PDF Laporan Tugas Umum Pertamina Ru IV Cilacap Compress
PDF Laporan Tugas Umum Pertamina Ru IV Cilacap Compress
Disusun Oleh :
UNIVERSITAS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2015/2016
Laporan Praktek Kerja
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap
LEMBAR PENGESAHAN
HALAMAN PENGESAHAN
KERJA PRAKTEK
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
Dosen Pembimbing
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, sehingga
1. Tuhan Yang Maha Esa atas kesempatan dan kemudahan yang telah
diberikan.
2. Keluarga dan teman-teman yang telah memberikan doa dan dukungannya.
3. Bapak Ir. Purwo Subagyo, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing kerja
praktek.
4. Bapak Wahyu Sulistyo Wibowo, S.T. selaku Kepala Bagian Process
Engineering.
5. Bapak Andri Wiyo, S.T. selaku pembimbing lapangan kerja praktek.
pra ktek.
6. Seluruh staf Process Engineering PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV
Cilacap.
Penyusun menyadari keterbatasan dan kemampuan dalam penyusunan
laporan ini, besar harapan penulis akan saran dan kritikan yang sifatnya
membangun. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN i
LEMBAR PENGESAHAN
Error! Bookmark not defined.
HALAMAN PENGESAHAN ii
DAFTAR ISI v
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR TABEL ix
BAB I PENDAHULUAN
PENDAHU LUAN 1
1.1 Sejarah Singkat Pertamina 1
1.2 Pertamina RU IV Cilacap 3
1.2.1 Kilang Minyak I 4
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Refinery Unit Pertamina dan Kapasitasnya 2
Tabel 1.2 Kapasitas Desain Tiap Unit pada FOC I dan LOC I 5
Tabel 1.3 Kapasitas Desain Tiap Unit pada FOC II dan LOC II/III 7
Tabel 1.4 Kapasitas Desain Tiap Unit di Kilang Paraxylene 9
Tabel 1.5 Spesifikasi Premium 19
Tabel 1.6 Spesifikasi Kerosene 20
Tabel 1.7 Spesifikasi Minyak Diesel 20
Tabel 1.8 Spesifikasi Minyak Bakar 21
Tabel 1.9 Spesifikasi Minyak Solar 21
Tabel 1.10 LP Mix Spesification 24
Tabel 1.11 LP Propane Spesification 25
Tabel 1.12 LP Butane Spesification 25
Tabel 3.1 Karakteristik Umpan 40
Tabel 3.2 Kapasitas Umpan yang Diolah pada FEU 46
Tabel 3.3 Kapasitas Umpan yang Diolah di MEK Dewaxing Unit 46
Tabel 3.4 Komposisi Crude Oil di FOC II 47
Tabel 3.5 Spesifikasi Produk LPG 58
Tabel 3.6 Spesifikasi Produk Condensor 58
Tabel 3.7 Komposisi Design Refrigeration 59
Tabel 4.1 Karakteristik Umpan RCU 62
BAB I
PENDAHULUAN
RU IV Cilacap 348.000
RU V Balikpapan 270.000
Tabel 1.2 Kapasitas desain tiap unit pada FOC I dan LOC I
F ue
uell Oil Co
Com
mple
lexx I (F OC I ) L ub
ube
e Oil Co
Com
mplex
lex I (L OC I )
Unit proses Kapasitas
Kapasitas(ton/hari)
(ton/hari) Unit proses Kapasita
Kapasitas(ton/hari)
s(ton/hari)
Crude Distiller 13.650 High Vacuum Unit 3.184
Naphtha 2.275 Propane Deasphalting 784
Hydrotreater Unit
N2 Plant
N2 gas 100Nm /jam
N2 cair 65Nm /jam
CRP Unit 1615,2
Tabel 1.3 Kapasitas desain tiap unit pada FOC II dan LOC II/III
F ue
uell Oil Co
Com
mple
lexx I I (F OC I I ) L ub
ube
e Oil Co
Com
mple
lexx I I (L OC I I )
Unit proses Kapasitas Unit proses Kapasitas
(ton/hari) (ton/hari)
Kompleks BBM (Fuel Oil Complex II) di kilang ini dirancang oleh Universal
Oil Product (UOP) sedangkan Kompleks Bahan Dasar Minyak Pelumas ( Lube Oil
pabrik Purified Terepthalic Acid (PTA) pada pusat aromatik di Plaju, Sumatera
Selatan. Hal ini merupakan suatu bentuk usaha penghematan devisa sekaligus sebagai
usaha peningkatan nilai tambah produksi kilang BBM. Seluruh produk benzene
diekspor, sedangkan produk-produk lainnya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri
dan kilang sendiri.
lingkungan. Kilang ini mengolah off gas dari berbagai unit di RUIV menjadi produk
berupa sulfur cair, LPG, dan condensate.
Kilang SRU ini memiliki beberapa unit antara lain , Gas Treating Unit, LPG
Unit, dan Refrigeration
Recovery Unit, Sulphur Recovery Unit, Tail Gas Unit, Refrigeration.. Umpan pada
Gas Treating Unit terdiri dari 9 stream sour gas yang sebelumnya kesembilan stream
gas ini hanya dikirim ke fuel gas system sebagai bahan bakar kilang atau dibakar di
flare. Dengan adanya unit LPG Recovery pada kilang SRU ini akan menambah aspek
komersial dengan pengambilan produk LPG yang memiliki nilai ekonomi tinggi dari
stream treated gas.
Dengan melakukan treatment terhadap 9 stream sour gas dengan jumlah total
sebesar 600 metric ton/hari dapat diperoleh produk sulfur cair sebanyak 59-68 metric
ton/hari, produk LPG sebanyak 324-407 metric ton/hari dan produk condensate (C5+)
sebanyak 28-103 metric ton/hari. Sedangkan hasil atas yang berupa gas dengan
kandungan H2S sangat rendah dari Unit LPG Recovery akan dikirimkan keluar
sebagai fuel sistem.
dan daya saing RU IV. Dengan adanya RFCC proyek ini diharapkan ketergantungan
Indonesia terhadap impor BBM dan produk petrokimia dapat berkurang, serta terjadi
peningkatan Complexity Index kilang Pertamina
Pert amina RU IV Cilacap
Cilac ap sehingga menambah
economic value yang diperkirakan sebesar 154,82 juta dolar AS per tahun.
Feed kilang RFCC didesain berasal dari low sulphur wax residue (LSWR) ex-
CDU II 011 (58 MBSD) dan vacuum gas oil ex-HVU 21/021 LOC I/II (4 MBSD)
dengan kapasitas 62 MBSD. Sebagai basis desain dan guarantee, digunakan feed-1.
Adapun feed-2 sebagai basis future crude. Feed hot LSWR berasal langsung dari
CDU II FOC II, sedangkan cold LSWR disimpan di 37T-103/104 & cold VGO di
35T-4.
