I
S
U
S
U
N
OLEH: KELOMPOK 2
PENDAHULUAN
Syok merupakan suatu keadaan dimana aliran darah tidak memadai untuk
memenuhi permintaan kebutuhan oksigen jaringan, sehingga
mengakibatkan terjadinya hipoksia jaringan dan sel. Karena hipoksia,
pada syok terjadi gangguan metabolisme sel, sehingga dapat timbul kerusakan
irreversible padajaringan organ vital. Berdasarkan hemodinamik dan
mekanisme terjadinya, syok dibagi menjadi syok kardiogenik, syok hipovolemik,
syok distributif dan syok obstruktif. Secara patologis, apapun penyebabnya,
syok menyebabkan penurunan curah jantung. Penurunan curah jantung akan
menyebabkan penurunan aliran darah sistemik, penurunan nutrisi jaringan,
penurunan nutrisi vaskuler, peningkatan permeabilitas kapiler, penurunan
volume darah yang kembali kejantung dan akhirnya akan lebih memperberat
curah jantung. Perdarahan merupakan keadaan darurat medis yang sering dihadapi
oleh dokter di ruang gawat darurat dan unit perawatan intensif. Kondisi ini dapat
menyebabkan hilangnya secara cepat dan signifikan volume dari intravaskular
sehingga terjadi syok hipovolemik, yang juga dikenal sebagai syok hemoragik.
Patofisiologi syok perdarahan adalah terjadi kekurangan volume
intravaskuler menyebabkan penurunan venous return sehingga terjadi
penurunan pengisian ventrikel, menyebabkan penurunan stroke volume
dan cardiac output, sehingga menyebabkan gangguan perfusi jaringan. Resusitasi
pada syok perdarahanakan mengurangi angka kematian. Pengelolaan syok
perdarahan ditujukan untuk mengembalikan volume sirkulasi, perfusi jaringan
dengan mengoreksi hemodinamik, kontrol perdarahan,stabilisasi volume
sirkulasi, optimalisasi transpor oksigen dan bila perlu pemberian
vasokonstriktor bila tekanan darah tetap rendah setelah pemberian loading cairan.
Pemberian cairan merupakan hal penting pada pengelolaan syok perdarahan
dimulai dengan pemberian kristaloid/koloid dilanjutkan dengan transfusi
darah komponen.
1.2 Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa manpu menyusun asuhan keperawatan gawat darurat
pada pasien dengan shock management
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan
2. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa keperawatan
3. Mahasiswa mampu membuat intervensi keperawatan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
2.1.2 Etiologi
Kelas II : - Takikardia
kehilangan volume (100-120 Penggantian volume darah
darah 15-30% x/menit) yang hilang dengan cairan
- Penurunan kristaloid sejumlah 2-4
pulse pressure kali volume darah yang
- Penurunan hilang.
produksi urine
(20-30 cc/jam)
4. Syok Septik
Syok septik adalah bentuk paling umum syok distributuf dan disebabkan oleh
infeksi yang menyebar luas. Insiden syok septik dapat dikurangi dengan
melakukan praktik pengendalian infeksi, melakukan teknik aseptik yang cermat,
melakukan debriden luka ntuk membuang jarinan nekrotik, pemeliharaan dan
pembersihan peralatan secara tepat dan mencuci tangan secara menyeluruh.
1. Penyebab
Mikroorganisme penyebab syok septik adalah bakteri gram negatif. Ketika
mikroorganisme menyerang jaringan tubuh, pasien akan menunjukkan suatu
respon imun. Respon imun ini membangkitkan aktivasi berbagai mediator
kimiawi yang mempunyai berbagai efek yang mengarah pada syok.
Peningkatan permeabilitas kapiler,pada perembesan cairan dari kapiler dan
vasodilatasi adalah dua efek tersebut.
2. Tanda dan Gejala
Sepsis merupakan respon sistemik terhadap bakteriemia. Pada saat
bakteriemia menyebabkan perubahan dalam sirkulasi menimbulkan
penurunan perfusi jaringan dan terjadi shock sepsis. Sekitar 40% pasien
sepsis disebabkan oleh mikroorganisme gram-positive dan 60% disebabkan
mikroorganisme gram-negative. Pada orang dewasa infeksi saluran kencing
merupakan sumber utama terjadinya infeksi. Di rumah sakit kemungkinan
sumber infeksi adalah luka dan kateter atau kateter intravena. Organisme
yang paling sering menyebabkan sepsis adalah staphylococcus aureus dan
pseudomonas . Pasien dengan sepsis dan shock sepsis merupakan penyakit
akut. Pengkajian dan pengobatan sangat diperlukan. Pasien dapat meninggal
karena sepsis. Gejala umum adalah:
a. Demam
b. Berkeringat
c. Sakit kepala
d. Nyeri otot
3. Tindakan
Ditujukan agar tekanan sistolik > 90 – 100 mmHg (Mean Arterial Pressure 60
mmHg)
a. Tindakan awal
Infus cairan kristloid, pemberian antibiotic, membuang sumber infeksi
(pembedahan)
b. Tindakan lanjut
Penggunaan cairan koloid lebih baik dengan diberikan vasopressor
(Dopamine atau dikomnbinasi dengan Noradrenaline).
5. Syock Kardiogenik
Syok kardiogenik disebabkan oleh kegagalan fungsi pompa jantung yang
mengakibatkan curah jantung menjadi berkurang atau berhenti sama sekali.Syok
yang disebabkan karena fungsi jantung yang tidak adekuat, seperti pada infark
miokard atau obstruksi mekanik jantung; manifestasinya meliputi hipovolemia,
hipotensi, kulit dingin, nadi yang lemah, kekacauan mental, dan kegelisahan.
(Kamus Kedokteran Dorland, 2010)
1. Penyebab
Penyebab syok kardiogenikDapat terjadi pada keadaan – keadaan antara lain:
Kontusio jantung, Tamponade jantung dan Tension pneumothoraks. Pada versi
lain pembagian jenis syok, ada yang membagi bahwa syock kardiogenik hanya
untuk gangguan yang disebabkan karena gangguan pada fungsi myocard.
Missal : decomp cordis, trauma langsung pada jantung, kontusio jantung.
Tamponad jantung dan tension pneumothoraks dikelompokkan dalam syok
obstructive (syok karena obstruksi mekanik)
2. Tindakan
a. Pemasangan jalur intravena dan pemberian infus kristaloid
b. Pada aritmia mungkin diperlukan obat – obat inotropic.
c. Perikardiosentesis untuk tamponade jantung dengan monitoring EKG.
d. Pemasangan jarum torakostomi pada Tension Pneumothoraks di ICS II- mid
clavicular line untuk mengurangi udara dalam rongga pleura (dekompresi).
Keadaan syok akan melalui tiga tahapan mulai dari tahap kompensasi
(masih dapat diatasi oleh tubuh), dekompensasi (sudah tidak dapat ditangani oleh
1. Tahap kompensasi adalah tahap awal syok saat tubuh masih mampu menjaga
fungsi normalnya. Tanda atau gejala yang dapat ditemukan pada tahap awal
seperti kulit pucat, peningkatan denyut nadi ringan, tekanan darah normal,
gelisah, dan pengisian pembuluh darah yang lama. Gejala-gejala pada tahap ini
sulit untuk dikenali karena biasanya individu yang mengalami syok terlihat
normal.
fungsinya. Yang terjadi adalah tubuh akan berupaya menjaga organ-organ vital
yaitu dengan mengurangi aliran darah ke lengan, tungkai, dan perut dan
mengutamakan aliran ke otak, jantung, dan paru. Tanda dan gejala yang dapat
ditemukan diantaranya adalah rasa haus yang hebat, peningkatan denyut nadi,
penurunan tekanan darah, kulit dingin, pucat, serta kesadaran yang mulai
terganggu.
3. Tahap ireversibel dimana kerusakan organ yang terjadi telah menetap dan tidak
dapat diperbaiki. Tahap ini terjadi jika tidak dilakukan pertolongan sesegera
sehingga aliran ke organ-organ seperti hati dan ginjal menurun. Hal ini yang
menjadi penyebab rusaknya hati maupun ginjal. Walaupun dengan pengobatan
yang baik sekalipun, kerusakan organ yang terjadi telah menetap dan tidak
dapat diperbaiki.
2.1.6 Komplikasi
1. Kegagalan multi organ akibat penurunan alilran darah dan hipoksia jaringan
yang berkepanjangan.
2. Sindrom distress pernapasan dewasa akibat destruksi pertemuan alveolus
kapiler karena hipoksia
3. DIC (Koagulasi intravascular diseminata) akibat hipoksia dan kematian
jaringan yang luas sehingga terjadi pengaktifan berlebihan jenjang koagulasi.
2.1.7 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Syok Anafilaktik
Penatalaksanaan syok anafilaktik menurut Haupt MT and Carlson RW (1989,
hal 993-1002) adalah Kalau terjadi komplikasi syok anafilaktik setelah kemasukan
obat atau zat kimia, baik peroral maupun parenteral, maka tindakan yang perlu
dilakukan, adalah:
a. Segera baringkan penderita pada alas yang keras. Kaki diangkat lebih tinggi
dari kepala untuk meningkatkan aliran darah balik vena, dalam usaha
memperbaiki curah jantung dan menaikkan tekanan darah.
b. Penilaian A, B, C dari tahapan resusitasi jantung paru, yaitu:
1) Airway (membuka jalan napas). Jalan napas harus dijaga tetap bebas,
tidak ada sumbatan sama sekali. Untuk penderita yang tidak sadar, posisi
kepala dan leher diatur agar lidah tidak jatuh ke belakang menutupi jalan
napas, yaitu dengan melakukan ekstensi kepala, tarik mandibula ke
depan, dan buka mulut.
2) Breathing support, segera memberikan bantuan napas buatan bila tidak
ada tanda-tanda bernapas, baik melalui mulut ke mulut atau mulut ke
hidung. Pada syok anafilaktik yang disertai udem laring, dapat
mengakibatkan terjadinya obstruksi jalan napas total atau parsial.
Penderita yang mengalami sumbatan jalan napas parsial, selain ditolong
dengan obat-obatan, juga harus diberikan bantuan napas dan oksigen.
Penderita dengan sumbatan jalan napas total, harus segera ditolong
dengan lebih aktif, melalui intubasi endotrakea, krikotirotomi, atau
trakeotomi.
3) Circulation support, yaitu bila tidak teraba nadi pada arteri besar (a.
karotis, atau a. femoralis), segera lakukan kompresi jantung luar.
a. Primary Survey
D (Disability): periksa tingkat kesadaran, respon pupil dan fungsi sensorik dan
motorik.
b. Secondary Survey
1. Anamnesa, meliputi: identitas, keluhan utama, riwayat masalah kesehatan
sekarang, riwayat medis, riwayat keluarga, sosial dan riwayat AMPLE (Alergi:
adakah alergi pada pasien; Medikasi/obat-obatan: obat-obatan yang diminum;
Pertinent medical history: riwayat medis pasien seperti penyakit yang pernah
diderita; Last meal: obat atau makanan yang baru saja dikonsumsi; Events: hal-
hal yang bersangkutan dengan sebab cedera/kejadian yang menyebabkan
adanya keluhan utama).
2. Pemeriksaan fisik
a. Kulit kepala: lakukan inspeksi dan palpasi pada seluruh kepala dan wajah
untuk melihat adanya pigmentasi, laserasi, massa, kontusio, fraktur dan luka
ternal, ruam, perdarahan, nyeri tekan serta adanya sakit kepala.
b. Wajah: inspeksi adanya kesimetrisan kanan dan kiri.
Mata: periksa kornea ada cedera atau tidak, ada miosis atau midriasis,
adanya icterus, ketajaman mata, konjungtiva anemis atau kemerahan, rasa
nyeri, diplopia.
Hidung: periksa adanya perdarahan, perasaan nyeri, penyumbatan
penciumana, adanya deformitas.
Telinga: periksa adanya nyeri, tinnitus, pembengkakan, penuranan
pendengaran.
Rahang atas: periksa stabilitas rahang atas.
Rahang bawah: periksa akan adanya fraktur
Mulut dan faring: inspeksi pada bagian mukosa, adanya lesi, apakah tonsil
meradang, ada massa/tumor, pembengkakan dan nyeri.
c. Vertebra servikalis atau leher: periksa adanya deformitas tulang atau
krepitasi, edema, ruam, lesi, massa, disfagia, adanya nyeri tekan, kekakuan
pada leherdan simetris pulsasi.
d. Toraks
Inspeksi: adanya trauma tajam/tumpul, lecet, memar, ruam, ekimosis,
frekuensi dan kedalaman pernafasan, kesimetrisan ekspansi dinding dada,
frekuensi dan irama denyut jantung.
Palpasi: adanya trauma tajam/tumpul, emfisema subkutan, nyeri tekan dan
krepitasi.
Perkusi: untuk mengetahui kemungkinan hipersonor dan keredupan
Auskultasi: suara nafas tambahan dan bunyi jantung.
e. Abdomen: adanya trauma tajam/tumpul, adanya perdarahan, adanya distensi
abdomen, auskultasi bising usus, nyeri lepas, hepatomegali.
f. Pelvis: apakah ada luka laserasi, ruam, lesi, edema, kontusio, hematoma dan
perdarahan uretra.
g. Ekstremitas: pemeriksaan dilakukan dengan look-feel-move.
h. Bagian punggung: periksa adanya perdarahan, luka, lecet, hematoma,
ecchymosis, ruam, lesi dan edema serta nyeri dan adanya deformitas
dilakukan dengan log roll.
i. Neurologis: meliputi pemeriksaan tingkat kesadaran, ukuran dan reaksi
pupil, pemeriksaan motoric dan sensorik.
2. Pemeriksaan Diagnostik:
Smeltzer, Suzanne C dan Bare, Brenda G.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC.