Anda di halaman 1dari 11

BAB 2 VEKTOR

A) Pengertian Vektor
Pengertian vektor dan skalar, dalam fisika besaran dapat
dikelompokkan berdasarkan komponen arahnya. Besaran Vektor
adalah besaran yang memiliki nilai dan arah. Besaran Skalar adalah
besaran yang tidak memiliki arah.

Besaran Vektor & Skalar


1. Besaran Vektor
Besaran vektor adalah besaran fisika yang memiliki nilai dan arah.
Dalam hal ini nilai dan arah menjadi informasi yang saling
melengkapi. Contoh besaran vektor adalah perpindahan, kecepatan,
gaya, momentum, medan listrik dll.

Dalam menyatakan besaran vektor, nilai vektor harus diikuti dengan


arahnya. Contoh kecepatan mobil 20 km/jam ke timur, mobil
berpindah sejauh 400 meter ke kanan, Andi menarik mobil-mobilan
dengan gaya 2 N ke kanan dll.

Serta penulisannya pun harus dibedakan dengan besaran bukan


vektor. Biasanya dituliska dengan huruf cetak tebal, cetak miring
atau huruf kapital. Contoh cara penulisan besaran vektor:

Kecepatan disimbolkan dengan huruf v

Gaya disimbolkan dengan huruf F

Momentum disimbolkan dengan huruf p

dll
Besaran vektor digambarkan dengan anak panah lurus. Arah panah
menunjukkan arah besarannya. Panjang garis anak panah
merepresentasikan besar vektor.

Misalkan kita menggambarkan vektor kecepatan 2 m/s dengan garis


1 cm, maka untuk kecepatan sebesar 10 m/s harus digambarkan
dengan garis sepanjang 5 cm dst. Berikut beberapa aturan
berkaitan dengan rumus besaran vektor dan satuannya.

(a) Menggambar Besaran Vektor


Digambarkan dengan anak panah dengan panjang yang harus
proporsional.

(b) Komponen Vektor dan Vektor Satuan


Suatu vektor dapat dinyatakan dalam bentuk komponen-
komponennya. Misalkan sebuah vektor gaya F membentuk sudut α
terhadap sumbu x seperti gambar berikut.
Vektor F dapat diuraikan ke sumbu x dan sumbu y sebagai Fx dan
Fy. Fx dan Fy disebut sebagai komponen vektor F disumbu x dan y.
Besar komponen vektor di sumbu x dan y

adalah

Fx=F cos α

Fy=F sin α

Jika besar komponen vektor di sumbu x adalah Fx dan besar


komponen vektor di sumbu y adalah Fy, maka vektor F dapat
dinyatakan dengan F=Fxi+Fyj, dengan i dan j adalah vektor satuan.

Vektor satuan (unit vektor) merupakan suatu vektor yang besarnya


sama dengan 1 (satu) dan tidak mempunyai satuan serta berfungsi
untuk menunjukan suatu arah dalam ruang.

Sebuah vektor yang terletak di dalam ruang tiga dimensi memiliki


komponen-komponen terhadap sumbu x, sumbu y dan sumbu z,
sehingga penulisannya harus menyertakan tiga vektor satuan i,j dan
k. Misalkan vektor F berada di ruang tiga dimensi maka vektor F
dapat dinyatakan sebagai F=Fxi+Fyj+Fzk.

2. Besaran Skalar
Besaran yang memiliki besar, tetapi tidak memiliki arah disebut
besaran skalar. Contohnya waktu, volume, massa jenis dan suhu.

Contoh Soal & Pembahasan


1. Besar gaya Lorentz dari muatan sebesar q yang bergerak di
medan magnet B dengan kecepatan v adalah sebesar F=q(v×B). Jika
partikel bermuatan 2 mC bergerak di medan B=2i+5j T dengan
kecepatan v=5i m/s, maka besar dan arah gaya Lorentznya adalah….

A. 35k mN

B. 50k mN
C. 70k mN

D. 80k mN

E. 90k mN

Jawaban: B

Berdasarkan persamaan di gaya lorentz maka

F=q(v×B)

=2×10−3(5i×(2i+5j))

=50×10−3kN

=50k mN

2. Vektor A memiliki besar A=2i+5j+2k dan vektor B memiliki besar


B=4i+bi+1k, jika A⋅B=20, maka besar b adalah….

A. 1

B. 2

C. 3

D. 4

E. 5

Jawaban: B
A⋅B =(2i+5j+2k)⋅(4i+bi+1k)

20 =8+5b+2

10 =5b

b =2

B) Penguraian Vektor

Penguraian vektor dapat digambarkan dalam koordinat kartesius


yang memiliki sumbu-x pada bidang horizontal dan sumbu-y pada
bidang vertikal. Sumbu-x pada kasus tangga di atas adalah lantai
sedangkan sumbu-y adalah temboknya.

Pelajaran Tambahan:

Sebelum melangkah lebih jauh, akan saya beri pengenalan singkat


tentang konsep trigonometri terlebih dahulu. Bagi yang belum tahu
sinus, kosinus, dan tangen, lihat gambar berikut ini:

Jika tangga dianggap


sebagai vektor L, maka
gambar tangga pada ilustrasi
di atas bisa digambarkan
ulang menjadi gambar berikut.
Gambar di atas menunjukkan vektor L yang sudah diuraikan pada
sumbu-x dan sumbu-y yang masing-masing dinyatakan dengan Lx
dan Ly.

Nah, dari penjelasan sekilas mengenai trigonometri, maka kita


dapat mencari panjang dari Lx dan Ly dengan rumus:

Lx = L cos α

Ly = L sin α

Jika komponen vektor sudah diketahui, kita bisa mencari besar


vektor dengan teorema Phytagoras. Masih ingat kan mengenai
teorema ini? Nah, jika masih ingat bagaimana cara mencari besar
vektor? Berikut ini rumusnya:

Sedangkan untuk mencari arah vektor, dapat menggunakan


persamaan berikut ini:
C) Penjumlahan Vektor
Berbagai Metode Penjumlahan Vektor
A. Metode Grafis
1. Metode Segitiga
Untuk mengetahui jumlah dua buah vektor dapat menggunakan
metode segitiga. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

1. Vektor pertama, misalnya A, digambarkan sesuai dengan besar


dan arahnya.

2. Vektor kedua, misalnya B, digambarkan dengan pangkalnya


berimpit dengan ujung vektor A.

3. Titik pangkal vektor A dihubungkan dengan ujung vektor B


dengan gambar anak panah sehingga terbentuk sebuah vektor baru
A+B atau yang disebut dengan resultan vektor R.

Untuk lebih jelasnya silakan lihat gambar berikut!

Penjumlahan Vektor dengan Metode Segitiga

2. Metode Jajargenjang
Selain dengan metode segitiga, dua buah vektor juga dapat
dijumlahkan dengan metode jajargenjang. Pada metode
jajargenjang terdapat beberapa langkah, yaitu sebagai berikut:
1. Vektor pertama, misalnya A, dan vektor kedua, misalnya B
digambar dengan titik pangkalnya berimpit.

2. Sebuah jajargenjang digambar dengan kedua vektor tersebut


sebagai sisi-sisinya.

3. Resultan kedua vektor adalah diagonal jajargenjang dengan titik


pangkalnya sama dengan titik pangkal kedua vektor tersebut.

Untuk lebih jelasnya silakan lihat gambar berikut ini!

Penjumlahan Vektor dengan


Metode Jajargenjang

3. Metode Poligon
Metode poligon dapat digunakan untuk menjumlahkan dua buah
vektor atau lebih, metode ini merupakan pengembangan dari
metode segitiga. Misalnya terdapat tiga buah vektor, yaitu A , B,
dan C, maka cara menjumlahkan dengan metode poligon dapat
dilakukan dengan beberapa langkah, seperti berikut ini:

1. Vektor pertama, yaitu vektor A digambar terlebih dahulu sesuai


besar dan arahnya.

2 Vektor kedua, yaitu vektor B digambar dengan pangkalnya


berimpit dengan vektor A.

3. Vektor ketiga, yaitu vektor C juga digambar dengan pangkalnya


berimpit dengan vektor B.

4. Resultannya dapat dicari dengan menghubungkan pangkal vektor


pertama dengan ujung vektor terakhir.

Untuk lebih jelasnya silakan lihat gambar berikut ini!


Penjumlahan Vektor dengan Metode Poligon

B. Metode Analitis
Penjumlahan vektor dengan cara analitis merupakan penjumlahan
menggunakan perhitungan rumus. Penggambaran vektor kadang-
kadang diperlukan, namun skalanya tidak perlu tepat karena
nantinya rumus yang digunakan. Penggambaran vektor pada
metode analitis ini hanya diperlukan untuk membantu memahami
persoalan saja.

Penjumlahan Dua Vektor yang Saling Tegak Lurus


Jika dua buah vektor, A dan B, yang saling tegak lurus seperi terlihat
pada gambar di bawah ini:

Dua Vektor Saling Tegak Lurus


Maka akan menghasilkan vektor resultan, R, yang besarnya
diperoleh menggunakan Dalil Pythagoras, yakni sebagai berikut:

dengan arah,

terhadap arah vektor A dengan catatan vektor


B searah sumbu-y dan vektor A searah sumbu-x.

Penjumlahan Dua Vektor yang Mengapit Sudut


Dua buah vektor, A dan B, yang satu sama lain mengapit sudut
seperti yang diperlihatkan pada gambar di bawah (gambar
pertama). Maka dengan menggunakan metode jajargenjang dapat
diperoleh resultannya seperti pada gambar kedua.

Dua Vektor yang


Mengapit Sudut

Dua Vektor yang Mengapit Sudut

Sehingga untuk mencari besar resultannya, dapat digunakan


persamaan berikut ini:
Arah resultan dapat ditentukan
menggunakan aturan sinus seperti berikut ini:

dengan θ adalah sudut antara vektor A dan B, α adalah sudut antara


vektor A dan resultan R, β adalah sudut antara B dan resultan R,
sedangkan A dan B adalah besar masing-masing vektor.

Sementara itu, untuk menghitung nilai selisih antara vektor A dan B


digunakan persamaan untuk mencari besar resultan di atas dengan
mengganti θ menjadi 180 – θ. Oleh karena cos (180° – θ ) = –cos θ
sehingga diperoleh persamaan seperti berikut ini:

Anda mungkin juga menyukai