Anda di halaman 1dari 6

Nama: Najla Syahirah Aurellia Rehalat

NIM:21110122140162
Mata Kuliah: Hitung Perataan
Kelas: C
Tugas Hitung Perataan I
I. SISTEM PERSAMAAN LINEAR
Sistem persamaan linear merupakan salah satu bentuk persamaan aljabar dimana
persamaan-persamaan linear dihubungkan untuk membentuk suatu sistem. Dalam sistem
ini, setiap persamaan linear memiliki karateristik di mana setiap suku mengandung
konstanta atau perkalian konstanta dengan variabel tunggal. Suatu sistem persamaan
linear terdiri atas sejumlah berhingga persamaan linear dalam sejumlah berhingga
variabel. Proses penyelesaian sistem persamaan linear melibatkan pencarian nilai-nilai
variabel yang memenuhi semua persamaan linear yang ada.
Persamaan ini disebut linear karena hubungan matematisnya dapat
direpresentasikan sebagai garis lurus dalam sistem koordinat Kartesius. Dimana sistem
koordinat kartesius memberikan representasi grafis untuk setiap titik dalam bidang
dengan mengguanakan serangkaian koordinat numerik. Berikut ini adalah bentuk umum
sistem persamaan linear:

Sifat Persamaan Linear


 Penjumlahan dan pengurangan bilangan kedua ruas tak akan mengubah persamaan nilai.
 Perkalian dan pembagian bilangan kedua ruas tidak mengubah nilai persamaan
 Nilai persamaan tidak berubah jika kedua ruas ditambah atau dikurangi bilangan yang
sama.
 Suatu persamaan jika dipindah ruas maka penjumlahan berubah jadi pengurangan,
perkalian berubah menjadi pembagian, dan sebaliknya.

Unsur dalam Sistem Persamaan Linear


 Variabel: pengubah atau pengganti suatu bilangan yang nilainya belum diketahui pasti.
Variabel biasanya disimbolkan dengan huruf, seperti a,b,c,d, dan seterusnya.
 Koefisien: bilangan yang menjelaskan banyaknya variabel sejenis. Koefisien terletak di
depan variabel.
 Konstanta: adalah nilai bilangan yang konstan karena tidak diikuti variabel di
belakangnya.
 Suku: bagian-bagian dari suatu bentuk persamaan yang terdiri dari koefisien, variabel,
dan konstanta.

Jenis Sistem Persamaan Linear


 Sistem Persamaan Linear Satu Variabel
Dalam sistem persamaan ini hanya terdapat sebuah variabel saja berpangkat satu. Adapun
bentuk umumnya ialah
ax + b = 0,
dengan syarat a ≠ 0 dan b = konstanta.
 Persamaan Linear Dua Variabel
Sistem persamaan linear dua variabel adalah sistem persamaan linear yang terdiri dari
dua persamaan dimana masing-masing persamaan memiliki dua variabel. Bentuk
umumnya adalah
ax + by = c.
A dan b adalah bilangan bulat bukan nol dengan c adalah konstanta.
 Persamaan Linear Tiga Variabel Variabel
Sistem persamaan linear tiga variabel adalah sistem persamaan linear yang terdiri dari
tiga persamaan dimana masing-masing persamaan memiliki tiga variabel. Bentuk
umumnya sebagai dari persamaan ini sebagai berikut:
ax + by + cz = d.
Dimana a, b, c, dan d adalah konstanta.

