Anda di halaman 1dari 69

Tatalaksana

Kelainan Asam-Basa
dr. Muhammad Rizqan Ramadhan, Sp.PD
9/3/20XX Presentation Title 2
Nilai Normal Analisis Gas Darah

9/3/20XX Presentation Title 3


9/3/20XX Presentation Title 4
9/3/20XX Presentation Title 5
9/3/20XX Presentation Title 6
• Gangguan Keseimbangan
asam basa bukan penyakit,
tetapi kelainan akibat
penyakit primer
Tatalaksana • Tatalaksana utama adalah
ATASI PENYAKIT
Umum PRIMERNYA
• Tatalaksana khusus dapat
dipertimbangkan jika
terdapat gangguan asam –
basa yang berat

7
Tatalaksana Khusus : Asidosis Metabolik
• Sebagian besar kondisi asidosis metabolik dapat teratasi
setelah penyakit primernya tertangani
• Apabila pH <7,2 dengan Base Excess < -10 yang
disebabkan ion anorganik (hiperkloremia, asam fosfat,
hipurat), pemberian alkali seperti Natrium Bikarbonat
dapat dipertimbangkan
• Asidosis yang disebabkan Gangguan Ginjal diatasi
dengan terapi pengganti ginjal (dialysis), namun apabila
dapat dipertimbangan pemberian Natrium Bikarbonat
sambil menunggu dialisis

9/3/20XX Presentation Title 8


Cara pemberian Na Bikarbonat IV
Berdasarkan Base Excess dengan Rumus :
• Base Deficit = BB(kg) x BE x 1/3
Selanjutnya, koreksi dilakukan dengan pemberian setengah
dosis dari Base Deficit

Contoh : Seorang pasien mengalami asidosis berat dengan BE -


10, berat badan 60 kg.
→ Base Deficit = 60 x 10 x 1/3 = 200 meq, kemudian diberikan
koreksi 100 meq (2 amp) drip dalam D5 100cc dengan kecepatan
1 meq/ menit, kemudian periksa ulang AGD,

9/3/20XX Presentation Title 9


Efek Samping Pemberian Na Bikarbonat
• Hipernatremia
• Hiperosmolaritas
• Vasodilatasi / Hipotensi
• Iritasi Vena perifer/ Flebitis

9/3/20XX Presentation Title 10


Tatalaksana Khusus Asidosis Respiratorik
• Biasanya berhubungan dengan penumpukan CO2 akibat
gangguan saluran nafas (Airway) seperti PPOK, Asma Serangan
Berat, OSNA, Edema paru dan Pneumonia
• Bisa juga akibat gangguan struktur paru, dinding dada, atau
neuromuscular
• Nebulisasi bronkodilator pada pasien PPOK dan Asma dapat
membantu memperbaiki airway sehingga CO2 dapat dikeluarkan
• Pada kondisi distress pernafasan berat (ARDS) atau penurunan
kesadaran dengan asidosis respiratorik, perlu dilakukan intubasi
dan ventilasi mekanik dengan setting ventilator diatur dengan
menaikan minute volume melalui peningkatan respiratory rate,
tidal volume, atau expiration time

9/3/20XX Presentation Title 11


Tatalaksana
Gangguan Elekrolit
dr. Muhammad Rizqan Ramadhan, Sp.PD
HIPONATREMIA

Date Your Footer Here 13


DEFINISI
• Hiponatremia adalah kondisi yang ditandai dengan kadar serum natrium
<135 mmol/L
• Terjadi pada 15-30% pasien yang dirawat inap
• 1-2% diantaranya memiliki kadar natrium <125 mmol/L
• Hiponatremia pada perawatan ruang intensif mencapai 25-30%
• Hiponatremia pada pasien perawatan bedah saraf mencapai 50% dan
pasien perawatan dengan gagal jantung kongestif mencapai 20%.

