Anda di halaman 1dari 16

Bab 1

Besaran dan Sistem Satuan


Besaran

Besaran adalah segala sesuatu yang dapat di ukur dan dinyatakan dalam angka dan
mempunyai satuan. Dalam pengertian yang lain. besaran dapat juga diartikan sebagai
pernyataan yang mengandung pengertian ukuran dan memiliki satuan atau hal-hal yang
akan diketahui ukurannya. Besaran dan satuan dalam fisika merupakan dua hal pokok
dalam konsep pengukuran.

Dari pengertian di atas dapat diartikan bahwa sesuatu itu dapat dikatakan sebagai besaran
harus mempunyai 3 syarat yaitu:

1. Dapat di ukur atau dihitung.


2. Dapat dinyatakan dengan angka-angka atau mempunyai nilai.
3. Mempunyai satuan.

Bila ada satu saja dari syarat diatas tidak dipenuhi maka sesuatu itu tidak dapat dikatakan
sebagai besaran.

Besaran fisika terbagi menjadi 2 :

1. Besaran Pokok dalam fisika adalah besaran yang ditentukan lebih dulu berdasarkan
kesepatan para ahli fisika. Besaran pokok yang paling umum ada 7 macam yaitu
Panjang (m), Massa (kg), Waktu (s), Suhu (K), Kuat Arus Listrik (A), Intensitas
Cahaya (cd), dan Jumlah Zat (mol). Besaran pokok mempunyai ciri khusus antara
lain diperoleh dari pengukuran langsung, mempunyai satu satuan (tidak satuan
ganda), dan ditetapkan terlebih dahulu.

2. Besaran Turunan dalam fisika adalah besaran yang diturunkan dari besaran pokok.
Besaran ini ada banyak macamnya sebagai contoh gaya (N) diturunkan dari besaran
pokok massa, panjang dan waktu. Volume (meter kubik) diturunkan dari besaran
pokok panjang, dan lain-lain. Besaran turunan mempunyai ciri khusus antara lain :
diperoleh dari pengukuran langsung dan tidak langsung, mempunyai satuan lebih
dari satu dan diturunkan dari besaran pokok.
Sistem Satuan

Satuan didefinisikan sebagai pembanding dalam suatu pengukuran besaran. Setiap besaran
mempunyai satuan masing-masing, tidak mungkin dalam 2 besaran yang berbeda
mempunyai satuan yang sama. Apa bila ada dua besaran berbeda kemudian mempunyai
satuan sama maka besaran itu pada hakekatnya adalah sama. Sebagai contoh Gaya (F)
mempunyai satuan Newton dan Berat

mempunyai satuan Newton. Besaran ini kelihatannya berbeda tetapi sesungguhnya besaran
ini sama yaitu besaran turunan gaya.

Besaran berdasarkan arah dapat dibedakan menjadi 2 macam:

1. Besaran vektor adalah besaran yang mempunyai nilai dan arah sebagai contoh
besaran kecepatan, percepatan dan lain-lain.

2. Besaran sekalar adalah besaranyang mempunyai nilai saja sebagai contoh kelajuan,
perlajuan dan lain-lain.

DIMENSI BESARAN
Dimensi besaran adalah cara penulisan suatu besaran dengan menggunakan suatu
simbol (lambang) besaran pokok.
Dengan mengetahui dimensi besaran pokok dan dimensi besaran turunan dapat membantu
dalam mengetahui apakah dalam suatu persamaan merupakan hal yang sejenis atau tidak
sehingga diketahui pula benar atau tidaknya suatu persamaan.

Misalnya kita ingin menjumlahkan 1 buah salak dengan durian tentu saja itu adalah hal yang
sulit, karena salak dan durian bukanlah sejenis. Kita hanya bisa menjumlahkan bila sejenis
misalnya 1 salak + 1 salak = 2 salak dan sebagainya.

