Anda di halaman 1dari 4

PRAKTIS

Dehidrasi dan Syok


Ery Leksana
SMF/Bagian Anestesi dan Terapi Intensif
RSUP dr. Kariadi/Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

ABSTRAK
Dehidrasi didefinisikan sebagai suatu kondisi kehilangan cairan dan elektrolit tubuh. Kondisi dehidrasi berat dapat berdampak pada kejadian
syok. Syok merupakan suatu kegagalan sirkulasi dan perfusi jaringan, umumnya disebabkan oleh kehilangan volume cairan intravaskuler,
yang ditandai gejala klinis seperti takikardi dan hipotensi. Tujuan penanganan syok tahap awal adalah mengembalikan perfusi dan oksigenasi
jaringan dengan mengembalikan volume sirkulasi intravaskuler. Terapi cairan merupakan terapi yang paling penting pada syok distributif
dan syok hipovolemik. Penanganan syok dini dapat berdampak sangat bermakna pada perbaikan outcome klinis. Keberhasilan resusitasi
syok dapat dinilai berdasarkan perbaikan hemodinamik, seperti MAP (mean arterial pressure), CVP (central venous pressure), urine output, mixed
venous oxygen saturation , dan status mental.

Kata kunci: Syok, kegagalan sirkulasi, perfusi jaringan

ABSTRACT
Dehydration is defined as a condition of losing of body fluid and electrolyte. Severe dehydration could lead into shock. Shock is a condition
caused by failure of circulatory and tissue oxygenation system due to excessive loss of intravascular fluid which is often marked bya
tachycardia and hypotension. The early goal of shock therapy is to recover adequate tissue perfusion and oxygenation by recovering
intravascular circulatory volume. Fluid therapy is the most crucial step in distributive and hypovolemic shock. The early goal-directed therapy
has been shown to significantly improve clinical outcomes. Adequacy of resuscitation is monitored by the improvement of hemodynamic
stability, such as MAP, CVP, urine output, mixed venous oxygen saturation, and mental status. Ery Leksana. Dehydration and Shock.

Keywords: Shock, circulation failure, tissue perfusion

PENDAHULUAN kehilangan cairan akibat faktor patologis, serum berkisar antara 275-295 mOsm/L.
Dalam keadaan normal, jumlah cairan dan seperti diare dan perdarahan. Dehidrasi Terapi umumnya dengan cairan kristaloid
elektrolit selalu seimbang, artinya intake juga dapat terjadi karena peningkatan yang bersifat isotonik, seperti:
(asupan) air dan elektrolit akan dikeluarkan kebutuhan cairan tubuh, seperti demam, • NaCl 0,9% atau Dextrose 5% dalam NaCl
dalam jumlah yang sama. Asupan air dan suhu lingkungan yang tinggi, dan aktivitas 0,225% (untuk pediatrik)
elektrolit berasal dari minuman dan makanan ekstrim. • RL (Ringer’s Lactate) atau NaCl 0,9% (untuk
yang dikonsumsi sehari-hari serta dari hasil dewasa)
oksidasi dalam tubuh. Air dikeluarkan dari Dehidrasi dapat dikategorikan menjadi be-
tubuh dalam bentuk urin, tinja, dan insensible berapa derajat dehidrasi (tabel 1).2 2. Dehidrasi Hipertonik
water loss atau pengeluaran yang tidak dirasa, Didefinisikan sebagai suatu keadaan ke-
seperti keringat dan pernapasan. Dehidrasi dapat dikategorikan menjadi be- hilangan air lebih besar dibandingkan
berapa tipe berdasarkan jumlah kehilangan kehilangan elektrolit Na+. Kadar Na+ pada
Gangguan keseimbangan/homeostasis air cairan dan elektrolit. Berikut ini adalah tipe kondisi dehidrasi hipertonik >145 mmol/L
dan elektrolit harus segera diterapi untuk dehidrasi:3 dengan osmolalitas serum >295 mOsm/L.
mengembalikan keseimbangan air dan Terapi yang dapat diberikan untuk meng-
elektrolit tersebut, dalam hal ini dilakukan 1. Dehidrasi Isotonik atasi dehidrasi hipertonik ini adalah:
terapi cairan. Didefinisikan sebagai suatu keadaan jumlah • Dextrose 5% dalam NaCl 0,45% atau
kehilangan air sebanding dengan jumlah Dextrose 5% dalam ½ kekuatan RL (untuk
DEHIDRASI kehilangan elektrolit natrium (Na+). Kadar Na+ pediatrik)
Dehidrasi adalah keadaan tubuh kekurangan pada kondisi dehidrasi isotonik berkisar • Fase I: 20 mL/kgBB RL atau NaCl 0,9%; fase
cairan.1 Dehidrasi dapat disebabkan karena antara 135-145 mmol/L dengan osmolalitas II: Dextrose 5% dalam NaCl 0,45% diberikan

