Sumba (Cacatua sulphurea citrinocistata). Kedua flag species
tersebut sangat terkait dengan kelestarian hutan dan kehidupan adat masyarakat Sumba.
Burung-burung lain yang endemik Sumba yaitu : Burungmadu Sumba, Cabai Sumba,
Myzomela Sumba, Gemak Sumba, Punai Sumba, Walik Rawamanu, Sikatan Sumba, Sikatan
Coklat Sumba, Pungguk Sumba, Pungguk Wengi dan Julang Sumba. Selain burung, ada
jenis mamalia dilindungi yang menjadi spesies kunci yaitu Rusa timor (Cervus timorensis).

4. Pemanfaatan Tradisional
Sampai saat ini sebagian besar masyarakat Sumba yang berada di pedesaan
terutama yang di sekitar hutan, masih bergantung pada ketersediaan sumber daya alam
yang ada di dalam kawasan Matalawa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Berdasarkan
telaah pengecekan lapangan diketahui terdapat 4 (empat) lokasi di Kawasan Manupeu
Tanah Daru yang menjadi area pemanfaatan tradisional yaitu blok hutan Maradesa Selatan,
blok hutan Kambata Wundut, blok hutan Watumbelar dan blok hutan Umamanu. Jenis-jenis
hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang dimanfaatkan oleh masyarakat di lokasi tersebut
meliputi: pisang, bambu, nangka, sirih, kopi, kemiri, pinang, tali hutan, kunyit, kelapa,
asam, dan rotan.
Sedangkan untuk kawasan Laiwangi Wanggameti terdapat satu lokasi pemanfaatan
tradisional yaitu di blok hutan Laitaku. Adapun jenis-jenis hasil hutan yang dimanfaatkan
oleh masyarakat di wilayah ini terdiri dari : cengkeh, kemiri, pinang, kopi, jambu mete,
sirih, kelapa, pisang, kedondong, rambutan, sawo, mangga, delima, nangka, kapok/kapuk,
jeruk, jambu air, kakao, pete, dan bambu.
Pada tahun 2017, Balai Taman Nasional Matalawa sudah menyusun konsep
pemanfaatan tradisional dengan judul “Peran Forum Jamatada dalam mengawal
Pengelolaan Kolaboratif di Zona Tradisional Taman Nasional Matalawa” untuk menjadi arah

30
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

pelaksanaan dan pengembangan pemberdayaan masyarakat di zona tradisional.


Implementasi konsep pengembangan program kolaboratif tentunya memerlukan dukungan
multi pihak dan komitmen bersama baik dalam pelaksanaan maupun penganggaran
kegiatan sehingga Role Model melalui kolaborasi dengan Forum Jamatada dalam mengawal
pengelolaan kolaboratif di zona tradisional ini dapat terlaksana sesuai dengan tujuan,
sasaran dan hasil yang diharapkan bersama.

5. Ekowisata
Potensi wisata alam TN Matalawa mengalami peningkatan pesat seiring dengan
tingginya kebutuhan rekreasi dan kesadaran lingkungan. Data pengunjung baik dari
wisatawan nusantara maupun wisatawasan mancanegara menunjukkan fluktuasi yang
positip terhadap objek-objek wisata alam TN Matalawa terutama Air Terjun Lapopu dan Air
Terjun Matawangu. Perkembangan ini perlu didukung dengan peningkatan fasilitas sarana
dan prasarana objek wisata alam TN Matalawa yang memadai.Tren peningkatan kunjungan
wisata di TN Matalawa dalam 5 tahun terakhir disajikan pada gambar berikut :

Gambar 15. Tren peningkatan kunjungan wisata di TN Matalawa

6. Permasalahan Pengelolaan
Pengelola kawasan konservasi ditunjuk untuk mengendalikan ragam permasalahan
yang terjadi di kawasan yang dikelolanya. Adapun permasalahan-permasalahan yang
terjadi di dalam pengelolaan kawasan Taman Nasional Matalawa berasal dari faktor internal
pengelola dan faktor eksternal yang terdapat/terjadi di lapangan. Berikut adalah
permasalah dari faktor internal pengelola yang berasal dari pelaksana di tingkat lapangan
sampai dengan pengambil kebijakan di tingkat pusat:

31
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

A. Pengukuhan Kawasan Lambat


Kondisi ketidakjelasan pengukuhan kawasan Matalawa merupakan
permasalahan besar yang dihadapi pengelola pada saat ini. Permasalahan ini
terjadinya karena ketidaksesuaian regulasi luasan kawasan dengan luasan riil di
lapangan. Kesulitan yang timbul adalah terhambatnya pengambilan keputusan
dalam pengelolaan Taman Nasional Matalawa. Hal ini karena para pihak belum
sepenuhnya mengakui eksistensi kawasan Taman Nasional Matalawa, sehingga
timbul komplikasi kepentingan terhadap kawasan.
B. Kemantapan Kawasan Kurang
Faktor yang mempengaruhi kurangnya kemantapan kawasan adalah belum
terselesaikannya penataan tata ruang kawasan secara komprehensif, partisipatif
dan integratif dengan penetapan RTRW propinsi dan Kabupaten. Dalam kondisi ini,
para pihak belum sepenuhnya mengakui eksistensi kawasan. Beberapa hal yang
masih dalam tahap penuntasan adalah penyelesaian penetapan tata batas kawasan,
klaim lahan dan penetapan zonasi Kawasan Matalawa.
C. Sistem Database Dan Sistem Informasi Belum Optimal
Permasalahan database dan sistem informasi merupakan kendala
manajemen pengelolaan Balai Taman Nasional Matalawa. Hal ini karena database
dan informasi sebagai faktor pertimbangan pengambilan keputusan pengelolaan
kawasan, mekanisme pelayanan publik dan bekerjanya fungsi keberadaan Taman
Nasional Matalawa pada publik. Sistem informasi dapat dipergunakan sebagai akses
konsultasi publik, pengumpulan informasi aspirasi dan perpanjangan penyampaian
bentuk pengelolaan yang dilakukan.
D. Regulasi dan pemanfaatan SDA kurang
Permasalahan pemanfaatan sumber daya alam terbentur pada
ketidakjelasan regulasi dan aturan pemanfaatan. Investasi tanpa regulasi
merupakan spekulasi nihil usaha. Investor menilai bahwa prospek bisnis tergantung
pada kejelasan regulasi, baik menyangkut prasyarat, jaminan usaha, sistem profit
sharing dan dan permodalan. Kondisi Matalawa sebagai Taman Nasional yang relatif
baru pada saat ini sedang berbenah untuk memperoleh mekanisme dan bentuk
regulasi serta aturan usaha pemanfaatan sumber daya alam yang aplikatif dan
menguntungkan para pihak. Regulasi bersifat mengikat dan merinci kewenangan-
kewenangan dan hak-hak para pihak dalam mewujudkan pemanfaatan sumber
daya alam yang berkelanjutan.

32
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

E. Kurangnya pemahaman para pihak dan konflik kepentingan terhadap pengelolaan


Faktor kesepahaman sebagai salah satu modal pengelolaan Taman Nasional
Matalawa dalam mengelaborasi kepentingan para pihak. Kesepahaman para pihak
mutlak dibangun sebagai landasan pengelolaan kolaboratif. Pada kondisi saat ini,
pemahaman terkait pengelolaan taman nasional masih rendah sehingga
berimplikasi pada konflik kepentingan di kalangan stakeholder. Dampaknya adalah
muncul sikap-sikap masa bodoh/apatis, pragmatis, rendahnya partisipasi dan
bahkan sikap-sikap yang menghambat pengelolaan.

Permasalahan yang disebabkan oleh faktor eksternal kerap terjadi secara periodik
dan belum terlihat adanya tren penurunan yang signifikan. Berikut adalah ancaman dan
gangguan yang menjadi permasalahan pengelolaan sebagai berikut:
A. Ancaman dan Gangguan Fisik Kebakaran
Kebakaran timbul akibat pengaruh faktor manusia. Kebakaran merupakan
salah satu disturbance yang mempengaruhi dinamika kestabilan habitat. Kebakaran
dalam skala luas dan intensitas tinggi dapat merusak tatanan fungsi dan proses
ekologis ekosistem. Kondisi ini memperparah kerusakan habitat pada spesies
spesifik, antara lain kerusakan habitat gemak sumba (Turnix everetti), Rusa timor
(Cervus timorenses) dan hilangnya biodiversitas spesifik lainnya dalam skala besar.
B. Penggembalaan liar
Penggembalaan terjadi pada lokasi-lokasi padang savana dengan tutupan
rumput dan semak. Perilaku negatif penggembalaan adalah tindakan pembakaran
padang dan semak dengan tujuan untuk memperoleh pakan segar. Imbas
negatifnya berupa peningkatan frekuensi dan luasan kawasan terbakar yang besar.
Penggembalaan mempengaruhi perubahan kondisi dinamik habitat, kompetisi
pakan herbivora asli dan komplikasi mikro dan makro pada tataran habitat
disturbances (Chambel, N. A & Reece J.B, 2009). Pada kondisi saat ini,
penggembalaan belum tertata secara sistematis terkait dengan belum adanya kajian
potensi padang savanna yang luas, korelasi nilai tradisi/adat terhadap keberadaan
ternak, pengaturan kelompok peternak dan peluang pemanfaatan potensi savanna
untuk penggembalaan ternak tersebut.
C. Perambahan dan klaim lahan
Perambahan terjadi pada kawasan-kawasan hutan produktif untuk tujuan
pertanian terbatas dan musiman. Pola perambahan menyebar pada sisi-sisi kawasan
perbatasan hingga masuk pada lokasi yang lebih ke tengah pada kawasan.

33
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

Beberapa bentuk penggarapan perambahan diantaranya adalah kebun, ladang dan


sawah. Perambahan berdampak pada ketidaksesuaian fungsi kawasan sebagai
penyangga proses ekologis dan habitat satwa tertekan (disturbance area). Imbas
lebih lanjut berupa degradasi ekosistem dan perubahan landscape secara mikro dan
makro.
Dalam konteks kemantapan kawasan, bentuk perambahan merupakan wujud
tekanan kawasan dari dimensi pengakuan hak dan legalitas pangkuan kelola.
Perambahan secara eksplisit, tidak mengakui eksistensi kawasan sebagai satuan
kelola taman nasional secara utuh. Klaim tata batas sebagai sengketa agraria atas
status lahan kelola Taman Nasional Matalawa. Beberapa areal dalam kawasan yang
telah diklaim dengan adanya sertifikasi kepemilikan lahan, harus dikaji ulang dan
dirunut sejarah statusnya. Pada kondisi ditemukan penyimpangan dan klaim
kawasan, maka perlu diproses status legalitasnya berdasarkan dokumen-dokumen
legalitas lahan pada periode-periode sebelumnya.
Perambahan dan klaim lahan kawasan Taman Nasional Matalawa sebagai
bentuk ancaman terhadap keutuhan kawasan dan kelestarian sumber daya alam,
mengingat semakin berkurangnya luasan kawasan riil di lapangan. Kompleksitas
permasalahan muncul disebabkan oleh kondisi kesejahteraan masyarakat sekitar
kawasan yang rendah, minimnya variasi sumber mata pencaharian dan rendahnya
aplikasi sistem teknologi.
D. Ancaman Biodiversitas
Ancaman kelestarian biodiversitas ditunjukkan oleh perilaku-perilaku
eksploitasi illegal tanpa kontrol berupa perburuan satwa, pencurian/penebangan
kayu dan pencuarian hasil hutan non kayu. Perburuan memiliki korelasi antara
faktor produktifitas populasi - laju populasi, ukuran populasi stabil/lestari, stratifikasi
populasi dan kontrol populasi dalam sistem rantai makanan yang berpengaruh pada
penyimpangan kondisi dinamika populasi dan mengarah pada degradasi.
Penebangan/pencurian kayu sebagai salah satu disturbance ekosistem
berdampak pada peningkatan laju kerusakan habitat, hilangnya biodiversitas,
perubahan tata hidrologis dan perubahan fungsi-fungsi penting ekosistem.
Pencurian hasil hutan non kayu berimplikasi sebagai habitat disturbance dalam
bentuk loss potensial biomassa tertentu yang memungkinkan terjadinya
ketidakseimbangan sistem ekologis.

34
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

E. Penambangan illegal
Tekanan terhadap kawasan yang potensi meningkatkan laju degradasi tinggi
adalah penambangan bahan galian C, emas dan material turunannya. Tipe
penambangan ini secara eksploitatif mengangkut material, membongkar batuan
dan pengerukan dalam tonasi kecil - besar. Kerusakan lingkungan yang terjadi
sangat kompleks dan permanen. Beberapa dampak yang timbul antara lain adalah
kerusakan habitat, migrasi spesies, hilangnya biodiversitas tertentu, hilangnya
sistem tata hidrologis dan sistem ekologis penting lainnya. Ancaman penambangan
liar terjadi dalam skala personal, komunal dan pengusaha/perusahaan.
F. Ancaman dan gangguan lainnya (Pembuangan sampah dan bangunan liar)
Ancaman dan gangguan kawasan lainnya adalah perilaku pembungan sampah
dan pendirian bangunan liar dalam kawasan. Pembuangan sampah sebagian besar
dilakukan oleh pemakai jalan, pengusaha kecil - menengah dan pihak-pihak yang
tidak bertanggungjawab lainnya. Bangunan liar muncul pada area-area perambahan
dan area potensial lainnya terkait dengan pola penggunaan lahan oleh para pihak
secara ilegal.
G. Kawasan terfragmentasi
Permasalahan pengelolaan biodiversitas terkendala oleh fragmentasi habitat
kawasan oleh aktifitas jalur jalan dan enclave permukiman. Aksesibilitas tinggi oleh
jalur jalan berdampak pada keselamatan satwa, perubahan perilaku breeding, dan
ancaman populasi minimal untuk lestari. Fragmentasi habitat adalah permasalahan
kelestarian populasi dan habitat. Pengelolaan fragmentasi ditetapkan dengan
pengelolaan koridor dan habitat.
H. Enclave Kawasan
Enclave kawasan Taman Nasional Matalawa merupakan bentuk tekanan
dalam kawasan. Akses komunitas dalam kawasan sulit terkontrol dan berpotensi
destruktif pada kawasan. Persebaran dan migrasi spesies dalam kawasan terbatasi
oleh komunitas sehingga cenderung terkungkung dalam habitat yang semakin
menurun daya dukungnya oleh perkembangan populasi yang tinggi.
Enclave turut berperan dalam introduksi spesies asing sehingga mengganggu
kestabilan ekosistem asli di dalamnya. Proses ini terjadi oleh masuk/dimasukkannya
spesies asing ke dalam enclave oleh komunitas. Perkembangan dan peledakan
populasi manusia dalam enclave merupakan tekan spesifik dalam kawasan. Kondisi
jumlah penduduk yang tinggi membutuhkan pemenuhan sumber daya dalam
keseharianya. Pada kondisi terbatasnya sumber pangan dan sumber daya lainnya

35
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

pada lahan komunitas, maka pemenuhan sumber daya akan diusahakan pada
kawasan Matalawa di luar lahan kelola komunitas. Dampaknya, kawasan mengalami
ekstraksi berlebihan dan mengancam kelestariannya.
I. Konflik kepentingan dan rendahnya koordinasi
Pengelolaan Taman Nasional Matalawa sarat dengan konflik kepentingan para
pihak yang menginginkan akses lebih besar terhadap sumber daya alam kawasan
Taman Nasional (Awang, 2002). Ego sektoral pada masing-masing pihak berimbas
pada kulminasi sengketa dan salah-kelola sumber daya alam Matalawa. Kondisi
konflik multipihak semakin kompleks ditambah oleh rendahnya koordinasi para
pihak. Pada pengelolaan masa depan, konflik dan koordinasi para pihak perlu
dirumuskan dalam wujud resolusi konflik para pihak, perumusan gerak dan kinerja
bersama.

C. Kondisi Yang Diinginkan


Pengelolaan jangka panjang TN Matalawa dijabarkan dalam matriks pengelolaan.
Garis besar proses pengelolaan dilakukan berdasarkan tahapan-tahapan, yaitu pemetaan
kondisi internal - eksternal pengelolaan, perencanaan pengelolaan, input, proses
pelaksanaan/ implementasi dan output yang ditargetkan. Pemetaan kondisi internal-
ekternal TN Matalawa meliputi gambaran potensi kawasan, permasalahan kelola, gangguan
dan ancaman, sarana-prasarana pendukung dan keterlibatan para pihak (stakeholders).
Pemetaan ini dilakukan dengan maksud untuk mengukur kapasitas pengelolaan yang
dimiliki dan sebagai dasar dalam perencanaan pengelolaan TN Matalawa.
Perencanaan pengelolaan dibagi dalam 2 bentuk berdasarkan jangka waktu kelola,
yaitu pengelolaan jangka panjang dan pengelolaan jangka pendek/tahunan. Instrumen
analisa yang dapat diterapkan dalam perumusan rencana pengelolaan TN Matalawa adalah
analisis SWOT. Penjabaran rencana kelola dijabarkan berdasarkan visi, misi dan tujuan
pengelolaan yang hendak dicapai. Sedangkan, untuk membatasi/memfokuskan arah kelola,
maka ditetapkan sasaran pengelolaan dan difokuskan pada aspek prioritas pengelolaan
yang dapat dilakukan. Sasaran merumuskan arah pengelolaan yang akan dituju dalam
menghasilkan capaian.
Perumusan terhadap visi, misi, tujuan dan sasaran pengelolaan dimaksudkan untuk
menghasilkan bentuk program/kegiatan yang dilakukan dan diproyeksikan memiliki
keluaran optimal. Dalam tahap pelaksanaan, dukungan input pengelolaan sangat
diperlukan dalam mempercepat proses pelaksanaan dan mengoptimalkan hasil capaian.
Disamping itu, strategi pengelolaan diterapkan dalam meningkatkan efektivitas

36
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

pelaksanaan program/kegiatan, baik dengan cara optimalisasi antara input dan output/hasil
capaian yang ditargetkan. Keberhasilan capaian dibuktikan dengan indikator dan instrumen
pembuktian yang ditetapkan yang dibagi dalam 3 komponen, yaitu keberhasilan capaian
tingkat output/keluaran, keberhasilan capaian tingkat sasaran dan keberhasilan capaian
tingkat tujuan pengelolaan.
Keluaran yang dihasilkan merupakan umpan balik terhadap proyeksi keberhasilan
pengelolaan yang diterapkan. Jika keluaran telah sesuai dengan tujuan dan sasaran
pengelolaan yang ditetapkan, maka pengelolaan dapat dikategorikan berhasil, akan tetapi
jika tidak tercapai kesinkronan/kesesuaian maka pengelolaan yang diterapkan dapat
dikategorikan belum berhasil. Pada konteks ini, pengelola harus melakukan evaluasi dan
proyeksi akhir terhadap keberhasilan pengelolaan yang diterapkan.
Perhatikan gambar matriks perencanaan pengelolaan TN Matalawa berikut ini.

37
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

Matriks rencana pengelolaan jangka panjang TN Matalawa.

Pemetaan kondisi Proses /


Perencanaan pengelolaan Input Output
eksternal internal Implementasi
RP jangka panjang
RP Jangka pendek SDM, Dana, Sarpras, Mitra,
Kebijakan, peraturan hukum,
Potensi kawasan Analisa SWOT pakar/praktisi, dukungan
pemda dan partisipasi lokal, dll
Permasalahan kelola
Ancaman /gangguan Visi
Keluaran yang
Sasaran
Sarpras pendukung Misi Program/kegiatan diharapkan
Stakeholder yang Aspek Prioritas
berkepentingan Tujuan Pengelolaan Pengelolaan

Strategi Indikator Capaian


Indikator Capaian Indikator Capaian
Pengelolaan
Instrumen
Instrumen Instrumen
Pembuktian
Pembuktian Pembuktian
Umpan balik / singkronisasi
ketercapaian tujuan dan sasaran

Evaluasi : telah sesuai antara keluaran dengan tujuan dan


sasaran yang direncanakan, maka dicapai : Keberhasilan

Gambar 16 Kerangka Pengelolaan di TN Matalawa

38
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

Matriks korelasi sasaran, program/kegiatan dan hasil yang diharapkan pada pengelolaan TN Matalawa.

Sasaran yang dituju Implementasi Hasil /Capaian yang diharapkan

1. Pengukuhan kawasan TN MATALAWA 1. Terwujudnya regulasi Zonasi yang implementatif


1. Kemantapan Kawasan 2. Penyusunan, Validasi dan Penetapan regulasi Zonasi 2. Terciptanya kemantapan kawasan dan
dan optima-lisasi fungsi 3. Pemantapan tata ruang kawasan TN MATALAWA (Zonasi, tata batas)
pengaturan tata ruang kawasan yang mampu
tata ruang kaw. TN 4. Penataan dan pengembangan pengelolaan berbasis resort
5. Pembinaan dan pemulihan habitat (ekosistem) mengakomodasi kepentingan pengelolaan Taman
MATALAWA 6. Pengendalian perambahan dan penggunaan lahan ilegal. Nasional TN MATALAWA,
2. Kemandirian 7. Pemantauan dan pengamanan kegiatan destruktif/ilegal 3. Terwujudnya pengelolaan TN MATALAWA berbasis
pengelolaan sbg inisiasi 8. Penyusunan strategi dan rencana aksi konservasi spesies kunci / penting resort
pengembangan TN TN MATALAWA:
4. Terkendalinya laju kerusakan ekosistem
MATALAWA 9. penggalian potensi, pengelolaan spesies kunci, monitoring populasi)
3. Kemantapan habitat, Aspek prioritas 10. pengelolaan bentukan landscape (potensi dan konservasi landscape) 5. Terciptanya kestabilan dan peningkatan populasi,
terjaganya biodiversitas, 11. Pengembangan konservasi genetik (identifikasi, pengembangan & habitat dan ekosistem serta mendukung
pengelolaan berfungsinya proses-proses ekologis sebagai
kelestarian spesies budidaya)
endemik langka & 12. Pengamanan dan perlindungan kawasan dari bentuk gangguan/ancaman penyangga kehidupan.
terancam punah. (patroli, 6. Terbangunnya bentuk pengembangan budidaya
4. Terciptanya Kestabilan 1. Pemantapan 13. penegakan hukum, peningkatan profesionalisme, kesadaran hukum dan usaha Bernuansa Konservasi Dalam Rangka
kawasan, kehutanan)
kawasan, kondisi Perbaikan Genetik, plasma nutfah dan Pemulihan
14. Perlindungan kawasan dari serangan hama dan penyakit
kondusif perlindungan 2. Penyusunan 15. Pengelolaan Dampak Lingkungan (kajian, penyadaran & penegakan Populasi potensial dan endemik (gaharu, cendana
kawasan & minimnya rencana hukum lingkungan dll)
gangguan & ancaman pengelolaan, 16. Koordinasi dan penerapan mekanisme pengendalian dan pengamanan 7. Terciptanya pengamanan dan keutuhan kawasan
kawasan dalam berbagai 17. Pembentukan mekanisme pengendalian kebakaran dari segala bentuk gangguan dan ancaman dalam
bentuk. 3. Pengelolaan 18. Peningkatan SDM profesional pengendalian kebakaran mewujudkan perlindungan sumber daya alam
5. Peningkatan usaha Potensi Kawasan, 19. Penerapan teknik Pengendalian dan penanggulangan kebakaran
8. Terbangunnya sistem pengendalian kebakaran
PJLWA & Opti-malisasi- 4. Perlindungan Dan 20. Pengelolaan objek wisata alam TN MATALAWA
21. Peningkatan promosi, pelayanan dan pusat informasi ekowisata di TN sebagai
nya secara berkelanjutan Pengamanan
MATALAWA Output / bentuk mitigasi potensi bencana kebakaran
6. Pemberdayan Hutan, Program
masyarakat yang 22. Pengelolaan potensi dan produk jasa lingkungan TN MATALAWA 9. Berkembangnya ekotourisme yang bermanfaat
5. Pengelolaan 23. Penyusunan master plan pemberdayaan TN MATALAWA keluaran berkelanjutan terhadap konservasi dan
berkeadilan guna /
Penelitian Dan 24. Penguatan kapasitas kelembagaan lokal keluaran kesejahetraan masyarakat lokal
mewujudkan kegiatan 25. Program peningkatan ekonomi dan MDK
kesejahteraan. Pendidikan, 10. Berkembangnya usaha pemanfaatan jasa
26. Pengelolaan sistem data base dan sistem informasi pengelolaan TN lingkungan yang mendukung konservasi SDA di
7. Terbangunnya database 6. Pemantauan MATALAWA TN MATALAWA
& sistem informasi Dampak Penting, 27. Pengembangan program promosi yang mengakomodasi kepentingan public 11. Terbangunnya sistem data base yang yang
manajemen TN 28. Pengembangan informasi pelayanan publik mengakomodasi pengumpulan dan penyajian
MATALAWA 7. Pengembangan 29. Penyusunan, dan penetapan protokol kemitraan di TN MATALAWA data dan informasi secara sistematis, lengkap dan
8. Peningkatan daya jual, Koordinasi, 30. Pengembangan kerjasama/kemitraan multipihak dalam pengelolaan TN
terkini.
posisi tawar TN Pemberdayaan MATALAWA
31. Pengembangan kemitraan multipihak dalam investasi terhadap 12. Terciptanya brand image TN MATALAWA yang
MATALAWA dlm sektor Masyarakat
pengelolaan TN MATALAWA spesifik
pembangunan nasional Penyangga, 32. Penyusunan, Validasi & penetapan protokol penelitian dan pendidikan 13. Pengembangan dan penerapan manegemen
9. Terbangunnya sistem
8. SDM dan Sarana- publik TN MATALAWA kolaboratif
data berbasis penelitian 33. Pengembangan jaringan penelitian dan pendidikan publik
utk pendidikan publik& Prasarana, 14. Peningkatan investasi kemitraan dalam
34. Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan konservasi, penelitian dan
pengembangan IPTEK 9. Monitoring Dan IPTEK pengelolaan TN MATALAWA
konservasi. Evaluasi 35. Pembentukan dan pengembangan pelayanan riset mandiri dan kolaboratif 15. Terbangunnya Regulasi penelitian dan pendidikan
10. Terbangunnya 36. Pembangunan kelembagaan dan mekanisme penggalangan dana publik di TN MATALAWA
mekanisme kolaborasi pengelolaan TN MATALAWA 16. Terbangunnya wadah dan budaya belajar dan riset
pengelolaan 37. Penerapan mekanisme anggaran berbasis kinerja.
di TN MATALAWA Terwujudnya lembaga swadana
11. Peningkatan kapasitas 38. Pengembangan mekanisme pengelolaan dana publik pengelolaan TN
MATALAWA yg akuntabel 39 TN MATALAWA
pengelolaan TN
MATALAWA
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

Analisis SWOT
Analisa SWOT merupakan analisa yang menekankan gambaran dan proyeksi kondisi
internal - eksternal pengelolaan yang berkaitan pada aspek kekuatan (Strength),
kelemahan/kendala (Weakness), peluang (Opportunities) dan tantangan/ancaman
(Threaten). Kondisi internal pengelolaan dibagi dalam dua aspek, yaitu kekuatan dan
kelemahan/kendala, sedangkan kondisi eksternal pengelolaan dibagi dalam dua aspek yaitu
peluang dan tantangan/ancaman. Kekutan merupakan potensi kondisi internal pengelolaan
yang menjadi daya pengelolaan. Kelemahan merupakan permasalahan kondisi internal
yang dihadapi sehingga perlu penanganan tindak lanjut. Peluang merupakan faktor
eksternal yang merujuk pada aspek-aspek ideal yang dapat dicapai dalam pengelolaan.
Tantangan/ancaman sebagai faktor eksternal yang berpengaruh pada kemunduran atau
penghambat pengelolaan.
Pengelolaan merumuskan strategi pengembangan terhadap aspek-aspek tersebut.
Kekuatan pengelolaan diterapkan untuk membangun strategi dalam memanfaatkan/
mewujudkan tercapainya peluang pengelolaan yang optimal dan mengatasi
tantangan/ancaman yang berkembang. Strategi pengelolaan terhadap kelemahan/kendala
diterapkan dengan pemanfaatan peluang yang ada sehingga tingkat kelemahan/kendala
dapat diminimalisasi. Pada konteks ini, tingkat kelemahan/kendala harus diperkecil dengan
mengatasi tantangan/ancaman yang berkembang.

Hasil analisa SWOT dapat dijabarkan sebagai berikut:


Kekuatan
Kekuatan pokok dalam pengelolaan MATALAWA meliputi beberapa hal sebagai berikut:
1. Penetapan kawasan MATALAWA oleh Menteri Kehutanan RI dengan SK Menhut Nomor
SK.576/ Kpts-II/1998 tanggal 3 Agustus 1998.
2. Peraturan perundangan yang mendukung pengelolaan MATALAWA (UU no.41/1999,
UU no. 5/1990, dll).
3. Sumber daya manusia di MATALAWA relatif mencukupi.
4. Kelembagaan Balai MATALAWA telah terwujud, disamping itu adanya dukungan sarana
prasarana dan pendanaan yang relatif memadai
5. Potensi sumber daya alam untuk keperuntukan wisata, penelitian, pendidikan dll,
tersedia melimpah.
6. Kawasan hutan MATALAWA merupakan habitat terakhir satwa endemik P. Sumba
(khususnya burung) dan merupakan kawasan yang masih memiliki tutupan hutan
primer di P. Sumba.
7. Potensi sumber energi MATALAWA dan penunjang budidaya melimpah.

40
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

Kelemahan/Kendala
Kelemahan/kendala dalam pengelolaan MATALAWA meliputi beberapa hal, yaitu:
1. Proses pengukuhan kawasan lambat.
2. Kemantapan kawasan kurang
3. Sistem data base dan sistem informasi kurang memadai
4. Regulasi dan pemanfaatan SDA MATALAWA kurang
5. Promosi potensi MATALAWA kurang
6. Kurangnya pemahaman para pihak terhadap pengelolaan MATALAWA

Peluang
Peluang yang dapat dicapai dalam pengelolaan MATALAWA meliputi:
1. Potensi pemanfaatan sumber daya alam tinggi, baik untuk pendidikan, penelitian,
wisata, budaya dan penunjang budidaya.
2. Kemantapan habitat satwa endemik Pulau Sumba.
3. Kemitraan dan peran serta masyarakat dalam pengelolaan MATALAWA
4. Peningkatan kesejahteraan masyarakat pada kawasan desa penyangga
5. Terwujudnya kemandirian energi dengan pemanfaatan potensi energi terbarukan dari
sumber daya alam kawasan MATALAWA.
6. Ketergantungan terhadap sumber daya alam kawasan tinggi
7. Brand dan Pusat destinasi wisata alam khususnya burung endemik.
8. Kemandirian pengelolaan MATALAWA

Tantangan/ancaman
Tantangan/ancaman dalam pengelolaan MATALAWA meliputi beberapa hal, yaitu:
1. Ancaman gangguan fisik kebakaran, penggembalaan
2. Perambahan dan klaim kawasan
3. Ancaman pencurian biodiversitas dan Penambangan ilegal
4. Kawasan terfragmentasi
5. Ancaman enclave kawasan
6. Brand image MATALAWA kurang
7. Konflik kepentingan dan rendahnya koordinasi

Strategi memakai Kekuatan untuk memanfaatkan peluang


Penerapan strategi dalam menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang dapat
dirumuskan dengan bentuk program/kegiatan sebagai berikut.
1. Penyusunan dan validasi regulasi dalam Pemantaban kawawan
2. Rancang bangun zonasi kawasan
3. Pemantapan tata ruang kawasan MATALAWA
4. Penataan dan pengembangan pengelolaan berbasis resort
5. Pembinaan dan pemulihan habitat
6. Perencanaan dan aksi konservasi spesies kunci
7. Pengelolaan potensi landscape
8. Pengembangan budidaya dalam konservasi genetik
9. Pengembangan ekowisata
10. Peningkatan pemanfaatan jasa lingkungan
11. Peningkatan kajian, penelitian dan pendidikan konservasi
12. Membangun mekanisme swadana

41
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

Strategi Menanggulangi Kelemahan/Kendala Dengan Memanfaatkan Peluang


Strategi dalam menanggulangi kelemahan/kendala dengan pemanfaatan peluang dapat
dilakukan dengan beberapa hal sebagai berikut:
1. Rekonstruksi dan rekoordinasi tata batas kawasan
2. Implementasi dan Pengelolaan sistem data dan informasi terintegrasi.
3. Membangun pola kerjasama pemanfaatan jasa lingkungan
4. Penerapan program pemberdayaan sosial
5. Pembentukan MDK dan kader konservasi
6. Membangun program kolaborasi
Strategi Memakai Kekuatan Untuk Mengatasi Tantangan/Ancaman
Strategi menggunakan kekuatan untuk mengatasi tantangan/ancaman dapat dilakukan
dengan be berapa hal sebagai berikut:
1. Membangun sistem pengendalian kebakaran
2. Perlindungan kawasan hutan terpadu
3. Pengendalian perambahan/penggunaan lahan ilegal.
4. Perlindungan habitat dari serangan introduksi
5. Pengelolaan dampak lingkungan
6. Membangun pola kemitraan dan jaringan

Strategi Memperkecil Kelemahan Dan Mengatasi Tantangan/Ancaman


Strategi memperkecil kelemahan dalam mengatasi tantangan/ancaman dapat dilakukan
dengan beberapa hal sebagai berikut:
1. Sinkronisasi kegiatan dan program pengelolaan kawasan
2. Koordinasi dan komunikasi para pihak
3. Membangun brand dan promosi

42
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

Tabel. 5. Analisa SWOT

Kekuatan Kelemahan/kendala
1. Penetapan kawasan Matalawa oleh Menteri Kehutanan RI dengan SK 1. Proses pengukuhan kawasan lambat.
Faktor Internal Menhut Nomor SK.576/ Kpts-II/1998 tanggal 3 Agustus 1998. 2. Kemantapan kawasan kurang
2. Peraturan perundangan yang mendukung pengelolaan MATALAWA 3. Sistem data base
(UU no.41/1999, UU no. 5/1990, dll). dan sistem informasi
3. Sumber daya manusia di MATALAWA relatif mencukupi. kurang memadai
4. Kelembagaan Balai MATALAWA telah terwujud, disamping itu 4. Regulasi dan
adanya dukungan sarana prasarana dan pendanaan yang relatif pemanfaatan SDA
memadai MATALAWA kurang
5. Potensi sumber daya alam untuk keperuntukan wisata, penelitian, 5. Kurangnya pemahaman para
Faktor Eksternal pendidikan dll, tersedia melimpah.
6. Kawasan hutan MATALAWA merupakan habitat terakhir satwa
pihak terhadap
pengelolaan MATALAWA
endemic P. Sumba (khususnya burung) dan merupakan kawasan yang
masih memiliki tutupan hutan primer di P. Sumba.
7. Potensi sumber energi MATALAWA dan penunjang budidaya melimpah
Strategi memakai Kekuatan untuk memanfaatkan peluang: Strategi Menanggulangi Kendala/
Peluang 1. Penyusunan dan validasi regulasi dalam Pemantaban kawawan Kelemahan Dengan Memanfaatkan
1. Potensi pemanfaatan sumber daya alam tinggi, baik untuk 2. Rancang bangun zonasi kawasan Peluang
pendidikan, penelitian, wisata, budaya dan penunjang budidaya. 3. Pemantapan tata ruang kawasan MATALAWA 1. Rekonstruksi dan rekoordinasi tata
2. Kemantapan habitat satwa endemik Pulau Sumba. 4. Penataan dan pengembangan pengelolaan berbasis resort batas kawasan
3. Kemitraan dan peran serta masyarakat dalam pengelolaan 5. Pembinaan dan pemulihan habitat 2. Implementasi dan Pengelolaan
MATALAWA 6. Perencanaan dan aksi konservasi spesies kunci sistem data dan informasi
4. Peningkatan kesejahteraan masyarakat pada kawasan desa 7. Pengelolaan potensi landscape terintegrasi.
penyangga 8. Pengembangan budidaya dalam konservasi genetik 3. Membangun pola kerjasama
5. Terwujudnya kemandirian energi dengan pemanfaatan potensi 9. Pengembangan ekowisata pemanfaatan jasa lingkungan
energi terbarukan dari sumber daya alam kawasan MATALAWA. 10. Peningkatan pemanfaatan jasa lingkungan 4. Penerapan program pemberdayaan
6. Ketergantungan terhadap sumber daya alam kawasan tinggi 11. Peningkatan kajian, penelitian dan pendidikan konservasi sosial
7. Brand dan Pusat destinasi wisata alam khususnya burung 12. Membangun mekanisme swadana 5. Pembentukan MDK dan kader
endemik. konservasi
8. Kemandirian pengelolaan MATALAWA 6. Membangun program kolaborasi

Tantangan/ancaman Strategi Memakai Kekuatan Untuk Mengatasi Tantangan/Ancaman Strategi Memperkecil Kelemahan Dan
1. Ancaman gangguan fisik kebakaran, 1. Membangun sistem pengendalian kebakaran Mengatasi Tantangan/Ancaman
penggembalaan 2. Perlindungan kawasan hutan terpadu 1. Sinkronisasi kegiatan dan program
2. Perambahan dan klaim kawasan 3. Pengendalian perambahan/penggunaan lahan ilegal. pengelolaan kawasan
3. Ancaman pencurian biodiversitas dan Penambangan ilegal 4. Perlindungan habitat dari serangan introduksi 2. Koordinasi dan komunikasi para
4. Kawasan terfragmentasi dan penurunan daya dukung 5. Pengelolaan dampak lingkungan pihak
habitat 6. Membangun pola kemitraan dan jaringan 3. Membangun brand dan promosi
5. Dampak lingkungan
6. Ancaman enclave kawasan
7. Brand image MATALAWA kurang
8. Konflik kepentingan dan rendahnya koordinasi.