Mungkin contoh di atas masih sangatlah sederhana, bayangkan bagaimana jika hal ini
terjadi dalam sebuah persamaan matematis yang sangat panjang yang melibatkan aneka
besaran pokok dan besaran turunan. Oleh karena itu fungsi dimensi besaran diperlukan
untuk menyelesaikan persoalan tersebut. . Dimensi besaran terbagi 2 yaitu:

Dimensi Besaran Pokok Dan Turunan


a.Besaran pokok.

Di dalam mekanika, besaran pokok panjang, massa, dan waktu merupakan besaran yang berdiri bebas
satu sama lain, sehingga dapat berperan sebagai dimensi. Dimensi besaran panjang dinyatakan dalam
L, besaran massa dalam M, dan besaran waktu dalam T. Persamaan yang dibentuk oleh besaran-
besaran pokok tersebut haruslah konsisten secara dimensional, yaitu kedua dimensi pada kedua ruas
harus sama. Dimensi suatu besaran yang dinyatakan dengan lambang huruf tertentu, biasanya diberi
tanda [.]
Pada tabel diatas ada tujuh besaran pokok yang memiliki dimensi.
Tetapi ada juga dua besaran pokok tambahan yag tidak memiliki dimensi yaitu
sudut datar dan sudut ruang, masing-masing keduanya memiliki satuan radian dan
steradian, tetapi keduanya tidak berdimensi.
B.Besaran turunan.
Besaran turunan adalah besaran yang satuannya diturunkan dari besaran pokok. Jika suatu
besaran turunan merupakan perkalian besaran pokok, satuan besaran turunan itu juga
merupakan perkalian satuan besaran pokok, begitu juga berlaku didalam satuan besaran
turunan yang merupakan pembagian besaran pokok. Besaran turunan mempunyai ciri
khusus antara lain : diperoleh dari pengukuran langsung dan tidak langsung, mempunyai
satuan lebih dari satu dan diturunkan dari besaran pokok.

Tabel besaran turunan dan satuannya.


Penjumlahan dan pengurangan vector
Untuk keperluan penghitungan tertentu, kadangkadang sebuah vektor yang terletak dalam
bidang koordinat sumbu x dan sumbu y harus diuraikan menjadi komponen-komponen yang
saling tegak lurus (sumbu x dan sumbu y). Komponen ini merupakan nilai efektif dalam
suatu arah yang diberikan. Cara menguraikan vektor seperti ini disebut analisis.
Misalnya, vektor A membentuk sudut αterhadap sumbu x positif, maka komponen vektornya
adalah
Ax = A cos α
Ay = A sin α
Besar (nilai) vektor A dapat diketahui dari persamaan:

Sementara itu, arah vektor ditentukan dengan persamaan:

Penjumlahan Vektor

Penjumlahan dua buah vektor ialah mencari sebuah vektor yang komponen-komponennya
adalah jumlah dari kedua komponen-komponen vektor pembentuknya.

Dengan kata lain untuk “menjumlahkan dua buah vektor”adalah “mencari resultan”. Untuk
vektor-vektor segaris, misalnya vektor A dan B dalam posisi segaris dengan arah yang
sama seperti tampak pada gambar (a) berikut maka resultan (jumlah) vektor dituliskan:
R=A+B
Pada kasus penjumlahan vektor yang lain, seperti yang ditunjukkan gambar (b) diatas
terdapat dua vektor yang tidak segaris yang mempunyai titik pangkal sama tetapi dengan
arah yang berbeda, sehingga membentuk sudut tertentu. Untuk vektor-vektor yang
membentuk sudut á , maka jumlah vektor dapat dilukiskan dengan menggunakan metode
tertentu. Cara ini disebut dengan metode jajaran genjang.

Cara melukiskan jumlah dua buah vektor dengan metode jajaran genjang sebagai berikut:
a. titik tangkap A dan B dibuat berimpit dengan memindahkan titik tangkap A ke titik
tangkap B, atau sebaliknya;
b. buat jajaran genjang dengan A dan B sebagai sisi-sisinya;
c. tarik diagonal dari titik tangkap sekutu, maka A + B = R adalah diagonal jajaran genjang.