Dineen R, Thompson CJ, Sherlock M. Hyponatraemia - Presentations and management. Clin Med J R Coll 14
Physicians London. 2017
ETIOLOGI & PATOGENESIS
Homeostasis air
Dehidrasi

Meningkatnya osmolaritas plasma

Rasa haus Keluarnya AVP

Intake air Antidiuresis

Normalisasi total cairan tubuh

Menurunnya osmolaritas
plasma

15

Dineen R, Thompson CJ, Sherlock M. Hyponatraemia - Presentations and management. Clin Med J R Coll
Physicians London. 2017
PENDEKATAN DIAGNOSIS
BERDASARKAN ETIOLOGI

16
Loscalzo J, Kasper DL, Longo DL, Fauci AS, Hauser SL, Jameson JL. Harrison’s Principles of Internal Medicine
[Internet]. 21st ed. New York: Mc Graw Hill; 2022. 1629–1635 p. Available from:
MANIFESTASI KLINIS

Waktu terjadi :
hiponatremia dibagi
menjadi akut dan
kronik.

Kronik →
hiponatremia akut → hiponatremia
berlangsung lambat >48 jam → berlangsung cepat <48 jam →
tidak terjadi gejala yang berat gejala yang berat seperti
seperti penurunan kesadaran atau penurunan kesadaran dan kejang
kejang, gejala yang terjadi hanya → akibat adanya edema sel otak
ringan seperti lemas atau karena air dari ekstrasel masuk ke
mengantuk intrasel yang osmolalitasnya lebih
tinggi 23
Skorecki K, Chertow GM, Marsden PA, Taal MW, Yu AS, Wasser WG. Brenner & Rector’s The Kidney. 10th ed. Vol.
1, Journal of Chemical Information and Modeling. Philadelpihia: Elsevier; 2016. 1689–1699 p.
MANAJEMEN

Manajemen hiponatremia → mencari sebab hiponatremia dengan :


1) Anamnesis yang teliti (riwayat muntah, penggunaan diuretis, penggunaan manitol)
2) Pemeriksaan fisik yang teliti (tanda-tanda hipovolemi atau bukan)
3) Pemeriksaan gula darah, lipid darah
4) Pemeriksaan osmolalitas darah
5) Pemeriksaan osmolalitas urin atau dapat juga dengan memeriksa BJ (berat jenis) urin (interpretasi
terhadap adakah ADH yang meningkat atau tidak, gangguan pemekatan)
6) Pemeriksaan natrium, kalium dan klorida dalam urin untuk melihat jumlah ekskresi elektrolit dalam
urin
7) Langkah selanjutnya pengobatan yang tepat sasaran
8) Perlu dibedakan apakah kejadian hiponatremia, akut atau kronik
9) Tanda atau penyakit lain yang menyertai hiponatremia perlu dikenali (hipovolemia, dan
hipervolemia seperti pada gagal jantung, gagal ginjal).

Skorecki K, Chertow GM, Marsden PA, Taal MW, Yu AS, Wasser WG. Brenner & Rector’s The Kidney. 10th ed. Vol.
24
1, Journal of Chemical Information and Modeling. Philadelpihia: Elsevier; 2016. 1689–1699 p.
MANAJEMEN

• Seay NW, Lehrich RW, Greenberg A. Diagnosis and Management of Disorders of Body Tonicity—Hyponatremia and Hypernatremia:
Core Curriculum 2020. American Journal of Kidney Diseases. 2020

• Skorecki K, Chertow GM, Marsden PA, Taal MW, Yu AS, Wasser WG. Brenner & Rector’s The Kidney. 10th ed. Vol. 1, Journal of
Chemical Information and Modeling. Philadelpihia: Elsevier; 2016. 1689–1699 p
25
Williams DM, Gallagher M, Handley J, Stephens JW. The clinical management of