43
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

Analisa kondisi internal - eksternal memperhitungkan kapasitas kemampuan


pengelolaan sebagai instrumen penentuan strategi/langkah optimum yang dapat
diterapkan. Dalam kerangka SWOT, strategi tersebut diambil sebagai langkah mencapai
tujuan pengelolaan yang diharapkan. Dengan demikian, pengelola dapat mengembangkan
dan mengimplementasikan metode/teknik penyelesaian permasalahan pengelolaan dan
mewujudkan capaian yang ditargetkan.
Pengelolaan TN Matalawa saat ini dan yang akan datang harus memperhatikan
dinamika dan kondisi terkini yang berkembang di dalam maupun di luar kawasan TN
Matalawa, baik skala lokal, regional, nasional dan internasional. Perkembangan tersebut
harus diantisipasi dalam perencanaan pengelolaan TN Matalawa yang solutif, efektif dan
tepat sasaran. Perkembangan dinamika dan kondisi internal - eksternal dalam pengelolaan
TN Matalawa yang harus diantisipasi dalam penyusunan rencana pengelolaan TN Matalawa
meliputi berbagai hal sebagai berikut:
1. Pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi di sekitar kawasan TN Matalawa sehingga
berdampak pada kebutuhan sumber daya alam dalam kawasan TN Matalawa. Tingginya
kebutuhan tersebut harus dipenuhi secara swasembada sehingga tekanan terhadap
kawasan dapat ditekan. Antisipasi kondisi tersebut dapat ditekan dengan program-
program pemberdayaan TN Matalawa yang bertujuan membangun kemandirian
Masyarakat Desa Konservasi (MDK).
2. Ketergantungan sebagian masyarakat dalam pemanfaatan sumber daya alam dalam
kawasan TN Matalawa secara intensif perlu dibina dan diarahkan sesuai koriodor
peraturan perundangan yang berlaku. Pemanfaatan masyarakat yang dilakukan meliputi
pemanfaatan kemiri, pinang, kunyit, alang dan sumber daya lainnya. Arahan pengaturan
adalah penetapan lokasi sebagai zona tradisional. Dengan demikian, sifat ketergantungan
masyarakat tetap terjaga dalam koridor yang sah. Tindaklanjut pengaturan tersebut harus
didukung dengan regulasi pemanfaatan sesuai dengan tata ruang pengelolaan TN
Matalawa
3. Perkembangan kebijakan nasional dalam pembangunan daerah (otonomi daerah).
Kebijakan ini harus disikapi dengan komprehensif sehingga tingginya keinginan daerah
dalam eksploitasi sumber daya alam tidak berimplikasi terhadap kestabilan kawasan TN
Matalawa. Perbedaan sudut pandang pembangunan daerah berdampak pada kontra
produktif-nya pembangunan daerah dari bidang kehutanan ataupun bidang lainnya.
Kondisi ini perlu dicermati sehingga rencana pengelolaan harus mampu menyeimbangkan
kebutuhan pembangunan tata ruang daerah. Otonomi daerah berimplikasi terhadap

44
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

pemekaran wilayah, baik kabupaten, kecamatan dan desa. Dengan demikian, penyusunan
rencana pengelolaan harus mengakomodasi para pihak tersebut.
4. Kebutuhan energi di Pulau Sumba semakin tinggi sehingga berdampak pada krisis energi.
Kondisi ini perlu disikapi dengan pemanfaatan sumber energi alam yang ramah
lingkungan dari kawasan TN Matalawa. Pemanfaatan sumber air sebagai Pembangkit
Listrik Tenaga Minihidro (PLTMH) menjadi solusi utama permasalahan tersebut. Dengan
demikian, kontribusi dan dukungan eksistensi TN Matalawa menjadi prioritas utama.
5. Keberadaan spesies-spesies endemik dalam kawasan TN Matalawa semakin terancam.
Spesies-spesies tersebut masuk dalam kategori IUCN Appendiks II yang keberadaannya
terancam punah. Beberapa spesies tersebut merupakan ikon/simbol daerah sehingga
keberadaannya harus tetap dilestarikan. Dengan demikian, kesepahaman dan dukungan
para pihak dalam pelestarian spesies tersebut mutlak dilakukan.
6. Peningkatan pariwisata alam terhadap ODTWA TN Matalawa merupakan magnet
kunjungan wisata. Pada sisi lain, pemerintah daerah juga mengembangkan wisata alam
yang terdapat pada daerahnya. Kondisi ini harus disikapi dengan sinkronisasi
pengembangan wisata alam secara terpadu di Pulau Sumba. Dengan demikian, Pemda
dan TN Matalawa secara bersama-sama mengembangkan potensi dan destinasi ODTWA
di Pulau Sumba sesuai kewenangan masing-masing.
7. Paradigma pengembangan wisata alam di provinsi NTT adalah pengembangan sektor
pariwisata sebagai unggulan daerah. Kesesuaian paradigma tersebut dengan pengelolaan
TN Matalawa adalah peluang dan pengembangan minat pengusahaan pariwisata dalam
pengelolaan zona pemanfaatan taman nasional melalui ijin pemanfaatan pariwisata alam
(IPPA) di TN Matalawa.

45
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL
MATALAWA

RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

BAB II. VISI, MISI dan TUJUAN PENGELOLAAN


A. VISI
“Terwujudnya Kawasan Taman Nasional Matalawa sebagai Pusat
Konservasi Ekosistem Sumba yang Kolaboratif Partisipatif, Mantap, Tertib,
Lestari dan Wibawa”.
Dalam pengelolaannya, Taman Nasional Matalawa berpegang pada beberapa
prinsip diantaranya:
a. Kawasan TN Matalawa dikelola berdasarkan prinsip kolaboratif partisipatif yang
artinya pengelolaan melibatkan kerjasama berbagai pihak/stakeholder baik secara
langsung maupun tidak langsung. Selain itu para stakeholder juga berperan aktif di
dalam memberikan masukan agar pengelolaan kawasan menjadi lebih baik serta
memberikan manfaat secara luas yang berkontribusi secara langsung terhadap
kesejahteraan masyarakat
b. Kemantapan di dalam pengelolaan kawasan TN Matalawa artinya kondisi
pengelolaan harus stabil dimana kejelasan dan kepastian kawasan Taman Nasional
merupakan syarat mutlak sebagai pembatas kawasan, kepastian bentuk kelola dan
eksistensi kawasan kelola. Pembatas kawasan dimaksudkan sebagai barrier/tata
batas dengan kawasan masyarakat (non hutan) sehingga tidak muncul klaim
tenurial berdampak pada terbentuknya kawasan abu-abu dengan ketidakjelasn
pengelolaan. Oleh karena itu hal yang sangat utama untuk diwujudkan adalah
kawasan TN Matalawa yang mantap.
c. Pengelolaan TN Matalawa harus dilakukan secara tertib yang artinya pengelolaan
harus sesuai dengan aturan dan kaidah hukum yang berlaku, serta dilakukan oleh
SDM yang profesional. Tuntutan akuntabilitas ditunjukkan dengan mekanisme
pertanggungjawaban terhadap pengelolaan dana publik, artinya bahwa
penggunaan dana dapat dipertanggungjawabkan berdasarkan kebutuhan, laporan
penggunaan dan output yang dihasilkan. Hal ini didasarkan bahwa sumber
pendanaan TN Matalawa masih sepenuhnya berasal dari negara (APBN). Beberapa
wujud akuntabilitas adalah transparansi pendanaan publik.
d. Pengelolaan secara lestari artinya potensi biodiversitas atau keanekaragaman
sumber daya alam hayati dapat terjaga secara terus menerus dan
berkesinambungan. Dasar pembentukan TN Matalawa adalah SK Menhut Nomor
SK.576/Kpts-II/1998 dengan pertimbangan pelestarian spesies endemik dan langka
Pulau Sumba beserta ekosistem esensialnya dalam mendukung kelestarian
penyangga kehidupan. Spesies kunci beserta keaslian habitatnya, membangun
sebuah kestabilan biodiversitas Pulau Sumba. Status kelangkaan jenis-jenis ini
sebagai fokus pengelolaan utama. Dasar inilah yang melandasi dibentuknya Unit
Pelaksana Teknis lingkup Direktorat Jenderal KSDAE di Pulau Sumba yaitu Balai TN
Matalawa. Amanat dari penunjukan tersebut dan fakta bahwa kawasan Matalawa
adalah representasi ekosistem Sumba, merupakan alasan yang kuat bahwa Balai
TN Matalawa harus menjadi pusat konservasi ekosistem Sumba.
e. Prinsip pengelolaan Kawasan yang berwibawa adalah pengelolaan mandiri
ditunjukkan oleh bentuk manajemen yang berdaya saing tidak tidak diintervensi
oleh pihak lain.

46
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL
MATALAWA

RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

B. MISI
Dalam rangka medujudkan visi tersebut, ditetapkan misi TN Matalawa sebagai berikut:
1. Mendorong percepatan proses tata batas dan penetapan kawasan guna tercapainya
keutuhan kawasan TN Matalawa.
2. Mengoptimalkan peran masyarakat dalam rangka perlindungan serta pengawetan
Sumber Daya Alam dan Ekosistem TN Matalawa.
3. Meningkatkan kerjasama dengan para pihak dalam upaya pemanfaatan air, energi
air, dan wisata alam di Kawasan TN Matalawa.
4. Mewujudkan pengelolaan TN Matalawa yang akuntabel, efektif, efisien, akurat dan
terukur.
5. Menggali potensi Sumber Daya Alam dan Ekosistem dalam rangka konservasi
speses dan habitat burung endemik Sumba.
6. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia Balai TN Matalawa.

C. TUJUAN PENGOLAAN
“Memantapkan fungsi TN Matalawa sebagai pusat pelestarian
biodiversitas endemik dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat
secara berkelanjutan”
Indikasi tercapainya tujuan pengelolaan TN Matalawa dapat diwujudkan dalam
bentuk kondisi:
1. Mempertahankan kawasan taman nasional beserta keanekaragaman hayatinya.
2. Meningkatkan peran serta stakeholder dalam pengelolaan dengan memperhatikan
aspek gender.
3. Meningkatkan kerja sama pemanfaatan jasa lingkungan dan wisata alam.
4. Meningkatkan pengelolaan taman nasional (SDM, perencanaan dll).

D. SASARAN PENGELOLAAN
Berdasarkan Visi, Misi dan Tujuan pengelolaan TN Matalawa, dirumuskan sasaran
pengelolaan Balai Taman Nasional Manupeu Tanah Daru dan Laiwangi Wanggameti
tahun 2018 - 2027, sebagai berikut:
1. Kemantapan Kawasan dan optimalisasi fungsi tata ruang kawasan TN Matalawa
2. Terbangunnya mekanisme kolaborasi pengelolaan dan pendanaan TN Matalawa.
3. Pemberdayaan masyarakat dengan pelibatan gender.
4. Kemantapan habitat, terjaganya biodiversitas, kelestarian spesies endemik langka
dan terancam punah.
5. Terciptanya kawasan TN Matalawa yang stabil, kondusif dan minim gangguan dan
ancaman.
6. Meningkatnya kualitas data base dan sistem informasi manajemen TN Matalawa.
7. Meningkatnya daya jual dan posisi tawar TN Matalawa dalam sekor pembangunan
nasional.
8. Peningkatan kapasitas pengelola pengeloaan TN Matalawa.

47
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

BAB III. ZONASI

A. Zonasi Taman Nasional Matalawa


Kawasan hutan Kawasan hutan Manupeu Tanah Daru dan Kawasan Hutan Laiwangi
Wanggameti (Matalawa) merupakan kawasan hutan yang terpisah satu dengan
yang lainnya. Penggabungan pengelolaan kawasan konservasi ini didasari oleh
kesamaan tipe ekosistem dan efektivitas pengelolaan kawasan. Melihat hal tersebut,
melalui Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor:
P.7/Menlhk/Setjen/OTL.0/1/2016 tentang Organisasi Tata Kerja Unit Pelaksana
Teknis (UPT) Taman Nasional. Dan pada tanggal 29 Januari 2016 menjadi hari
bersejarah dalam pengelolaan kawasan konservasi di Pulau Sumba, dengan lahirnya
UPT Balai Taman Nasional Kawasan hutan Manupeu Tanah Daru dan Laiwangi
Wanggameti sebagai Pengelola kedua kawasan konservasi di Pulau Sumba.
Jauh sebelum penunjukan kedua kawasan konservasi ini National Conservation Plan
tahun 1982 telah melakukan kajian dan survey keanekaragaman hayati dipulau
Sumba, terutama pada kedua kawasan konservasi ini. Tingginya keanekaragaman
hayati dan merupakan cadangan biodiversitas Pulau Sumba terkandung
didalamnya, menjadi salah satu point rekomendasi bagi kedua kawasan konservasi
ini untuk ditingkatkan upaya perlindungan pelestarian dan pemanfaatannya secara
optimal.
Dalam hal pengelolaan kawasan konservasi, Taman Nasional memiliki kekhasan
dalam upaya pengelolaannya. Dalam Undang-undang disebutkan bahwa Taman
Nasional dikelola dengan sistem Zonasi, dengan adanya pelibatan multipihak mulai
dari masyarakat di dalam dan sekitar kawasan, lembaga swadaya masyarakat dan
unsur aparat pemerintahan di tingkat desa, kecamatan dan kabupaten serta para
pihak yang berkepentingan.
Dalam prosesnya perumusan zonasi mengacu pada data-data potensi sumber daya
alam penting, yaitu nilai strategis dan fungsi penting ekologis, kajian nilai sosial,
ekonomi, budaya dan religi masyarakat serta data-data pendukung efektivitas
pengelolaan Taman Nasional. Pedoman yang digunakan mengacu pada peraturan
perundangan yang berlaku, guna mengoptimalisasi kemantapan kawasan dalam
menjamin kelestarian biodiversitas penting beserta ekosistemnya. Pedoman
penyusunan Zonasi Taman Nasional didasarkan pada Peraturan Menteri Kehutanan
Nomor P.76/Menlhk-Setjen/2015 tanggal 16 Desember 2016 tentang Kriteria Zona
Pengelolaan Taman Nasional dan Blok Pengelolaan Cagar Alam, Suaka Margasatwa.
Tahura dan Wisata Alam.
Kedua kawasan konservasi di Pulau Sumba ini telah memiliki penetapan zonasi di
masing-masing wilayah kerjanya. Kawasan hutan Manupeu Tanah Daru telah
ditetapkan zonasinya melalui surat keputusan Direktur Jenderal KSDAE Kementerian
LHK Nomor: SK. 346/KSDAE-SET/2015 tanggal 31 Desember 2015. Sedangkan
Kawasan Hutan Laiwangi Wanggameti zonasi ditetapkan melalui surat keputusan
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Nomor: SK. 6009/MenLHK-
PKTL/KUH/PLA.2/11/2017 tanggal 7 November 2017.

48
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

Zona pengelolaan Taman Nasional merupakan upaya yang tersistematis dalam


rangka pengelolaan Kawasan konservasi melalui pembagian ruang-ruang
pengelolaan sesuai dengan tipologinya dan peruntukannya demi mewujudkan
efektivitas pengelolaan Kawasan hutan. Zona pengelolaan Taman Nasional
Matalawa telah ditetapkan pada masing-masing Kawasan hutan, yaitu Kawasan
Taman Nasional Manupeu Tanahdaru melalui Surat Keputusan Dirjen KSDAE
Nomor: SK. 346/KSDAE-SET/2015 tanggal 31 Desember 2015. Serta Kawasan
Taman Nasional Laiwangi Wanggameti melalui surat keputusan Dirjen PHKA Nomor:
SK. 246/IV-SET/2014 tanggal 10 Desember 2014.
Dalam proses pengelolaan Kawasan TN Matalawa telah terjadi banyak perubahan
yang bersifat dinamis sehingga arahan Zona Pengelolaan tahun 2010 yang disahkan
pada tahun 2014/2015 perlu disesuaikan dengan kondisi pengelolaan saat ini.
Beberapa perubahan yang menjadi landasan adalah telah dilakukan proses tata
batas partisipatif kawasan TN. Manupeu Tanah Daru, peningkatan pembangunan
strategis daerah, dinamika konflik, dan permasalahan pengelolaan lainnya pada
tingkat tapak. Selain itu gencarnya promosi dan publikasi potensi TN Matalawa pada
tahun 2017 dan 2018, memberikan dampak positif pada munculnya ketertarikan
para investor untuk berinvestasi mengelola potensi wisata tersebut sebagai peluang
usaha yang bisa mendongkrak keuntungan finansial dan perekonomian daerah.
Oleh karena itu, guna mengoptimalkan fungsi taman nasional dan mempermudah
pengelolaan taman nasional, maka Balai TN Matalawa pada tahun awal tahun 2018
telah melaksanakan evaluasi zona pengelolaan serta dilanjutkan dengan menyusun
revisi zona pengelolaan TN Matalawa. Dengan harapan mampu meningkatkan
efektivitas pengelolaan Kawasan yang partisipatif dan kolaboratif serta tetap
mempertahankan mandat pengelolaan Kawasan TN Matalawa.
Berdasarkan hasil evaluasi, pembagian zona pengelolaan TN Matalawa tidak
mengalami perubahan dari zona pengelolaan yang telah ditetapkan, yaitu terbagi
kedalam 7 (tujuh) zona pengelolaan. Diantaranya Zona Inti, Zona Rimba, Zona
Pemanfaatan, Zona Tradisional, Zona Khusus, Zona Rehabilitasi serta Zona Religi,
sejarah dan Budaya.

B. Luasan Zona Taman Nasional Matalawa


Adapun luasan masing-masing zona di kawasan hutan Manupeu Tanah Daru,
ditetapkan berdasarkan surat keputusan Direktur Jenderal KSDAE Kementerian LHK
Nomor: SK. 346/KSDAE-SET/2015 tanggal 31 Desember 2015. Sedangkan Kawasan
Hutan Laiwangi Wanggameti zonasi ditetapkan melalui surat keputusan Dirjen
PHKA, Nomor: SK. 246/IV-SET/2014 tanggal 10 Desember 2014. Berdasarkan
keputusan Direktur Jenderal KSDAE Nomor SK.53/KSDAE/SET/KSA.0/2/2020
tanggal 5 Februari 2020, luasan zonasi Taman Nasional Matalawa adalah sebagai
berikut:

49
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

Tabel. Luasan Zonasi Kawasan hutan Manupeu Tanah Daru


No. Zona Kode Eksisting Hasil Telaah
Luas (Ha) (%) Luas (Ha) (%)
1 Inti ZI 1,869.66 19.69 9,865.54 19.70
2 Rimba ZRi 34,253.81 68.33 31,001.67 63.90
3 Pemanfaatan ZP 768.331 1.53 2,228.01 4.45
4 Tradisional ZTr 993.532 1.86 1,661.61 3.22
5 Rehabilitasi Zre 3,623.45 7.23 3,748.25 7.48
6 Religi dan Budaya ZBS 601.459 1.20 559.72 1.12
7 Khusus ZKh 78.154 0.16 62.9 0.13
Total 50,128.38 100.00 50,077.30 100.00
Sumber: Revisi Zonasi Taman Nasional Manupeu Tanah Daru 2019
Tabel. Luasan Zonasi Kawasan Hutan Laiwangi Wanggameti
No. Zona Kode Eksisting Hasil Telaah
Luas (Ha) (%) Luas (Ha) (%)
1 Inti ZI 13,813 29.42 12,185.14 29.00
2 Rimba ZRi 25,839 55.03 22,269.66 53.01
3 Pemanfaatan ZP 836 1.78 1,107.43 2.64
4 Tradisional ZTr 4,522 9.63 3,410.25 8.12
5 Rehabilitasi Zre - 0.00 2,034.87 4.84
6 Religi dan Budaya ZBS - 0.00 0 0.00
7 Khusus ZKh 1,946 4.14 1,002.03 2.39
Total 46,956 100.00 42,009.39 100.00
Sumber: Revisi Zonasi Taman Nasional Manupeu Tanah Daru 2019

C. Deskripsi Zonasi Kawasan Hutan Manupeu Tanah Daru


1. Zona Inti
Berdasarkan Permenlhk Nomor P.76/Menlhk-Setjen/2015 tanggal 16 Desember
2016 tentang Kriteria Zona Pengelolaan Taman Nasional dan Blok Pengelolaan
Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam,
yang dimaksud Zona Inti adalah kawasan taman nasional yang mutlak dilindungi
dan tidak diperbolehkan adanya perubahan berupa mengurangi, menghilangkan
fungsi dan menambah jenis tumbuhan dan satwa lain yang tidak asli.
Dasar penunjukan Zona inti Kawasan Hutan Manupeu Tanah Daru adalah
perlindungan dan pelestarian keterwakilan ekosistem penting berupa ekosistem
padang sabana, hutan tropis kering, mangrove, perlindungan tata hidrologis
sistem DAS, habitat berbagai jenis burung yang dilindungi dan potensi
biodiversitas penting dan kunci Kawasan Hutan Manupeu Tanah Daru, yang
meliputi ukuran populasi, sebaran/distribusi dan habitat penting populasi.
Biodiversitas kunci dalam strategi konservasi Kawasan Hutan Manupeu Tanah
Daru terdiri dari jenis-jenis fauna, flora endemik dan habitat rentan/ terancam
punah di kawasan Kawasan Hutan Manupeu Tanah Daru khususnya jenis
Kakatua jambul jingga (Cacatua sulphurea Citrinocristata) dan Julang Sumba
(Aceros everetti).

50
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

Spesies kunci Kawasan Hutan Manupeu Tanah Daru yang menjadi prioritas
konservasi biodiversitas adalah jenis-jenis burung-burung endemik Pulau Sumba.
Pada kawasan Kawasan Hutan Manupeu Tanah Daru terdapat 171 jenis burung
dengan 8 jenis burung endemik spesies dan 23 jenis endemik sub spesies.
Delapan jenis endemik spesies meliputi Sesap Madu Sumba (Nectarinia
buettikoferi), Gemak/Puyuh Sumba (Turnix everetti), Punai Sumba (Treron
teysmanii), Walik Rawamanu (Ptilinopus dohertyl), Sikatan Sumba (Ficedula
harterti), Pungguk Wengi Sumba (Ninox sumbaensis), Pungguk Wengi (Ninox
rudolfi) dan Julang Sumba (Aceros everetti), sedangkan burung endemik pada
tingkat sub spesies yang utama antara lain Perkici Pelangi (Trichoglossus
haematodus fortis), Nuri Bayan (Eclectus roratus cornelia) dan Kakatua Sumba
(Cacatua sulphurea Citrinocristata).

Fauna endemik lain yang terdapat dalam Kawasan Hutan Manupeu Tanah Daru,
yang merupakan spesies endemik Pulau Sumba meliputi dua spesies amphibia
endemik (katak endemik), empat spesies kupu-kupu endemik dari tujuh spesies
kupu-kupu endemik Sumba, sedangkan spesies kupu-kupu yang bukan endemik
berjumlah ± 57 spesies. Selain itu terdapat empat spesies reptil endemik dan
Rusa Timor (Cervus Timorensis).
Keragaman flora didominasi jenis tumbuhan tropika kering dan ekosistem
padang sabana. Jenis potensial yang merupakan jenis lokal untuk kebutuhan
perumahan adat adalah pohon Mayela (Orophea polycarpa), dengan kualitas
kayu kuat dan awet. Jenis-jenis flora terancam punah yang menjadi fokus
konservasi biodiversitas lainnya adalah gaharu (Grinops verstegi) sebagai spesies
terancam punah oleh aktivitas perburuan gaharu dan Cendana (Santhallum
album) sebagai spesies Appendix I. Jenis-jenis flora lain yang merupakan jenis
potensial dalam kawasan Kawasan Hutan Manupeu Tanah Daru sebagaimana
tercantum dalam tabel berikut.
Tabel. Jenis-jenis flora potensial Taman Nasional Matalawa
Nama Ilmiah Nama Famili Manfaat
Lokal
Agalia odoratissima BI. Ulukataka Meliaceae Bahan bangunan, Rumah Adat
Aglaia eusideroxylon K. et. Manera Meliaceae Bahan bangunan, Rumah Adat
V
Aphanamixis polystachya Nggoka Meliaceae Bahan bangunan, Pohon
metung sarang, pakan
Chinocheton sp. Nggoka Meliaceae Bahan bangunan, Pohon
bara sarang, pakan
Dysoxylum cauliflorum Kiru kaka Meliaceae Bahan bangunan, Pohon
Hiem. sarang, pakan
Palaquium obovatum Engl Kaduru Sapotaceae Bahan bangunan
rara
Poemetia tomentosa Mosa Sapindaceae Bahan bangunan, Pohon
sarang, pakan
Pseuduvaria reticulata Ulumanu Annonaceae Bahan bangunan
(BI.) Miq.
Spondias pinnata Injuwatu Anacardiaceae Bahan bangunan, Rumah Adat
Orophea polycarpa Mayela - Bahan bangunan, Rumah Adat

51
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

Nilai dan potensi penting zona inti adalah perlindungan tata hidrologis sistem
DAS terkait dengan keberadaan area resapan air (recharge area). Area resapan
sangat penting sebagai penyedia kebutuhan sumber air bersih pada masyarakat
sekitar kawasan dan kebutuhan air bersih pemerintah kabupaten di Sumba Barat,
Sumba Tengah dan Sumba Timur. Resapan air Kawasan Hutan Manupeu Tanah
Daru memberikan peran penting dan signifikan pada kondisi kritis defisit sumber
air bersih. Area resapan pada Kawasan Hutan Manupeu Tanah Daru terdiri dari:
Zona inti I
Kawasan resapan air pada zona inti I meliputi wilayah tangkapan air untuk
daerah Wanokaka, Tangairi dan Konda Maloba. Masing-masing DAS adalah DAS
Tangairi, DAS Lisi dan DAS Praigaga.

Zona inti II (Puncak Tanah Daru)


Kawasan resapan air pada zona inti II meliputi wilayah tangkapan air untuk
daerah puncak Tanah Daru, yaitu DAS Mamboro dan DAS Palamedo.

Zona inti III


Kawasan resapan air pada zona inti III meliputi wilayah tangkapan air daerah
Sumba Timur yang meliputi DAS Praihau dan DAS Tadanyalu.
Zona Inti Kawasan hutan Manupeu Tanah Daru terdiri dari 3 lokasi yang terdiri
atas lokasi hutan Waimanu, lokasi hutan Malinjak, lokasi hutan Konda Maloba,
lokasi hutan Umbu Langang, lokasi hutan Mbilur Pangadu, lokasi hutan
Padiratana, lokasi hutan Kangeli, dan lokasi hutan Watumbelar.
2. Zona Rimba
Berdasarkan Permenlhk Nomor P.76/Menlhk-Setjen/2015 tanggal 16 Desember
2016 tentang Kriteria Zona Pengelolaan Taman Nasional dan Blok Pengelolaan
Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam,
yang dimaksud Zona Rimba adalah bagian Taman Nasional yang ditetapkan
karena letak, kondisi dan potensinya mampu mendukung kepentingan
pelestarian pada zona inti dan pemanfaatan.
Zona Rimba merupakan zona yang dipergunakan sebagai perlindungan dan
pelestarian habitat penting kawasan dan berperan dalam mendukung eksistensi
zona inti. Sifat pembentukannya sebagai penyangga (buffer) zona inti dari
tekanan, ancaman dan ganguan dari luar kawsan. Zona rimba dirancang sebagai
habitat satwa migran dan penyokong kastabilan populasi, penyokong populasi
dan daya dukung sumber daya alam penting kawasan Kawasan Hutan Manupeu
Tanah Daru. Proses-proses alami dijaga dan diprioritaskan keberlangsungannya,
serta bentuk-bentuk pemanfaatan dan kegiatan manusia dalam batas-batas
tertentu dapat dilakukan, seperti contoh rekreasi/pariwisata alam. Bentuk-bentuk
kegiatan yang dapat dilakukan adalah pembinaan habitat, pembinaan populasi,
rehabilitasi dan restorasi habitat.
Zona rimba Kawasan Hutan Manupeu Tanah Daru memiliki keterwakilan
ekosistem penting kawasan seperti padang sabana, hutan tropikan kering,
mangrove dan hutan/kawasan pesisir pantai dan potensi biodiversitas tinggi yang

52
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

harus dilestarikan dan dilindungi guna menjaga kelestarian potensi sumber daya
alam yang terdapat di zona inti.
Potensi sumber daya penting dalam zona rimba merupakan jenis sumber daya
penting yang mewakili keseluruhan potensi kawasan, dapat berupa ekosistem
terestrial, potensi walet, sumber mata air, habitat satwa dan potensi mangrove.
Potensi lain yang menjadi pertimbangan adalah perlindungan sistem
hidrologis/tata air DAS. Zona rimba memuat arel resapan untuk beberapa DAS
penting, baik di Sumba Barat, Sumba Tengah dan Sumba Timur. Jenis-jenis DAS
tersebut adalah:
• DAS Tidas (Sumba Timur)
• DAS Tadanyalu (Sumba Timur - sebagian areal masuk Zona Inti)
• DAS Kadahang (Sumba Timur)
• DAS Palamedo (Sumba Tengah - sebagian kecil areal masuk Zona Inti)
• DAS Mamboro (Sumba Tengah - sebagian areal masuk Zona Inti)
• DAS Praigaga (Sumba Tengah - sebagian areal masuk Zona Inti)
• DAS Lisi (Sumba Tengah - sebagian areal masuk Zona Inti)
• DAS Labariri (Sumba Tengah dan Sumba Barat)
• DAS Lailiang (Sumba Barat)
• DAS Tangairi (Sumba Tengah - sebagian areal masuk Zona Inti)
• DAS Praihau (Sumba Tengah dan Sumba Barat - sebagian areal masuk
Zona Inti)
Zona Rimba merupakan zona yang paling terluas pada zonasi Kawasan Hutan
Manupeu Tanah Daru yang meliputi lokasi hutan yang berbatasan dengan Desa
Beradolu, Modu Waimaringu, Waimanu, Manurara, Malinjak, Tanamodu, Okawacu,
Ubu Riri, Dasa Elu, Umbu Langgang, Umbu Pabal, Maradesa, Mbilur Pangadu,
Praikaroku Jangga, Ngadu Olu, Padiratana, Weluk dan Umbu Pabal Selatan, Lokasi
hutan Wanokaka (Katikuloku, Rewarara), Lokasi hutan Hupumada, Lokasi hutan
Konda Maloba, Lokasi hutan Kambata Wundut, Lokasi hutan Kangeli, Lokasi hutan
Watumbelar, Lokasi hutan Umamanu, Lokasi hutan Mondulambi.
3. Zona Pemanfaatan
Berdasarkan Permenlhk Nomor P.76/Menlhk-Setjen/2015 tanggal 16 Desember
2016 tentang Kriteria Zona Pengelolaan Taman Nasional dan Blok Pengelolaan
Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam, yang
dimaksud Zona Pemanfaatan adalah bagian Taman Nasional yang ditetapkan
karena letak, kondisi dan potensi alamnya yang terutama dimanfaatkan untuk
kepentingan pariwisata alam dan kondisi lingkungan lainnya. Pada Kawasan Hutan
Manupeu Tanah Daru, zona pemanfaatan dikategorikan dalam 2 bentuk yaitu:
• Zona Pemanfaatan Wisata Alam
• Zona Pemanfaatan Jasa Lingkungan
Zona pemanfaatan merupakan area dalam kawasan Taman Nasional yang memiliki
ragam potensi spesifik dan dimanfaatkan keberadaanya untuk kemaslahatan
manusia. Optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam dilakukan sebatas areal yang
ditetapkan, dalam bentuk pengembangan dan pengelolaan keunikan alam untuk

53
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

tujuan wisata alam dan pemanfaatan bentuk-bentuk jasa lingkungan untuk


pemenuhan kebutuhan manusia.
Penetapan zona pemanfaatan wisata berlokasi di sekitar permukiman dengan
aksesibilitas yang terjangkau oleh wisatawan. Bentuk pemanfaatan diwujudkan
dalam pembangunan sarana dan prasarana pariwisata alam, penyediaan layanan
pariwisata dan pengelolaan lapangan. Penetapan zona pemanfaatan secara garis
besar bertujuan untuk peningkatan partisipasi masyarakat dan optimalisasi
pemanfaatan jasa lingkungan dan wisata alam sehingga memicu peningkatan
ekonomi dan kesejateraan masyarakat sekitar kawasan Kawasan Hutan Manupeu
Tanah Daru.
Zona pemanfataan Kawasan Hutan Manupeu Tanah Daru memiliki ragam potensi
pemanfaatan yang merupakan perwakilan potensi kawasan secara keseluruhan,
baik berupa potensi ekosistem unik, mangrove, populasi satwa liar penting, habitat
spesies burung, dan potensi sumber daya lainnya. Bentuk pemanfaatan Kawasan
Hutan Manupeu Tanah Daru meliputi:
Pemanfaatan rekreasi/pariwisata alam, berupa:
• Wisata alam gua, terdapat ±57 gua unik dan potensial yang masih alami.
Gua yang secara intensif direncanakan pemanfaatannya adalah Kompleks
Gua Jaga di Konda.
• Wisata alam pantai, dengan keunikan pasir putih, karang unik, dan terumbu
karang. Wisata Alam pantai diplot pada kawasan Pantai Mondulambi dan
Pantai Lokulisi. Lokasi tersebut juga cocok digunakan sebagai lokasi camping
ground di kawasan pesisir pantai.
• Wisata air terjun. Terdapat 2 potensi air terjun utama yang dikembangkan
sebagai objek wisata yaitu air terjun Lapopu dan air terjun Matayangu.
Air terjun Matayangu memiliki ketinggian ±100 meter dengan sumber
terjunan berlapis. Terjunan utama merupakan terjunan vertikal dengan
debit yang besar, sedangkan terjunan kedua merupakan terjunan kecil yang
muncul dari dalam batuan. Masing-masing terjunan terkumpul dalam
sebuah danau kecil dan dialirkan dalam sebuah saluran pembuangan. Pada
sisi batas danau/cekungan dipenuhi dengan batu-batu besar dengan nilai
estetik yang tinggi. Keunikan dan nilai estetik air terjunan potensial untuk
dimanfaatkan sebagai zona pemanfaatan wisata.
Air terjun Lapopu merupakan tipe terjunan semi rayapan. Air merayap pada
lereng dengan kelerengan >450 dan terjun vertikal pada sisi bawah. Aliran
terjunan terpecah dalam saluran-saluran rayapan melebar dan menyatu
pada bidang bidang cekungan/danau di bawah. Tipe terjunan memiliki nilai
estetik dan potensi tinggi untuk dikembangkan sebagai zona pemanfaatan
wisata.
• Wisata birdwatching. Ditetapkan pada lokasi-lokasi perjumpaan burung
dengan tanpa mengganggu keberadaannya di alam liar. Beberapa lokasi
yang ditetapkan meliputi lokasi birdwatching Manurara, Lokuhuma, Lapopu,
Langgaliru dan Padiratana.

54
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

• Pemanfaatan wisata minat khusus lainnya. Ditetapkan untuk sasaran


wisatawan khusus yang tertarik dengan keunikan kawasan Kawasan Hutan
Manupeu Tanah Daru berupa keunikan karst, landscape, eksplorasi gua di
kompleks gua Kanabuwulang, gua Konda, gua Winu Hakapangu dan
wetland potensial di dalam kawasan.

Pemanfaatan jasa lingkungan, berupa:


a. Pemanfaatan usaha air minum.
1. Pemanfaatan sumber air Pattamawai sungai Pamalar Umbulanggang
Resort Taman Mas
2. Pemanfaatan air Parimbapa Langgaliru di Resort Tanah Daru
3. Pemanfaatan air Kaloukorah di Resort Kambata Wundut
4. Pemanfaatan air Waikangguruk di Resort Kambata Wundut
b. Pemanfaatan PLTMH Lapopu di Resort Waimanu.

Zona Pemanfaatan Wisata alam dan Jasa Lingkungan terdiri dari 21 lokasi yang
meliputi Lokasi hutan Padiratana, Lokasi hutan Taman Mas, Lokasi hutan
Watumbelar, Lokasi hutan Manurara, Lokasi hutan Hupumada, dan Lokasi hutan
Waimanu, Lokasi Hutan Katikuloku, Lokasi hutan Umbu Langang, Lokasi hutan
Mondulambi, Lokasi hutan Langgaliru, dan Lokasi hutan Praimahala.
4. Zona Religi, Budaya dan Sejarah
Berdasarkan Permenlhk Nomor P.76/Menlhk-Setjen/2015 tanggal 16 Desember
2016 tentang Kriteria Zona Pengelolaan Taman Nasional dan Blok Pengelolaan
Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam, yang
dimaksud Zona Religi, Budaya dan Sejarah adalah bagian dari KSA/KPA yang
ditetapkan sebagai areal untuk kegiatan keagamaan, kegiatan adat-budaya,
perlindungan nilai-nilai budaya atau sejarah.
Zona budaya merupakan zona yang dikhususkan untuk mendukung dan
melestarikan aktifitas budaya, sistem norma sosial, nilai-nilai/norma-norma budaya,
peninggalan/artefak/warisan budaya, situs budaya dan monumen budaya/sejarah
yang terdapat dalam kawasan Taman Nasional Manupeu Tanah Daru yang memiliki
nilai penting sejarah budaya/peradaban manusia. Aktivitas budaya dan aktivitas
adat tradisional yang masih dipegang erat oleh pengikutnya, tetap dipelihara dan
dijaga keberadaannya dalam Kawasan Hutan Manupeu Tanah Daru sebagai zona
religi dan budaya.
Zona budaya ditetapkan berdasarkan potensi kekayaan budaya/religi/sejarah yang
tersimpan didalamnya sebagai wujud khasanah kebudayaan bangsa. Unsur
kekayaan budaya meliputi keberadaan nilai-nilai/norma-norma budaya/adat yang
masih dipegang teguh oleh penganutnya, aktivitas/ritual/upacara-upacara
adat/budaya yang masih berlaku dan peninggalan warisan budaya. Nilai-nilai/norma
adat dalam kawasan Kawasan Hutan Manupeu Tanah Daru meliputi
aturan/pantangan/larangan adat dan panutan-panutan perilaku masyarakat adat.
Aktivitas budaya terkait juga dengan keberadaan monumen/benda-benda budaya
yang terdapat dalam kawasan, baik berupa peninggalan budaya (death monument)

55
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

dan warisan leluhur (life monument). Death monument merupakan benda-benda


peninggalan budaya yang sudah tidak dipergunakan lagi seperti kuburan kuno,
patung kuno/benda-benda megalithik serta benda-benda kuno lainnya. Sedangkan
life monument adalah benda-benda warisan leluhur yang masih dipergunakan
dalam aktivitas budaya lokal seperti kuburan adat, tempat sakral persembahan, dan
benda-benda ritual yang masih dipergunakan.
Potensi religi dan budaya dalam kawasan TN. Manupeu Tanah Daru terdiri dari ritual
upacara adat Marapu, rangkaian upacara adat Poddu dan rangkaian upacara adat
Pasola Wanokaka.
• Adat/ritual upacara adat berupa ritual Marappu yang dilakukan oleh
masyarakat Padiratana pada lokasi-lokasi sakral dalam Kawasan Hutan
Manupeu Tanah Daru (di lokasi hutan Padiratana) sampai saat ini masih
dianut oleh pemeluknya dan dilakukan sekali dalam setahun. Kegiatan adat
berupa doa-doa dan persembahyangan adat Marapu. Lokasi ini dideliniasi
dan ditetapkan sebagai zona religi dan budaya.
• Budaya Poddu pada masyarakat Loli Atas diakomodasi dengan penetapan
kawasan yang dipergunakan dalam ritual adat Poddu sebagai zona Religi dan
Budaya. Rangkaian kegiatan poddu meliputi ritual upacara adat dan berburu
tradisioanl. Dalam pelaksanaan perburuan, pelaku budaya menggunakan
pakaian tertentu dengan penggunaan peralatan berburu tradisional.
Masyarakat percaya adanya keberkahan dalam perburuan. Jika mendapatkan
hasil perburuan, maka diyakini bahwa usaha pertanian dan perkebunan yang
diusahakan akan memberikan hasil yang baik/melimpah. Sedangkan jika
berburu dilakukan selama berbulan-bulan dan tidak diperoleh hasil yang baik
maka diyakini bahwa usaha pertanian/perkebunan yang dilakukan akan
mengalami kegagalan dan atau paceklik. Pengaturan ritual Poddu dalam
kawasan diatur sepenuhnya oleh Balai Taman Nasional Manupeu Tanah Daru
dalam regulasi Zonasi, terkait dengan jenis binatang buruan, waktu, peserta,
dan peraturan-peraturan lainnya.
• Rangkaian budaya adat pasola Wanokaka berlangsung hampir serupa dengan
budaya adat Poddu. Ritual dimulai dengan persembahyangan pada satu lokasi
di dalam kawasan (lokasi hutan Baliloku), kemudian dilanjutkan dengan
perburuan binatang liar dan pajura. Pada acara doa dan persembahyangan,
ritual dipimpin oleh Rato (pemuka adat), dan dilanjutkan dengan pemotongan
ayam dan membaca pertanda pada hati ayam. Jika hati ayam dalam kondisi
baik/mulus, maka diyakini bahwa rangkaian kegiatan perburuan – puncak
pajura berjalan mulus/lancar. Jika hati ayam dalam kondisi jelek maka
kemungkinan terjadi musibah/kendala pelaksanaan sehingga perlu
kewaspadaan dalam perburuan dan pajura.
Perburuan dilakukan di sekitar dan dalam kawasan (lokasi hutan Baliloku).
Ritual ini berlangsung sekitar 2 minggu dan diakhiri pada adat “Pajura”, yaitu
upacara ada adu kekuatan (tinju) secara tradisional. Pajura dilakukan di
Lailiang (luar kawasan) dalam waktu sehari.