Metode Jajaran Genjang Untuk Penjumlahan Vektor

Gambar diatas menunjukkan penjumlahan dua vektor A dan B. Dengan menggunakan


persamaan tertentu, dapat diketahui besar dan arah resultan kedua vektor tersebut.
Persamaan tersebut diperoleh dengan menerapkan aturan cosinus pada segitiga OPR,
sehingga dihasilkan:
(OR)2 = (OP)2+ (PR)2 – 2 (OP)(PR) cos (180o– α)
= (OP)2+ (PR)2– 2 (OP)(PR)(–cos α)
(OR)2 = (OP)2+ (PR)2+ 2 (OP)(PR)cos α
Diketahui bahwa OP = A, PR = OQ = B, OR = R, sehingga:

R adalah diagonal panjang jajaran genjang, jika α lancip. Sementara itu, α adalah sudut
terkecil yang dibentuk oleh A dan B.
Sebuah vektor mempunyai besar dan arah. Jadi setelah mengetahui besarnya, kita perlu
menentukan arah dan resultan vektor tersebut. Arah R dapat ditentukan oleh sudut
antara R dan A atau R dan B.
Misalnya sudut θ merupakan sudut yang dibentuk R dan A, maka dengan menggunakan
aturan sinus pada segitiga OPR akan diperoleh:

Sehingga :

Dengan menggunakan persamaan tersebut, maka besar sudut θ dapat diketahui.


Metode Segitiga Untuk Penjumlahan Vektor

Metode segitiga merupakan cara lain untuk menjumlahkan dua vektor, selain metode jajaran
genjang. Dua buah vektor A dan B, yang pergerakannya ditunjukkan metode segitia
(a)diatas, akan mempunyai resultan yang persamaannya dituliskan:
R=A+B

Resultan dua vektor akan diperoleh dengan menempatkan pangkal vektor yang kedua pada
ujung vektor pertama. Resultan vektor tersebut diperoleh dengan menghubungkan titik
pangkal vektor pertama dengan ujung vektor kedua.

Pada metode segitiga (b)diatas pergerakan dimulai dengan vektor B dilanjutkan dengan A,
sehingga diperoleh persamaan:
R=B+A

Jadi,

A+B=B+A
Hasil yang diperoleh ternyata tidak berubah. Jadi, dapat disimpulkan bahwa penjumlahan
vektor bersifat komutatif. Tahapan-tahapan penjumlahan vektor dengan metode segitiga
adalah sebagai berikut:

a) pindahkan titik tangkap salah satu vektor ke ujung berikutnya,

b) hubungkan titik tangkap vektor pertama ke ujung vektor kedua yang menunjukkan
resultan kedua vektor tersebut,

c) besar dan arah R _ dicari dengan aturan cosinus dan sinus.


Jika penjumlahan lebih dari dua buah vektor, maka dijumlahkan dulu dua buah vektor,
resultannya dijumlahkan dengan vektor ke-3 dan seterusnya. Misalnya, penjumlahan tiga buah
vektor A, B, dan C yang ditunjukkan pada penjumlahan lebih dari 2 vektor berikut.
Penjumlahan 2 Vektor
Pertama-tama kita jumlahkan vektor A dan B yang akan menghasilkan vektor V. Selanjutnya,
vektor V tersebut dijumlahkan dengan vektor C sehingga dihasilkan resultan R, yang dituliskan:
R = (A + B) + C = V + C
Cara lain yaitu dengan menjumlahkan vektor B dan C untuk menghasilkan W, yang kemudian
dijumlahkan dengan vektor A, sehingga diperoleh resultan R, yaitu:
R = A + (B + C) = A + W
Jika banyak vektor, maka penjumlahan vektor dilakukan dengan menggunakan metode
poligon (segi banyak) seperti berikut.
Metode Poligon Untuk Penjumlahan Vektor

