Anda di halaman 1dari 1

TUGAS DAN KEWENANGAN BANK INDONESIA PASCA DIBENTUKNYA OTORITAS

JASA KEUANGAN

Dengan didirikannya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) maka pada dasarnya tugas dan
kewenangan Bank Indonesia dalam bidang perbankan beralih pada OJK sehingga
kewenangan bank Indonesia difokuskan pada kebijakan moneter dan sistem pembayaran.
Bank Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia
sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 tahun 2004 (selanjutnya disebut
sebagai UU Bank Indonesia). Bank Indonesia didirikan untuk mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah dengan melaksanakan kebijakan moneter secara berkelanjutan,
konsisten, transparan, dan dengan mempertimbangkan kebijakan umum pemerintah (Pasal 7
UU Bank Indonesia). Menurut Pasal 8 UU Bank Indonesia, Bank Indonesia bertugas dan
berwenang untuk menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga
sistem pembayaran, serta mengatur dan mengawasi bank. Namun dengan dibentuknya OJK
menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang OJK (UU OJK), terdapat peralihan
kewenangan dari Bank Indonesia kepada OJK dalam hal pengaturan dan pengawasan Bank.

Pembentukan OJK pada mulanya sudah ditetapkan dalam Pasal 34 UU Bank Indonesia
yang menyatakan bahwa tugas mengawasi bank akan dilakukan oleh lembaga pengawasan
sektor jasa keuangan yang independen, dan dibentuk dengan undang-undang.OJK berfungsi
menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap
keseluruhan kegiatan sektor jasa keuangan (Pasal 5 UU OJK). Sektor jasa keuangan
tersebut mencakup perbankan. Pasal 6 UU OJK secara tegas menyatakan bahwa pihaknya
melakukan pengaturan dan pengawasan sektor perbankan, pasar modal, perasuransian,
serta jasa keuangan lainnya. Pasal 55 ayat (2) UU OJK menyatakan bahwa dengan
dibentuknya OJK maka fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan serta pengawasan
perbankan beralih dari Bank Indonesia ke OJK mulai 31 Desember 2013. Dengan demikian,
tugas dan kewenangan Bank Indonesia yang semula mencakup sektor perbankan beralih
kepada OJK.

Dari penjelasan di atas, dapat dilihat bahwa UU OJK merupakan hukum yang lebih baru
(lex posterior) dan khusus (lex specialis) dibandingkan dengan UU Bank Indonesia dan hanya
mengambil alih tugas dan kewenangan di bidang perbankan. Mengingat UU Bank Indonesia
merupakan ketentuan yang lebih umum dan terdahulu, maka apa yang diatur dalam UU Bank
Indonesia, selama belum diubah atau dicabut dengan undang-undang lain, tetap berlaku.
Dengan demikian, tugas dan kewenangan yang masih melekat pada Bank Indonesia saat ini
adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter serta mengatur dan menjaga
sistem pembayaran.

Kebijakan moneter tersebut pada dasarnya adalah kebijakan untuk memelihara


kestabilan nilai rupiah dengan mengendalikan jumlah uang yang beredar dan/atau
mengontrol suku bunga (Pasal 1 angka 10 UU Bank Indonesia). Pada dasarnya kebijakan
tersebut adalah untuk menjaga perekonomian Indonesia agar tidak terjadi inflasi, deflasi, atau
penurunan tingkat perekonomian akibat terlalu banyak atau sedikitnya uang yang beredar
dan/atau karena tidak stabilnya nilai rupiah. Dalam hal tersebut, Bank Indonesia
memperhatikan laju inflasi, melaksanakan kebijakan nilai tukar, mengelola cadangan devisa,
melakukan pengaturan kredit/pembiayaan,pengendalian operasi di pasar uang, dan lain
sebagainya. Sedangkan, sistem pembayaran adalah suatu sistem yang yang digunakan
untuk melaksanakan pemindahan dana sebagai pelaksanaan kegiatan ekonomi tertentu
(Pasal 1 angka 6 UU Bank Indonesia). Singkatnya, Bank Indonesia tetap memegang kendali
untuk aliran pemindahan dana antar suatu perangkat keuangan ke perangkat keuangan
lainnya, salah satunya adalah transfer antar bank. Terkait hal tersebut, Bank Indonesia
berwenang untuk memberikan persetujuan penyelenggaraan jasa sistem pembayaran,
menetapkan penggunaan alat pembayaran (seperti kartu debet, uang elektronik, dan
lainnya), mengatur sistem kliring dan menyelenggarakan penyelesaian transaksi antar bank,
menetapkan jenis dan spesifikasi material untuk digunakan sebagai uang, dan lain
sebagainya. Dengan demikian, Bank Indonesia memiliki kewenangan yang bersifat lebih
makro untuk menjaga kestabilan ekonomi dari segi moneter dan juga untuk mengendalikan
lalu lintas sistem pembayaran.

Anda mungkin juga menyukai