Tengah, Kabupaten Cilacap. Dipilihnya Cilacap sebagai lokasi kilang didasarkan pada
pertimbangan berikut :
2) Area 01
Fuel Oil Complex II, terdiri dari :
Unit 008 Caustic and Storage Unit
3) Area 20
Lube Oil Complex I, terdiri dari :
Unit 21 High Vacuum Unit (HVU) I
Unit 22 Propane Deasphalting Unit
Unit (PDU) I
Unit 23 Fulfural Extraction Unit (FEU) I
Unit 24 Methyl Ethyl Keton (MEK) Dewaxing Unit / MDU I
Unit 25 Hot Oil Sistem I
4) Area 02
Lube Oil Complex II, terdiri dari :
Unit 021 High Vacuum Unit (HVU) II
Unit 022 Propane Deasphalting Unit (PDU)
(PDU) II
Unit 023 Fulfural Extraction Unit (FEU) II
Unit 024 Methyl Ethyl Keton (MEK) Dewaxing Unit / MDU II
Unit 025 Hot Oil Sistem II
5) Area 30
Area Tangki BBM, terdiri dari :
Unit 31 Tangki-tangki gasoline, HOMC dan vessel penambahan TEL FOC I dan
platformer feed tank
Unit 32 Tangki-tangki kerosene, Avtur dan AH Unibon feed tank
Unit 33 Tangki-tangki Automative Diesel Oil (ADO)
6) Area 40
Tangki – tangki Non BBM, terdiri dari :
Unit 41 Tangki-tangki Lube Oil
7) Area 50
Utilities Complex I, terdiri dari :
Unit 51 Pembangkit tenaga listrik
Unit 52 Unit Steam Generator
Unit 53 Unit Sistem Air Pendingin
Unit 54 Unit Pengolahan Air
Unit 55 Unit Sistem Air Pemadam Kebakaran
Unit 56 Unit Sistem Udara Tekan
Unit 57 Unit sistem Pengadaan Fuel Oil dan Fuel Gas
8) Area 05
Utilities Complex II, terdiri dari :
Unit 051 Pembangkit tenaga listrik
Unit 052 Unit Steam Generator
Unit 053 Unit Sistem Air Pendingin
Unit 054 Unit Pengolahan Air
Unit 055 Unit Sistem Air Pemadam Kebakaran
Unit 056 Unit Sistem Udara Tekan
Unit 057 Unit sistem Pengadaan BBM dan Gas
9) Area 60
Jaringan Oil Movement dan Perpipaan, terdiri dari :
Unit 61 Jaringan pipa dari dan ke Unit Terminal Minyak Area 70
Unit 62 Cross Country Pipe Line
Unit 63 Stasiun Pompa Air Sungai
Unit 64 Dermaga Pengapalan Bitumen, Lube Oil, LPG dan Paraxylene
Unit 66 Tangki-tangki Balast dan Bunker, Holding basin
10) Area 70
Teminal Minyak Mentah dan Produk, terdiri dari :
Unit 71 Tangki-tangki minyak mentah feed FOC II dan Bunker
Unit 72 Crude Island Board
Unit 73 Dermaga pengapalan minyak dan penerimaan Crude Oil
11) Area 80
Kilang Paraxylene
Paraxylene,, terdiri dari :
Unit 81 Nitrogen Plant Unit
Unit 82 Naphtha Hydrotreater Unit
Unit 84 CCR Platformer Unit
Unit 85 Sulfolane Unit
Unit 86 Tatoray Unit
Unit 87 Xylene Fractionation Unit
Unit 88 Parex Unit
Unit 89 Isomar unit
12) Area 90
LPG Sulfur Recovery Unit, terdiri dari :
Unit 91 Gas Treating Unit
Unit 92 LPG Recovery Unit
Unit 93 Sulfur Recovery Unit
Unit 94 Tail Gas & Thermal Oxidator
Unit 95 Refrigeration Unit
Distillation
10% vol. evap. To °C - 74
b) Kerosene
Tabel 1.6 Spesifikasi Kerosene
End Point
Odour Marketable
c) Minyak Diesel
Tabel 1.7 Spesifikasi Minyak Diesel
d) Minyak bakar
Tabel 1.8 Spesifikasi Minyak Bakar
KOH/gr
e) Minyak Solar
Tabel 1.9 Spesifikasi Minyak Solar
pecahan minyak bumi, digunakan untuk bahan bakar transportasi udara (aviasi)
pada pesawat yang memiliki mesin turbin atau mesin pembakaran
pembakaran eksternal.
Spesifikasi : Aviation Turbin Fuel adalah DEF Stand 91-91 Lattest Issue (DERD
2494).
3. Pertamax
Pertamax adalah motor gasoline tanpa timbal dengan kandungan aditif
lengkap generasi mutakhir yang akan membersihkan Intake Valve Port Fuel
Injector dan Ruang Bakar dari karbon deposit dan mempunyai RON 92 (Research
Octane Number) dan dianjurkan juga untuk kendaraan berbahan bakar bensin
6. Biosolar
Biosolar merupakan blending antara minyak solar dan minyak nabati hasil
bumi dalam negeri yang sudah diproses transesterifikasi
transesterifika si menjadi Fatty Acid
Methyl Ester (FAME).
1.5.3 Produk-Produk
Produk-Produk Gas
1. Vigas
Vigas adalah merek dagang Pertamina untuk bahan bakar LGV ( Liquified
Gas for Vehicle)
Vehicle ) yang diformulasikan untuk kendaraan bermotor, terdiri dari
campuran propane (C3) dan butane (C4) yang spesifikasinya disesuaikan untuk
keperluan mesin kendaraan bermotor sesuai dengan SK Dirjen Migas
No.2527.K/24/DJM/27.
No.2527.K/24/DJM/27.
2. Bahan Bakar Gas
Bahan Bakar Gas adalah gas bumi yang telah dimurnikan, ramah
lingkungan, bersih, handal, murah, dan digunakan sebagai bahan bakar alternatif
kendaraan bermotor. Komposisi BBG sebagian besar terdiri dari gas metana dan
etana lebih kurang 9% dan selebihnya adalah gas propana, butana, nitrogen, dan
karbondioksida.
3. Liquified Petroleum Gas (LPG)
Liquified Petroleum Gas adalah produk gas ringan yang dihasilkan dari
penyulingan minyak bumi atau juga dihasilkan dari pengembunan gas alam di
Kilang Refinery Unit LPG.
Tabel 1.10 LP Mi
Mixx Spe
Spesif
sifii cat
cati on
Properties Limits Test Methods
Min Max ASTM
heavier %vol
Ethyl or buthyl.ml/1000 AG
Merchaptan Added
Ethyl or buthyl.ml/1000 AG 50
Merchaptan Added
Composition : D-2163
C1 %vol
97.5
C4 %vol
heavier %vol
Nil 2.5
Ethyl or buthyl.ml/1000 AG
50
Merchaptan Added
BAB II
SISTEM MANAJEMEN DAN ORGANISASI
diambil PERTAMINA dan aspirasi perusahaan akan masa depan yang lebih positif
dan dinamis. Warna-warna tersebut yaitu :
Biru : Mencerminkan Handal, Dapat Dipercaya, dan Bertanggung Jawab
Hijau : Mencerminkan
Mencerminkan Sumber Daya Energi yang
yang Berwawasan Lingkungan
Lingkungan
Merah : Keuletan, Ketegasan, dan
dan Keberanian dalam Menghadapi
Menghadapi Berbagai Macam
Keadaan
Dalam melakukan tugas dan kegiatannya kepala bidang dibantu oleh kepala
sub bidang, kepala seksi dan seluruh perangkat operasi di bawahnya.
1. Perumahan
Perumahan PERTAMINA RU IV Cilacap memiliki tiga lokasi kompleks.
Lokasi perumahan tersebut adalah:
Perumahan Gunung Simping,
Perumahan Lomanis, Donan,
Perumahan Tegal Katilayu,
Untuk tamu disediakan Griya Patra dan Mess No.39 dan No.4 di Perumahan
Gunung Simping
2. Sarana Kesehatan, meliputi :
Klinik darurat, terletak di kilang sebagai sarana pertologan pertama pada
kecelakaan kerja.
Rumah Sakit Pertamina Cilacap Swadana ( RSPCS ), terletak di komplek
Tegal Katilayu yang juga melayani kesehatan bagi masyarakat umum.
3. Sarana Pendidikan
Untuk meningkatkan kemampuan dan karir, Pertamina juga memberikan
kesempatan bagi pekerjanya untuk merngikuti pendidikan ataupun pelatihan.