Pengurangan Vektor
Pengurangan vektor pada prinsipnya sama dengan penjumlahan, tetapi dalam hal ini salah satu
vektor mempunyai arah yang berlawanan. Misalnya, vektor A dan B, jika dikurangkan maka:
A – B = A + (-B)
Di mana, –B adalah vektor yang sama dengan B, tetapi berlawanan arah.
Selisih Vektor A-B
Perkalian Vektor
Perkalian vektor adalah operasi perkalian dengan dua operand (objek yang dikalikan)
berupa vektor. Tetapi hasil operasi ini tidak selalu adalah vektor. Terdapat dua macam
perkalian vektor, yaitu produk skalar atau perkalian titik dan perkalian silang,
A. Perkalian Vektor Dengan Skalar
Macam perkalian vektor yang pertama ialah perkalian antara vektor dengan skalar.
Perkalian ini mencakup perpindahan pada sebuah benda. Misalnya Ani mengendarai mobil
menuju arah barat dengan kecepatan 40 km/jam. Kemudian terjadi perpindahan antara Ani
dengan mobil setelah beberapa waktu. Seperti yang sudah kita ketahui bahwa perpindahan
per selang waktu adalah kecepatan. Maka dari itu perpindahan yang terjadi pada Ani
tersebut dapat dicari menggunakan persamaan atau rumus seperti di bawah ini:
s = vt
Keterangan :
s = Perpindahan (m)
v = Kecepatan (m/s)
t = Selang Waktu (s)

Jika perkalian antara vektor dengan skalar dinyatakan dalam bentuk sederhana dan
sistematis akan menghasilkan aturan atau rumus tertentu. Berikut rumus perkalian vektor
dengan skalarnya yaitu:

B = kA
Keterangan :
B = vektor B
k = skalar
A = vektor A

Rumus perkalian vektor di atas menghasilkan vektor B yang merupakan perkalian antara
besar k dengan besar A. Jika k bernilai positif, maka vektor B memiliki arah yang sama
dengan vektor A. Sedangkan jika k bernilai negatif, maka arah vektor B berlawanan dengan
vektor A.

Perkalian Vektor Satuan Dengan Skalar


Rumus di atas juga berlaku untuk perkalian vektor satuan dengan skalar, baik untuk tiga
dimensi maupun dua dimensi. Jika dijabarkan lebih lanjut maka rumus perkalian antara
vektor satuan dengan skalar akan menjadi seperti di bawah ini:
Rumus Perkalian Vektor Satuan Dengan Skalar

Sifat Perkalian Vektor Dengan Skalar


Sifat perkalian vektor dengan skalar ialah distributif. Jika dinyatakan dalam bentuk
persamaan maka sifat distributifnya akan menjadi seperti berikut:

k (A + B) = kA + kB

Contoh Soal Perkalian Vektor Dengan Skalar


Perhatikan gambar vektor A di bawah ini!

Apabila B = 1/2A, B = -1/2A, B = 2A, B = -2A. Buatlah gambar vektor B nya?

Jawab.
Untuk gambar perkalian vektor B = 1/2A memiliki arah vektor yang sama karena vektornya
bernilai positif, dimana panjang vektor B setengah kali panjang vektor A. Maka gambarnya
akan menjadi seperti di bawah ini:

Gambar B = 1/2 A
Untuk gambar perkalian vektor B = -1/2A memiliki arah vektor yang berlawanan karena
vektornya bernilai negatif, dimana panjang vektor B setengah kali panjang vektor A. Maka
gambarnya akan menjadi seperti di bawah ini:

