Anda di halaman 1dari 12

GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN dan ELEKTROLIT

MAKALAH PATOLOGI

DOSEN :

Giri Udani, SKp., M.kes.

DISUSUN OLEH :

Serli Era Tania (1914301092)

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG

PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN TANJUNG KARANG

TAHUN AJARAN 2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya saya tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita
nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Saya mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga saya mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Patologi yang berjudul “Gangguan
Keseimbangan Cairan dan Elektrolit ”

Saya tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, saya mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Demikian makalah ini saya buat, semoga makalah
ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Bandar Lampung, 23 Maret 2020

Serli Era Tania

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 4

1.2 Tujuan 4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Gangguan Keseimbangan Cairan pada Tubuh 5

A. Overhidrasi 5

B. Dehidrasi 6

2.2 Gangguan Keseimbangan Elektrolit pada Tubuh 7

A. Hiponatremia 7

B. Hipernatremia 8

C. Hipokalemia 9

D. Hiperkalemia 10

BAB III PENUTUP

2.3 Kesimpulan 11

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Agar dapat mengetahui berbagai penyakit dan kelainan pada system keseimbangan cairan dan
elektrolit. Untuk memberikan informasi yang lebih luas agar bisa mengatasinya.

1.2 Tujuan
Setelah mempelajari materi ini, diharapkan siswa mampu :
1. Menjelaskan macam-macam penyakit dan kelainan pada Keseimbangan
Cairan dan Elektrolit Menyimpulkan semua materi setelah dipahami.
2. Menjelaskan bagaimana cara mengatasinya.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Gangguan Keseimbangan Cairan Tubuh

Tubuh manusia pertama kali dilahirkan mengandung sekitar 75% berat cairan. Di usia satu
bulan, nilai ini menurun menjadi 65% dan pada saat dewasa untuk pria adalah 60% dan
wanita sekitar 50%. Selain itu, factor kandungan lemak juga mengkontribusi kepada
kandungan cairan dalam tubuh, seperti pada wanits, semakin kurang kandungan cairan yang
ada.

Nilai normal ambilin cairan dewasa adalah sekitar 2500ml, termasuk 300ml hasil
metabolism tenaga substrat. Rata-rata kehilangan cairan adalah sebanyak 2500ml terbagi
menjadi 1500ml hasil urin, 400ml terevaporasi lewat respiratori, 400ml lewat evaporasi kulit,
100ml lewat peluh dan 100ml melalui tinja. Kehilangan cairan lewat evaporasi adalah
penting karena ia memainkan peranan sebagai thermoragulasi, dimana ia mengkontrol sekitar
20-25% kehilangan tubuh. Perubahan pada keseimbangan cairan dan volume sel bisa
menyebabkan impak yang serius seperti kehilangan fungsi pada sel, terutama ada kotak.
Bentuk gangguan yang paling sering terjadi adalah kelebihan atau kekurangan cairan yang
mengakibatkan perubahan volume.

1. Overhidrasi

Air, seperti substrat lain, berubah menjadi toksik apabila dikonsumsi secara berlebihan
dalam jangka waktu tertentu. Intoksikasi air sering terjadi bila cairan di konsumsi tubuh
dalam kadar tinggi tanpa mengampil sumber elektrolit yang meyimbangi kemasukan cairan
tersebut. Overhidrasi terjadi jika asupan cairan lebih besar dari pada pengeluaran cairan.
Kelebihan cairan dalam tubuh menyebabkan konsentrasi natrium dalam aliran darah menjadi
sangat rendah. Penyebab overhidrasi meliputi,gangguan ginjal akut, masuknya cairan
irrigator pada tindakan reseksi prostat transuretra, dan korban tenggelam.

5
Gejala overhidrasi meliputi, sesak napas, edema, peningkatan vena jugular, edema paru
akut dan gagal jantung. Terapi terdiri dari pemberian diuretic, ultrafiltrasi, dan flebotomi
pada kondisi yang darurat.

