TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Penyakit
1. Definisi Penyakit
Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit hipergilekmia akibat
terganggunya organ pankreas yang menghasilkan insulin. Insulin adalah
hormon yang bertugas mengatur kadar glukosa darah dalam tubuh. DM
terbagi menjadi 2 tipe , yaitu DM tipe 1 yang disebabkan gen bawaan
dari lahir , dan DM tipe 2 yang disebabkan oleh pola makan dan
obesitas. Secara sederhana DM adalah penyakit hiperglikemi yang
disebabkan terganggunya pankreas akibat pola makan yang tidak sehat
atau bawaan gen dari lahir atau keduanya. (Simamora , 2020)
2. Etiologi
Etiologi diabetes mellitus menurut (Simamora, 2020) yaitu:
a. Diabetes mellitus tergantung insulin (DM tipe I)
1)Faktor genetik
Penderita diabetes tipe I itu mewarisi suatu kecenderungan
genetik terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetik terjadi
pada individu yang memiliki tipe antigen (Human Leucocyte
Antigen) HLA yang merupakan kumpulan gen yang bertanggung
jawab atas antigen transplantasi oleh proses imun lainnya.
2)Faktor imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya respon abnormal
dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara
bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah
sebagai jaringan asing.
3)Faktor lingkungan
Faktor eksternal pemicu DM tipe 1 berupa pajanan terhadap
virus atau bahan kimia, respon autoimun tidak normal terjadi
ketika antibodymerespon sel beta islet normalseakan-akan zat
asing sehingga akan menghancurkannya.
b. Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (DM tipe II)
Penyebab DM tipe II ini belum diketahui, Menurut (Izati &
Zikra, 2017) adapun faktor-faktor resiko DM tipe II yaitu:
1) Riwayat DM pada orang tua dan saudara kandung.
2) Kegemukan,
3) Tidak ada aktivitas fisik.
4) Ras/etnis.
5) Hipertensi (≥ 130/85 pada dewasa), kolesterol HDL ≥35 mg/dl
dan atau kadar trigliserida ≥250 mg/dl.
3. Tanda dan Gejala
Seseorang dapat dikatakan menderita diabetes mellitus apabila
menderita dua dari tiga gejala yaitu:
a. Keluhan TRIAS: banyak minum,banyak kencing,dan penurunan
berat badan
b. Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl.
c. Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dl.
4. Komplikasi
Menurut (Raharjo, 2018) komplikasi DM dibagi dalam 2 kategori
mayor, yaitu komplikasi metabolik akut dan komplikasi vaskular jangka
panjang:
a. Komplikasi metabolik akut
1) Hyperglikemia
2) Ketoasidosis Diabetik (DKA)
3) Hipoglikemia (reaksi insulin, syok insulin)
b. Komplikasi Kronik Jangka Panjang
1) Perubahan pada sistem kardiovaskuler
2) Penyakit arteri koroner
3) Hipertensi
4) Stroke (cederaserebrovaskular)
5) Penyakitvaskularperifer
6) Retinopati diabetik
7) Perubahan pada sistemsaraf perifer dan otonom
8) Neuropati viseral
(Simamora, 2020)
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Gula darah puasa (GDO) 70-110 mg/dl. Kriteria diagnostik untuk
DM > 140 mg/dl paling sedikit dalam 2 kali pemeriksaan. Atau >
140 mg/dl disertai gejala klasik hiperglikemia atau IGT 115-140
mg/dl.
b. Gula darah 2 jam post prondial <140 mg/dl digunakan untuk
skrining atau evaluasi pengobatan bukan diagnostic.
c. Gula darah sewaktu < 140 mg/dl digunakan untuk skrining bukan
diagnostik.
d. Tes toleransi glukosa oral (TTGO). GD < 115 mg/dl ½ jam, 1 jam, 1
½ jam < 200 mg/dl, 2 jam < 140 mg/dl.
e. Insulin serum puasa: 2-20 mu/ml post glukosa sampai 120 mu/ml,
dapat digunakan dalam diagnosa banding hipoglikemia atau dalam
penelitian diabetes.
f. Pemeriksaan Hb1ac, adalah sesuatu yang dihasilkan ketika glukosa
dalam tubuh mnempel pada sel darah merah
6. Penatalaksanaan Medis
Menurut (Raharjo, 2018) penataaksanaan medis bertujuan
mencapai kadar glukosa darah normal tanpa terjadi hipoglikemia. Ada
lima komponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu :
a. Diet
Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti
pedoman 3 J yaitu ,jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan
dikurangi atau ditambah, jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya,
jenis makanan yang manis harus dihindari.
b. Olahraga
Latihan jasmani teratur 3-4 kali tiap minggu selama +½ jam.
Adanya kontraksi otot akan merangsang peningkatan aliran darah
dan penarikan glukosa ke dalam sel.
c. Penyuluhan
Penyuluhan merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan
kepada penderita DM, melalui bermacam-macam cara atau media
misalnya: leaflet, poster, TV, kaset video, diskusi kelompok, dan
sebaga inya.
d. Obat
1. Tablet OAD (Oral Antidiabetes)/ Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
2. Insulin
7. Patofisiologi
B. Konsep Lansia
1. Pengertian Lansia
Usia lanjut adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami
oleh semua orang yang dikaruniai usia panjang, terjadinya tidak
dapat dihindari oleh siapapun. Usia tua adalah peeriode penutup
dalam rentang kehidupan seseorang (Hurlock,2000)
Menurut Undang-Undang RI nomor 13 tahun 1998 yang
dimaksud dengan usia lanjut adalah seorang laki-laki atau
perempuan yang berusia 60 tahun atau lebih, baik secara fisik
masih berkemampuan maupun kaena suatu hal tidak lagi
mampu berperan aktif dalam pembangunan.
Wheeler, mengungkapkan usia tua tidak hanya dilihat dari
perhitungan kronologis atau berdasarkan kalender saja, tetap
juga menurut kondisi kesehatan seseorang (health
age).Sehingga umur sesungguhnya dari seseorang merupakan
gabungan dari ketiga-tiganya. (Hariyanto,2005)
2. Batasaan umur lanjut usia
Menurut oraganisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi:
a. Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59
tahun.
b. Lanjut usia (elderly) antara 60 – 74 tahunLanjut usia tua (old) antara
75 – 90 tahun
c. Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
Asupan makan
kurang Osteoporosis
Diagnosa Keperawatan : Subluksasi/dislokasi
2 Defisit volume Setelah dilakukan 1. Monitor pemasukan dan 1. Mengetahui status cairan klien
cairan tindakan keperawatan pengeluaran cairan setiap 2. Agar cairan tetap terpenuhi
berhubungan diharapkan defisit jam 3. Mengetahui status kesehatan klien
dengan volume cairan dapat 2. Monitor kepatenan atau 4. Mengetahui status kesehatan klien
pengeluaran membaik dengan kelancaran infus 5. Meningkatkan penyembuhan klien
cairan berlebihan kriteria hasil: 3. Monitor TTV dan tingkat
(diuresis osmotic) 1. Turgor kulit dan kesadaran tiap 15 menit,
akibat capillary refill bila stabil lanjutkan untuk
hiperglikemia membaik setiap jam
2. Keseimbangan urin 4. Monitor turgor kulit, selaput
output mukosa, akral, pengisian
3. Kadar elektrolit kapiler
meningkat 5. Kolaborasi dengan tim
4. GDS membaik kesehatan lain dalam
Pemberian therapi insulin
3 Defisit nutrisi Setelah dilakukan 1. Identifikasi status nutrisi 1. Mengetahui status nutrisi klien
kurang dari tindakan keperawatan 2. Monitor asupan makanan 2. Agar terpenuhinya asupan makanan
kebutuhan diharapkan defisit Terapeutik 3. Untuk mencegah konstipasi
berhubungan nutrisi dapat terpenuhi 3. Berikan makanan tinggi 4. Meningkatkan status kesehatan
dengan dengan kriteria hasil : serat 5. Meningkatkan status nutrisi klien
ketidakcukupan 1. Pasien tidak 4. Ajarkan diet yang
insulin, mengeluh mual dan diprogramkan
penurunan muntah 5. Kolaborasi dengan ahli gizi
masukan 2. Pasien untuk menentukan jumlah
oral,status menghabiskan kalori dan jenis nutrien yang
hipermetabolisme porsi makanannya dibutuhkan
Data fokus.
Subjektif:
1. Nafsu makan
menurun
Objektif:
1. Berat badan
menurun
minimal 10%
dibawah
rentang ideal
5. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah tindakan keperawatan yang dilaksanakan
untuk mencapai tujuan rencana tindakan yang telah disusun. Setiap
tindakan keperawatan yang dilakukan dicatat dalam pencatatan
keperawatan agar tindakan keperawatan terhadap klien berlanjut.
Prinsip dalam melakukan tindakan keperawatan yaitu cara pendekatan
pada klien efektif, teknik komunikasi teraupetik serta penjelasan untuk
setiap tindakan yang diberikan kepada klien.
Dalam melakukan tindakan keperawatan menggunakan tiga tahap
yaitu independent, dependent, interdependent. Tindakan keperawatan
secara independen adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh
perawatan tanpa petunjuk dan perintah dokter atau tenaga kesehatan
lainnya, kemudian dependent adalah tindakan yang sehubungan dengan
pelaksanaan rencana tindakan medis. Sedangkan interdependent adalah
tindakan keperawatan yang menjelaskan suatu kegiatan yang
memerlukan suatu kerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya.
6. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,
rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai
kemungkinan terjadi pada tahap evaluasi proses dan evaluasi hasil.
Disamping itu juga evaluasi adalah merupakan kegiatan yang Evaluasi
menggunakan SOAP yang operasional, pengertian S adalah ungkapan
perasaan dan keluhan yang dirasakan secara subjektif oleh keluarga
telah diberikan implementasi keperawatan. O adalah kegiatan objektif
yang dapat diidentifikasi setelah implementasi keperawatan. A adalah
analisis perawatan setelah mengetahui respon subjektif dana objektif
klien yang dibandingkan dengan kriteria dan standar yang telah
ditentukan mengacu pada tujuan rencana perawatan klien. P adalah
perencanaan atau planing selanjutnya setelah perawat melakukan
analisis. (Suparjitno, 2004).
D. Evidence Based Nursing Practice (EBNP)
1. Konsep EBNP
a. Pengertian Edukasi Suportif Terstruktur
Edukasi adalah upaya dengan cara persuasif, memberikan
informasi, dukungan, memberikan kesadaran pada individu
melalui pendidikan kesehatan/penyuluhan, dengan tujuan agar
perilaku individu menjadi kondusif untuk kesehatan yaitu
berpengaruh positif bagi pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan (Sumijatun, 2005).
Edukasi dalam konsep pendidikan kesehatan merupakan
tindakan atau upaya pemberian motivasi dalam perawatan
individu berupa pendidikan kesehatan dengan tujuan adanya
perubahan sikap, pandangan atau perilaku individu, kelompok
dan masyarakat agar mempunyai pengaruh positif terhadap
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (Sanjaya, 2008).
Edukasi suportif terstruktur adalah suatu model penyuluhan
yang mengadopsi model pendidikan kesehatan pada masyarakat
yaitu
1) Health Promotion Model yang memberikan penjelasan
tentang kemungkinan penerapan pola hidup sehat untuk
menjadikan perilaku sehat,
2) Model Kepercayaan Terhadap Kesehatan yang memberi
pemahaman mengapa orang mengambil langkah-langkah
khusus untuk mencegah penyakitnya, sedangkan yang lain
tidak melaksanakan itu (Sumijatun, 2005). Model pendidikan
kesehatan ini didesain untuk menduga adanya kelompok yang
menerima dan kelompok yang menolak suatu tindakan
pencegahan penyakit. agar mereka dapat mengikuti program
tersebut (Sumijatun, 2005).
b. Konsep dasar pemenuhan nutrisi
1) Pengertian
Nutrisi adalah bahan organik maupun anorganik yang
dikonsumsi agar tubuh dapat berfungsi sebagaimana mestinya
yang didalamnya mengandung nutrien berupa karbohidrat,
protein, lemak, vitamin, mineral, dan air. Nutrisi tidak hanya
sekedar jumlah (Asmadi, 2013).Dengan demikian, nutrisi
adalah bahan makanan yang dapat dikonsumsi dan
mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral,
dan air.
2) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemenuhan Nutrisi
Pemenuhan nutrisi dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai
berikut:
a) Sosial Ekonomi Keluarga
Status sosial ekonomi yang salah satunya adalah
pekerjaan dapat mempengaruhi pilihan seseorang akan
jenis maupun kualitas makanan. Perubahan gaya hidup
tentang konsumsi makanan pada anak secara tidak
langsung dipengaruhi oleh pekerjaan, tetapi pekerjaan
banyak dihubungkan dengan pendapatan yang fungsinya
adalah untuk memenuhi kebutuhan konsumsi makanan
keluarga. Makanan jadi, daging, buah dan sayur, akan
kesulitan untuk dijangkau oleh penduduk miskin yang
tinggal di pedesaan. Konsumsi makanan seseorang dibatasi
oleh pendapatan. (Sediaoetama, 2010)
b) Preferensi Lansia Terhadap Makanan
Preferensi lansia terhadap makanan dapat diartikan
sebagai tingkat kesukaan atau ketidaksukaan lansia terhadap
jenis makanan tertentu dan preferensi makan ini
berpengaruh juga pada konsumsi pangan. Orang dengan
usia lanjut merupakan penggemar makanandan sangat
menyadari makanan kesukaan mereka daripada orang yang
usianya lebih muda. Orang lansia juga sebagian besar
kurang menyukai sayur hal ini dikarenakan mereka mengira
bahwa sayur itu berasa pahit sehingga mereka kurang suka
mengkonsumsinya dan ada juga beberapa orang tua yang
mempunyai anggapan tabu tentang beberapa jenis sayuran,
hal ini membuat mereka memilih untuk tidak
mengkonsumsi sayuran tersebut. Lansia juga kurang
mengkonsumsi buah hal ini bukan karena tidak suka tetapi
karna mereka hanya mau makan buah kesukaan mereka
saja. Lansia juga terkadang tidak memandang jenis makanan
yang di konsumsinya tanpa mengetahui efek jangka panjang
dari makanan yang dikonsumsi (Khuril’in, 2015)
c) Agama/Kepercayaan
Jenis makanan yang dikonsumsi juga dipengaruhi oleh
agama dan kepercayaan, seperti daging babi yang tidak
diperbolehkan dikonsumsi oleh umat Islam dan Yahudi
Ortodoks, dan beberapa agama melarang untuk
mengkonsumsi jenis makanan atau minuman tertentu
(Baliwati, 2009).
d) Kesehatan Lansia
Kebiasaan makan sangat dipengaruhi oleh kesehatan
lansia. Makanan yang lembut cenderung akan dipilih oleh
lansia karena kekuatan gigi mereka sudah mengalami
penurunan. Lansia akan memilih menahan lapar dari pada
makan saat mengalami kesulitan menelan. Pemenuhan
nutrisi yang baik bagi para lansia, yakni pemenuhan nutrisi
gizi seimbang, seimbang jenis, jumlah, dan jadwalnya (3J).
pertumbuhan dan perkembangan lansia tidak hanya
membutuhkan makanan yang hanya mengenyangkan perut
saja (Almatsier, 2009).
2. Hasil Penelitian yang Mendukung EBNP
Tabel 2.5 Hasil Penelitian yang Mendukung EBNP
No Author Judul penelitian Tahun Hasil Penelitian
1 Ringan, A Pengaruh Edukasi 2021 Hasil uji analisis statistik
Suportif Terhadap nonparametrik dengan
Tingkat Pengethuan menggunakan uji statistik
Pasien Diabetes Wilcoxon Rank Test
Melitus hasilnya menunjukkan
bahwa nilai p value 0.009
yang nilainya lebih kecil
dari 0,05, maka disimpulkan
bahwa Ho ditolak dan Ha
diterima yang artinya
terdapat pengaruh antara
edukasi suportif terhadap
kepatuhan pengobatan
penderita diabetes melitus.