Gambar B = -1/2A
Untuk gambar perkalian vektor B = 2A memiliki arah vektor yang sama karena vektornya
bernilai positif, dimana panjang vektor B dua kali panjang vektor A. Maka gambarnya akan
menjadi seperti di bawah ini:
Gambar B = 2A
Untuk gambar perkalian vektor B = -2A memiliki arah vektor yang berlawanan karena
vektornya bernilai negatif, dimana panjang vektor B dua kali panjang vektor A. Maka
gambarnya akan menjadi seperti di bawah ini:

Perkalian Titik atau Dot Product


Macam perkalian vektor selanjutnya ialah perkalian dot product atau titik. Untuk perkalian
dot product ini dapat digambarkan menjadi seperti di bawah ini:

Gambar Ilustrasi Perkalian Dot Product


Berdasarkan gambar di atas dapat kita peroleh vektor A sebagai hasil perkalian vektor dua
buah titik diantara A dan B. Kemudian vektor B merupakan hasil perkalian antara komponen
vektor B dengan vektor A yang arahnya sama. Adapula B cos α merupakan komponen dari
vektor B yang arahnya sama dengan vektor A. Apabila dinyatakan dalam bentuk persamaan
maka dapat ditulis menjadi rumus perkalian titik vektor A dengan vektor B seperti di bawah
ini:
A . B = AB cos α = |A| |B| cos α
Keterangan:
A = |A| ialah besar vektor pada A
B = |B| ialah besar vektor pada B
α = sudut yang terbentuk pada vektor A dengan vektor B, dimana 0⁰ ≤ α ≤ 180⁰

Kesimpulan dari macam perkalian vektor yang kedua yaitu perkalian titik ialah:

Perkalian vektor antara dua buah titik menghasilkan skalar.


Perkalian titik dilambangkan dengan tanda titik atau dot product (.). Macam perkalian vektor
ini menghasilkan skalar. Untuk itu perkalian titik juga dapat dinamakan dengan perkalian
scalar product. Dalam perkalian ini terdapat beberapa hal penting yang harus diperhatikan
seperti:
1. A . B = 0 → cos 90⁰ = 0, apabila vektor A tegak lurus dengan vektor B
sehingga nilai α = 90⁰.
2. A . B = AB → cos 0⁰ = 1, apabila vektor A searah dengan vektor B sehingga
nilai α = 0⁰.
3. A . B = -AB → cos 180⁰ = -1, apabila vektor A berlawanan arah dengan
vektor B sehingga nilai α = 180⁰.

Perkalian Titik pada Vektor Satuan


Selanjutnya saya akan menjelaskan perkalian vektor tentang perkalian titik yang
menggunakan vektor satuan. Untuk lebih jelasnya dapat anda simak gambar di bawah ini:

Berdasarkan gambar perkalian vektor di atas dapat kita lihat bahwa terdapat tiga vektor
yang saling tegak urus yaitu vektor dengan satuan i, j dan k. Maka dari itu nilai α memiliki
besar 90⁰, dimana ketiga vektor memiliki nilai = 1. Kemudian perkalian titik yang
menggunakan vektor satuan ini menghasilkan aturan seperti di bawah ini:
Berhimpit maka i . i = j . j = k . k = 1 . 1 cos 0 ⁰ = 1
Tegak lurus maka i . j = i . k = j . k = 1 . 1 cos 90⁰ = 0
Berdasarkan perkalian titik menggunakan vektor satuan di atas menghasilkan persamaan di
atas. Persamaan tersebut dapat digunakan untuk menghitung perkalian vektor kategori
perkalian titik. Maka hasilnya akan menjadi seperti di bawah ini:

Sifat Perkalian Titik


Untuk sifat perkalian vektor kategori perkalian titik tersebut ialah distributif dan komutatif.
Adapun sifat distributif dan komutatif pada perkalian titik ialah:

A (B + C) = A . B + A . C (Distributif)
A . B = B . A (Komutatif)
Contoh Soal Perkalian Titik
Vektor perpindahan memiliki persamaan yaitu s = (3i + 4j - 2k) dan persamaan vektor
gayanya yaitu F = (i + 2j + 3k). Berapakah nilai usahanya?