26
hyponatraemia. Postgraduate Medical Journal. 2016. Kheetan M, Ogu I, Shapiro JI,
Khitan
MANAJEMEN
Larutan hipertonis Larutan isotonik
• dapat berupa infus secara kontinu ataupun bolus • pasien dengan kondisi
• pedoman saat ini pemberian bolus NaCl 3% hypovolemia
100ml pada kondisi emergensi, dapat diulang • euvolemia atau hipervolemia tidak
jika dalam 30 menint tidak ada perbaikan kondisi boleh diberikan lartan isotonik karena
klinis akan memperburuk kondisi
• Pemberian larutan hipertonis 100ml ini dapat hiponatremia dan penyakit dasar
meningkatkan serum natrium 2-4 mmol/L, pasien
jumlah ini masih jauh dari jumlah maksimal • larutan isotonis sesuai dengan status
kenaikan serum natrium yang dapat hidrasi pasien, dengan target urin
menyebabkan ODS yaitu 10-12 mmol/L per 24 output 100ml/jam. Jika melebihi
jam atau 18 mmol/L per 48 jam jumlah tersebut dapat meningkatkan
• Peningkatan natrium 2-4 mmol/L dapat risiko ODS
menurunkan edema serebri dan peningkatan • Pemantauan natrium dilakukan tiap 2-
tekanan intrkranial karena hiponatremia 4 jam
• Pemantauan kondisi natrium dilakukan tiap 2-4
jam

27
Restriksi cairan
• Restriksi cairan yang diberikan adalah 500-1000ml kurang dari urin output pasien → cairan
semua yang masuk ke tubuh pasien baik per oral maupun intravena
• tidak boleh diberikan kepada pasien dengan kondisi hipovolemia

Antagonis AVP
• terdapat 2 sediaan : infus Conivaptan dan sediaan per oral yaitu tolvaptan
• pada kondisi hiponatremia yang kronik dengan hipervolemia atau euvolemia
• conivaptan diberikan saat rawat inap, selanjutnya saat rawat jalan diberikan dengan
tolvaptan
• Dosis conivaptan 20mg loading dose selama 30 menit, dilanjutkan infus kontinu 20 atau
40mg/hari, pemberian terapi conivaptan hanya untuk 4 hari
• Pemanatauan natrium tiap 6-8 jam

Date Your Footer Here 28


HIPERNATREMIA
SIGN & SYMPTOMS
F Flushed skin, low grade fever
R Restless, irritable, anxious, confused
I Increased blood pressure (hypertension) & fluid retention
E Edema : peripheral & pitting
D Decreased urine output and dry mouth

ATAU

S Skin flushed
A Agitation
L Low grade fever
T Thirst
Diagnosis
Banding dan
Tatalaksana
Hipernatremia
Tatalaksana

Mount DB. Fluid and Electrolyte Disturbances. In Harrison’s Principle of Internal Medicine. 21th ed. 2020
Tatalaksana

Mount DB. Fluid and Electrolyte Disturbances. In Harrison’s Principle of Internal Medicine. 21th ed. 2020
HIPOKALEMIA
Gangguan Kalium
• Kelainan pada kalium merupakan temuan yang sering
ditemukan pada pasien
• Hipokalemi (serum potassium <3.6 mEq/L) terjadi pada
21% pasien rawat inap dan 2-3% pasien rawat jalan
• Hiperkalemi (serum potassium >5 mEq/L) ditemukan
pada 10% pasien rawat inap dan 1 % pasien rawat jalan

Viera AJ, Wouk N. Potassium disorders: Hypokalemia and hyperkalemia. Am Fam Physician. 2015;92(6):487–95.
Etiologi Hipokalemia
• Penyebab utama dari
hipokalemia adalah cell entry
dah ekskresi renal
• Kurangnya intake makanan
jarang menjadi penyebab
hipokalemia, karena ekskresi
renal dapat diatur sampai
kurang dair 5 mEq/hari

Marc S.Sabatine. Pocket Notebook :Pocket Medicine. Seventh Ed. Zinner S,editor. WoltersKluwer;2020.
Manifestasi klinis

