Anda di halaman 1dari 31

LOMBA KARYA TULIS ILMIAH

NASIONAL THE 3rd DIPLOMA CIVIL


SCIENTIFIC COMPETITION

PEMANFAATAN LIMPASAN SEPANJANG


DRAINASE MAKRO DAN MIKRO DALAM
UPAYA PENGENDALIAN BANJIR

Diusulkan oleh:

1. Putu Restu Putra Susena 1805511004/2018


2. Putu Yuina Mahayani 1805511015/2018
3. Nama Anggota 2 1805511019/2018

UNIVERSITAS UDAYANA
BADUNG
2020

i
LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul Karya Tulis : Pemanfaatan Limpasan Sepanjang Drainase


Makro dan Mikro dalam Upaya
Pengendalian Banjir.
2. Sub Tema : Pengembangan Teknologi dalam Upaya
Mitigasi Bencana Alam.
3. Nama Tim : Mesari SQ.
4. Ketua Tim
a. Nama Lengkap : Putu Restu Putra Susena.
b. NIM : 1805511004.
c. Jurusan/Fakultas : Teknik Sipil /Teknik.
d. Perguruan Tinggi : Universitas Udayana.
e. Email : restususena73@gmail.com.
f. No. Telepon/HP : 081999100357.
5. Nama Anggota : 1. Putu Yuina Mahayani
2. Sintia Wiranata.
6. Dosen Pembimbing
a. Nama Lengkap : Dr. Ir. Yenni Ciawi
b. NIP : 196611182000122001
c. No. Telepon/HP : +62 813-3797-6576.
Badung, 25 Januari 2020
Menyetujui, Ketua Tim

Dr. Ir Yenni Ciawi Putu Restu Putra


Susena
196611182000122001. 1805511004.
Mengetahui,

Dr. A.A. Gde Agung Yana, ST., MT.


196901081997021001.

ii
LEMBAR PERNYATAAN KEORISINALITAS KARYA
LOMBA TULIS ILMIAH DISCO 3rd

Judul Karya Tulis : Pemanfaatan Limpasan Sepanjang Drainase Makro dan


Mikro dalam Upaya Pengendalian Banjir

Nama Ketua Anggota : Putu Restu Putra Susena

Nama Anggota :1) Putu Yuina Mahayani

2) Sintia Wiranata

Dengan ini,

Kami yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa karya tulis
dengan judul yang tersebut di atas memang benar merupakan karya
orisinal yang dibuat oleh penulis dan belum pernah dipublikasikan dan
atau dilombakan di luar kegiatan “Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional
DISCO 3rd” yang diselenggarakan oleh DIPOVIL Universitas
Diponegoro. Demikian pernyataan ini kami buat dengan sebenarnya, dan
apabila terbukti terdapat pelanggaran di dalamnya, maka kami siap untuk
didiskualifikasi dari kompetisi ini sebagai bentuk pertanggung jawaban
kami.

Badung, 25 Januari 2020

Menyetujui, Ketua Tim

Materai
6000

Dr. Ir. Yenni Ciawi Putu Restu Putra Susena


196611182000122001. 1805511004.

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang
berjudul “Pemanfaatan Limpasan Sepanjang Drainase Makro dan Mikro dalam
Upaya Pengendalian Banjir” ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Karya
Tulis ini disusun oleh penulis dalam rangka mengikuti lomba Karya Tulis Ilmiah
Nasional Discover The Value To The Right Construction Universitas Diponegoro
2020. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak atas bantuan,
bimbingan, masukan dan saran selama proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini,
yang penulis tidak bisa sebutkan satu persatu. Penulis juga mengucapkan terima
kasih sebesar-besarnya pada Dr. Ir. Yenni Ciawi sebagai dosen pembimbing
penulis.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih perlu pendalaman lebih lanjut. Oleh karena itu penulis sangat
terbuka untuk menerima kritik, masukan dan saran yang membangun agar Karya
Tulis Ilmiah ini menjadi lebih sempurna. Penulis juga berharap kedepannya Karya
Tulis Ilmiah ini dapat menjadi referensi di dunia Pendidikan Indonesia dan
bermanfaat bagi pembaca pada umumnya, khususnya mahasiswa, siswa dan
tenaga pengajar pendidik di Lembaga Pendidikan.