56
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

Pasca perburuan dan “Pajura”, rangkaian upacara adat dilanjutkan dengan


masuk kampung pasola selama 3 hari dan diakhiri dengan ritual puncak
“pasola’, yaitu upacara perang-perangan sebagai simbol keperkasaan dan
kepahlawanan adat. Adat “Pasola” sangat populer sehingga menjadi acara
tahunan yang sangat diminati oleh wisatawan baik dalam negeri maupun
luar negeri.
Keberadaan potensi religi dan budaya adat sumba di dalam kawasan tetap
difasilitasi dan ditetapkan dalam zona religi dan budaya. Hal yang perlu diatur
adalah mekanisme pelaksanaannya dalam regulasi zona religi dan budaya yang
disusun oleh TN Matalawa.
Zona Budaya Marappu terletak di Lokasi hutan Langgaliru yang dikelilingi oleh zona
pemanfaatan dan sebagian terletak pada batas kawasan di Padiratana. Zona religi
dan budaya terkait rangkaian adat Poddu terletak di lokasi hutan Modu Waimaringu,
sedangkan zona religi dan budaya sebagai rangkaian adat “pasola” terletak di lokasi
hutan Baliloku.
5. Zona Tradisional
Berdasarkan Permenlhk Nomor P.76/Menlhk-Setjen/2015 tanggal 16 Desember
2016 tentang Kriteria Zona Pengelolaan Taman Nasional dan Blok Pengelolaan
Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam, yang
dimaksud Zona Tradisional adalah bagian dari KPA yang ditetapkan sebagai areal
untuk kepentingan pemanfaatan tradisional oleh masyarakat yang secara turun-
temurun mempunyai ketergantungan dengan sumber daya alam.
Zona tradisional merupakan areal yang diperuntukkan bagi kegiatan/ pemanfaatan
tradisional yang telah memanfaatkan sumber daya alam dan ekosistemnya guna
memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat lokal. Lokasi-lokasi yang ditetapkan
sebagai zona tradisional merupakan lokasi yang telah dimanfaatkan oleh
masyarakat sebelum ditetapkannya sebagai Taman Nasional Matalawa.
Pemanfaatan tradisional berupa pengambilan hasil hutan non kayu pada area di
batas kawasan Taman Nasional.
Zona Tradisional Kawasan Hutan Matalawa memiliki potensi sumber daya alam
potensial yang mempunyai nilai ekonomis yang dimanfaatkan oleh masarakat di
dalam dan sekitar kawasan berupa hasil hutan non kayu, yaitu buah-buahan, biji
pinang, kelapa, obat-obat tradisional, dan sumber bahan pangan lainnya. Sifat
pemanfaatan tradisional adalah terbatas sesuai kemampuan alam untuk tetap
lestari.
Zona Tradisional meliputi lokasi-lokasi yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat
sekitar kawasan berupa areal pemanfaatan yang tersebar di 47 titik/lokasi Lokasi
hutan Manurara, Lahona, Kangeli, Umamanu, Watumbelar, Bidipraing, Padiratana,
Kambata wundut, Lokulisi, Lebariri, Mondulambi, Mbilur Pangadu, Maradesa,
Uburiri, Umbu Langgang, Pandangi, Weluk Praimemang.

57
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

6. Zona Rehabilitasi
Berdasarkan Permenlhk Nomor P.76/Menlhk-Setjen/2015 tanggal 16 Desember
2016 tentang Kriteria Zona Pengelolaan Taman Nasional dan Blok Pengelolaan
Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam, yang
dimaksud Zona Tradisional adalah bagian dari KSA/KPA yang ditetapkan sebagai
areal untuk pemulihan komunitas hayati dan ekosistemnya yang mengalami
kerusakan.
Zona rehabilitasi merupakan zona dimana areal/bagian kawasan mengalami
kerusakan dan diperlukan/dilakukan upaya pemulihan habitat sesuai kondisi
awalnya untuk menunjang peningkatan daya dukungnya. Bagian kawasan yang
menjadi prioritas rehabilitasi merupakan areal dengan tingkat tekanan kerusakan
tinggi dan areal rentan/kritis, yang disebabkan oleh fenomena kebakaran dan
tekanan degradasi lahan (perambahan lahan). Zona rehabilitasi dibagi dalam 4
(empat) prioritas, yaitu:
- Lokasi permodelan restorasi.
- Lokasi rehabilitasi kebakaran
- Lokasi rehabilitasi lahan degradasi (perambahan).
- Rehabilitasi fragmentasi habitat dan koridor.
Zona rehabilitasi ditetapkan berdasarkan tingkat kerentanan/kekritisan, nilai penting
habitat, dan potensi biodiversitas penting yang harus diselamatkan. Potensi
biodiversitas penting terkait dengan keberadaan dan ketergantungan biodiversitas
penting dan kunci terhadap habitat yang rusak tersebut, meliputi burung-burung
prioritas konservasi, spesies langka dan terancam serta satwa liar yang
berkembangbiak di dalamnya, sehingga diperlukan pemulihan daya dukung habitat
sesuai kondisi awal. Potensi-potensi sumber daya penting dan biodiversitas dapat
berfungsi optimal dan terjamin kelestariannya dalam ekosistem yang mantap.
Area zona rehabilitasi ditentukan berdasarkan prioritas rehabilitasi kawasan yang
direncanakan oleh pengelola/balai Kawasan Hutan Manupeu Tanah Daru.
Pertimbangan kemantapan habitat, fragmentasi dan bentuk habitat disturbances
menjadi pertimbangan dalam penentuan area dan bounderies zona rehabilitasi
(Opdam Paul, 1991; Morrison M. L., Krausman, P.R., 2002) penentuan zona
rehabilitasi didasari atas kondisi tutupan lahan dan hasil kajian lapangan yang telah
dilaksanakan pengelola kawasan dalam beberapa tahun terakhit. Zona rehabilitasi
yang ditetapkan diharapkan mampu dilaksanakan kegiatan pemulihan ekosistem
dan mengembalikan fungsi utama atas Kawasan hutan tersebut. Zona Rehabilitasi
meliputi 16 lokasi yang terdapat pada lokasi hutan Tanah Daru, Waimanu,
Tanamodu, Rewarara, Tangairi, Hupumada, Kambata wundut, Kangeli, Bidipraing,
Taman Mas, Okawacu.
7. Zona Khusus
Zona Khusus adalah bagian dari taman nasional karena kondisi yang tidak dapat
dihindarkan telah terdapat kelompok masyarakat dan sarana penunjang
kehidupannya yang tinggal sebelum wilayah tersebut ditetapkan sebagai taman
nasional antara lain sarana telekomunikasi, fasilitas transportasi dan listrik.

58
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

Zona khusus merupakan zona yang dibentuk guna mengakomodasi kebutuhan dan
kepentingan para pihak dengan membangun sarana dan prasarana di dalam
kawasan. Zona khusus memiliki nilai penting dan strategis bagi masyarakat sekitar
kawasan, pendukung pengembangan dan pembangunan daerah, antara lain berupa
jalan (main road) propinsi dan kabupaten, jaringan listrik dan Bangunan
telekomunikasi (BTS Telkom). Jalan propinsi keberadaannya telah ada dan
dipergunakan sebelum ditetapkannya taman nasional. Jalan tersebut
menghubungkan kota-kota kabupaten di P. Sumba serta menghubungkan lokasi-
lokasi terpencil di pedesaan. Beberapa jalan tersebut antara lain jalan Waikabubak
ke Waingapu, jalan penghubung ke Konda-Maloba dan jalan penghubung ke
Waimanu dan Lahona. Sedangkan jaringan listrik keberadaannya melekat pada
sepanjang jalan di lokasi jalan negara (Kambatawundut).
Untuk tower BTS Telekomunikasi secara hukum keberadaanya telah ada sejak
sebelum adanya Taman Nasional. Hal ini sesuai dengan dasar perjanjian kerjasama
pemanfaatan lokasi yaitu persetujuan menteri kehutanan nomor: 1285/Menhut-
II/93 tanggal 2 Agustus 1993 dan dilanjutkan dengan perjanjian pinjam pakai
kawasan hutan tanpa kompensasi pada tanggal 20 Juni 1994. Kondisi saat ini dalam
proses pengajuan ijin kerjasama pemanfaataannnya.
Area zona khusus ditentukan berdasarkan sarana-prasarana pembangunan jalan,
listrik dan BTS Telekomunikasi yang telah terbangun dalam kawasan. Range area
ditarik dengan deliniasi jarak 25 meter ke kanan kiri jalan sehingga terbentuk
poligon sepanjang jalan propinsi dan 15 meter untuk jalan kabupaten. Pada spot
BTS Telekomunikasi dilakukan pengukuran lapangan terhadap acces road dan lokasi
tower BTS telekomunikasi.
Zona Khusus terdiri dari jalan yang berada dalam kawasan dan sarana
telekomunikasi (tower). Jalan terdiri dari jalan Propinsi dan Kabupaten yaitu ruas-
ruas jalan yang telah ada dalam kawasan sebelum penunjukan taman nasional pada
wilayah SPTN I dan II (ruas jalan di Tanah Daru, Padiratana, Kambata Wundut,
Konda Maloba, Lahona, Tangairi dan Waimanu. Zona khusus untuk jaringan listrik
melekat pada badan jalan yang terletak di wilayah SPTN II (lokasi Hutan Kambata
Wundut). Sedangkan Zona khusus untuk penempatan tower BTS Telekomunikasi
terletak di Praimahala, Resort Padiratana, Wilayah SPTN II.

D. Deskripsi Zonasi Kawasan Hutan Laiwangi Wanggameti


Zonasi Kawasan Hutan Laiwangi Wanggameti berdasarkan hasil analisis spasial
peta-peta tematik kawasan disajikan dalam bentuk peta zonasi Kawasan Hutan
Laiwangi Wanggameti (terlampir). Uraian mengenai batasan pengertian dan alasan
penetapan zona, luas dan batas-batas geografis zona, potensi yang terdapat di
dalam tiap-tiap zona, serta kegiatan-kegiatan yang boleh dan tidak boleh dilakukan
pada tiap-tiap zona diuraikan berikut ini:

1. Zona Inti
Zona inti adalah bagian Kawasan Hutan Laiwangi Wanggameti yang mempunyai
kondisi alam baik biota atau fisiknya masih asli dan tidak atau belum diganggu

59
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

oleh manusia yang mutlak dilindungi, berfungsi untuk perlindungan


keterwakilan keanekaragaman hayati yang asli dan khas. Tujuan penetapan
zona inti adalah: (i) menjamin berlangsungnya proses ekologis secara alamiah
tanpa campur tangan manusia, dan (ii) mempertahankan keaslian contoh/
perwakilan ekosistem yang terdapat di kawasan Hutan Laiwangi Wanggameti.
Zona inti ditetapkan dengan fungsi dan peruntukan: (i) perlindungan ekosistem,
pengawetan flora dan fauna khas Kawasan Hutan Laiwangi Wanggameti beserta
habitatnya yang peka terhadap gangguan dan perubahan, (ii) sumber plasma
nutfah dari jenis tumbuhan dan satwa liar, untuk kepentingan penelitian dan
pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan, penunjang budidaya.

Zona Inti Hutan Laiwangi


Zona inti hutan Laiwangi berada di bagian utara kawasan hutan Laiwangi
Wanggameti, dengan luas zona yang diperuntukkan seluas 5.296,10 Ha. Zona
inti hutan Laiwangi merupakan satu hamparan yang kompak dengan bentuk
mendekati lingkaran. Ekosistem wilayah ini dibentuk oleh beberapa tipe vegetasi
yaitu; hutan hujan tropis primer , Hutan tropis kering sekunder dan padang
savana terbuka serta memiliki kondisi yang masih asli dan belum mengalami
gangguan. Kondisi tersebut didukung oleh letaknya yang relatif jauh dari
pemukiman dengan aksesibilitas yang cukup sulit. Kondisi wilayah pada zona
inti umumnya mempunyai topografi berbukit dan kelerengan yang curam. Zona
ini sebagian besar berada pada ketinggian 750 – 1250 mdpl sehingga dan pada
kelas lereng (>40%).
Topografi pada hutan Laiwangi berbentuk pegunungan dengan kemiringan
lereng didominasi oleh kelas lereng 1 (kemiringan 0-8%) yaitu dibagian timur
laut hutan Laiwangi ini. Kemiringan lereng yang lebih curam terdapat di sebelah
utara (ke arah Desa Billa) dan di sebelah selatan (antara desa Praingkareha dan
Wahang), yakni kelas lereng 3 (15-25%) dan kelas lereng 5 (>40%).
Kawasan hutan Laiwangi memiliki ekologis yang sangat penting bagi Kawasan
Hutan Laiwangi Wanggameti. Secara ekologis kawasan hutan Laiwangi memiliki
peranan penting sebagai habitat alami dari satwa endemik di kawasan hutan
TNLW. Pada wilayah ini ditemukan beberapa habitat alami burung Kakatua
Jambul Jingga (Blok Hutan Billa, Blok hutan Mahaniwa dan Blok hutan
Praingkareha). Serta jenis-jenis burung endemik sumba dapat ditemukan pada
wilayah ini seperti Julang Sumba (Rhyticeros everetti), Punai Sumba (Treron
teysmani), Walik Rawamanu (Ptilonopus dohertyii), burung madu Sumba
(Nektarina buettikoferi), Punggok Wangi (Ninox rudolffi), Sikatan Sumba
(Ficedula harteti) dan Myzomela kepala Merah (Myzomela erythrocephala).
Selain habitat penting bagi burung, pada zona inti ini terdapat padang savana
yang menjadi habitat alami bagi Rusa Timor (Cervus timorensis) yaitu Padang
savana La Pahar.
Selain keanekaragaman fauna kawasan hutan Laiwangi didukung juga oleh
keberadaan flora yang khas hutan tropis. Berdasarkan hasil inventarisasi
vegetasi hutan hujan tropis dari tingkat semai sampai dengan pohon di wilayah

60
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

Kelompok Hutan Laiwangi tahun 2010 ditemukan ± 14 jenis tumbuhan yang


mendominasi, yaitu Karakaka (Dysoxylum sp.), Kaduru Bara(Palaquium
obtusifolium), Witi Malawu (Unidentified), Kaduru Rara (Palaquiumobovatum),
Wata Kamimi (Tabernaemontana sphaerocarpa), Kahingga kaba (Linoceira
macrocarpa), Kepadih (unidentified), Tambura (unidentified), Kahambi
(Shleichera oleosa), Maranggawalu (unidentified), Mboimata (unidentified),
Kaduru Bara (Palaquium obtusifolium), Karakaka (Unidentifed), Beringin (Ficus
sp.). Selain itu ditemukan juga jenis-jenis pohon sarang burung Kakatua Jambul
Jingga seperti Marra (Tetrameles nudhiflora), Kahembi omang dan Mossa.

Zona Inti Hutan Wanggameti


Zona inti hutan Wanggameti terletak dibagian timur Kawasan Hutan Laiwangi
Wanggameti, yang menyatukan koridor hutan Ramuk-Katikuwai menjadi satu
kesatuan. Zona inti ini memiliki luasan 6.889,04 Ha memiliki bentuk yang
menyerupai bulat telur. Kawasan hutan ini memiliki klasifikasi kelas lereng 5
(>40%) dengan ketinggian didominasi pada 1000-1250 mdpl. Tipe vegetasi
pembentuk ekosistem wilayah ini adalah tipe hutan hujan tropis pegunungan
rendah (ketinggian 750-1000 m dpl) disebelah barat dan timur, serta tipe
vegetasi hutan hujan tropis pegunungan sedang (ketinggian 1000 s/d 1250 m
dpl). titik tertinggi di pulau Sumba yaitu puncak gunung Wanggameti (1225
Mdpl) terletak di zona ini, selain itu kawasan hutan Wanggameti merupakan
daerah penting tangkapan air (Catchmen area) di Pulau Sumba.
Tercatat terdapat 3 DAS yang berlokasi di kawasan hutan Wanggameti. Ketiga
DAS tersebut diantaranya; DAS Kambaniru, DAS Nggongi dan DAS Tondu.
Keberadaan Ketiga DAS ini memiliki arti penting bagi Kawasan hutan dan
Masyarakat sekitar Kawasan Hutan Laiwangi Wanggameti. Upaya perlindungan
terhadap kawasan hutan Wanggameti sangat mutlak diperlukan, sebagai upaya
perlindungan sistem penyangga kehidupan.
Bagian Kawasan Hutan Laiwangi Wanggameti yang ditetapkan sebagai zona inti
adalah wilayah yang kelas sensitifitas ekologisnya sangat sensitif. Ketiganya
yang ditetapkan sebagai zona inti memiliki potensi keragaman jenis tumbuhan
dan satwa paling tinggi di dalam kawasan Kawasan Hutan Laiwangi
Wanggameti.
Sedangkan jenis vegetasi di wilayah Kelompok Hutan Wanggameti juga
ditemukan ± 14 jenis tumbuhan yang mendominasi, yaitu Laru (Garcinia sp.),
Wihi kalauki (Calophyllum soulattri), Kawita kaba (unidentified), Tada katabi
(Prunus sp.), Kaduru rara (Palaquium obovatum), Kaduru bara (Palaquium
obtusifolium), Lobung (Syzygium sp.), Kanunu (Glochidion sp.), Kamalajarik
(Memecylon edule Roxb), Kaju omang (Podocarpus imbricartus Bl), Murungiha
(Aglaia sp.), Kondurawa (unidentifed), Andu mangili (Myrica rubra), Tanggala
(Elaeocarpus sp.).
Vegetasi hutan hujan tropis merupakan habitat penting burung dimana hingga
saat ini telah teridentifikasi 215 jenis burung di dalam kawasan ini. Sepuluh

61
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

jenis dan sub jenis burung endemik Sumba diantaranya yang merupakan
species kunci dalam rangka konservasi satwaliar Kawasan Hutan Laiwangi
Wanggameti di temukan di ketiga wilayah hutan yang dicadangkan sebagai zona
inti ini.
Tabel .Jenis Burung Endemik Kawasan Hutan Taman Nasional Matalawa
No Nama Species Nama Lokal
1 2 3
1. Cinnyris buettikoferi Burung Madu sumba
2. Dicaeum wilhelminae Cabai sumba
3. Myzomela dammermani Myzomela Sumba
4. Turnix everetti Gemak Sumba
5. Treron teysmanii Punai Sumba
6. Ptilnopus dohertyi Walik Rawamanu
7. Ficedula hartertii Sikatan Sumba
8. Muscicapa segregate Sikatan Bubik Sumba
9. Ninox sumbaensis Pungguk Sumba
10. Ninox rudolfi Pungguk Wengi
11. Rhyticeros everetti Julang Sumba
12 Eclectus roratus cornelia Nuri Bayan Sumba

Selain jenis burung juga terdapat jenis-jenis mamalia sebanyak 22 jenis,


diantaranya rusa timor (Cervus timorensis) dan babi hutan (Sus scrofa.), kupu-
kupu sebanyak 72 jenis, ampibia sebanyak 7 jenis, dan reptilian sebanyak 4
jenis.
2. Zona Rimba
Zona rimba adalah bagian Kawasan Hutan Laiwangi Wanggameti yang karena letak,
kondisi dan potensinya mampu mendukung kepentingan pelestarian pada zona inti
dan zona pemanfaatan.Tujuan penetapan zona rimba adalah: (i) melindungi zona
inti dari dampak langsung pemanfaatan sumberdaya alam hayati dan ekosistem
Kawasan Hutan Laiwangi Wanggameti; dan (ii) menjamin kelestarian flora fauna
dan keutuhan ekosistem baik secara alamiah maupun melalui campur tangan
manusia.
Fungsi dan peruntukan zona rimba adalah: (i) untuk kegiatan pengawetan dan
pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan alam bagi kepentingan penelitian,
pendidikan konservasi, wisata terbatas, habitat satwa migran dan menunjang
budidaya; dan (ii) melindungi zona inti.
Zona rimba di Kawasan Hutan Laiwangi Wanggameti memiliki potensi dan
keterwakilan sumberdaya penting yaitu ekosistem hutan sekunder pegunungan
rendah hingga pegunungan sedang, ekosistem savana, daerah penjelajahan rusa,

62
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

habitat burung Kakatua, dimana daerah tersebut harus dilindungi untuk menjaga
keutuhan dan kelestarian keterwakilan ekosistem asli dan fungsi ekologisnya serta
mendukung zona inti.
Tingkat sensitifitas ekologis zona rimba berdasarkan parameter tutupan lahan,
sensitivitas penyebaran satwaliar, kemiringan lahan, dan ketinggian wilayah dari
permukaan laut sebagian besar termasuk ke dalam kategori sensitif dan ada
sebagian kecil yang termasuk daerah dengan tingkat sensitifitasnya paling rendah
(tidak sensitif) di bagian barat laut kawasan yaitu di Desa Billa. Nilai sensitifitas di
zona rimba yang cukup tinggi ini terutama dipengaruhi oleh kondisi topografi dan
kemiringan lahan yang cukup besar meskipun nilai sensitivitas satwa dan
vegetasinya tidak terlalu besar.
Wilayah zona rimba sebagian besar berada pada ketinggian 0 – 750 Meter di atas
permukaan laut. Wilayah sebelah utara dari zona ini lebih tinggi permukaannya
dibandingkan wilayah sebelah selatan, yaitu berkisar antara 500 – 750 Mdpl. Namun
secara keseluruhan, sebagian besar wilayah zona rimba mempunyai kelerengan
curam dan topografi yang terjal dengan kelerengan berkisar antara 25 – 40% (kelas
lereng 4) dan di bagian tengah >40% (kelas lereng 5).
Pada zona rimba ini tingkat keberadaan satwa liar cukup tinggi dimana cukup
banyak satwa yang dijumpai yaitu pada ekosistem hutan sekunder dan padang
savana. Habitat Kakatua Jambul Jingga (Cacatua sulphurea citrinocristata)serta
Rusa Timor (Cervus timorensis) berada pada bagian selatan sebagai daerah jelajah,
namun masih dalam tingkat sensitifitas pada posisi rendah – cukup tinggi. Apabila
kondisi tersebut dapat terjaga dengan upaya pembinaan habitat dan populasi,maka
tidak menutup kemungkinan dapat menjadi daerah zona inti.
Di samping kondisi wilayah yang telah dijelaskan sebelumnya, zona rimba juga
mempunyai potensi terutama yang menunjang pengembangan penelitian yaitu
sebagai areal birdwatching atau pengamatan burung-burung. Daerah ini terdapat
di hutan Billa dan Praingkareha (bagian barat laut zona rimba), serta Mahaniwa
(bagian utara zona rimba).
3. Zona Pemanfaatan
Zona pemanfaatan adalah bagian Kawasan Hutan Laiwangi Wanggameti yang
karena letak, kondisi dan potensi alamnya dapat dilakukan pemanfaatan terutama
untuk kepentingan pariwisata alam dan jasa lingkungan lainnya. Fungsi dan
peruntukan zona ini terutama untuk pengembangan pariwisata alam dan rekreasi,
jasa lingkungan, pendidikan, penelitian dan kegiatan penunjang budidaya.
Penetapan zona pemanfaatan ini ditujukan untuk: (i) pemanfaatan sumberdaya
alam dan ekosistem Kawasan Hutan Laiwangi Wanggameti dalam bentuk jasa
lingkungan berupa fenomena alam (lanskap) dan keindahan alam bagi
pengembangan pariwisata dan rekreasi;(ii) pembangunan sarana dan prasarana
pariwisata alam dan pengelolaan lapangan; (iii) menunjang peran serta masyarakat
secara aktif dalam pelayanan jasa pariwisata alam; dan (iv) mendorong
pengembangan ekonomi masyarakat sekitar dan daerah dari jasa pariwisata alam.

63
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

Zona Pemanfaatan Kawasan Hutan Laiwangi Wanggameti yang ada di 18 (delapan


belas) lokasi, dengan total luasan 1.107,43 Hektar. Beberapa diantaranya yaitu zona
pemanfaatan Praingkareha, Ampupu, Gunung Wanggameti, Waikanabu dan Laitaku
memiliki kondisi wilayah dan potensi unggulan yang berbeda-beda. Persamaan dari
beberapa zona pemanfaatan ini adalah memiliki potensi yang cocok dikembangkan
yaitu dari sektor pariwisata alam, jasa lingkungan, penelitian dan pendidikan.
Zona pemanfaatan Kawasan Hutan Laiwangi Wanggameti berada pada ketinggian
250 – 1250 mdpl dengan kelerengan antara 15 – 40%. Lokasi zona pemanfaatan
Praingkareha berada lebih rendah dibandingkan zona pemanfaatan lainnya.
Adapun deskripsi kondisi wilayah dan potensi beberapa zona pemanfaatan Kawasan
Hutan Laiwangi Wanggameti adalah sebagai berikut:
Zona Pemanfaatan Praingkareha
Zona pemanfaatan pada kawasan hutan Lapau secara administratif terletak di Desa
Praingkareha Kecamatan Tabundung, dengan obyek utama berupa Air Terjun Laputi
dan Danau Laputi. Atas dasar keberadaan kedua obyek wisata tersebut sebagai
ikon utama, maka areal ini untuk selanjutnya dinamakan zona pemanfaatan Laputi.
Wilayah ini dibatasi oleh zona rimba dan Desa Praingkareha pada bagian barat
dengan luas 525,28 hektar.
Pada zona pemanfaatan Praingkareha, berada pada kondisi wilayah berupa
hamparan dengan topografi landai dan ada sedikit bagian yang berupa lereng terjal.
Akses menuju lokasi ini relatif mudah, karena zona pemanfaatan Praingkareha ini
berada di pinggir kawasan tepatnya berbatasan dengan Desa Praingkareha
Kecamatan Tabundung. Potensi pada wilayah ini antara lain:
❖ Air Terjun Laputi, memiliki ketinggian ±50 meter dan keindahan
pemandangan air terjun ini dapat terlihat dari Desa Wudipandak. Selain itu,
disekitar areal air terjun tersebut memiliki potensi untuk dikembangkan
sarana rekreasi bagi pengunjung. Potensi jasa lingkungan lainnya yang telah
dikembangkan berupa pemanfaatan energy air untuk pembangkit listrik
(microhydro) dengan kapasitas 20KV;
❖ Danau Laputi. Keunikan danau ini adalah air berwarna biru dan di dalamnya
terdapat ikan sidat (Anguila marmorata), masyarakat lokal menyebutnya
dengan istilah “Apu” dalam bahasa Sumba berarti “nenek”. Keunikan lainnya
adalah cerita mitos/legenda mengenai keberadaan Apu di Danau Laputi
tersebut yang mampumenarik wisatawan untuk datang berkunjung. Selain
itu ikan ini cukup jinak dan biasanya akan muncul apabila diberi makanan,
namun tidak boleh dikonsumsi oleh manusia karena dikeramatkan;
❖ Lokasi camping ground, yaitu di lokasi hutan tanaman Johar yang
merupakan tanaman hasil reboisasi (sebelum penunjukan Kawasan Hutan
Laiwangi Wanggameti). Lokasi ini mempuyai areal yang sangat cocok untuk
pengembangan sarana camping ground karena memilikitopografi yang datar
dan dekat dengan sumber air,sehingga sangat cocok dijadikan lokasi wisata
pendidikan terutama pendidikan konservasi alam;

64
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

❖ Potensi tumbuhan. Selain potensi tanaman Johar (Casia siamea), di zona


pemanfaatan Laputi ini juga mempunyai potensi vegetasi hutan hujan tropis
yang membentuk mosaik pemandangan unik berupa stratifikasi tajuk
bertingkat.
❖ Potensi satwa liar, khususnya berbagai jenis burung di zona pemanfaatan
Laputi diantaranya burung Nuri Bayan (Eclectus roratus), burung Nuri Perkici
Pelangi (Trichoglossus haematodus), Julang Sumba (Rhyticeros
everetti),burung Kakatua Jambul Jingga (Cacatua sulphurea citrinocristata),
burung Madu Sumba (Nectarinia buettikoferi), burung Pergam Hijau (Ducula
aenea) dan lain-lain. Burung-burung tersebut dapat diamati mulai dari pagi
hari hingga sore hari.
Zona Pemanfaatan Ampupu
Zona pemanfaatan pada kawasan hutan Ampupu secara administratif terletak di
Desa Katikuwai Kecamatan Matawai Lapau. Wilayah ini berada di daerah dataran
tinggi Katikuwai yang berbatasan dengan zona rimba di blok hutan Wanggameti.
Luas zona pemanfaatan Dataran Tinggi Katikuwai adalah paling luas di antara zona
pemanfaatan lainnya yaitu 445,32 hektar.
Pada zona pemanfaatan Ampupu, mempunyai kondisi wilayah yang berbeda dengan
zona pemanfaatan Praingkareha. Daerah ini berada pada ketinggian 750 - 1250
mdpl dan merupakan hamparan yang cukup luas dengan topografi landai. Sama
halnya dengan zona pemanfaatan Praingkareha, lokasi ini juga mempunyai
aksesibilitas jalan yang sangat mudah. Sedangkan untuk potensi yang dimiliki pada
zona ini antara lain:
❖ Potensi panorama (view) lanskap yang indah berupa perbukitan khas Pulau
Sumba serta pemandangan pantai selatan Sumba Timur. Lokasi ini cocok
dibangun sarana untuk menikmati pemandangan atau tempat persinggahan
dan peristirahatanbagi pengunjung.
❖ Potensi tumbuhan, yaitu terdapat mozaik vegetasi padang rumput (savana),
hutan tanaman Ampupu, dan fragmen-fragmen hutan hujan dan hutan
musim di lereng-lereng atau di antara perbukitan.
❖ Potensi satwa liar, yaitu jenis burung yang dapat diamati dari Dataran Tinggi
Katikuwai terutama burung khas padang rumput seperti burung Gemak
Sumba (Turnix everetti).
Zona Pemanfaatan Puncak Wanggameti
Zona pemanfaatan Puncak Wanggameti secara administratif terletak di Desa
Wanggameti Kecamatan Matawai Lapau dengan luas 10,56 hektar. Zona ini memiliki
kesamaan dengan zona pemanfaatan daratan tinggi Katikuwai dimana terletak pada
ketinggian 750 - 1.225 Mdpl (puncak tertinggi). Zona ini berbentuk jalur memanjang
sepanjang ±7 km yang merupakan jalur pendakian menuju puncak Gunung
Wanggameti. Letak pintu masuk jalur pendakian Puncak Wanggameti terletak di
Desa Wanggameti Kecamatan Matawai Lapau. Jalur pendakian ini memiliki

65
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

aksesibilitas yang relatif mudah dijangkau. Adapun potensi yang dimiliki pada zona
pemanfaatan ini diantaranya:
❖ Potensi panorama pegunungan dengan iklim yang sangat khas. Sama
seperti daratan tinggi Katikuwai, wisatawan juga dapat menikmati
pemandangan alam khas pulau Sumba berupa deretan perbukitan yang unik
dan indah. Selain perbukitan, gunung Wanggameti merupakan puncak
tertinggi di Pulau Sumba (1.225 mdpl), sehingga menjadi salah satu tujuan
favorit bagi para pendaki gunung untuk mencapai titik tertinggi di Pulau
Sumba.
❖ Atraksi Budaya dan Religi, puncak Wanggameti merupakan tempat keramat
bagi penganut Marapu (aliran kepercayaan asli masyarakat Pulau Sumba).
Para penganut Marapu beranggapan bahwa gunung Wanggameti
merupakan tempat bersemayam arwah leluhur, sehingga pada musim-
musim tertentu penganut kepercayaan ini melakukan ritual khusus di puncak
Wanggameti. Selain itu pada areal puncak Wanggameti terdapat makam
kuno yang konon merupakan makam seorang bayi.
❖ Potensi Flora, jalur pendakian gunung Wanggameti memiliki potensi flora
yang cukup khas dan sedikit berbeda dengan lokasi-lokasi lainnya.
Ekosistem khas pegunungan dengan penutupan tajuk yang sangat rapat,
menciptakan iklim mikro yang khas dan berbeda dengan wilayah lainnya
yang cenderung panas. Flora yang dapat dijumpai di puncak Wanggameti
adalah Gaharu dan jenis Anggrek. Sedangkan di sepanjang jalur pendakian
diantaranya Kaduru (Palaquium Sp.), Wangga (Ficus Sp.),
Mbakuhau/cemara gunung (Podocarpus neriifolius), dan beberapa jenis
Anggrek.
❖ Fauna yang dapat dijumpai pada jalur pendakian ini diantaranya Monyet
Ekor Panjang (Macaca fascicularis), Babi Hutan (Sus scrofa), Walik
Rawamanu (Ptilinopus dohertyi), Rangkong (Rhyticeros everetti) dan
beberapa jenis paruh bengkok, seperti Nuri Perkici (Trichoglossus
haematodus) dan Nuri Bayan (Electus roratus).
Zona Pemanfaatan Waikanabu
Zona pemanfaatan Waikanabu secara administratif terletak di Desa Waikanabu
Kecamatan Tabundung dengan luas 31,03 hektar. Zona ini berbatasan dan
dikelilingi oleh zona rimba di kelompok hutan Laiwangi. Untuk mencapai zona ini
harus berjalan sejauh 11,5 km dengan waktu tempuh selama ±8-10jam perjalanan
dari desa Mahaniwa. Zona ini memiliki potensi yang cukup besar untuk
dikembangkan menjadi salah satu wisata unggulan dan pemanfaatan jasa
lingkungan di kawasan hutan Laiwangi Wanggameti. Potensi yang bisa
dikembangkan antara lain, yaitu:
❖ Air terjun Waikanabu, mata air Matawai Kalimbu dan sungai Waikanabu.
Nama air terjun Waikanabu ini diambil dari bahasa daerah Sumba yang
berarti “air yang jatuh” (Kanabu = jatuh; Wai = air) dan memiliki ketinggian
sekitar 100 meter. Potensi ketiga fenomena alami tersebut sangat potensial

66
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

untuk pengembangan wisata air seperti berenang, water tubbing dan arung
jeram. Pembangunan sarana berupa jalur/trail wisata, shelter, pondok jaga,
papan informasi serta sarana pendukung lainnya sangat diperlukan untuk
meningkatkan kunjungan wisata dilokasi ini.
❖ Pemanfaatan jasa lingkungan berupa pengembangan pembangkit listrik
tenaga air(microhydro) dan pembuatan saluran irigasi bagi masyarakat
sekitar Kawasan Hutan Laiwangi Wanggameti. Debit air pada musim
kemarau di aliran air terjun Waikanabu adalah 0,250 m³/dtk, sedangkan
debit mata air Matawai Kalimbu sebesar 0,541 m³/dtk dan debit sungai
Waikanabu sebesar 1,205 m³/dtk. Hasil tersebut menunjukkan debit air
pada musim hujan dipastikan lebih besar lagi dan sangat potensial untuk
pengembangan micro-hydroeletric. Pihak pengelola kawasan dapat
bekerjasama dengan pihak ketiga untuk mengembangkan kedua lokasi ini
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar Kawasan
Hutan Laiwangi Wanggameti.
❖ Potensi tumbuhan dan satwa liar, sama seperti kawasan hutan yang berada
didalam Hutan Laiwangi Wanggameti,kawasan ini memiliki potensi flora dan
fauna yang masih baik. Beberapa potensi tumbuhan yang dapat dijumpai
zona ini antara lain Kaduru bara (Palaquium obtusifolium Burck.), Wangga
(Ficus benjamina L.), Kahi omang (Canarium sp), Cendana (Santalum
album), Witi malau, dan jenis anggrek. Sedangkan untuk potensi satwa liar
yang secara umum dapat dijumpai di areal ini adalah dari jenis burung
antara burung Julang Sumba (Rhyticeros everetti), Perkici Pelangi
(Trichoglossus haematodus L.), burung Gosong (Megapodius reinwardt) dan
burung Gagak, serta jenis serangga kupu-kupu danjenis mamalia monyet
ekor panjang (Macaca fascicularis).