• Anamnesis • Pemeriksaan Fisik


• Riwayat kemungkinan GI loss • Tanda tanda aritmia jantung
• Riwayat obat-obatan • Gangguan neurologis :
• Riwayat paralisis, hipertiroid, kelemahan umum, paralisis
penggunaan insulin atau beta • Kalium <2.5 : kelemahan
agonist tubuh derajat berat, keram
• Dapat menjadi faktor otot, rhabdomyolisis
presipitasi ensefalopati pada • Gagal nafas, ileus
pasien sirosis

Viera AJ, Wouk N. Potassium disorders: Hypokalemia and hyperkalemia. Am Fam Physician. 2015;92(6):487–95.
Manifestasi klinis
EKG dengan K <2.7
• Naiknya gelombang P
• Memanjangnya gelombang PR
• ST depresi luas dan inversi
gelombang T
• Gelombang U prominen
(terutama V2-V3)
• QT terlihat memanjang karena
gelombang U dan T menyatu

https://litfl.com/hypokalaemia-ecg-library/
EKG dengan Hipokalemia Berat
• Aritmia : VT, VF, PVC, PAC, Torsades des Pointes
• Supraventricular tachyarrhytmias, af, atrial flutter, atrial
takikardi

https://litfl.com/hypokalaemia-ecg-library/
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan serum kalium harus dikerjakan serial
• Pemeriksaan lain : serum glukosa dan magnesium,
elektrolit pada urin, kreatinin dan pemeriksaan asam basa.
Pemeriksaan kalium urin 24 jam : rasio 1.5 mEq/mmol (13
mEq/G) merupakan indikasi renal loss.

Viera AJ, Wouk N. Potassium disorders: Hypokalemia and hyperkalemia. Am Fam Physician. 2015;92(6):487–95.
1. Mount DB. Fluid and Electrolyte Disturbances. In Harrison’s Principle of Internal Medicine. 20th ed. 2018
MANAJEMEN ORAL INFUS

Indikasi koreksi kalium dapat dibagi dalam:

lndikasi Mutlak
1) pasien sedang dalam pengobatan digitalis
2) pasien dengan ketoasidosis diabetic
3) pasien dengan kelemahan otot pernapasan
4) pasien dengan hipokalemia berat (K < 2 meq/L)

lndikasi Kuat kalium harus diberikan segera


1 ) insufisiensi koroner/iskemia otot jantung
2) ensefalopati hepatikum
3)pasien memakai obat yang dapat menyebabkan
perpindahan kalium dari ekstrasel ke intrasel

lndikasi Sedang, pemberian kalium tidak perlu


segera seperti pada; hipokalemia ringan (K antara
3-3,5 meq/L) 42
Skorecki K, Chertow GM, Marsden PA, Taal MW, Yu AS, Wasser WG. Brenner & Rector’s The Kidney. 10th ed. Vol. 1, Journal of
Chemical Information and Modeling. Philadelpihia: Elsevier; 2016. 1689–1699 p
MANAJEMEN • Kecepatan KOREKSI kalium → sesuai defisit kalium
Penurunan 2mEq/L kalium → pengurangan 400-800
mEq kalium

• Pemberian 40 - 60 meq menaikkan kadar kalium


sebesar 1-1,5 meq/L
• Pemberian 135 -160 meq dapat menaikkan kadar
kalium sebesar 2,5-3,5 meq/L.
• Kalium intravena dalam bentuk larutan KCI disarankan
melalui vena yang besar dengan kecepatan 10-20
meq/jam.
• Pada keadaan aritmia yang berbahaya atau
kelumpuhan otot pernapasan, dapat diberikan
dengan kecepatan 40-100 meq/jam.
• KCI dilarutkan sebanyak 20 meq-40 meq dalam 100
cc NaCl isotonic melalui akses sentral.
• Bila melalui vena perifer, KCI maksimal 60 meq
dilarutkan dalam NaCl isotonik 1000cc
• Skorecki K, Chertow GM, Marsden PA, Taal MW, Yu AS, Wasser WG. Brenner & Rector’s The Kidney. 10th ed. Vol. 1, Journal of
Chemical Information and Modeling. Philadelpihia: Elsevier; 2016. 1689–1699 p 43
• Palmer BF, Clegg DJ. Physiology and Pathophysiology of Potassium Homeostasis: Core Curriculum 2019. American Journal of
Kidney Diseases. 2019
HIPERKALEMIA
R|R