Alamat korespondensi email: eryleksana@yahoo.com

CDK-228/ vol. 42 no. 5, th. 2015 391


PRAKTIS

Tabel 1. Kategori dehidrasi pompa untuk mempertahankan curah


jantung yang adekuat. Disfungsi ini dapat
Dewasa (% Berat Badan /BB) Bayi dan Anak (% BB)
terjadi pada saat sistolik atau diastolik atau
Dehidrasi Ringan 4% BB 5% BB dapat terjadi akibat obstruksi pada sirkulasi
Sedang 6% BB 10% BB
Berat 8% BB 15% BB jantung.4

Tabel 2. Gejala klinis berdasarkan derajat dehidrasi Terapi syok kardiogenik bertujuan untuk
Ringan Sedang Berat memperbaiki fungsi miokardium dan
Defisit cairan 3-5% 6-8% >10%
sirkulasi. Beberapa perubahan hemodinamik
yang terjadi pada kondisi syok kardiogenik
Hemodinamik Takikardi Takikardi Takikardi
Nadi lemah Nadi sangat lemah Nadi tak teraba adalah CO↓, BP↓, SVR↑, dan CVP↑.
Volume kolaps Akral dingin
Hipotensi ortostatik Sianosis
Penanganan yang dapat dilakukan untuk
Jaringan Lidah kering Lidah keriput Atonia mengatasi syok kardiogenik adalah sebagai
Turgor turun Turgor kurang Turgor buruk
berikut:
Urin Pekat Jumlah turun Oligouria 1. Infus cairan untuk memperbaiki sirkulasi
Sistem Saraf Pusat (SSP) Mengantuk Apatis Koma 2. Inotropik
3. Apabila CO↓, BP↓, SVR↑, berikan
≥48 jam agar tidak terjadi edema otak dan jantung) dobutamine 5 μg/kg/min
kematian (untuk dewasa) 4. Distributif (vasomotor terganggu) 4. Pada keadaan tekanan darah sangat
rendah harus diberi obat yang berefek
Kelebihan Na+: (X-140) x BB x 0,6 (mg); defisit Syok hipovolemik terjadi karena volume inotropik dan vasopressor, seperti norepine-
cairan: {(X-140) x BB x 0,6}: 140 (L); kecepatan intravaskuler berkurang akibat perdarahan, phrine
koreksi maksimal 2 mEq/L/jam. kehilangan cairan akibat diare, luka bakar,
muntah, dan third space loss, sehingga me- Syok obstruktif terjadi apabila terdapat
3. Dehidrasi Hipotonik nyebabkan pengiriman oksigen dan nutrisi hambatan aliran darah yang menuju
Didefinisikan sebagai suatu keadaan ke sel tidak adekuat.4 Beberapa perubahan jantung (venous return) akibat tension
kehilangan air lebih kecil dibandingkan hemodinamik yang terjadi pada kondisi syok pneumothorax dan cardiac tamponade.5
kehilangan elektrolit Na+. Kadar Na+ pada hipovolemik adalah CO (cardiac output) ↓, Beberapa perubahan hemodinamik yang
kondisi dehidrasi hipotonik <135 mmol/L BP (blood pressure) ↓, SVR (systemic vascular terjadi pada syok obstruktif adalah CO↓, BP↓,
dengan osmolalitas serum <275 mOsm/L. resistance) ↑, dan CVP (central venous pressure) dan SVR↑.