Selain itu bagi anak-anak pekerjanya, disediakan TK dan SD, dan terbuka juga
untuk umum.
4. Sarana Rekreasi dan Olah Raga
Terdapat 2 gedung pertemuan dan rekreasi yang dimiliki oleh Pertamina RU IV
Cilacap, yaitu :
Patra Graha
Patra Ria
Selain itu, tersedia juga sarana olah raga, diantaranya :
Lapangan sepak bola
Kolam renang
disediakan sebagai alat transportasi bagi staf senior yang dapat digunakan bagi
kegiatan operasional. Serta disediakan beberapa bus sebagai sarana bagi para
pekerja, tamu maupun alat transportasi bagi para anak pekerja ke sekolah.
6. Perlengkapan kerja
Untuk perangkat kerja dan keselamatan kerja bagi setiap pekerja, pihak
Pertamina menyediakan pakaian seragam, sedangkan para pekerja yang terkait
langsung dengan operasi diberikan wire packed (baju pelindung) safety shoes, ear
plug (anti bising), safety google (kaca mata pelindung), gloves (sarung tangan
pelindung), safety helm, masker dan jas hujan. Bagi para tamu juga disediakan
pinjaman topi keselamatan.
Untuk keperluan cuti, bagi setiap pekerja mendapat kesempatan cuti selama 12
hari kerja setiap tahunnya dan setiap 3 tahun mendapat cuti besar selama 26 hari
kerja.
BAB III
ORIENTASI UMUM
4. Ahli HSE
Di bawah Kepala Seksi adalah para engineer yang dibagi berdasarkan
profesi, jenis unit, dan beban kerja. Kepala seksi bertanggung jawab untuk
membimbing para engineer tersebut.
3.2Unit-Unit
3.2Unit-Unit Proses
Chemical injection yang digunakan dalam unit ini adalah soda kaustik
(NaOH), amonia (NH3), dan demulsifier. Crude dipompa dari tangki menuju kolom
distilasi, melalui jaringan penukar panas (digunakan untuk mengurangi beban
furnace)) dengan memanaskan crude dengan arus panas dari produk kolom. Jaringan
furnace
penukar panas ini dilengkapi dengan desalter untuk mengurangi kadar garam dalam
crude.. Kemudian crude dipompa dari tangki menuju pre-flash column,
crude column, dimana uap
fraksi ringan terpisah dengan fraksi beratnya. Di dalam kolom, crude terpisah menjadi
lima fraksi, yaitu produk atas (yang terdiri dari naphtha dan light tops),
tops), kerosene
kerosene,,
LGO, HGO, dan Long Residue sebagai produk bawah. Cairan yang bergerak ke
bawah dilucuti dengan steam untuk mengambil produk atas yang terbawa
te rbawa arus itu.
Sebagian fraksi naphtha
naphtha,, kerosene
kerosene,, dan LGO dikembalikan lagi ke kolom sebagai
refluks.
Produk naphtha dari CDU ini digunakan sebagai umpan unit Naphtha
Hydrotreater (NHT) yang selanjutnya digunakan sebagai umpan Platformer. Produk
kerosene diumpankan ke Unit Merox
Merox,, sedangkan LGO diumpankan ke Unit Hydro
Desulphurizer (HDS). Long Residue dikirim ke storage untuk diolah kembali di Lube
2. Unit 12 : N
Naaphtha H yd
ydrr otrea
treate
terr Uni t (NHT)
Unit ini berfungsi mengolah hasil puncak crude distiller (Unit 11) dengan
kapasitas 25.600 BPSD. Produk dari unit ini digunakan sebagai umpan Platformer
(fraksi 6-15C).
6-15C). Proses yang digunakan adalah proses “Shell
“ Shell Vapour Phase
Hydrotreating”.
4. Unit 14 : P
Plat
latforme
formerr
Unit ini berfungsi untuk menaikkan bilangan oktan naphtha dari Naphtha
Hydrotreater Unit (unit 12) dengan pengolahan 14.300 BPSD atau 1.65 ton/hari.
Sebelum masuk unit Platformer, naphtha dikurangi kandungan sulfurnya hingga ,5
wt ppm di unit Naphtha Hydrotreater.
Dalam unit ini naphtha dikonversikan dengan bantuan katalis. Reaksi yang
terjadi antara lain:
1. Dehydrogenation
Dehydrogenation,, pengambilan hidrogen dari naphtha untuk
membentuk senyawa aromatis.
2. Hydrocracking, reaksi ini merupakan reaksi perengkahan untuk
memecah molekul parafin rantai panjang menjadi rantai pendek, dengan
5. Unit 15 : Pr
P r opane M anufac
nufacttur
urii ng Uni
Unitt
Unit ini berfungsi memisahkan LPG dari Unit Platformer menjadi
propane dan fuel gas,
gas, jadi tidak memproduksi LPG untuk dipasarkan. Kapasitas
unit ini sebesar 7 ton/hari, dengan dua kali produksi dapat mencukupi kebutuhan
bahan bakar Lube Oil Complex dalam satu bulan.
6. Unit 16 : M
Meer ox T
Trr eate
terr Uni
Unitt
Unit ini berfungsi menghilangkan kadar garam/mercaptan yang korosif
pada kerosene, dengan merubahnya menjadi
m enjadi disulfida yang ti
tidak
dak korosif dengan
cara oksidasi katalitik dengan menginjeksikan udara ke dalam reaktor. Proses ini
menggunakan katalis “iron
“iron group metal chelete”
chelete” dalam suasana basa. Proses ini
bertujuan untuk menghasilkan produk kerosene yang sesuai dengan spesifikasi
aviation fuel (avtur). Kapasitas pengolahan unit ini sebesar 16.900 BPSD atau
2.119 ton/hari.
Proses yang terjadi pada unit ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian,
yaitu:
a. Pretreatment , tujuannya adalah mengambil H2S atau asam naphthenik
pada umpan, karena bila tidak diambil
di ambil akan
a kan bereaksi
bere aksi dengan caustic soda
pada unggun
unggun reaktor membentuk sodium naftena yang dapat mengurangi
aktivitas katalis.
b. Pencucian dengan caustic soda encer, untuk mencegah pembentukan
emulsi antara caustic soda dan kerosene.
c. Swetening, yaitu proses oksidasi mercaptan menjadi disulfida dalam
unggun reaktor. Reaktor yang digunakan adalah tipe fixed bed reactor .
d. Post treatment, kerosene dicuci dengan air untuk mengambil sisa caustic
dan surfaktan yang larut dalam air. Kerosene kemudian dibebaskan dari air
pada salt drier dan kemudian dilewatkan pada clay drier untuk mengambil
tembaga dan surfaktan yang tidak larut dalam air. Proses ini bertujuan
untuk memperbaiki warna produk akhir agar sesuai dengan spesifikasi.
7. Unit 17 : So
S our Wa
Wate
terr Stri pper Uni
Unitt
Unit ini berfungsi untuk membersihkan air buangan dari CDU dan unit lain
yang masih banyak mengandung amoniak, sulfida dan kotoran kotoran lain
berupa sisa-sisa minyak
min yak sehingga apabila langsung dibuang akan memberikan bau
dan mengakibatkan terjadinya polusi air. Pada proses pembersihan air ini
digunakan LP steam sebagai separating agent (zat pembersih) di dalam packed
colom.. Hasil atas yang berupa uap/gas sebagai bahan bakar pada crude heater,
colom
sedang airnya dikirim ke corrugated plate interceptor (CPI) untuk mengambil
minyak yang masih terikat.
