1
dibangun dan dipercepat hingga tahun 2045 untuk mewujudkan Visi Indonesia
2045, yaitu, Indonesia yang berdaulat, maju, adil, dan makmur.
Dalam rangka mewujudkan Indonesia Emas, Komisi VIII DPR RI
mendorong Kementerian Agama RI pertama lebih bersungguh-sungguh
meningkatkan kualitas pelayanan prima, yaitu memberikan penguatan kinerja
KUA yang dalam tugasnya juga memberikan pelayanan kepada semua
pemeluk agama. Kedua, meningkatkan fungsi pendididikan mulai dari tingkat
Diniyah hingga Perguruan Tinggi melalui dukungan ketersediaan sarana dan
prasarana, kualitas tenaga pendidik serta dukungan anggaran pendidikan
keagamaan yang memadai. Ketiga Komisi VIII DPR RI juga mendukung
Kementerian Agama untuk terus melakukan penguatan penyelenggaraan
Pondok Pesantren sebagai amanah Undang-Undang Nomor 18 tahun 2019
tentang Pesantren, yang diantaranya dalam Pasal 49 mengamanatkan
Pemerintah menyediakan dan mengelola dana abadi Pesantren yang
bersumber dan merupakan bagian dari dana abadi pendidikan. Hal ini sangat
penting, karena mandate undang-undang dan sekaligus wujud komitmen
negara terhadap pondok pesantren yang secara historis memperjuangkan
lahirnya Indonensia Merdeka.
Hadirin yang terhormat
Sejalan dengan tujuan terselenggarakannya Rakernas ini, maka Komisi
VIII DPR RI terus memberikan perhatian peran Kementerian Agama dalam
meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, terampil, kompeten dan berbudaya untuk kepentingan bangsa.
Hal ini tentunya sesuai dengan Firman Allah:
2
yang disusun oleh masyarakat, yang mengatur apa dan bagaimana peran
dilakukan dalam mencapai tujuan. Dalam dimensi spiritual tersebut hendak
menjadi nilai-nilai dalam dunia pendidikan menjadi sangat penting. Dalam
bahasa Howard Gardner, ahli pendidikan yang melahirkan teori multiple
intelligencia, nilai transenden masuk dalam kategori kecerdasan eksistensialis
atau spiritual.
Konsep kecerdasan menurut Howard Gadner selain mencakup dimensi
kemampuan memecahkan suatu masalah juga kemampuan menciptakan
masalah baru untuk dipecahkan. Kecerdasan juga merupakan kemampuan
menciptakan sesuatu atau menawarkan sesuatu pelayanan yang berharga
dalam suatu kebudayaan masyarakat.
Berdasarkan konsep tersebut tentunya peran pendidikan di lingkungan
Kementerian Agama bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana
yang salah, lebih dari itu, membangun peradaban dengan menanamkan
kebiasaan (habituation) tentang hal mana yang baik sehingga peserta didik
menjadi paham (kognitif) tentang mana yang benar dan salah, mampu
merasakan (afektif) nilai yang baik dan biasa melakukannya (psikomotor).
Dengan kata lain, membangun peradaban yang baik harus melibatkan bukan
saja aspek “pengetahuan yang baik (moral knowing), akan tetapi juga
“merasakan dengan baik atau loving good (moral feeling), dan perilaku yang
baik (moral action). Membangun peradaban menekankan pada habit atau
kebiasaan yang terus-menerus dipraktikkan dan dilakukan.
3
belum terwujud secara optimal karena kerukunan agama hanya dalam wacana
belaka dan belum menjadi habitus bangsa. Kerukunan belum menjadi menjadi
cara pandang, cara berpikir, dan cara berperilaku manusia-manusia beragama
di Indonesia. Pluralitas yang seharusnya menjadi modal utama untuk
pembentukan karakter bangsa. Dengan demikian, hal yang mendasar
ditumbuhkan adalah bagaimana masing- masing agama dan para pemeluknya
adalah agar agama berpihak kepada realitas kehidupan yang semakin harmoni.
Sehingga agama memiliki wajahnya yang lebih profetis, harus menjadi sumber
moralitas dalam kehidupan ini. Pertanyaannya bagaimana kehidupan
beragama dapat menjadi media komunikasi iman dalam mengubah kehidupan
ini yang semakin lebih baik.
Tentunya hal ini menjadi tantangan kedepan Kementerian Agama,
Kementerian Agama harus lebih responsif dan melakukan akselerasi berbagai
kebijakan pembangunan yang berpijak pada keilmuan dan kemajuan
kehidupan yang integratif antara nilai spritual, moral dan meterial bagi
kehidupan manusia. Oleh karena itu dalam Forum Rakernas ini menjadi
momentum melakukan dan memotret berbagai dinamika kondisi lingkungan
masyarakat, baik kondisi masa kini maupun kondisi pada masa akan datang,
karena perubahan kondisi lingkungan merupakan tantangan dan peluang yang
harus diproses secara capat dan tepat. Sebelum menutup Kata Sambutan
saya ingin menyampaikan bahwa “ketika nilai-nilai agama tersingkirkan,
tunggulah kehancuran akan terjadi” (When religion is banished human
outhority totters to its fall). Oleh karena itu menuju Indonesia Emas tidak bisa
lepas dari pijakan nilai-nilai agama dan budaya bangsa Indonesia.
Akhir kata, sekian sambutan dari kami atas nama Komisi VIII DPR-RI
mengucapkan selamat selamat ber Rakernas, semoga Allah SWT, Tuhan Yang
Maha Esa senantiasa memberikan petunjuk dan kemaudahan kita dalam
mengemban tugas kepada bangsa dan Negara.
H. ABDUL WACHID