Terapi yang dapat diberikan untuk meng- ↓.
atasi dehidrasi hipotonik ini adalah: Penanganan syok obstruktif bertujuan untuk
• NaCl 0,9% disertai dextrose 5% dalam Terapi syok hipovolemik bertujuan untuk menghilangkan sumbatan; dapat dilakukan
NaCl 0,225% untuk seluruh pemenuhan restorasi volume intravaskuler, dengan target sebagai berikut:
kekurangan cairan (untuk pediatrik) utama mengembalikan tekanan darah, nadi, 1. Pemberian cairan kristaloid isotonik
• Fase I: 20 mL/kgBB RL atau NaCl 0,9%; fase dan perfusi organ secara optimal. Bila kondisi untuk mempertahankan volume intra-
II: Koreksi defisit natrium (untuk dewasa) hipovolemia telah teratasi dengan baik, se- vaskuler
lanjutnya pasien dapat diberi agen vasoaktif, 2. Pembedahan untuk mengatasi ham-
SYOK seperti dopamine, dobutamine. batan/obstruksi sirkulasi
Syok adalah sindrom klinis akibat kegagalan
sirkulasi dalam mencukupi kebutuhan Penanganan syok hipovolemik adalah se- Syok distributif apabila terdapat gangguan
oksigen jaringan tubuh.4 Syok terjadi akibat bagai berikut: vasomotor akibat maldistribusi aliran darah
penurunan perfusi jaringan vital atau 1. Tentukan defisit cairan karena vasodilatasi perifer, sehingga volume
menurunnya volume darah secara ber- 2. Atasi syok: cairan kristaloid 20 mL/kgBB darah yang bersirkulasi tidak adekuat
makna. Syok juga dapat terjadi akibat dalam ½ - 1 jam, dapat diulang menunjang perfusi jaringan.6 Vasodilatasi
dehidrasi jika kehilangan cairan tubuh lebih 3. Sisa defisit: 50% dalam 8 jam pertama, perifer dapat menyebabkan hipovolemia.
20% BB (berat badan) atau kehilangan darah 50% dalam 16 jam berikutnya Beberapa syok yang termasuk dalam
≥ 20% EBV (estimated blood volume). 5 4. Cairan RL atau NaCl 0,9% golongan syok distributif ini antara lain:
5. Kondisi hipovolemia telah teratasi/
Secara umum, syok dibagi menjadi bebe- hidrasi, apabila produksi urin: 0,5 – 1 mL/ 1. Syok Anafilaktik
rapa kategori berdasarkan penyebab, yaitu:4 kgBB/jam Syok anafilaktik adalah syok yang disebab-
1. Hipovolemik (volume intravaskuler kan reaksi antigen-antibodi (antigen
berkurang) Syok kardiogenik terjadi apabila terdapat IgE). Antigen menyebabkan pelepasan
2. Kardiogenik (pompa jantung terganggu) gangguan kontraktilitas miokardium, se- mediator kimiawi endogen, seperti histamin,
3. Obstruktif (hambatan sirkulasi menuju hingga jantung gagal berfungsi sebagai serotonin, yang menyebabkan peningkatan