Badung, 25 Januari 2020

Penulis

iv
DAFTAR ISI

Cover
Lembar Pengesahan..........................................................................................ii
Lembar Pernyataan Keorisinalitas Karya Lomba Tulis Ilmiah Disco 3rd........iii
Kata Pengantar..................................................................................................iv
Daftar Isi...........................................................................................................v
Daftar Gambar..................................................................................................vii
Abstrak..............................................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan..........................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................3
2.1 Drainase Makro dan Mikro.............................................................3
2.1.1 Pengertian Drainase................................................................3
2.1.2 Sistem Jaringan Drainase........................................................3
2.2 Penyaringan atau Filtrasi Limpasan Air Drainase..........................4
2.3 Pemurnian dengan Biji Kelor.........................................................5
2.4 Sumur Resapan...............................................................................6
2.5 Standar Elevasi Limpasan...............................................................7
BAB III METODE PENULISAN....................................................................8
3.1 Sumber dan Jenis Data....................................................................8
3.2 Pengumpulan Data..........................................................................8
3.3 Analisis Data...................................................................................8
3.4 Penarikan Kesimpulan....................................................................8
BAB IV PEMBAHASAN................................................................................9
4.1 Rancangan Inovasi Drainase Pencegah Banjir...............................9
4.2 Mekanisme Penyaringan Limpasan Drainase.................................9
4.3 Mekanisme Pemurnian Air.............................................................10
4.4 Mekanisme Penyaluran Kelebihan Air Pada Bak Penampungan
Ke Sumur Resapan

v
.........................................................................................................
11
4.5 Mekanisme Penyuplaian Air Kepada Masyarakat
.........................................................................................................
11
BAB V PENUTUP...........................................................................................13
5.1 Kesimpulan.....................................................................................13
5.2 Saran...............................................................................................14
Daftar Pustaka
....................................................................................................................
15
Daftar Riwayat Hidup
....................................................................................................................
17
Lampiran-Lampiran
....................................................................................................................
20

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Penampang dan Rumus Drainase....................................................7


Gambar 4.1 Diagram Pemurnian Air Menggunakan Biji Kelor.........................10

vii
PEMANFAATAN LIMPASAN SEPANJANG DRAINASE MAKRO
DAN MIKRO DALAM UPAYA PENGENDALIAN BANJIR
(Putu Restu Putra Susena, Putu Yuina Mahayani, Sintia Wiranata)
(Universitas Udayana, Badung)
(restususena73@gmail.com)

ABSTRAK
Curah hujan Indonesia tergolong tinggi, yaitu 2000-3000 mm per tahun.
Limpasan air hujan menjadi salah satu penyumbang terbesar banjir di sungai.
Naiknya muka air sungai yang drastis saat hujan menyebabkan banjir di daerah
aliran sungai, terutama di dataran rendah. Dalam hal ini sistem drainase berperan
sangat penting. Drainase makro dapat dikombinasi dengan drainase mikro dan
bak penampungan untuk mengontrol buangan air hujan yang menuju sungai. Di
sepanjang drainase dibuat suatu batas elevasi muka air dan setiap jarak tertentu
dibuat cabang drainase menuju bak penampungan dengan tujuan untuk
memanfaatkan limpasan air hujan yang melebihi elevasi batas, agar tidak
langsung terbuang ke laut. Di depan inlet bak penampung dibuat bak kecil berisi
saringan ijuk, batu apung, dan pasir. Jika air melebihi kapasitas bak penampung,
overflownya akan dialirkan menuju sumur resapan yang terhubung kembali ke
drainase. Air yang tersimpan di bak, sebelum dimanfaatkan mengalami proses
penjernihan dengan biji kelor. Air yang sudah dijernihkan dapat digunakan oleh
PDAM dan warga sekitar saat musim kemarau. Bak penampung dapat dibangun
di bawah tanah di taman kota atau di tanah milik pemerintah lainnya dan di
atasnya bisa dimanfaatkan untuk fungsi lain. Di lain pihak, hal yang sama dapat
dilakukan untuk greywater dari perumahan yang kebanyakan dibuang ke saluran
drainase. Penelitian dilakukan dengan metode pendekatan kualitatif, untuk
memperoleh gambaran tentang perencanaan drainase makro, mikro, bak
penampung, dan sumur resapan sehingga menjadi sistem yang terpadu untuk
menanggulangi masalah banjir akibat limpasan air hujan sekaligus recharging air
tanah.