2. Dehidrasi

Dehidrasi merupakan suatu kondisi difisit air dalam tubuh akibat masukan yang kurang
atau keluaran yang berlebihan. Kondisi dehidrasi bisa terdiri dari 3 bentuk, yaitu : isotonic
( bila air hilang bersama garam, contoh: GE akut, overdosis diuretic), hipotonik (secara garis
besar terjadi kehilangan natrium lebih banyak dibandingkan . karena kadar natrium tinggi, air
di kompertemen ekstravaskuler berpindah ke kompartemen intravascular, sehingga
penurunan volume intravascular minimal.

Derajat Dehidrasi

Derajat % kehilangan air Gejala


Ringan 2-4% dari BB Rasa haus, mukosa kulit
kering, mata cowong
Sedang 4-8% dari BB Sda disertai delirium, oligo
uri, suhu tubuh meningkat
Berat 8-14% dari BB Sda disertai koma,
hipernetremi, viskositas
plasma meningkat.

Terapi dehidrasi adalah mengembalikan kondisi air dan garam yang hilang. Jumlah dan
jenis cairan yang diberikan tergantung pada derajat dan jenis dehidrasi dan elektrolit yang
hilang. Pilihan cairan untuk koreksi dehidrasi adalah cairan jenis kristaloid RL atau NaCL.

6
B. Gangguan Keseimbangan Elektrolit

Gangguan keseimbangan elektrolit yang umum yang sering ditemukan pada kasus-kasus

dirumah sakit hanyalah beberapa saja. Keadaan–keadaan tersebut adalah :

 Hiponaremia dan hypernatremia

 Hipokalemia dan hyperkalemia

1. Hiponatremia

Hiponatremia selalu mencerminkan retensi air baik dari peningkatan mutlak dalam

jumlah berat badan (total body weight, TBW) atau hilangnya Na relative lebih hilangnya air.

Kapasitas normal ginjal untuk menghasilkan urine encer dengan osmodolitas serendah 40

mOsm/ kg. memungkinkan mereka untuk mengeluarkan dari 10L air/hari jika perlukan.

Karena cadangan luar biasa ini, hiponatremia selalu efek dari akibat kapasitas pengenceran

urin tersebut (osmolalitas urin> 100 mOsm/kg).

Jika kadar Na plasma di bawah 130 mEq/L Jika < 120 mg/L maka akan timbul gejala

disorientasi, gangguan mental, letargi, iritabilitas, lemah dan henti pernapasan, sedangkan

jika kadar < 110 mg/L akan timbul kejang, koma. Penyebab terjadinya euvolemia ( SIADH,

polidipsi psikogenik). Hipovolemia( disfungsi tubuh ginjal, diare, muntah, third space losses,

diuretika), hipervolemia (sirosis, nefrosis).

Dosis NaCL yang harus diberikan, dihitung melalui rumus berikut:

NaCL = 0,6 (N –n) x BB

N = kadar Na yang diinginkan

n = kadar Na sekarang

7
BB = berat badan kg

Gradasi Hiponatremia

Gradasi Gejala Tanda

Ringan ( Na 105-118) Haus Mukosa kering

Sedang ( Na 90-104) Sakit kepala, mual dan Takik kardi, hipotensi

vertigo

Berat ( Na < 90) Apatis dan koma Hipotermi

Pertimbangan Anestesi

Pasien hiponatremia amat sensitive terhadap vasodilatasi dan efek inotropik

negative dari anestesi uap, propofol, dan agen terkait pelepasan histamine (morfin,

meperidine). Persyarafan dosis untuk obat lain juga harus dikurangi untuk menngimbangi

penurunan volume distribusi. Pasien hiponatremia sangat sensitive terhadap blockade

simpatik dari anestesi spinal atau epidural.

2. Hipernatremia

Hipernatremia merupakan tingginya kadar Na dalam darah < 145mEq/L, yang Biasa

dijumpai pada pasien geriatric berhubungan erat juga dengan morbiditas dan mortalitas.

Penyebab hipernatremia diantaranya asupan makanan yang kurang mencukupi, meningkatnya

kehilangan cairan karena diare, demam, muntah dan disebabkan secara iatrogenic seperti

terapi diuretic. Fisiologi tubuh terhadap hipernatremia adalah respons haus, kemampuan

8
ginjal untuk melakukan pemekatan urin yang semakin berkurang. Koreksi hipernatremia

dilakukan dengan meningkatan asupan cairan, biasanya melalui cairan intravena.

3. Hipokalemia

Nilai normal Kalium plasma adalah 3,5 – 4,5 mEq/L. disebut hipokalemia apabila

kadar kalium < 3,5 mEq/L. Dapat terjadi akibat dari redistribusi akut kalium dari cairan

ekstraseluler ke intraseluler atau dari pengurangan kronis kadar total kalium tubuh. Tanda

dan gejalanya berupa disritmik jantungperubahan EKG, QRS segmen melebar, ST segmen

depresi, hipotensi postural, kelemahan otot skeletal, poliuria, intoleransi glukosa. Terapi

hipokalemia berupa koreksi factor presipitasi( alkalosis, hipomagnesemia, obat-obataan),

infuse potassium klorida sampai 10-40 mEq/jam dengan monitoring EKG.

Rumus untuk menghitung deficit kalium :

K = kI – (k0 x 0,25 x BB)

K = kalium yang dibutuhkan

KI = serum kalium yang di inginkan

K0 = serum kalium yang terukur

BB = berat badan kg.

9
4. Hiperkalemia

Kalium (K+) peran utama dalam elektrofisiologi dari membrane sel serta karbohidrat

dan protein sintesis. Potensial membrane sel beristirahat biasanya tergantung pada rasio

intraseluler dan ekstraseluler konsentrasi kalium. Konsentrasi kalium intraseluler 140 mEq/L

sedangkan konsentrasi kalium ekstraseluler 4 mEq/L. Hiperkalemia adalah jika kadar kalium

lebih dari 5 mEq/L, sering terjadi karena insufiensi renal atu obat yang membatasi ekskresi

kalium (NSAIDs, ACE-inhibitor, siklospolin, diuretic.). tanda dan gejalanya terutama

melibatkan susunan saraf pusat (parestesia, kelemahan otot) dan system kardiovaskuler, efek

pada otot rangka dan janung. Perubahan EKG berlaku secara berurutan dari simetris

memuncak gelombang T (sering dengan interval QT memendek)→ pelebaran kompleks QRS

→ perpanjang interval P-R → hilang gelombang P → hilangnya amplitude R-gelombang →

depresi segmen ST ( kadang-kadang elevasi) → EKG menyerupai gelomabng sinus, sebelum

perkembangan fibrilasi venrikel dan detak jantung.

Gambaran EKG berdasarkan kadar K plasma

Kadar K Plasma Gambaran EKG

5,5 -6 mEq/L Gelombang T tinggi

6-7 mEq/L P-R memanjang dan QRS melebar

7-8 mEq/L P mengecil & takikardi venrikel

 8 mEq/L Fibrilasi ventrikel

10
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Penutup

Secara normal, tubuh bisa mempertahankan diri dari ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit. Namun, ada kalanya tubuh kita bisa mengatasinya. Ini terjadi apabila kehilangan
terjadi dalam total banyak sekaligus, seperti pada muntah-muntah, diare, berkeringat luar
biasa, terbakar, luka/pendarahan dan sebagainnya.

Cairan dan elektrolit didalam tubuh merupakan suatu kesatuan yang tidak
terpisahkan. Bentuk gangguan keseimbangan cairan yang umum terjadi adalah dehidrasi.
Zat terlaru terdiri atas elektrolit dan nonelektrolit. Non elektrolit adalah zat terlarut yang
tidak terurai dalam larutan dan tidak bermuatan listrik, seperti protein, urea, glukosa, dll.
Sedangkan elektrolit tubuh mencakup Na+, K+, Ca++, dll. Elektrolit yang utama
menyebabkan gangguan hemodinamik tubuh adalah natrium, kalium, dan kalsium.

11
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Gangguan_pada_sistem_peredaran_darah_manusia

https://search.yahoo.com/search?
fr=mcafee&type=E211US885G0&p=makalahb+gangguan+sirkulasi+darah

https://search.yahoo.com/search?
fr=mcafee&type=E211US885G0&p=makalahb+gangguan+sirkulasi+darah

https://makalahlaporanterbaru1.blogspot.com/2014/01/makalah-tentang-system-peredaran-
darah.html

12

Anda mungkin juga menyukai