Pencegahan Radikalisme Di Kalangan Remaja Melalui Pendekatan Konseling Multi Budaya
Pencegahan Radikalisme Di Kalangan Remaja Melalui Pendekatan Konseling Multi Budaya
E-ISSN : 2460-5794
A. PENDAHULUAN
Dalam era yang terus berkembang, tantangan kompleks terkait radikalisme
semakin merambah ke berbagai aspek masyarakat, termasuk kalangan remaja.
Radikalisme, yang tidak hanya terbatas pada dimensi politik, tetapi juga mencakup
aspek sosial, budaya, dan keagamaan, telah menjadi perhatian serius di tingkat global.
Di tengah dinamika perubahan sosial dan perkembangan teknologi, remaja, sebagai
kelompok rentan, sering kali terpapar oleh berbagai pengaruh eksternal yang dapat
membentuk pandangan dan sikap mereka terhadap dunia.
Penting untuk diakui bahwa radikalisme dapat muncul dari berbagai motif,
termasuk isu-isu sosial, politik, budaya, dan agama. Dalam konteks ini, upaya
pencegahan radikalisme haruslah melibatkan pendekatan yang holistik dan
komprehensif. Melihat pada perkembangan remaja, masa transisi dari kanak-kanak
menuju dewasa, menjadi krusial untuk memahami dinamika yang memengaruhi pola
1
Copyright © XXXX Hak Cipta dilindungi undang-
undang
Jurnal Edukasi: Jurnal Bimbingan Konseling Vol. X, No. X, XXXX
DOI : 10.22373/je.v8i2.XXXXX
pikir mereka. Pada fase ini, remaja tidak hanya menghadapi perubahan fisik, tetapi juga
mencari identitas dan nilai-nilai hidup yang dapat membimbing mereka dalam
menjalani kehidupan dewasa.
Paradigma psikologi remaja memberikan wawasan mendalam terkait dengan
faktor-faktor internal yang memengaruhi perilaku remaja. Aspek-aspek seperti kontrol
diri, hubungan sosial, kebebasan pribadi, dan pengembangan nilai-nilai menjadi fokus
utama dalam pendekatan ini. Memahami dinamika emosi remaja yang seringkali tidak
stabil di masa transisi ini membantu kita merancang strategi pencegahan yang lebih
efektif.
Di sisi lain, pendekatan konseling multibudaya juga menjadi landasan krusial
dalam menghadapi tantangan radikalisme. Dengan masyarakat yang semakin beragam
secara sosial, budaya, dan keagamaan, penting untuk menciptakan suatu lingkungan
yang menghormati dan mengapresiasi perbedaan. Workshop, seminar, atau kegiatan
kreatif lainnya dapat menjadi sarana efektif untuk melibatkan remaja dalam diskusi
terbuka tentang keberagaman, sehingga memperkuat sikap toleransi dan nasionalisme.
Artikel ini mencoba merangkai dua pendekatan utama, yaitu paradigma
psikologi remaja dan pendekatan konseling multibudaya, sebagai suatu kerangka kerja
pencegahan radikalisme di kalangan remaja. Dengan menggabungkan pemahaman
mendalam terhadap faktor-faktor internal remaja dan langkah-langkah konkret dalam
mendukung keberagaman, diharapkan artikel ini dapat memberikan kontribusi
signifikan pada upaya mencegah penyebaran ideologi radikal di kalangan generasi muda.
B. METODE
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan
metode studi kasus. Subjek penelitian adalah para pelajar yang rentan terpapar
radikalisme. Prosedur penelitian dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu tahap
persiapan, tahap pengumpulan data, tahap analisis data, dan tahap penulisan laporan
penelitian.