Unit ini didesain untuk mengolah 32,3 m 3/jam (733 ton/hari) sour water
dengan perkiraan kandungan H2S sebesar 29 Kg/jam (0.7 ton/hari) dan kandungan
NH3 sebesar 7 Kg/jam (0.16 ton/hari).
8. Unit 18 : N 2 Pla
P lant
nt Unit
Uni t
Produk dari unit ini adalah Nitrogen dengan kemurnian tinggi yang didapat
dari hasil pemisahan nitrogen dengan udara. Produk nitrogen ini selanjutnya dapat
digunakan untuk proses purging dan blanketing. Kapasitas produksi Nitrogen gas
adalah 1 Nm3/jam sedangkan kapasitas produksi Nitrogen cair 65 Nm 3/jam.
Kandungan O2 pada nitrogen produk dibatasi sampai <1 ppm.
9. Unit 19 : Cont
C onta
ami nant R
Reemov
oval
al P
Prr oce
ocess
ss U
Uni
nitt
2. Unit 22 : Pr
P r opane Dea
Deasp
spha
halti
lting
ng Uni t (PD U)
Unit ini berfungsi untuk menghilangkan asphalt dari short residue sebelum
diolah lebih lanjut menjadi bahan minyak pelumas. Prosesnya adalah ekstraksi
dengan pelarut propane
propane.. Kapasitasnya 523 ton/hari short residue dari bottom
product HVU (Unit 21), sedangkan hasil dari unit ini adalah deasphalted dan
asphalt. Hasil DAOnya digunakan sebagai umpan di FEU II.
3. Unit 23 : F urfur
urfuraal E xt
xtrac
ractti on Unit (F E U)
Unit ini pada awalnya berfungsi untuk menghilangkan senyawa-senyawa
aromatik dari distilat hasil proses HVU, DAO, dan PDU, sehingga diperoleh hasil
waxy raffinate dengan viskositas yang tinggi. Prosesnya adalah ekstraksi dengan
menggunakan pelarut furfural yang mempunyai daya larut terhadap senyawa
aromat, rafinatnya diolah di MDU menjadi bahan minyak pelumas sedangkan
ekstraknya digunakan sebagai fuel oil component . Khusus untuk umpan LMO
distilat, ekstraknya dapat dipasarkan sebagai Minarex-B. Kapasitas FEU
tergantung jenis umpan yang diolah, seperti tabel berikut :
Tabel 3.2 Kapasitas umpan yang diolah pada FEU
Stream SPO LMO MMO DAO
Feed Intake (ton/hari) 555 515 573 478
Solvent Ratio 2.2 4.2 3.5 4.5
Raffinate Output (%) 60 60 45 58
Extract Output (%) 40 40 55 42
Dengan selesainya Debottlenecking Project, saat ini pengolahan yang dilakukan
di FEU I hanya ada dua grade umpan, yaitu SPO distilat dan LMO distilat.
4. Unit 24 : M
Meethy
thyll E thy
thyll K
Keeto
tone
ne D ewaxi ng U
Uni
nitt (MD U)
Unit ini berfungsi menghilangkan wax (lilin) dari rafinat hasil FEU, dengan
cara pendinginan rafinat sampai wax mengkristal dan dapat dipisahkan dengan
penyaringan. Tujuan menghilangkan wax adalah agar minyak pelumas yang
terbentuk mempunyai titik tuang ( pour point) yang memenuhi syarat (rendah).
Sebelum pendinginan, terlebih dahulu umpan ditambahkan solvent agar
pendinginan dan penyaringan dapat lebih mudah. Pelarut yang digunakan adalah
campuran antara methyl ethyl ketone dengan toluene dengan perbandingan 52:48.
Kapasitas dari unit ini tergantung
te rgantung dari umpan yang diolah.
Tabel 3.3 Kapasitas umpan yang diolah di MEK D
Deewaxi ng Uni
Unitt
Stream HVI 60 HVI 95 HVI 160 HVI 650
Dewaxing Oil (ton/hari) 264 298 283 213
Feed Intake (ton/hari) 339 372 377 266
Slack Oil (ton/hari) 339-264 372-298
372-298 377-283 266-213
b. Liquid Petrolum
Pet rolum Gas dengan boiling range < 3 ºC yang fraksinya sebagian besar
terdiri dari C3 dan C4 untuk langsung dikirim ke tangki penampungan dengan
jumlah sekitar 2,53% dari crude feed.
c. Light Naphta dengan boiling range 44 – 8 C. Produk ini setelah keluar dari
pengolahan tingkat I (CDU II) tidak membutuhkan lagi pengolahan tingkat II
karena sudah memenuhi persyaratan sebagai komponen mogas dan komponen
naphta ekspor. Jumlahnya sekitar 6,73 % crude oil.
d. Heavy Naphta dengan boiling range 99 – 152 C . Berbeda dengan light naphta
maka heavy naphta sebagai komponen mogas, untuk menaikan angka oktannya
harus melalui proses kedua. Pertama diproses pada Unit Naphta Hydrotreater
untuk dibuang komponen sulfurnya, kemudian baru masuk Unit Platforming
untuk dinaikan angka oktannya dari 6 sampai 94. Jumlah yang dihasilkan dari
produk ini mencapai sekitar 16,39% dari crude oil.
e. Kerosene dengan boiling range 171 - 241oC. Kerosene sebagai komponen
blending dapat langsung dikirim ke tangki penyimpanan dan sebagian lagi diolah
di AH Unibon untuk diperbaiki smoke point-nya dari sekitar 15 mm menjadi 24
mm. Jumlahnya sekitar 21% dari crude oil.
f. Light Diesel Oil (LDO
LDO)) dan Heavy Diesel Oil (HDO
HDO)) dengan boiling range
masing- masing 252 - 273 oC dan 233 - 339 oC. Kedua produk ini juga dipakai
sebagai komponen Automotif Diesel Oil (ADO
ADO)) dan tidak perlu lagi dimasukkan
pada proses kedua. Jumlah produk yang dihasilkan masing-masing mencapai
sekitar 11,62% dan 11,21% dari crude feed.
g. Reduced Crude dengan boiling range > 35 oC. Produk berat dari minyak mentah
ini mempunyai tiga fungsi utama yaitu sebagai Refinery Fuel Oil (RFO
RFO),
), bahan
baku Industrial Fuel Oil (IFO
IFO)) dan Low Sulphur Waxy Residu (LSWR
LSWR).
). Agar
menjadi komponen IFO maka produk ini diproses pada Unit Visbreaker dimana
pour point-nya diperbaiki.
2. Unit 12 : Na
N aptha H yd
ydrr otrea
treating
ting Uni t
Unit ini berfungsi untuk menghilangkan sulfur, logam berat dan komponen
nitrogen serta senyawa oksigen. Dari proses ini akan dihasilkan heavy naphta yang
memenuhi syarat sebagai umpan platforming. Kapasitasnya sebesar 2.44 ton/hari.
Katalis yang digunakan adalah nikel dan molebdenum dengan pembawa alumina
(Al2O3).
3. Unit 13 : AH Uni
Unibbon Uni
Unitt
Unit ini bertujuan untuk memperbaiki smoke point pada kerosene
kerosene,, agar tercapai
smoke point minimal 17 mm. Kapasitasnya sebesar 2.44 ton/hari. Unit ini terdiri dari
2 bagian, yaitu :
a. Hydrotreating process,
process, untuk mereduksi sulfur, nitrogen, dan heavy metal.
b. Aromatic hydrogenation,
hydrogenation, untuk menaikkan smoke point.