Pembahasan
Diketahui : s = (3i + 4j - 2k); F = (i + 2j + 3k)
Ditanyakan : W = ?
Jawab :
W=F.s
= (i + 2j + 3k) . (3i + 4j - 2k)
= (1 . 3) + (2 . 4) + (3 . -2)
=3+8-6
= 5 Joule
Jadi besar usahanya ialah 5 Joule.

B. Perkalian Silang Vektor atau Cross Product


Macam perkalian vektor selanjutnya ialah perkalian cross product atau silang. Untuk
perkalian cross product ini dapat digambarkan menjadi seperti di bawah ini:

Gambar Ilustrasi Perkalian Cross Product


Perkalian vektor antara vektor A dan B menggunakan metode silang dapat ditulis dengan A
x B. Hal ini dapat menggambarkan antara vektor A yang dikalikan dengan komponen vektor
B dimana letaknya tegak lurus dengan vektor A. Kemudian terdapat B sin α yang
merupakan nilai tegak lurus antara komponen vektor B dengan vektor A. Apabila dinyatakan
dalam bentuk persamaan maka dapat ditulis menjadi rumus perkalian silang vektor A
dengan vektor B seperti di bawah ini:
A x B = C
|A x B| = AB sin α
Keterangan :
|A x B| = hasil besar vektor dari perkalian silang vektor A dengan vektor B
C = besar vektor lain dari perkalian silang vektor A dengan vektor B
α = sudut yang terbentuk pada vektor A dengan vektor B, dimana 0⁰ ≤ α ≤ 180⁰

Kesimpulan dari macam perkalian vektor yang ketiga yaitu perkalian silang ialah:

Perkalian vektor antara dua buah vektor menggunakan metode perkalian silang ialah suatu
vektor pada bidang yang terbentuk oleh A dan B dengan arah yang tegak lurus.
Bagaimana cara menentukan arah vektor pada perkalian silang? Untuk itu dapat anda
perhatikan gambar arah vektor di bawah ini:
Arah Perkalian Silang A x B

Gambar Arah Perkalian Vektor A x B


Vektor A dan B membentuk vektor C yang memiliki arah tegak lurus dengan bidang. Maka
dari itu hasil perkalian vektor A dan B akan menghasilkan arah vektor C yang menuju ke
atas sampai tidak menembus bidang.

Arah Perkalian Silang B x A

Vektor B dan A membentuk vektor C yang memiliki arah tegak lurus dengan bidang. Maka
dari itu hasil perkalian vektor B dan A akan menghasilkan arah vektor C yang menuju ke
bawah sampai menembus bidang.

Dalam perkalian silang terdapat beberapa hal penting yang harus diperhatikan seperti:

 Tidak berlaku perkalian silang dengan sifat komutatif. Maka persamaan A x B ≠ B x


A.
 Berlaku perkalian silang dengan sifat anti komutatif. Maka persamaan A x B = -B x A.
 Vektor A tegak lurus dengan vektor B maka nilai α = 90⁰ dengan persamaan |A x B|
= AB → sin 90⁰ = 1.
 Vektor A searah dengan vektor B maka nilai α = 0⁰ dengan persamaan |A x B| = 0 →
sin 0⁰ = 0.
 Vektor A berlawanan arah dengan vektor B maka nilai α = 180⁰ dengan persamaan
|A x B| = 0 → sin 180⁰ = 0.

Perkalian Silang Pada Vektor Satuan


Selanjutnya saya akan menjelaskan perkalian vektor tentang perkalian silang yang
menggunakan vektor satuan. Hasil perkalian vektor dengan metode perkalian silang vektor
satuan ini bernilai 1 untuk masing masing satuan i, j dan k. Apabila dinyatakan dalam bentuk
persamaan maka akan menjadi seperti di bawah ini:
i x i = 1.1 sin 0⁰ = 0
j x j = 1.1 sin 0⁰ = 0
k x k = 1.1 sin 0⁰ = 0
Untuk lebih jelasnya dapat anda simak gambar di bawah ini:

Perkalian vektor dapat dihitung menggunakan metode perkalian silang vektor satuan ini.
Apabila dijabarkan dalam bentuk persamaan maka hasilnya akan menjadi seperti di bawah
ini:

Sifat Perkalian Silang


Untuk sifat perkalian vektor kategori perkalian silang tersebut ialah anti komutatif, asosiatif
dan distributif. Adapun sifat anti komutatif, asosiatif dan distributif pada perkalian silang
yaitu:

A × B ≠ B × A (Anti Komutatif)
k(A × B) = (kA) × B = A × (kB) (Asosiatif)
A × (B + C) = (A × B) + (A × C) (Distributif)
(A + B) × C = (A × C) + (B × C) (Distributif)
.
VEKTOR SATUAN

Vektor satuan adalah vektor ruang yang sudah diuraikan ke dalam sumbu X (i),Y (j)
dan Z (k) yang merupakan besarnya satu satuan. Disebut dengan vektor satuan
dikarenakan vektor = | i | = | j | = | k | = 1. Vektor satuan juga digunakan untuk menjelaskan
arah dari suatu vektor di dalam suatu kordinat, baik di dalam koordinat dua dimensi maupun
tiga dimensi.
Vektor satuan merupakan vektor yang besarnya satu satuan dan memiliki notasi yang
berbeda untuk setiap sumbu kartesius (vektor satuan i untuk menggambarkan sumbu
kartesius x dan i untuk sumbu y).

A.Notasi vektor satuan.


Vektor satuan bisa juga dinyatakan dalam koordinat dua dimensi ataupun tiga dimensi.
Untuk koordinat 2 dimensi (x,y), suatu vektor misalnya P bisa dinyatakan dengan notasi
seperti di bawah ini:

P = Pxi + Pyj

Vektor tersebut juga bisa digambarkan pada koordinat dua dimensi secara lengkap beserta
dengan komponen-komponen dan juga vektor satuan seperti yang ada pada gambar di atas
(gambar yang terletak pada sebelah kiri). Besar vektor P bisa ditentukan dengan
menggunakan rumus atau pun persamaan seperti di bawah ini:

|P| = √(Px2 + Py2)

Sementara di dalam sistem koordinat tiga dimensi (x,y,z), vektor P tersebut bisa dinyatakan
dengan menggunakan notasi seperti di bawah ini:

P = Pxi + Pyj + Pzk

Keterangan

Px = komponen P pada sumbu x

Py = komponen P pada sumbu y

Pz = komponen P pada sumbu z

i = vektor satuan pada arah sumbu x

j = vektor satuan pada arah sumbu y

k = vektor satuan pada arah sumbu z

Cara untuk melukiskan atau pun menggambarkan sebuah vektor pada koordinat tiga
dimensi lengkap dengan menggunakan komponen-komponen dan juga vektor satuannya
bisa anda lihat pada gambar yang ada di atas (gambar di sebelah kanan).

Sementara itu untuk menghitung besar atau pun nilai vektor pada koordinan tiga dimensi
bisa menggunakan rumus atauu pun persamaan yang ada di bawah ini:

|P| = √(Px2 + Py2 + Pz2)

Penjumlahan dan Pengurangan Vektor Satuan


Di dalam analisis vektor satuan apabila ada dua buah vektor yang sama maka besar
komponen-komponennya juga harus sama. Contohnya seperti:
Axi + Ayj + Azk = Bxi + Byj + Bzk

Besar resultan penjumlahan dan pengurangan vektor tersebut bisa dinyatakan dengan
aturan rumus seperti di bawah ini:

A + B = (Ax + Bx)i + (Ay + By)j + (Az + Bz)k

A – B = (Ax – Bx)i + (Ay – By)j + (Az – Bz)k

Anda mungkin juga menyukai