2
Copyright © XXXX Hak Cipta dilindungi undang-undang
Andin Fitriansyah, Harwanti Noviandari - Pencegahan Radikalisme di Kalangan Remaja Melalui
Pendekatan Konseling Multibudaya
"radix," yang mengacu pada prinsip atau dasar. Dalam kamus bahasa Indonesia,
"radikal" mencerminkan sesuatu yang mendasar atau sampai pada prinsip. Dalam
bahasa Inggris, "radical" dapat diartikan sebagai ekstrem, menyeluruh, fanatik,
revolusioner, ultra, dan fundamental. "Radicalism" dalam konteks ini mengacu pada
doktrin atau praktik dari paham radikal atau ekstrem. Radikalisme sendiri
menggambarkan pandangan atau aliran yang ingin mencapai perubahan atau
pembaharuan sosial dan politik melalui metode kekerasan atau tindakan drastis. Oleh
karena itu, gejala radikalisme dapat muncul dalam masyarakat dengan berbagai motif,
termasuk yang bersifat sosial, politik, budaya, dan agama, yang ditandai oleh tindakan
keras, ekstrem, dan anarkis sebagai bentuk penolakan terhadap gejala yang dihadapi.
Paradigma Psikologi Remaja Dalam Penanggulangan Radikalisme
Paradigma psikologi remaja memainkan peran kunci dalam mengatasi
radikalisme. Masa Remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menujut masa
dewasa, antara kedua fase inilah remaja mudah sekali terpengaruh emosinya (Hurlock,
2004). Pada fase ini, emosi remaja sering cendrung tidak stabil, sehingga diperlukan
perhatian secara khusus. Kesadaran akan perubahan fisik dan identitas diri menjadi
penting, karena remaja sedang mencari jati diri dipengaruhi oleh lingkungannya. Dalam
konteks ini, lingkungan positif sangat diperlukan untuk menghindarkan mereka dari
pengaruh negatif yang dapat mendorong ke arah radikalisme.
Pentingnya pengembangan psikologis remaja, sebagaimana dijelaskan oleh
Santrock, mencakup kesadaran akan perubahan biologis, keterikatan kepada teman atau
kelompok, dorongan untuk mencapai kebebasan pribadi, dan keinginan untuk
memantapkan filsafat hidup dan nilai-nilai. Masa remaja yang rentan dan sensitif
membutuhkan perhatian khusus, dan tugas perkembangan remaja, seperti yang
diungkapkan oleh Havigurst, melibatkan tanggung jawab sosial dan pengembangan
nilai-nilai dalam masyarakat. Konsep kontrol diri juga menjadi aspek krusial dalam
memahami perilaku remaja. Teori "Low Self Control" oleh Hirschi dan Gottfredson
menekankan bahwa individu dengan kontrol diri rendah cenderung impulsif, suka
berisiko, dan berpikiran sempit. Oleh karena itu, pembentukan kontrol diri yang kuat
dapat membantu mencegah perilaku menyimpang, termasuk potensi terjerumus ke
dalam radikalisme.
3
Copyright © XXXX Hak Cipta dilindungi undang-undang
Jurnal Edukasi: Jurnal Bimbingan Konseling Vol. X, No. X, XXXX
DOI : 10.22373/je.v8i2.XXXXX
4
Copyright © XXXX Hak Cipta dilindungi undang-undang
Andin Fitriansyah, Harwanti Noviandari - Pencegahan Radikalisme di Kalangan Remaja Melalui
Pendekatan Konseling Multibudaya
5
Copyright © XXXX Hak Cipta dilindungi undang-undang
Jurnal Edukasi: Jurnal Bimbingan Konseling Vol. X, No. X, XXXX
DOI : 10.22373/je.v8i2.XXXXX
6
Copyright © XXXX Hak Cipta dilindungi undang-undang
Andin Fitriansyah, Harwanti Noviandari - Pencegahan Radikalisme di Kalangan Remaja Melalui
Pendekatan Konseling Multibudaya
D. PENUTUP
Dalam menanggulangi radikalisme di kalangan remaja, paradigma psikologi
remaja dan pendekatan konseling multibudaya memiliki peran kunci. Masa remaja,
sebagai fase transisi, memerlukan perhatian khusus terhadap perubahan emosional dan
pencarian identitas. Konteks inilah paradigma psikologi remaja memiliki relevansi untuk
menciptakan lingkungan positif yang dapat melindungi remaja dari pengaruh
radikalisme. Sementara itu, pendekatan konseling multibudaya bukan hanya tentang
menghargai perbedaan kelompok, tetapi juga mengakui keberagaman dalam setiap
individu. Dengan mengaplikasikan pendekatan ini, ruang gerak radikalisme dapat
dipersempit, terutama dengan memahami nilai-nilai partikular dan universal dalam
berbagai agama.
Selanjutnya, kesadaran multikultural, pengetahuan multibudaya, dan
keterampilan multibudaya menjadi fondasi utama bagi konselor yang ingin berhasil
dalam konseling multibudaya. Hal ini mencakup pemahaman terhadap perilaku
konselor yang dipengaruhi oleh latar belakang budayanya sendiri, pengetahuan
mendalam tentang konsep multibudaya, dan kemampuan membantu konseli dengan
beragam latar belakang budaya. Kombinasi ketiga aspek tersebut dapat memperkuat
keterampilan konselor dalam menciptakan lingkungan konseling yang mendukung dan
inklusif. Terakhir, peran pendidikan dalam membentuk kesadaran pluralis-inklusif di
7
Copyright © XXXX Hak Cipta dilindungi undang-undang
Jurnal Edukasi: Jurnal Bimbingan Konseling Vol. X, No. X, XXXX
DOI : 10.22373/je.v8i2.XXXXX
masyarakat sangat penting. Jalur konseling terhadap peserta didik menjadi instrumen
efektif dalam internalisasi nilai-nilai multibudaya. Melalui pendekatan ini, diharapkan
muncul sikap beradab pada peserta didik, mengurangi kesalahpahaman mengenai
perbedaan, dan mencegah potensi radikalisme di kalangan pelajar.
Dengan demikian, kesimpulan dari artikel ini adalah bahwa kombinasi
paradigma psikologi remaja, pendekatan konseling multibudaya, dan peran pendidikan
dapat menjadi landasan kokoh dalam menanggulangi radikalisme di kalangan remaja,
melalui pemahaman, penghargaan, dan inklusivitas terhadap keberagaman.
DAFTAR REFERENSI
Abdullah, Amin. 2007. Kesadaran Multikultural : Sebuah Gerakan “Interest
Minimalization” Dalam Meredakan Konflik Sosial, Pengantar dalam Buku
Pendidikan Multikultural : Crosscultural Understanding Untuk Demokrasi dan
Keadilan. Yogyakarta: Pilar Media.
Aijudin, Anas, 2011, Peran Pesantren Al Muayyad Windan Dalam Transformasi Konflik
Keagamaan Di Surakarta, Tesis diterbitkan. Semarang: PPs UIN Sunan Kalijaga.
Azyumardi, Azra. 2011. Rekrutmen Anak Sekolah. Jurnal UIN Jakarta,(Online),
(http://www.uinjkt.ac.id/index.php/sec tion-blog/28-artikel/1912--
rekrutmenanak-sekolah.html), diakses 5 Januari 2017.
Kompas, nasional. 02 maret 2016. Survei Maarif Institute: Benih Radikalisme di Kalangan
Remaja Mengkhawatirkan, hlm 12.
Naim, Ngainun dan Ahmad Sauqi. 2008. Pendidikan Multikultural Konsep dan Aplikasi.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Rokhmad, Abu. 2012. Radikalisme Islam dan Upaya Deradikalisasi Paham Radikal.
Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, (Online),20 (1), (http://google.com), diakses 5
Januari 2017.
Santrock, Jhon W. 2007. Remaja. Jakarta: Erlangga.
Syamsul, Maarif. 2005. Pendidikan Pluralisme di Indoeisa, Yogyakarta: Logung Pustaka.
8
Copyright © XXXX Hak Cipta dilindungi undang-undang