4. Unit 14 : Platforming dan CCR Unit
Unit ini mengolah lebih lanjut naphta dari Unit 12, untuk menaikan angka
oktan menjadi lebih tinggi, untuk campuran blending gasoline atau premium. Unit ini
dilengkapi dengan sistem continuous catalytic (CCR) sehingga katalis yang
digunakan selalu dalam kondisi optimal. Katalis yang digunakan adalah UOP R-134
yang berupa platina dengan alumina sebagai carrier. Kapasitasnya adalah sebesar
2.44 ton/hari. Reaktor pada unit ini berupa reaktor susun sehingga memungkinkan
regenerasi katalis secara terus menerus.
5. Unit 15 : LPG Re
R ecove
coverr y Uni
Unitt
Tujuan dari unit ini adalah memisahkan LPG propane dan LPG butane yang
berasal dari stabilizer column (CDU II) dan debutanizer dari unit Platforming.
Kapasitasnya mencapai 73 ton/hari. Umpan yang diolah adalah 93,2% volume berasal
dari overhead naphta stabilizer Unit 11 dan 6,8% volume berasal dari overhead
debutanizer unit 14.
6. Unit 16 : Cr
C r acked N aphta M i na
nalk
lk M er ox T r eate
terr
Dalam unit ini thermal cracked naphta dari unit 19 mengalami proses
sweetening, yaitu proses oksidasi mercaptan menjadi disulfida sehingga memenuhi
persyaratan spesifikasi sebagai komponen mogas untuk produksi gasoline. Thermal
cracked naphta dicampur dengan platformate yang memiliki angka oktan tinggi dan
kadar sulfur rendah. Dengan demikian didapat mogas yang cukup baik dan memenuhi
persyaratan pemasaran. Unit ini mempunyai kapasitas 11.150 barel/hari dan katalis
7. Unit 17 : Sour Wa
W ater Stri pper Uni
Unitt
Unit ini dirancang untuk kapasitas 1.83 ton per hari. Dalam unit ini kadar H 2S
dalam sour water dikurangi dari 8.1 ppm wt menjadi kurang dari 2 ppm wt dan
menurunkan kadar NH3 dari air menggunakan stripping pada Stripper Column.
Column.
Kapasitas pengolahan dari unit ini dapat mencapai sekitar 1.8 ton/hari. Kontaminan
utama yang terdapat dalam sour water adalah H2S dan NH3 yang terdapat dalam
bentuk NH4HS. Garam ini merupakan garam dari basa lemah dan asam lemah yang
dalam larutan mudah terhidrolisis menjadi H 2S dan NH3 .
Cilacap ditekan untuk memproduksi Diesel oil dengan memperbaiki pour point
dan masih memenuhi viskositas yang diinginkan. Proses visbreaking ini disertai
dengan proses thermal cracking, yaitu pemecahan rantai hidrokarbon yang
panjang menjadi rantai hidrokarbon yang lebih pendek, yang terjadi karena
pengaruh panas. Kapasitasnya adalah sebesar 8.387 ton/hari.
Produk-produk
Produk-produk yang dihasilkan
dihasilka n dari FOC II yaitu :
I. Hydrogen Rich Gas,
Gas, dipakai sendiri di unit 12, 13 dan 18.
II. Mixed LPG,
LPG, untuk bahan bakar konsumen masyarakat.
III. Heavy Naphta,
Naphta , untuk komponen blending premium dan bahan baku
kilang paraxylene
paraxylene..
IV. Platforming (HOMC), digunakan sebagai blending premium.
premium.
V. HSD dan IDO
IDO,, untuk bahan bakar diesel kecepatan tinggi.
VI. IDF dan IDO
IDO,, untuk bahan bakar diesel kecepatan rendah.
VII. Kerosene,, untuk bahan bakar konsumen masyarakat.
Kerosene
VIII. IFO,, untuk bahan bakar furnace dan komponen blending premium
IFO
3.2.2 Lube Oi
Oill C
Com
omp
plex II & III (LOC II & LOC III)
Kilang LOC II & III ini pada dasarnya mempunyai tugas yang sama pada
kilang LOC I, yaitu menghasilkan komponen minyak pelumas dan sebagai hasil
samping adalah aspal dan minyak bakar.
Kilang Lube Oil Complex II ini mempunyai
mem punyai fungsi untuk membuat bahan baku
pelumas dari long residue hasil Crude Distilling Unit (CDU I). Kapasitas produksi
dari LOC II ini adalah 175.4 ton/tahun produk Lube Base Oil dan 55.000 ton/tahun
produk asphalt.
Unit-unit produksi di LOC II:
1. Unit 21: H i gh V
Vaacu
cuum
um Unit (H V U)
Unit ini mengolah long residue dari CDU I untuk menghasilkan hasil
distilasi dengan distilasi vacuum yang akan diproses lebih lanjut untuk membuat
bahan pelumas. Long residue terdiri dari fraksi-fraksi dengan titik didih tinggi,
sehingga bila dilakukan distilasi atmosferik akan terjadi perengkahan karena
temperaturnya sangat tinggi.
Hasil-hasil dari unit 21 ini yaitu:
1. Unit 9 (umum)
Unit 9 terdiri dari sistem utilitas header yang didesain untuk mendukung
fasilitas pada proses unit lainya. Secara umum semua utilitas diambil dari refinery
untuk menyediakan unit baru.
Sistem distribusi utilitas pada unit 9 terdiri dari :
1. High Pressure Steam
2. Medium Pressure Steam
3. Low Pressure Steam
4. Low Pressure Condensate
5. Boiler Blow Down
6. Medium Pressure Boiler Feed Water
7. Service Air
8. Service Water
9. Drinking Water
10. Jacket Water
11. Open Sewer
12. Sour Flare Header
13. Fuel Gas
14. Hydrogen
15. Cold Flare
16. Nitrogen
17. Instrumen Air
2. Unit 91 : Ga
G as Tr
Treeating U
Uni
nitt
Gas treating unit dirancang terutama untuk mengurangi kadar hydrogen
sulphide (H2S) di dalam gas buang (sebagai umpan) hingga maksimum 1 ppmv
sebelum dikirim ke LPG recovery unit dan PSA unit yang telah ada. Dalam
metode operasi normal, laju alir gas total diolah dan larutan amine disirkulasikan
untuk menyerap H2S pada suhu mendekati suhu kamar dan tekanan yang dinaikan.
Gas asam (acid
(acid gas)
gas) menghasilkan produk belerang cair.
3. Unit 92 : LPG
L PG R eco
cove
very
ry Uni
Unitt
Recovery LPG yang diharapkan ialah dalam 99,9% ditetapkan
propane+butane dalam feed ke LPG Recovery Unit dibagi oleh propane+butane
yang terkandung dalam aliran bawah deethanizer.
Tabel 3.5 Spesifikasi Produk LPG
Spe
Spesifi kasi
kasi Unit Ni lai
lai
Ethane LV% Max 0,2%
C3+C4 LV% Min 97,5%
C5+ LV% Max 2%
Reid Vapor Pressure Psi 120
Weathering Test @36°F 95% volume
4. Unit 93 : Sulp
S ulphur
hur R ecove
coverr y Uni
Unitt
Sulphur Recovery Unit (SRU) didirikan untuk memisahkan acid gas dari
amine regeneration di Gas Treating Unit (GTU), dirubah menjadi H2S dalam
bentuk gas menjadi sulfur cair dan dalam bentuk gas sulfur untuk bisa dikirim
melalui eksport.
5. Unit 94 : Ta
T ai l G
Gaas Unit
TGU (Tail
(Tail Gas Unit) dirancang untuk mengolah acid gas dari Sulphur
Recovery Unit (SRU). Semua komponen sulfur diubah menjadi H2S untuk
dihilangkan di unit TGU absorber, arus recycle kembali ke unit SRU dan
sebagian dibakar menjadi jenis sulfur yang terdiri dari SOx kemudian dibuang ke
atmosfer.