392 CDK-228/ vol. 42 no. 5, th. 2015


PRAKTIS

permeabilitas endotelial vaskuler disertai hipotensi refrakter terhadap resusitasi 1. Stadium Kompensasi
bronkospasme. Gejala klinis dapat berupa volume atau agen vasopressor, dan demam. Pada stadium ini fungsi organ vital di-
pruritus, urtikaria, angioedema, palpitasi, pertahankan melalui mekanisme kompensasi
dyspnea, dan syok. Terapi: fisiologis tubuh dengan cara meningkatkan
 Infus D5% atau NS untuk mempertahan- refleks simpatis, sehingga resistensi sistemik
Terapi syok anafilaktik: kan tekanan darah meningkat, meningkatkan denyut jantung
 Baringkan pasien dengan posisi syok (kaki  Dexamethasone 4 mg IV , dilanjutkan sehingga CO meningkat; dan meningkatkan
lebih tinggi) dengan 4 mg tiap 6 jam sekresi vasopressin, RAAS (renin-angiotensin-
 Adrenaline: Dewasa 0,3-0,5 mg SC  Atasi faktor pencetus aldosterone system) menyebabkan ginjal
(subcutaneous); anak 0,01 mg/kgBB SC (larutan  Bila diagnosis telah pasti, dapat diberikan menahan air dan sodium di dalam sirkulasi.
1:1000) hydrocortisone 100 mg setiap 8 jam atau infus Gejala klinis pada syok dengan stadium
 Fungsi adrenaline: meningkatkan kontinu 300 mg/24 jam kompensasi ini adalah takikardi, gelisah,
kontraktilitas miokard, vasokonstriksi  Ambil sampel darah, periksa elektrolit dan kulit pucat dan dingin, pengisian kapiler
vaskuler, meningkatkan tekanan darah dan kortisol lambat.
bronkodilatasi
 Pasang infus RL 4. Syok Septik 2. Stadium Dekompensasi
 Kortikosteroid: dexamethasone 0,2 mg/ Syok septik adalah sepsis yang disertai Beberapa mekanisme terjadi pada fase
kgBB IV (intravena) hipotensi (tekanan sistolik <90 mmHg) dan dekompensasi, seperti memburuknya perfusi
 Bila terjadi bronkospasme dapat diberi tanda-tanda hipoperfusi meskipun telah jaringan yang menyebabkan penurunan O2
aminophyline 5-6 mg/kgBB IV bolus secara dilakukan resusitasi cairan secara adekuat. bermakna, mengakibatkan metabolisme
perlahan, dilanjutkan dengan infus 0,4-0,9 Syok septik merupakan salah satu penyebab anaerob sehingga produksi laktat meningkat
mg/kgBB/menit kematian utama pada unit perawatan menyebabkan asidosis laktat. Kondisi ini
intensif.7 diperberat oleh penumpukan CO2 yang
2. Syok Neurogenik menjadi asam karbonat. Asidemia akan
Umumnya terjadi pada kasus cervical atau Patofisiologi: menghambat kontraktilitas miokardium
high thoracic spinal cord injury. Gejala klinis  Vasodilatasi akibat menurunnya SVR dan respons terhadap katekolamin. Selain
meliputi hipotensi disertai bradikardia.  Kebocoran kapiler difus disebabkan itu, terdapat gangguan metabolisme energy
Gangguan neurologis akibat syok neurogenik peningkatan permeabilitas endotelial dependent Na+/K+ pump di tingkat seluler,
dapat meliputi paralisis flasid, refleks vaskuler yang menyebabkan penurunan menyebabkan integritas membran sel