Zona Pemanfaatan Laitaku


Zona pemanfaatan Laitaku terletak di Dusun Laitaku, Desa Lailunggi, Kecamatan
Pinupahar dengan luas 21,80 hektar. Zona ini berbatasan dan dikelilingi oleh zona
rimba di kelompok hutan Laiwangi. Aksesibilitas menuju lokasi air terjun dapat
dikatakan cukup sulit dan hanya dapat dilalui dengan berjalan kaki. Namun
perjalanan yang cukup sulit tersebut akan terbayar dengan keindahan panorama
air terjun Kahalatau tersebut. Adapun potensi yang terdapat pada zona
pemanfaatan ini diantaranya:
❖ Air terjun Kahalatau memiliki ketinggian ±30 Meter dan lokasi ini terletak
pada ketinggian 472 mdpl. Keindahan dari air terjun ini berpeluang untuk
dikembangkan menjadi objek wisata alam yang menarik. Pembangunan
sarana dan prasarana pendukung wisata cukup memungkinkan untuk
dikembangkan di zona pemanfaatan Kahalatau. Adapun sarana yang dapat
dikembangkan diantaranya jalur tracking wisata, shelter, sarana MCK,
camping ground hingga papan informasi dan papan petunjuk arah.
❖ Pemanfaatan jasa lingkungan berupa energi dan massa air. Debit air terjun
Kahalatau tidak terlalu besar dibandingkan air terjun Kanabuwai dan Laputi,

67
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

diperkirakan debit air terjun Kahalatau ± 0,8 m3/dtk. Namun potensi ini
cukup untuk menunjang pengembangan wisata dan pengembangan
pembangkit listrik tenaga air (microhydro) serta sistem irigasi bagi
masyarakat sekitar Kawasan Hutan Laiwangi Wanggameti.
❖ Interpretasi satwa. Kawasan zona pemanfaatan ini cukup potensial untuk
dikembangkan sebagai salah satu titik interpretasi satwa, khususnya jenis
burung endemik Sumba. Jenis - jenis burung yang dapat dijumpai
diantaranya Julang Sumba (Rhyticeros everetti), Kakatua Jambul Jingga
(Cacatua sulphurea citrinocristata), Punai Sumba (Treron teysmani), Walik
Rawamanu (Ptilonopus dohertyii), Burung Madu Sumba (Nektarina
buettikoferi), Sikatan Sumba (Ficedula harteti) dan Myzomela Kepala Merah
(Myzomela erythricepala dammermani).
4. Zona Khusus
Zona khusus adalah bagian dari Kawasan Hutan Laiwangi Wanggameti karena
kondisi yang tidak dapat dihindarkan telah terdapat sarana penunjang kehidupan
masyarakat umum yang keberadaannya sebelum wilayah tersebut ditetapkan
sebagai taman nasional seperti sarana/prasarana telekomunikasi, transportasi dan
listrik.
Tujuan penetapan zona khusus adalah untuk melokalisir dampak keberadaan
sarana penunjang kehidupan yang terdapat di dalam Kawasan Hutan Laiwangi
Wanggameti terhadap kelangsungan hidup flora fauna dan keutuhan ekosistem
kawasan Hutan Laiwangi Wanggameti.
Zona khusus adalah bagian dari kawasan TN Laiwangi Wanggameti karena kondisi
yang tidak dapat dihindarkan telah terdapat sarana penunjang kehidupan
masyarakat umum yang keberadaannya sebelum wilayah tersebut ditetapkan
sebagai taman nasional seperti sarana/prasarana telekomunikasi, transportasi dan
listrik. Tujuan penetapan zona khusus adalah untuk melokalisir dampak keberadaan
sarana penunjang kehidupan yang terdapat di dalam kawasan TN Laiwangi
Wanggameti terhadap kelangsungan hidup flora fauna dan keutuhan ekosistem
kawasan TN Laiwangi Wanggameti.
Perubahan cukup signifikan terjadi pada zona khusus kawasan TN Laiwangi
Wanggameti, hal ini disebabkan oleh adanya perubahan tata batas kawasan TN
Laiwangi Wanggameti berdasarkan SK. 6.009 tahun 2017 tentang penetapan
kawasan hutan Laiwangi Wanggameti. Tidak dapat dipungkiri batas kawasan hutan
TN Laiwangi Wanggameti mengalami pergeseran, sehingga terdapat beberapa
permukiman yang secara eksisting sebelum kawasan konservasi ini ditetapkan
menjadi berada didalam kawasan TN Laiwangi Wanggameti. Hal ini dapat dijumpai
pada beberapa zona khusus dibagian utara kawasan TN Laiwangi Wanggameti,
khususnya di wilayah kerja Resort Wudipandak (SPTN II Lewa).
Secara keseluruhan luas zona khusus dikawasan TN Laiwangi Wanggameti adalah
1.002,03 hektar yang tersebar di 42 (empat puluh dua) titik lokasi. Adapun bentuk-
bentuk kegiatan yang dapat dilakukan pada zona khusus meliputi 1). Perlindungan

68
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

dan pengamanan; 2). Inventarisasi dan monitoring sumberdaya alam hayati dan
ekosistem; 3). Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan serta pendidikan;
4). Pemulihan ekosistem dengan cara rehabilitasi dan restorasi; 5). Pembangunan
dan pemeliharaan sarana dan prasarana berupa sarana telekomunikasi dan listrik,
fasilitas transportasi, pertahanan dan keamanan dan lain-lain yang bersifat strategis
dan tidak dapat terelakkan.
5. Zona Tradisional
Zona tradisional adalah bagian dari Kawasan Hutan Laiwangi Wanggameti yang
ditetapkan untuk kepentingan pemanfaatan tradisional oleh masyarakat yang
karena kesejarahan mempunyai ketergantungan dengan sumber daya alam. Tujuan
penetapan zona tradisional adalah (i) mengakomodasi pemanfaatan secara
tradisional yang dilakukan oleh penduduk setempat, terutama yang memiliki
keterikatan secara adat istiadat/turun temurun terhadap SDA dalam kawasan taman
nasional, dan (ii) mencegah kemungkinan terjadinya perluasan perambahan untuk
perladangan dan pemanfaatan lain yang merusak.
Fungsi dan peruntukan zona tradisional Kawasan Hutan Laiwangi Wanggameti
adalah untuk pemanfaatan potensi tertentu taman nasional oleh masyarakat
setempat secara lestari melalui pengaturan pemanfaatan dalam rangka memenuhi
kebutuhan hidupnya.
Pada umumnya zona tradisional berada pada ketinggian antara 250 – 750 mdpl
dengan kelerengan antara 0 - 40%. Lokasi zona tradisional paling tinggi wilayahnya
adalah pada lokasi Mahaniwa (Patamawai) dengan kelerengan 25 – 40%. Kondisi
wilayah pada zona tradisional umumnya adalah berupa hamparan dengan topografi
landai. Hal ini dikarenakan areal tersebut merupakan areal yang telah dilakukan
pemanfaatan oleh masyarakat sebelum ditetapkan Kawasan Hutan Laiwangi
Wanggameti yaitu dengan pengolahan lahan menjadi lahan kebun. Lahan kebun
tersebut kemudian ditanami jenis tanaman kayu keras (tanaman jangka panjang)
yang dimanfaatkan hasil hutan bukan kayu dan jenis tanaman musiman.
Berdasarkan hasil kajian, evaluasi dan pembahasan yang telah dilakukan diperoleh
luasan zona tradisional adalah 3.410,25 Hektar atau 8,12% dari luas kawasan TN
Laiwangi Wanggameti. Tersebar pada 31 (tiga puluh satu) titik lokasi berada pada
4 (empat) wilayah resort pengelolaan, Resort Wudipandak (SPTN II Lewa) dan
Resort Tawui, Resort Tandula Jangga serta Resort Wanggameti (SPTN III Matawai
Lapau).
Bentuk-bentuk kegiatan yang dapat dilakukan dalam zona tradisional kawasan TN
Laiwangi Wanggameti meliputi: 1). Perlindungan dan pengamanan; 2).
Inventarisasi dan monitoring sumberdaya alam hayati dan ekosistem; 3).
Pembinaan habitat dan populasi dalam rangka mempertahankan keberadaan
populasi hidupan liar; 4). Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan serta
pendidikan; 5). Wisata alam terbatas; 6). Pemanfaatan sumberdaya genetik dan
plasma nutfah untuk penunjang budidaya; 7). Pembangunan sarana dan prasarana
pengelolaan terbatas untuk mendukung kegiatan point 1 hingga 6; 8). Pemanfaatan
potensi dan kondisi SDA oleh masyarakat secara tradisional.

69
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

Dengan melihat sebaran dan luasan zona tradisional pada Kawasan TN Laiwangi
Wanggameti belum sepenuhnya dikelola dengan pola kemitraan konservasi, blok
hutan Lailunggi merupakan salah satu lokasi yang telah dikelola dengan pola
kemitraan. Bentuk kemitraan yang telah terbangun berupa pemungutan hasil hutan
bukan kayu (HHBK) oleh kelompok tani hutan Taman Wangi. Peluang terbangunnya
kemitraan konservasi dikawasan TN Laiwangi Wanggameti Bersama masyarakat
cukup tinggi, dengan melihat kondisi faktual dilapangan. Secara keseluruhan
±3.000 Ha luas zona tradisional TN Laiwangi Wanggameti dapat dikelola secara
kolaboratif melalui pendekatan kemitraan konservasi.
6. Zona Rehabilitasi
Zona rehabilitasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kawasan TN
Laiwangi Wanggameti yang mengalami kerusakan baik secara alami maupun
dampak dari gangguan manusia sehingga perlu dilakukan kegiatan pemulihan
ekosistem. Zona rehabilitasi merupakan zona baru kawasan TN Laiwangi
Wanggameti yang ditetapkan oleh Balai TN Matalawa untuk mendukung kegiatan
rehabilitasi hutan dan pemulihan ekosistem.
Dasar penentuan zona rehabilitasi kawasan TN Laiwangi Wanggameti adalah kajian
yang dilakukan oleh Balai TN Matalawa, melalui kegiatan groundcheck analisis
kesesuaian lahan serta kajian pemulihan ekosistem yang dilakukan pada beberapa
titik lokasi. Serta proses Justifikasi pada area-area yang telah dilakukan kegiatan
rehabilitasi hutan dan lahan pada periode waktu tahun 2010 hingga 2014. Atas
dasar proses tersebut luasan Zona Rehabilitasi ditetapkan sebesar 2.034,87 hektar
atau 4,84% dari luas kawasan TN Laiwangi Wanggameti, tersebar pada 13 (tiga
belas) lokasi zona rehabilitasi. Dari ketiga belas lokasi tersebut, hanya 1 (satu) lokasi
yang belum dilakukan kegiatan rehabilitasi/pemulihan ekosistem yaitu pada zona
rehabilitasi Wanggameti dengan luas 38,74 Ha. Sedangkan lokasi zona rehabilitasi
lainnya telah dilaksanakan kegiatan rehabilitasi ataupun pemulihan ekosistem pada
periode waktu 2010 s.d. 2019.
Sedangkan sebaran lokasi zona rehabilitasi di kawasan TN Laiwangi Wanggameti
merata mulai dari resort pengelolaan Wudipandak (SPTN II Lewa) dan Resort
Tandula Jangga serta Resort Wanggameti (SPTN III Matawai Lapau). Bentuk-
bentuk kegiatan yang dapat dilakukan pada zona rehabilitasi meliputi 1).
Perlindungan dan pengamanan; 2). Inventarisasi dan monitoring sumberdaya alam
hayati dan ekosistem; 3). Pembinaan habitat dan populasi dalam rangka
mempertahankan keberadaan populasi hidupan liar; 4). Penyerapan dan
penyimpanan jasa lingkungan karbon; 5). Pemanfaatan sumberdaya genetik dan
plasma nutfah untuk penunjang budidaya; 6). Pemulihan Ekosistem; 7).
Pelepasliaran dan/atau reintroduksi satwa liar; 8). Pembangunan sarana dan
prasarana pengelolaan terbatas untuk mendukukung kegiatan point 1 hingga 7.

70
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

BAB IV. STRATEGI DAN RENCANA AKSI

Strategi pengelolaan dirumuskan sebagai bentuk teknik/cara pencapaian keseluruhan


sasaran dan keluaran yang direncanakan pada Rencana Pengelolaan Jangka Panjang (RPJP)
Taman Nasional Manupeu Tanahdaru dan Laiwangi Wanggameti (TN Matalawa) Periode
2017 - 2026. Strategi diterapkan berdasarkan kondisi dan potensi Balai TN Matalawa,
terkait dengan ketersediaan sumber daya pengelola TN Matalawa (SDM, Pendanaan,
sarana dan prasarana), dan jaringan dukungan kelembagaan oleh para pihak dalam
pengelolaan TN Matalawa.
Berdasarkan analisa permasalahan, akar permasalahan TN Matalawa adalah besarnya
degradasi ekosistem kawasan oleh berbagai faktor yang mengancam kelestarian
biodiversitas penting. Kondisi ini dipicu oleh rendanya dukungan terhadap eksistensi
kawasan TN Matalawa, rendahnya kapasitas pengelolaan, dan lemahnya koordinasi
dengan para pihak. Kondisi ini akan semakin parah/akut jika tidak diimbangi dengan
strategi yang tepat, aplikatif dan spesifik. Strategi umum yang diterapkan dalam RPJP Balai
TN Matalawa periode 2018 - 2027, terdiri dari:
A. Strategi Umum
1. Pengukuhan Kawasan Hutan
Kawasan hutan TN Matalawa terbentuk dari 2 (dua) Kawasan hutan konservasi di Pulau
Sumba yang dikelola oleh satu unit pelaksana teknis Taman Nasional Ditjen KSDAE,
melalui peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.7/Menlhk/Setjen/ OTL.0/1/2016.
Walaupun ditunjuk sebagai kawasan konservasi melalui Surat Keputusan yang sama,
namun proses pengukuhan kawasan hutan kedua wilayah ini sedikit berbeda.
Tata Batas Kawasan hutan Laiwangi Wanggameti masih merujuk pada hasil tata batas
1984/1985 (RTK.50) dan sudah ditetapkan melalui surat Keputusan Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan nomor: SK. 1158/MenLHK-PKTL/KUH/PKTL.2/4/2016. Sedangkan
Tata batas kawasan hutan Manupeu Tanahdaru Tata batas yang digunakan, adalah Tata
Batas Partisipatif tahun 2003,2004,2005,2006, 2011, 2012 dan 2013 yang aspek
legalitas kawasannya sudah lebih diakui oleh masyarakat sekitar, namun hingga saat ini
tata batas tersebut belum ditetapkan dalam suatu surat keputusan.
Guna mendorong pengelolaan kawasan yang akuntable dan professional, pengukuhan
kawasan hutan merupakan aspek utama yang harus dipenuhi. Dimana legalitas kawasan
hutan, menjadi hal yang sangat prinsipil dalam mengelola kawasan hutan dan
mempermudah pengelola kawasan dalam mengambil kebijakan. Terdapat 3 (tiga) hal
yang menjadi fokus pengelolaan kawasan TN Matalawa terkait pengukuhan kawasan
hutan, diantaranya (i) Mendorong Tata Batas Partisipatif pada kawasan hutan Laiwangi
Wanggameti, (ii) Mendorong penetapan batas kawasan hutan Manupeu Tanahdaru hasil
Tata batas partisipatif, dan (iii) Mengkaji ulang Zonasi Taman Nasional Matalawa yang
telah disahkan.
2. Pengelolaan Berbasis Resort
Pengelolaan berbasis resort dibangun dalam upaya peningkatan efektivitas kelola,
peningkatan pelayanan publik, distribusi peran dan tanggungjawab, dan intensifikasi

71
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

penanganan potensi dan permasalahan pengelolaan TN Matalawa. Sistem resort


dikembangkan secara spesifik dalam pelestarian dan pemanfaatan potensi sumber
daya alam sehingga mampu dilakukan pengembangan dan optimalisasi potensi.
Inisiasi taman nasional model diterapkan sebagai wujud pengelolaan potensi spesifik,
yaitu biodiversitas asli, endemik dan langka yang tersimpan dalam kawasan TN
Matalawa. Potensi spesifik membutuhkan perlakuan kelola spesifik sehingga patut
dan selaras jika dikembangkan sebagai Taman Nasional Model.
Perkembangan permasalahan dan gangguan kawasan semakin kompleks seiring
dengan tingkat tekanan penduduk di sekitar kawasan TN Matalawa. Spesifikasi
gangguan pada kawasanpun berbeda dengan tipologi gangguan pada bagian
kawasan yang lain. Implikasinya adalah diperlukan manajemen kelola kawasan
spesifik didasarkan pada konteks permasalahan bagian kawasan. Pengelolaan
tanpa pertimbangan konteks spesifik tidak dimungkinkan berhasil sukses karena
tidak menyentuh akar permasalahan secara signifikan. Pendekatan resort
dibangun sebagai bentuk klasifikasi ( clustering) dan distribusi kekuatan ( power)
dalam mengelola permasalahan yang timbul.

3. Penguatan Jaringan Dan Kemitraan


Dalam mewujudkan visi - misi pengelolaan TN Matalawa diperlukan dukungan dari
para pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Dukungan dibutuhkan
sebagai wujud partisipasi pengelolaan. Penguatan jaringan dilakukan sebagai media
komunikasi kebijakan pengelolaan TN Matalawa kepada para pihak sehingga
kepentingan para pihak dalam pengelolaan TN Matalawa dapat diakomodasi sesuai
dengan kesepahaman pengelolaan TN Matalawa. Jaringan dapat difungsikan juga
sebagai media promosi dan penguat eksistensi TN Matalawa.
Salah satu wujud penguatan jaringan adalah dibentuknya “Forum Taman Nasional”
yang merupakan wadah komunikasi dan penyerapan aspirasi dalam pengelolaan
TN Matalawa. Forum ini dibentuk dari para pihak atas inisiasi Balai TN
Matalawa, terdiri dari unsur Pemerintah Daerah, Masyarakat secara luas,
Akademisi perguruan tinggi, LSM, investor, pemerhati lingkungan dan para pihak
yang terlibat dalam pengelolaan TN Matalawa.
Kemitraan dibangun atas dasar kesepahaman dan kesepakatan pengelolaan yang
saling menguntungkan. Kemitraan dapat berupa program penelitian dan
pendidikan, investasi pemanfaatan sumber daya alam dan bentuk-bentuk
kerjasama lainnya. Mekanisme kerjasama dalam kemitraan diatur sedemikian rupa
sehingga kontribusi dan nilai manfaat dapat disharing secara adil dan transparan.
Salah satu bentuk kemitraan adalah manajemen kolaboratif, mengakomodasi
kepentingan para pihak dalam pengelolaan suatu sumber daya. Dalam sistem
taman nasional batasan kolaboratif adalah pembagian kewenangan, kewajiban dan
hak sesuai dengan ketentuanperundangan berlaku. Kontribusi para pihak
dialokasikan sesuai output yang hendak dicapaibersama. Kolaboratif ditekankan
pada mekanisme kerjasama dalam pencapaian tujuan bersama.

72
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

4. Pengembangan Kemandirian Kelembagaan - Peningkatan Kapasitas SDM


Permasalahan pokok pada rendahnya sumber daya manusia (SDM) merupakan
kendala pengelolaan TN Matalawa. Kondisi ini berdampak pada kualitas kinerja
program TN Matalawa terhadap pencapaian sasaran dan outputnya.
Profesionalisme kerja adalah tuntutan dalam mewujudkan pengelolaan TN
Matalawa yang mandiri. Untuk pencapaian strategi ini, peningkatan kapasitas
SDM mutlak diperlukan sebagai kebutuhan menejemen. Perencanaan pengelolaan
jangka panjang Balai TN Matalawa menetapkan perlunya program-program
peningkatan kapasitas SDM sebagai tuntutan perubahan global.
Kemandirian diwujudkan dengan optimalisasi kinerja, terpenuhinya kapasitas
pengelola, dan kemampuan dalam mengatasi keseluruhan permasalahan yang timbul
secara efektif, efisien dan aplikatif di lapangan. Kemandirian juga ditunjukkan
dengan kemampuan lembaga dalam memenuhi pembiayaan pengelolaan secara
swadana baik secara keseluruhan maupun sebagian program-program yang
direncanakan.
5. Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja
Peningkatan efektivitas pengelolaan TN Matalawa dibangun dengan mekanisme
anggaran berbasis kinerja. Setiap anggaran yang dikeluarkan dalam setiap
program/kegiatan dipertanggung jawabkan berdasarkan kinerja dan output
yang dihasilkan. Strategi anggaran berbasis kinerja diterapkan sebagai bentuk
kontrol dan penilaian kinerja kelembagaan TN Matalawa.

6. Penguatan Pengelolaan Biodiversitas


Taman Nasional Matalawa merupakan kawasan Taman Nasional dengan karakteristik
biodiversitas yang sangat khas dan tinggi. Biodiversitas utama merupakan jenis
spesies endemik/kunci yang langka terancam punah. Spesies yang hanya dijumpai
keberadaannya di Pulau Sumba. Potensi biodiversitas ini perlu tuntutan pengelolaan
spesifik sehingga sesuai dengan tuntutan kelestariannya.
Penguatan program pengelolaan biodiveritas dilakukan sebagai bentuk strategi
konservasi yang diterapkan pengelola TN Matalawa. Penguatan terhadap kapasitas
pengelolaan biodiversitas merupakan tuntutan berjalannya fungsi Taman Nasional
dalam pengawetan sumber daya alam. Program-program ini sebagai kebutuhan
dalam penentuan kebijakan pengelolaan prioritas, mengingat bahwa dasar
penetapan Balai TN Matalawa adalah tingginya potensi biodiversitas tersebut.
Penguatan biodiversitas dilaksanakan secara integratif dengan para pihak sehingga
terjamin mekanisme penguatan secara masal. Mekanisme partisipasi diatur
sedemikian rupa sehingga tidak terjadi kesalahan komunikasi dan pelanggaran
terhadap ketentuan yang berlaku. Pada kondisi ini, pembangunan kesepahaman para
pihak mutlak diperlukan.
7. Pemberdayaan Sosial
Wujud pencapaian visi-misi Balai TN Matalawa adalah terciptanya kesejahteraan
sosial bagi masyarakat sekitar kawasan dengan adanya program-program

73
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

pemberdayaan sosial. Strategi pemberdayaan sosial sebagai instrument membangun


kesepahaman pengelolaan TN Matalawa dengan partisipasi masyarakat dalam
mewujudkan konservasi sumber daya alam TN Matalawa. Program-program
pemberdayaan dimaksudkan sebagai wujud penguatan kapasitas lokal sehingga
mampu secara swadaya memenuhi kebutuhan pokoknya, dan secara tidak
langsung mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap potensi SDA hutan TN
Matalawa.
Pemberdayaan juga dimaksudkan sebagai peluang akses masyarakat dalam
mengelola sumber daya alam TN Matalawa melalui mekanisme kerjasama. Hal pokok
yang ditekankan adalah regulasi dan batasan akses sumber daya alam sehingga
terpenuhi pengaturan tata ruang kawasan yang optimal. Kesepahaman tata ruang
kawasan dibangun sebagai acuan besaran peran serta masyarakat terhadap sistem
pengelolaan TN Matalawa.

8. Penerapan Mekanisme Pendanaan Kolaboratif


Mekanisme pendanaan kolaborasi dibangun sebagai strategi pembiayaan
pengelolaan TN Matalawa dimasa yang akan datang. Keterbatasan dana kelola
menjadi pokok permasalahan tersendatnya beberapa program-program pengelolaan
TN Matalawa. Strategi pendanaan kolaborasi merupakan mekanisme pengumpulan
dana publik sebagai dana pembiayaan pengelolaan tanpa batas. Harapan yang
diinginkan adalah Balai TN Matalawa mampu secara keseluruhan atau sebagian
pendanaan terpenuhi secara mandiri. Beberapa pokok yang menjadi prinsip strategi ini
adalah:
• Tersedia dan terbangunnya kelembagaan pendanaan kolaborasi Balai TN
Matalawa yang mampu secara profesional mengelola pendanaan.
• Partisipasi para pihak dalam memberikan dukungan pendanaan dalam
pengelolan melalui jaringan kemitraan dan pendanaan TN Matalawa.
• Diterapkannya penggunaan anggaran berbasis kinerja, mekanisme pelaporan
yang akuntabel dan transparan.
B. Strategi Kebijakan
Strategi kebijakan diambil sebagai pedoman pelaksanaan program dilapangan. Regulasi-
regulasi spesifik disusun dan dilaksanakan sebagai kontrol dan pedoman/aturan
pelaksanaan. Regulasi pada konteks ini dibagi dalam 2 komponen, yaitu:
1. Regulasi pada tingkat pusat yaitu Kehutanan secara umum
Mengacu pada kebijakan-kebijakan hierarkhis dan regulasi-regulasi kehutanan
secara umum. Regulasi ini mencakup: UU, PP, Perpu, Kepres, Kepmen, dan aturan
hierarkhis lainnya pada Kementrian Kehutanan RI.
2. Regulasi pada tingkat Balai TN Matalawa
Regulasi pada tingkat balai diambil sebagai bentuk kebijakan/keputusan
pengelolaan TN Matalawa terhadap segala bentuk penyelesaian permasalahan di
lapangan. Kebijakan juga mengatur teknis pelaksanaan lapangan, arahan kinerja,
bentuk-bentuk mitigasi dampak dan aturan-aturan pada tataran teknis lainnya.

74
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

Strategi kebijakan diterapkan sebagai pedoman mengikat terhadap partisipasi para pihak
dalam pengelolaan TN Matalawa. Arahan regulasi difokuskan pada terbangunnya
kondisi kondusif, peningkatan dukungan para pihak dan kejelasan aturan keterlibatan
dalam pengelolaan TN Matalawa.
Rencana aksi merupakan serangkaian kegiatan atau seperangkat tindakan untuk mencapai
tujuan pengelolaan. Kegiatan perlu dirumuskan dengan mengacu pada indikator
keberhasilan yang ditetapkan sehingga tujuan pengelolaan dapat dicapai. Rencana aksi
yang disusun harus disesuaikan dengan hasil analisisnya, sehingga tidak mencerminkan
kegiatan untuk mencapai visi dan tujuan pengelolaan.
Rencana aksi ini memuat rincian jenis-jenis kegiatan dalam setiap strategi yang memuat
instansi/lembaga penyelenggara, indikatif kebutuhan anggaran DIPA maupun non DIPA
dan lokasi kegiatan (zona/ blok/ grid/ petak/ desa/ kecamatan). Strategi dan rencana aksi,
memuat strategi dan rencana aksi setiap prioritas pengelolaan berdasarkan analisa yang
digunakan untuk mencapai tujuan. Sumber pendanaan, terdiri dari kebutuhan dana
indikatif selama jangka waktu 10 tahun yang dapat bersumber dari APBN, APBD adan dana
lain yang tidak mengikat. Rencana aksi perlu dirumuskan dengan mengacu pada indikator
keberhasilan yang ditetapkan sehingga program dapat dicapai. Karakteristik rencana aksi
(Faida, 2016):
1. Memiliki penanggung jawab agar pelaksanaannya dapat dilakukan dan terpantau
dengan baik;
2. Memiliki jadwal pelaksanaan dan evaluasi pelaksanaan terperiodik;
3. Bisa diukur hasilnya secara SMART:
a. Spesific / spesifik
b. Measurable / terukur
c. Achievement oriented / berorientasi pada pencapaian
d. Realistic / realistis
e. Time limited / dibatasi waktu.

Rencana pengelolaan dilakukan dengan mengkorelasikan aspek pengelolaan meliputi yang


meliputi sasaran pokok, prioritas pengelolaan, bentuk program/kegiatan dan keluaran
yang diharapkan. Sasaran pokok mengarah pada kondisi ideal yang akan dicapai. Prioritas
pengelolaan dan bentuk program/kegiatan dirumuskan berdasarkan kajian kapasitas
internal dan eksternal pengelolaan TN Matalawa sehingga dapat dicapai keluaran yang
diharapkan. Strategi diterapkan sebagi bentuk langkah-langkah tepat dalam mewujudkan
capaian.
Analisa ditekankan pada prioritas pengelolaan pokok yang meliputi: pemantapan
kawasan, penyusunan rencana pengelolaan, pengelolaan potensi kawasan,
perlindungan dan pengamanan hutan, pengelolaan penelitian dan pendidikan,
pemantauan dampak penting, pengembangan koordinasi, pemberdayaan masyarakat
penyangga, sarana-prasarana, dan monitoring serta evaluasi
Berdasarkan uraian strategi pengelolaan kawasan TN Matalawa, yang merupakan tindak
lanjut dari penjabaran visi, misi dan tujuan pengelolaan kawasan. Maka dirumuskan sasaran

75
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

pengelolaan Balai Taman Nasional Matalawa periode waktu 2017-2026, sebagai berikut:
1. Kemantapan Kawasan dan Optimalisasi fungsi tata ruang kawasan TN Matalawa.
2. Kemandirian pengelolaan TN Matalawa sebagai inisiasi pengembangan TN Matalawa.
3. Kemantapan Habitat, terjaganya biodiversitas, kelestarian spesies endemik, langka
dan terancam punah.
4. Terciptanya Kawasan hutan yang mantap, upaya perlindungan kawasan yang
kondusif dan minimnya angka gangguan serta ancaman terhadap kawasan TN
Matalawa.
5. Peningkatan Usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan Wisata Alam (PJLWA) serta
optimalisasi upaya pemanfaatan secara berkelanjutan.
6. Pemberdayaan masyarakat yang berkeadilan guna mewujudkan kesejahteraan
sosial.
7. Terbangunnya database dan sistem informasi manajemen TN Matalawa.
8. Meningkatnya daya jual dan posisi tawar TN Matalawa dalam sektor pembangunan
sosial.
9. Terbangunnya kelembagaan penelitian untuk pendidikan publik dan pengembangan
IPTEK konservasi.
10. Terbangunnya mekanisme kolaborasi pengelolaan dan pendanaan TN Matalawa.
11. Peningkatan kapasitas pengelolaan TN Matalawa.
Pengelolaan jangka panjang TN Matalawa dijabarkan dalam matriks pengelolaan. Garis
besar proses pengelolaan dilakukan berdasarkan tahapan-tahapan, yaitu pemetaan
kondisi internal-eksternal pengelolaan, perencanaan pengelolaan, input, proses
pelaksanaan/implementasi dan output yang ditargetkan. Pemetaan kondisi internal-
ekternal TN Matalawa meliputi gambaran potensi kawasan, permasalahan kelola,
gangguan dan ancaman, sarana-prasarana pendukung dan keterlibatan para pihak
(stakeholder). Pemetaan ini dilakukan dengan maksud untuk mengukur kapasitas
pengelolaan yang dimiliki dan sebagai dasar dalam perencanaan pengelolaan TN Matalawa.
Perencanaan pengelolaan dibagi dalam 2 (dua) bentuk berdasarkan jangka waktu kelola,
yaitu pengelolaan jangka panjang dan pengelolaan jangka pendek/tahunan. Instrumen
analisa yang dapat diterapkan dalam perumusan rencana pengelolaan TN Matalawa adalah
analisis SWOT.
Penjabaran rencana kelola dijabarkan berdasarkan visi, misi dan tujuan pengelolaan yang
hendak dicapai. Sedangkan, untuk membatasi/memfokuskan arah kelola, maka
ditetapkan sasaran pengelolaan dan difokuskan pada aspek prioritas pengelolaan yang
dapat dilakukan. Sasaran merumuskan arah pengelolaan yang akan dituju dalam
menghasilkan capaian. Perumusan terhadap visi, misi, tujuan dan sasaran pengelolaan
dimaksudkan untuk menghasilkan bentuk program/kegiatan yang dilakukan dan
diproyeksikan memiliki keluaran optimal.
Dalam tahap pelaksanaan, dukungan input pengelolaan sangat diperlukan dalam
mempercepat proses pelaksanaan dan mengoptimalkan hasil capaian. Disamping itu,
strategi pengelolaan diterapkan dalam meningkatkan efektivitas pelaksanaan
program/kegiatan, baik dengan cara optimalisasi antara input dan output/hasil capaian
yang ditargetkan. Keberhasilan capaian dibuktikan dengan indikator dan instrumen

76
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

pembuktian yang ditetapkan yang dibagi dalam 3 komponen, yaitu keberhasilan capaian
tingkat output/keluaran, keberhasilan capaian tingkat sasaran dan keberhasilan capaian
tingkat tujuan pengelolaan.
Keluaran yang dihasilkan merupakan umpan balik terhadap proyeksi keberhasilan
pengelolaan yang diterapkan. Jika keluaran telah sesuai dengan tujuan dan sasaran
pengelolaan yang ditetapkan, maka pengelolaan dapat dikategorikan berhasil, akan tetapi
jika tidak tercapai kesinkronan/kesesuaian maka pengelolaan yang diterapkan dapat
dikategorikan belum berhasil. Pada konteks ini, pengelola harus melakukan evaluasi dan
proyeksi akhir terhadap keberhasilan pengelolaan yang diterapkan.
Dalam upaya pencapaian ke-11 sasaran pengelolaan TN Matalawa, maka dirumuskan
keluaran yang akan dicapai dan bentuk program/kegiatan prioritas yang akan
diimplementasikan, yaitu sebagai berikut:
1. Kemantapan Kawasan dan optimalisasi fungsi tata ruang kawasan TN
Matalawa
Kemantapan kawasan dan optimalisasi fungsi tata ruang kawasan dicapai dengan
adanya pengakuan terhadap eksistensi kawasan oleh para pihak. Kesepakatan
dibangun sebagai aspek legalitas terhadap bentuk pelibatan dan pengakuan hak
kelola kawasan oleh pengelola TN Matalawa. Konteks ini dibangun, mengingat
beberapa pokok permasalahan kemantapan kawasan meliputi kemantapan kawasan
yang rendah, perambahan dan klaim kawasan, tingkat kesejahteraan masyarakat
sekitar yang rendah, inisiasi desa konservasi dan peningkatan jumlah penduduk yang
tinggi. Ragam permasalahan kawasan tersebut dapat dituntaskan jika aspek
legalitas dan kesepakatan penataan kawasan telah terwujud dan berfungsi optimal.
Untuk pencapaian kemantapan kawasan dan optimalisasi fungsi tata ruang kawasan
TN Matalawa, ditetapkan keluaran sebagai berikut:

a) Pengukuhan Kawasan TN. Manupeu Tanah Daru

Pengukuhan kawasan TN. Matalawa merupakan tugas pokok dan fungsi


integratif BPKH XIV Kupang (Balai Pemantapan Kawasan Hutan Kupang).
Namun demikian, Unit Pelaksana Tugas Balai Taman Nasional Manupeu Tanah
Daru tetap membutuhkan sinkronisasi, koordinasi dan kerjasama dengan
berbagai pihak dalam proses tata batas kawasan. Dengan demikian, upaya-
upaya percepatan proses tata batas lebih cepat terselesaikan. Bentuk
program/kegiatan dalam rangka percepatan proses pengukuhan kawasan TN.
Matalawa meliputi koordinasi dengan BPKH XIV Kupang, Pemda terkait dan
masyarakat setempat; dukungan personil dalam proses penyusunan trayek, pal
batas, dan bentuk-bentuk kegiatan lainnya yang bersifat pemercepatan proses
pengukuhan kawasan TN. Manupeu Tanah Daru.

b) Terwujudnya Regulasi Zonasi yang Implementatif.

Pencapaian sasaran pada point pertama dapat diwujudkan dengan adanya


pengukuhan kawasan yang permanen dan disepakati para pihak yang
berkepentingan. Pada tahapan ini, mekanisme pengumpulan informasi potensi

77
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

dan rencana pengelolaan dilakukan dengan pendekatan partisipatif. Regulasi


dibangun sebagai pedoman dan acuan pengelolaan kawasan secara integratif
sehingga pada tataran lapangan tidak dijumpai diskontruksi dan benturan
kepentingan pengelolaan TN Matalawa. Pokok-pokok penting pengukuhan
kawasan diperuntukkan dalam penyelesaian:

• Permasalahan klaim kawasan dan sengketa agraria.


• Tata batas kawasan sebagai batas tenurial dengan lahan kelola masyarakat.
• Penyelesaian ketidakjelasan status hukum agraria dan tenurial pada
lahan-lahan dalam kawasan TN Matalawa.

Kajian komprehensif dalam penentuan zonasi dilakukan sebagai bentuk instrumen


dasar penetapan regulasi yang akan ditetapkan. Pada aktivitas ini, kepentingan para
pihak dirangkum dan dianalisa kesesuaiannya dengan fungsi penetapan TN
Matalawa. Kajian regulasi juga dimaksudkan sebagai bentuk penggalian informasi
terhadap sistem dan mekanisme pengetrapan aturan secara efektif dan
implementatif.
Regulasi mengatur ketentuan aturan terhadap aktivitas yang dilarang dan
diijinkan, mekanisme pelibatan, akses, pemanfaatan dan kontrol terhadap sumber-
sumber agrarian dalam kawasan. Regulasi dibangun sebagai bentuk kesepakatan
dan kontrak-kontrak sosial terhadap para pihak sehingga dibangun konsistensi dan
tanggungjawab terhadap pengelolaan TN Matalawa.

c) Terciptanya Pengaturan Tata Ruang Kawasan Yang Mampu


Mengakomodasi Kepentingan Pengelolaan Taman Nasional TN Matalawa.
Pengaturan tata ruang dalam kawasan TN Matalawa dilakukan dengan
penetapan Zonasi, meliputi Zona Inti, Zona Rimba, Zona Pemanfaatan, Zona
Rehabilitasi, Zona Tradisional, Zona Religi dan Budaya dan Zona Khusus.
Penetapan Zona dilakukan dengan pengkajian potensi dan prioritas permasalahan
yang timbul dalam kawasan. Pengakomodasian kepentingan para pihak disesuaikan
dengan tujuan dan fungsi kelola taman nasional (Sriyanto, A. 2003).
Tata zonasi disusun dengan pengeplotan potensi kawasan pada peta. Instrumen
yang dipergunakan dalam mempermudah dan memperjelas deskripsi potensi
kawasan adalah Sofwer Arc View GIS dan citra Landsat. Interpretasi dilakukan dalam
upaya mempertajam deskripsi dalam pemetaan potensi kawasan.
• Zona Inti dan Zona Rimba
Zona inti dan rimba ditentukan berdasarkan kajian terkait dengan fungsi
penting kawasan terhadap pelestarian, pengawetan dan konservasi spesies
kunci dan penting serta prosesproses penting ekologis.
• Zona Pemanfaatan
Potensi-potensi penting TN Matalawa dikembangkan dan dimanfaatkan
dengan tetap menunjang kelestariannya. Kawasan pemanfaatan tersebut
dimasukkan dalam zona pemanfaatan yang merupakan unit areal
pemanfaatan secara optimal. Beberapa tujuan pemanfaatan berupa
penguasahaan ekowisata, pemanfaatan jasa lingkungan air, pemanfaatan

78
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

untuk tujuan PLTM, pemanfaatan untuk wisata minat khusus (Bird watching
dan eksplorasi gua) dan pemanfaatan potensi-potensi lain pada areal
pemanfaatan. Zona pemanfaatan Para pihak dapat berpartisipasi dalam
upaya pemanfaatan potensi kawasan TN Matalawa dengan terlebih dahulu
berkoordinasi dengan pihak Balai TN Matalawa.
• Zona Rehabilitasi
Zona rehabilitasi ditetapkan pada areal-areal kritis terganggu
(disturbances) dan areal rentan ekosistem penting. Pemilihan areal
rehabilitasi TN Matalawa dibedakan berdasarkan: aktivitas restorasi habitat,
aktivitas rehabilitasi/reboisasi areal rentan, pemulihan habitat degradasi dan
pembinaan habitat kritis.
• Zona Tradisional
Zona tradisional ditetapkan berdasarkan pola pemanfaatan tradisional yang
telah dilakukan secara turun-temurun tanpa merusak kestabilan habitat
yang ada. Beberapa kawasan yang memiliki potensi hasil hutan non kayu
berupa buah, madu, getah, biji kemiri, biji pinang dan sebagainya dimasukkan
dalam zona tradisional.
• Zona Religi dan Budaya
Zona religi dan budaya ditetapkan terkait dengan adanya aktivitas agama,
kepercayaan, persembahan dan bentuk-bentuk kegiatan keagamaan/
kepercayaan. Areal-areal aktif kegiatan keagamaan dipetakan dengan
pendekatan antropologi, sosiologi, atau pendekatan kajian sosial lainnya.
Hasil kajian dipergunakan sebagai landasan penetapan zona religi.
Zona budaya diperuntukkan pada kawasan dalam TN Matalawa yang masih
aktif memiliki aktivitas budaya, terdapat situs sejarah penting ilmu
pengetahuan nasional, bukti sejarah penting, terdapat peninggalan benda-
benda penting, ditemukannya fosil dan bentuk-bentuk indikasi budaya
manusia.
• Zona Khusus
Zona khusus ditetapkan terkait dengan adanya fungsi khusus dan penting
dalam peningkatan pembangunan daerah dan nasional. Diantaranya adalah
keberadaan jalan utama propinsi yang telah terbangun sebelum
ditetapkannya Taman Nasional TN MATALAWA. Beberapa tujuan khusus
ditetapkannya zona khusus adalah adanya pemanfaatan khusus
telekomunikasi, yaitu pembangunan BTS (stasiun relay dan pemancar signal
telekomunikasi).

2. Kemandirian Pengelolaan TN Matalawa Sebagai Inisiasi Pengembangan TN


Matalawa
Kemandirian pengelolaan TN Matalawa dibagi dalam aspek kemandirian pengelolaan
terhadap potensi spesifik TN Matalawa. Persebaran potensi biodiversitas TN
Matalawa secara umum tersebar merata sehingga perlu adanya pewilayahan teknis

79
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

tingkat lapangan. Pendekatan manajemen berbasis resort merupakan alternatif


solusi yang diterapkan. Dengan demikian, pengelolaan dapat menyelesaikan
permasalahan sampai tingkat bawah dan pengembangan pengelolaan secara lebih
spesifik berdasar resort.
Kemandirian pengelolaan terbangun oleh adanya kemampuan pengelolaan TN
Matalawa secara optimal, swadaya dan terintegrasi dengan kebijakan-kebijakan
kehutanan skala nasional. Dalam peningkatan efektivitas kinerja, Pengelola
menerapkan sistem dan mekanisme kinerja sehinggaakuntabilitas kinerja dapat
diwujudkan. Dalam pencapaian sasaran ini, keluaran yang diinginkan meliputi:
a) Terwujudnya Pengelolaan TN Matalawa Berbasis Resort.
Perwujudan model pengelolaan berbasis resort ditujukan sebagai bentuk
optimaliasi dan peningkatan efektivitas pengelolaan TN Matalawa. Pendekatan
resort dinilai penting untuk diimplementasi sebagai wujud profesionalitas
pengelolaan berdasarkan distribusi hak, kewenangan dan kewajiban satuan
pemangkuan hutan.
Pengembangan lebih lanjut, dilakukan kajian inisiasi taman nasional dengan
manajemen berbasis resort sebagai wujud kemandirian taman nasional TN
Matalawa dalam mengelola potensi spesifik di Pulau Sumba. Taman nasional
dengan pendekatan manajemen resort merupakan salah satu alternatif
pengelolaan TN Matalawa dengan karakteristik khas, disesuaikan dengan sosio -
kultur setempat dan tantangan pengembangan masa depan dalam konservasi
sumber daya alam TN Matalawa.

3. Kemantapan habitat, terjaganya biodiversitas, kelestarian spesies endemik,


langka dan terancam punah.
Kemantapan habitat TN MATALAWA terwujud dengan terpenuhinya kesesuaian
daya dukung habitat dengan dinamika populasi didalamnya. Habitat mampu
menjadi tempat hidup secara lestari, menjamin kembangbiak populasi dan
menurunkan laju degradasi. Kondisi terjaganya habitat didasari pada optimalnya
produktivitas populasi, ukuran minimal populasi, peningkatan kemampuan breeding,
ketersediaan sumber daya, rendahnya ancaman, dan tersusunnya aksi konservasi
biodiversitas secara berkelanjutan.
Prioritas sasaran pengelolaan pada kelestarian spesies endemik dan terancam punah.
Sasaran ini dapat diwujudkan dengan aksi-aksi konservasi spesies, pemulihan
spesies dan reintroduksi spesies asli. Penetapan prioritas didasarkan pada nilai penting
spesies sebagai spesies kunci/flagship spesies TN MATALAWA. Keluaran yang diinginkan
meliputi:
a) Terkendalinya laju kerusakan ekosistem
Peningkatan kerusakan terjadi oleh beragam gangguan ekosistem, diantaranya
adalah fragmentasi habitat, perburuan satwa, pencurian/penebangan kayu secara
ilegal, pembakaran, pembuangan sampah ke dalam kawasan dan perusakan-
perusakan habitat lainnya. Penurunan tingkat kerusakan ekosistem dapat

80
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

diwujudkan dengan program-program:


• Pembinaan dan pemulihan habitat (ekosistem)
Program pembinaan dan pemulihan habitat dilakukan dengan kegiatan
rehabilitasi kawasan, restorasi habitat dan pencegahan faktor destruktif.
Ancaman fragmentasi habitat ditekan dengan kegiatan pengelolaan koridor
dan habitat fragmentasi. Penataan koridor dilakukan dalam memonitoring
tingkat tekanan luar dan menjamin keselamatan spesies. Output dari
rencana kegiatan adalah terjaganya aksesibiltas migrasi spesies sehingga
mampu berkembang optimal, menekan akses publik dalam kawasan sebagai
bentuk minimalisasi kontak dan tekanan manusia, dan sebagai akses
kontrol pengelolaan habitat penting terfragmentasi.
• Pengendalian perambahan dan penggunaan lahan illegal.
Perambahan dan penggunaan lahan untuk tujuan ilegal berdampak pada
terjadinya penurunan kualitas habitat dalam menyokong kehidupan
spesies, peningkatan tekanan masyarakat dalam kawasan, ketidaksesuaian
tata ruang zonasi, dan munculnya klaim lahan. Pada kondisi tersebut,
perambahan dan penggunaan lahan dikontrol dan dikendalikan, dan jika
memungkinkan dilakukan pengalihan di luar kawasan TN Matalawa.
• Pemantauan dan pengamanan kegiatan destruktif/ilegal.
Kegiatan-kegiatan destruktif ilegal seperti pembakaran, pencurian dan
perburuan biodiversitas, penambangan liar, dan bentuk-bentuk aktivitas
destruktif lain dipantau keberadaannya dan dikendalikan aktivitasnya.
Kegiatan destruktif merupakan gangguan dan ancaman potensial terhadap
kawasan mengingat potensi sumber daya alam kawasan TN Matalawa masih
tinggi. Aktivitas pemantauan dan pengamanan kawasan dilakukan dengan
strategi partisipatif dengan para pihak yang konsern dengan pelestarian
sumber daya alam TN Matalawa.
b) Terciptanya kestabilan keragaman dan peningkatan populasi dalam
mendukung berfungsinya proses-proses ekologis sebagai penyangga
kehidupan.
Kestabilan habitat dan peningkatan populasi sesuai dengan daya dukung habitat
dicapai dengan penekanan pada program-program berbasis konservasi spesies
dan ekosistem. Proses-proses ekologis penting yang menjadi prioritas adalah
terkelolanya tata hidrologis, sistem DAS dan konservasi landscape dan tanah.
Program-program yang diarahkan pada pencapaian kestabilan populasi dan habitat,
merupakan program strategi dan rencana aksi konservasi spesies kunci / penting
TN MATALAWA dan pengelolaan potensi landscape TN. Manupeu Tanah Daru yang
meliputi:

• Penggalian potensi biodiversitas: Inventarisasi populasi jenis dan


distribusinya.
Program ini dilakukan sebagai bentuk penggalian potensi dan bahan data base

81
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

potensi TN Matalawa. Potensi biodiversitas meliputi potensi flora, fauna dan


sumber daya genetik lainnya. Penggalian potensi dilakukan terhadap
keseluruhan kawasan TN Matalawa, baik pada Zona Inti, Zona Rimba, Zona
Pemanfaatan, dan Zona-zona lainnya. Keseluruhan potensi biodiversitas
dipetakan keberadaan dan persebarannya dalam kawasan TN Matalawa.
Penggalian potensi biodiversitas penting sebagai rujukan dasar penentuan zonasi
dan potensi pemanfaatannya di masa depan.
• Pengelolaan spesies kunci dan asli.
Pengelolaan spesies kunci sebagai wujud konservasi jenis-jenis langka terancam
punah sehingga keberadaannya di alam tetap lestari. Beberapa kegiatan yang
dapat dilakukan adalah :
1) Relokasi spesies asli dan liar dari tempat lain.
Relokasi spesies dilakukan terhadap spesies yang berada di luar kawasan,
spesies curian, dan peledakan spesies pada satu lokasi pengumpulan.
Tujuan perlakuan relokasi adalah memasukkan spesies hasil curian,
pengaturan persebaran spesies dan optimalisasi pengaturan kelola spesies.
2) Penanganan pengadaptasian dan Penangkaran spesies.
Kegiatan pengadaptasian dimaksudkan sebagai wujud penyesuaian
kondisi habitat spesies pasca tangkapan/hasil sitaan dari masyarakat.
Penangkaran dilakukan untuk memperoleh perbanyakan spesies yang
nantinya akan dilepasliarkan kembali dalam kawasan dan mensuport
peningkatan populasi spesies.

3) Pengkajian tentang habitat asli dan nilai penting spesies kunci dan asli.
Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh informasi yang lengkap dan
detail tentang spesies kunci sehingga dapat ditentukan aksi konservasi
spesies secara efektif.
4) Pemulihan jenis langka dan asli.
Besarnya tingkat ancaman terhadap biodiversitas menjadikan jenis-jenis
langka dan asli semakin menurun populasinya. Hasil survey Burung Indonesia
dan Balai TN Matalawa tahun 2007 mengatakan bahwa dalam tiap 1000
ha kawasan hutan di TN Matalawa hanya ada dijumpai 1 (satu) ekor
Kakatua Sumba, artinya dengan total luasan kawasan TN Matalawa
sebesar ± 90 ribu ha dapat diasumsikan hanya tersisa 90 ekor Kakatua
Sumba. Kondisi yang sama juga di alami jenis burung paruh bengkok
lainnya. Hal tersebut menjadi ancaman serius bagi keberadaan dan
pengembangan burung paruh bengkok di alam sekaligus tantangan bagi
Balai TN Matalawa untuk melestarikannya. Jenis flora yang menjadi
sasaran eksploitasi antara lain adalah Gaharu dan Cendana, yang
keberadaan di alam, sulit dijumpai indukan pohon yang besar.
Pemulihan jenis dilakukan dengan tujuan peningkatan jumlah keberadaan
dan populasinya di alam sehingga tidak terjadi kepunahan. Prioritas

82
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

ditujukan terhadap jenis-jenis yang penting dalam kelola TN Matalawa.


5) Pengkayaan jenis asli.
Upaya pengayaan jenis dilakukan dengan peningkatan jumlah populasi jenis
flora dan fauna endemik melalui kegiatan-kegiatan pembinaan habitat asli.
• Program Kontrol/monitoring populasi
Upaya pemantauan populasi dilakukan secara integratif dengan para pihak yang
konsern terhadap spesies. Pemantauan dilakukan berkala tiap tahunnya
sehingga dinamika populasi dapat di ketahui dan dirumuskan upaya
pengelolaan lebih lanjut. Stasiun pengamatan dan pemantauan biodiversitas
dibangun sebagai wujud kontrol dan pengendalian populasi.
• Pengelolaan landscape
Pengelolaan landscape sebagai salah satu potensi TN Matalawa merupakan
prioritas yang akan dicapai pada RPTN 2018-2027. Potensi landscape
penting dipetakankeberadaan dan distribusinya dan diterapkan aksi konservasi
landscape yang efektif. Beberapa bentukan lahan pada landscape
diinventarisasi baik berupa bentukan keunikan pantai, gua, terjunan dan
bentukan-bentukan fisiografis lainnya.
Aksi konservasi landscape diwujudkan dalam pengelolaan tata hidrologis,
berupa pengelolaan sistem DAS, pengelolaan sumber mata air dan
konservasi tanah/lahan kritis. Bentuk-bentuk konservasi diprioritaskan pada
nilai penting landscape sebagai penyangga kehidupan mahluk hidup di dalamnya.

c) Terbangunnya bentuk pengembangan budidaya dan usaha Bernuansa


Konservasi Dalam Rangka Perbaikan Genetik dan Pemulihan Populasi
potensial dan endemik

Budidaya dan usaha bernuansa konservasi difokuskan pada jenis-jenis potensial


dalamkawasan yang bernilai ekonomis tinggi jika dikembangkan secara besar-
besaran dan memiliki implikasi peningkatan kesejahteraan masyarakat disekitar
kawasan. Beberapa jenis potensial diantaranya Mayela, Gaharu, Cendana, Rotan,
obat-obatan, bahan kerajinan pandan, dan sumberbahan kerajinan lainnya.
Masing-masing jenis merupakan sumber genetik asli kawasan TN Matalawa yang
perlu dikembangkan keberadaannya. Dukungan pengembangan melalui unit-unit
riset dan pengkajian Balai TN Matalawa mutlak diperlukan sehingga nilai
manfaat optimal dapat dirasakan oleh masyarakat. Pembangunan stasiun
pengembangan jenis dan penetapan seedbank/pohon plus potensial tinggi
ditujukan sebagai instrumen pemuliaan jenis asli yang dapat dibudidaya oleh
masyarakat sekitar.
Beberapa jenis langka terancam punah dibudidaya dan dikembangkan di
masyarakat sebagai wujud konservasi genetik spesies. Nilai manfaat jenis dikaji
sehingga output kesejahteraan sosial dapat dioptimalkan.

83
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

1. Terciptanya Kawasan hutan yang mantap, upaya perlindungan kawasan yang


kondusif dan minimnya angka gangguan serta ancaman terhadap kawasan TN
Matalawa.
Kestabilan kawasan terwujud dengan terkendalinya bentuk tekanan, ancaman,
gangguan dan dampak negatif yang ditimbulkan dalam pengelolaan. Kondisi kondusif
terbangun dengan berfungsi optimalnya pengelolaan TN Matalawa sehingga kinerja
lembaga dapat berjalan efektif dan efisien. Kondisi ini dipengaruhi oleh minimnya
berbagai bentuk ancaman dan gangguan yang terjadi dalam pengelolaan TN Matalawa.
Untuk pencapaian sasaran tersebut, keluaran yang diharapkan adalah:

a) Penurunan tingkat gangguan dan ancaman kawasan dalam


mewujudkan perlindungan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya
Keutuhan kawasan dan terbangunnya sistem pengamanan yang baik dapat
diwujudkan dengan pendekatan program-program:
• Pengamanan dan perlindungan kawasan dari bentuk gangguan dan ancaman.
Program ini disusun sebagai bentuk pengendalian ancaman dan gangguan yang
disebabkan oleh faktor manusia. Pendekatan penanganan ancaman dan
gangguan dilakukan dengan pendekatan preventif, partisipatif dan sanksi
(hukum) sebagai wujud penegakan hukum kehutanan, peningkatan
profesionalisme penanganan TIPIHUT dan penyuluhan hukum (penyebarluasan
informasi hokum kehutanan) serta intensifikasi komunikasi terhadap
masyarakat.
• Perlindungan kawasan dari serangan hama dan penyakit.
Serangan hama dan penyakit pada habitat stabil pada umumnya merupakan
serangan invasif yang disebarkan oleh vektor. Vektor penyakit terangkut dan
terbawa masuk dalam kawasan sehingga berbiak dengan cepat.
Penanganan dan pencegahan serangan hama dan penyakit dilakukan
dengan kontrol spesies vektor yang masuk/terbawa masuk oleh aktivitas
pengembangan di luar kawasan TN Matalawa. Program penanganan pertama
dilakukan pada spesies kunci hasil sitaan yang akan dilepasliarkan dalam
kawasan. Kondisi kesehatan, kontaminasi penyakit
(bakteri/virus/jamur) dikontrol dan jika terindikasi kontaminasi yang akut dan
potensi menjadi wabah, maka spesies terpaksa dimusnahkan. Pada kondisi
dapat dikontrol dan direhabilitasi, maka spesies diadaptasi dan
dilepasliarkan/ditangkarkan sebagai upaya reintroduksi dan pengkayaan jenis
dalam kawasan.
• Dampak Lingkungan.
Dampak lingkungan timbul akibat adanya usaha/kegiatan pemanfaatan
sumber daya alam kawasan TN MATALAWA yang berpotensi mengubah
fungsi dan tatanan ekosistem permanen. Semua aktivitas usaha/kegiatan
dipastikan menimbulkan dampak, baik bersifat positip/negatif dan skala
kecil - besar. Bentuk pengendalian dampak yang diterapkan adalah

84
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

minimalisasi dampak negatif yang timbul dan optimalisasi dampak positif.


Kriteria dan indikator dampak potensial dan penting disusun dan diterapkan
sehingga kondisi lingkungan tidak terdegradasi dalam tingkat yang buruk.
Upaya pengendalian dampak lingkungan dilakukan dengan adanya kajian
AMDAL, RPL dan RKL suatu usaha/kegiatan.
• Koordinasi dan penerapan mekanisme pengendalian dan pengamanan.
Koordinasi diterapkan sebagai bentuk pengendalian dan pengamanan
partisipatif terintegratif terhadap para pihak yang terlibat. Pihak-pihak
tersebut antara lain: masyarakat, kepolisian, Dinas Kehutanan terkait,
kejaksaan, pengadilan, LSM, perangkat pemda lainnya dan para pihak yang
berkepentingan terhadap pengelolaan TN Matalawa.
b) Terwujudnya sistem pengendalian kebakaran sebagai bentuk mitigasi
potensi bencana kebakaran dan lahan.
Salah satu gangguan potensial kawasan TN MATALAWA adalah kebakaran hutan
dan lahan. Kebakaran terjadi oleh ulah manusia yang tidak bertanggungjawab
dengan tujuan untuk memperoleh pakan segar ternak pasca kebakaran. Dampak
kebakaran dalam kawasan relatif besar dan kompleks, sehingga diperlukan
pengendalian secara intensif. Pada kondisi musim kemarau yang panjang,
kebakaran berpotensi sebagai bencana ekologis, terkait dengan banyaknya aspek-
aspek lingkungan yang terkena dampaknya. Upaya pengendalian kebakaran
dilakukan dengan pendekatan program-program berikut:
• Pembentukan mekanisme pengendalian kebakaran.
• Peningkatan SDM profesional pengendalian kebakaran.
• Penerapan teknik Pengendalian dan penanggulangan kebakaran (control
burning).

2. Peningkatan Usaha PJLWA Dan Optimalisasinya Secara Berkelanjutan


Pengusahaan pemanfaatan jasa lingkungan dan wisata alam TN Matalawa memiliki
beberapa permasalahan spesifik, yaitu rendahnya promosi potensi sumber daya
alam TN Matalawa, lemahnya/belum terbangunnya regulasi dan kebijakan
pemanfaatan jasa lingkungan dan wisata alam dan rendahnya tingkat kesejahteraan
masyarakat sekitar kawasan TN Matalawa. Pengusahaan PJLWA dan
optimalisasinya diharapkan mampu direalisasikan dengan meminimalisasi akar
permasalahan, menciptakan kondisi kondusif investasi dan penjaminan regulasi
investasi yang menguntungkan. Keluaran yang diharapkan dari sasaran ini meliputi:
a) Terwujudnya pengelolaan ekotourisme yang menjamin berkelanjutan
manfaat terhadap konservasi dan kesejateraan masyarakat lokal.
Pemanfaatan potensi wisata alam (ekotourisme) TN Matalawa secara optimal
adalah peluang dan tantangan pengelolaan yang potensial dikembangkan TN
Matalawa. Pengembangan ekotourisme diarahkan pada pengelolaan potensi
wisata secara mandiri maupun kemitraan dengan nilai kontribusi positip terhadap
pengelolaan TN Matalawa dan peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar

85
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

kawasan TN Matalawa. Untuk pencapaian keluaran tersebut, direncanakan program-


program:
• Pengelolaan Objek Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA) TN Matalawa
Pengelolaan ODTWA TN Matalawa sebagai wujud optimalisasi pemanfaatan
wisata alam yang bernilai jual sehingga bernilai kontribusi terhadap
pengelola dan masyarakat sekitar TN Matalawa. Program yang dilakukan dalam
pengelolaan ODTWA TN Matalawa meliput:
1) Inventarisasi dan identifikasi potensi objek wisata alam TN Matalawa Kegiatan
ini dilakukan sebagai bentuk pemetaan potensi wisata yang tersimpan
dalam kawasan TN Matalawa. Kajian-kajian nilai jual, pengembangan dan
kelayakan usaha pemanfaatan usaha wisata alam disusun sebagai landasan
keputusan pengembangan wisata alam secara intensif.
2) Pengembangan produk dan destinasi wisata alam
Pengembangan produk jasa wisata alam dimaksudkan sebagai bentuk
diversifikasi pilihan jasa dan pelayanan wisata, sehingga pengunjung dengan
ragam tingkat selera dapat terpenuhi dan terpuaskan keinginannya.
Pengembangan destinasi wisata alam ditujukan pada diversifikasi tujuan
wisata alam, mulai dari wisata alam secara umum
dan wisata minat khusus. Beberapa destinasi wisata TN Matalawa antara lain:
wisata pantai, out bound, wisata minat khusus eksplorasi gua, pengamatan
burung dan satwa liar, perkemahan dan sebagainya.
3) Penyusunan strategi dan regulasi penyelenggaraan wisata alam di TN
Matalawa
Untuk menjamin kondisi kondusif investasi pemanfaatan wisata alam,
maka dibangun strategi dan regulasi penyelenggaraan wisata alam
yang mudah diimplementasikan dan menguntungkan para pihak.
Regulasi bersifat mengikat dengan distribusi hak dan kewajiban yang
berkeadilan. Strategi pengembangan wisata alam dibangun sebagai
upaya peningkatan minat investasi wisata dan optimalisasi pemanfaatan
daya tarik wisata alam TN Matalawa.
4) Peningkatan investasi dan pengusahaan wisata alam di TN Matalawa
Peningkatan investasi dibangun dengan para investor yang
berminat/tertarik dalam pengusahaan bisnis wisata alam. Kerjasama
kemitraan dibangun dengan jaringan bisnis wisata nasional sehingga
pengusahaan wisata alam TN Matalawa meningkat pada masa depan.

• Peningkatan promosi, pelayanan dan pusat informasi ekowisata di TN


MATALAWA
Salah satu upaya meningkatkan nilai jual ODTWA TN Matalawa dan
peningkatan jumlah kunjungan dengan diversifikasi tujuan wisata dapat
dilakukan dengan prinsip:

86
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

1) Terpenuhinya informasi wisata yang diinginkan.


2) Tersedianya paket-paket kemudahan dalam menikmati ODTW sesuai
destinasinya.
3) Terpenuhinya kepuasan pelayanan wisata
4) Tersedianya produk wisata yang diinginkan
5) Terjaminnya keamanan dan kenyamanan wisata
Dalam pelaksanaan program tersebut, kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan
antara lain:
1) Promosi dan publikasi wisata melalui media informasi nasional
2) Pembangunan "information center" dan atau "visitor center".
3) Penyusunan paket-paket wisata alam
4) Pengelolaan pengunjung
5) Pengembangan kader konservasi/Bina Cinta Alam (BCA)/Kelompok Pecinta
Alam (KPA).
b) Terwujudnya optimalisasai dan peningkatan usaha pemanfaatan jasa
lingkungan yang mendukung konservasi SDA di TN Matalawa
Pencapaian keluaran terhadap pengembangan pemanfaatan jasa lingkungan tidak
lepas dari prinsip pelestarian jasa lingkungan yang bijaksana. Diversifikasi
produk jasa lingkungan sebagai nilai daya tarik investasi dari ragam latar
belakang investor yang berbeda. Optimalisasi pengembangan pemanfaatan jasa
lingkungan dilakukan terhadap pengelolaan potensi dan produk jasa lingkungan TN
Matalawa. Beberpa program yang dilaksanakan dalam pencapaian Sasaran
Peningkatan usaha Pemanfaatan jasa lingkungan dan wisata alam antara lain:
• Inventarisasi dan identifikasi potensi dan produk jasa lingkungan TN
MATALAWA
• Pengembangan produk jasa lingkungan
• Penyusunan Strategi dan regulasi penyelenggaraan pemanfaatan jasa
lingkungan di TN MATALAWA
• Peningkatan laayanan dalam pengelolaan jasa lingkungan
• Peningkatan investasi dan pengusahaan jasa lingkungan di TN MATALAWA

6. Pemberdayaan Masyarakat Yang Berkeadilan Guna Mewujudkan


Kesejahteraan Sosial
a) Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Pemberdayaan TN Matalawa
Keluaran dalam bidang pemberdayaan yang utama adalah peningkatan kapasitas
kelembagaan pemberdayaan TN Matalawa. Program/kegiatan yang diterapkan
dalam mewujudkan keluaran tersebut meliputi:
• Penyusunan rencana pemberdayaan TN Matalawa
Fungsi pokok penyusunan rencana program pemberdayaan adalah
melakukan perincian terhadap bentuk-bentuk program/kegiatan
pemberdayaan yang dapat diterapkan sehingga aspek pembinaan dan
penguatan lembaga/kelompok lokal dapat dilakukan secara kontinyu. Rencana

87
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

pemberdayaan digunakan dalam proyeksi capaian dan perumusan


strategi/langkah efektif yang dapat diterapkan. Penyusunan rencana
pemberdayaan dilakukan dengan kajian yang ilmiah dan sistematis sehingga
dokumen tersebut menjadi pedoman/acuan kerja pemberdayaan TN Matalawa.

• Penguatan kapasitas kelembagaan lokal


Penguatan kapasitas kelompok dimaksudkan untuk meningkatkan
kemandirian kelompok/kelembagaan lokal sehingga mampu merumuskan
dan menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Proyeksi kedepannya
adalah tercipta kemandirian ekonomi lokal sehingga tingkat ketergantungan
terhadap kawasan dapat diminimalisasi.

b) Peningkatan Ekonomi Masyarakat Guna Mewujudkan Kesejahteraan


Sosial
Dalam rangka mewujudkan pemerataan kesejahteraan sosial pada masyarakat
sekitar kawasan TN Matalawa, maka perlu disusun program-program peningkatan
ekonomi. Program tersebut dapat dilakukan secara kontinyu terhadap desa yang
berpotensi sehingga kedepannya dapat menjadi model percontohan desa
binaan di TN Matalawa. Secara garis besar, program/kegiatan peningkatan
ekonomi masyarakat dapat diwujudkan dalam bentuk:
• Membangun MDK sebagai desa model percontohan. Pembentukan
masyarakat desa konservasi (MDK) merupakan bentuk optimalisasi potensi
lokal, pembinaan/pendampingan lokal dan replikasi keber-hasilannya dalam
konservasi sumber daya alam TN Matalawa.
• Program pengembangan ekonomi lokal. Program ini diterapkan dalam rangka
pemanfaatan potensi lokal yang dapat menjadi sumber ekonomi lokal, baik
bersifat penerapan teknologi tepat guna, alih pengetahuan, dan sebagainya.
Pengembangan potensi pokok masyarakat desa penyangga (MDK) adalah
pengembangan KUM (kelompok Usaha Mandiri) dan KUT (Kelompok Usaha
Terpadu). Kelompok usaha mandiri difokuskan pada pengembangan dan
pengelolaan potensi lokal pada masing-masing desa, seperti pengembangan
ternak besar, pengelolaan hasil pertanian, dan produk-produk lokal lainnya.
Pengembangan Kelompok Usaha Terpadu merupakan pola
pengembangan potensi kelompok secara komunal yang saling mensinergi, baik
berupa produk sejenis maupun beragam jenis pada kelompok MDK maupun
antar kelompok MDK pada desa-desa penyangga kawasan TN. Matalawa.
Pengembangan peternakan lokal diselenggarakan dengan pengembangan pola
budidaya ternak intensif sehingga efektifitas dan produktifitas hasil peternakan
menjadi optimal. Pola-pola peternakan tradisional berupa pelepasliaran ternak
didorong menjadi pola budidaya ternak intensif dengan pengandangan. Alih
teknologi ternak diterapkan dalam menunjang proses budidaya intensif, meliputi
pengembangan teknologi pakan, pengembangan biogas sebagai produk turunan
peternakan, dan penerapan teknologi tepat guna lainnya. Keluaran yang diharapkan
dalam program/kegiatan ini adalah peningkatan ekonomi lokal berbasiskan

88
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

pengembangan ternak.
Potensi lain yang dikembangkan adalah produk-produk pertanian, kehutanan
dan sumber daya lainnya. Pola agroforestri intensif diperlukan sebagai
terobosan peningkatan sumber-sumber pendapatan lokal. Karakteristik lahan
masayarakat desa penyangga TN. Matalawa adalah lahan kering sehingga
kesesuaian pengembangan agroforestri mutlak diperlukan.
7. Penguatan data base dan sistem informasi manajemen TN Matalawa
Permasalahan pokok pengelolaan TN Matalawa berawal dari lemahnya sistem data
base. Pada sasaran ini, komponen yang harus dibangun adalah penataan sistem data
base dan informasi sebagai bentuk pengambilan keputusan/kebijakan pengelolaan
taman nasional. Keluaran yang dicapai dari sasaran ini adalah:
a) Tersedianya sistem data base yang yang mengakomodasi
pengumpulan dan penyajian data dan informasi secara sistematis,
lengkap dan terkini
Sistem data base dalam pengelolaan Balai TN Matalawa terdiri dari komponen:
pengguna data base, pengolah sistem data dan perancang sistem data.
Masing-masing komponen berkontribusi dalam pengelolaan sistem data base TN
Matalawa. Program-program yang dilakukan agar tercapainya keluaran diatas
adalah:
• Penyusunan dan pengelolaan sistem data base TN Matalawa.
Mekanisme pengaturan pengelolaan data base ditetapkan dalam sebuah aturan
baku (SOP) Balai TN Matalawa. Proses pengelolaan mencakup metode
pengumpulan data dan informasi, teknik/cara pengumpulan data dan
informasi, pengolahan data dan informasi, dan penyajian data dan informasi
pada publik. Data dan informasi dikumpulkan oleh petugas/staf Balai TN
Matalawa, baik oleh PEH, Polhut, resort, dan para pihak yang terlibat dalam
pengelolaan TN Matalawa seperti masyarakat, LSM, Dinas Daerah (Pemda),
kepolisian dan sebagainya.
• Penyusunan sistem informasi manajemen pengelolaan TN Matalawa.
Sistem informasi merupakan kebutuhan mutlak pengelolaan Balai TN Matalawa
dalam rangka pengambilan keputusan/kebijakan pengelolaan. Para pihak
yang terlibat dalam pengelolaan TN Matalawa merupakan pengguna sistem
informasi dalam penentuan bentukdan mekanisme pengambilan keputusan
pengelolaan yang dilakukan. Pengetrapan Sistem Informasi Manajemen (SIM),
yang meliputi komponen input, proses dan outputdi didisain sedemikian rupa
sehingga memudahkan pelaksanaan pengelolaan dilapangan.
8. Peningkatan daya jual dan posisi tawar TN Matalawa dalam sektor
pembangunan nasional
Daya jual TN Matalawa terkait dengan nilai potensi dan kemampuan promosi yang
dilihat dari kondisi pasar. Daya Jual TN Matalawa terkait dengan nilai potensi TN
Matalawa yang dijadikan aset dan kekuatan dalam memberikan pilihan pasar
sehingga kecenderungan publik untuk mengakses keberadaannya. Keluaran yang

89
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

diprioritas kan dalam sasaran program ini adalah:

a) Terciptanya brand image TN Matalawa yang spesifik


Brand image yang spesifik TN Matalawa merupakan citra atau perspektif positif
tekait karakteristik yang khas dimiliki TN Matalawa yaitu potensi Wisata alam
terestrial berupa gua, bentang lahan (Landscape), air terjun dan pantai serta potensi
keragaman hayati berupa burung endemik langka. Dalam kerangka kinerja
pengelolaan, interaksi Balai TN Matalawa dan publik menghasilkan produk
penting bagi TN Matalawa yang dapat dikonsumsi dan dinikmati publik yang
kemudian menjadi icon TN Matalawa.
Brand image dengan sektor private dibangun dengan adanya investasi kemitraan
yang menghasilkan produk TN Matalawa dan memiliki nilai keuntungan yang saling
menguntungkan bagi para pihak. Brand image dibangun sebagai penciptaan
dukungan terhadap pengelolaan TN Matalawa. Program-program yang dilakukan
untuk pencapaian keluaran ini adalah:
• Pengembangan program promosi yang mengakomodasi kepentingan publik,
serta
• Pengembangan informasi pelayanan publik
b) Terbentuknya jejaring (networking) dengan pihak-pihak berkepentingan
Penguatan jejaring/networking terhadap pihak-pihak berkepentingan
(stakeholders) sebagai upaya menarik dukungan para pihak dalam peningkatan
kontribusi kemitraan pengelolaan baik berupa kemitraan investatif maupun non
investatif. Kontribusi dibangun atas dasar transparansi dan keadilan antara hak dan
kewajiban. Jejaring Taman Nasional Matalawa sebagai bagian dari bentuk-bentuk
kolaborasi pengelolaan Taman Nasional Matalawa. Kolaborasi dibangun
sebagai upaya membangun kesepakatan dan kesamaan visi - misi pengelolaan
TN. Matalawa yaitu mewujudkan pengelolaan sumber daya alam TN Matalawa
secara lestari. Ciri khasnya adalah distribusi peran dan tanggungjawab yang
lebih nyata dan adil.

9. Terbangunnya Sistem Data Berbasis Penelitian untuk Pendidikan Publik dan


Pengembangan IPTEK Konservasi
Salah satu tugas pokok fungsi Taman Nasional adalah penyelenggaraan dan atau
mendukung kegiatan penelitian dan pendidikan publik. Dalam kerangka ini, sasaran
pengelolaan TN Matalawa ditetapkan pada terbangunnya kelembagaan penelitian
untuk pendidikan dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Keluaran dalam
pencapaian sasaran ini adalah:
a) Tersedianya Regulasi penelitian dan pendidikan publik di TN Matalawa
Keluaran ini dibangun untuk pengaturan mekanisme penelitian dan bentuk
pendidikan publik Balai TN Matalawa terkait dengan pentingnya data dan
informasi yang diperoleh dari proses penelitian yang dilakukan. Aturan yang
disusun dibuat dalam sebuah protokol penelitian dan pendidikan publik TN
Matalawa. Acuan dan pedoman yang digunakan merupakan semua aturan yang

90
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

berlaku lingkup Ditjen KSDAE. Perluasan jaringan dilakukan terhadap para pihak
yang berkepentingan dan berkontribusi dalam pengembangan penelitian dan
pendidikan di TN Matalawa, baik perguruan tinggi, Dinas pendidikan, Bappeda, LIPI,
LSM, dan sebagainya. Program yang dilakukan untuk mencapai keluaran ini meliputi:
• Penyusunan, Validasi, penetapan protokol untuk penelitian dan pendidikan
publik TN MATALAWA
• Pengembangan jaringan penelitian
• Pengembangan jaringan pendidikan publik
b) Tersedianya sarana yang mendukung kegiatan pendidikan dan penelitian
TN Matalawa
Sarana yang menunjang kegiatan pendidikan dan penelitian dalam pengelolaan
TN Matalawa dibangun dalam unit/satuan khusus yang menangani masalah
pendidikan dan penelitian di TN Matalawa. Wahana yang dibangun berfungsi
sebagai upaya peningkatan komunikasi dalam bidang pendidikan dan penelitian
yang dilakukan para pihak dengan Balai TN Matalawa. Budaya belajar dan riset
diwujudkan sebagai upaya peningkatan kualitas ilmu pengetahuan dan
memajukan mutu pendidikan. Dalam memudahkan tercapainya sasaran ini,
maka program/kegiatan yang dilakukan adalah:
• Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan konservasi
• Pengadaan sarana dan prasarana penelitian dan IPTEK
• Pembentukan dan pengembangan pelayanan riset mandiri dan kolaboratif

10. Terbangunnya Mekanisme Kolaboratif Pengelolaan TN MATALAWA


Manajemen kolaboratif diterapkan pada pengembangan dan pemanfaatan sumber
daya alam bersama masyarakat maupun pihak lain dengan kontribusi hak dan
kewajiban secara jelas dan transparan. Kolaborasi dibangun sebagai upaya
membangun kesepakatan dan kesamaan visi - misi pengelolaan para pihak.
Kolaborasi merupakan wujud khusus dari kemitraan dalam pencapaian tujuan
bersama, yaitu pengelolaan sumber daya alam TN Matalawa secara lestari. Ciri
khasnya adalah distribusi peran dan tanggungjawab yang lebih nyata dan adil.
Pengelolaan TN Matalawa membutuhkan anggaran besar, sedangkan sumber
pendanaan tidak cukup untuk memenuhi keseluruhan program dan kegiatan
pengelolaan TN Matalawa. Sasaran ini dibangun atas kondisi permasalahan
tersebut. Mekanisme swadana diterapkan dalam upaya menyerap dana publik
sebagai dana dukungan atau pembiayaan program/kegiatan pengelolaan TN
Matalawa. Untuk pencapaian sasaran ini, ditetapkan keluaran yang hendak dicapai yaitu:
a) Terbangunnya Pola Kemitraan Pengelolaan TN MAtALAWA
Keluaran ini dapat dicapai dengan program/kegiatan pembangunan kelembagaan
dan mekanisme penggalangan dana untuk mendukung pengelolaan TN
Matalawa secara kolaboratif. Kelembagaan dibangun untuk membangun jaringan
dan penggalangan dana. Sifat kelembagaan terbuka dan independen. Mekanisme

91
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

kolaboarsi ditetapkan oleh Balai TN Matalawa sehingga kemudahan dalam


melakukan kerjasama para pihak dapat diwujudkan.
b) Terwujudnya Mekanisme Swadana
Untuk mewujudkan keluaran ini, program yang dilakukan adalah:
• Penerapan mekanisme anggaran berbasis kinerja.
• Pengembangan mekanisme pengelolaan dana publik bagi pengelolaan
TN Matalawa yangakuntabel.
11. Peningkatan Kapasitas Pengelolaan TN Matalawa
Sasaran Peningkatan kapasitas pengelolaan TN Matalawa ditetapkan dengan keluaran-
keluaran sebagai berikut:
a) Terwujudnya pelayanan publik yang profesional dan proporsional.
Pelayanan publik yang profesional dan proporsional dituntut sebagai wujud
reformasi birokrasi tingkat UPT Balai TN. Matalawa. Dengan demikian, dukungan
layanan operasional dan peningkatan kesejahteraan pegawai harus dipenuhi
agar terwujud pelaksanaan operasional pengelolaan dan pelayanan publik yang
handal.
b) Tercapainya program penganggaran dan pelaporan yang terintegrasi.
Perencanaan dan pelaporan perlu diintegrasikan sehingga implementasi
lapangan menjadi efektif dan tepat sasaran. Sasaran ini, dicapai dengan
penyusunan program dan anggaran serta evaluasi pelaporan secara kontinu.
c) Terbentuknya SDM pengelola TN Matalawa yang handal dan
professional.
Kapasitas pengelolaan yang baik didukung dengan tersedianya SDM yang
handal dan professional. Upaya yang diperlukan dalam pencapaian sasaran ini
adalah peningkatan sejumlah pendidikan dan pelatihan (DIKLAT) peningkatan
kualitas dan mutu.
d) Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai.
Sarana dan prasarana pengelolaan mutlak diperlukan sehingga perlu
dukungan program/kegiatan pengadaan paket-paket sarana dan prasarana
pengelolaan TN Matalawa. Pengadaan sarana dan prasarana diterapkan
berdasarkan kebutuhan pengelolaan dan aspek keterbukaan/ transparansi.

92
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

BAB V.
PEMANTAUAN DAN EVALUASI

A. Efektivitas Pengelolaan Kawasan

Pemantauan dan evaluasi perlu dilakukan untuk melihat progres pengelolaan yang
telah dilakukan. Selain untuk memastikan bahwa kawasan dikelola sesuai dengan tujuan
yang ditetapkan, juga sebagai alat untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada.
Pedoman pemantauan/penilaian efektivitas pengelolaan telah ditetapkan oleh Direktur
Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem nomor: P.15/KSDAE-SET/2015
tentang Pedoman Penilaian Efektivitas Pengelolaan Kawasan Konservasi di Indonesia.
Penilaian tersebut dilakukan terhadap elemen-elemen utama yang berperan
penting dalam siklus pengelolaan kawasan yang dikelompokkan dalam 6 aspek, yaitu:

1. Pemahaman akan konteks dari kawasan konservasi, berupa nilai-nilai penting


yang dimiliki oleh kawasan, ancaman yang dihadapi, peluang-peluang yang
tersedia, dan parapihak yang terlibat.
2. Perencanaan terhadap pengelolaan kawasan, meliputi disain (bentuk, luas, dan
lokasi), perumusan visi, tujuan, dan terget untuk pelestarian nilai-nilai penting dan
mengurangi tekanan.
3. Alokasi sumberdaya (input), yang meliputi personil/staf, alokasi anggaran yang
tersedia, dan peralatan pendukung pengelolaan.
4. Kegiatan-kegiatan pengelolaan yang dilakukan sesuai dengan standar yang bisa
diterima (proses),
5. Produk dan jasa (output) yang dihasilkan sesuai yang direncanakan,
6. Dampak (outcome) yang dicapai, dalam hal ini disesuaikan dengan tujuan
pengelolaan.

Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal KSDAE Nomor: SK.357/KSDAE-


SET/2015 tanggal 31 Desember 2015 tentang Penetapan Nilai Awal Efektivitas
Pengelolaan Kawasan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam dan Taman Buru bahwa
nilai efektivitas Kawasan TN Manupeu Tanah Daru sebesar 61% dan Kawasan TN
Laiwangi Wanggameti sebesar 58%. Sedangkan berdasarkan Penilaian Efektivitas
Pengelolaan Kawasan Konservasi yang dilakukan pada tahun 2017 diperoleh hasil nilai
efektivitas Kawasan TN Manupeu Tanah Daru sebesar 80% dan Kawasan TN Laiwangi
Wanggameti sebesar 63% yang berarti terdapat kenaikan nilai efektivitas pengelolaan

93
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

kawasan. Hal tersebut dapat diartikan bahwa pengelolaan kedua kawasan tersebut lebih
efektif dibanding tahun sebelumnya. Hasil penilaian Efektivitas Pengelolaan Kawasan
Konservasi tersebut yang akan menjadi dasar monitoring dan evaluasi pengelolaan
kawasan TN MATALAWA pada tahun-tahun mendatang.
Pemantauan dan evaluasi dilakukan secara periodik dan berkesinambungan pada
masing-masing tahap kegiatan yang dilakukan. Evaluasi merupakan umpan balik bagi
tindakan atau rencana selanjutnya. Kriteria yang harus diperhatikan dalam tahapan
pemantauan dan evaluasi adalah:

1) Melakukan pemantauan secara terintegrasi.