6. Unit 95 : Re
R efr
frii ger
ger ati on
Unit Refrigeration dilengkapi dengan pendinginan yang diperlukan untuk
LPG Recovery Unit dan juga dilengkapi dengan Trim Amine Chilling di bagian
Tail Gas Unit untuk memaksimalkan pengambilan sulphur secara umum. System
Refrigeration terdiri dari dua tahap Loop Propane Refrigeration.
Refrigeration.
Total 100
Unit 102 gas concentration dibagi menjadi dua area, yaitu seksi recovery
dan seksi fraksinasi. Pada seksi recovery, etana komponen ringan dan hidrogen
sulfida dipisahkan dari aliran umpan, dan hasil atas dari unit RCU berupa wet gas
dan unstabilized naphta akan masuk seksi fraksinasi untuk dipisahkan fraksinya
menjadi fraksi ringan (C1 – C4) dan fraksi naphta atau fraksi beratnya.
Unit 103 LPG Merox terbagi menjadi tiga proses, yang pertama yaitu
proses absorbsi menggunakan amine untuk mengurangi H2S (Hydrogen Sulfida)
dan COS (Carbonyl Sulfida), proses yang kedua yaitu proses ekstraksi yang
berfungsi untuk mengurangi
me ngurangi kandungan mercaptan dengan cara catalytic oxidation
dengan media caustic, dan proses yang ketiga yaitu proses sweetening
mengkonversikan mercaptan menjadi disulfides.
Unit 104 ini berfungsi untuk memisahkan dan mengolah stream mixed
C3/C4 yang berasal unit LPG Merox 103 untuk menghasilkan propylene dan
mixed LPG.
Unit 105 terdiri dari dua proses utama yang berlangsung di dalam dua reaktor
yaitu reaktor SHU yang berfungsi sebagai diolefin conversion dan sweetening dari
fraksi ringan dari Naphta. Dan reaktor HDS yang berfungsi sebagai sulfur removal
dari fraksi heavy naphta.
BAB IV
ORIENTASI KHUSUS
Nickel, wt ppm 13 13
Secara umum unit 102 gas concentration dibagi menjadi dua area, yaitu seksi
recovery dan seksi fraksinasi. Pada seksi recovery, etana komponen ringan dan
hidrogen sulfida dipisahkan dari aliran umpan, dan hasil atas dari unit RCU berupa
wet gas dan unstabilized naphta akan masuk seksi fraksinasi untuk dipisahkan
fraksinya menjadi fraksi ringan (C1 – C4) dan fraksi naphta atau fraksi beratnya.
Langkah pertama proses di unit Gas Concentration 102 adalah pemisahan non
condensable lean gas dari komponen yang lebih berat. Lean gas tidak dapat
dipisahkan dengan fraksinasi konvensional terkecuali digunakan refrigerasi. Oleh
karena itu, sistem stripper-absorber digunakan sebagai pemisahan utama. Net gas
yang berasal dari unit RFCC 101 harus dikompresi terlebih dahulu dan didinginkan
sebelum memasuki system stripper-absorber. Proses kompresi dilakukan dengan wet
gas compressor (102-K-501) dua stage. Kompresor meningkatkan tekanan gas
sehingga dapat mengalirkan wet gas untuk pemrosesan lebih lanjut di system
stripper-absorber. Aliran spillback pada setiap stage disediakan untuk mencegah
kompresor dari surging ketika startup dan upset. Kecepatan kompresor divariasikan
untuk mengontrol tekanan main column overhead receiver (101-V-522).
(101 -V-522).
pressure receiver
re ceiver (102-V-503). HPS berfungsi sebagai surge
sur ge vessel agar aliran
ali ran tetap
te tap
normal bila ada upset proses dan pemisahan air. Semua aliran internal dan umpan
melalui peralatan tersebut kecuali unstabilized
unsta bilized gasoline yakni wet gas ex-102-K-501,
overhead vapor dari stripper (102-C-503), bottom primary absorber (102-C-501),
dan liquid dari compressor suction
suct ion drum (102-V-501).
Gas yang berasal dari HPS mengandung produk pada rentang propane-butane
(biasa disebut rich gas). Gas ini di-recovery di primary absorber (102-C-501) dengan
diinjeksikan unstabilized gasoline ex-101-V-522 maupun stabilized gasoline dari
debutanizer (102-C_504) pada top section absorber. Panas dihasilkan ketika aliran
liquid turun sepanjang kolom menyerap material ringan dari gas yang naik. Panas
tersebut dipindahkan melalui upper & lower intercooler (102-E-504/503) untuk
meningkatkan efisiensi pemisahan. Liquid hidrokarbon dari bottom primary
absorber (102-C-501) kemudian dipompakan menuju high pressure condenser (102-
E-518). Aliran gas dari primary absorber (102-C-501) bagian atas mengalir menuju
bottom sponge absorber (102-C-502). Sponge absorber
a bsorber (102-C-502) ber
berupa
upa packed
tower dimanasisa material C5+ dipisahkan via kontak secara contercurrent dengan
lean oil, LCO ex-LCO circulation pump (101-P-525A/B). Lean gas keluar dari top
sponge absorber kemudian dikirimkan menuju lean gas amine absorber (102-C-505)
untuk penghilangan H2S dan mengalami proses lebih lanjut untuk dikirimkan ke fuel
gas header. Sebagian lean gas yang belum di-treating dikembalikan ke riser reactor
(101-R-501) sebagai lift gas. Adapun LCO keluaran bottom sponge absorber (rich
oil) dikembalikan ke main column
c olumn (101-C-521).
104E-506
104K-501
104C-
#29 502
104E-505 104P-503
104V-501
104C-501 104P-502
#48
Desuper 104M-501
Lp heater B
/
steam 104P-501
A
5
0
-5
V
4
0
104E-504 Circulating heavy 1
104E-503 naphta
MP BFW
104V-504 A/B
104E-501
LPG from 103V-504
104E-511
104E-502
104V-503
104E-507 104E-508
104P-504
Propylene to tank
LPG to tank
7
5
1
ti
n
u
o
T 105C-502
105E-507
H2
105E-504 105E-504
105C-501 105V-503
105V-502
tdc
105V-501 105F-502
105E-503
To sws
T=145
P=27.8 105P-502
Q=191877 Rich amine to
105E-502 106
105A-501
T=110 105F-501 inhibitor
P=4.1 105E-509
T=110 Q=191730
P=6 105E-501 105P-503
Q=191730
105K-501
105E-506
105P-504 105E-508
105C-503
105P-501
105P-505
105V-506
8
2 0
0 k 1
1 n 105F-503
ti a m To sws
n t o
rf
u m
x o n
e rf e
g
d a
e t ro
e h d 105P-507 105P-506 cwr
f p y 105P-508
e a h
nil n p
o rt u Desulphurized gasoline to tank
s e e
a nI k
G a 105E-511 105E-510
M cws
Gambar 4.3 Proses Flow Diagram Unit Gasoline Hydrotreating
Fungsi dari unit ini adalah mengurangi kandungan sulfur pada feed Gasoline
ex Debutanizer dari 400 ppm.wt menjadi 150 ppm.wt. 2 proses utama berlangsung di
Hidrogen (purity 99-% ex PSA unit 108). Feed gasoline inlet SHU Reactor
pada temperatur 150 oC, press 25.5 kg/cm2.g. Di SHU Reaktor, senyawa
diolefins akan terhidrogenasi untuk menghindari terbentuknya gum di
hydrotreating section. Senyawa light mercaptans dan light sulfur compound
akan dikonversi menjadi heavy sulfur compounds menghasilkan light naphta
yang bebas mercaptan dan light sulfides. Selain itu, juga terjadi isomerisasi
dari external olefins menjadi internal olefins. Produk outlet SHU Reaktor pada
o 2
temperatur 166 C, press 22.5 kg/cm .g. SHU Reactor Effluent masuk ke
splitter untuk dipisahkan antara LCN (Light Cracked Naphta) dan HCN
(Heavy Cracked Naphta). Cutting point draw off LCN diatur berdasarkan
sulfur content LCN max 200 ppm.w. Normal rate draw off LCN adalah 52-%
dari fresh feed dan desain temperatur draw off 116 oC. Sedangkan untuk
produk HCN keluar melalui bottom splitter menuju ke HDS reaktor. Di HDS
Reaktor, pada intinya adalah reaksi desulfurisasi senyawa sulfur menjadi H2S,
meminimalkan reaksi olefin sturation dan mengurangi mercaptan content pada
temp eratur 270 oC (dipanaskan melalui
produk. Feed inlet HDS Reaktor pada temperatur
CFE 105E-506), press 20.6 kg/cm 2.g. Produk keluar reaktor pada temperatur
288 oC, press 19.1 kg/cm2.g. Effluent HDS reaktor menuju ke stabilizer 105C-
503 untuk dipisahkan dari fraksi ringannya sehingga diperoleh RVP sesuai
target. Produk HCN outlet dari stabilizer akan bergabung dengan stream LCN
ex splitter untuk kemudian menuju ke tanki gasolin.