M Muscle Wealness
Manifestasi U Urine : oligouria, aniuria
Klinis
R Respiratory Distress
Hiperkalemia
Normal 3.5-5 mEq/L D Decreased Cardia Contractility

E EKG Change ( T Wave )

R Reflexes : hyperreflexia or areflexia


EVALUASI
HIPERKALEMIA

T TALL??
TENTUKAN APAKAH PENYEBAB HIPERKALEMIA ?
TATALAKSANA
HIPOKALSEMIA
Homeostasis dan Fisiologi

▶ Total serum Calcium: 8.6-10.2 mg/dl (2.15-2.55 mmol/L)


▶ Ionized Calcium: 4.4-5 mg/dl (1.1 -1.25 mmol/L) (Note: 1 mmol C a ++ = 2 mEq C a ++ )
▶ Metabolisme tulang, konduksi saraf, pensinyalan intraseluler, kaskade koagulasi,
pengaturan fungsi sekretori
▶ Total distribusi tubuh 99% tulang; serumnya 1%.
▶ Pengikatan protein plasma (80% dengan albumin)
▶ Diatur oleh vitamin D, Fosfor dan PTH
▶ Asupan makanan : enteral 100-1200 mg/hari; PN 10-15 mEq/hari

Todd W. The A.S.P.E.N. Fluids, Electrolytes, and Acid-Base Disorders Handbook. ASPEN 2015. pp 142-164
Prevalensi Hipokalsemia
Gangguan elektrolit umumnya terlihat pada pasien yang sakit kritis sebagai bagian
dari penyakit sistemik. Diperkirakan hingga 90% pasien sakit kritis mengalami
gangguan elektrolit serum, termasuk hipo dan hiperkalemia, hiper dan
hiponatremia.
Gangguan iCa, termasuk hipokalsemia dan hiperkalsemia, lazim terjadi pada pasien
ICU. Banyak penelitian observasional telah menunjukkan bahwa hipokalsemia
dikaitkan dengan hasil yang merugikan pada pasien ICU
Steele et al. menunjukkan bahwa pasien hipokalsemia parah membutuhkan
perawatan kritis lebih lama.
Prevalensi hipokalsemia sebelumnya dilaporkan mencapai 18% dari semua pasien
rawat inap dan mewakili 85% pasien di unit perawatan intensif.

Catalano A, et al. Incidence of hypocalcemia and hypercalcemia in hospitalized patients: Is it changing? J Clin Transl Endocrinol. 2018.
Zhang Z, Chen K, Ni H. Calcium supplementation improves clinical outcome in intensive care unit patients: a propensity score matched analysis of a large clinical database MIMIC-II.
Springerplus. 2015
Catalano A, et al. Incidence of hypocalcemia and hypercalcemia in hospitalized patients: Is it changing? J Clin Transl Endocrinol. 2018.
Presentasi klinis Hipokalsemia
Mild to Moderate Severe
Total Ca 7.5-8.5 mg/dl or < 7.5 mg/dl or
1.9-2.1 mmol/L < 1.9 mmol/L

Ionized Ca 4-4.5 mg/dl or < 4 mg/dl or


1-1.2 mmol/L < 1 mmol/L

Paresthesia, muscle cramps, tetany, acute heart failure, and


Presentation mental status changes, Chovestek's Arrhythmia
sign
Trousseau's sign, and hypotension

1. Kraft MD, Btaiche IF, Sacks GS, et al. Treatment of electrolyte disorders in adult patients in the intensive care unit. Am J Health Syst Pharm. 2005;62:1663-1682
2. French S, Subauste J, Geraci S. Calcium abnormalities in hospitalized patients. South Med J 2012;105:231-7
Trouseau’s sign and Chvostek’s sign