Indikator: pemantauan dilakukan secara terpadu yang dilakukan oleh
• TN MATALAWA
• Instansi lain
• Masyarakat
2) Melakukan evaluasi terhadap setiap tahapan pelaksanaan
Indikator:
• Terdapat jadwal (schedule) pemantauan dan evaluasi
• Memeriksa kembali apakah pelaksanaan telah sesuai dengan rancang
tindak yang telah disepakati bersama meliputi rencana kegiatan, alokasi
anggaran dan tata waktu.
• Melakukan langkah atau aksi bila terjadi penyimpangan ke arah yang tidak
menguntungkan baik untuk kawasan itu sendiri atau wilayah setempat
secara umum, pengelola, maupun masyarakat.
• Melakukan perancangan ulang (re-design) secara terintegrasi apabila
rencana tindak yang telah disusun pada saat perencanaan karena satu dan
lain hal menjadi tidak layak lagi diterapkan di lapangan

Kegiatan evaluasi RPJP dilaksanakan pada tahun ke-5 pelaksanaan RPJP. Kegiatan
evaluasi, baik regular maupun insidentil, dilakukan melalui tahapan kegiatan sebagai
berikut:
a. Membentuk Tim Evaluasi RPJP yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Kepala
Unit Pengelola;
b. Melakukan analisis terhadap hasil pemantauan/monitoring RPJP;
c. Membuat Laporan Hasil Evaluasi
d. Membuat rekomendasi atas hasil evaluasi; dan

94
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

e. Menyampaikan Rekomendasi Hasil Evaluasi RPJP kepada Kepala Unit


Pengelola.
Terlampir adalah contoh Tabel Hasil Evaluasi Tujuan Pengelolaan pada Tahun ke-5

Tabel Hasil Evaluasi Tujuan Pengelolaan Tahun ke-5


Tujuan Indikator Progress Pihak yang Status Kendala Tindak
Pengelolaan Keberhasilan Pencapaian Terlibat Keberhasilan yang Lanjut
Tujuan dihadapi
Pengelolaan
Meningkatkan Pada tahun Pada tahun UPT, Mitra, Sebagian Kegiatan Memperbaiki
populasi satwa ke-10 ke-5 masyarakat, sudah tercapai introduksi pelaksanaan
mangsa populasi populasi Swasta satwa introduksi
satwa satwa mangsa satwa
meningkat mangsa kurang mangsa
200% dari meningkat berhasil
baseline 80% dari
baseline
Mempertahankan Pada tahun Pada tahun UPT, Mitra, Sedikit Kegiatan
habitat alami ke-10, areal ke-5, areal masyarakat, Pencapaiannya penanaman
harimau terbuka terbuka Polri, TNI, hanya
yang yang Pemda, dapat
menjadi menjadi Swasta dibiayai
habitat habitat sebagian
harimau harimau
menurun menurun
20% dari 5% dari
baseline baseline
Menurunkan Pada tahun Pada tahun UPT, Mitra, Sebagian -
ancaman ke-10, ke-5, masyarakat, sudah tercapai
perburuan ancaman ancaman Polri, TNI,
harimau perburuan perburuan Pemda,
harimau harimau Swasta
menurun menurun
50% dari 30% dari
baseline baseline

B. Akuntabilitas Kinerja Kelembagaan


Pelaporan merupakan bentuk pertangungjawaban kegiatan keseluruhan yang telah
meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, monitoring dan evaluasi.
Pelaporan kegiatan secara menyeluruh yang merupakan pelaporan kinerja dalam satu
tahun dituangkan dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP).
Tujuan pembuatan laporan kinerja adalah untuk mengkomunikasikan capaian kinerja
pengelolaan dalam satu tahun anggaran yang berkaitan dengan pencapaian tujuan dan
sasarannya.

95
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

Selain LAKIP, Balai TN MATALAWA juga melaporkan hasil kegiatan melalui laporan
bulanan, Laporan Triwulan, Laporan Semester, Laporan Tahunan dan dalam kondisi
tertentu yang bersifat insidentil sesuai kebutuhan. Acuan yang digunakan dalam
pelaporan adalah berdasarkan standar operasional prosedur (SOP) yang berlaku pada
lingkup Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

96
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

BAB VI. PENUTUP

Demikian Dokumen Rencana Pengelolaan Jangka Panjang TN Matalawa periode


2018 – 2027 ini disusun dengan pertimbangan data, infromasi, potensi, permasalahan
dan analisis mendalam (komphrehensif), sehingga dapat menjadi pedoman pengelolaan
Balai TN Matalawa dan para pihak terkait yang berkepentingan guna optimalisasi
pengelolaan Balai TN Matalawa yang Mantap, Tertib, Lestari dan Wibawa dalam
pencapaian tujuan pengelolaan yang telah ditetapkan.

Arah kebijakan pengelolaan TN Matalawa sebagai kawasan konservasi di Pulau


Sumba yang memiliki tugas dan peranan utama sebagai pelindung sumberdaya alam
hayati dan ekosistem yang mampu dimanfaatkan oleh masyarakat sesuai dengan aturan
dan undang-undang yang berlaku demi kesejahteraan bersama dan kelestarian flora dan
fauna endemik kebanggaan masyarakat Sumba.

97
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

DAFTAR PUSTAKA

.2016. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tentang Tata cara
penyusunan rencana Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian
Alam. P.35/Menlhk/Setjen/Kum.1/3/2016. Jakarta.
.2016. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tentang Organisasi
Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional.
P.7/Menlhk/Setjen/OTL.0/1/2016. Jakarta.
Anonim. 2002. Klimatologi Hutan. Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada.
Yogyakarta.
Awang S. 2002. Sosial Forestry (Reposisi Masyarakat dan Keadilan Lingkungan). Fakultas
Kehutanan Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
BPS. 2013. Sumba Timur Dalam Angka 2013. Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumba
Timur. Waingapu.
BPS. 2017. Sumba Timur dalam angka 2017. Badan Pusat Statistik Kab. Sumba Timur.
Waingapu.
Balai TNLW. 2010. Rencana Pengelolaan Taman Nasional Laiwangi Wanggameti 2010-
2029. Balai TN Laiwangi Wanggameti. Waingapu.
Balai TNLW. 2014. Zonasi Taman Nasional Laiwangi Wanggameti . Balai TN. Laiwangi
Wanggameti. Waingapu
Balai TNMT. 2014. Laporan Perdataan Tahun 2014. Balai TN Manupeu Tanadharu.
Waikabubak
Balai TNMT. 2015 Zonasi Taman Nasional Manupeu Tanah Daru. Balai TN Manupeu
Tanadharu. Waikabubak
Balai TNMT. 2015. Rencana Pengelolaan Jangka Panjang TN Manupeu Tanahdaru Periode
2015-2024. Balai TN Manupeu Tanahdaru. Waikabubak.
Balai TNLW. 2015. Rencana Strategis Balai TN Laiwangi Wanggameti 2015-2019. Balai TN
Laiwangi Wanggameti. Waingapu.
Balai TNLW. 2015. Statistik 2014 . Balai Taman Nasional Laiwangi Wanggameti.
Waingapu
Balai TNMT. 2015. Statistik 2015. Balai Taman Nasional Manupeu Tanahdaru.
Waikabubak.
Chafid Fandeli, Muhammad. 2009. Prinsip-prinsip dasar mengkonservasi landskap.
Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Tim Penyusun. 2009. Ekspedisi Karst Sumba. Achintyacunyata Speleological Club.
Yogyakarta
Tim Penyusun. 2010. Laporan Identifikasi Tanaman Obat. Balai TN Manupeu Tanahdaru.
Waikabubak
Tim Penyusun. 2014. Laporan Inventarisasi Sumberdaya Air TNLW. Balai TN Laiwangi
Wanggameti. Waingapu

98
RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MATALAWA

LAMPIRAN

99
Lampiran 1. Strategi dan Rencana Aksi Balai Taman Nasional Matalawa Periode 2018 s/d 2027

Visi dan Misi Tujuan Indikator Strategi Kegiatan/Aksi Indikator Pihak yang Lokasi Estimasi Kebutuhan Anggaran (* x 1.000) Sumber Total Estimasi
Pengelolaan Keberhasilan Tujuan Keberhasilan Terlibat 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 Pendanaan Pendanaan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20)
Visi: Terwujudnya Memantapkan Mempertahankan Penyusunan dan Inventarisasi Tersedianya TNMTLW, Kawasan 89.000 90.000 91.000 92.000 93.000 94.000 95.000 96.000 97.000 98.000 APBN 935.000
Kawasan Taman fungsi TN kawasan taman Pemantapan Satwa Endemik data jumlah Perguruan TNMTLW
Nasional Matalawa Matalawa nasional beserta Baseline Data populasi dan Tinggi,
sebagai Pusat sebagai pusat kehatinya sebaran jenis Masyarakat
Konservasi pelestarian satwa endemik
Ekosistem Sumba biodiversitas
yang Kolaboratif endemik dalam
Partisipatif, upaya
Mantap, Tertib, peningkatan
Lestari dan Wibawa kesejahteraan
masyarakat
secara
berkelanjutan
Misi: 1. Mendorong Inventarisasi dan Tersedianya TNMTLW, Kawasan 92.500 94.000 95.500 97.000 98.500 100.000 101.500 103.000 104.500 106.000 APBN 992.500
percepatan proses Pemetaan Flora data jumlah Perguruan TNMTLW
tata batas dan Unggulan Lokal populasi dan Tinggi,
penetapan kawasan sebaran jenis Masyarakat
guna tercapainya Flora Unggulan
keutuhan kawasan Lokal
TN Matalawa.

2. Mengoptimalkan Inventarisasi Tersedianya TNMTLW, Kawasan 96.550 96.550 96.550 96.550 96.550 96.550 96.550 96.550 96.550 96.550 APBN 965.500
peran masyarakat Sumberdaya Air database Perguruan TNMTLW
dalam rangka sumberdaya air Tinggi,
perlindungan serta Masyarakat
pengawetan
Sumber Daya Alam
dan Ekosistem TN
Matalawa.

3. Meningkatkan Inventarisasi Tersedianya TNMTLW, Kawasan 47.960 48.960 49.960 50.960 51.960 52.960 53.960 54.960 55.960 APBN 467.640
kerjasama dengan Objek Daya Tarik database Objek Perguruan TNMTLW
para pihak dalam Wisata Alam Daya Tarik Tinggi,
upaya pemanfaatan Wisata Alam Masyarakat
air, energi air, dan
wisata alam di
Kawasan TN
Matalawa.

4. Mewujudkan Inventarisasi Tersedianya TNMTLW, Kawasan 318.609 APBN 318.609


pengelolaan TN Potensi Karbon database dan Perguruan TNMTLW
Matalawa yang dan Penilaian sebaran potensi Tinggi,
akuntabel, efektif, Jasling Berbasis karbon Direktorat
efisien, akurat dan Ekosistem Teknis,
terukur. Masyarakat
Visi dan Misi Tujuan Indikator Strategi Kegiatan/Aksi Indikator Pihak yang Lokasi Estimasi Kebutuhan Anggaran (* x 1.000) Sumber Total Estimasi
Pengelolaan Keberhasilan Tujuan Keberhasilan Terlibat 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 Pendanaan Pendanaan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20)
5. Menggali potensi Penyusunan Dokumen RPJP Tersusunnya TNMTLW, - 21.020 9.740 APBN 30.760
Sumber Daya Alam Dokumen dokumen RPJP Mitra,
dan Ekosistem Penataan dan Masyarakat
dalam rangka Perencanaan
konservasi speses Kawasan
dan habitat burung
endemik
6. Sumba.
Meningkatkan Dokumen Tersusunnya TNMTLW - 3.000 3.250 3.750 APBN 10.000
kualitas Sumber Renstra dokumen
Daya Manusia Balai Renstra
TN Matalawa.

Dokumen RPJPn Tersusunnya TNMTLW - 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 APBN 20.000
(Renja) dokumen RPJPn
(Renja)
Dokumen Zonasi Tersusunnya TNMTLW, - 111.720 113.720 APBN 225.440
dokumen Zonasi Mitra,
Masyarakat
Evaluasi Fungsi Tersusunnya TNMTLW - 81.310 83.310 85.310 APBN 249.930
Kawasan dokumen
Evaluasi Fungsi
Kawasan
Pengelolaan Pembuatan Petak Tersedianya TNMTLW, Kawasan 95.500 APBN 95.500
Tumbuhan Ukur Permanen data series Perguruan TNMTLW
tumbuhan dan Tinggi,
pemanfaatan Direktorat
tumbuhan untuk Teknis,
budidaya Masyarakat

Monitoring Petak Tersedianya TNMTLW, Kawasan 45.500 48.000 50.500 APBN 144.000
Ukur Permanen data series Perguruan TNMTLW
tumbuhan dan Tinggi,
pemanfaatan Direktorat
tumbuhan untuk Teknis,
budidaya Masyarakat

Pengembangan Tersedianya TNMTLW, Kawasan 95.500 95.500 95.500 APBN 286.500


Demplot Anggrek data series Perguruan TNMTLW
dan Tumbuhan tumbuhan dan Tinggi,
Obat pemanfaatan Direktorat
tumbuhan untuk Teknis,
budidaya Masyarakat

Pengelolaan Kajian Bioekologi Tersedianya TNMTLW, Kawasan 45.000 47.000 APBN 92.000
Satwa Satwa Endemik data kajian Perguruan TNMTLW
biologi dan Tinggi,
ekologi terkait Direktorat
satwa endemik Teknis,
Masyarakat
Pembinaan Habitat satwa TNMTLW, Kawasan 60.000 63.000 66.000 69.000 72.000 75.000 78.000 81.000 84.000 87.000 APBN 735.000
Habitat Satwa menjadi lebih Perguruan TNMTLW
Endemik baik Tinggi,
Direktorat
Teknis,
Masyarakat
Visi dan Misi Tujuan Indikator Strategi Kegiatan/Aksi Indikator Pihak yang Lokasi Estimasi Kebutuhan Anggaran (* x 1.000) Sumber Total Estimasi
Pengelolaan Keberhasilan Tujuan Keberhasilan Terlibat 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 Pendanaan Pendanaan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20)
Monitoring Tersedianya TNMTLW, Kawasan 311.500 333.600 355.000 357.000 359.000 411.000 413.000 415.000 417.000 419.000 APBN 3.791.100
Satwa Prioritas data jumlah Perguruan TNMTLW
populasi dan Tinggi,
sebaran jenis Direktorat
satwa prioritas Teknis,
secara berkala Masyarakat
Peningkatan Meningkatnya TNMTLW, Kawasan 50.000 53.000 56.000 59.000 62.000 65.000 68.000 71.000 74.000 77.000 APBN 635.000
sarana dan sarana dan Perguruan TNMTLW
Prasarana prasarana Tinggi,
pengelolaan Direktorat
satwa Teknis,
Masyarakat
Perlindungan dan Identifikasi dan Teridentifikasi TNMTLW, Kawasan dan 63.500 65.000 66.500 68.000 69.500 71.000 72.500 74.000 75.500 77.000 APBN 702.500
Pengamanan Pemetaan dan terpetakan masyarakat sekitar
Sebaran sebaran TNMTLW
Gangguan gangguan di
kawasan
Sosialisasi, Masyarakat TNMTLW, TNI, Kawasan dan 234.080 236.080 238.080 240.080 242.080 244.080 246.080 248.080 250.080 252.080 APBN 2.430.800
Patroli, memahami arti Polri, sekitar
Pemantauan dan pentingnya Masyarakat TNMTLW
Pengamanan kawasan serta
Kawasan gangguan
keamanan
kawasan
menurun
Pemeliharaan Batas kawasan TNMTLW, Kawasan 66.500 68.500 70.500 72.500 74.500 76.500 78.500 80.500 82.500 84.500 APBN 755.000
Batas kawasan terpelihara masyarakat TNMTLW
dengan baik
Pengendalian Terkendalinya TNMTLW, Kawasan 139.400 161.450 183.500 205.550 227.600 249.650 271.700 293.750 315.800 337.850 APBN 2.386.250
Kebakaran Hutan kebakaran masyarakat TNMTLW
hutan di
kawasan
Pengembangan Terjaganya TNMTLW, Kawasan 75.000 75.000 75.000 75.000 75.000 75.000 75.000 75.000 75.000 75.000 APBN 750.000
Sarana dan sarana dan masyarakat TNMTLW
Prasarana prasarana
Koordinasi Para Meningkatkan TNMTLW, Dinas Kawasan 46.000 48.000 50.000 52.000 54.000 56.000 58.000 60.000 62.000 64.000 APBN 550.000
Pihak terkait kerjasama antar terkait, TNMTLW
Pengamanan instansi terkait masyarakat
Kawasan
Monitoring dan Setiap kegiatan TNMTLW, Kawasan 21.000 23.000 25.000 27.000 29.000 31.000 33.000 35.000 37.000 39.000 APBN 300.000
Evaluasi terpantau dan masyarakat TNMTLW
dan terevaluasi
dengan baik
Meningkatkan kerja Efektivitas Kajian Tersedianya TNMTLW, Dinas Kawasan 15.000 17.000 19.000 APBN 51.000
sama pemanfaatan Pemanfaatan Jasa Pemanfaatan Air database ESDM, TNMTLW
jasa lingkungan dan Lingkungan Air dan sumberdaya air Masyarakat/Sw
wisata alam Pengembangan asta Pemanfaat
Energi Berbasis air
Air
Pembentukan Terbentuknya TNMTLW, Dinas Sekitar 27.000 27.750 28.500 29.250 30.000 30.750 31.500 32.250 33.000 33.750 APBN 303.750
Kelompok kelompok ESDM, Kawasan
Pemanfaat Air pemanfaat air Masyarakat/Sw TNMTLW
dan Energi Air dan energi air asta Pemanfaat
air
sama pemanfaatan Pemanfaatan Jasa
jasa lingkungan dan Lingkungan Air
wisata alam

Visi dan Misi Tujuan Indikator Strategi Kegiatan/Aksi Indikator Pihak yang Lokasi Estimasi Kebutuhan Anggaran (* x 1.000) Sumber Total Estimasi
Pengelolaan Keberhasilan Tujuan Keberhasilan Terlibat 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 Pendanaan Pendanaan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20)
Penataan Areal Tertatanya areal TNMTLW, Dinas Zona 23.381 25.381 27.381 APBN 76.143
Pemanfaatan Air pemanfaatan air ESDM, Pemanfaatan
Masyarakat/Sw
asta Pemanfaat
air
Bimbingan Teknis Pemanfaat air TNMTLW, Dinas Sekitar 24.000 25.500 27.000 28.500 30.000 31.500 33.000 34.500 36.000 37.500 APBN 307.500
Pemanfaatan Air memahami ESDM, Kawasan
aturan Masyarakat/Sw TNMTLW
pemanfaatan asta Pemanfaat
sumberdaya air air
dari dalam
kawasan
Pemberian Ijin Terfasilitasinya TNMTLW, Dinas Zona 27.136 30.136 33.136 36.136 39.136 42.136 45.136 48.136 51.136 54.136 APBN 406.360
Pemanfaatan Air perijinan ESDM, Pemanfaatan
pemanfaatan air Masyarakat/Sw
baik komersial asta Pemanfaat
maupun non air
komersial

Penyusunan Master plan Tersusunnya TNMTLW, - 150.000 APBN 150.000


Dokumen Wisata Wisata Alam dokumen Perguruan
Berbasis Alam master plan Tinggi,
dan Budaya wisata alam Direktorat
Teknis,
Masyarakat
Desain Tapak Tersusunnya TNMTLW, - 162.475 84.281 APBN 246.756
Wisata Alam dokumen desain Perguruan
tapak wisata Tinggi,
alam Direktorat
Teknis,
Masyarakat
Site Plan, Tersusunnya TNMTLW, - 321.514 APBN 321.514
Feasibility Study dokumen Site Perguruan
(FS), Detail Plan, Feasibility Tinggi,
Enggineering Study (FS), Direktorat
Desain (DED) Detail Teknis,
Wisata Alam Enggineering Masyarakat
Desain (DED)
Wisata Alam
Pengembangan Pembentukan Terbentuknya TNMTLW, Dinas Desa Sekitar 19.400 21.400 23.400 APBN 64.200
Wisata berbasis Kelompok Wisata kelompok Pariwisata, Kawasan
Alam dan Budaya wisata Masyarakat TNMTLW

Penataan dan Tertata dan TNMTLW, Dinas Zona 57.200 60.700 63.200 66.700 69.200 72.700 75.200 78.700 81.200 84.700 APBN 709.500
Pemeliharaan terpeliharanya Pariwisata, Pemanfaatan
Jalur Wisata jalur wisata Swasta,
Masyarakat

Pengembangan Tersedianya TNMTLW, Dinas Zona 124.000 350.000 493.000 500.000 575.000 625.000 675.000 700.000 725.000 800.000 APBN 5.567.000
Sarana Wisata sarana wisata Pariwisata, Pemanfaatan
Alam alam Swasta,
Masyarakat
Visi dan Misi Tujuan Indikator Strategi Kegiatan/Aksi Indikator Pihak yang Lokasi Estimasi Kebutuhan Anggaran (* x 1.000) Sumber Total Estimasi
Pengelolaan Keberhasilan Tujuan Keberhasilan Terlibat 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 Pendanaan Pendanaan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20)
Promosi dan Tersusunnya TNMTLW, Dinas - 79.000 80.000 81.000 82.000 83.000 84.000 85.000 86.000 87.000 88.000 APBN 835.000
Publikasi Wisata media promosi Pariwisata,
Alam baik cetak Swasta,
maupun Masyarakat
elektronik
Pengelolaan PNBP Bimbingan Teknis Terkelolanya TNMTLW - 51.400 51.400 51.400 51.400 51.400 51.400 51.400 51.400 51.400 51.400 APBN 514.000
Pengelolaan PNBP secara
PNBP baik

Peningkatan Penyusunan dan Tersusunnya TNMTLW - 31.750 32.500 APBN 64.250


Kerjasama dan Penetapan dokumen
Kemitraan Protokol protokol
Kemitraan kemitraan
Pengembangan Terjalin TNMTLW, - 31.750 32.500 33.250 34.000 34.750 35.500 36.250 37.000 37.750 38.500 APBN 351.250
kerjasama kerjasama yang stakeholder
multipihak baik antara
stakeholder
dengan pihak
TN. Matalawa
Monitoring dan Setiap kegiatan TNMTLW - 38.600 38.600 38.600 38.600 38.600 38.600 38.600 38.600 38.600 38.600 APBN 386.000
Evaluasi terpantau dan
dan terevaluasi
dengan baik
Meningkatkan peran Penyusunan Penyusunan Tersusunnya TNMTLW, Dinas Desa Sekitar 108.814 124.225 135.000 APBN 368.039
serta stakeholder Dokumen Dokumen dokumen Pemberdayaan Kawasan
dalam pengelolaan Rencana Rencana Masyarakat TNMTLW
dengan Pemberdayaan Pemberdayaan Desa,
memperhatikan masyarakat TN. Matalawa Masyarakat
aspek gender
Penguatan Pembentukan Terbentuk TNMTLW, Dinas Desa Sekitar 19.400 21.400 23.400 25.400 27.400 29.400 31.400 33.400 35.400 37.400 APBN 284.000
Kelembagaan Kelompok kelompok Pemberdayaan Kawasan
masyarakat Masyarakat TNMTLW
Desa,
Masyarakat

Penyusunan dan Tersusunnya TNMTLW, Desa Sekitar 24.000 25.500 27.000 28.500 30.000 31.500 33.000 34.500 36.000 37.500 APBN 307.500
Review Dokumen masyarakat Kawasan
Kesepakatan Review TNMTLW
Pelestarian AlamKesepakatan
Desa Pelestarian
Alam Desa
Pemberian Tersalurkannya TNMTLW, Desa Sekitar 252.426 151.650 257.520 120.000 260.000 270.000 280.000 290.000 300.000 310.000 APBN 2.491.596
Bantuan Ekonomi bantuan Masyarakat Kawasan
Produktif ekonomi TNMTLW
produktif
kepada
kelompok
masyarakat
Koordinasi Meningkatkan TNMTLW, Desa Sekitar 38.360 40.360 42.360 44.360 46.360 48.360 50.360 52.360 54.360 56.360 APBN 473.600
Kelompok Mitra kerjasama antar Masyarakat Kawasan
Pelestari Hutan Kelompok Mitra TNMTLW
Pelestari Hutan
Visi dan Misi Tujuan Indikator Strategi Kegiatan/Aksi Indikator Pihak yang Lokasi Estimasi Kebutuhan Anggaran (* x 1.000) Sumber Total Estimasi
Pengelolaan Keberhasilan Tujuan Keberhasilan Terlibat 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 Pendanaan Pendanaan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20)
Peningkatan Pelatihan Pendidikan dan TNMTLW, Dinas Desa Sekitar 75.000 76.000 77.000 78.000 79.000 80.000 81.000 82.000 83.000 84.000 APBN 795.000
Kapasitas ketrampilan Pemberdayaan Kawasan
SDM sesuai Masyarakat TNMTLW
dengan Desa,
kebutuhan Masyarakat
pengelolaan

Bimbingan Teknis Ketrampilan TNMTLW, Dinas Desa Sekitar 17.100 19.100 21.100 23.100 25.100 27.100 29.100 31.100 33.100 35.100 APBN 261.000
SDM sesuai Pemberdayaan Kawasan
dengan Masyarakat TNMTLW
kebutuhan Desa,
pengelolaan Masyarakat

Pendampingan Adanya TNMTLW, Dinas Desa Sekitar 25.000 31.000 42.360 50.147 58.827 67.507 76.187 84.867 93.547 102.227 APBN 631.667
pendamping Pemberdayaan Kawasan
kelompok Masyarakat TNMTLW
masyarakat Desa
dalam
mengawal
pengelolaan
pemberdayaan
Monitoring dan Setiap kegiatan TNMTLW, Dinas Desa Sekitar 23.000 26.500 30.840 34.620 38.540 42.460 46.380 50.300 54.220 58.140 APBN 405.000
Evaluasi terpantau dan Pemberdayaan Kawasan
dan terevaluasi Masyarakat TNMTLW
dengan baik Desa,
Masyarakat

Pengelolaan zona Prakondisi Zona Terpetakannya TNMTLW, Desa Sekitar 66.500 68.500 70.500 72.500 74.500 76.500 78.500 80.500 82.500 84.500 APBN 755.000
tradisional Tradisional luas zona masyarakat Kawasan
tradisional TNMTLW
beserta
pemanfaatnya
Sosialisasi Adanya TNMTLW, Desa Sekitar 40.000 45.000 51.000 55.000 60.500 65.600 70.700 75.800 80.900 86.000 APBN 630.500
Pengembangan persamaan masyarakat Kawasan
dan Pemanfaatan persepsi terkait TNMTLW
Zona Tradisional pemanfaatan
zona tradisional

Pengembangan Terbangunnya TNMTLW, Dinas Desa Sekitar 40.000 42.000 44.100 46.133 48.183 50.233 52.283 54.333 56.383 58.433 APBN 492.083
Kemitraan/ kelembagaan terkait, Kawasan
Kolaborasi kelompok dalam masyarakat TNMTLW
pemanfaatan
zona tradisional

Peningkatan Pendidikan dan TNMTLW, Desa Sekitar 50.000 52.500 55.125 57.667 60.229 62.792 65.354 67.917 70.479 73.042 APBN 615.104
Kapasitas ketrampilan masyarakat Kawasan
Masyarakat SDM dalam TNMTLW
pemanfaatan,
pengolahan dan
pemasaran
HHBK
Visi dan Misi Tujuan Indikator Strategi Kegiatan/Aksi Indikator Pihak yang Lokasi Estimasi Kebutuhan Anggaran (* x 1.000) Sumber Total Estimasi
Pengelolaan Keberhasilan Tujuan Keberhasilan Terlibat 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 Pendanaan Pendanaan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20)
Monitoring dan Setiap kegiatan TNMTLW, Desa Sekitar 40.000 43.250 45.000 47.750 50.250 52.750 55.250 57.750 60.250 62.750 APBN 515.000
Evaluasi terpantau dan masyarakat Kawasan
dan terevaluasi TNMTLW
dengan baik
Pemulihan Penyusunan Tersusunnya TNMTLW, - 8.000 9.500 APBN 17.500
Ekosistem Dokumen Dokumen Direktorat
Pemulihan Pemulihan Teknis
Ekosistem ekosistem
Pelaksanaan Kegiatan TNMTLW, Zona 772.025 1.432.075 2.092.125 2.752.175 APBN 7.048.400
Pemulihan Pemulihan masyarakat Rehabilitasi
Ekosistem Ekosistem
berhasil dengan
baik
Pemeliharaan Pemeliharaan TNMTLW, Zona 1.100.915 1.299.766 1.498.617 1.697.468 1.896.319 APBN 7.493.085
tanaman tahun masyarakat Rehabilitasi
sebelumnya
berhasil dengan
baik
Monitoring dan Setiap kegiatan TNMTLW, Zona 43.200 45.200 47.200 49.200 51.200 APBN 236.000
Evaluasi terpantau dan masyarakat Rehabilitasi
dan terevaluasi
dengan baik
Meningkatkan Peningkatan Optimalisasi Pengelolaan TNMTLW - 1.250.000 3.469.000 3.469.000 3.469.000 3.469.000 3.469.000 3.469.000 3.469.000 3.469.000 3.469.000 APBN 32.471.000
pengelolaan taman Kualitas Dukungan manajemen
nasional (SDM, kelembagaan dan Manajemen berjalan dengan
perencanaan dll) sumberdaya baik
pengelola Implementasi Tersedianya TNMTLW, - 20.000 23.000 26.000 28.000 31.000 33.700 36.400 39.100 41.800 44.500 APBN 323.500
Sistem Informasi Sistem Informasi Swasta
Berbasis Berbasis
Teknologi Teknologi

Pembinaan Pengelola TNMTLW - 45.000 47.250 49.612 52.093 54.399 56.763 59.127 61.491 63.855 66.220 APBN 555.811
Pengelola kawasan
Kawasan semakin
memahami
tupoksinya
Peningkatan Pelatihan dan Pendidikan dan TNMTLW, Dinas - 50.000 52.500 55.125 57.881 60.775 63.814 66.348 69.109 71.871 74.632 APBN 622.054
Kapasitas Pendidikan ketrampilan Pemberdayaan
Sumberdaya SDM sesuai Masyarakat
Manusia dengan Desa,
kebutuhan Masyarakat
pengelolaan

Bimbingan Teknis Pegawai TNMTLW - 25.000 26.250 27.562 28.940 30.221 31.534 32.847 34.161 35.474 36.787 APBN 308.776
semakin
memahami
tupoksinya
Penyegaran Pegawai TNMTLW - 45.000 47.250 49.612 52.093 54.399 56.763 59.127 61.491 63.855 66.220 APBN 555.811
semakin
memahami
tupoksinya
Magang Meningkatnya TNMTLW dan - 80.000 88.000 96.000 104.000 112.000 120.000 128.000 136.000 144.000 152.000 APBN 1.160.000
wawasan dan masyarakat
pengetahuan
SDM
Visi dan Misi Tujuan Indikator Strategi Kegiatan/Aksi Indikator Pihak yang Lokasi Estimasi Kebutuhan Anggaran (* x 1.000) Sumber Total Estimasi
Pengelolaan Keberhasilan Tujuan Keberhasilan Terlibat 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 Pendanaan Pendanaan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20)
Benchmarking/ Meningkatnya TNMTLW dan - 72.000 80.000 88.000 96.000 104.000 112.000 120.000 128.000 136.000 144.000 APBN 1.080.000
Studi Banding wawasan dan masyarakat
pengetahuan
SDM
Pengelolaan Identifikasi Dokumen TNMTLW, - 25.000 35.000 APBN 60.000
Kegiatan Kebutuhan kebutuhan Perguruan
Penelitian, Penelitian penelitian Tinggi,
Pendidikan, dan Direktorat
Pengembangan Teknis, Litbang
IPTEK LHK
Penyusunan Dokumen TNMTLW, - 20.800 APBN 20.800
Roadmap roadmap Perguruan
kebutuhan penelitian Tinggi,
penelitian Direktorat
Teknis, Litbang
LHK
Fasilitasi Dokumen hasil TNMTLW, Kawasan 21.000 22.000 23.000 24.000 25.000 26.000 27.000 28.000 29.000 30.000 APBN 255.000
pelaksanaan penelitian Perguruan TNMTLW
kegiatan Tinggi,
Penelitian Direktorat
Teknis, Litbang
LHK
Monitoring dan Setiap kegiatan TNMTLW - 38.600 38.600 38.600 38.600 38.600 38.600 38.600 38.600 38.600 38.600 APBN 386.000
Evaluasi terpantau dan
dan terevaluasi
dengan baik
TOTAL 5.802.500 9.693.737 11.116.844 11.590.508 9.338.757 9.752.471 7.822.240 8.171.515 8.248.570 8.304.936 89.842.077
LAMPIRAN 2. DAFTAR JENIS FLORA dan FAUNA TN MATALAWA

No. Nama Ilmiah Nama Daerah Suku MATA LAWA MATALAWA KETERANGAN

1 Acer sp. Karunding Sapindaceae x x


2 Acronichya trifoliata Ai kawau Rutaceae x x
3 Actinodaphne glomerata Lauraceae x x
4 Actinodaphne sp Kadubang Lauraceae x x
5 Adenanthera pavonina Fabaceae x x
6 Agathis alba Damar Araucariaceae x x
7 Aglaia argentea Meliaceae x x
8 Aglaia edulis Meliaceae x x
9 Aglaia elliptica goka Meliaceae x x
10 Aglaia ensiderexylon K. et V. Manera Meliaceae x x
11 Aglaia odoratissima Meliaceae x x
12 Aglaia sapindina Meliaceae x x
13 Aglaia silvestris Meliaceae x x
14 Aglaia sp Ulukataka Meliaceae x x
15 Aglaia sp Manera kurang Meliaceae x x
16 Aglaia sp Murungia Meliaceae x x
17 Alangium chinense Alangiaceae x x
18 Alangium rotundifolium langutu Alangiaceae x x
19 Alangium salvinifolium Alangiaceae x x
20 Alangium sp. Maranggawalu Cornaceae x x
21 Albizia cf. chinensis mangatu api Fabaceae x x
22 Albizia lebbeckoides roti Fabaceae x x
23 Albizia saponaria Fabaceae x x
No. Nama Ilmiah Nama Daerah Suku MATA LAWA MATALAWA KETERANGAN

24 Albizia sp Kawe Fabaceae x x


25 Albizia splendens Fabaceae x x
26 Alchornea rugosa Aikaka paana Euphorbiaceae x x
27 Aleurites moluccana Kemiri/Kawalu Euphorbiaceae x x x
28 Alophyllus cobbe Sapindaceae x x
29 Alstonia angustifolia Apocynaceae x x
30 Alstonia scholaris Rita Apocynaceae x x x
31 Alstonia spectabilis Halai Apocynaceae x x x
32 Anacardium occidentale Anacrdiaceae x x
33 Anthocephalus chinensis odah Rubiaceae x x
34 Antidesma ghaesembila Euphorbiaceae x x
35 Antidesma montanum Euphorbiaceae x x
36 Antidesma sp. Ekapadih Euphorbiaceae x x
37 Antidesma sp. Rinjara Euphorbiaceae x x
38 Antidesma tetrandrum cf. Euphorbiaceae x x
39 Aphanamixis polystachya kiru kamatawai Meliaceae x x
40 Apodytes cambodiana Pierre. Runggut Icacinaceae x x
41 Archidendron sp. Kamalahua fabaceae x x
42 Archidendron sp. Fabaceae x x
43 Ardisia humilis Vahl. Tibu Primulaceae x x x
44 Ardisia lanceolata Myrsinaceae x
45 Ardisia macrophylla Myrsinaceae x
46 Areca catechu Pinang Arecaceae x x x
47 Arenga pinnata Kanoru Arecaceae x x x
48 Arthocarpus elasticus Tera Moraceae x x x
No. Nama Ilmiah Nama Daerah Suku MATA LAWA MATALAWA KETERANGAN

49 Arthrophyllum aherianum Papa Araliaceae x x


50 Arthrophyllum diversifolium Araliaceae x x
51 Arythera littoralis Sapindaceae x x
52 Baccaurea sp. Kamalaponda Phyllanthaceae x x x
53 Bambu Poaceae x x
54 Barringtonia racemosa Majeli Lecytidaceae x x x
55 Bauhinia sp. Fabaceae x x
56 Bischofia javanica Wairara Phyllanthaceae x x x Aiwey/tabulu
57 Bombax ceiba Kopa Bambacaceae x x x Rami / kaniti
58 Borassus flabellifer Lontar Arecaceae x x
59 Breynia virgata Ripuawai Euphorbiaceae x x
60 Bridelia insulana Tara Manuk Euphorbiaceae x x
61 Bridelia monoica Euphorbiaceae x x
62 Bridelia ovata Kapiyahu Euphorbiaceae x x
63 Bridelia retusa Kamatawai Phyllanthaceae x x
64 Buchanania arborescens kamunipau Anacardiaceae x x x Kamalapau
65 Caladium sp Keladi hutan Araceae x x
66 Calamus sp Rotan Arecaceae x x x
67 Callicarpa longifolia Verbenaceae x x
68 Callophyllum soulatri Tawu Clusiaceae x x x Wihikalauki
69 Cananga odorata Annonaceae x x
70 Canarium acutifolim Kihi Burseraceae x x
71 Canarium balsamiferum Burseraceae x x
72 Canarium hirsutum Burseraceae x x
73 Canarium sp. Kahiomang Burseraceae x x
No. Nama Ilmiah Nama Daerah Suku MATA LAWA MATALAWA KETERANGAN

74 Canarium sp. Burseraceae x x


75 Canarium sp. Burseraceae x x
76 Canthium sp. Parakit data Rubiaceae x x
77 Caryota mitis Arecaceae x x
78 Casea siamea Fabaceae x x
79 Casearia flafovirens Falocourtiaceae x x
80 Casearia grewiaefolia Flacourtiaceae x x
81 Cassia fistula Fabaceae x x
82 Cassia sp. roti Fabaceae x x
83 Casuarina sp. Cemara Casuarinaceae x x
84 Ceiba pentandra Kambohika Malvaceae x x x
85 Celtis philippinensis Ulmaceae x x
86 Celtis tetrandra kalittu Ulmaceae x x
87 Celtis wightii Ai meri Ulmaceae x x
88 Champereia manillana Opiliaceae x x
89 Chantium glabrum Rubiaceae x x
90 Chionanthus sp. Oleaceae x x
91 Chisocheton ceramicus goka Meliaceae x x
92 Chisocheton microcarpus Meliaceae x x
93 Chisocheton patens Meliaceae x x
94 Chisocheton sp. Kapali Meliaceae x x
95 Chissocheton sp lalang Meliaceae x x
96 Cinnamomum zeylanicum Kaninggu Lauraceae x x
97 Citrus sp Jarik Rutaceae x x
98 Claoxylon longifolium Euphorbiaceae x x
No. Nama Ilmiah Nama Daerah Suku MATA LAWA MATALAWA KETERANGAN