T. 42.1 °C
P. 6.0 kg/cm²
Ligh slop oil to tank T. 129.8 °C
F. 206403 kg/h P. 1.5 kg/cm²
T. 40 °C 106E-504
P. 28 kg/cm² F. 204685 kg/h
Lean Amine to unit 102 F. 166136 kg/h 106S-501-2-3
T. 91.8 °C
106E-501 P. 1.0 kg/cm²
T. 40 °C
Lean Amine to unit 103 P. 28.0 kg/cm²
F. 204685 kg/h
c ws c wr
F. 6649 kg/h
Lean Amine to unit 105 N2
T. 55 °C 106P-501 N2 106P-503
P. 28.0 kg/cm² 106E-505
F. 9000 kg/h Acid gas to flare
c ws
ws c wr
wr
Demin water
106T-501
106V-503 106 unit amine closed drain
106P-504
MDEA ex lorry
106P-505
Berfungsi untuk memisahkan komponen H2S, NH3 dan volatile material yang
terdapat pada sour water sebelum dikirim ke waste water treatment. Acid gas yang
mengandung H2S dan NH3 dialirkan ke flare. Proses pemisahan utama terjadi di
Stripper Column.
4.7.1 Deskripsi Proses
Sour water dikirimkan dari unit 101/104/105 dengan level controller di
bootleg vessel di unit tersebut menuju Sour Water Storage Tank. Dengan
pompa 107-P-505A/B,
107-P-505A/B, sour water dipompakan menuju Sour Water Surge
Drum. Jika terjadi oil carryover pada sour water, fraksi HC tersebut akan
terpisahkan di 107-V-501 dan dengan kontrol 107-LIC-001 dikirimkan ke
Light Slop Oil Tank . H2S dan NH3 dipisahkan dari sour water di Sour Water
Stripper dengan fraksinasi menggunakan
menggunakan Reboiler
Reboiler dengan medium MP steam.
Fraksi ringan di overhead berupa Acid Gas (NH3 dan H2S) akan langsung
dialirkan ke flare. Sedangkan liqud dari tray #6 akan dikembalikan sebagai
overhead reflux setelah didinginkan di Pumparound Cooler melalui pompa
107-P-503A/B. Bottom product stripped water sebagian akan dikembalikan
lagi masuk ke tray #24 setelah keluar dari reboiler. Sedangkan produk stripped
water lainnya dari bottom produk dipompakan dengan 107-P-504A/B dan
dialirkan ke 166-T-501 setelah didinginkan di 107-E-501 dan 107-E-504.
To Flare PC Make up
Hydrogen to
105E-501
PC 108PIC-021
Off spec P: 3.5 Kg/cm2g
108FI-003 T: 43.0 Deg C
Hydrogen
F: 3164 Kg/H
FI
108PIC-005 108PIC-018 PC
P:34.0 Kg/cm2g
T:94.6 Deg C
F:3465 Kg/H
Fuel
Gas
P: 2.0 Kg/cm2g
108PIC-012 T: 82.4 Deg C
F: 3164 Kg/H
Pressure signal P:33.0 Kg/cm2g
Fr FOC II P:15.0 Kg/cm2g T:43.0 Deg C
T:36.8 Deg C F:3465 Kg/H
F:3164 Kg/H 108E-501
Rich Hydrogen 108E-502 108E-503
fr FOC II PC
PC
Pressure signal 108A-503 108V-504
Fr FOC II
PC
P:5.0 Kg/cm2g
T:89.3 Deg C
P:0.5 Kg/cm2g P: 1.5 Kg/cm2g F:3164Kg/H
Rich Hydrogen
fr FOC I T:43.0 Deg C T: 43.0 Deg C
F:3164 Kg/H F: 3164 Kg/H
108A-501 To Flare
P:16.5 Kg/cm2g 108V-502
T:37.0DegC
F:3465Kg/H 108V-501
108K-502
108K-501A/B A/B
to
unit 105
To Flare
Berfungsi untuk meningkatkan purity hidrogen dari unit existing (FOC-I & FOC-
II) untuk digunakan di unit 105 (Prime G+) dengan kemurnian produk 99-%. Proses
pemurnian terjadi dengan prinsip pressure swing adsorption dengan pengaturan
sequence berdasarkan logic PLC. Prinsip pemurnian dengan cara adsorpsi dari
impurities gas H2 ke permukaan solid adsorbent yang berupa karbon aktif. Pada
tekanan tinggi, impurities akan teradsorb ke pori-pori adsorbent dan pada tekanan
rendah, impurities akan terdesorpsi dari permukaan adsorbent. Proses ini dikenal
sebagai Pressure Swing Adsorption (PSA).
untuk mengendap yaitu lebih dari 1000 menit, ketika waktu nya kurang dari
1000 menit maka akan dilakukan injeksi antioksidan sehingga gasoline lebih
stabil dan tidak mudah menggumpal.
Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 74
UPN “Veteran” Yogyakarta
BAB V
UTILITAS DAN LABORATORIUM
5.1.Utilitas
Unit Utilities pada PERTAMINA RU IV Cilacap adalah
a dalah semua bahan atau media atau
sarana yang dibutuhkan untuk menunjang operasi pengolahan kilang seperti tenaga listrik,
tenaga uap, air pendingin, air bersih, udara bertekanan, bahan bakar dan air baku sehingga
kilang dapat memproduksi BBM dan NBM.
Pengadaan utilities dalam industri, khususnya untuk operasional kilang bahan bakar
minyak dan petrokimia Pertamina RU IV selama ini selalu diusahakan sendiri, mengingat
kebutuhan pasokan yang berkesinambungan belum dapat diperoleh dari sumber lain. Dalam
pengoperasian utilities harus handal karena bila terjadi kegagalan dalam pengoperasian
utilities, tidak saja akan mengakibatkan kehilangan produksi kilang berupa BBM, NBM dan
Petrokimia tetapi dapat juga menimbulkan kerusakan katalis, peralatan operasi, dan
kesalamatan (safety).
Diagram alir sederhana Unit Utilities
Utilities pada PERTAMINA
PERTAMINA RU IV dapat dilihat pada
gambar berikut.
a) Utilities I (Area 50) yang dibangun pada tahun 1973 dan mulai dioperasikan
tahun 1976 menunjang pengoperasian utilities I, FOC I, LOC I, dan Off Site
area 30, 40, 60, dan 70 dengan kapasitas pengolahan 100.000 barrel/hari.
b) Utilities II (Area 05) yang dibagun pada tahun 1980 dan mulai dioperasikan
tahun 1983 menunjang pengoperasian
pengoperasian utilities
utilitie s II, FOC II, LOC II, dan Off Site
area 30, 40, 60, dan 70 dengan kapasitas pengolahan 200.000 barrel/hari.
c) Utilities Paraxylene yang sebagian besar unitnya terletak di utilities I / area
50 yang mulai dioperasikan tahun 1990 dan bertugas dalam menunjang area
kilang paraxylene dengan kapasitas produksi petrokimia sebanyak
se banyak 270.000 ton
/tahun.
d) Utilities IIA (Area 500) yang mulai dioperasikan tahun 1998 dengan
penambahan sarana terbatas, khusus dibangun untuk menunjang operasi
Debottlenecking kilang Cilacap, sehingga total kapasitas pengolahan kilang
Cilacap dapat dinaikkan dari 300.000 barrel/hari menjadi 348.000 barrel / hari.
Pada saat pengembangan kilang dari tahun 1976 hingga tahun 1998 agar kehandalan
dan fleksibilitas operasi utilities terjamin maka sebagian besar sistemnya terintegrasi yaitu
antara sistem utilities I, II, IIA, dan utilities paraxylene saling menunjang, sehingga bisa
diartikan suatu sistem satu kesatuan.
Dalam memenuhi kebutuhan kilang Cilacap maka utilities PERTAMINA RU IV
Cilacap secara operasional memiliki unit – unit kerja yaitu :
a. Unit 51/051/510 Unit Pembangkit Tenaga Listrik
2
dan menghasilkan medium pressure steam (MP steam) bertekanan 18 kg/cm dengan
0
temperatur 330 C serta menghasilkan pula condensat recovery sebagai air penambah
pada tangki desuperheater dan tangki BFW.
Masing – masing unit memiliki kapasitas sebagai berikut :
a. Utilities I kapasitas @ 8 MW (3 generator)
d. Utilities IIA kapasitas 8 MW
5.1.2 Unit 52/052/520 (Unit Pembangkit Tenaga Uap)
A. Sistem Pembangk
Pe mbangkitit
Uap bertekanan yang ada pada unit ini sebagian besar adalah untuk
menggerakkan unit turbin generator sebagai unit pembangkit listrik yang
menggunakan tenaga uap sebagai tenaga penggeraknya. Unit ini memiliki 9 buah
boiler yang memiliki tekanan kerja 60 kg/cm2 dan temperatur 460 0 C yang biasa
disebut high pressure steam (HP steam) dengan total kapasitas terpasang saat ini 790
ton/jam.
spesifikasi tertentu dengan cara destilasi pada tekanan rendah (vacuum). Ada dua
sistem pembuatan air bersih di SWD yaitu dengan Multi Stage Fl
Flash
ash (MSF) through
dan Multi Stage Flash Brine Recirculation.
Recirculation.
5.1.5 Unit 57/057 (Unit Distribusi Bahan Bakar Cair dan Gas)
a. Sistem Bahan Bakar Cair
Sistem bahan bakar cair terdiri dari sistem HFO dan HGO. Sistem HFO
digunakan sebagai bahan bakar pada boiler dan furnace saat normal operasi,
sedangkan HGO digunakan pada saat start up dan shut down unit.
b. Sistem Bahan Bakar Gas
Bahan bakar gas (refinery gas) dipakai dan dimaksimalkan untuk pembakaran
di boiler dan furnace. Bahan baku diperoleh dari unit proses dan ditampung di mix
drum (vessel pencampur bahan bakar gas) 57V-2 dan 057V-102 yang selanjutnya
didistribusikan ke seluruh proses area dengan tekanan 3.5 kg/cm 2. Apabila tekanan
lebih dari 4 kg/cm2 akan dibuang ke flare dan apabila kurang dari 2.5 kg/cm 2 akan
disuplai dari LPG vaporizer system dengan media pemanas LP steam. LPG Vaporizer
Vessel berfungsi untuk menampung dan memproses propane/butane yang offspec.
Pada sistem bahan bakar gas ini juga terdapat waste gas compressor yang berfungsi
untuk memperkecil losses gas ke flare.
5.2 Laboratorium
Bagian laboratorium memegang peranan penting di kilang, karena pada laboratorium
ini data-data tentang raw material dan produk akan diperoleh. Dengan data-data yang
diberikan maka proses produksi akan selalu dapat dikontrol dan dijaga standar mutu sesuai
dengan spesifikasi yang diharapkan.
Bagian laboratorium berada di bawah Manajer Kilang yang mempunyai tugas pokok :
Sebagai pengontrol kualitas bahan baku, apakah sudah memenuhi persyaratan
yang diperkenankan atau tidak.
Sebagai pengontrol kualitas produk, apakah sudah memenuhi standar yang
berlaku atau belum.
Bahan-bahan yang diperiksa di laboratorium ini adalah :
1. Crude Oil
Stream productFOCI/II, LOCI/II/III, dan paraxylene
Utilities : water, steam, fuel oil, fuel gas, chemical agent , dan katalis
Intermediate product dan finishing product.
Dalam pelaksanaan tugas, bagian laboratorium dibagi menjadi Laboratorium
Pengamatan, Laboratorium Analitik dan Gas, Laboratorium Litbang, dan Ren. ADM/
Gudang/ Statistik.
4. Hydrometer
Alat untuk mengukur specific gravity (60/600F) dari minyak yang
berfraksi ringan dan fraksi berat
5. Viscometer Bath
Alat untuk mengukur viskositas minyak fraksi ringan dan fraksi berat.
Alat yang digunakan untuk mengukur pour point (titik tuang) dari
minyak dimana yang diamati adalah temperatur minyak tertinggi pada saat
minyak masih dapat di tuang.
t uang.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. Refinery Unit IV Cilacap ini merupakan unit pengolahan terbesar yang dikelola
Pertamina secara keseluruhan yang dilihat dari hasil produksinya. Kilang Cilacap ini
memasok 34% kebutuhan BBM nasional atau 67% kebutuhan BBM di Pulau Jawa.
Selain itu, kilang ini merupakan satu-satunya kilang di tanah air saat ini yang
memproduksi aspal dan base oil untuk kebutuhan pembangunan infrastruktur di
tanah air.
2. Refinery Unit IV Cilacap memiliki beberapa unit proses seperti FOC 1, FOC 2, LOC
I,II,III, Paraxylene, dan RFCC.
3. Kilang RFCC
RFCC (Resid Fluid Catalytic Cracking)
Cracking) dirancang untuk mengolah produk
produk
bawah CDU II berupa
ber upa LSWR (Low Sulphur Wax Residue) sejumlah 58.000 BPSD
dan vacuum gas oil dari HVU dan LOC I/II sejumlah 4000 BPSD yang bernilai jual
rendah menjadi produk yang bernilai jual tinggi.
4. Dalam pengoperasian, kilang RFCC memiliki 9 unit diantaranya unit 101 Residual
Catalytic Unit, unit 102 Gas Concentration, unit 103 LPG Merox, unit 104
Propylene Recovery, unit 105 Gasoline hydrotreating, unit 106 Amine treating, unit
107 Sour Water Stripping, unit 108 Hydrogen Purification, unit 109 Oxidation
stability, Chemical Injection.
DAFTAR PUSTAKA
Project” .
IV Cilacap”.
Cilacap”. Jurusan Teknik Kimia Universitas Diponegoro.
Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 87
UPN “Veteran” Yogyakarta