viii
Kata kunci: limpasan, greywater, drainase, sumur resapan

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang terletak di iklim tropis, sehingga Indonesia
hanya memiliki 2 musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Pada saat
musim hujan tiba, maka masyarakat Indonesia seringkali dihadapkan dengan
datangnya bencana banjir. Banjir merupakan kondisi dimana pada daerah yang
secara topografis dan geomorfologis bersifat kering (bukan daerah rawa)
tergenang oleh air yang terjadi akibat tingkat drainase tanah yang telah jenuh
dalam menampung air dan kemampuan infiltrasi air ke dalam tanah yang
mencapai batas maksimum (Seyhan, 1990). Curah hujan Indonesia yang tergolong
tinggi, yaitu 2000-3000 mm per tahun biasanya menyebabkan daerah-daerah yang
topografinya rendah (cekungan) akan terjadi banjir. Limpasan air permukaan yang
melebihi kapasitas drainase juga menjadi penyebab banjir.
Bencana banjir membawa suatu masalah terhadap masyarakat salah satunya,
yaitu kekurangan air bersih untuk kebutuhan masyarakat. Selain itu banjir juga
menyebabkan gangguan kesehatan, seperti timbulnya penyakit, rusaknya sarana
dan prasarana transportasi, lumpuhnya lalu lintas bahkan sektor perekonomian
pun memburuk. Sampai saat ini peristiwa banjir masih sulit untuk dideteksi dan
dicegah terjadinya (Ridzqa Fachri, 2015). Oleh karena itu penulis tertarik untuk
membahas dan memberikan solusi atau ide agar bencana banjir dikemudian hari
dapat dicegah. Selain itu, diharapkan juga ide atau solusi ini membantu
masyarakat dalam mensuplai air bersih untuk aktivitas sehari-hari.

ix
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas, yaitu:
1. Bagaimana rancangan inovasi drainase pencegah banjir?
2. Bagaimana mekanisme penyaringan limpasan drainase?
3. Bagaimana mekanisme pemurnian air?
4. Bagaimana mekanisme penyaluran kelebihan air pada bak penampungan
ke sumur resapan?
5. Bagaimana mekanime penyuplaian air kepada masyarakat?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan yang penulis inginkan adalah:
1. Mengetahui rancangan inovasi drainase pencegah banjir
2. Mengetahui mekanisme penyaringan limpasan drainase.
3. Mengetahui mekanisme pemurnian air.
4. Mengetahui mekanisme penyaluran kelebihan air pada bak penampungan
ke sumur resapan.
5. Mengetahui mekanisme penyuplaian air kepada masyarakat.
1.4 Manfaat Penulisan
1. Bagi Masyarakat
Diharapkan dengan adanya solusi ini dapat mencegah terjadinya
banjir saat musim hujan tiba akibat kapasitas air yang berlebih pada
drainase yang tidak mampung menampung air dan pada saat musim
kemarau tiba solusi ini juga diharapkan membantu menyuplai air bersih
kepada masyarakat yang kekurangan air.
2. Bagi Penulis
Penulis dapat menerapkan teori-teori yang didapat ketika kuliah
mengenai hidrologi dan drainase.

x
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Drainase Makro dan Mikro


2.1.1 Pengertian Drainase
Drainase adalah lengkungan atau saluran air di permukaan atau di bawah
tanah, baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat manusia. Dalam bahasa
Indonesia, drainase bisa merujuk pada parit di permukaan tanah atau gorong-
gorong dibawah tanah. Drainase berperan penting untuk mengatur suplai air demi
pencegahan banjir.
Drainase mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang, atau
mengalihkan air. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian
bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air
dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal.
Drainase juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam
kaitannya dengan sanitasi. Sedangkan pengertian tentang drainase kota pada
dasarnya telah diatur dalam SK menteri PU No. 233 tahun 1987. Menurut SK
tersebut, yang dimaksud drainase kota adalah jaringan pembuangan air yang
berfungsi mengeringkan bagian-bagian wilayah administrasi kota dan daerah
urban dari genangan air, baik dari hujan lokal maupun luapan sungai melintas di
dalam kota. (Dr. Ir. Suripin, M.Eng.2004)
2.1.2 Sistem Jaringan Drainase
Sistem jaringan drainase perkotaan umumnya dibagi atas 2 bagian, yaitu:
a) Sistem Drainase Mayor

xi
Sistem drainase mayor yaitu sistem saluran/badan air yang menampung dan
mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan air hujan (Catchment Area). Pada
umumnya sistem drainase mayor ini disebut juga sebagai sistem saluran
pembuangan utama (major system) atau drainase primer. Sistem jaringan ini
menampung aliran yang berskala besar dan luas seperti saluran drainase primer,
kanal- kanal atau sungai-sungai. Perencanaan drainase makro ini umumnya
dipakai dengan periode ulang antara 5 sampai 10 tahun dan pengukuran topografi
yang detail mutlak diperlukan dalam perencanaan sistem drainase ini.

b) Sistem Drainase Mikro


Sistem drainase mekro yaitu sistem saluran dan bangunan pelengkap drainase
yang menampung dan mengalirkan air dari daerah tangkapan hujan. Secara
keseluruhan yang termasuk dalam sistem drainase mikro adalah saluran di
sepanjang sisi jalan, saluran atau selokan air hujan di sekitar bangunan, gorong-
gorong, saluran drainase kota dan lain sebagainya dimana debit air yang dapat
ditampungnya tidak terlalu besar. Pada umumnya drainase mikro ini direncanakan
untuk hujan dengan masa ulang 2, 5 atau 10 tahun tergantung pada tata guna lahan
yang ada. Sistem drainase untuk lingkungan permukiman lebih cenderung sebagai
sistem drainase mikro.
2.2 Penyaringan atau Filtrasi Limpasan Air Drainase
Filtrasi adalah suatu proses pemisahan zat padat dari fluida (cairan maupun
gas) yang membawanya menggunakan suatu media berpori atau bahan berpori
untuk menghilangkan sebanyak mungkin zat padat halus yang tersuspensi dan
koloid. Pada pengolahan air minum filtrasi digunakan untuk menyaring hasil dari
proses koagulasi, flokulasi, sedimentasi sehingga dihasilkan air minum dengan
kualitas tinggi. Selain mereduksi kandungan zat padat, filtrasi dapat pula
mereduksi kandungan bakteri, menghilangkan warna, rasa, bau besi dan mangan
(Masduqi, 2002).
Adapun penelitian ini menggunakan cara Saringan Pasir Lambat (Slow Sand
Filter). Menurut Standar Nasional Indonesia (2008), Slow Sand Filter atau
Saringan Pasir Lambat adalah saringan yang menggunakan pasir sebagai media
penyaringan dengan ukuran butiran sangat kecil, namun mempunyai kandungan

xii
kuarsa yang tinggi. Proses penyaringan berlangsung secara gravitasi, sangat
lambat, dan simultan pada seluruh permukaan media. Proses penyaringan
merupakan kombinasi antara proses fisis (filtrasi, sedimentasi dan adsorbsi),
proses biokimia dan proses biologis. Saringan pasir lambat lebih cocok mengolah
air baku, yang mempunyai kekeruhan sedang sampai rendah, dan konsentrasi
oksigen terlarut (dissolved oxygen) sedang sampai tinggi (Rachmat Quddus,
2014).
Pada proses filtrasi atau penyaringan luapan air pada drainase digunakan
bahan-bahan berpori atau medium pori, sebagai berikut:
a. Pasir
Berdasarkan penjelasan yang sudah dibahas sebelumnya bahwa pasir yang
digunakan untuk medium pori dapat menggunakan pasir yang memiliki
ukuran pori sangat kecil dan mengandung kuarsa yang cukup tinggi.
b. Ijuk
Ijuk berfungsi sebagai penyaring kotoran yang ukurannya lebih besar dan
memiliki kelenturan sekaligus kepadatan sehingga mudah menyaring kotoran
besar pada air (Kumalasari dan Satoto, 2011).
c. Batu Apung
Batu Apung merupakan batuan yang banyak mengandung mineral silikat
dan pori-pori yang berukuran mikro sehingga sangat baik digunakan sebagai
medium pori pada saat penyaringan karena batu apung dapat menyerap
banyak kandungan logam yang terdapat di limpasan air drainase (Aditiya dan
Ardian, 2013).
2.3 Pemurnian dengan Biji Kelor
Penjernihan air dengan biji kelor (Moringa Oleifera) dapat dikatakan
penjernihan air dengan bahan kimia, karena tumbukan halus biji kelor dapat
menyebabkan terjadinya gumpalan (koagulan) pada kotoran yang terkandung
dalam air. Cara penjernihan ini sangat mudah dan dapat digunakan di daerah
pedesaan yang banyak tumbuh pohon kelor.
Biji buah kelor mengandung senyawa bioaktif rhamnosyloxy-benzil-
isothiocyanate, yang mampu mengadopsi dan menetralisir partikel-partikel
lumpur serta logam yang terkandung dalam limbah suspensi dengan partikel

xiii
kotoran melayang dalam air, sehingga sangat potensial digunakan sebagai
koagulan alami untuk membersihkan air sehingga layak minum. Kelebihan biji
buah kelor sebagai koagulan dibanding koagulan kimia yang biasa digunakan
seperti tawas adalah kemampuannya untuk mengendapkan berbagai ion logam
terlarut dan bakteri-bakteri berbahaya disamping mudah dperoleh di lingkungan
sekitar. Hasil penelitian Madsen dan Dchulundt serta Grabow dkk menunjukkan
bahwa serbuk biji kelor mampu menumpas bakteri Escherichia coli,
Streptocoocus faecalis dan Salmonella typymurium, sehingga di Afrika biji kelor
dimanfaatkan untuk mendeteksi pencemaran air oleh bakteri-bakteri tadi. Serbuk
biji kelor juga dapat menurunkan kadar ion Fe, Cu dan Mn.
Adapun proses pembuatan bubuk biji kelor adalah sebagai berikut:
1. Kupas biji kelor dan bersihkan kulitnya.
2. Biji yang sudah bersih dibungkus dengan kain, kemudian ditumbuk sampai
halus betul. Penumbukan yang kurang halus dapat menyebabkan kurang
sempurnanya proses penggumpalan.
3. Campur tumbukkan biji kelor dengan air keruh dengan perbandingan 1 biji : 1
lt air keruh.
4. Campur tumbukkan biji kelor dengan sedikit air sampai berbentuk pasta.
5. Masukkan pasta biji kelor ke dalam air kemudian diaduk.
6. Aduklah secara cepat 30 detik, dengan kecepatan 55-60 putaran/menit.
7. Kemudian aduk lagi secara berlahan dan beraturan selama 5 menit dengan
kecepatan 15-20 putaran/menit.
8. Setelah dilakukan pengadukan, air diendapkan selama 1-2 jam. Makin lama
waktu pengendapan makin jernih air yang diperoleh.
9. Pisahkan air yang jernih dari endapan. Pemisahan harus dilakukan dengan
hati-hati agar endapan tidak naik lagi.
10. Pada dasar bak pengendapan diberi kran yang dapat dibuka, sehingga
endapan dapat dikeluarkan bersama-sama dengan air kotor.
2.4 Sumur Resapan
Air hujan, sebagai salah satu sumber air yang banyak dimanfaatkan, perlu
dijaga kelestariannya. Kemungkinan terbaik upaya melestarikan air tanah adalah
dengan mengendalikan bagian curah hujan yang mengalir di atas permukaan

xiv
tanah. Salah satu cara adalah dengan membuat sumur resapan air hujan.
Pengertian sumur resapan air hujan itu sendiri adalah suatu sarana untuk
menampung limpasan, khususnya dari air hujan yang jatuh di atas tanah atau
halaman rumah yang dialirkan menuju ke sumur resapan dan meresapkannya ke
dalam tanah. Fungsi peresapan air dipertahankan dengan membangun berbagai
fasilitas resapan air hujan, berupa sumur resapan maupun parit resapan air hujan
sesuai dengan kapasitasnya. Dalam konteks ini perlu diperhatikan pula setiap
penyelesaian desain tekniknya dengan usaha mempertahankan daya dukung
lingkungan.
Pada persyaratan jarak minimum sumur resapan tersebut terlihat bahwa jarak
minimum penempatan sumur resapan air hujan dengan saluran air limbah dan
tempat pembuangan sampah minimum 8 m. Persyaratan ini dimaksudkan untuk
mencegah terjadinya kontaminasi air hujan yang masuk ke dalam sumur resapan
dengan air limbah. Dalam persyaratan teknis pembuatan sumur resapan tersebut di
atas, yang menyatakan bahwa air yang masuk ke dalam sumur harus bebas dengan
kontaminasi pencemaran air limbah, maka penempatan sumur resapan di bawah
saluran drainase tepi jalan kurang tepat.
2.5 Standar Elevasi Air Limpasan

xv
Gambar 2.1 Penampang dan Rumus Drainase
BAB III
METODE PENULISAN
3.1 Sumber dan Jenis Data
Data-data yang dipergunakan dalam penyusunan karya tulis ini berasal dari
berbagai literatur kepustakaan yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas.
Beberapa jenis referensi utama yang digunakan adalah jurnal ilmiah dan artikel
ilmiah yang bersumber dari internet. Jenis data yang diperoleh variatif, bersifat
kualitatif maupun kuantitatif.
3.2 Pengumpulan Data
Metode penulisan bersifat studi pustaka. Informasi didapatkan dari berbagai
literatur dan disusun berdasarkan hasil studi dari informasi yang diperoleh.
Penulisan diupayakan terkait antar satu sama lain dan sesuai dengan topik yang
dibahas.
3.3 Analisis Data
Data yang terkumpul diseleksi dan diurutkan sesuai dengan topik kajian.
Kemudian dilakukan penyusunan karya tulis berdasarkan data yang telah

xvi
dipersiapkan secara logis dan sistematis. Teknik analisis data bersifat deskriptif
argumentatif.
3.4 Penarikan Kesimpulan
Simpulan didapatkan setelah merujuk kembali pada rumusan masalah, tujuan
penulisan, manfaat penulisan, serta pembahasan. Simpulan yang ditarik
mempresentasikan pokok bahasan karya tulis, serta didukung dengan saran praktis
sebagai rekomendasi selanjutnya.

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Rancangan Inovasi Drainase Pencegah Banjir


Rancangan sistem drainase ini pada awalnya sama seperti rancangan drainase
pada umumnya. Penulis hanya memodifikasi aliran limpasannya, dimana sebelum
dimodifikasi limpasan langsung lari ke laut atau ke sungai, akan tetapi disini
penulis memodifikasi agar limpasan air hujan tidak langsung menuju sungai atau
laut sehingga rancangan drainasenya akan dimodifikasi agar air hujan tidak
langsung menuju laut atau sungai dengan menggunakan standar elevasi drainase.
Prosesnya adalah ketika air hujan melewati standar elevasi tersebut, maka air yang
melebihi elevasi drainase akan menuju ke bak penampung yang berada di tanah
lapang atau taman kota milik Pemerintah, dimana pada in flow bak penampungan
ada penyaringan air berupa saringan lambat yang terdapat ijuk, pasir dan batu
apung. Di dalam bak penampungan, air limpasan hujan akan tersimpan sementara
yang akan dapat digunakan saat musim kemarau. Apabila pada bak penampungan

xvii
air limpasan hujan penuh, maka air limpasan akan di salurkan ke sumur resapan
yang berada di sebelah bak penampungan. Sumur resapan ini bertujuan untuk
membantu infiltrasi air ke dalam tanah. Pada saat musim kemarau tiba air yang
berada pada bak penampungan, akan di salurkan ke rumah-rumah warga terdekat.
4.2 Mekanisme Penyaringan Limpasan Drainase
Mekanisme penyaringan air yang didapatkan dari limpasan drainase tergolong
belum dapat digunakan secara langsung karena masih mengandung kotoran dan
bahan kimia lainnya sehingga perlu disaring (difiltrasi) agar dapat langsung
disalurkan ke rumah-rumah warga. Bahan-bahan yang digunakan sebagai medium
pori dalam penyaringan adalah pasir, ijuk, batu apung. Mekanisme penyaringan
ini menggunakan metode saringan pasir lambat. Penggunaan metode saringan
lambat dimaksudkan, agar saat air melalui penyaringan tidak tersumbat karena
pori-pori dari pasir sangat kecil sehingga dapat memperpanjang umur saringan
tersebut. Adapun keuntungan dari filtrasi, yaitu dapat digunakan di desa atau
tempat terpencil yang jauh dari kota sedangkan kerugian dari penggunaan filtrasi
adalah bahan penyaring harus sering diganti, air hasil filtrasi harus dimasak dulu
sebelum diminum, air tidak bisa dialirkan secara teratur karena air dalam jumlah
tertentu harus diendapkan dulu.
4.3 Mekanisme Pemurnian Air
Mekanisme pemurnian air limpasan menggunakan biji kelor yang sudah
ditumbuk hingga halus hingga menjadi serbuk. Biji kelor (Moringa Oleifera) yang
sudah ditumbuk diletakan pada bak penampungan. Serbuk biji kelor dapat
menyebabkan terjadinya gumpalan (koagulan) pada kotoran yang terkandung
dalam air. Cara penjernihan ini sangat mudah dan dapat digunakan di daerah
pedesaan yang banyak tumbuh pohon kelor. Proses pemurnian air menggunakan
biji kelor dapat dilihat pada Gambar 4.1.

xviii
Gambar 4.1 Diagram Pemurnian Air Menggunakan Biji Kelor

Air yang sudah dimurnikan menggunakan serbuk biji kelor dapat langsung
disalurkan ke rumah-rumah warga. Perlu diketahui bahwa air yang disalurkan
harus langsung digunakan oleh masyarakat agar dapat dijadikan air minum,
apabila didiamkan atau tidak langsung digunakan maka fungsi serbuk biji kelor
ini akan hilang sehingga air nya tidak bisa diminum dan hanya dapat digunakan
sebagai air bersih.
4.4 Mekanisme Penyaluran Kelebihan Air Pada Bak Penampungan Ke
Sumur Resapan
Pada saat musim kemarau tiba air yang sudah tertampung akan disuplai atau
disalurkan ke rumah-rumah warga atau penduduk. Hal ini dilakukan untuk
mengatasi atau mencegah terjadiya kekurangan air bersih atau krisis air bersih
yang menyebabkan masyarakat kesusahan mencari sumber mata air untuk
kebutuhan sehari-hari. Jika suatu saat air yang ada di bak penampungan penuh dan
mengalami kelebihan elevasi di bak penampung yang direncakan sebelum musim
kemarau tiba, maka kelebihan air akibat limpasan drainase dapat kita salurkan ke

xix
sumur resapan sehingga kembali menjadi air tanah. Keuntungan lain apabila air
disalurkan ke sumur resapan adalah air dapat kembali meresap ke dalam tanah
sebagaimana mestinya (Teguh Permana, 2018).
Sumur-sumur resapan ini dapat dibuat di tanah-tanah lapang atau taman-taman
kota miliki pemerintah dengan mengajukan kerjasama agar solusi atau ide dapat
direalisasikan sepenuhnya. Secara umum sumur resapan adalah sumur atau lubang
pada permukaan tanah yang biasanya dimanfaatkan untuk menampung air hujan
agar dapat meresap ke dalam tanah (Kusnaedi, 2011). Sistem resapan buatan ini
dapat menampung air hujan melalui atap bangunan atau aliran permukaan yang
tidak terserap oleh permukaan tanah, dapat berbentuk sumur, kolam resapan,
saluran porous (berpori), dan sejenisnya (Fakhrudin, 2010). Berdasarkan
penjelasan tadi maka sumur resapan dapat digunakan dan dimanfaatkan untuk
menyalurkan kelebihan air yang ada di bak penampungan saat musim hujan
sebelum sempat disalurkan ke rumah-rumah penduduk sehingga dapat menjadi air
tanah.
4.5 Mekanisme Penyuplaian Air Kepada Masyarakat
Penyuplaian air yang tertampung pada bak penampungan akibat limpasan dari
drainase akan disalurkan ke rumah-rumah warga atau penduduk disekitarnya
menggunakan pipa. Namun, sebelum itu perlu diperhatikan sistem transmisi
(penyediaan) air bersih yang disalurkan. Sistem penyediaan air bersih ini harus
efisien dan cukup efektif agar air dapat menjangkau rumah warga atau rumah
penduduk sepenuhnya. Sistem transmisi air bersih adalah sistem perpipaan dari
bak penampungan air akibat limpasan drainase ke rumah-rumah warga atau
penduduk (Fenny Nelwan, 2013). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
menentukan sistem transmisi adalah:
a. Tipe pengaliran jaringan pipa transmisi
b. Menentukan tempat bak pelepas tekan
c. Menghitung panjang dan diameter pipa
d. Jalur pipa sebaiknya mengikuti jalan raya dan dipilih jalur yang tidak
memerlukan banyak perlengkapan
e. Perlengkapan yang ada pada sistem transmisi perpipaan air bersih adalah:
Wash out, Air valve, Blow off, Gate valve, Pompa.

xx
Jenis pipa yang dapat digunakan adalah pipa HDPE dengan ukuran diamter 1
dm untuk menyalurkan air. Penyuplaian air ke rumah-rumah warga atau
penduduk, selain menggunakan pipa, digunakan pula pompa untuk memberikan
tekanan pada air di bak penampungan dengan memanfaatkan gaya gravitasi
sehingga air dapat mengalir pada pipa. Pompa dipandang sebagai alat untuk
menambah debit dan tekanan. Pada sistem transmisi (penyediaan) atau distribusi,
perlu menggunakan pompa jika kondisi daerah yang direncanakan memiliki
elevasi sumber air yang lebih rendah dari pemukiman. Head total pompa yang
harus disediakan untuk mengalirkan jumlah air yang direncanakan (Fenny
Nelwan, 2013).

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapatkan, yaitu:
1. Ketika air hujan melewati standar elevasi drainase, maka air yang melebihi
elevasi drainase akan menuju ke bak penampung yang berada di tanah lapang
atau taman kota milik Pemerintah, dimana pada in flow bak penampungan ada
penyaringan air berupa saringan lambat yang terdapat ijuk, pasir dan batu
apung. Di dalam bak penampungan, air limpasan hujan akan tersimpan
sementara yang akan dapat digunakan saat musim kemarau. Apabila pada bak

xxi
penampungan air limpasan hujan penuh, maka air limpasan akan di salurkan
ke sumur resapan yang berada di sebelah bak penampungan. Sumur resapan
ini bertujuan untuk membantu infiltrasi air ke dalam tanah. Pada saat musim
kemarau tiba air yang berada pada bak penampungan, akan di salurkan ke
rumah-rumah warga terdekat.
2. Mekanisme penyaringan air yang didapatkan dari limpasan drainase tergolong
belum dapat digunakan secara langsung karena masih mengandung kotoran
dan bahan kimia lainnya sehingga perlu disaring (difiltrasi) agar dapat
langsung disalurkan ke rumah-rumah warga.
3. Mekanisme pemurnian air limpasan menggunakan biji kelor yang sudah
ditumbuk hingga halus hingga menjadi serbuk. Biji kelor (Moringa
Oleifera) yang sudah ditumbuk diletakan pada bak penampungan.
4. Mekanisme penyaluran kelebihan air pada bak penampungan ke sumur
resapan, yaitu pada saat musim kemarau tiba air yang sudah tertampung akan
disuplai atau disalurkan ke rumah-rumah warga atau penduduk. Jika suatu saat
air yang ada di bak penampungan penuh dan mengalami kelebihan elevasi di
bak penampung yang direncakan sebelum musim kemarau tiba, maka
kelebihan air akibat limpasan drainase dapat kita salurkan ke sumur resapan
sehingga kembali menjadi air tanah.
5. Air yang tertampung pada bak penampungan akibat limpasan dari drainase
akan disalurkan ke rumah-rumah warga atau penduduk disekitarnya
menggunakan pipa.
5.2 Saran
Untuk merealisasikan pembuatan bak penampung dan sumur resapan ini perlu
adanya dukungan dan kerjasama dari semua pihak, mulai dari masyarakat
setempat dan pemerintah yang akan menggunakan fasilitas tersebut, sehingga
pembuatan bak penampung dan sumur resapan dapat berdampak baik bagi
lingkungan setempat.

xxii
DAFTAR PUSTAKA

Aditiya dan Ardian. 2013. Pengaruh Ukuran Partikel Batu Apung Terhasap
Kemampuan Serapan Cairan Limbah Logam Berat. Universitas Andalas.
Kota Padang.