99 Claoxylon polot Euphorbiaceae x x


100 Claoxylon sp. Mandan meting Euphorbiaceae x x
101 Clausena lansium Mbakuhau omang Rutaceae x x
102 Cleidin javanicum Bl Tambura Euphorbiaceae x x
103 Cleistanthus myrianthus Lapana Euphorbiaceae x x
104 Cleisthanthus sumatranus Euphorbiaceae x x
105 Clerodendrum fallax Bunga hutan Lamiaceae x x
106 Cocos nucifera Arecaceae x x
107 Coprosma sp Rubiaceae x x
108 Cordia dichotania Boraginaceae x x
109 Cordia myxa Borraginaceae x x
110 Cordia sp. Pohon lem Boraginaceae x x x
111 Crataeva religiosa Aira rawa Capparaceae x x
112 Cratoxylum sumatranum Hypericaceae x x
113 Cromolaema odorata Taikabala Asteraceae x x
114 Croton laevigatus Teilabiku Euphorbiaceae x x
115 Crypteronia paniculata Crypteroniaceae x x
116 Cryptocarya Ai Gairami Lauraceae x x
117 Curcuma domestica Kunyit Zingiberaceae x x x non Pohon
118 Cyathea sp. Cyatheacea x x
119 Debregeasia longifolia Urticaceae x x
120 Decaspermum fruticosum Myrtaceae x x
121 Dendrocnide sp angatu Urticaceae x x
Jelating
122 Dendrocnide sp. Urticaceae
lamakarambo x x
123 Dendrocnide sp. Jelating rami Urticaceae x x
No. Nama Ilmiah Nama Daerah Suku MATA LAWA MATALAWA KETERANGAN

124 Dendrocnide stimulans Ta'bung Urticaceae x x


125 Dichapetalum timorense Dichapetalaceae x x
126 Dillenia indica L. Kananggar Dilleniaceae x x
127 Dillenia pentagyna haku Dilleniaceae x x
128 Diospyros sp Ki calung (Sd.) Ebenaceae x x
129 Diospyros sp.1 kameti Ebenaceae x x
130 Dracaena elliptica Katiparewa Liliaceae x x
131 Dracontomelon sp. Nggoka Anacardiaceae x x
132 Drypetes longifolia Manini Euphorbiaceae x x
133 Drypetes subcubica Euphorbiaceae x x
134 Duabanga moluccana Kiru kamatawai Soneratiaceae x x
135 Dysoxylum caulostachyum Meliaceae x x
136 Dysoxylum densiflorum Meliaceae x x
137 Dysoxylum excelsum Meliaceae x x
138 Dysoxylum macrocarpum Meliaceae x x
139 Dysoxylum sp Manera Meliaceae x x
140 Dysoxylum sp. Kapali Meliaceae x x
141 Dysoxylum sp. Karakaka Meliaceae x x
142 Dyxoxylum caulostachyum Kiru Meliaceae x x
143 Elaeocarpus batudulangii Elaeocarpaceae x x
144 Elaeocarpus glaber Watanggala Elaeocarpuaceae x x x kadurawa
145 Elaeocarpus sp. Ai tanggala Elaeocarpaceae x x
146 Elaeocarpus sp. Lobung omang Elaeocarpaceae x x
147 Elaeocarpus sp. Tanggala Elaeocarpaceae x x
148 Elaeocarpus sp. Witimalau Elaeocarpaceae x x
No. Nama Ilmiah Nama Daerah Suku MATA LAWA MATALAWA KETERANGAN

149 Elaeocarpus sphaericus kadu rawa Elaeocarpaceae x x x kadurawa


150 Ellattostachys verrucosa Sapindaceae x x
151 Embelia javanica/ribes Myrsinaceae x x
152 Engelhardia serata Juglandaceae x x
153 Errioglosum rubiginosum Sapindaceae x x
154 Erythrina subumbrans Dadap Fabacea x x
155 Eudia sp. Mbui mata Rutaceae x x
156 Eugenia litorale Ponda Myrtaceae x x
157 Euonimus javanicus Rani Celastraceae x x
158 Eurya sp. Theaceae x x
159 Excoecaria agalocha Euphorbiaceae x x
160 Fagara rethsa Rutaceae x x
161 Ficus ampelas pa'duh/pigdi motang Moraceae x x
162 Ficus benjamina L. Wangga Moraceae x x x
163 Ficus callosa Moraceae x x
164 Ficus fistolosa Moraceae x x
165 Ficus glandulifera Moraceae x x
166 Ficus glomerata Kapulut Moraceae x x
167 Ficus hispida kabukul Moraceae x x
168 Ficus microcarpa Moraceae x x
169 Ficus septica Moraceae x x
170 Ficus sp. Delo Moraceae x x
171 Ficus sp. Haramanjara Moraceae x x
172 Ficus sp. Kanjilu bara Moraceae x x
173 Ficus sp. Pidi Moraceae x x
No. Nama Ilmiah Nama Daerah Suku MATA LAWA MATALAWA KETERANGAN

174 Ficus sp. Yo'mbul Moraceae x x


175 Ficus sp.2 (Strangling fig) Aliku/aliha Moraceae x x
176 Ficus variegata Kanjilu Moraceae x x x
177 Ficus vasculosa Moraceae x x
178 Ficus virescens mayela laga Moraceae x x
179 Flacourtia inermis Flacourtiaceae x x
180 Flacourtia rukam Falocourtiaceae x x
181 Garciania lateriflora Clusiaceae x x
182 Garcinia sp Laru Clusiaceae x x
183 Garcinia sp. Mayelu Clusiaceae x x
184 Gardenia tubifera parakutroja Rubiaceae x x
185 Garuga floribunda Kihi karora Burseraceae x x
186 Gastonia sp papa Araliaceae x x
187 Gironiera cuspidata Ulmaceae x x
188 Gliricidia sepium Fabaceae x x
189 Glochidion arborescens Phyllanthaceae x x
190 Glochidion obscurum Kahoduk Phyllanthaceae x x
191 Glochidion philippicum Barung Phyllanthaceae x x
192 Glochidion rubrum Phyllanthaceae x x
193 Glochidion sp. Ekapadih Phyllanthaceae x x
194 Glochidion sp. Kanunu Phyllanthaceae x x
195 Gluta rengas Rota Anacardiaceae x x x
196 Gmelina arborea Verbenaceae x x
197 Gmelina sp kakoba Verbenaceae x x
198 Gnetum gnemon Huwa Gnetaceae x x
No. Nama Ilmiah Nama Daerah Suku MATA LAWA MATALAWA KETERANGAN

199 Goioa diplopetala Sapindaceae x x


200 Graphtophyllum pictum Kopi hutan Acanthaceae x x
201 Grewia acuminata Tiliaceae x x
202 Grewia glabra kabaru Tiliaceae x x
203 Guettarda speciosa Rubiaceae x x
204 Gyrinops versteegii Thymelaeaceae x x x
205 Harpulia arborea Sapindaceae x x
206 Helicia sp. Proteaceae x x
207 Heritiera litoralus Sterculiaceae x x
208 Hernandia peltata Hernandiaceae x x
209 Hibiscus macrophyllus Kabaru omang Malvaceae x x
210 Hibiscus sp. kawaung Malvaceae x x
211 Hibiscus tiliaceus Kabaru boti Malvaceae x x x waru
212 Homalanthus giganteus kabola mata Euphorbiaceae x x
213 Homalium tomentosum Aikaka Flacourtiaceae x x
214 Hymenodyction pachyclados Ta'bung Rubiaceae x x
215 Imperata cylindrica Alang-alang poaceae x x x non Pohon
216 Ixora grandifolia Rubiaceae x x
217 Kleihovia hospita ajangi/ajange Sterculiaceae x x
218 Knema cinerea Myristicaceae x x
219 Knema sp. Kamburu kalauki Myristicaceae x x
220 Lannea coromandelina Anacrdiaceae x x
221 Laportea peltata Gaud Jolating Urticaceae x x
222 Leea aequata Leeaceae x x
223 Leea angulata Hanjukarteki Rutaceae x x
No. Nama Ilmiah Nama Daerah Suku MATA LAWA MATALAWA KETERANGAN

224 Leea indica Leeaceae x x


225 Leea rubra Leeaceae x x
226 Lengerstroemia sp Taramanu Lythraceae x x
227 Lephisantes tetraphylla Sapindaceae x x
228 Lepiniopsis ternatensis Baka Apocynaceae x x
229 Leucaena leuchepala Lamtoro Fabaceae x x x
230 Linoceira macrocarpa Kahingga kaba Oleaceae x x
231 Litsea accedentoides Katikataru Lauraceae x x
232 Litsea firma tabura kalauki Lauraceae x x
233 Litsea sp. Hanggobu Lauraceae x x
234 Litsea sp. Kalaja Lauraceae x x
235 Litsea sp. Kalaja merah Lauraceae x x
236 Litsea sp. Kawita kaba Lauraceae x x
237 Litsea sp. Lambaku Lauraceae x x
238 Litsea sp. Rauhambaka Lauraceae x x
239 Litsea sp. Tabura Lauraceae x x
240 Litsea sp. Tambura Lauraceae x x
241 Litsea velutina Kamala kaninggu Lauraceae x x
242 Lophopetalum sp. Halada tuna Celastraceae x x
243 Lophopetalum sp. Kalihi omang Celastraceae x x
244 Lunasia amara Aikaka Rutaceae x x
245 Macaranga sp.1 wulur Euphorbiaceae x x
246 Macaranga tanarius Hambala mata Euphorbiaceae x x x
247 Maesa ramentacea Myrsinaceae x x
248 Magnolia glauca kayarak Magnoliaceae x x x
No. Nama Ilmiah Nama Daerah Suku MATA LAWA MATALAWA KETERANGAN

249 Mallotus floribundus Euphorbiaceae x x


250 Mallotus multiglandulosus owa Euphorbiaceae x x
251 Mallotus paniculatus Euphorbiaceae x x
252 Mallotus philippinensis litialau Euphorbiaceae x x
253 Mallotus richinoides Euphorbiaceae x x
254 Mallotus sp. Lindikalau Euphorbiaceae x x
255 Mangifera gedebe Miq. Pau Omang Anacardiaceae x x
256 Mangifera indica Anacrdiaceae x x
257 Mangifera laurina/longipetiolata Pau utang Anacardiaceae x x
258 Maranthes corymbosa Chrysobalanaceae x x
259 Melanolepis sp. Kaikunaku Euphorbiaceae x x
260 Melastoma malabathricum Melastomataceae x x
261 Melia azedarach Lamua Meliaceae x x
262 Melia sp. Kamala kiru Meliaceae x x
263 Melicope confusa Ai kabebak Rutaceae x x
264 Melicope lanu-akenda Kataba Rutaceae x x
265 Melicope latifolia Tada malara Rutaceae x x x
266 Melicope sp. Rutaceae x x
267 Melochia umbellata Adinu Malvaceae x x
268 Memcylon cf. myrsinoides Melastomataceae x x
269 Metrophora sp Annonaceae x x
270 Microcos sp. Hapoku Malvaceae x x
271 Micromelum minutum Tadamur manipa Rutaceae x x
272 Mischocarpus sundaicus Sapindaceae x x
273 Morinda citrifolia Rubiaceae x x
No. Nama Ilmiah Nama Daerah Suku MATA LAWA MATALAWA KETERANGAN

274 Mussaenda sp. kabebak Rubiaceae x x


275 Myrica rubra Ando mangili Myricaceae x x
276 Myristica fatua Myristicaceae x x
277 Myristica lancifolia Myristicaceae x x
278 Myrsine avenis Myrsinaceae x x
279 Neonaucle excelsa kaladacuna Rubiaceae x
280 Neonauclea calycina Rubiaceae x x
281 Neonauclea excelsa kaladacuna Rubiaceae x x x Tumba daba
282 Neonauclea lanceolata Rubiaceae x x
283 Neonauclea orientalis Langira Rubiaceae x x
284 Nephelium cf juglandifolim keakab Sapindaceae x x
285 Nysa sp. Ai watu Nysaceae x x
286 Omalanthus populneus Kabebak Euphorbiaceae x x
287 Omalanthus sp. Hambala mata Euphorbiaceae x x
288 Ormosia calavensis Fabaceae x x
289 Palaquium dasyphillum Delu Sapotaceae x x
290 Palaquium obovatum kadoru rara Sapotaceae x x x
291 Palaquium obtusifolium Kaduru rara Sapotaceae x x x
292 Palaquium rostratum delu Sapotaceae x x
293 Palaquium sericeum Sapotaceae x x
294 Palaquium sp. Kaduru Sapotaceae x x
295 Palyalthia lateroflora Annonaceae x x
296 Pandanus tectorius Pandan hutan Pandanaceae x x x
297 Parkia timoriana Fabaceae x x
298 Phyllanthus sp. Euphorbiaceae x x
No. Nama Ilmiah Nama Daerah Suku MATA LAWA MATALAWA KETERANGAN

299 Piper majusculum Piperaceae x x


300 Piper sp Sirih Piperaceae x x
301 Pisonia umbellifera Ewai Nyctaginaceae x x x Kalowu
302 Pittosporum moluccanum Ngiduai Pittosporaceae x x
303 Planchonella nitida Katang Sapotaceae x x x
304 Planchonella sp. Kaduru Sapotaceae x x
305 Planchonia valida Langaha Lecythidaceae x x x
306 Platea exelsa Haramenjara Icacinaceae x x
307 Podocarpus imbricatus Kaju omang Podocarpaceae x x
308 Podocarpus neriifolius Mbaku hau Podocarpaceae x x
309 Podocarpus rumphii Mbaku hau Podocarpaceae x x ai bakuhau
310 Polyalthia rumphii Annonaceae x x
311 Polyalthia sp. Witimalau Annonaceae x x
312 Polyscias sp. Epapa Araliaceae x x
313 Pometia pinnata Kahimbi omang Sapindaceae x x x Maha
314 Prunus arborea Rosaceae x x
315 Prunus grisea Tadai bakal Rosaceae x x
316 Prunus sp. Tada katabi Rosaceae x x
317 Psidium guajava Myrtaceae x x
318 Psidium sp Jambu hutan Myrtaceae x x
319 Psychotria sp. Warewa Rubiaceae x x
320 Psycothria leptothyrsa Rubiaceae x x
321 Pterocymbium tubulatum karodung Sterculiaceae x x
322 Pterocymbiun tinctorium Lakufur Sterculiaceae x x
323 Pterospermum diveresifolium Wera Sterculiaceae x x x Weru
No. Nama Ilmiah Nama Daerah Suku MATA LAWA MATALAWA KETERANGAN

324 Quercus piriformis Kayarak Fagaceae x x


325 Reindwardtia dendron Sterculiaceae x x
326 Rhus sp. Ai rakang Araliaceae x x
327 Rhus taitensis Wurawalu Anacardiaceae x x
328 Schefflera elliptica Paapa Araliaceae x x
329 Schefflera sp. Ai papa Araliaceae x x
330 Schleichera oleosa Kahambi / kesambi Sapindaceae x x x kesambi
331 Semecarpus glaucus Rota Anacardiaceae x x x
332 Spondias dulcis Kedondong hutan Anacardiaceae x x
333 spondias dulcis Anacrdiaceae x x
334 Sterculia foetida Kalumbang / kapaka Malvaceae x x x rangu
335 Sterculia oblongata Sterculiaceae x x
336 Sterculia sp. Kaparak Malvaceae x x
337 Streblus asper Kadhoki Moraceae x x
338 Swietenia macrophylla Meliaceae x x
339 Symplocos sp Loba Symplocaceae x x x
340 Syzgium sp Jambu air Myrtaceae x x
341 Syzygium lineatum Myrtaceae x x
342 Syzygium polyanthum labung Myrtaceae x x x
343 Tabernaemontana macrocarpa Kada'bu doka Apocynaceae x x
344 Tabernaemontana sphaerocarpa Kada'bu doka Apocynaceae x x x Wata kamami
345 Talauma sp. Kayarak Magnoliaceae x x
346 Tamarindus indica Asam Fabaceae x x x
347 Tarenna sp Rubiaceae x x
348 Tectona grandis Verbenaceae x x
No. Nama Ilmiah Nama Daerah Suku MATA LAWA MATALAWA KETERANGAN

349 Terenstroemia sp Gai rami Theaceae x x


350 Terminalia catapa Ketapang hutan Combretaceae x x x
351 Terminalia sp.2 kaduba Combretaceae x x
352 Tetracera scandens Dilleniaceae x x
353 Tetrameles nudiflora Marra Datiscaceae x x x
354 Tetrameles sp. Kerunding Datiscaceae x x
355 Tetrastigma trifoliata Vitaceae x x
356 Timonius timon Cimung Rubiaceae x x x Nggai
357 Toona sureni Hurani Meliaceae x x x Surian
358 Trema canabina Ulmaceae x x
359 Trema orientalis kadara / hoja Ulmaceae x x
360 Tristiropsis canarioides Sapindaceae x x
361 Trophis phillipinensis Mayela Moraceae x x
362 Uvaria rufa Annonaceae x x
363 Viburnum lutescens Adoxaceae x x
364 Villebrunea rubescens Kaparak paku Urticaceae x x x
365 Villebrunea sp. Kayamila Urticaceae x x
366 Villebrunea sp. Rami Urticaceae x x
367 Vitex negundo Verbenaceae x x
368 Vitex trifoliata Verbenaceae x x
369 Weinmania blumei Walaru Cunnonaceae x x
370 Wendlandia glabrata Karuaka Rubiaceae x x x
371 Wendlandia sp. Kahingar kaba Rubiaceae x x
372 Wendlandia spectabilis Rubiaceae x x
373 Willughbeia coriaceae Apocynaceae x x
No. Nama Ilmiah Nama Daerah Suku MATA LAWA MATALAWA KETERANGAN

374 Wrigthia calycina Hidik Apocynaceae x x


375 Zanthoxylum sp. Kamala jarik Rutaceae x x

Tabel. Jenis-Jenis Burung TN Matalawa


No. Famili Lokal Latin Sub Species UUD/ PP IUCN CITES E Sub E Endemik lainnya MATALAWA
1 Anatidae Belibis kembang Dendrocygna arcuata x
2 Anatidae Itik alis (itik gunung) Anas superciliosa rogersi x
3 Anatidae Itik benjut Anas gibberifrons x
4 Apodidae Kapinis Laut Apus pacificus pacificus x
5 Apodidae Kapinis Rumah Apus affinis / nipalensis x
6 Apodidae Walet Sapi Collocalia esculenta sumabwae x
7 Apodidae Walet Sarang-putih Collocalia fuciphagus fuciphaga x
8 Caprimulgidae Cabak kota Caprimulgus affinis kasuidori x
9 Caprimulgidae Cabak Maling Caprimulgus macrurus schlegelii x
10 Charadriidae Cerek-pasir besar Charadrius leschenaultii leschenaulti x
11 Charadriidae Cerek-pasir mongolia Charadrius mongolus mongolus x
12 Laridae Dara Laut Jambul Sterna bergii cristata AB x
13 Laridae Dara-laut biasa Sterna hirundo longipennis AB x
14 Laridae Dara-laut tengkuk-hitam Sterna sumatrana AB x
15 Laridae Dara-laut tiram Gelochelidon nilotica AB x
16 Recurvirostridae Gagang bayang belang Himantopus leucocephalus leucocephalus AB x
17 Scolopacidae Gajahan Erasia Numenius arquata orientalis AB x
18 Scolopacidae Gajahan kecil Numenius madagascariensis AB x
19 Scolopacidae Gajahan timur Numenius madagascariensis AB x
20 Scolopacidae Trinil Pantai Actitis hypoleucos x
21 Scolopacidae Trinil rawa Tringa stagnatilis x
22 Scolopacidae Trinil semak Tringa glareola x
23 Ardeidae Bambangan merah Ixobrychus cinnamomeus x
24 Ardeidae Blekok sawah Ardeola speciosa speciosa B x
No. Famili Lokal Latin Sub Species UUD/ PP IUCN CITES E Sub E Endemik lainnya MATALAWA
26 Ardeidae Cangak Australia Egretta novaehollandiae x
27 Ardeidae Cangak laut Ardea sumatrana x
28 Ardeidae Cangak merah Ardea purpurea x
29 Ardeidae Kokokan Laut Butorides striata javanicus x
30 Ardeidae Kuntul besar Egretta alba / ARDEA ALBA modesta AB x
31 Ardeidae Kuntul Karang Egretta sacra sacra x
32 Ardeidae Kuntul kecil Egretta garzetta nigripes AB x
33 Ardeidae Kuntul kerbau Bubulcus ibis coromandus AB x
34 Ardeidae Kuntul perak Egretta intermedia AB x
35 Columbidae Delimukan zamrud Chalcophaps indica indica x
36 Columbidae Junai Emas Caloenas nicobarica nicobarica AB NT I x
37 Columbidae Merpati-hutan metalik Columba vitiensis metalica x
38 Columbidae Pergam Hijau Ducula aenea polia x
39 Columbidae Perkutut Jawa Geopelia striata x
40 Columbidae Perkutut loreng Geopelia maugei x
41 Columbidae Punai Sumba Treron teysmanii NT E x
42 Columbidae Tekukur Biasa Streptopelia chinensis tigrina x
43 Columbidae Uncal Buau Macropygia emiliana emiliana x
44 Columbidae Uncal kouran Macropygia ruficeps orientalis x
45 Columbidae Walik Kembang Ptilinopus melanospila melanauchen x
46 Columbidae Walik Rawamanu Ptilinopus dohertyi VU E x
47 Alcedinidae Cekakak Australia/SUCI Halcyon sancta sancta AB x
48 Alcedinidae Cekakak kalung-coklat Halcyon australasia australasia AB NT E Indo x
49 Alcedinidae Cekakak Sungai Halcyon chloris chloris AB x
50 Bucerotidae Julang Sumba Rhyticeros everetti AB VU II E x
51 Meropidae Kirik-kirik Austarlia Merops ornatus x
52 Meropidae Kirik-kirik laut Merops philippinus philippinus x
53 Alcedinidae Rajaudang Erasia Alcedo atthis floresiana AB x
54 Alcedinidae Udang merah api Ceyx erithaca rufidorsum AB x
55 Coracidae Tionglampu biasa Eurystomus orientalis pacificus x
56 Cuculidae Bubut Alang-Alang Centropus bengalensis javanensis x
57 Cuculidae Kangkok Ranting Cuculus saturatus lepidus x
58 Cuculidae Karakalo Australia Scythrops novaehollandiae x
No. Famili Lokal Latin Sub Species UUD/ PP IUCN CITES E Sub E Endemik lainnya MATALAWA
59 Cuculidae Kedasi emas Chrysococcyx lucidus plagosus x
60 Cuculidae Tuwur Asia Eudynamis scolopacea malayana x
61 Cuculidae Tuwur Australia Eudynamys cyanocephala x
62 Cuculidae Wiwik uncuing Cacomantis sepulclaris sepulclaris x
63 Falconidae Alap-alap Australia Falco longipennis hanielli AB II x
64 Falconidae Alap-alap kawah Falco peregrinus calidus AB I x
65 Falconidae Alap-alap Sapi Falco moluccensis microbalia AB II x
66 Acciptridae Baza Pasifik Aviceda subcristata timorlaoensis AB II x
67 Acciptridae Elang Bondol Haliastur indus intermedius AB II x
68 Acciptridae Elang Bonelli Hieraaetus fasciatus renschi B II x
69 Acciptridae Elang paria Milvus migran affinis AB II x
70 Acciptridae Elang Tikus Elanus caeruleus hypoleucos AB II x
71 Acciptridae Elang Tiram Pandion halieatus cristatus AB II x
72 Acciptridae Elangalap cokelat Accipiter fasciatus tjendanae AB II Es x
73 Acciptridae Elang-laut perut-putih Haliaeetus leucogaster AB II x
74 Acciptridae Elangrawa tutul Circus assimilis AB II x
75 Acciptridae Elang-ular jari-pendek Circaetus gallicus gallicus AB II x
76 Acciptridae Sikep Madu Asia Pernis ptilorhynchus AB x
77 Phasianidae Ayam hutan hijau Gallus varius x
78 Phasianidae Puyuh batu Coturnix chinensis lineata x
79 Phasianidae Puyuh Coklat Coturnix ypsilophora raaltenii x
80 Megapodiae Gosong Kaki Merah Megapodius reinwardt reinwardt B x
81 Turnidae Gemak Sumba Turnix everetti VU E x
82 Turnidae Gemak Totol Turnix maculosa sumbana Es x
83 Rallidae Kareo padi Amaurornis phoenicurus leucomelanus x
84 Rallidae Mandar Kelam Gallinula tenebrosa frontata x
85 Rallidae Mandar-padi kalung kuning Gallirallus philippensis philippensis x
86 Rallidae Tikusan ceruling Rallina fasciata x
87 Turdidae Anis Nusa Tenggara Zoothera dohertyi NT x
88 Turdidae Cingcoang Coklat Brachypteryx leucophrys x
89 Motacilidae Apung petchora Anthus gustavi gustavi x
90 Motacilidae Apung Tanah Anthus novaeseelandiae albidus x
No. Famili Lokal Latin Sub Species UUD/ PP IUCN CITES E Sub E Endemik lainnya MATALAWA
91 Motacilidae Kicuit Batu Motacilla cinerea cinerea x
92 Motacilidae Kicuit Kerbau Motacilla flava similima x
93 Laniidae Bentet coklat Lanius cristatus x
94 Estrilidae Bondol Jawa Lonchura leucogastroides x
95 Estrilidae Bondol kepala-pucat Lonchura pallida x
96 Estrilidae Bondol pancawarna Lonchura quinticolor NT x
97 Estrilidae Bondol peking Lonchura punctulata sumbae Es x
98 Estrilidae Bondol Taruk Lonchura molucca x
99 Estrilidae Pipit zebra Taeniopygia guttata guttata x
100 Alaudidae Branjangan jawa Mirafra javanica parva x
101 Nectarinidae Burung Madu kelapa Anthreptes malacensis rubrigena AB Es x
102 Nectarinidae burung madu sriganti Cinnyris jugularis AB x
103 Nectarinidae Burung Madu Sumba Cinnyris buettikoferi B E x
104 Dicaediae Cabai Gesit Dicaeum agile agile x
105 Dicaediae Cabai Gunung Dicaeum sanguinolentum wihelminae Es x
106 Sylvidae Cica koreng timur Megalurus timoriensis inguirendus Es x
107 Sylvidae Cici padi Cisticola juncidis fuscicapilla x
108 Sylvidae Cikrak Kutub Phylloscopus borealis x
109 Sylvidae Kerakbasi Besar Acrocephalus orientalis x
110 Meliphagidae Cikukua Tanduk Philemon buceroides neglectus AB x
111 Meliphagidae Isap-madu australia Lichmera indistincta limbata x
112 Meliphagidae Myzomela Sumba Myzomela dammermani AB E x
113 Muscicapidae Decu belang Saxicola caprata francki Es x
114 Muscicapidae Sikatan bubik Muscicapa dauurica segregata Es x
115 Muscicapidae Sikatan kepala abu Culicicapa ceylonensis connectens Es x
116 Muscicapidae Sikatan paruh-lebar Myiagra ruficollis ruficolis x
117 Muscicapidae Sikatan Sumba Ficedulla harterti E x
118 Muscicapidae Sikatanrimba ayun Rhinomyias oscillans stressemani Es x
119 Corvidae Gagak Kampung Corvus macrorhynchos macrorhynchos x
120 Paridae Gelatik Batu Kelabu Parus major x
121 Ploceidae Gereja Erasia Passer montanus malaccensis x
122 Zosteropidae Kacamata Gunung Zosterops montanus x
No. Famili Lokal Latin Sub Species UUD/ PP IUCN CITES E Sub E Endemik lainnya MATALAWA
123 Zosteropidae Kacamata limau Zosterops citrinellus citrinelus x
124 Zosteropidae Kacamata Wallaacea Zosterops wallacei NTB x
125 Pachycephalidae Kancilan Emas Pachycephala pectoralis fulvifentris Es x
126 Campephagidae Kapasan sayap-putih Lalage sueurii x
127 Campephagidae Kepudang sungu sumba Coracina dohertyi Es Sw, Fl, S x
128 Campephagidae Kepudang-sungu besar Coracina novaehollandiae melanops x
129 Campephagidae Kepudang-sungu topeng Coracina personata sumbensis Es x
130 Monarchidae Kehicap kacamata Monarcha trivirgatus trivirgatus x
131 Monarchidae Seriwang Asia Tersiphone paradisi sumbaensis Es x
132 Artamidae Kekep babi Artamus leucorhynchus albiventer x
133 Oriolidae Kepudang Kuduk Hitam Oriolus chinensis broderipi x
134 Sturnidae Kerak kerbau Acridotheres javanicus x
135 Sturnidae Perling kecil Aplonis minor x
136 Rhipiduridae Kipasan Dada Hitam Rhipidura rufifrons sumbensis Es x
137 Hirundinidae Layang-layang Asia/api Hirundo rustica x
138 Hirundinidae layang-layang batu Hirundo tahitica javanica x
139 Hirundinidae Layanglayang Bidadari Cecropis ariel x
140 Hirundinidae Layang-layang loreng Hirundo striolata striolata x
141 Hirundinidae Layanglayang Pohon Cecropis nigricans nigricans x
142 Pittidae Paok Laus Pitta elegans maria B Es E Indo x
143 Fringilidae Pipit Benggala Amandava amandava flavidifentris x
144 Dicruridae Srigunting Wallacea Dicrurus densus sumbae Es Maluku, NT x
145 Fregatidae Cikalang besar Fregata minor x
146 Fregatidae Cikalang kecil Fregata ariel x
147 Phalacrocoridae Pecuk-padi belang Phalacrocorax melanoleucos x
148 Phalacrocoridae Pecuk-padi Hitam Phalacrocorax sulcirostris x
149 Phalacrocoridae Pecuk-ular asia Anhinga melanogaster AB NT x
150 Psittaciidae Betet kelapa-paruh besar Tanygnathus megalorynchos sumbensis II Es x
151 Psittaciidae Kakatua Sumba Cacatua sulphurea citrinocristata AB CR I Es x
152 Psittaciidae Nuri Bayan Elcectus roratus cornelia AB II Es x
153 Psittaciidae Nuri Pipi Merah Geoffroyus geoffroyi floresianus II x
154 Psittaciidae Perkici oranye Trichoglossus capistratus fortis II Es x
No. Famili Lokal Latin Sub Species UUD/ PP IUCN CITES E Sub E Endemik lainnya MATALAWA
155 Stringidae Punggok wengi Ninox rudolfi NT II E x
156 Stringidae Pungok Sumba Ninox sumbaensis II E x
157 Tytonidae Serak jawa Tyto alba sumbaensis II Es x
158 Tytonidae Serak Padang Tyto longimembris II x

DAFTAR JENIS KUPU - KUPU DI TN MATALAWA

Status
No Nama Latin Famili Endemik MATA LAWA MATALAWA
IUCN CITES PP/SK
1 Acraea violae Nymphalidae Tidak - - - x x
2 Acytolepis puspa Lycaenidae Tidak - - - x x
3 Appias lyncida Pieridae Tidak - - - x x
4 Appias albina Pieridae Tidak - - - x x
5 Appias paulina Pieridae Tidak - - - x x
6 Ariadne merione Nymphalidae Tidak - - - x x
7 Athyma karita Nymphalidae Ya - - - x x
8 Athyma margurita Nymphalidae Ya (Sub endemik) - - - x x
9 Athyma perius Nymphalidae Tidak - - - x x x
10 Caleta rhode Lycaenidae Tidak - - - x x
Castochrysops
11 Lycaenidae Tidak - - -
strabo x x
12 Catopsilia pomona Pieridae Tidak - - - x x x
13 Catopsilia pyranthe Pieridae Tidak - - - x x
14 Catopsilia scylla Pieridae Tidak - - - x x x
15 Centhosia biblis Nymphalidae Tidak - - - x x
16 Cepora julia Pieridae Ya (Sub endemik) - - - x x x
17 Cethosia hypsea Nymphalidae Tidak - - - x x
Cethosia
18 Nymphalidae Tidak - - -
penthesilea x x
Status
No Nama Latin Famili Endemik MATA LAWA MATALAWA
IUCN CITES PP/SK
19 Charaxes elwesi Nymphalidae Ya (Sub endemik) - - - x x
20 Charaxes ocellatus Nymphalidae Ya (Sub endemik) - - - x x
21 Chilades pandava Lycaenidae Tidak - - - x x
Cirrochroa
22 Nymphalidae Tidak - - -
erymanthis x x
23 Cupha erymanthis Nymphalidae Tidak - - - x x
24 Cyrestis nais Nymphalidae Ya (Sub endemik) - - - x x x
25 Danaus affinis Nymphalidae Tidak - - - x x
26 Danaus chrysippus Nymphalidae Tidak - - - x x x
27 Danaus genutia Nymphalidae Tidak - - - x x
28 Danaus sp. Nymphalidae Tidak - - - x x
29 Danis schaeffera Lycaenidae Tidak - - - x x
30 Delias fasciata Pieridae Ya - - - x x x
31 Discolampa ethion Lycaenidae Tidak - - - x x
32 Elimnias amoena Satyridae Ya - - - x x
33 Euchrysop cnejus Lycaenidae Tidak - - - x x
34 Euploea eunice Nymphalidae Tidak - - - x x x
35 Euploea sp. Nymphalidae Tidak - - - x x
36 Eurema andersonii Pieridae Tidak - - - x x
37 Eurema blanda Pieridae Tidak - - - x x
38 Eurema brigitta Pieridae Tidak x x
39 Eurema hecabe Pieridae Tidak - - - x x x
40 Eurema sari sari Pieridae Tidak - - - x x
41 Everes lacturnus Lycaenidae Tidak - - - x x
42 Flos apidanus Lycaenidae Tidak - - - x x
43 Freyeria trochylus Lycaenidae Tidak - - - x x
44 Graphium sp. Papilionidae Tidak - - - x x
Status
No Nama Latin Famili Endemik MATA LAWA MATALAWA
IUCN CITES PP/SK
45 Graphium sarpedon Papilionidae Tidak - - - x x
46 Hebomia glaucippe Pieridae Tidak - - - x x
Hypolimnas
47 Nymphalidae Tidak - - -
anomala x x
48 Hypolimnas bolina Nymphalidae Tidak - - - x x
Hypolimnas
49 Nymphalidae Tidak - - -
misippus x x
50 Ideopsis oberthurii Danaidae Ya - - - x x
51 Ideopsis sp. Nymphalidae Tidak - - - x x
52 Ideopsis vulgaris Nymphalidae Tidak - - - x x
53 Jamides celeno Lycaenidae Tidak - - - x x
54 Junonia adulatrix Nymphalidae Ya - - - x x
55 Junonia almana Nymphalidae Tidak x x
56 Junonia atlites Nymphalidae Tidak - - - x x x
57 Junonia hedonia Nymphalidae Tidak - - - x x x
58 Junonia iphita Nymphalidae Tidak - - - x x x
59 Junonia orithya Nymphalidae Tidak - - - x x
60 Junonia villida Nymphalidae Tidak - - - x x
61 Lampides boeticus Lycaenidae Tidak - - - x x
62 Leptosia nina Pieridae Tidak - - - x x
63 Lethe europa Nymphalidae Tidak - - - x x
64 Lexias aegle Nymphalidae Ya (Sub endemik) - - - x x x
65 Melanitis leda Nymphalidae Tidak - - - x x
66 Moduza procris Nymphalidae Tidak - - - x x
67 Mycalesis fuscum Nymphalidae Tidak - - - x x
68 Mycalesis mineus Nymphalidae Tidak - - - x x
69 Mycalesis wayewa Nymphalidae Tidak - - - x x
Status
No Nama Latin Famili Endemik MATA LAWA MATALAWA
IUCN CITES PP/SK
70 Neptis clinioides Nymphalidae Tidak - - - x x
71 Neptis hylas Nymphalidae Tidak - - - x x
72 Neptis miah Nymphalidae Tidak - - - x x
73 Oriens gola Hesperiidae Tidak - - - x x
74 Orsotriaena medus Nymphalidae Tidak - - - x x x
Pachliopta
75 Papilionidae Tidak - - -
aristolochiae x x
76 Pachliopta oreon Papilionidae Ya (Sub endemik) - - - x x
Pantoporia
77 Nymphalidae Tidak - - -
hordonia x x
78 Papiliio domelus Papilionidae Tidak - - - x x
Least
79 Papilio acheron Papilionidae Ya - -
Concern x x
80 Papilio helenus Papilionidae Tidak - - - x x
81 Papilio memnon Papilionidae Tidak - - - x x x
Papilio Rentan/
82 Papilionidae Ya - -
neumoegenii Vulnerable x x x
83 Papilio polytes Papilionidae Tidak - - - x x x
84 Parantica agleoides Nymphalidae Tidak - - - x x
85 Parantica limniace Nymphalidae Tidak - - - x x
86 Parantica sp. Nymphalidae Tidak - - - x x x
Pelopidas
87 Hesperiidae Tidak c
conjunctus x x
88 Sumalia chilo Nymphalidae Ya - - - x x
89 Tagiades japetus Hesperiidae Tidak c x
Appendiks UU No. 7
90 Troides haliphron Papilionidae Ya -
II th 1999 x x x
91 Vindula erota asela Nymphalidae Tidak - - - x x
92 Yoma sabina Nymphalidae Tidak - - - x x
Status
No Nama Latin Famili Endemik MATA LAWA MATALAWA
IUCN CITES PP/SK
Ypthima baldus
93 Nymphalidae Tidak - - -
horsfieldi x x x
94 Zizina otis Lycaenidae Tidak - - - x x

DAFTAR JENIS MAMALIA DI TN MATALAWA

Status LIPI di
No Nama Latin Nama Lokal / English Famili MATA LAWA MATALAWA
IUCN CITES PP/SK LAWA

1 Cynopterus Sp. Codot Pteropodidae Least Concern - - x x


Cynopterus
2 Codot Nusatenggara Pteropodidae Least Concern - -
nusatenggara x x
Kelelawar Kubu
3 Dobsonia peroni Pteropodidae Least Concern - -
Nusatenggara x
Dagger-toothed Long-nosed
4 Macroglossus minimus Pteropodidae Least Concern - -
Fruit Bar x
5 Penthetor lucasii Codot Kecil Kelabu Pteropodidae Least Concern - - x x
6 Pteropus alecto Rubah Terbang Hitam Pteropodidae Least Concern - - x x
7 Pteropus vampirus Kalong besar Pteropodidae Near Threatened - - x x
8 Hipposideros diadema Kelelawar Barong Besar Pteropodidae Least Concern - - x
9 Kerivoula hardwickii Common Woolly Bat Vespertilionidae Least Concern - - x
10 Rhinolophus arcuatus Arcuate horseshoe bat Rhinolophidae Near Threatened - - x
11 Rhinolophus creaghi Creagh's horseshoe Bat Rhinolophidae Near Threatened - - x
12 Rhinolophus pussilus Least horseshoe Bat Rhinolophidae Least Concern - - x x
Rousettus
13 Geoffroy's rousette Pteropodidae Least Concern - -
amplexicaudatus x
14 Tylonycteris pachypus Kelelawar Buluh Kecil Vespertilionidae Least Concern - - x x
15 Rattus Sp. Tikus Belukar Muridae - - - x x
16 Rattus argentiventer Ricefield rat Muridae Least Concern - - x
17 Rattus exulans Tikus polinesia Muridae Least Concern - - x
18 Rattus norvegicus Brown Rat Muridae Least Concern - - x
Status LIPI di
No Nama Latin Nama Lokal / English Famili MATA LAWA MATALAWA
IUCN CITES PP/SK LAWA

19 Rattus tiomanicus Malayan Field Rat Muridae Least Concern - - x


20 Rattus tanezumi Tikus rumah / Tanezumi rat Muridae Least Concern - - x
21 Crocidura maxi Cecurut / javanese shrew Muridae Least Concern - - x
22 Sundamys muelleri Tikus Besar Lembah Muridae Least Concern - - x x
23 Sus scrofa Babi hutan Suidae Least Concern - - x x x x
Paradoxurus
24 Musang Luwak Viverridae Least Concern - -
hermaphroditus x x x x
25 Paguma larvata Musang Galing Viverridae Least Concern - - x x
26 Artogalidia trivigata Musang Akar Viverridae Least Concern - - x x
Appendiks PP No. 7
27 Cervus timorensis Rusa Timor Cervidae Rentan/ Vulnerable
II 1999 x x x
28 Macaca fascicularis Monyet ekor panjang Cercopithecidae Least Concern - - x x x x