II. CONTOH-CONTOH PERSAMAAN LINEAR DALAM PENGUKURAN BIDANG


GEODESI
a) Transformasi koordinat
Transformasi koordinat adalah proses mengubah koordinat suatu titik dari suatu
sistem referensi ke sistem referensi lainnya.
Misalnya, terdapat dua sistem koordinat 2D dengan titik P1(𝑥1 , 𝑦1 ) di sistem
referensi pertama dan ingin mentransformasikan koordinatnya ke P2(𝑥2 , 𝑦2 ) di sistem
referensi kedua. Maka dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan linear:
𝑥2 𝑥1 𝑒
[𝑦 ] = [𝑎 𝑏 ] [𝑦 ]+[𝑓 ]
2 𝑐 𝑑 1
b) Pengukuran jarak antar dua titik
Salah satu persamaan yang sering digunakan adalah persamaan jarak Euclidean,
yang mengukur jarak lurus antara dua titik pada bidang kartesian. Dalam konteks tiga
dimensi, persamaan jarak Euclidean menjadi:
d = √(𝑥2 − 𝑥1 )2 + (𝑦2 − 𝑦1 )2 + (𝑧2 − 𝑧1 )2 ,
Dimana (𝑥1 , 𝑦1 , 𝑧1 ) dan (𝑥2 , 𝑦2 , 𝑧2 ) sebagai koordinat tiga dimensi dari dua titik.
c) Pengukuran beda tinggi pada kerangka vertikal
Pengukuran ini melibatkan perubahan ketinggian jarak ortometrik diantara dua
titik pengukuran vertikal dari suatu titik di permukaan bumi ke permukaan geoid. Dimana
ketinggian ortometrik merupakan jarak vertikal dari suatu titik di permukaan bumi ke
permukaan geoid.
∑𝑑ℎ𝑝𝑒𝑟𝑔𝑖 - ∑𝑑ℎ𝑝𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔 = k√𝑑
∑𝑑ℎ𝑝𝑒𝑟𝑔𝑖 = 𝑑ℎ1 + 𝑑ℎ2 + 𝑑ℎ3 +𝑑ℎ4 .................................... (1)
∑𝑑ℎ𝑝𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔 = 𝑑ℎ1 ’+ 𝑑ℎ2 ′+ 𝑑ℎ3 ′+ 𝑑ℎ4 ′............................... (2)
∑𝑑ℎ𝑝𝑒𝑟𝑔𝑖 ≈ ∑𝑑ℎ𝑝𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔 ..................................... (3)
d) Penentuan tinggi
Dalam banyak konteks, ketinggian dapat dihitung atau diukur relatif terhadap
permukaan geoid atau elipsoid geodetik.
Misalnya, bila tinggi titik A adalah 𝐻𝑎 pada pengukuran sifat datar dari A,1,2,3,4
akan ditentukan tinggi titik-titik 1, 2, 3, dan 4
Δ𝐻𝑖𝑗
Dari hasil pengukuran beda tinggi dapat ditulis empat buah persamaan yaitu:
Δ𝐻𝐴𝐼 = 𝐻1 -𝐻𝐴
Δ𝐻12 = 𝐻2 -𝐻1
Δ𝐻23 = 𝐻3 -𝐻2
Δ𝐻34 = 𝐻4 -𝐻3
Variabel dari sistem diatas adalah H1, H2, H3, dan H4.
Karena tinggi titik A telah diketahui, sistem persamaan tersebut dapat ditulis kembali
sebagai berikut :

Sistem persamaan di atas telah linear. Dalam notasi matriks dan vektor:
Δ𝐻𝐴𝐼 = 𝐻1 -𝐻𝐴
Δ𝐻12 = 𝐻2 -𝐻1
Δ𝐻23 = 𝐻3 -𝐻2
Δ𝐻34 = 𝐻4 -𝐻3
Tinggi titik-titik 1,2,3, dan 4 adalah solusi dari sistem persamaan linier di atas.
III. KONSEP DASAR HITUNG KUADRAT TERKECIL
Metode kuadrat terkecil atau yang lebih dikenal dengan Least-Squares Method
merupakan suatu pendekatan matematika yang digunakan untuk menemukan parameter
atau model matematis yang paling sesuai dengan data pengukuran. Konsep dasar metode
kuadrat terkecil melibatkan minimasi jumlah kuadrat dari selisih antara nilai yang diukur
dan nilai yang diprediksi oleh model matematis. Hitung kuadrat terkecil dimaksudkan
untuk mendapatkan harga estimasi dari suatu parameter yang paling mendekati harga
yang sebenarnya dengan cara menentukan besaran yang tidak diketahui (parameter) dari
sekumpulan data ukuran yang mempunyai pengamatan lebih. Penyelesaian hitung
kuadrat terkecil dilakukan dengan mencari suatu nilai akhir yang unik dengan cara
tertentu sehingga jumlah kuadrat residualnya (𝑉 𝑇 𝑃𝑉) minimum, sehingga tidak mungkin
ada nilai hasil hitungan lain yang jumlah kuadrat residualnya (𝑉 𝑇 𝑃𝑉) lebih kecil.
Terdapat tiga metode yang dapat digunakan untuk penyelesaian hitung kuadrat terkecil,
yaitu:
1. Metode Kondisi
Dalam Metode Kondisi dibuat satu set persamaan independen yang
merupakan fungsi dari besaran-besaran pengukuran. Jumlah persamaan yang
dibentuk adalah jumlah pengamatan dikurangi syarat minimal pengamatan
r = n–u
Dengan,
r = banyaknya persamaan kondisi,
n = jumlah pengamatan,
u = syarat minimal pengamatan.
Adapun bentuk umum dari persamaan matriks metode kondisi: W + B.V =
0
2. Metode Parameter
Setiap persamaan yang dibentuk ditentukan oleh besarnya parameter.
Misalkan pada pengukuran jarak poligon, parameternya adalah koordinat titik
awal dan koordinat titik akhir dari jarak tersebut. Model matematis yang
menunjukkan pengamatan adalah fungsi dari parameter.