Al Azharia Jahn, Samia. 1981. Traditional Water Purification in Tropical


Developing Countries: Existing Methods and Potential Application.
Eschborn: GTZ.

xxiii
Anonim. 2008. SNI 03-3981-2008. Perencanaan Instalasi Saringan Pasir
Lambat.

Departemen Pekerjaan Umum. 2005. Dasar-Dasar Perencanaan Drainase Jalan.


Modul RDE-07.

Dimitri Fairizi. 2015. Analisis Dan Evaluasi Saluran Drainase Pada Kawasan
Perumnas Talang Kelapa Di Subdas Lambidaro Kota Palembang.
Universitas Sriwijaya. Palembang.

Endah dan Very. 2012. Studi Pengembangan Sistem Drainase Perkotaan


Berwawasan Lingkungan. Universitas Brawijaya. Malang.

Fakhrudin, M. 2010. Kajian Sumur Resapan Sebagai Pengendali Banjir dan


Kekeringan Di Jabodetabek. Jurnal LIMNOTEK 17 (1), April, 8 – 16.

Fenny Nelwan. 2013. Perencanaan Jaringan Air Bersih Desa Kima Bajo
Kecamatan Wori. Universitas Sam Ratulangi. Manado.

Kumalasari dan Satoto. 2011. Teknik Praktis Pengolahan Air Kotor Menjadi Air
Bersih Hinga Layak Diminum. Laskar Aksara: Jakarta. Fiona Watt.

Kusnaedi. 2011. Sumur Resapan Untuk Pemukiman Perkotaan dan Pedesaan,


Penebar Swadaya. Jakarta.

Novi Nanda. 2018. Analisis Hidrograf Satuan Terukur (Hst) Das Way Besai.
Universitas Lampung. Lampung.

Rachmat Quddus. 2014. Teknik Pengolahan Air Bersih Dengan Sistem Saringan
Pasir Lambat (Downflow) Yang Bersumber Dari Sungai Musi. Universitas
Sriwijaya. Kota Palembang.

Ridzqa Fachri. 2015. Pemantauan Daerah Rawan Banjir Berbasis Spasial.


Universitas Hasanuddin. Makassar.

Seyhan. 1990. Dasar-Dasar Hidrologi. Gadjah Mada University Press.


Yogyakarta.

xxiv
Suripin M.Eng,Dr.Ir. 2004. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Penerbit
Andi:Yogyakarta.

Teguh Permana. 2018. Perancangan Dan Pemanfaatan Penampung Air Hujan


Skala Unit Rumah Di Perumahan Alam Sinar Sari Dramaga. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.

LAMPIRAN-LAMPIRAN

xxv
Gambar Lampiran 1. Ilustrasi bak Penampungan di lapangan

Gambar Lampiran 2. Detail bak Penampungan

Gambar Lampiran 3. Ilustrasi Penempatan Bak di lapangan

xxvi
Gambar Lampiran 4. Ilustrasi bak Penampungan,Penyaringan dan
pemurnian

Gambar Lampiran 5. Ilustrasi letak bak penampungan di bawah tanah

Gambar Lampiran 6. Ilustrasi sumur resapan

xxvii
Gambar Lampiran 7. Ilustrasi bak penmapungan tampak samping

Gambar Lampiran 8. Ilustrasi Saluran Drainase di lapangan

Gambar Lampiran 9. Ilustrasi penyerapan air limpasan di lapangan

xxviii
Gambar Lampiran 10. Ilustrasi tampak 3D bak penampungan

Gambar Lampiran 11. Ilustrasi pemberian air ke rumah warga

Gambar Lampiran 12. Ilustrasi graywater warga

xxix
Gambar Lampiran 13. Ilustrasi penerimaan air limpasan

Gambar Lampiran 14. Ilustrasi drainase jalan raya

Gambar Lampiran 15. Ilustrasi gorong-gorong jalan raya

xxx
Gambar Lampiran 16. Ilustrasi drainase dan bak penampungan tampak
depan

Gambar Lampiran 17. Ilustrasi drainase rencana

xxxi

Anda mungkin juga menyukai