DAFTAR JENIS CAPUNG TN MATALAWA

No Genus Family Keterangan MATA LAWA MATALAWA


1 Acisoma panorpoides Libellulidae - x x
2 Agriocnemis femina Coenagrionidae - x x
3 Agriocnemis pygmaea Coenagrionidae - x x x
4 Agrionoptera insignis Libellulidae - x x x
5 Allophaea lara Euphaeidae - x x
6 Anax gibbosulus Aeshnidae - x x x
7 Brachythemis contaminata Libellulidae - x x
8 Burmagomphus williamsoni Gomphidae Endemik x x
9 Copera marginipes Platycnemididae - x x x
10 Crocothemis servilia Libellulidae - x x x
11 Diplacodes trivialis Libellulidae - x x x
No Genus Family Keterangan MATA LAWA MATALAWA
12 Drepanosticta berlandi Platystictidae Endemik x x
13 Euphaea lara Euphaeidae - x x
14 Hemicordulia chrysochlora Corduliidae Endemik x x
15 Idionyx orchestra Corduliidae - x x
16 Indolestes bellax Lestidae - x x x
17 Ischnura senegalensis Coenagrionidae - x x
18 Lathrecista asiatica Libellulidae - x x
19 Neurothemis ramburii Libellulidae - x x x
20 Neurothemis ramburii martini Libellulidae New Record x x
21 Neurothemis terminata Libellulidae - x x
22 Nososticta diadesma Protoneuridae Endemik x x x
23 Orthetrum austrosundanum Libellulidae Endemik x x x
24 Orthetrum glaucum Libellulidae - x x x
25 Orthetrum sabina Libellulidae - x x x
26 Orthetrum testaceum Libellulidae - x x
27 Pantala flavescens Libellulidae - x x x
28 Paragomphus tachyerges Gomphidae Endemik x x x
29 Potamarcha congener Libellulidae - x x
30 Pseudagrion calosomum Coenagrionidae - x x x
31 Pseudagrion pilidorsum Coenagrionidae - x x x
32 Rhinocypha sumbana Chlorocyphidae - x x x
33 Rhodothemis rufa Libellulidae - x x
34 Rhyothemis regia Libellulidae - x x
35 Tetrathemis irregularis Libellulidae - x x x
36 Tholymis tillarga Libellulidae - x x
37 Tramea eurybia Libellulidae - x x
38 Trithemis aurora Libellulidae - x x x
No Genus Family Keterangan MATA LAWA MATALAWA
39 Trithemis festiva Libellulidae - x x x
40 Trithemis lilacina Libellulidae - x x x
41 Zygonyx ida Libellulidae - x x

DAFTAR JENIS HERPETOFAUNA DI TN MATALAWA


Nama Lokal / Nama LIPI di MATALAW
No Nama Latin Famili Endemisitas MATA LAWA Ket
Inggris LAWA A
A Amfibi
New
1 Bufo melanostictus Katak brudu Bufonidae Tidak x
x x x Record
2 Fejervarya verruculosa Katak sungai Ranidae Tidak x x x x
3 Hylarana elberti Katak sungai Ranidae Tidak x x x x
4 Kaloula baleata katakmicrohylid Microhylidae Tidak x x x x
5 Litoria everetti Katak pohon Hylidae Tidak x x x
New
6 Polypedates leucomystax Katak rhacophorid Rhacophoridae Tidak x
x x x Record
B Reptil
1 Ablepharus boutonirenschi Kadal kaki kecil Scincidae Tidak x x
2 Aniliospoly grammicus Ular buta Nusatenggara Typhlopidae Tidak x x
3 Cyrtodactylus darmandvillei Cicak batu Timor Gekkonidae Tidak x x x
New
4 Cyrtodactylus wetariensis Cicak batu Wetar Gekkonidae Tidak x
x Record
5 Dendrelaphis inornatus Ular kebun Nusa Tenggara Colubridae Tidak x x x x
6 Dibamus staylori Kadal tanpa kaki Dibamidae Tidak x x x
7 Draco boschmai Kadal terbang Agamidae Tidak x x
8 Draco obscurus Kadal terbang Agamidae Tidak x x
9 Emoia kitcheneri Kadal ekor biru Scincidae Tidak x x
10 Gehyra sp. Cicak hutan Gekkonidae Tidak x x
New
11 Gekko gecko Tokek Gekkonidae Tidak x
x x x Record
Nama Lokal / Nama LIPI di MATALAW
No Nama Latin Famili Endemisitas MATA LAWA Ket
Inggris LAWA A
Gymnodactylus
12 Cicak-tokek Phyllodactiliade Tidak
sermowaiwensis x x
13 Hemidactylus cfgarnoti Indo-pacific Gecko Gekkonidae Tidak x x x
New
14 Hemidactylus frenatus Cicak rumah Gekkonidae Tidak x
x x Record
15 Lamprolepiss maragdina Kadal pohon hijau Scincidae Tidak x x x
16 Lycodon capucinus / pucinus Ular pemakan cicak Colubridae Tidak x x x
Ular Srigala / white-
17 Lycodon subcinctus Colubridae Tidak x
banded wolf-snake x x x
18 Lygosoma florens Kadal kaki kecil Scincidae Tidak x x
New
19 Mabouya multifasciata Kadal tanah / kadal kebun Agamidae Tidak x
x x Record
Psammodynastes Ular viper palsu / Common
20 Colubridae Tidak x
pulverulentus mock viper x x x
21 Python reticulatus Ular Piton/sanca batik Pyhtonidae Tidak x x x x
22 Ramphotyphlops braminus Ular Buta Typhlopidae Tidak x x x x
Ramphotyphlops
23 Ular Buta Typhlopidae Tidak
polygrammicus x x x
24 Sphenomorphus maculates Spotted Forest Skink Scincidae Tidak x x
New
25 Sphenomorphus melanopogon Kadal Maluku Scincidae End.NT x
x x Record
26 Stegonotus sp. Ular kolubrid / Wolf snake Colubridae Tidak x x
27 Trimeresurus insularis Ular Viper Hijau Viperidae Tidak x x x x
Typhlops polygrammicus
28 Ular Belang Hitam Thyplopidae Tidak
brongersmai x x
29 Varanus salvator Biawak air Asia Varanidae Tidak x x
30 Varanus sauffenbergi Biawak / Peacock monitor Varanidae End.Rote x x
Lampiran 3. Desa Sekitar Kawasan hutan TN Matalawa
Luas ∑ Penduduk
No Nama Desa Kecamatan Kabupaten
(Km²) (Jiwa)
1 Baliloku Wanokaka Sumba Barat 23,12 1.338
2 Hupumada Wanokaka Sumba Barat 18,06 1.677
3 Katikuloku Wanokaka Sumba Barat 21,20 1.67
4 Rewa Rara³ Wanokaka Sumba Barat - -
5 Beradolu Loli Sumba Barat 23,44 2.488
6 ModuWaimaringu Waikabubak Sumba Barat - -
7 Waimanu Katikutana Selatan Sumba Tengah 40,00 1.118
8 Manurara Katikutana Selatan Sumba Tengah 39,00 926
9 Malinjak Katikutana Selatan Sumba Tengah 28,74 1.423
10 Tanamodu Katikutana Selatan Sumba Tengah 26,00 1.257
11 Oka Wacu¹ Katikutana Selatan Sumba Tengah - -
12 UbuRiri Katikutana Selatan Sumba Tengah - 1.303
13 Dasa Elu² Katikutana Selatan Sumba Tengah - -
14 KondaMaloba Katikutana Selatan Sumba Tengah 217,43 2.715
15 UmbuLanggang UmbuRatuNggay Barat Sumba Tengah 95,83 751
16 UmbuPabal UmbuRatuNggay Barat Sumba Tengah 33,49 1.711
17 UmbuPabal Selatan UmbuRatuNggay Barat Sumba Tengah - 681
18 Maradesa UmbuRatuNggay Sumba Tengah 40,00 1.246
19 MbilurPangadu UmbuRatuNggay Sumba Tengah 73,60 933
20 PraikarokuJangga UmbuRatuNggay Sumba Tengah 45,97 881
21 Ngadu Olu4 UmbuRatuNggay Sumba Tengah 80,00 746
22 Padiratana UmbuRatuNggay Sumba Tengah 45,00 946
23 WelukPraimemang UmbuRatuNggay Sumba Tengah 48,00 759
24 KambataWundut Lewa Sumba Timur 112,2 3.007
25 Kangeli LewaTidahu Sumba Timur 28,2 1.453
Luas ∑ Penduduk
No Nama Desa Kecamatan Kabupaten
(Km²) (Jiwa)
26 BidiPraing LewaTidahu Sumba Timur 31,2 644
27 Watumbelar LewaTidahu Sumba Timur 43,4 779
28 Umamanu LewaTidahu Sumba Timur 95,4 971
29 Mondulambi LewaTidahu Sumba Timur 83,3 650
30 Billa Tabundung Sumba Timur 79,5 1.610
31 Waikanabu Tabundung Sumba Timur 83,0 962
32 Wudi Pandak Tabundung Sumba Timur 18,0 631
33 Praing Kareha Tabundung Sumba Timur 51,2 1.304
34 Wahang Pinu Pahar Sumba Timur 61,9 1531
35 Lai Lunggi Pinu Pahar Sumba Timur 48,6 1.456
36 Wangga Bewa Pinu Pahar Sumba Timur 32,3 1.040
37 Tawui Pinu Pahar Sumba Timur 40,5 1.637
38 Ramuk Pinu Pahar Sumba Timur 41,2 916
39 Mahaniwa Pinu Pahar Sumba Timur 22.1 754
40 Praimadita Karera Sumba Timur 52,5 2.203
41 Nggongi Karera Sumba Timur 99.0 2031
42 Tandula Jangga Karera Sumba Timur 42,4 710
43 Nangga Karera Sumba Timur 37,2 842
44 Ananjaki Karera Sumba Timur 49,4 895
45 Wanggameti Matawai Lapawu Sumba Timur 55,9 583
46 Katikuwai Matawai Lapawu Sumba Timur 159,1 1.440
47 Katikutana Matawai Lapawu Sumba Timur 20,3 1.243
Lampiran 4. SK Penunjukan Kawasan TN Matalawa
KEMENTERIAN UNGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTAI{AN
DIREKTOMT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA AI.AM DAN EKOSISTEM
BAIAI TAIiAII tlASIOt{At IiAI{UPEU TAIIAH DARU DAl{ LAIWAIIGI WAI{GGAITIETI
Jalan Adam Malik KM.05 Kelurahan Kambajawa, waingapu 87LL2- Sumba Tjmur- NTT
Telp/Fax (0387) 61914, emait : laiwangis@gmait.corn

KEPUTUSAI{ KEPALA BALAI


TATIIAil ilASIOilA( UANUPEU TAilAH DARU DAII LANffAilGI WAT{GGAMETI
NOMOR: SK. 2v. lT.zSrIlU$Ert LOI2A77

TENTANG
REVISI KEDUA PENUN]UKKAN TIM PETTruSUN DOKUMEN RENCANA PENGELOIIAN JANGKA PAN]ANG
TAMAN NASIONAL MANUPEU TANAH DARU DAN I.AIWANGI WANGGAMM PERIODE 2OL7 .2026

DENGAN RAHMATTUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN KEPAI.A BAISI


TAMAN NASIONAL MANUPEU TANAH DARU DAN TAIWANGI WANGGAMETI,

Menimbang i a. Bahwa dalam rangka pelaksanaan penyusunan dokumen rencana pengelolaan


langka panjang (RPJP) Taman Nasional l;tanupeu Tanahdaru dan taiwangi
Wanggameti (TN MATALAWA) Periode 2017 - 2026, pertu dibentuk tim kerja
Penyuzun Dokunen RPJP 1'll MATAIAWA Peride 2AL7 - 2A26;
Bahwa penunjukan kepada pegawai png drduk dalam tim penyusun dokumen
RPJP TN MATA!-AWA Perbde 20tt - 2026 pertu ditetaplon dengan Surat
Keputusan;
Bahua peiabat yeng dihnjuk dalam tim penyusun dokumen Rplp TN
MATALAWA Periode 20L7 - 2026 ini dianggap mampu dan berlanggungBwab
dalam nelalaanakan tugasnya sesuai deqgan peraturan dan perundargan
berlaku.

Mengirgat :1. Undang - Undang Nonror 5 Tahun 1990 tentang tOnserrrasi Sumber Dap Aam
dan Ekosistemnya;
2. Undang - Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang lGhutanan;
3. Undang -
Undang Nonnr 25 tahun 2004 tentang Sistern pembangunan
Nasional;
4. Undang -Undang Normr 26 tah'un 2007 tentang penataan ruang
5. Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Ferlindungan dan
Pengelolaan Lingkungnn Hidup;
6. Undang Undang Nomor 18 Tahun 2013 tentang penegahan dan
Pembemntasan Perusakan Hutan;
7. Peraturan Pernerintah Nomor44 Tahun 2004 tentang perencanaan Kehutanan;
8. Peratumn Pemerintah Nomor zl5 Tahun 2004 tenbng perlindungan Hutan;
o Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011 tentang pengelolaan lGwasan
Suata Alam dan lGrllasan ftilestarian Alam;
10. Peraturan Prcsiden Nomor 16 Tahun 2015 tentang Kernenterian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan;
11. Pelzltuttln t',lenteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor : p.1g/Ment"l-lK-
IIl2015 tentang organisa$ da Tata Kerja t(ernenterian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan ;
L2. Penturan tvlenteri l(ehutanan norror p.SUMenhut-lVZOL4 tentang Eta cara
pelaksanaan inventarisasi potensi pada kawasan suaka Alam dan Kawasan
Pelestarian Alam;
Peraturan Menteri LHK Nortrr p.T6lMenlhk Setien/2015 tentang kiteria zona
pengelolaan hman nasional dan bbk pengelolaan cagar alam, sualo
margasat$a, tarnan hutan raya, dan tarnan wisata ahm;
13. Peaturan lvEnteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor :
P.TMentllVSetjen/OTL0/Ll20t6 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis Taman Nasional;
14. Peraturan i.lenteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Nolh0B...P.
4ZMenlhldSetjenl OTL.AI U 2016 Entang Perubahan Atas Peraturan l,4enhri
Lingkungan Hidup Nornor t P.TlMenlhk/Setjen/OTL,0tU20L6 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional;
Peraturan lvEnteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan nonor ;
P.35/MenlhklSetjen/Kum.U3l20L6 Entang Tata cara penwsunan rencana
pengelolaan pada kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam;
Surat Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Balai Taman Nasional
Manupeu Tanahdaru dan taiwangi Wanggameti Nornor : SP DIPA
029.05,2.57 437812077 hrggal 7 Desember 2016.

MEMUTUSI(AN:

Menetapkan KEPUTUSAN KEPALA BAI.AI TAMAN NASIOI{AL MANUPEU TAMH DARU DAN
I.AMANGI WANGGAMEN TENIANG REVISI KEDUA PENUNJUKKAN TIM PENYUSUN
DOKUMEN RENCANA PENGELOI.3AN JANGKA PAN]ANG TAMAN NASIONAL MANUPEU
TANAH DARU DAN IAIWANGI WANGGAMETI PERTODE 2OL7 - 2026

KESATU Dokumen Rencana Pengelolaan Jangka Fanjang (RPJP) lGwasan Taman Nasional
Manupeu Tanahdaru dan Laiwangi Wanggarneti periode 20t7 -2026, rnerupakan
pedornan pergdolaan kawasan meliputi kegiatan perenanaan, perlindungan,
pengawetan, pemanfaatan, pengawasan dan pengerdalian.

KEDUA Menunjuk pegawai yang namanya tercantum pada lampiran I Keputusan ini sebagai
tim penyu*rn Dohrncn Rencana Pergeblaan Jangka Panjang (RPJP) Kawasan
Taman Nasional Manupeu Tanahdaru dan Laiwangi Wanggameti periode Z0L7 -2026.

KETIGA Surat Keputusan ini mulai berlaku sejak diEtapkan dengan k&ntuan apabila
dikemudlan hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini, akan diubah dan
diperbaiki sebagaimana mestinya.

DiteEplon di Waingapu
pada 0J: oktober 2017

S.HuL, M,Si.
198801 1 001

TEMBUSAN:
1. Direktur Jenderal KSDAE Kenrenterian LHK di Jakarta
2. Seketaris Drtlen. I(SDAE Kementerian LHK dilakarta;
3. DireKur lGwasan lGnsenasi Dfien. IGDAE Kernenterian l.HK di Jakarta;
4. DireKur Pernolaan dan Inbrmasi l(onsenasiAlam Di$en I(SDAE Kemenbrian LHK di Jakarta;
5. Kepala Balai Besar l(onsermsi Sumber Daya Alam relaku Kmdinator UPT Kenrenterian LHK Propinsi
Nfi di Kupang;
6. Yang bersangkutan.
I :
lampiran KepuUsan Kepala BahiTanpn ],lasbnal Manupeu Tanah Daru dan Laiwangi WanggnrneU
Nmpr : SK. ell lT.?8rru$Erlfil20t7
Tanggal : 0f Oktober 2017
SUSUNAN TIM PEN\T'SUN DOKUMEN RENCANA PENGELOI.AAN JANGI(A PAN'ANG (RPJP)
TAMAN NASIONAL MANUPEU TANAHDARU DAN I.AIWANGI WANGGAMETI PERIODE?OT7 .2026

No. NAMA / NIP PANGKAT/GOL. JABATAN DAT.AM KEGIATAN


I 2 3 4
1. Viv€ry OkthilalfE, S.Hut Pertrta Muda Tk.I / IIIb Ketua Tim Penyusun
NIP. 19861015 200912 1 008
2. Luthfi R. Yusuf, S.Hrt.,M.Eng Penata Muda TkI /III b Seloetaris
NIP. 19840611 200912 1 005
3. Rimba Bintorc, S.Hut Penata Muda TkI IIII b Anggota
NrP. 19850508 200912 1 011
4. Dwi tlarBnb, S.llut PenaB / III c AngEffi
NrP. 19869523 200912 1 004
5. Arifson RM. Siantuf, S,Hut Penata Muda / III a Anggota
NIP. 198502L7 20L402 I 002

Ditetapkan di

S.Hut., M.Si.
z'
KEIIIET{TERIAN LINGKUI{GAN HIIX,P DAN KEHUTANAil
DIREKTOMT ]ENDEML KONSERVASI SUMBER DAYA AI.AM DA'III EKOSISTEM
u&{ 4? ?6if Ene tr'lc.TGNAl" MAN!fpFrE Ye&*A!{ |}AFII n&fr! E a{iftfsNGT w&ryGna}4Fffi
li. Aclar,r ltalik Km. 5 Kel. Kambajawa, Telp?Fax. (0387i 61911 e.mail : lailvarigiS@gmaii.cotn
Wairqapu 871U - Sunba Timur -Nrca Tenggrlra Timur

KEPUTUSAN KEPALA BALAI


TAIIAN NASIONAL I.IANUPEU TAilAH DARU DAN LAIWANGI WANGGAMETI
NoMoR: sK. 3/
lT.zBtflqs{rl0llz0L7
TENTANG
PENUNJUKKAN TIM PENYUSUAN DOKUMEN RENCANA PENGELOI.AAN JANGIG PAN]ANG
KAWASAI\I TAMAN NASIONAL LAIWANGI WANGGAMEN

OENGAN RAHMATruHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN KEPALA BAIAI


TAMAN NASIONAL MANUPEU TANAH DARU DAN I.ATWA}IGI WANGGAMM,

Menimbang : a. Bahwa dalam ranglo pengelolan yang siternats pada kawasan Taman Nasional
diprlukan @oman berupa dokumen Rencana Pengelolaan Jangka Panlang
(RPJP)
Bahwa dokunren RPJP kawasan Taman Nasional Laiwangi Wanggameti yang
ada belum sesuai denqan kaidah/ peraturan yang berlaku sehingga perlu
disusun kembali.
c. Bahwa dalam rangka penyusunan dokumen RPJP kawasan Taman Nasional
Laiwangi Wanggameti perlu ditunjuk Tim Penyusuan.
d. Bahwa pejabat yang ditunjuk dalam Tim Penyusun Dokumen RPJP kawasan
Taman Nasional Laiwangi Wanggameti perlu ditetapkan dengan Surat
Keputusan.

Mengingat : 1.. Undang Undang Nornor : 5 Tahun 1990 tenbng Konservasi Sumber Daya
-
Alam Dan Ekosistemnya.
2. Undang * Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentarg Kehutanan.
3. Undang -
Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Pembangunan
Nasional.
4. Undang - Undang Nomor 26 bhun 2007 tentang Penataan Ruang
5. Undarg Urxdang i*unu 32 Tahun 2009 tmtang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
6. Undang Undang Nomor 18 Tahun 2013 tentang Penegahan dan
rl Pemberantasan Perusakan Hutan
7. Peraturan Pemerintah Nomor zl4 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan
8. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan
9. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan lGwasan
Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam
10. Peraturan Pemerinbh Nomor 12 tahun 2014 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis
Penerimaan Negara Bukan Paj,ak yang berlaku pada Kementerian Kehutanan
11. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2015 tentang Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan.
L2. Peraturan Menteri Kehutanan l.lomor P.SUMenhut-IVzOt4 tentang Tata Cara
Pelaksanaan lnvenbrisasi Potensi pada Kawasan Suaka Alam dan Kawasan
Pelestarian Alam
13. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.85/Menhut-l(2014 tentang Tata C:ra
Kerjasama Fenyelenggaraan Kawasan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan
Pelestarian Alam
L4. Peraiuran Menteri LHK Nomor : P.18/Menlhk-I/2015 tehtang Organisasi dan
Tata Kerja Kernenterian Ungkungan Hidup dan Kehutanan.
15. Peraturan Menteri LHK Nomor : P.76lMenlhk-Setjen/2015 tentang Kriteria Zona
Pengelolaan Taman Nasional Dan Blok Peng lolaan Cagar Alam, Sualo
Margasatwa, Tannan Hutan Rava Dan Taman Wisata Alam
t/- :
Peraturan rv'lenteri LHK lrcrrrcr P.7/rtenihVSeijet;urfl.G;'7015 [eniairg
-[aia Kerja Lirrit Feialusa;ra l'cknts 1'aniaa t{asicnai.
L1r-r;anis;sidan
1
t
17. Peraturan lvlenteri LHK Nomor : P.3S/MenlhlVSetjeVKUM.11312016 tentang Tata
Cara Penyusunan Rencana Pengelolaan Pada Kawasan Suaka Alam dan
lGwasan Pehstarian Alam,
18. Surat Pengesahan Daftar Isfan Pelaksanaan Anggaran Balai Taman Nasional
Manupeu Tanah Daru dan Laiwangi Wanggnmeti Nomor : SP DIPA-
29.05.2.57431812017 tanggal 7 Desember 2016.

MEMUTUSMN:

Menetapkan KEPUTUSAN KEPATA BALAT TAMAN NASIONAL MANUPEU TANAH DARU DAN
WWANGI WANGGAMETI TENTANG PENUNJUKI(AN TIM PENYUSUAN DOKUMEN
RENCANA PENGELOI.AAN JANGKA PANJANG KAWASAN TAMAN NASIONAL
LAMANGI WANGGAMEN

KESATU Dokunen Rencana Pengelolaan Jangka Panjang (RPJP) kawasan Taman Nasional
Laiwangi Wanggameti merupakan @oman pengelolaan kawasan meliputi kegiatan
perencanaan, perlindungan, pengawehn, pemanfiaatan, pengawasan dan
r', pengendalian.

KEDUA Menunjuk pegnwai yang namanya tercantum pada kolom 2 (dua) lampiran I
Keputusan ini sebagai Tim Penyusun Dokurnen RPJP kawasan Taman Nasional
Laiwangi Wanggameti.
KETIGA Surat Keputusan ini mulai berlaku sejak ditebpkan dengan ketentuan apabila
dikemudian hari temyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini, akan diubah dan
diperbaiki sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Waingapu

S.Hut., M.Si.
198801 1 001

TEMBUSAN KepadaYth. :
1. Direktur Jenderal KSDAE Kementerian tHK di Jakarta.
2. Sekrebris Ditjen. Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian LHK diJakarta.
3. Drektur lGwasan Konservasi D,tien. I(SDAE Kementerf,an LHK dt Jakarta.
4. DireKur Pemolaan dan Informasi KonservasiAlam Di$en. KSDAE Kementerian LHK diJakarta.
5. Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam selaku Koordinator UPT Kementerian LHK Propinsi
NTT di Kupang.
6. Yang bersangkutan
Lampiran I : surat Keputusan Kepala Balairaman ilaional Hailrpeu Tanah Daru dan
Laiwarqi wanggameti.
Nornor :SK.g lT.2eSllUlggrl1ttml7
Tanggal :U9 Jantnn}Otl
Tentang : Penunjukkan Tim Penyusuan Dokumen Rencana pengelolaan
Jangka pany-ang
Kawasan Taman Nasional Laiwangi Wanggameti

SUSI',NAN TIM PENYUSUN

NO. NAMA / NIP PANGI(AT/@1. JABATAN DAIAM TIM


PET\NUSUAN
I 2 3 +
1 rldofto AliFnnto,S.HuE M.Sy Futab Muda TkV Ketua
198.CI103 20080r r 001 III.b
2 Benny E. Pumama, S,Hut, MDev.prad Penata Muda Tk.I/ Sekr&ris
19820819 200912 I 003 III.b
3 Rimba Bintoro, S.HW Penata Muda Tk.I/ Anggota
19810508 200912 I 011 III.b
4 Vivery Okthalamo,S.HuV Penata Muda Tk.I/ Anggota
19861015 200912 1 008 III.b
5 Simon Onggo E. HastomqA.Md/ Pengatur Tk.I/ tr.d Arggota
19880408 201012 1 004

diWaingapu
g9 1antnfi20L7

S.Hut., M.Si.
198801 1 001
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM
BALAI TAMAN NASIONAL MANUPEU TANAH DARU DAN LAIWANGI WANGGAMETI

KEPUTUSAN KEPALA BALAI


TAMAN NASIONAL MANUPEU TANAH DARU DAN LAIWANGI WANGGAMETI
NOMOR: SK.439 /T.28/TU/REN.2/3/2020

T E N T A N G
PENUNJUKAN TIM PENYUSUN REVISI PARSIAL DOKUMEN RENCANA
PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL MANUPEU TANAH DARU
DAN LAIWANGI WANGGAMETI PERIODE 2018 – 2027
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN KEPALA BALAI


TAMAN NASIONAL MANUPEU TANAH DARU DAN LAIWANGI WANGGAMETI

Menimbang : a. Bahwa dalam rangka pelaksanaan penyusunan revisi parsial


Dokumen Rencana Pengelolaan Jangka Panjang (RPJP) Taman
Nasional Manupeu Tanah Daru dan Laiwangi Wanggameti (TN.
MATALAWA) Periode 2018 – 2027, perlu dibentuk tim kerja
Penyusun Revisi Parsial Dokumen RPJP TN. MATALAWA
Periode 2018 – 2027;
b. Bahwa penunjukan kepada pegawai yang duduk dalam tim
penyusun revisi parsial dokumen RPJP TN. MATALAWA Periode
2018 – 2027 perlu ditetapkan dengan Surat Keputusan;
c. Bahwa pejabat yang ditunjuk dalam tim penyusun dokumen
RPJP TN MATALAWA Periode 2018 – 2027 ini dianggap mampu
dan bertanggungjawab dalam melaksanakan tugasnya sesuai
dengan peraturan dan perundangan yang berlaku.

Mengingat : 1. Undang - Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi


Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya;
2. Undang - Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;
3. Undang - Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem
Pembangunan Nasional;
4. Undang - Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan
Ruang;
5. Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
6. Undang - Undang Nomor 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan
dan Pemberantasan Perusakan Hutan;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang
Perencanaan Kehutanan;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang
Perlindungan Hutan;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011 tentang
pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian
Alam;
// 10. Peraturan…
10. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2015 tentang Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan;
11. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor:
P.18/menLHK-II/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan;
12. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.81/Menhut-II/2014
tentang tata cara pelaksanaan inventarisasi potensi pada
Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam;
13. Peraturan Menteri LHK Nomor P.76/Menlhk-Setjen/2015 tentang
kriteria zona pengelolaan taman nasional dan blok pengelolaan
cagar alam, suaka margasatwa, taman hutan raya, dan wisata
alam;
14. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor:
P.7/MenLHK/Setjen/OTL.0/1/2016 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional;
15 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor:
P.47/MenLHK/Setjen/OTL.0/1/2016 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor:
P.7/MenLHK/Setjen/OTL.0/1/2016 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional;
16. Peraturan Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan
Ekosistem Nomor: P.14/KSDAE/SET/KSA.1/12/2017 tentang
Pedoman Penyusunan Rencana Pengelolaan Pada Kawasan
Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam dan Taman Buru.

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : Keputusan Kepala Balai Taman Nasional Manupeu Tanah Daru dan
Laiwangi Wanggameti Tentang Penunjukan Tim Revisi Parsial
Dokumen Rencana Pengelolaan Jangka Panjang Taman Nasional
Manupeu Tanah Daru dan Laiwangi Wanggameti Periode 2018 – 2027

KESATU : Dokumen Rencana Pengelolaan Jangka Panjang (RPJP) Kawasan


Taman Nasional Manupeu Tanah Daru dan Laiwangi Wanggameti
periode 2018 – 2027, merupakan pedoman pengelolaan Kawasan
meliputi kegiatan perencanaan, perlindungan, pengawetan,
pemanfaatan, pengawasan dan pengendalian.
KEDUA : Menunjuk pegawai yang namanya tercantum pada lampiran I
Keputusan ini sebagai tim penyusun Revisi Parsial Rencana
Pengelolaan Jangka Panjang (RPJP) Kawasan Taman Nasional
Manupeu Tanah Daru dan Laiwangi Wanggameti periode 2018 –
2027.

// KETIGA…
KETIGA : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila
terdapat kekeliruan maka akan diadakan perbaikan sebagaimana
mestinya.

Ditetapkan di Waingapu
pada tanggal 4 Maret 2020
Kepala Balai,

Ir. Memen Suparman, M.M.


NIP. 19640206 198903 1 002
Lampiran 1. Keputusan Kepala Balai Taman Nasional MATALAWA
Nomor : SK. 439 /T.28/TU/REN.2/3/2020
Tanggal : 4 Maret 2020
Perihal : Penunjukan Tim Revisi Parsial Dokumen Rencana Pengelolaan Jangka
Panjang Taman Nasional Manupeu Tanah Daru dan Laiwangi Wanggameti
Periode 2018 – 2027

SUSUNAN TIM PENYUSUN REVISI PARSIAL DOKUMEN RENCANA PENGELOLAAN


JANGKA PANJANG (RPJP) TAMAN NASIONAL MANUPEU TANAH DARU DAN
LAIWANGI WANGGAMETI PERIODE 2018 – 2027

JABATAN DALAM
No NAMA/NIP PANGKAT/GOL.
KEGIATAN
1. Ir. Memen Suparman, M.M. Pembina Tingkat I Penangungjawab
NIP. 19640206 198903 1 002 (IV/b)
2. Dian Prasetyo Nugroho, S.Hut., Penata/ IIIc Ketua Tim Penyusun
M.Ec.Dev., M.Sc
NIP. 19840212 200912 1 00
3. Tri Wiyanto, S.Hut. Penata/ IIIc Sekretaris
NIP. 19850124 200912 1 006
4. Dwi Hartanto, S.Hut., M.Sc Penata/ IIIc Anggota
NIP. 19860623 200912 1 004
5. Agus Kusumanegara, S.Hut., M.Si Penata Tk.I/ IIId Anggota
NIP. 19850909 200912 1 003

Kepala Balai,

Ir. Memen Suparman, M.M.


NIP. 19640206 198903 1 002
KETvIENTERIAN UNGKUT{GAN HIDI,P DAN KEHUTANAN
DIREIffORATJENDfRAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM
MLiI Tt}iIX T{ASIOI{AL IIIA]IUPEU TAIIA}I DIRU DIil LilWATIIGI WAI{GGllffiTT
lahn Adam Malik l(M.05 Kelurahan lGrnbajana, Waingnpu 871L2- Sumh Timur - NTT
Tdp/fax. (0384 61914, email : lalmngts@grnail.aorn

Nomor S.8aq fi.2SFUlSrrft2PAL7 / Desember 2AL7


Lampiran 4 (empat) halaman
Hal Permohonan Rekomendasi Rencana Pengelolaan
Jangka Panjang TN Matalawa

Yth. Kepala BAPPEDA Propinsi Nfi


di
Kupang

Sehubungan telah dilaksanakannya Konsultasi Publik Rencana Pengelolaan


Jangka Panjang (RPJP) Balai Taman Nasional Manupeu Tanah Daru dan Laiwangi
Wanggameti (l-N Matalawa) periode 2018 - 2A27 pada tanggal 6 Desember 2OL7 di
Kota Waingapu - Sumba Timur dan dihadiri oleh para pihak ted<ait, dengan hormat
kiranya Bapak berkenan rnemberikan rekomendasi terhadap dokumen tersebut
sebagai salah satu kelengkapan untuk proses pengesahan oleh Direktur Jenderal
KonservasiSumber Daya Alam dan Ekosistem, Kementerian LHK.
Demikian disampaikan dan atas perhatian Bapak, kami ucapkan terima kasih.

S.Hut, M.Si

Tembusan:
1. Direktur Jenderal KSDAE, Kementerian LHK diJakafta
2. fircktur Kawasan Konservasi Dtjen I(SDAE, Kementerian LHK di Jakarta
3. Direktur Pemolaan dan Informasi Konservasi Alam Ditjen KSDAE, Kementerian
LHK di Jakarta
4. Kepala Balai Besar KSDA NTT selaku Korwil UPT Kementerian LHK Provinsi NTT di
Kupang
D UP DAN KEH LIIANA.N
KEME NTERIAT{ IJ I-IGKUIIGAN HI
DIREKTORATJET.]DERAL KCINSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM
BALAI TAMAi{ HASIONAL UAHUPEU TAT{AH DARU DAN LATWA}IGI WAHGGAT{ETI
Jalan Adam fialrk Kf,{.05 Kelurahan Karnhiant }Vairqapu87112 - Sumba Timur - NTT
TelplFax. {0384 61914. email : laiwargiS@gmail.com

BERITA ACARA KONSULTASI PUBUIK


RENCAIIIA PENGELOLAAH ]ANGKA PATTIJAHG
BALAI TftIt,IAH [IIASIOI{AL MATALAUIIA TAHUN 2018 . ZT'27

Nomor : BA. lt6 /T,2B/TU/KSNLU?fiL7

Fada hari ini, Rabu tanggal Enam bulan Desember Tahun Dua Ribu Tujuh Belas
bertempat di l,Yaingapu, Sumba Timur telah dilakukan kansultasi publik Rencana
Pengelolaan Jangka Panjang Balai Taman Nasional tvlatalawa yang dihadiri oleh para
pihak terkait yang meliputi :

1. Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Nusa Tenggara Imur,


Z. Badan Peteneanaan Pernbangunan Daetah Prtpi*si Nusa Tenggara Tim*r,
3. Badan Fenelitian dan Pengembangan Kabupaten Sumba Barat,
4. Dinas Lingkungan Hidup Sumba 1imur,
5. Dinas Lingkungan Hidup Sumba Tengah,
6. Kecamatan Katikutana Selatan,
7. Kecamatan Lewa Tidahu,
8. Kecamat*n Matawai Lapawu,
9. Kecamatan Tabundung
1$, KPH Sumba Timur,
11. KPH Sumba Tengah,
12. SPTN Wilayah I Waibakul,
13. SPTN Wilayah II Lewa,
14. SPTN Wilayah III lvlatawai Lapau,
15. Forum lamatada
16. ]ICS
17. PLN Area Sumba

telah melakukan konsultasi publik Rencana Pengeloh*n Jangka Paniang {RPJP} Taman
Nasional Matalawa dengan hasil sebagai berikut :

1. Rencana Pengelelaan Jangka Fanjang {RPJP} Ealai Taman Nasi*nal Matalawa


merupakan dakumen perencanaan yang dipergunakan dalam pengelolaan
kawasan Taman ftlasionalyang didalamnya terdapat visi, misi, tujuan, dan rencana
aksi setta pengaturan tata ruang dengan slstem zonasi yang mempertimbangkan
aspek-aspek ekologis, sosial, ekonomi dan budaya masyarakat,
7. Dalam perumusannya, aspirasi dan kepentingan masyarakat, penrerintah daerah
dan pihak-pihak terkait yang berkepentingan diakomodir sesuai dengan ketentuan
yang herlaku.
t\ 3. Rencana Fengelolaan Jangka Panjang {RPJP} Balai Taman Nasbnal l"latalawa
dapat diproses lebih lanjut dengan mempertimbangkan beberapa hal, antara lain :
lI
a) Peningkatan Partisipasi Masyarakat,
I
h) Peningkatan Kesejahteraan Ivlasyarakat Sekitar Kawasan,
,l
hul dari 4 j
c) Sinkronisasi kepentingan Rencana Pembangunan Daerah masing-masing
Kabupaten.

Demikian beriLa acara ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Dibuat di : Waingapu
Pada tanggal : mber 2017
1. Balai Besar KonservasiSumber Daya AIam
Nusa Tenggara Timur,

(Wantoko, S.Hut)
3r007
Z. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Propinsi Nusa Tenggara l-inrur

(Gaspar Enga, S.E., M.5i)


P. 19640322 194003 1
3. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kabupaten Sumba Barat

$11P.19640903 1gqOO3 1 011


,+. Dinas Lingkungan Hidup Sumba Timur 4.

i. Ida s Putu Rrnia, M,Si)


NIP. 19650616 199303 1 011
5, Dinas Lingkungan Hidup Sumba Tengah

6. KPH Sumba Timur

stIP.19630227 199803 I 003


7, Kecanratan Katikutana Selatan

(Siwa Jorumana)
NIP. 19630318 198612 1 003

hal 2 dari 4
8. Kecanptan Lewa lidahu

(Drc. Banju Ndaku )


NIP, 1965 11 t 037
L Seksi Fengelolaan Taman Ttasisnal Flatalawa I'
Wilayah II Lewa

rih srP)
1 199903 1 005
lt. Seksi Pengelolaan Taman $asie ral ?4atahwa 10.
Wilayah III Matawai Lapau

{Hastoto 5.Hut,, M.si)


NIP. 1 LT I
11. Kecanntan Matarryai tapzu 11.

{Dominggus panda, S.IP)


NrP.19650412 199209 1 002
12. Kecanratan Tabundung L?,.

NIP. 19661010 199903 1 01S


13. Forum Jamatada

Madiatai

14 KPH Sumba Tengah L4

---'97
-r''-lnntonius U.K.s Kosi, s.Hut)
NIIP. 197,10728 200112 1003
t5 Seksi Fengetolaan Tansn ${as?onal }4atahwa 15.
Wilayah I Waibakul

(El<a r PribadiSlHut.)
NIP. 1930101 200912 I 001

hal 3 dari 4
16. JICS (]apan Intemational Cooperrtion 5y*enil 14.

(Ronald Palulht)

Mengetahui,

NIP. 19850508 200912 1 011

hal 4 dari 4
)
Lampiran Peta batas Kawasan dengan toponimi Kawasan Manupeu Tanah Daru
Lampiran Peta batas Kawasan dengan toponimi Kawasan Laiwangi Wanggameti
Lampiran Peta tutupan lahan
Lampiran Peta daerah penyangga Kawasan Manupeu Tanah Daru
Lampiran Peta daerah penyangga Kawasan Laiwangi Wanggameti
Lampiran Peta nilai penting kawasan Manupeu Tanahdaru
Lampiran Peta nilai penting kawasan Laiwangi Wanggameti
Lampiran Peta zonasi
Lampiran Peta kerawanan kawasan
Lampiran Peta sarana prasarana
Lampiran Peta Daerah Aliran Sungai

Anda mungkin juga menyukai