Adapun bentuk persamaan matriks dari metode parameter: V = A.X + L


3. Metode Kombinasi
Merupakan gabungan dari metode kondisi dan metode parameter.
Dilakukan pada kasus dimana terdapat jumlah pengamatan dan parameter yang
tidak diketahui pada persamaan yang sama.
Persamaan observasi: 𝐿𝑎 = F(𝑋𝑎 )
Persamaan kondisi: F(𝐿𝑎 ) = 0
Sehingga dibentuk model matematik/model fungsional: F((𝑋𝑎 , 𝐿𝑎 )= 0
Menggunakan Deret Taylor untuk melincarkan model diatas, sehingga
bentuk umum persamaan matriks metode kombinasi: B.V + A.X + W = 0

IV. PENYELESAIAN PERSAMAAN LINEAR DI BIDANG GEODESI DENGAN


HITUNG KUADRAT TERKECIL
Dalam pengukuran beda tinggi, dengan satu titik kontrol akan ditentukan tinggi tiga buah
titik lainnya, seperti gambar berikut:
Maka jumlah pengamatan minimal yang diperlukan
adalah tiga buah pengamatan.

1. Penyelesaian metode parameter


- Dalam membentuk persamaan parameter,perhatikan jumlah pengukuran (n)
dan jumlah parameter yang akan ditentukan (u)
- Dimana jumlah pengukuran harus lebih besar dari jumlah parameter yang
akan ditentukan (n > u).
- Dan jumlah persamaan yang terbentuk (r) adalahsama dengan jumlah
pengukuran
(r =n).
- Semakin besar jumlah pengukuran dibandingkandengan jumlah parameter
yang akan ditentukan,hasilnya akan semakin baik.
2. Data
Dilakukan pengukuran beda tinggi, untuk menentukan tinggi titik B, C, dan D.
Dengan titik A sebagai titik kontrol. Data yang diperoleh sebagai berikut

3. Persamaan yang diperlukan


- Jumlah seluruh pengamatan (n) = 5
- Jumlah parameter yang akan ditentukan (u) = 3
- Maka, jumlah persamaan parameter yang dapat terbentuk adalah (r) = n = 5
dh1 = HB - HA dh4 = HD - HA
dh2 = HC - HB dh5 = HD - HB
dh3 = HD - HC
4. Penyelesaian persamaan
- dh1 + V1 = HB - HA dh4 + V4 = HD – HA
dh2 + V2 = HC - HB dh5 + V5 = HD – HB
dh3 + V3 = HD – HC
- Membentuk matriks A, X, L, dan V

5. Penyelesaian matriks

6. Hasil penyelesaian
- Dengan menggunakan software MATLAB
- Diperoleh:
−0.125
14.175 0.025
X = [17.900] V = 0.025
15.825 0.125
[ [−0.150 ]]

Anda mungkin juga menyukai