Inflate cuff to SBP will trigger carpopedal spasm


Diagnosis
▶ Perhitungkan nilai albumin, bila nilai albumin serum < 4
g/dl, sehingga niali serum kalsium total dihitung ulang
▶ Corrected Total Serum Ca (mg/dl)= Measured Total
Serum Ca
(mg/dl) + [0.8 mg/dl x (4.0 g/dl – measured albumin
(g/dl)]
▶ Contoh: Measured Total serum Ca 6 mg/dl; alb 2.7
g/dl → Corrected Total serum Ca = 6 +
0.8 x 1.3 = 7.04 mg/dl (moderate hypocalcemia)
▶ Kalsium serum terionisasi < 4,5 mg/dl (< 1,12 mmol/L)
harus digunakan dalam pengaturan perawatan kritis
karena estimasi penyesuaian albumin tidak dapat
digunakan
Catalano A, et al. Incidence of hypocalcemia and hypercalcemia in hospitalized patients: Is it changing? J Clin Transl Endocrinol. 2018.
Target terapi

▶ Total
Serum Ca 8.6-10.2 mg/dl (2.15-2.55
mmol/L) or
▶ Ionized serum Ca >4.5 mg/dl or > 1.12 mmol/L
▶ Obati penyakit dasar
Manajemen

▶ Mild - moderate : Suplementasi oral


▶ IV Calcium
▶ Bolus iv intermiten untuk gejala berat (kadar serum total < 7,5 mg/dl atau
< 1,9 mmol/L) atau Ca terionisasi < 4 mg/dl atau < 1 mmol/L)
▶ Hipokalsemia simtokatik adalah keadaan darurat
▶ Berikan 1 g Kalsium klorida atau 2-3 g Ca Glukonat iv selama 5 -10 menit
▶ Hipokalsemia asimtomatik 2-4 g Ca glukonat (1 g/jam)
▶ Hipokalsemia refraktori: Infus kalsium secara terus menerus
▶ Lainnya: pertimbangkan pemberian vit D
Produk parenteral Kalsium
CALCIUM PARENTERAL: PRODUCTS
Product Available solutions Elemental Route of
calcium content Administration
per 1000 mg of
solution
Calcium 10% 92 mg (4.65 mEq) Peripheral/central
gluconate
Calcium chloride 10% 272 mg (13.6 Central
mEq)

• Hindari pencampuran ke dalam larutan parenteral yang


mengandung bikarbonat atau fosfat
• Tingkat infus maksimum tidak boleh melebihi 1,4 mEq
Kalsium per menit
Pengobatan hipokalsemia berat / refraktori

Kalsium elemental iv 100-300 mg selama 5-10 menit


(1 g C a Chloride atau 3 g C a Gluconate)

Gejala tidak teratasi

Tidak Lanjutkan kalsium elemental iv


(0.25-2 mg/kg/h)

Pe r i k s a Ka l s i u m Te r i o n i s a s i
setiap 1-4 jam
Ionized C alc ium normalized?

Ya

Rumatan kalsium elemental


(0.3-0.5 mg/kg/h) Pertmibangkan
kalisum oral

Todd W. The A.S.P.E.N. Fluids, Electrolytes, and Acid-Base Disorders Handbook. ASPEN 2015. pp 142-164
Monitoring

▶ Pasien tanpa gejala yang diobati dengan suplemen oral


memerlukan penilaian setiap 24-48 jam (rawat inap) atau
setiap 2-3 bulan (rawat jalan)
▶ Akut, bergejala yang diobati secara agresif harus dipantau
setiap 4-6 jam sampai kadar normal diperoleh
▶ Mengingat berbagai penyebab, konsultasi dapat
mencakup atau atau lebih hal berikut: ahli penyakit dalam,
ahli endokrin, ahli intensif, ahli bedah, ahli onkologi, ahli
nefrologi, ahli diet, dan ahli toksikologi
HIPERKALSEMIA
Etiologi