ekstremitas hilang dan priapismus. preload bermakna, sehingga berdampak terganggu, fungsi lisosom dan mitokondria
perburukan perfusi jaringan memburuk yang dapat berdampak pada
Penanganan syok neurogenik: kerusakan sel. Pada stadium dekompensasi ini
 Resusitasi cairan secara adekuat Penanganan syok septik antara lain: aliran darah lambat, rantai kinin serta sistem
 Berikan vasopressor 1. Pemberian antibiotik, umumnya dengan koagulasi rusak, akan diperburuk dengan
golongan spektrum luas agregrasi trombosit dan pembentukan
3. Insufisiensi Adrenal Akut 2. Perbaiki dan mempertahankan hemo- trombus yang disertai risiko perdarahan.
Insufisiensi adrenal akut dapat disebabkan dinamik dengan terapi berikut: Pelepasan mediator vaskuler, seperti histamin,
oleh beberapa hal, seperti: a. Terapi cairan: Meskipun syok septik serotonin, dan sitokin, menyebabkan
 Kegagalan adrenal gland: penyakit tergolong dalam syok hiperdinamik (terjadi terbentuknya oksigen radikal serta platelet
autoimun, adrenal hemorrhagic, infeksi HIV, hipovolemi relatif akibat vasodilatasi dan aggregating factor. Pelepasan mediator
penggunaan ketoconazole dosis tinggi, hipovolemi absolut akibat kebocoran kapiler), oleh makrofag menyebabkan vasodilatasi
meningococcemia, penyakit granulomatous. cairan yang direkomendasikan tetap cairan arteriol dan permeabilitas kapiler mening-
 Kegagalan hypothalamic/pituitary axis: kristaloid kat, sehingga menurunkan venous return dan
efek putus obat dari terapi glucocorticoid b. Vasopressor: Norepinephrine preload yang berdampak pada penurunan CO.
c. Inotropik: Dobutamine Gejala pada stadium dekompensasi ini antara
Gejala klinisnya antara lain hiperkalemia, d. Oksigen lain takikardi, tekanan darah sangat rendah,
hiponatremia, asidosis, hipoglikemia, perfusi perifer buruk, asidosis, oligouria, dan
azotemia prarenal. Kelompok pasien yang KATEGORI/STADIUM kesadaran menurun.
memiliki risiko tinggi insufisiensi adrenal Perbaikan kondisi syok dan outcome klinis
akut adalah pasien dengan sepsis, peng- dipengaruhi oleh stadium syok.7 Secara 3. Stadium Irreversible
gunaan antikoagulan pascaCABG (coronary umum stadium syok dibagi menjadi 3 Stadium ini merupakan stadium lanjut syok
artery bypass graft), putus obat pada terapi kategori, yaitu stadium kompensasi, stadium yang tidak mendapatkan penanganan tepat
glukokortikoid dalam jangka 12 bulan, dekompensasi, dan stadium irreversible; dan berkelanjutan. Pada stadium ini akan
HIV AIDS, tuberkulosis diseminata. Gejala setiap stadium syok memiliki mekanisme terjadi kerusakan dan kematian sel yang
umumnya meliputi lemah, mual/muntah, dan patofisiologi yang berbeda, sebagai dapat berdampak pada terjadinya MOF
nyeri abdominal, hipotensi ortostatik, berikut: (multiple organ failure). Pada stadium ini,

CDK-228/ vol. 42 no. 5, th. 2015 393


PRAKTIS

tubuh akan kehabisan energi akibat habis- resusitasi pada syok adalah RL, NaCl 0,9%, • MAP (mean arterial pressure) ≥65 mmHg
nya cadangan ATP (adenosine triphosphate) dan dextrose 5%. • CVP (central venous pressure) 8-12 mmHg
di dalam sel. Gejala klinis stadium ini meliputi • Urine output ≥0,5 mL/kgBB/jam
nadi tak teraba, tekanan darah tak terukur, Terapi pada syok antara lain:8 • Central venous (vena cava superior) atau
anuria, dan tanda-tanda kegagalan organ 1. Tentukan defisit cairan. mixed venous oxygen saturation ≥70%
(MODS – multiple organ dysfunctions). 2. Atasi syok: berikan infus RL (jika terpaksa • Status mental normal
NaCl 0,9%) 20 mL/kgBB dalam ½-1 jam,
PENANGANAN SYOK dapat diulang. Apabila pemberian cairan SIMPULAN
Tujuan penanganan tahap awal adalah untuk kristaloid tidak adekuat/gagal, dapat diganti Terdapat beberapa jenis syok berdasarkan
mengembalikan perfusi dan oksigenasi dengan cairan koloid, sepert HES, gelatin, dan penyebabnya. Secara umum syok merupa-
jaringan dengan memulihkan volume albumin. kan kegagalan sirkulasi dan perfusi
sirkulasi intravaskuler. Terapi cairan 3. Bila dosis maksimal, cairan koloid tidak jaringan yang umumnya disebabkan
paling penting pada syok distributif dan dapat mengoreksi kondisi syok, dapat diberi karena kehilangan/gangguan volume
syok hipovolemik, yang paling sering noradrenaline, selanjutnya apabila tidak cairan intravaskuler, ditandai gejala klinis
terjadi pada trauma, perdarahan, dan luka terdapat perbaikan, dapat ditambahkan seperti takikardi, hipotensi, dan penurunan
bakar. Pemberian cairan intravena akan dobutamine. kesadaran. Tujuan penanganan syok
memperbaiki volume sirkulasi intravaskuler, 4. Sisa defisit 8 jam pertama: 50% defisit + tahap awal adalah untuk mengembalikan
meningkatkan curah jantung dan tekanan 50% kebutuhan rutin; 16 jam berikutnya : 50% perfusi dan oksigenasi jaringan dengan
darah. defisit + 50% kebutuhan rutin. mengembalikan volume sirkulasi intra-
5. Apabila dehidrasi melebihi 3-5% BB, vaskuler. Terapi cairan merupakan terapi
Cairan kristaloid umumnya digunakan periksa kadar elektrolit; jangan memulai paling penting pada syok distributif dan
sebagai terapi lini pertama, dapat dilanjut- koreksi defisit kalium apabila belum ada syok hipovolemik. Penanganan syok secara
kan dengan cairan koloid apabila cairan diuresis. dini dapat berdampak sangat bermakna
kristaloid tidak adekuat atau membutuh- pada perbaikan outcome klinis. Keberhasilan
kan efek penyumbat untuk membantu Terapi resusitasi cairan dinyatakan berhasil resusitasi syok dinilai berdasarkan perbaikan
mengurangi perdarahan. Cairan kristaloid dengan menilai perbaikan outcome hemo- hemodinamik, seperti MAP, CVP, urine output,
yang umum digunakan sebagai cairan dinamik klinis, seperti:7 saturasi vena sentral, dan status mental.

DAFTAR PUSTAKA
1. Disease and condition: Dehydration [Internet]. 2014 [cited 2014 Aug 15]. Available from: http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/dehydration/basics/symptoms/con-20030056.
2. Degrees of dehydration [Internet]. [cited 2014 Aug 15]. Available from: http://immunopaedia.org.za/fileadmin/new_all/case_studies/pdfs/degrees%20of%20dehydration.pdf
3. Modric J. Dehydration types: Pathophysiology, lab test and values [Internet]. 2014 [cited 2014 Aug 15]. Available from: http://www.ehealthstar.com/dehydration/types-pathophysiology.
4. Worthley LI. Shock: A review of pathophysiology and management. Part I. Crit Care Resusc. 2000;2(1):55-65.
5. Vincent JL, De Backer D. Circulatory shock. N Engl J Med. 2013;369(18):1726-34.
6. Kanaparthi LK, Pinsky MR. Distributive shock [Internet]. 2013 [cited 2014 Aug 15]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/168689-overview
7. Dellinger RP, Levy MM, Rhodes A, Annane D, Gerlach H, Opal SM, et al. Surviving sepsis campaign: International guidelines for management of severe sepsis and septic shock. Crit Care
Med. 2013;41(2):580-637.
8. Guillot AP. Fluid and electrolyte management [Internet]. [cited 2014 Aug 15]. Available from: http://www.med.uvm.edu/pediatrics/downloads/Fluid_and_Electrolyte_Management.pdf

394 CDK-228/ vol. 42 no. 5, th. 2015

Anda mungkin juga menyukai