- Hiperparatiroidisme
- Penyakit Addison
- Keganasan
- Sindrom kalsium-alkali
- Obat (diuretik tiazid, vitamin D, Litium,
antasida yang mengandung kalsium)
Tanda dan Gejala
• Asimtomatik
• Hiperkalsemia berat dapat menyebabkan :
• Nyeri tulang
• Kolik renal
• Mual Muntah
• Poliuria
• Penurunan kesadaran

9/3/20XX Presentation Title 63


Tatalaksana
• Tangani penyakit yang mendasari
• Hentikan semua obat yang meningkatkan kalsium
• Koreksi Hipokalemia dan hypomagnesemia
• Tatalaksana utama → REHIDRASI
• 200 cc/ per jam selama 24 jam pertama, diikuti dengan 3-4
liter/hari setelahnya (hati-hati pada lansia atau pasien dengan
gangguan jantung & ginjal)
• Furosemid 1-2 x 40 mg IV dapat diberikan bila ada ancaman
overload cairan

9/3/20XX Presentation Title 64


Tatalaksana
• Bifosfonat intravena
• Jika kalsium masih tinggi setelah rehidrasi adekuat, pemberian bifosfonat seperti
pamidronate atau asam zolendronat (pasien gangguan ginjal) dapat
dipertimbangkan

( < 12 mg/dL)
( 12 – 14 mg/dL)
( 14 – 16 mg/dL)
(> 16 mg/dL)

• Dilarutkan dalam NaCl 0,9% atau D5% (dengan konsentrasi maks 90 mg/250 cc)
diberikan dengan kecepatan maks 60 mg/jam (maks 20 mg/jam pada pasien
dengan gangguan ginjal.
• Kalsium akan turun dalam 2-4 hari dengan efek maksimal 1 minggu

9/3/20XX Presentation Title 65


Pemantauan
• Kalsium serum
• Fungsi Ginjal dan Elektrolit

9/3/20XX Presentation Title 66


HIPOMAGNESEMIA
Pendahuluan
• Normalnya dieksresikan lewat ginjal
• Nilai Normal 1,4-1,75 meq/L
• Ditemukan sebesar 12% pada pasien rawat inap dan 60%-65% dari jumlah
tersebut terdapat di ruang rawat inap intensif (ICU)
• Terjadi karena gangguan absorpsi (diare kronik, malabsorpsi,
operasi bypass usus halus), peningkatan ekskresi ginjal (diuretik,
hiperkalsemia, obat-obatan nefrotoksik)

Presentation Title 68
Gejala klinis
• Gangguan Neuromuskular : Kelemahan otot, tremor,
fasikulasi, Tanda Chovstek +, Tanda Trousseau +, Tetani
• Gangguan Kardiovaskular : pelebaran QRS, Pemanjangan
PR, Aritmia ventrikel
• Gangguan Elektrolit Lain : Hipokalemia, Hipokalsemia

69
Tatalaksana
• Hipomagnesemia dengan gejala Aritmia Ventrikel / Tetani
→ MgSO4 50 Meq (600mg) dalam D5 dalam 8-24 jam
(HATI-HATI pada pasien dengan gangguan ginjal)
• Hipomagnesemia kronik → MgO 4 x 250-500 mg

70
HIPERMAGNESEMIA
Etiologi
• Intake antasida yang mengandung magnesium
berlebihan pada pasien gangguan ginjal

72
Manifestasi Klinis
• Kadar 4,8-7,2 mg/dL → mual muntah, nyeri kepala,
penurunan kesadaran, reflek tendon menurun
• Kadar 7,2-12 mg/dL → penurunan kesadaran, refleks
tendon hilang, hipotensi, bradikardia
• Kadar > 12 mg/dL → kelumpuhan otot rangka dan otot
pernafasan, blok jantung komplit, henti jantung

73
Tatalaksana
• Hentikan asupan magnesium
• Pemberian Kalsium elemental 100-200 mg (Setara
dengan Kalsium Glukonas 10 % 10-20 cc) dalam D5 habis
dalam 5-10 menit

74
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai