Anda di halaman 1dari 97

LAPORAN UMUM KERJA PRAKTEK

PT PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT IV CILACAP

Disusun Oleh :

Intan Octaviana Putri 121130253


Maya Dwi Arfiani 121130255

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA S1 FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI

UNIVERSITAS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

YOGYAKARTA

2015/2016
Laporan Praktek Kerja
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KERJA PRAKTEK

PT. PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT IV


CILACAP – JAWA TENGAH

Intan Octaviana Putri (121130253)


(121130253)
Maya Dwi Arfiani (121130255
(121130255))

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI


UNIVERSITAS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
Ste
Steam Tur
Turbbi ne G ene
nerat
rato
ors (STG) Pada Kilang
R esid F lui
luidd C atalyt
lytii c C r acki
cking
ng (RFCC)

Telah diperiksa dan disetujui pada


Tanggal :

Mengetahui, Disahkan oleh,


Section Head Process Engineering Pembimbing KP

Yulianto Triwibowo Andri Wiyo


Nopek. 741347 Nopek.752542

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani ii


UPN “Veteran” Yogyakarta
Laporan Praktek Kerja
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

HALAMAN PENGESAHAN
KERJA PRAKTEK
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA

Nama / NIM : Intan Octaviana Putri / 121130253

Maya Dwi Arfiani/ 121130255

Pabrik : PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap

Dosen Pembimbing : Ir. Purwo Subagyo, MT

Yogyakarta, Juni 2017

Dosen Pembimbing

Ir. Purwo Subagyo, MT


NIP. 19561212
19561212 199203 1 0
001
01

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani iii


UPN “Veteran” Yogyakarta
Laporan Praktek Kerja
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, sehingga

penulis dapat menyelesaikan laporan umum Kerja Praktek di PT. Pertamina


(Persero) RU IV Cilacap tepat pada waktunya. Laporan disusun untuk memenuhi
persyaratan mata kuliah Kerja Praktek
Prakte k di Jurusan Teknik Kimia, Fakultas
Fakulta s Teknik,
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.
Yogyakarta . Kerja praktek
dilaksanakan selama satu bulan, yaitu pada tanggal 8 Mei 2017 – 8 Juni 2017 di
bagian Process Engineering PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap. Pada
kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa atas kesempatan dan kemudahan yang telah
diberikan.
2. Keluarga dan teman-teman yang telah memberikan doa dan dukungannya.
3. Bapak Ir. Purwo Subagyo, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing kerja
praktek.
4. Bapak Wahyu Sulistyo Wibowo, S.T. selaku Kepala Bagian Process
Engineering.
5. Bapak Andri Wiyo, S.T. selaku pembimbing lapangan kerja praktek.
pra ktek.
6. Seluruh staf Process Engineering PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV
Cilacap.
Penyusun menyadari keterbatasan dan kemampuan dalam penyusunan
laporan ini, besar harapan penulis akan saran dan kritikan yang sifatnya
membangun. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Cilacap, Juni 2017

Penyusun

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani iv


UPN “Veteran” Yogyakarta
Laporan Praktek Kerja
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN i
LEMBAR PENGESAHAN
Error! Bookmark not defined.
HALAMAN PENGESAHAN ii
DAFTAR ISI v
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR TABEL ix
BAB I PENDAHULUAN
PENDAHU LUAN 1
1.1 Sejarah Singkat Pertamina 1
1.2 Pertamina RU IV Cilacap 3
1.2.1 Kilang Minyak I 4

1.2.2 Kilang Minyak II 7


1.2.3 Kilang Paraxylene 9
1.2.4 Kilang LPG dan Sulphur Recovery Unit 10
1.2.5 Resid Fluid Catalytic Cracking (RFCC) 11
1.3 Lokasi dan Tata Letak 12
1.3.1 Lokasi Pabrik 12
1.3.2 Tata Letak Kilang 13
1.4 Bahan Baku dan Produk 18
1.5 Spesifikasi Produk 20
1.5.1 Bahan Bakar Minyak 20
1.5.2 Bahan Bakar Khusus 24
1.5.3 Produk-Produk Gas 25
1.5.4 Produk Non-BBM 27
1.6 Sarana Penunjang 28
1.7 Sistem Pemasaran Hasil Produksi 29
BAB II SISTEM MANAJEMEN DAN ORGANISASI 30
2.1 Visi, Misi, Motto, Logo,
Logo, dan Slogan PT Pertamina (Persero) 30
2.1.1 Visi PT Pertamina (Persero) 30
2.1.2 Misi PT Pertamina (Persero) 30

2.1.3 Motto PT Pertamina (Persero) 30

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani v


UPN “Veteran” Yogyakarta
Laporan Praktek Kerja
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

2.1.4 Logo PT Pertamina (Persero) 30


2.2 Tata Nilai PT Pertamina 31
2.3 Visi, Misi, Motto PT Pertamina RU IV Cilacap 32
2.3.1 Visi PT Pertamina RU IV Cilacap 32
2.3.2 Misi PT Pertamina RU IV Cilacap 32
2.3.3 Motto PT Pertamina RU IV Cilacap 32
2.4 Sistem Manajemen dan Pengawasan 32
2.5 Sistem Organisasi dan Kepegawaian 32
2.5.1 Sistem Organisasi 33
2.5.2 Sistem Kepegawaian 34
2.6 Kesejahteraan dan Fasilitas 34
BAB III ORIENTASI UMUM 37
3.1 Organisasi dan Job Description 37

3.1.1 Process Engineering 37


3.1.2 Health Safety Environment (HSE) 38
3.2Unit-Unit Proses 40
3.2.1 Fuel Oil Complex 1 (FOC 1) 40
3.2.1 Lube Oil Complex 1 (LOC 1) 45
3.2.3 Fuel Oil Complex II (FOC II) 47
3.2.2 Lube Oil Complex II & III (LOC II & LOC III) 52
3.2.3 Kilang Paraxylene Cilacap (KPC) 54
3.2.6 Kilang LPG & Sulphur Recovery Unit 57
3.2.7 Kilang Resid Fluid Catalytic Cracking
Crac king (RFCC)
Error! Bookmark not defined.
BAB IV ORIENTASI
ORIENTAS I KHUSUS 62

4.1 Unit 101 RCU (Residual Catalytic Unit) 63


4.1.1 Deskripsi Proses 64
4.2 Unit 102 Gas Concentration 65
4.2.1 Deskripsi Proses 65
4.3 Unit LPG Merox 67
4.4 Unit 104 Propylene Recovery 68
4.4.1 Deskripsi Proses 68

4.5 Unit 105 Gasoline Hydrotreating 69

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani vi


UPN “Veteran” Yogyakarta
Laporan Praktek Kerja
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

4.5.1 Deskripsi Proses 69


4.6 Unit 106 Amine Treating 70
4.6.1 Deskripsi Proses 70
4.7 Unit 107 Sour Water Stripping 71
4.7.1 Deskripsi Proses 72
4.8 Unit Hydrogen Purification 72
4.8.1 Deskripsi Proses 73
4.9 Unit 109 Oxidation Stability, Chemical Injection 73
BAB V UTILITAS
UTILIT AS DAN LABORATORIUM
LABORATORIU M 75
5.1.Utilitas 75
5.1.1 Unit 51/051/510
51/051/510 (Unit Pembangkit Tenaga Listrik ) 76
5.1.2 Unit 52/052/520
52/052/520 (Unit Pembangkit Tenaga Uap) 77
5.1.3 Unit 53/053/530
53/053/530 (Unit Distribusi Air Pendingin) 78

5.1.4 Unit 54/054 (Unit Pengadaan Air Bersih) 78


5.1.5 Unit 57/057 (Unit Distribusi Bahan Bakar Cair dan Gas) 79
5.1.6 Unit 63/063 (Unit Pengadaan Air Baku) 79
5.2 Laboratorium 80
5.2.1 Program Kerja Laboratorium 80
5.3 Peralatan Utama 82
5.3.2 Laboratorium Analitika dan Gas 83
5.3.3Laboratorium Penelitian dan Pengembangan Lingkungan
Lingkungan 84
5.3.4 Laboratorium Administrasi, Material, Gudang, dan Statistik 84
5.3.5 Laboratorium Paraxylene 84
5.3.6 Prosedur Analisis 85
BAB VI PENUTUP 86
6.1 Kesimpulan 86
6.2 Saran 86
DAFTAR PUSTAKA 85

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani vii


UPN “Veteran” Yogyakarta
Laporan Praktek Kerja
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Lokasi Refinery Unit Pertamina Seluruh Indonesia 2


Gambar 1. 2 Diagram Blok Proses Pertamina RU IV 4
Gambar 1. 3 Diagram Blok FOC 1 6
Gambar 1. 4 Diagram Blok LOC 1 6
Gambar 1. 5 Diagram Blok FOC II 8
Gambar 1. 6 Diagram Blok Paraxylene 10
Gambar 1. 7 Diagram Blok LPG dan Sulfur Recovery 11
Gambar 1. 8 Diagram Block RFCC 12
Gambar 1. 9 Lokasi Pabrik RU-IV Pertamina Cilacap 13
Gambar 1. 10 Pipanisasi BBM Pulau Jawa 28
Gambar 2.1 Logo Pertamina 29
Gambar 2.2 Struktur Organisasi RU IV Cilacap 33

Gambar 3.1 Blok Diagram FOC I 40


Gambar 3.2 Blok Diagram FOC II 48
Gambar 3.3 Blok Diagram Kilang Paraxylene 54
Gambar 3.4 Blok Diagram Kilang RFCC 59
Gambar 4.1 Proses Flow Diagram Unit LPG Merrox 66
Gambar 4.2 Proses Flow Diagram Unit Propylene Recovery 67
Gambar 4.3 Proses Flow Diagram Unit Gasoline Hydrotreating 68
Gambar 4.4 Proses Flow Diagram Amine Treating 69
Gambar 4.5 Proses Flow Diagram Sour Water Stripping 70
Gambar 4.6 Proses Flow Diagram Hydrogen Purification 71
Gambar 5.1 Aliran Proses Unit Utilitas 74

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani viii


UPN “Veteran” Yogyakarta
Laporan Praktek Kerja
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Refinery Unit Pertamina dan Kapasitasnya 2
Tabel 1.2 Kapasitas Desain Tiap Unit pada FOC I dan LOC I 5
Tabel 1.3 Kapasitas Desain Tiap Unit pada FOC II dan LOC II/III 7
Tabel 1.4 Kapasitas Desain Tiap Unit di Kilang Paraxylene 9
Tabel 1.5 Spesifikasi Premium 19
Tabel 1.6 Spesifikasi Kerosene 20
Tabel 1.7 Spesifikasi Minyak Diesel 20
Tabel 1.8 Spesifikasi Minyak Bakar 21
Tabel 1.9 Spesifikasi Minyak Solar 21
Tabel 1.10 LP Mix Spesification 24
Tabel 1.11 LP Propane Spesification 25
Tabel 1.12 LP Butane Spesification 25
Tabel 3.1 Karakteristik Umpan 40
Tabel 3.2 Kapasitas Umpan yang Diolah pada FEU 46
Tabel 3.3 Kapasitas Umpan yang Diolah di MEK Dewaxing Unit 46
Tabel 3.4 Komposisi Crude Oil di FOC II 47
Tabel 3.5 Spesifikasi Produk LPG 58
Tabel 3.6 Spesifikasi Produk Condensor 58
Tabel 3.7 Komposisi Design Refrigeration 59
Tabel 4.1 Karakteristik Umpan RCU 62

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani ix


UPN “Veteran” Yogyakarta
Laporan Praktek Kerja
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Sejarah Singkat Pertamina


Sumber daya alam merupakan segala sesuatu yang tersedia dan dapat digunakan
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Indonesia merupakan salah satu negara yang
memiliki beragam sumber daya alam seperti minyak bumi dan gas alam. Minyak bumi
dan gas alam di Indonesia telah dikelola sejak masa penjajahan Belanda dan digunakan
dalam rangka pemenuhan komsumsi energi dan pembangkit tenaga listrik dalam negeri
baik dalam sektor rumah tangga maupun sektor industri. Bagi Indonesia, minyak bumi
merupakan sumber daya alam yang sangat penting karena disamping untuk keperluan
dalam negeri, juga untuk menambah devisa negara melalui ekspor migas. Seiring dengan
perkembangan industri dan pembangunan di Indonesia maka kebutuhan energi akan
meningkat dari tahun ke tahun.
Penggunaan minyak bumi terus berkembang dan semakin meningkat dari waktu
ke waktu. Minyak bumi merupakan salah satu sumber energi utama yang masih
digunakan, terutama untuk pembangkit tenaga listrik serta sebagai bahan bakar berbagai
jenis mesin. Konsumsi minyak bumi ini terus meningkat terutama untuk keperluan dal
dalam
am
negeri diantaranya mencapai 34 % sebagai bahan bakar minyak (BBM) untuk kebutuhan
pulau Jawa. Untuk itu, Pemerintah Indonesia mengeluarkan UU No. 19/196 Tentang
Perusahaan Negara dan UU No. 44/196 Tentang Pertambangan Minyak dan Gas Bumi.
Atas dasar kedua Undang-Undang tersebut, maka pada tahun 1961 dibentuk perusahaan
negara sektor Minyak dan Gas Bumi, yaitu :
 PN PERTAMIN ( Perusahaan Pertambangan Minyak)
 PN PERMINA ( Perusahaan Minyak Nasional)
Kedua perusahaan tersebut bertindak selaku kuasa pertambangan yang usahanya
meliputi bidang gas dan minyak bumi dengan kegiatan sebagai berikut :
1. Eksplorasi
2. Eksploitasi
3. Pemurnian dan Pengelolaan
4. Pengangkutan
Kemudian, kedua perusahaan tersebut digabung menjadi PN PERTAMINA.

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 1


UPN “Veteran” Yogyakarta
Laporan Praktek Kerja
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

Untuk kelanjutan dan perkembangannya, maka Pemerintah mengeluarkan UU No. 8/1971


tentang PERTAMINA sebagai Pengelolaan Tunggal di Bidang Minyak Dan Gas Bumi di
Indonesia. Kemudian berubah menjadi PT PERTAMINA (Persero) berdasarkan Peraturan
Pemerintah No. 31 Tahun 23 sebagai amanat dari pasal 6 UU no. 22 th 21 tentang Minyak
dan Gas Bumi. PERTAMINA memiliki unit-unit operasi yang tersebar di seluruh
Indonesia yang meliputi beberapa operasi Eksplorasi dan Produksi, ada 7 Refinery Unit
dan 8 Unit Pemasaran.
Tabel 1.1 R efi
fine
nery
ry Unit PERTAMINA dan Kapasitasnya
R efine
fi nery
ry Uni
Unitt (RU) Kapasitas (barrel/hari)

RU I Pangkalan Brandan 5.000*

RU II Dumai dan Sungai Pakning 170.000

RU III Plaju dan Sungai Gerong 135.000

RU IV Cilacap 348.000

RU V Balikpapan 270.000

RU VI Balongan, Indramayu 125.000

RU VII Kasim, Sorong 10.000

*sudah tidak beroperasi lagi sejak tahun 2006


(Sumber : PT. Pertamina, 2012)

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 2


UPN “Veteran” Yogyakarta
Laporan Praktek Kerja
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

Gambar 1. 1 Lokasi Refinery Unit Pertamina Seluruh Indonesia

(Sumber : PT. PERTAMINA, 2015)

1.2 Pertamina RU IV Cilacap


Seiring dengan perkembangan industri dan pembangunan di Indonesia,
kebutuhan energi akan meningkat dari tahun ke tahun. Perkembangan penggunaan
minyak bumi dewasa ini terus berkembang dan semakin meningkat. Konsumsi
minyak bumi terus meningkat terutama untuk keperluan dalam negeri diantaranya
mencapai 34% sebagai Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk kebutuhan pulau Jawa.
Pembangunan kilang di Cilacap merupakan pembangunan salah satu dari unit-
unit pengolahan yang ada di Indonesia. Refinery Unit IV Cilacap ini merupakan unit
pengolahan terbesar yang dikelola Pertamina secara keseluruhan yang dilihat dari
hasil produksinya. Kilang Cilacap ini memasok 34% kebutuhan BBM nasional atau
67% kebutuhan BBM di Pulau Jawa. Selain itu, kilang ini merupakan satu-satunya
kilang di tanah air saat ini yang memproduksi aspal dan base oil untuk kebutuhan
pembangunan infrastruktur di tanah air. Kilang Minyak Cilacap didirikan dengan
maksud untuk menghasilkan produk BBM dan Non BBM guna memenuhi kebutuhan
dalam negeri yang selalu meningkat dan mengurangi ketergantungan terhadap suplai
BBM dari luar negeri.
Pembangunan kilang minyak di Cilacap dilaksanakan dalam lima tahap yaitu
Kilang Minyak I, Kilang Minyak II, Kilang Paraxylene, RFCC, dan Kilang SRU.

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 3


UPN “Veteran” Yogyakarta
Laporan Praktek Kerja
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

Garis besar proses pengolahan minyak bumi yang dilakukan di Pertamina RU IV


Cilacap dapat ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 1. 2 Diagram Blok Proses Pertamina RU IV

(Sumber : PT. PERTAMINA, 2015)

1.2.1 Kilang Minyak I


Pembangunan kilang minyak I Cilacap dimulai tahun 1974 dan mulai
beroperasi pada 24 Agustus 1976 setelah diresmikan oleh Presiden Soeharto. Kilang
ini dirancang oleh Shell International Petroleum Maatschappij (SIPM), sedangkan
kontraktornya adalah Fluor Eastern Inc. yang dibantu oleh beberapa sub kontraktor
dari perusahaan nasional Indonesia dan asing. Selaku pengawas dalam pelaksanaan
proyek ini adalah Pertamina.
Kilang Minyak I ini dirancang dengan kapasitas semula 100.000 barrel/hari,
dengan crude berasal dari Timur Tengah yaitu Arabian Light Crude (ALC). Selain
menghasilkan BBM, kilang ini juga merupakan satu-satunya kilang penghasil
pelumas (lube base oil ) dan aspal. Dalam perkembangan selanjutnya, kilang ini
mengolah Iranian Light Crude (ILC)
(ILC) dan Basrah Light Crude (BLC)
(BLC)..
Kilang Minyak I Pertamina Refinery Unit IV Cilacap meliputi :

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 4


UPN “Veteran” Yogyakarta
Laporan Praktek Kerja
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

a) Fuel Oil Complex (FOC I), untuk memproduksi BBM.


b) Lube Oil Complex (LOC I), untuk memproduksi bahan baku minyak
pelumas (lube
(lube base oil) dan aspal.
c) Utilities Complex I (UTL I), menyediakan semua kebutuhan utilities
dari unit-unit proses seperti steam, listrik, angin instrumen, air
pendingin serta fuel system.
d) Offsite Facilities,
Facilities, yaitu sebagai fasilitas penunjang yang terdiri dari
tangki- tangki storage, flare sistem, utilitas, dan environment system.

Tabel 1.2 Kapasitas desain tiap unit pada FOC I dan LOC I

F ue
uell Oil Co
Com
mple
lexx I (F OC I ) L ub
ube
e Oil Co
Com
mplex
lex I (L OC I )
Unit proses Kapasitas
Kapasitas(ton/hari)
(ton/hari) Unit proses Kapasita
Kapasitas(ton/hari)
s(ton/hari)
Crude Distiller 13.650 High Vacuum Unit 3.184
Naphtha 2.275 Propane Deasphalting 784
Hydrotreater Unit

Gas Oil HDS 2.300 Furfural Extraction 991-1.580


Unit

Platformer 1.650 MEK Dewaxing Unit 226-337


Propane 43,5
Manufacturing

Kerosine Merox 1.940


Treater

Sour Water 743,469


Stripper

N2 Plant
N2 gas 100Nm /jam
N2 cair 65Nm /jam
CRP Unit 1615,2

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 5


UPN “Veteran” Yogyakarta
Laporan Praktek Kerja
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

Gambar 1. 3 Diagram Blok FOC 1

Gambar 1. 4 Diagram Blok LOC 1

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 6


UPN “Veteran” Yogyakarta
Laporan Praktek Kerja
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

1.2.2 Kilang Minyak II


Pembangunan Kilang Minyak II pada tahun 1981 untuk memenuhi kebutuhan
BBM dalam negeri yang terus meningkat. Kilang ini memulai beroperasi setelah
diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 4 Agustus 1983. Perluasan ini
dilakukan mengingat peningkatan konsumsi BBM yang menjadi tidak seimbang lagi
dengan produksi yang ada.
Kilang II dirancang terutama untuk mengolah minyak mentah dalam negeri
karena sebelumnya minyak mentah dalam negeri diolah di kilang minyak luar negeri
kemudian baru masuk kembali ke Indonesia dalam bentuk BBM. Cara seperti ini
sangatlah tidak efisien. Kilang ini mengolah minyak mentah dalam negeri yang kadar
sulfurnya lebih rendah daripada minyak mentah Timur Tengah. Awalnya, minyak
mentah domestik yang diolah merupakan campuran dari 80% Arjuna Crude (kadar
sulfurnya 0,1%/berat). Dalam perkembangannya, bahan baku yang diolah adalah
minyak cocktail yang merupakan campuran dari minyak mentah dalam dan luar
negeri
Sebelum diadakan Debottlenecking Project pada tahun 1997/1998, kapasitas
Kilang Minyak II hanya 200.000 barrel/hari tetapi setelah diadakan proyek tersebut,
kapasitasnya meningkat menjadi 230.000 barrel/hari. Area Kilang Minyak II meliputi:
a) Fuel Oil Complex II (FOC II) yang memproduksi BBM.
b) Lube Oil Complex II (LOC II) yang memproduksi bahan dasar minyak
pelumas dan aspal
c) Lube Oil Complex III (LOC III) yang juga memproduksi bahan dasar
minyak pelumas dan aspal
d) Utilities Complex II (UTL II) yang fungsinya sama dengan UTL I.

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 7


UPN “Veteran” Yogyakarta
Laporan Praktek Kerja
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

Tabel 1.3 Kapasitas desain tiap unit pada FOC II dan LOC II/III
F ue
uell Oil Co
Com
mple
lexx I I (F OC I I ) L ub
ube
e Oil Co
Com
mple
lexx I I (L OC I I )
Unit proses Kapasitas Unit proses Kapasitas
(ton/hari) (ton/hari)

Crude Distiller II 26.680 High Vacuum Unit 2.238


Naphtha Hydrotreater II 2.441 Propane Deasphalting Unit 538
CCR Platformer II 2.441 Furfural Extraction Unit 478-573
LPG Recovery 730 MEK Dewaxing Unit 226-337
AH Unibon 2.680
Visbreaker 8.387
Thermal Distillate HDT 1.800
Naphta Merox Treater 1.620

Gambar 1. 5 Diagram Blok FOC II

Kompleks BBM (Fuel Oil Complex II) di kilang ini dirancang oleh Universal
Oil Product (UOP) sedangkan Kompleks Bahan Dasar Minyak Pelumas ( Lube Oil

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 8


UPN “Veteran” Yogyakarta
Laporan Praktek Kerja
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

Complex II dan III ) dirancang oleh Shell International Petroleum Maatschappij


(SIPM), dan offsite facilities oleh Fluor Eastern Inc
Inc.. Kontraktor utama untuk
pembangunan kilang ini adalah
adalah Fluor Eastern Inc.
Inc.

1.2.3 Kilang Paraxylene


Berdasarkan pertimbangan adanya bahan baku naphta dan sarana pendukung
seperti tangki, dermaga dan utilitas maka pada tahun 1988 dibangunlah Kilang
Paraxylene Cilacap (KPC) guna memenuhi kebutuhan bahan baku kilang PTA
(Purified Terephtalic Acid) di Plaju, sekaligus sebagai usaha meningkatkan nilai
tambah produk kilang BBM.
Kilang paraxylene dibangun pada tahun 1988 dan sebagai kontraktor
pelaksanaannya adalah Japan Gasoline Corporation (JGC)
(JGC).. Kilang ini mulai

beroperasi, setelah diresmikan oleh Presiden RI pada 20 Desember 1990.


pembangunan kilang ini didasarkan pada pertimbangan adanya bahan baku Naphtha
dan sarana pendukung yang tersedia, seperti tangki, dermaga, dan utilitas. Pertamina
RU IV semakin penting dengan adanya kilang paraxylene, karena dengan mengolah
590.000 ton/tahun naphta menjadi produk utama paraxylene , benzene, dan produk
samping lainnya, otomatis RU IV menjadi satu-satunya unit pengolahan minyak bumi
di Indonesia yang terintegrasi dengan industri petrokimia.
Jenis produk kilang paraxylene yaitu : paraxylene, benzene, LPG, raffinate,
heavy aromate, dan fuel gas/exces s. Paraxylene yang dihasilkan menjadi bahan baku
gas/exc ess.

pabrik Purified Terepthalic Acid (PTA) pada pusat aromatik di Plaju, Sumatera
Selatan. Hal ini merupakan suatu bentuk usaha penghematan devisa sekaligus sebagai
usaha peningkatan nilai tambah produksi kilang BBM. Seluruh produk benzene
diekspor, sedangkan produk-produk lainnya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri
dan kilang sendiri.

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 9


UPN “Veteran” Yogyakarta
Laporan Praktek Kerja
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

Tabel 1.4 Kapasitas desain tiap unit di Kilang Paraxylene

Unit Proses Kapasita


Kapasitass (ton/hari)
Naphta Hydrotreater 1.791

CCR Platformer 1.791


Sulfolane 1.100
Tatoray 1.730
Xylene Fractionator 4.985
Parex 4.440
Isomar 3.590

Gambar 1. 6 Diagram Blok Paraxylene

1.2.4 Kilang LPG dan Sulphur Recovery Unit


Pemerintah bertujuan mengurangi kadar emisi SOx pada buangan. Untuk
mendukung komitmen terhadap lingkungan pada tanggal 27 Februari 2002 RU IV
membangun kilang SRU dengan luas area proyek 24.200 m 2 yang terdiri dari unit
proses dan unit penunjang. Proyek ini dapat mengurangi emisi gas dari kilang RU IV,
khususnya SO2 sehingga emisi yang dibuang ke udara akan lebih ramah terhadap

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 10


UPN “Veteran” Yogyakarta
Laporan Praktek Kerja
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

lingkungan. Kilang ini mengolah off gas dari berbagai unit di RUIV menjadi produk
berupa sulfur cair, LPG, dan condensate.
Kilang SRU ini memiliki beberapa unit antara lain , Gas Treating Unit, LPG
Unit, dan Refrigeration
Recovery Unit, Sulphur Recovery Unit, Tail Gas Unit, Refrigeration.. Umpan pada
Gas Treating Unit terdiri dari 9 stream sour gas yang sebelumnya kesembilan stream
gas ini hanya dikirim ke fuel gas system sebagai bahan bakar kilang atau dibakar di
flare. Dengan adanya unit LPG Recovery pada kilang SRU ini akan menambah aspek
komersial dengan pengambilan produk LPG yang memiliki nilai ekonomi tinggi dari
stream treated gas.
Dengan melakukan treatment terhadap 9 stream sour gas dengan jumlah total
sebesar 600 metric ton/hari dapat diperoleh produk sulfur cair sebanyak 59-68 metric
ton/hari, produk LPG sebanyak 324-407 metric ton/hari dan produk condensate (C5+)
sebanyak 28-103 metric ton/hari. Sedangkan hasil atas yang berupa gas dengan
kandungan H2S sangat rendah dari Unit LPG Recovery akan dikirimkan keluar
sebagai fuel sistem.

Gambar 1. 7 Diagram Blok LPG dan Sulfur Recovery

1.2.5 Resid Fluid Catalytic Cracking (RFCC)


Pembangunan RFCC Project Cilacap adalah untuk meningkatkan produksi
HOMC 1,13 juta barel/bulan, meningkatkan produksi LPG 350.000 ton/tahun, meng-
hasilkan produk baru Prolypene 140.000 ton/tahun, dan meningkatkan margin kilang

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 11


UPN “Veteran” Yogyakarta
Laporan Praktek Kerja
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

dan daya saing RU IV. Dengan adanya RFCC proyek ini diharapkan ketergantungan
Indonesia terhadap impor BBM dan produk petrokimia dapat berkurang, serta terjadi
peningkatan Complexity Index kilang Pertamina
Pert amina RU IV Cilacap
Cilac ap sehingga menambah
economic value yang diperkirakan sebesar 154,82 juta dolar AS per tahun.
Feed kilang RFCC didesain berasal dari low sulphur wax residue (LSWR) ex-
CDU II 011 (58 MBSD) dan vacuum gas oil ex-HVU 21/021 LOC I/II (4 MBSD)
dengan kapasitas 62 MBSD. Sebagai basis desain dan guarantee, digunakan feed-1.
Adapun feed-2 sebagai basis future crude. Feed hot LSWR berasal langsung dari
CDU II FOC II, sedangkan cold LSWR disimpan di 37T-103/104 & cold VGO di
35T-4.

Gambar 1. 8 Diagram Block RFCC

1.3 Lokasi dan Tata Letak


1.3.1 Lokasi Pabrik
Lokasi perusahaan adalah hal penting yang akan menentukan kelancaran
perusahaan dalam menjalankan operasinya. Demikian halnya dalam menentukan lokasi
kilang. Hal-hal yang menjadi pertimbangan meliputi biaya produksi, biaya operasi,
dampak sosial, kebutuhan bahan bakar minyak, sarana, studi lingkungan dan letak
geografis. PERTAMINA RU IV Cilacap terletak di desa Lomanis, Kecamatan Cilacap

Tengah, Kabupaten Cilacap. Dipilihnya Cilacap sebagai lokasi kilang didasarkan pada
pertimbangan berikut :

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 12


UPN “Veteran” Yogyakarta
Laporan Praktek Kerja
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

1. Studi kebutuhan BBM menunjukkan bahwa konsumsi terbesar adalah penduduk


Pulau Jawa.
2. Tersedianya sarana pelabuhan alami yang sangat ideal karena lautnya cukup dalam
dan tenang karena terlindungi Pulau Nusakambangan.
3. Terdapatnya jaringan pipa Maos-Yogyakarta dan Cilacap-Padalarang, sehingga
penyaluran bahan bakar minyak
minyak lebih mudah.
4. Daerah Cilacap dan sekitarnya telah direncanakan oleh pemerintah sebagai pusat
pengembangan produksi
produksi untuk wilayah Jawa bagian selatan.
Dari hasil pertimbangan tersebut, ditunjang dengan adanya areal tanah yang
tersedia dan memenuhi persyaratan untuk pembangunan kilang minyak, maka RU IV
Cilacap dengan luas area total yang digunakan adalah ± 526 Ha.

Gambar 1. 9 Lokasi Pabrik RU-IV Pertamina Cilacap

1.3.2 Tata Letak Kilang


Tata letak Kilang Minyak Cilacap beserta sarana pendukung yang ada adalah sebagai
berikut :
1. Areal kilang minyak dan perluasan : 203,19ha
2. Areal terminal minyak dan pelabuhan : 50,97 ha
3. Areal pipa track dan jalur jalan : 120,77 ha
4. Areal perumahan dan jalur jalan : 100,80ha

5. Areal rumah sakit dan lingkungannya


lingkungannya : 10,27ha
6. Areal lapangan terbang : 70,00 ha

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 13


UPN “Veteran” Yogyakarta
Laporan Praktek Kerja
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

7. Areal kilang paraxylene : 90,00 ha


8. Sarana olah raga dan rekreasi : 69,71 ha
Total : 526,71 ha
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap terdiri dari unit–unit proses dan
sarana penunjang yang terbagi dalam beberapa area di mana setiap area memiliki nomor unit
dan nama unit masing–masing, yaitu :
1) Area 10
Fuel Oil Complex I, terdiri dari :
Unit 11 Crude Destilation Unit (CDU) I
Unit 12 Naphtha Hydrotreater Unit (NHT) I
Unit 13 Hydro Desulfurizer Unit (HDS)
Unit14 Platformer I Unit
Unit 15 Propane Manufacturer Unit (PMF)
Unit 16 Meroxtreater Unit
Unit 17 Sour Water Stripper Unit (SWS) I
Unit 18 Nitrogen Plant
Unit 19 CRP Unit / Hg Removal
Unit 48 Flare Unit

2) Area 01
Fuel Oil Complex II, terdiri dari :
Unit 008 Caustic and Storage Unit

Unit 009 Nitrogen Plant


Unit 011 Crude Distillation Unit (CDU) II
Unit 012 Naphtha Hydrotreater Unit (NHT) II
Unit 013 Aromatic Hydrogenation (AH) Unibon Unit
Unit 014 Continuous Catalytic Regeneration (CCR) Platformer Unit
Unit 015 Liquified Petroleum Gas (LPG) Recovery Unit
Unit 016 Minimize Alkalinity Merchaptan Oxidation (Minalk Merox) Treater
Unit 017 Sour Water Stripper Unit (SWS) II
Unit 018 Thermal Distillate Hydrotreater Unit

Unit 019 Visbreaker Thermal Cracking Unit


Unit 048 Flare Unit

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 14


UPN “Veteran” Yogyakarta
Laporan Praktek Kerja
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

3) Area 20
Lube Oil Complex I, terdiri dari :
Unit 21 High Vacuum Unit (HVU) I
Unit 22 Propane Deasphalting Unit
Unit (PDU) I
Unit 23 Fulfural Extraction Unit (FEU) I
Unit 24 Methyl Ethyl Keton (MEK) Dewaxing Unit / MDU I
Unit 25 Hot Oil Sistem I

4) Area 02
Lube Oil Complex II, terdiri dari :
Unit 021 High Vacuum Unit (HVU) II
Unit 022 Propane Deasphalting Unit (PDU)
(PDU) II
Unit 023 Fulfural Extraction Unit (FEU) II
Unit 024 Methyl Ethyl Keton (MEK) Dewaxing Unit / MDU II
Unit 025 Hot Oil Sistem II

5) Area 30
Area Tangki BBM, terdiri dari :
Unit 31 Tangki-tangki gasoline, HOMC dan vessel penambahan TEL FOC I dan
platformer feed tank
Unit 32 Tangki-tangki kerosene, Avtur dan AH Unibon feed tank
Unit 33 Tangki-tangki Automative Diesel Oil (ADO)

Unit 34 Tangki-tangki Industrial Fuel Oil (IFO)


Unit 35 Tangki-tangki komponen IFO dan HVU feed
Unit 36 Tangki-tangki Mogas, Heavy Naphta dan penambahan
pe nambahan TEL FOC II
Unit 37 Tangki – tangki LSWR dan IFO
Unit 38 Tangki – tangki ALC, BLC dan ILC sebagai umpan FOC I

6) Area 40
Tangki – tangki Non BBM, terdiri dari :
Unit 41 Tangki-tangki Lube Oil

Unit 42 Tangki-tangki Bitumen


Unit 43 Tangki-tangki Long Residue, Wet Slop

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 15


UPN “Veteran” Yogyakarta
Laporan Praktek Kerja
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

Unit 44 Gasoline station, Bengkel, Gudang dan Pooll


Pooll Alat Berat
Unit 45 Tangki-tangki Feed FOC II
Unit 46 Tangki-tangki Crude Feed
Unit 47 Tangki Mixed LPG, Propane

7) Area 50
Utilities Complex I, terdiri dari :
Unit 51 Pembangkit tenaga listrik
Unit 52 Unit Steam Generator
Unit 53 Unit Sistem Air Pendingin
Unit 54 Unit Pengolahan Air
Unit 55 Unit Sistem Air Pemadam Kebakaran
Unit 56 Unit Sistem Udara Tekan
Unit 57 Unit sistem Pengadaan Fuel Oil dan Fuel Gas

8) Area 05
Utilities Complex II, terdiri dari :
Unit 051 Pembangkit tenaga listrik
Unit 052 Unit Steam Generator
Unit 053 Unit Sistem Air Pendingin
Unit 054 Unit Pengolahan Air
Unit 055 Unit Sistem Air Pemadam Kebakaran
Unit 056 Unit Sistem Udara Tekan
Unit 057 Unit sistem Pengadaan BBM dan Gas

9) Area 60
Jaringan Oil Movement dan Perpipaan, terdiri dari :
Unit 61 Jaringan pipa dari dan ke Unit Terminal Minyak Area 70
Unit 62 Cross Country Pipe Line
Unit 63 Stasiun Pompa Air Sungai
Unit 64 Dermaga Pengapalan Bitumen, Lube Oil, LPG dan Paraxylene
Unit 66 Tangki-tangki Balast dan Bunker, Holding basin

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 16


UPN “Veteran” Yogyakarta
UPN Veteran Yogyakarta

Laporan Praktek Kerja


PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

Unit 67 Dermaga Pengapalan Bitumen, Lube Oil, LPG, dan Paraxylene


Unit 68 Dermaga Pengapalan LPG

10) Area 70
Teminal Minyak Mentah dan Produk, terdiri dari :
Unit 71 Tangki-tangki minyak mentah feed FOC II dan Bunker
Unit 72 Crude Island Board
Unit 73 Dermaga pengapalan minyak dan penerimaan Crude Oil

11) Area 80
Kilang Paraxylene
Paraxylene,, terdiri dari :
Unit 81 Nitrogen Plant Unit
Unit 82 Naphtha Hydrotreater Unit
Unit 84 CCR Platformer Unit
Unit 85 Sulfolane Unit
Unit 86 Tatoray Unit
Unit 87 Xylene Fractionation Unit
Unit 88 Parex Unit
Unit 89 Isomar unit

12) Area 90
LPG Sulfur Recovery Unit, terdiri dari :
Unit 91 Gas Treating Unit
Unit 92 LPG Recovery Unit
Unit 93 Sulfur Recovery Unit
Unit 94 Tail Gas & Thermal Oxidator
Unit 95 Refrigeration Unit

13) Area 200


Lube Oil Complex III, terdiri dari :
Unit 022 Propane Deasphalting Unit
Unit 240 MEK Dewaxing Unit

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 17


UPN Veteran Yogyakarta

Laporan Praktek Kerja


PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

Unit 260 Hydro Treating Unit

14) Area 500


Utilities II A, terdiri dari :
Unit 510 Pembangkit Tenaga Listrik
Unit 520 Steam Generator Unit
Unit 530 Cooling Water System
Unit 540 Unit Sistem Udara Teka
1.4 Bahan Baku dan Produk
Produk PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap, selain menghasilkan BBM juga
menghasilkan produk seperti bahan dasar minyak pelumas dan aspal. Adapun bahan baku
dan produk yang dihasilkan di PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap adalah :
1. F ue
uell Oi
Oill C
Coomple
lexx I
Bahan Baku : Arabian Light Crude (ALC), Iranian Light Crude (ILC),
Basrah Light Crude (BLC)
(BLC)
Produk : Refinery Fuel Gas,
Gas, Kerosene / Avtur, Industrial Diesel Oil
(IDO),Gasoline/Premium, Automatic Diesel Oil (ADO)/ Solar, Industrial Fuel
(IDO),Gasoline/Premium,
Oil (IFO)
2. F ue
uell Oi
Oill C
Coomple
lexx II
Bahan Baku : Cocktail crude (crude oil domestik dan impor)
Produk : LPG, Naphtha, Gasoline/Premium, Propane, Avtur Kerosene,
HDO / LDO, IFO, Refinery Fuel Gas
3. Lube Oil Complex I ( LOC I )
Bahan Baku : Residu FOC I
Produk : HVI 60, HVI 95, Propane Asphalt, Minarex A dan B, Slack
Wax
4. Lube Oil Complex II ( LOC II )
Bahan Baku : Residu FOC I
Produk : HVI 95, HVI 160S, Propane Asphalt, Minarex A dan B,Slack
Wax
5. Lube Oil Complex III ( LOC III )
Bahan Baku : Distilat LOC Idan LOC II

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 18


UPN Veteran Yogyakarta

Laporan Praktek Kerja


PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

Produk : HVI 650,Slack


650,Slack Wax,
Wax, Propane Asphalt, Minarex
6. Kilang Paraxylene
Bahan Baku : Heavy Naphta
Produk : Paraxylene, Benzene,
Benzene, LPG, Raffinate, Heavy Aromate,
Tolluene
7. LPG dan SRU
Bahan Baku : Off Gas dari Unit FOC I, FOC II, dan LOC III
Produk : LPG (C3 dan C4), Kondensat (C5), Sulfur

8. Resid Fluid Catalytic Cracking (RFCC)


Bahan Baku : LSWR dari FOC II
Produk : Propylene, Mixed LPG, HOMC (on 93), Light Cycle Oil
(LCO), Decanted Oil (DCO)

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 19


UPN Veteran Yogyakarta

Laporan Praktek Kerja


PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

1.5 Spesifikasi Produk


1.5.1 Bahan Bakar Minyak
a) Premium
Tabel 1.5 Spesifikasi Premium

Properties Limits Test Methods


Min Max ASTM Others
Knock Rating Research 88 - D-2699
Oktan Number RON

T.E.L content, gr/lt - 0.3 D-3341


D-5059

Distillation
10% vol. evap. To °C - 74

50% vol. evap


evap.. To °C - 125*)
90% vol. evap
evap.. To °C 88 180

R.V.P. at 37.8 OC psi - 9.0*) D-232


Exsistent Gum mg/100 ml - 4 D-381
Induction period min 240 - D-525
Sulphur content % wt - 0.0 D-1266
Copper Strip Corrosion 3 - No.1 D-130
hrs/122°C

Doctor test or Negative IP 30


Color Yellow
Dye Content : gr/100 lt 0.113
Odour Marketable

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 20


UPN Veteran Yogyakarta

Laporan Praktek Kerja


PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

b) Kerosene
Tabel 1.6 Spesifikasi Kerosene

Properties Unit Limits Test Methods

Min Max ASTM Others


Specific Gravity at 0.835 D-
60/60°C 1298

Color Livibond 18” cell. 2.5 IP 17


Or

Color Saybolt 9 D-156


Smoke point mm 16*) D-
1322

Char Value mm/kg 40 IP 10


Destination : D-86
 Recovery at % vol 18
310
2000°C °C

 End Point

Flash point abel, or °F 100


Alternative Flash Point °F 105
TAG

Sulphur Content % wt 0.2 D-


2166

Copper Strip Corrosion No.1 D-130


(3hrs/50°C)

Odour Marketable

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 21


UPN Veteran Yogyakarta

Laporan Praktek Kerja


PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

c) Minyak Diesel
Tabel 1.7 Spesifikasi Minyak Diesel

Properties Unit Limits Test Methods

Min Max ASTM Others


Specific Gravity at 60/60°F 0.84 0.92 D-1298
Viscosity Redwood 1/100°F 35 45 D-445*) IP 70
Pour Point 65 D-97
Sulphur Content 1.5 D-
Conradson Carbon 10 D-198
Water Content 0.25 D-95
Sediment 0.02 D-473
Ash : 0.02 D-482
Flash Point P.M.c.c - D-93
Colour ASTM - D-1500 IP 30

d) Minyak bakar
Tabel 1.8 Spesifikasi Minyak Bakar

Properties Unit Limits Test Methods


Min Max ASTM Others
Specific Gravity at 60/60°F - 0.99 D-1298

Viscosity Redwood 1/100°F Secs 400 1250 D-445*) IP 70


Pour Point °F - 80 D-97
Calorific Value Gross BTU/lb 18.000 - D-240
Sulphur Content % vol - 3.5 D-1551/
1552

Water Content % vol - 0.75 D-95


Sediment % wt - 0.15 D-473
Netralization Value :
 Strong Acid Number mg - Nil

KOH/gr

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 22


UPN Veteran Yogyakarta

Laporan Praktek Kerja


PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

Flash Point P.M.c.c °F 150 - D-93


Conradson Carbon Residue % wt - 14 D-189

e) Minyak Solar
Tabel 1.9 Spesifikasi Minyak Solar

Properties Unit Limits Test Methods


Min Max ASTM Others
Angka Setana 45 - D-613
Indeks Setana 48 - D-4737
3
Berat jenis pada 150 C kg/m 815 870 D-1298
/D-4737
2
Viskositas pada 400 C mm /sec 2.0 5.0 D-445
Kandungan Sulfur %m/m - 0.35 D-1552
Distilasi : T95 °C - 370 D-86
Titik Nyala °C 60 - D-93
Titik Tuang °C - 18 D-97
Karbon Residu Merit - Kelas I D-4530
Kandungan Air mg/kg - 500 D-1744
Biological Growth - Nihil Nihil

Kandungan FAME % v/v - 10


Kandungan Metanol & % v/v Tak terdeteksi
Etanol

Korosi Bilah Tembaga Merit - Kelas I D-4815


Kandungan Abu % m/m - 0.01 D-130
Kandungan Sedimen % m/m - 0.01 D-482
Bilangan Asam Kuat mg - 0 D-473
KOH/gr

Bilangan Asam Total mg - 0.6 D-664


KOH/gr

Partikulat mg/l - - D-664

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 23


UPN “Veteran” Yogyakarta

Laporan Praktek Kerja


PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

Penampilan Visual - Jernih dan terang

Warna No.ASTM - 3.0 D-1500

1.5.2 Bahan Bakar Khusus


1. Aviation Gasoline (avgas)
Aviation Gasoline (avgas) adalah bahan bakar dari pecahan minyak bumi,
dan digunakan untuk bahan bakar transportasi udara (aviasi), pada pesawat yang
menggunakan mesin pembakaran internal (internal combustion engine), mesin
piston atau mesin reciprocating dengan pengapian bunga api (spark ignition
ignition).
).
Spesifikasi : Aviation Gasoline (Def Stand 91-9/1 (DERD) 2845).
2. Aviation Turbin Fuel (avtur)
Aviation Turbin Fuel (avtur) adalah bahan bakar yang berasal dari

pecahan minyak bumi, digunakan untuk bahan bakar transportasi udara (aviasi)
pada pesawat yang memiliki mesin turbin atau mesin pembakaran
pembakaran eksternal.
Spesifikasi : Aviation Turbin Fuel adalah DEF Stand 91-91 Lattest Issue (DERD
2494).
3. Pertamax
Pertamax adalah motor gasoline tanpa timbal dengan kandungan aditif
lengkap generasi mutakhir yang akan membersihkan Intake Valve Port Fuel
Injector dan Ruang Bakar dari karbon deposit dan mempunyai RON 92 (Research
Octane Number) dan dianjurkan juga untuk kendaraan berbahan bakar bensin

dengan perbandingan kompresi tinggi.


4. Pertamax Plus
Pertamax Plus merupakan bahan bakar superior pertamina dengan
kandungan energi tinggi dan ramah lingkungan, diproduksi menggunakan bahan
baku pilihan berkualitas tinggi sebagai hasil penyempurnaan formula terhadap
produk Pertamina sebelumnya.
sebelumnya.
5. Pertamina Dex
Pertamina Dex merupakan bahan bakar mesin diesel modern yang telah
memenuhi dan mencapai standar emisi gas buang EURO 2, memiliki angka

performa tinggi dengan cetane number 53 keatas (HSD mempunyai cetane


number 45), memiliki kualitas tinggi dengan kandungan sulfur di bawah 3 ppm.

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 24


UPN “Veteran” Yogyakarta

Laporan Praktek Kerja


PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

6. Biosolar
Biosolar merupakan blending antara minyak solar dan minyak nabati hasil
bumi dalam negeri yang sudah diproses transesterifikasi
transesterifika si menjadi Fatty Acid
Methyl Ester (FAME).

1.5.3 Produk-Produk
Produk-Produk Gas
1. Vigas
Vigas adalah merek dagang Pertamina untuk bahan bakar LGV ( Liquified
Gas for Vehicle)
Vehicle ) yang diformulasikan untuk kendaraan bermotor, terdiri dari
campuran propane (C3) dan butane (C4) yang spesifikasinya disesuaikan untuk
keperluan mesin kendaraan bermotor sesuai dengan SK Dirjen Migas
No.2527.K/24/DJM/27.
No.2527.K/24/DJM/27.
2. Bahan Bakar Gas
Bahan Bakar Gas adalah gas bumi yang telah dimurnikan, ramah
lingkungan, bersih, handal, murah, dan digunakan sebagai bahan bakar alternatif
kendaraan bermotor. Komposisi BBG sebagian besar terdiri dari gas metana dan
etana lebih kurang 9% dan selebihnya adalah gas propana, butana, nitrogen, dan
karbondioksida.
3. Liquified Petroleum Gas (LPG)
Liquified Petroleum Gas adalah produk gas ringan yang dihasilkan dari
penyulingan minyak bumi atau juga dihasilkan dari pengembunan gas alam di
Kilang Refinery Unit LPG.

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 25


UPN “Veteran” Yogyakarta

Laporan Praktek Kerja


PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

Tabel 1.10 LP Mi
Mixx Spe
Spesif
sifii cat
cati on
Properties Limits Test Methods
Min Max ASTM

Specific Gravity at 60/60°F To be reported D-1657


Vapour Pressure 100°F, psig - 120 D-1267
Weothering Test 36 °E,%v 95 - D-1837
Copper Corrosion.
Corrosion. Thr 100°F - ASTM No.1 D-1838
Total sulfur.gr/100 cuft - 15 D-784
Water Content No free water Visual
Composition : D-2163
 C1 %vol 0.2
97.5
 C3&C4 %vol
2.0

heavier %vol

Ethyl or buthyl.ml/1000 AG

Merchaptan Added

Tabel 1.11 LP Propane Spesification


Properties Limits Test Methods
Min Max ASTM

Specific Gravity at 60/60°F To be reported D-1657


Vapour Pressure 100°F, psig - 210 D-1267
Weothering Test 36 °E,%v 95 - D-1837
Copper Corrosion.
Corrosion. Thr 100°F - ASTM No.1 D-1838
Total sulfur.gr/100 cuft - 15 D-784
Water Content No free water Visual
Composition : D-2163
 C1 %vol
95
 C3&C4 %vol
2.5
 C5&heavier
C5&heavier %vol

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 26


UPN “Veteran” Yogyakarta

Laporan Praktek Kerja


PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

Ethyl or buthyl.ml/1000 AG 50
Merchaptan Added

Tabel 1.12 LP B uta


utane
ne Spe
Spesifi
si fi ca
cation
tion
Properties Limits Test Methods
Min Max ASTM
Specific Gravity at 60/60°F To be reported D-1657
Vapour Pressure 100°F, psig - 210 D-1267
Weothering Test 36 °E,%v 95 - D-1837
Copper Corrosion.
Corrosion. Thr 100°F - ASTM No.1 D-1838
Total sulfur.gr/100 cuft - 15 D-784
Water Content No free water Visual

Composition : D-2163
C1 %vol

97.5
C4 %vol

heavier %vol
Nil 2.5

Ethyl or buthyl.ml/1000 AG

50

Merchaptan Added

1.5.4 Produk Non-BBM


1. Aspal
Aspal Pertamina memiliki kapasitas produksi 65. ton/tahun, diproduksi dalam 2
grade yaitu Penetrasi 6/7 dan Penetrasi 8/1.
2. Solvent dan Minarex
Di antara jenis solvent adalah Minasol, Pertasol, Solvent Cemara, Heavy
Aromatic, dll.

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 27


UPN “Veteran” Yogyakarta

Laporan Praktek Kerja


PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

1.6 Sarana Penunjang


Dalam kegiatan operasinya baik kilang BBM, non BBM maupun kilang paraxylene
didukung oleh sarana penunjang, yaitu :
1. Unit Utilitas
Berfungsi menyediakan tenaga listrik dan uap, angin instrumen, distribusi fuel gas
dan fuel oil serta kebutuhan air bersih, baik untuk keperluan operasi kilang,
perkantoran, perumahan, rumah sakit, dan fasilitas lainnya.
2. Tangki Penimbunan
Digunakan sebagai penunjang bahan baku minyak mentah, produk antara, produk
akhir, dan air bersih untuk keperluan kilang, termasuk juga untuk pusat penelitian
danpengembangan.
3. Laboratorium
Berfungsi mengontrol spesifikasi dan kualitas, baik minyak mentah, produk antara,
dan produk akhir. Termasuk juga untuk pusat penelitian dan pengembangan agar
produk dapat bersaing di pasaran. Laboratorium ini se
sejak
jak tanggal 25
2 5 Oktober 21 telah
mendapat sertifikasi SNI 19-1725-2 dari Komite Akreditasi Nasional.
4. Workshop
Berfungsi untuk memperbaiki peralatan kilang dan lainnya bahkan membuat peralatan
pengganti.
5. Sarana Health Safety Environment (HSE)
Berfungsi memantau dan menangani masalah limbah agar tidak mencemari
lingkungan, serta menangani aturan keselamatan bagi pekerja. Pertamina RU IV
beberapa kali memperoleh penghargaan zero accident dari berbagai pihak.
6. Pelabuhan Khusus
Sebagai sarana penerimaan bahan baku berupa minyak mentah yang semuanya
didatangkan dengan kapal tanker, dan juga sebagai sarana pendistribusian produk
selain melalui fasilitas perpipaan, mobil tangki, dan tangki kereta api.
7. Marine
Adalah salah satu bagian yang bertugas untuk mengatur lalu lintas kapal –kapal tanker
dan mendukung bongkar muat minyak mentah serta produk Kilang yang terletak di
area Kilang.
8. Information Technology (IT)

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 28


UPN “Veteran” Yogyakarta

Laporan Praktek Kerja


PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

Fungsi ini dilengkapi dengan fasilitas komputer main frame,


frame , maupun fasilitas PC
untuk mendukung tugas perkantoran. Selain itu, di instalasi kilang telah dilakukan
otomatisasi dengan melengkapi sistem komputerisasi seperti: DCS, PLC dan lain-lain.
Di samping itu, sesuai dengan perkembangan dunia komunikasi, maka telah
dikembangkan pula sarana komunikasi melalui email, intranet, dan internet. Untuk
mempermudah komunikasi, dipasang radio, public automatic branch
exchange(PABE)
exchange (PABE) dan peralatan elektronik lainnya.
1.7 Sistem Pemasaran Hasil Produksi
Lokasi kilang RU IV Cilacap yang strategis, diantara dua kota besar yaitu,
Yogyakarta dan Bandung serta berdekatan dengan pelabuhan laut yang ada di kota
Cilacap. Lokasi yang strategis ini mempermudah dalam pendistribusian produk-produk
hasil pengolahan di Pertamina RU IV.
Produk BBM kilang RU IV disalurkan melalui jalur pipa oleh UPms IV ke
wilayah barat dari Cilacap ke Tasikmalaya Padalarang (Bandung), sedangkan ke wilayah
timur ke Cilacap – Maos – Rewulu (Yogyakarta) menuju Teras (Boyolali). Dari depot –
depot yang ada kemudian BBM disalurkan ke SPBU –SPBU yang tersebar diseluruh
wilayah baik melalui trasnsportasi kereta api, maupun tank car. Sedangkan produk non
BBMdan Petrokimia disalurkan dengan menggunakan kapal tanker, dan sebagian lagi
melalui jalur transportasi darat.Produk BBM sepenuhnya dipergunakan untuk kebutuhan
dalam negeri, sedangkan produk non BBM maupun petrokimia sebagian dipasarkan di
dalam negeri, dan sebagian lagi di eksport. Dibawah ini adalah gambar pipanisasi BBM
Pulau Jawa.

Gambar 1. 10 Pipanisasi BBM Pulau Jawa

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 29


UPN “Veteran” Yogyakarta

Laporan Praktek Kerja


PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

BAB II
SISTEM MANAJEMEN DAN ORGANISASI

2.1 Visi, Misi, Motto, Logo, dan Slogan PT Pertamina (Persero)

2.1.1 Visi PT Pertamina (Persero)


“ Menjadi perusahaan minyak nasional kelas dunia “

2.1.2 Misi PT Pertamina


Pertamina (Persero)
 Melakukan usaha dalam bidang energi dan petrokimia.
 Merupakan entitas bisnis yang dikelola secara professional, kompetitif dan
berdasarkan tata nilai unggulan.
 Memberikan nilai lebih bagi pemegang saham, pelanggan, pekerja dan

masyarakat serta mendukung


m endukung pertumbuhan
pertumbuhan ekonomi nasional.
2.1.3 Motto PT Pertamina (Persero)

“Sikap jujur, tegakkan disiplin, sadar


sad ar biaya dan puaskan pelanggan”

2.1.4 Logo PT Pertamina (Persero)


PERTAMINA memiliki slogan yaitu SEMANGAT TERBARUKAN, yang
berarti semangat
se mangat kerja yang benar-benar baru,
bar u, ide-ide baru, kemampuan berimajinasi,
dan kecepatan berinovasi. Dengan slogan ini diharapkan prilaku dari jajaran pekerja
PERTAMINA akan berubah menjadi enterpreneur dan customer oriented, terkait
dengan persaingan yang sedang dan akan dihadapi.
diha dapi.

Gambar 2. 1 Logo Pertamina

Elemen logo merupakan representasi huruf PERTAMINA yang membentuk anak


panah dengan arah ke kanan. Hal ini berarti PT PERTAMINA (Persero) bergerak

melesat maju dan progresif. Secara keseluruhan, logo PERTAMINA menggunakan


warna – warna yang berani. Hal ini menunjukkan langkah besar kedepan yang

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 30


UPN “Veteran” Yogyakarta

Laporan Praktek Kerja


PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

diambil PERTAMINA dan aspirasi perusahaan akan masa depan yang lebih positif
dan dinamis. Warna-warna tersebut yaitu :
Biru : Mencerminkan Handal, Dapat Dipercaya, dan Bertanggung Jawab
Hijau : Mencerminkan
Mencerminkan Sumber Daya Energi yang
yang Berwawasan Lingkungan
Lingkungan
Merah : Keuletan, Ketegasan, dan
dan Keberanian dalam Menghadapi
Menghadapi Berbagai Macam
Keadaan

2.2 Tata Nilai PT Pertamina


Pertamina
Dalam mencapai visi dan misinya, Pertamina berkomitmen untuk menerapkan
tata nilai sebagai berikut :
1. Clean (Bersih)
Dikelola secara professional, menghindari benturan kepentingan, tidak
menoleransi suap, menjunjung tinggi kepercayaan dan integritas.

Berpedoman pada asas-asas tata kelola korporasi yang baik.


2. Competitive (Kompetitif)
Mampu berkompetisi dalam skala regional maupun internasional, mendorong
pertumbuhan melalui investasi, membangun budaya sadar biaya dan
menghargai kinerja.
3. Confident (Percaya Diri)
Berperan dalam pembangunan ekonomi nasional, menjadi pelopor dalam
reformasi BUMN, dan membangun kebanggaan bangsa.
4. Customer Focused (Fokus pada Pelanggan)

Berorientasi pada pelanggan dan berkomitmen untuk memerikan pelayanan


terbaik kepada pelanggan.
5. Commercial (Komersial)
Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersial, mengambil keputusan
berdasarkan prinsip-prinsip bisnis sehat.
6. Capable (Berkemampuan)
Dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang professional dan memiliki talenta
dan penguasaan teknis tinggi, berkomitmen dalam membangun kemampuan
riset dan pengembangan.

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 31


UPN “Veteran” Yogyakarta

Laporan Praktek Kerja


PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

2.3 Visi, Misi, Motto PT Pertamina RU IV Cilacap

2.3.1 Visi PT Pertamina RU IV Cilacap


“Menjadi perusahaan kilang minyak dan petromikia yang ungg
unggul
ul di Asia pa
pada
da
tahun 2020”
2020”

2.3.2 Misi PT Pertamina RU IV Cilacap


Cil acap
“Mengolah minyak bumi menjadi produk BBM, non BBM, dan Petrokimia
untuk memberikan nilai tambah bagi perusahaan”, dengan tujuan: memuaskan
stakeholder melalui peningkatan kinerja perusahaan secara profesional,
berstandar internasional, dan berwawasan lingkungan”
lingkungan”

2.3.3 Motto PT Pertamina RU IV Cilacap


“Bekerja dalam kebersamaan untuk keunggulan bersama”.

2.4 Sistem Manajemen dan Pengawasan


Pertamina dikelola oleh suatu Dewan Direksi Perusahaan dan diawasi oleh suatu
Dewan Komisaris/Pemerintah Republik Indonesia. Pelaksanaan kegiatan Pertamina
diawasi oleh seperangkat pengawas yaitu Lembaga Negara, Pemerintah maupun dari
unsur intern Pertamina sendiri.
Dewan Direksi PERTAMINA terdiri dari Direktur Utama dan tujuh orang
Direktur, yaitu :
1. Direktur Hulu
2. Direktur Pengolahan

3. Direktur Pemasaran dan Niaga


4. Direktur Keuangan
5. Direktur Umum
6. Direktur SDM
7. Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen R esiko.

2.5 Sistem Organisasi dan Kepegawaian


Direktur Pengolahan PERTAMINA membawahi unit-unit pengolahan yang ada di
Indonesia. Kegiatan utama operasi kilang di RU IV Cilacap adalah :

1. Kilang Minyak (BBM dan Non-BBM)


2. Kilang Petrokimia

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 32


UPN “Veteran” Yogyakarta

Laporan Praktek Kerja


PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

2.5.1 Sistem Organisasi


Refinery Unit IV Cilacap dipimpin oleh seorang General Manager yang
membawahi :

1. Manager Engineering and Development


Development
2. Manager Legal & General Affairs
3. Manager Health, Safety Environment
4. Manager Procurement
5. Manager Reliability
6. OPI Coordinator
7. Director of Pertamina Hospital (Hirarki ke Pusat)
8. Manager Human Resource Area (Hirarki ke Pusat)
9. IT RU IV Cilacap Area Manager
Manager (Hirarki ke Pusat)
10. Manager, Refinery Finace Offsite Support Region III
11. Manager, Marine Region IV
12. Manager, Refinery Internal Audit Cilacap

Sedangkan Senior Manager Operation and Manufacturing membawahi 5


manager, 1 marine section head , yaitu :
a. Manager Production I
b. Manager Production II
c. Manager Ref. Planning & Optimization
d. Manager Maint. Planning & Support
e. Manager Maintenance Execution
f. Manager Turn Arround

Dalam melakukan tugas dan kegiatannya kepala bidang dibantu oleh kepala
sub bidang, kepala seksi dan seluruh perangkat operasi di bawahnya.

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 33


UPN “Veteran” Yogyakarta

Laporan Praktek Kerja


PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

Gambar 2. 3 Struktur Organisasi RU IV Cilacap

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 33


UPN “Veteran” Yogyakarta

Laporan Praktek Kerja


PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

2.5.2 Sistem Kepegawaian


Dalam Kegiatan sehari-hari, PERTAMINA mempunyai pekerja-pekerja di
lingkungannya.
lingkungannya. Secara garis besar pekerja PERTAMINA dibagi
dibagi menjadi :
1. Pegawai Pembina : golongan 2 keatas
2. Pegawai Utama : golongan 5 - 3
3. Pegawai Madya : golongan 9 - 6
4. Pegawai Biasa : golongan 16 – 1

Dengan Pembagian jam kerja sebagai berikut :


 Pekerja Harian :
Untuk pekerja harian bekerja selama 4 jam kerja setiap minggu dengan
perincian sebagai berikut :
Hari Senin – Jumat : 07.00 – 15.30
Istirahat Senin – Kamis : 11.30 – 12.30
Istirahat Jumat : 11.30 – 13.00
 Pekerja Shift
Untuk pekerja shift bekerja dengan sistem 3:1, artinya 3 hari kerja dan 1
hari libur. Periode tersebut berjalan secara bergantian dari shift pagi, sore,
dan malam dengan jam kerja sebagai berikut:
 Untuk pekerja operasi
Shift pagi : 08.00 – 16.00
Shift sore : 16.00 – 24.00
Shift malam : 24.00 – 08.00
 Untuk pekerja security
Shift pagi : 06.00 – 14.00
Shift sore : 14.00 – 22.00
Shift malam : 22.00 – 06.00

2.6 Kesejahteraan dan Fasilitas


Fasilitas untuk kesejahteraan pegawai yang tersedia di PERTAMINA Refinery
Unit IV Cilacap adalah :

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 34


UPN “Veteran” Yogyakarta

Laporan Praktek Kerja


PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

1. Perumahan
Perumahan PERTAMINA RU IV Cilacap memiliki tiga lokasi kompleks.
Lokasi perumahan tersebut adalah:
 Perumahan Gunung Simping,
 Perumahan Lomanis, Donan,
 Perumahan Tegal Katilayu,
 Untuk tamu disediakan Griya Patra dan Mess No.39 dan No.4 di Perumahan
Gunung Simping
2. Sarana Kesehatan, meliputi :
 Klinik darurat, terletak di kilang sebagai sarana pertologan pertama pada
kecelakaan kerja.
 Rumah Sakit Pertamina Cilacap Swadana ( RSPCS ), terletak di komplek
Tegal Katilayu yang juga melayani kesehatan bagi masyarakat umum.
3. Sarana Pendidikan
Untuk meningkatkan kemampuan dan karir, Pertamina juga memberikan
kesempatan bagi pekerjanya untuk merngikuti pendidikan ataupun pelatihan.
Selain itu bagi anak-anak pekerjanya, disediakan TK dan SD, dan terbuka juga
untuk umum.
4. Sarana Rekreasi dan Olah Raga
Terdapat 2 gedung pertemuan dan rekreasi yang dimiliki oleh Pertamina RU IV
Cilacap, yaitu :
 Patra Graha

 Patra Ria
Selain itu, tersedia juga sarana olah raga, diantaranya :
 Lapangan sepak bola

 Lapangan bola volley dan basket

 Lapangan bulu tangkis dan tenis

 Kolam renang

 Arena Bowling dan Bilyard


5. Sarana Perhubungan dan Telekomonikasi
Komplek perumahan, kantor dan lokasi kilang Pertamina RU IV Cilacap
dilengkapi dengan pesawat telepon sebagai alat komunikasi. Mobil dinas

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 35


UPN “Veteran” Yogyakarta

Laporan Praktek Kerja


PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

disediakan sebagai alat transportasi bagi staf senior yang dapat digunakan bagi
kegiatan operasional. Serta disediakan beberapa bus sebagai sarana bagi para
pekerja, tamu maupun alat transportasi bagi para anak pekerja ke sekolah.
6. Perlengkapan kerja
Untuk perangkat kerja dan keselamatan kerja bagi setiap pekerja, pihak
Pertamina menyediakan pakaian seragam, sedangkan para pekerja yang terkait
langsung dengan operasi diberikan wire packed (baju pelindung) safety shoes, ear
plug (anti bising), safety google (kaca mata pelindung), gloves (sarung tangan
pelindung), safety helm, masker dan jas hujan. Bagi para tamu juga disediakan
pinjaman topi keselamatan.

7. Keuangan dan cuti


Finansial yang diberikan pada setiap pekerja terdiri dari :
 Gaji setiap
setia p bulan sesuai dengan pangkat dan golongan.
golongan.
 Tunjangan Hari Raya (THR) dan uang cuti tahunan.

 Premi shift bagi pekerja shift.


Untuk pekerja yang sudah pensiun, menerima uang pensiun setiap bulannya.

Untuk keperluan cuti, bagi setiap pekerja mendapat kesempatan cuti selama 12
hari kerja setiap tahunnya dan setiap 3 tahun mendapat cuti besar selama 26 hari
kerja.

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 36


UPN “Veteran” Yogyakarta

Laporan Praktek Kerja


PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

BAB III
ORIENTASI UMUM

Dalam struktur organisasi PERTAMINA RU IV Cilacap, Pimpinan Unit Pengolahan


membawahi beberapa manajer bidang yang berhubungan dengan pengoperasian kilang.
Bidang–bidang ini masih dibagi dalam beberapa sub bidang. Struktur dan tugas beberapa
bidang dan sub bidang akan dijelaskan secara singkat sebagai berikut.

3.1 Organisasi dan JJo


ob D escri
scri pti on
3.1.1 Process Engineering
Proses Engineering merupakan salah satu dari Bidang Engineering. Sub
bidang ini mempunyai tugas antara lain:
1. Memberikan saran ke kilang yang berkaitan dengan trouble shooting, baik diminta
maupun tidak (daily
(daily monitoring kilang).
2. Menganalisa dan mengadakan perhitungan performance peralatan operasi secara
periodik.
3. Studi Analisa Dampak Lingk
Lingkungan
ungan (AMDAL).
4. Pelayanan sampel untuk pihak luar PERTAMINA.
PERTAMINA.
5. Percobaan bahan kimia yang baru.
6. Studi perencanaan dan pengembangan kilang.
Dalam melaksanakan tugasnya sub bidang Proses Enjiniring dibagi menjadi
enam seksi dan empat staf ahli yaitu:
 Enam seksi terdiri atas :
1. Seksi Bahan Bakar Minyak (BBM)
2. Seksi Non Bahan Bakar Minyak (NBBM)
3. Seksi Petrokimia (Petkim)
4. Seksi Sistem dan Kontrol
5. Seksi Energy
6. Seksi Loss
 Empat staf ahli terdiri atas :
1. Ahli Bahan Bakar Minyak
2. Ahli Non Bahan Bakar Minyak
3. Ahli Petrokimia

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 37


UPN “Veteran” Yogyakarta

Laporan Praktek Kerja


PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

4. Ahli HSE
Di bawah Kepala Seksi adalah para engineer yang dibagi berdasarkan
profesi, jenis unit, dan beban kerja. Kepala seksi bertanggung jawab untuk
membimbing para engineer tersebut.

3.1.2 Health Safety Environment (HSE)


Di Pertamina RU IV Cilacap terdapat bagian yang menangani keselamatan
kerja, yaitu bagian Health Safety Enviromental (HSE) yang mempunyai tugas antara
lain:
1. Sebagai advisor body dalam usaha pencegahan kecelakaan kerja,
kebakaran/peledakan, dan pencemaran lingkungan.
2. Melaksanakan penanggulangan kecelakaan kerja, kebakaran/peledakan, dan
pencemaran lingkungan
lingkungan
3. Melakukan pembinaan aspek HSE kepada pekerja maupun mitra kerja (pihak III)
untuk meningkatkan safety awareness, melalui pelatihan, safety talk, operation talk,
dsb.
4. Kesiapsiagaan sarana dan prasarana serta personil untuk menunjang pelaksanaan,
pencegahan, dan penanggulangan
penanggulangan kecelakaan kerja, kebakaran/peledakan, dan
pencemaran lingkungan.
lingkungan.
5. Mengkaji terhadap bahaya dari sistem pada tahap perancangan dan modifikasi serta
dampaknya terhadap operasi, manusia dan lingkung
li ngkungan.
an.
6. Mengembangkan standar dan prosedur teknis HSE
7. Mengkaji dan memberikan saran serta informasi teknis terhadap hal yang
berhubungan dengan
dengan HSE
Dalam melaksanakan tugasnya, HSE dibagi menjadi 3 bagian dengan fungsi
masing-masing termasuk juga dalam usaha penanganan limbah.
a. Fire & Insurance
Bagian ini mempunyai tugas antara lain:
1. Meningkatkan kesiapsiagaan petugas dan peralatan pemadam kebakaran
dalam menghadapi setiap potensi terjadinya kebakaran.
2. Meningkatkan kehandalan sarana untuk penanggulangan kebakaran.
3. Mencegah dan menanggulangi kebakaran/ledakan, serta bekerja sama dengan
bagian yang bersangkutan
bersangkutan

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 38


UPN “Veteran” Yogyakarta

Laporan Praktek Kerja


PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

4. Mengadakan penyelidikan (fire investigation


investi gation)) terhadap setiap kasus terjadinya
kebakaran.
5. Pelaksanaan risk survey dan kegiatan pemantauan terhadap rekomendasi
asuransi.
6. Melakukan fire inspection secara rutin dan berkala terhadap sumber bahaya
yang berpotensi terhadap resiko kebakaran.
b. Environmental
Bagian ini mempunyai tugas antara lain:
1. Mencegah dan menanggulangi pencemaran di dalam dan di sekitar daerah
operasi PT Pertamina RU IV Cilacap.
2. Pengelolaan dan pemantauan kualitas lingkungan sesuai dengan standar dan
ketentuan perundangan yang berlaku.
3. Pengelolaan house keeping dan penghijauan di dalam dan sekitar area kilang.
c. Safety
Fungsi Safety atau Keselamatan Kerja (KK) adalah Merencanakan, mengatur,
menganalisa dan mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan pencegahan
kecelakaan dan penyakit akibat kerja guna tercapai kondisi kerja yang aman,
sesuai norma-norma kesehatan untuk menghindarkan kerugian Perusahaan.
Tanggungjawab bidang tugasnya
tugasnya ialah :
1. Penyelenggaraan kegiatan pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja guna mencapai kondisi operasi yang aman sesuai norma-norma
keselamatan.
2. Penyelenggaraan kegiatan penanggulangan kecelakaan dan yang
mengakibatkan kerusakan peralatan guna meminimalkan kerugian Perusahaan.
d. Occupational Health
Fungsi dari Occupational Health adalah menangani hal-hal yang berkaitan dengan
kesehatan kerja dan penyakit akibat kerja. Adapun kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh unit ini meliputi :
1. Mengukur, memantau, merekomendasi pengendalian bahaya lingkungan kerja
industri mulai dari faktor kimia (gas,debu), fisika (bising, getaran, radiasi,
iluminasi), biologi (serangga,tikus, binatang buas), dan ergonomi.
2. Melakukan penyuluhan dan bimbingan tentang health talk.

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 39


UPN “Veteran” Yogyakarta

Laporan Praktek Kerja


PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

3. Pengelolaan kotak P3K


4. Inspeksi dan rekomendasi sanitasi lingkungan kerja bermasalah.
5. Pemantauan ,perawatan alat HSE serta maintenance alat ukur Hazard

3.2Unit-Unit
3.2Unit-Unit Proses

3.2.1 Fuel Oil Complex 1 (FOC 1)


Fuel Oil Complex I (FOC I) dibangun pada tahun 1974 dan selesai pada tahun
1976. Kilang ini dirancang oleh Shell International Petroleum Maatschappij (SIPM),

sedangkan kontraktornya adalah Fluor Eastern Inc,


Inc, dibantu oleh beberapa sub
kontraktor Indonesia dan asing. Pada awalnya FOC I dirancang unrtuk mengolah
minyak mentah jenis Arabia Light Crude (ALC) dengan kapasitas pengolahan
100.000 barrel per hari. Setelah Debottlenecking Project, FOC I memiliki kapasitas
pengolahan 118.000 barrel per hari atau 16.94 TPSD dan juga digunakan mengolah
minyak mentah jenis Basrah Light Crude (BLC) dan Iranian Light Crude (ILC).
Gambar 3.1 Blok Diagram FOC 1

Unit – unit yang ada pada FOC I adalah:


1. Unit 11 : Cr ud
ude
e D i st
stilli
illing
ng Unit (CD U)
CDU dirancang untuk mengolah 118.000 BPSD ALC, atau BLC atau ILC.
Karakteristik umpan adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1 Karakteristik Umpan

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 40


UPN “Veteran” Yogyakarta

Laporan Praktek Kerja


PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

Jenis Crude Kandungan Titik Didih (°C) Yield Berat (%)


ALC Light Tops <150 16,8
Kerosene 150-221 13,2
Light Gas Oil (LGO
LGO)) 221-271 8,4
Heavy Gas Oil (HGO
HGO)) 271-364 17,6
Long Residue >364 44
Wax 3
Sulfur 1,88
Garam (NaCl) 30 mg/l

Chemical injection yang digunakan dalam unit ini adalah soda kaustik
(NaOH), amonia (NH3), dan demulsifier. Crude dipompa dari tangki menuju kolom
distilasi, melalui jaringan penukar panas (digunakan untuk mengurangi beban
furnace)) dengan memanaskan crude dengan arus panas dari produk kolom. Jaringan
furnace
penukar panas ini dilengkapi dengan desalter untuk mengurangi kadar garam dalam
crude.. Kemudian crude dipompa dari tangki menuju pre-flash column,
crude column, dimana uap
fraksi ringan terpisah dengan fraksi beratnya. Di dalam kolom, crude terpisah menjadi

lima fraksi, yaitu produk atas (yang terdiri dari naphtha dan light tops),
tops), kerosene
kerosene,,
LGO, HGO, dan Long Residue sebagai produk bawah. Cairan yang bergerak ke
bawah dilucuti dengan steam untuk mengambil produk atas yang terbawa
te rbawa arus itu.
Sebagian fraksi naphtha
naphtha,, kerosene
kerosene,, dan LGO dikembalikan lagi ke kolom sebagai
refluks.
Produk naphtha dari CDU ini digunakan sebagai umpan unit Naphtha
Hydrotreater (NHT) yang selanjutnya digunakan sebagai umpan Platformer. Produk
kerosene diumpankan ke Unit Merox
Merox,, sedangkan LGO diumpankan ke Unit Hydro
Desulphurizer (HDS). Long Residue dikirim ke storage untuk diolah kembali di Lube

Oil Complex (LOC).

2. Unit 12 : N
Naaphtha H yd
ydrr otrea
treate
terr Uni t (NHT)
Unit ini berfungsi mengolah hasil puncak crude distiller (Unit 11) dengan
kapasitas 25.600 BPSD. Produk dari unit ini digunakan sebagai umpan Platformer
(fraksi 6-15C).
6-15C). Proses yang digunakan adalah proses “Shell
“ Shell Vapour Phase
Hydrotreating”.

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 41


UPN “Veteran” Yogyakarta

Laporan Praktek Kerja


PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

Katalis yang digunakan adalah Cobalt Molebdenum dengan jenis Alumina


“Extrude” sedang gas hidrogen diambil dari platforming unit. Dalam unit ini terjadi
penghilangan sulfur, oksigen, dan nitrogen yang bisa meracuni katalis pada unit
Platformer. Sulfur yang terdapat pada naphtha (umumnya berbentuk thioles
thioles,,
mercaptan,, dan sulfida) direaksikan dengan hidrogen secara katalitik sehingga
mercaptan
hidrogen disulfida yang mudah dipisahkan dengan hidrokarbon.
3. Unit 13 : Hyd
H ydrr o D esulp
sulphur
hurii zer (HDS)
Unit ini dirancang untuk memproses LGO dan HGO dengan kapasitas
masing-masing 23 ton/hari dengan derajat desulfurisasi untuk HGO lebih rendah.
Proses unit ini dipercepat dengan katalisator Co dan Mo pada Al2O3 yang merupakan
hidrogenasi selektif dengan mengurangi kadar chloride, olefin, oksigen, sulfur, dan
senyawa nitrogen..
nitrogen Proses yang digunakan adalah “ Shell
“Shell Trickle
Hydrodesulfurization Process”.
Process”. Sulfur yang terdapat dalam LGO dan HGO
dikontakkan dengan hidrogen
hidrogen,, sehingga sulfur terkonversi menjadi hidrogen sulfida
(H2S) yang mudah dipisahkan dari hidrokarbon.
Dari tempat penyimpanan (storage
storage)) LGO dan HGO dipompa melalui feed
(effluent) HE 13E- 1 A/B/C/D dan masuk furnace dan reaktor 13R-1. Sebelumnya
feed dicampur dengan hidrogen dan patformer dan recycle gas.
gas. Kandungan sulfur
pada LGO dan HGO diikat oleh hidrogen menjadi H2S yang kemudian di-flare ke
udara.

4. Unit 14 : P
Plat
latforme
formerr
Unit ini berfungsi untuk menaikkan bilangan oktan naphtha dari Naphtha
Hydrotreater Unit (unit 12) dengan pengolahan 14.300 BPSD atau 1.65 ton/hari.
Sebelum masuk unit Platformer, naphtha dikurangi kandungan sulfurnya hingga ,5
wt ppm di unit Naphtha Hydrotreater.
Dalam unit ini naphtha dikonversikan dengan bantuan katalis. Reaksi yang
terjadi antara lain:

1. Dehydrogenation
Dehydrogenation,, pengambilan hidrogen dari naphtha untuk
membentuk senyawa aromatis.
2. Hydrocracking, reaksi ini merupakan reaksi perengkahan untuk
memecah molekul parafin rantai panjang menjadi rantai pendek, dengan

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 42


UPN “Veteran” Yogyakarta

Laporan Praktek Kerja


PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

penambahan H2. Reaksi ini bersifat eksotermik.


3. Isomerisasi
Isomerisasi,, reaksi pembentukan molekul dengan jumlah atom C yang
sama tetapi dengan struktur molekul yang
yang berbeda.
4. Siklisasi
Siklisasi,, perubahan senyawa hidrokarbon parafinik menjadi senyawa
hidrokarbon naftenik.
5. Desulfurisasi, reaksi senyawa yang mengandung sulfur dengan
hidrogen menghasilkan H2S.

5. Unit 15 : Pr
P r opane M anufac
nufacttur
urii ng Uni
Unitt
Unit ini berfungsi memisahkan LPG dari Unit Platformer menjadi
propane dan fuel gas,
gas, jadi tidak memproduksi LPG untuk dipasarkan. Kapasitas
unit ini sebesar 7 ton/hari, dengan dua kali produksi dapat mencukupi kebutuhan
bahan bakar Lube Oil Complex dalam satu bulan.
6. Unit 16 : M
Meer ox T
Trr eate
terr Uni
Unitt
Unit ini berfungsi menghilangkan kadar garam/mercaptan yang korosif
pada kerosene, dengan merubahnya menjadi
m enjadi disulfida yang ti
tidak
dak korosif dengan
cara oksidasi katalitik dengan menginjeksikan udara ke dalam reaktor. Proses ini
menggunakan katalis “iron
“iron group metal chelete”
chelete” dalam suasana basa. Proses ini
bertujuan untuk menghasilkan produk kerosene yang sesuai dengan spesifikasi
aviation fuel (avtur). Kapasitas pengolahan unit ini sebesar 16.900 BPSD atau
2.119 ton/hari.
Proses yang terjadi pada unit ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian,
yaitu:
a. Pretreatment , tujuannya adalah mengambil H2S atau asam naphthenik
pada umpan, karena bila tidak diambil
di ambil akan
a kan bereaksi
bere aksi dengan caustic soda
pada unggun
unggun reaktor membentuk sodium naftena yang dapat mengurangi
aktivitas katalis.
b. Pencucian dengan caustic soda encer, untuk mencegah pembentukan
emulsi antara caustic soda dan kerosene.
c. Swetening, yaitu proses oksidasi mercaptan menjadi disulfida dalam
unggun reaktor. Reaktor yang digunakan adalah tipe fixed bed reactor .

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 43


UPN “Veteran” Yogyakarta

Laporan Praktek Kerja


PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

Reaktor berisi activated charcoal yang ditambah Merox catalyst dan


dibasahi dengan NaOH. Katalis diadsorbsi ke unggun dengan dilarutkan
dalam methanol dan dilewatkan pada unggun. Agar unggun tetap dalam
suasana basa, unggun dijenuhkan secara teratur dengan NaOH setiap 5-1
hari.

d. Post treatment, kerosene dicuci dengan air untuk mengambil sisa caustic
dan surfaktan yang larut dalam air. Kerosene kemudian dibebaskan dari air
pada salt drier dan kemudian dilewatkan pada clay drier untuk mengambil
tembaga dan surfaktan yang tidak larut dalam air. Proses ini bertujuan
untuk memperbaiki warna produk akhir agar sesuai dengan spesifikasi.

7. Unit 17 : So
S our Wa
Wate
terr Stri pper Uni
Unitt
Unit ini berfungsi untuk membersihkan air buangan dari CDU dan unit lain
yang masih banyak mengandung amoniak, sulfida dan kotoran kotoran lain
berupa sisa-sisa minyak
min yak sehingga apabila langsung dibuang akan memberikan bau
dan mengakibatkan terjadinya polusi air. Pada proses pembersihan air ini
digunakan LP steam sebagai separating agent (zat pembersih) di dalam packed
colom.. Hasil atas yang berupa uap/gas sebagai bahan bakar pada crude heater,
colom
sedang airnya dikirim ke corrugated plate interceptor (CPI) untuk mengambil
minyak yang masih terikat.
Unit ini didesain untuk mengolah 32,3 m 3/jam (733 ton/hari) sour water
dengan perkiraan kandungan H2S sebesar 29 Kg/jam (0.7 ton/hari) dan kandungan
NH3 sebesar 7 Kg/jam (0.16 ton/hari).

8. Unit 18 : N 2 Pla
P lant
nt Unit
Uni t
Produk dari unit ini adalah Nitrogen dengan kemurnian tinggi yang didapat
dari hasil pemisahan nitrogen dengan udara. Produk nitrogen ini selanjutnya dapat
digunakan untuk proses purging dan blanketing. Kapasitas produksi Nitrogen gas
adalah 1 Nm3/jam sedangkan kapasitas produksi Nitrogen cair 65 Nm 3/jam.
Kandungan O2 pada nitrogen produk dibatasi sampai <1 ppm.

9. Unit 19 : Cont
C onta
ami nant R
Reemov
oval
al P
Prr oce
ocess
ss U
Uni
nitt

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 44


UPN “Veteran” Yogyakarta

Laporan Praktek Kerja


PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

Unit ini berfungsi untuk menghilangkan kontaminan berupa Hg dan Arsen.


Kandungan Hg dalam hidrokarbon terbentuk sebagai elemental sulfur dalam
senyawa organik dan anorganik maupun sebagai padatan, umumnya mudah
menguap sehingga bila gas alam atau crude oil difraksinasi, kandungan Hg sering
terkonsentrasi pada fraksi-fraksi ringan terutama naphtha dan fraksi-fraksi yang
lebih ringan lainnya.
Proses pengambilan Hg dan Arsen terdiri dari dua seksi:
1. Seksi Reaktor
Terdiri dari sebuah reaktor, pemanas umpan dan penukar panas produk
dengan umpan. Umpan berupa kondensat gas alam, untreated naphtha
atau campuran dari kondensat dan naphtha
naphtha.. Dalam reaktor, senyawa
ionik dan anorganik Hg dikonversikan menjadi elemen Hg.
2. Seksi Absorber
Untuk menghilangkan elemental Hg yang berasal dari seksi reaktor dan
senyawa arsenik ringan yang terkandung dalam umpan absorber.

3.2.1 Lube Oil Complex 1 (LOC 1)


LOC I pada awalnya menghasilkan produk utama lube base dan hasil samping
aspal dan Minarex-B dengan kapasitas total 428.000 ton/tahun untuk 4 gradelube oil
base.
Dengan selesainya Debottlenecking Project maka pada operasinya, LOC I
mengalami perubahan khususnya untuk HVU I kapasitasnya menjadi 2.574 ton/hari
(115%). Sedangkan fungsi atau tugas LOC I antara lain:
1. Menghasilkan 2 grade lube oil base,
base , yaitu HVI 6 (Parafinic 6) dan HVI 1
(Parafinic 1)
2. Menghasilkan atau menyediakan umpan untuk FEU II di LOC II
3. Menghasilkan Aspal, Minarex A dan Minarex B
Unit-unit yang terdapat di LOC I adalah :
1. Unit 21 : H i gh V
Vaacu
cuum
um Unit (H V U)
Unit ini mengolah long residue dari CDU I, untuk menghasilkan distilat
yang akan diproses lebih lanjut menjadi bahan dasar minyak pelumas.
Hasil-hasil dari unit 21 ini adalah :

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 45


UPN “Veteran” Yogyakarta

Laporan Praktek Kerja


PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

a. Spindle Oil (SPO)


b. Light Machine Oil (LMO)
c. Medium Machine Oil (MMO)
d. Short Residue
e. Hasil lainnya, yaitu Vacuum Gas Oil (VGO), Light Medium Machine Oil
(LMMO), dan black oil yang semuanya digunakan untuk blending fuel oil.
Proses yang dipakai adalah vakum distilasi dengan kapasitas pengolahan
adalah 2.574 ton/hari. Hasil SPO dengan viskositas 13-14 cst dan LMO
dengan viskositas 59-92 cst dikirim ke LOC II sebagai umpan FEU II.

2. Unit 22 : Pr
P r opane Dea
Deasp
spha
halti
lting
ng Uni t (PD U)
Unit ini berfungsi untuk menghilangkan asphalt dari short residue sebelum
diolah lebih lanjut menjadi bahan minyak pelumas. Prosesnya adalah ekstraksi
dengan pelarut propane
propane.. Kapasitasnya 523 ton/hari short residue dari bottom
product HVU (Unit 21), sedangkan hasil dari unit ini adalah deasphalted dan
asphalt. Hasil DAOnya digunakan sebagai umpan di FEU II.
3. Unit 23 : F urfur
urfuraal E xt
xtrac
ractti on Unit (F E U)
Unit ini pada awalnya berfungsi untuk menghilangkan senyawa-senyawa
aromatik dari distilat hasil proses HVU, DAO, dan PDU, sehingga diperoleh hasil
waxy raffinate dengan viskositas yang tinggi. Prosesnya adalah ekstraksi dengan
menggunakan pelarut furfural yang mempunyai daya larut terhadap senyawa
aromat, rafinatnya diolah di MDU menjadi bahan minyak pelumas sedangkan
ekstraknya digunakan sebagai fuel oil component . Khusus untuk umpan LMO
distilat, ekstraknya dapat dipasarkan sebagai Minarex-B. Kapasitas FEU
tergantung jenis umpan yang diolah, seperti tabel berikut :
Tabel 3.2 Kapasitas umpan yang diolah pada FEU
Stream SPO LMO MMO DAO
Feed Intake (ton/hari) 555 515 573 478
Solvent Ratio 2.2 4.2 3.5 4.5
Raffinate Output (%) 60 60 45 58
Extract Output (%) 40 40 55 42
Dengan selesainya Debottlenecking Project, saat ini pengolahan yang dilakukan

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 46


UPN “Veteran” Yogyakarta

Laporan Praktek Kerja


PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

di FEU I hanya ada dua grade umpan, yaitu SPO distilat dan LMO distilat.
4. Unit 24 : M
Meethy
thyll E thy
thyll K
Keeto
tone
ne D ewaxi ng U
Uni
nitt (MD U)
Unit ini berfungsi menghilangkan wax (lilin) dari rafinat hasil FEU, dengan
cara pendinginan rafinat sampai wax mengkristal dan dapat dipisahkan dengan
penyaringan. Tujuan menghilangkan wax adalah agar minyak pelumas yang
terbentuk mempunyai titik tuang ( pour point) yang memenuhi syarat (rendah).
Sebelum pendinginan, terlebih dahulu umpan ditambahkan solvent agar
pendinginan dan penyaringan dapat lebih mudah. Pelarut yang digunakan adalah
campuran antara methyl ethyl ketone dengan toluene dengan perbandingan 52:48.
Kapasitas dari unit ini tergantung
te rgantung dari umpan yang diolah.
Tabel 3.3 Kapasitas umpan yang diolah di MEK D
Deewaxi ng Uni
Unitt
Stream HVI 60 HVI 95 HVI 160 HVI 650
Dewaxing Oil (ton/hari) 264 298 283 213
Feed Intake (ton/hari) 339 372 377 266
Slack Oil (ton/hari) 339-264 372-298
372-298 377-283 266-213

5. Unit 25 : H ot Oil Syst


Syste
em Uni
Unitt
Unit ini berfungsi sebagai penghasil panas untuk disalurkan pada unit-unit
tersebut di atas, yaitu untuk menguapkan solvent pada seksi recovery
recovery.. Sistem ini
beroperasi secara kontinyu dalam suatu sirkulasi tertutup dengan penambahan
(make up)
up) yang secara kontinyu pula, sistem ini menggunakan SPO hasil HVU.

3.2.3 Fuel Oil Complex II (FOC II)


Fuel Oil Complex II merupakan perluasan dari kilang dan dirancang untuk
mengolah minyak mentah (8% Arjuna dan 2% Attaka) dari dalam negeri dengan
kadar sulfur yang rendah. Unit ini terletak pada area 1. Adapun kapasitasnya adalah
230.000 barrel/hari. Tetapi saat ini terjadi perkembangan dimana FOC II dapat
mengolah bermacam-macam crude seperti Katapa Crude,
Crude, Sumatra Light Crude,
Crude,
Arimbi Crude,
Crude, Arun Condensate,
Condensate, Duri Crude dan lain- lain dimana komposisi crude
tersebut diatur agar mendekati komposisi crude design pasca debottlenecking project .
Kilang ini dirancang oleh Universal Oil Product (UOP) dan distilasinya berukuran
tinggi 8 m, diameter 1 m dengan jumlah tray 53 buah.

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 47


UPN “Veteran” Yogyakarta

Laporan Praktek Kerja


PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

Tabel 3.4 Komposisi Crude


Crude Oil di FOC II

Jenis Crude % Volume BPSD


Arjuna 55,6 127.000
Attaka 13,9 31.970
Arun Condensate 12,2 28.060
Minas 18,3 42.000
Gambar 3.2 Blok Diagram FOC II

Unit-unit yang ada pada FOC II adalah sebagai berikut :


1. Unit 11 : Cr ud
ude
e D i st
stii lling Uni
Unitt
Unit ini berperan sebagai pemisah awal untuk minyak mentah, sehinga
diperoleh fraksi-fraksi minyak untuk dioleh lebih lanjut. Pada unit ini dilengkapi
dengan desalter yang berfungsi untuk menghilangkan kadar garam. Unit ini dirancang
untuk mengolah 230.000 barel/hari minyak mentah domestik.
Produk Crude Distilling Unit adalah :
a. Refinery gas dengan boiling range < 3 oC yang dominan mengandung C1 dan C2
untuk dipakai sebagai bahan bakar dapur pabrik-pabrik yang ada di kilang
Pertamina UP IV Cilacap, dengan jumlah 0,2% crude feed.

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 48


UPN “Veteran” Yogyakarta

Laporan Praktek Kerja


PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

b. Liquid Petrolum
Pet rolum Gas dengan boiling range < 3 ºC yang fraksinya sebagian besar
terdiri dari C3 dan C4 untuk langsung dikirim ke tangki penampungan dengan
jumlah sekitar 2,53% dari crude feed.
c. Light Naphta dengan boiling range 44 – 8 C. Produk ini setelah keluar dari
pengolahan tingkat I (CDU II) tidak membutuhkan lagi pengolahan tingkat II
karena sudah memenuhi persyaratan sebagai komponen mogas dan komponen
naphta ekspor. Jumlahnya sekitar 6,73 % crude oil.
d. Heavy Naphta dengan boiling range 99 – 152 C . Berbeda dengan light naphta
maka heavy naphta sebagai komponen mogas, untuk menaikan angka oktannya
harus melalui proses kedua. Pertama diproses pada Unit Naphta Hydrotreater
untuk dibuang komponen sulfurnya, kemudian baru masuk Unit Platforming
untuk dinaikan angka oktannya dari 6 sampai 94. Jumlah yang dihasilkan dari
produk ini mencapai sekitar 16,39% dari crude oil.
e. Kerosene dengan boiling range 171 - 241oC. Kerosene sebagai komponen
blending dapat langsung dikirim ke tangki penyimpanan dan sebagian lagi diolah
di AH Unibon untuk diperbaiki smoke point-nya dari sekitar 15 mm menjadi 24
mm. Jumlahnya sekitar 21% dari crude oil.
f. Light Diesel Oil (LDO
LDO)) dan Heavy Diesel Oil (HDO
HDO)) dengan boiling range
masing- masing 252 - 273 oC dan 233 - 339 oC. Kedua produk ini juga dipakai
sebagai komponen Automotif Diesel Oil (ADO
ADO)) dan tidak perlu lagi dimasukkan
pada proses kedua. Jumlah produk yang dihasilkan masing-masing mencapai
sekitar 11,62% dan 11,21% dari crude feed.
g. Reduced Crude dengan boiling range > 35 oC. Produk berat dari minyak mentah
ini mempunyai tiga fungsi utama yaitu sebagai Refinery Fuel Oil (RFO
RFO),
), bahan
baku Industrial Fuel Oil (IFO
IFO)) dan Low Sulphur Waxy Residu (LSWR
LSWR).
). Agar
menjadi komponen IFO maka produk ini diproses pada Unit Visbreaker dimana
pour point-nya diperbaiki.

2. Unit 12 : Na
N aptha H yd
ydrr otrea
treating
ting Uni t
Unit ini berfungsi untuk menghilangkan sulfur, logam berat dan komponen
nitrogen serta senyawa oksigen. Dari proses ini akan dihasilkan heavy naphta yang
memenuhi syarat sebagai umpan platforming. Kapasitasnya sebesar 2.44 ton/hari.

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 49


UPN “Veteran” Yogyakarta

Laporan Praktek Kerja


PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

Katalis yang digunakan adalah nikel dan molebdenum dengan pembawa alumina
(Al2O3).

3. Unit 13 : AH Uni
Unibbon Uni
Unitt
Unit ini bertujuan untuk memperbaiki smoke point pada kerosene
kerosene,, agar tercapai
smoke point minimal 17 mm. Kapasitasnya sebesar 2.44 ton/hari. Unit ini terdiri dari
2 bagian, yaitu :

a. Hydrotreating process,
process, untuk mereduksi sulfur, nitrogen, dan heavy metal.
b. Aromatic hydrogenation,
hydrogenation, untuk menaikkan smoke point.
4. Unit 14 : Platforming dan CCR Unit
Unit ini mengolah lebih lanjut naphta dari Unit 12, untuk menaikan angka
oktan menjadi lebih tinggi, untuk campuran blending gasoline atau premium. Unit ini
dilengkapi dengan sistem continuous catalytic (CCR) sehingga katalis yang
digunakan selalu dalam kondisi optimal. Katalis yang digunakan adalah UOP R-134
yang berupa platina dengan alumina sebagai carrier. Kapasitasnya adalah sebesar
2.44 ton/hari. Reaktor pada unit ini berupa reaktor susun sehingga memungkinkan
regenerasi katalis secara terus menerus.

5. Unit 15 : LPG Re
R ecove
coverr y Uni
Unitt
Tujuan dari unit ini adalah memisahkan LPG propane dan LPG butane yang
berasal dari stabilizer column (CDU II) dan debutanizer dari unit Platforming.
Kapasitasnya mencapai 73 ton/hari. Umpan yang diolah adalah 93,2% volume berasal
dari overhead naphta stabilizer Unit 11 dan 6,8% volume berasal dari overhead
debutanizer unit 14.

6. Unit 16 : Cr
C r acked N aphta M i na
nalk
lk M er ox T r eate
terr
Dalam unit ini thermal cracked naphta dari unit 19 mengalami proses
sweetening, yaitu proses oksidasi mercaptan menjadi disulfida sehingga memenuhi
persyaratan spesifikasi sebagai komponen mogas untuk produksi gasoline. Thermal
cracked naphta dicampur dengan platformate yang memiliki angka oktan tinggi dan
kadar sulfur rendah. Dengan demikian didapat mogas yang cukup baik dan memenuhi
persyaratan pemasaran. Unit ini mempunyai kapasitas 11.150 barel/hari dan katalis

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 50


UPN “Veteran” Yogyakarta

Laporan Praktek Kerja


PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

yang digunakan adalah Merox Reagent no.1.

7. Unit 17 : Sour Wa
W ater Stri pper Uni
Unitt
Unit ini dirancang untuk kapasitas 1.83 ton per hari. Dalam unit ini kadar H 2S
dalam sour water dikurangi dari 8.1 ppm wt menjadi kurang dari 2 ppm wt dan
menurunkan kadar NH3 dari air menggunakan stripping pada Stripper Column.
Column.
Kapasitas pengolahan dari unit ini dapat mencapai sekitar 1.8 ton/hari. Kontaminan
utama yang terdapat dalam sour water adalah H2S dan NH3 yang terdapat dalam
bentuk NH4HS. Garam ini merupakan garam dari basa lemah dan asam lemah yang
dalam larutan mudah terhidrolisis menjadi H 2S dan NH3 .

8. Unit 18 : Thermal Distillate Hydrotreating Unit


Unit ini mengolah LGO dan HGO yang keluar dari Visbreaker. LGO dan
HGO memiliki tipikal produk thermal cracking yaitu kandungan sulfurnya tinggi
sehingga perlu mengalami proses hydrotreating agar diperoleh diesel oil dengan cetan
indeks sekitar 45 dan flash point tidak kurang dari 154 F. Kapasitas unit ini adalah 1.8
ton/hari.

9. Unit 19 : Visbreaker Thermal Cracker


Unit ini mengolah reduced crude dari kolom distilasi untuk memberikan nilai
tambah pada residu. Proses yang dilakukan adalah mengubah minyak fraksi berat
menjadi minyak fraksi ringan dengan cara cracking mengunakan media pemanas.
Proses dari cracking ini dibatasi oleh stabilitas dari visbreaking residu yang
digunakan sebagai fuel oil. Produk dari unit ini adalah sebagai berikut :
a. Cracked gas,
gas, dikirim ke refinery fuel gas system.
b. Thermal Cracked Naphta,
Naphta, dikirim ke unit 16 untuk mengalami proses sweetening.
c. Light Gas Oil, sebagian dikirim ke unit 18 untuk diolah lebih lanjut dan sebagian
lagi dikirim ke fuel oil storege untuk komponen blending fuel oil.
d. Heavy Gas Oil, diperlukan sama seperti Light Gas Oil .
e. Slop Wax,
Wax, dikirim ke fuel oil storage untuk komponen blending fuel oil.
f. Vacuum Bottom,
Bottom, untuk komponen blending fuel oil dan dikirim ke fuel oil storage.
storage .
Dengan adanya proses visbreaking ini, kilang minyak Pertamina UP IV

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 51


UPN “Veteran” Yogyakarta

Laporan Praktek Kerja


PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

Cilacap ditekan untuk memproduksi Diesel oil dengan memperbaiki pour point
dan masih memenuhi viskositas yang diinginkan. Proses visbreaking ini disertai
dengan proses thermal cracking, yaitu pemecahan rantai hidrokarbon yang
panjang menjadi rantai hidrokarbon yang lebih pendek, yang terjadi karena
pengaruh panas. Kapasitasnya adalah sebesar 8.387 ton/hari.
Produk-produk
Produk-produk yang dihasilkan
dihasilka n dari FOC II yaitu :
I. Hydrogen Rich Gas,
Gas, dipakai sendiri di unit 12, 13 dan 18.
II. Mixed LPG,
LPG, untuk bahan bakar konsumen masyarakat.
III. Heavy Naphta,
Naphta , untuk komponen blending premium dan bahan baku
kilang paraxylene
paraxylene..
IV. Platforming (HOMC), digunakan sebagai blending premium.
premium.
V. HSD dan IDO
IDO,, untuk bahan bakar diesel kecepatan tinggi.
VI. IDF dan IDO
IDO,, untuk bahan bakar diesel kecepatan rendah.
VII. Kerosene,, untuk bahan bakar konsumen masyarakat.
Kerosene
VIII. IFO,, untuk bahan bakar furnace dan komponen blending premium
IFO

3.2.2 Lube Oi
Oill C
Com
omp
plex II & III (LOC II & LOC III)
Kilang LOC II & III ini pada dasarnya mempunyai tugas yang sama pada
kilang LOC I, yaitu menghasilkan komponen minyak pelumas dan sebagai hasil
samping adalah aspal dan minyak bakar.
Kilang Lube Oil Complex II ini mempunyai
mem punyai fungsi untuk membuat bahan baku
pelumas dari long residue hasil Crude Distilling Unit (CDU I). Kapasitas produksi
dari LOC II ini adalah 175.4 ton/tahun produk Lube Base Oil dan 55.000 ton/tahun
produk asphalt.
Unit-unit produksi di LOC II:
1. Unit 21: H i gh V
Vaacu
cuum
um Unit (H V U)
Unit ini mengolah long residue dari CDU I untuk menghasilkan hasil
distilasi dengan distilasi vacuum yang akan diproses lebih lanjut untuk membuat
bahan pelumas. Long residue terdiri dari fraksi-fraksi dengan titik didih tinggi,
sehingga bila dilakukan distilasi atmosferik akan terjadi perengkahan karena
temperaturnya sangat tinggi.
Hasil-hasil dari unit 21 ini yaitu:

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 52


UPN “Veteran” Yogyakarta

Laporan Praktek Kerja


PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

a. Vacuum Gas Oil (VGO)


b. Spindle Oil (SPO)
c. Light Machine Oil (LMO)
d. Medium Machine Oil (MMO)
e. Short Residue
Dari HVU ini kemudian produk-produk tersebut diolah pada unit-unit lain untuk
menghasilkan Lube Base Oil.
2. Unit 22: Pr
P r opane Dea
Deasp
spha
halti
lting
ng Uni
Unitt (PDU)
Unit ini bekerja untuk menghilangkan asphalt dari short residue sebelum
diolah lebih lanjut menjadi bahan minyak pelumas. Prosesnya adalah ekstraksi
dengan pelarut propane
propane,, sedangkan kapasitasnya 784 ton/hari short residue.
residue . Pada
proses selanjutnya maka Deasphalting Oil (DAO
DAO)) akan digunakan sebagai bahan
baku minyak pelumas berat.
3. Unit 23: F urfur
urfuraal E xt
xtrac
ractti on Unit (FEU)
Unit ini berfungsi untuk menghilangkan senyawa-senyawa aromat dari
destilat hasil HVU dan PDU. Prosesnya adalah ekstraksi dengan menggunakan
pelarut furfural yang mempunyai daya larut
l arut terhadap senyawa aromat. Rafinatnya
diolah menjadi bahan minyak pelumas sedangkan ekstrak keluar sebagai fuel oil .
Kapasitas FEU tergantung jenis umpan yaitu :
 LMO distillate : 2.18 ton/hari
 MMO distillate : 2.27 ton/hari
 DAO distillate : 91.786 ton/hari
Rafinat FEU selanjutnya diolah di MEK Dewaxing Unit (MDU). Setelah
Debottlenecking FEU II hanya memproses LMO, MMO, dan DAO.
Sedangkan rafinatnya diolah di HTU LOC III.
4. Unit 24: M
Meethy
thyll E thy
thyll K
Keeto
tone
ne D ewaxi ng U
Uni
nitt (MDU)
Pada awalnya unit ini berfungsi menghilangkan wax (lilin) dari rafinat hasil
FEU, tetapi setelah debottlenecking, unit ini memproses rafinat dari HTU.
Prosesnya adalah mendinginkan rafinat sehingga wax akan mengkristal dan dapat
dipisahkan dengan penyaringan. Tujuan penghilangan wax adalah agar minyak
pelumas yang terbentuk mempunyai
mempunyai titik tuang ( pour point) yang memenuhi
syarat. Rafinat yang masuk sebagai umpan didinginkan kemudian disaring, untuk

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 53


UPN “Veteran” Yogyakarta

Laporan Praktek Kerja


PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

lebih mudahnya maka ditambahkan pelarut. Pelarut yang digunakan adalah


campuran antara methyl ethyl keton dengan toluene dengan perbandingan 52 : 48.
5. Unit 25: H ot Oil Syst
Syste
em Uni
Unitt
Walaupun tidak langsung dengan proses, unit ini sangat penting
keberadaannya, karena merupakan sumber panas bagi unit-unit lain, antara lain
untuk menguapkan pelarut pada pelarut recovery
recovery.. Prinsip operasinya adalah
dengan sirkulasi minyak panas dari vessel, dimana minyak yang digunakan adalah
spindle oil (SPO).
6. Unit 26: Hyd
H ydrr otrea
treating
ting / R edi st
stii llat
llatii on Uni
Unitt (HTU/RDU)
Tujuan dari proses pada unit ini adalah untuk menghilangkan komponen-
komponen aromatis yang tidak diinginkan pada lube oil dengan charging
campuran feed dan gas kaya hidrogen ke reaktor dengan menggunakan katalis Ni-
Mo (Nikel- molybdenum).
molybdenum).
3.2.3 Kilang Pa
P ar axylene Cilacap (KPC)
Kilang paraxylene Cilacap dibangun tahun 1988 dan beroperasi setelah
diresmikan oleh Presiden RI tanggal 2 Desember 199. Tujuan dari pembangunan
kilang Paraxylene ini adalah sebagai berikut :
1. Memenuhi kebutuhan bahan baku paraxylene untuk pabrik Purified
Terepthalic Acid (PTA
PTA)) di Plaju, Sumatra Selatan.
2. Menghemat devisa, karena selama ini bahan baku untuk paraxylene masih
di impor.
3. Meningkatkan nilai proses yang ada pada kilang paraxylene
paraxylene..
Kilang ini digunakan untuk mengolah 11.916,9 ton/hari Naphta dengan
produk utamanya adalah Paraxylene dan Benzene. Produk sampingnya adalah LPG,
Raffinate, Heavy Aromatic, Fuel gas.

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 54


UPN “Veteran” Yogyakarta

Laporan Praktek Kerja


PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap
Gambar 3.3 Blok Diagram Kilang Paraxylene

Unit-unit yang ada di kilang paraxylene adalah:


1. Unit 82 : Nap
N aptha
tha H ydrotr
ydrotrea
eate
terr
Fungsi utama unit ini adalah mempersiapkan heavy naptha yang terbebas
dari kontaminasi berbagai impurities seperti sulfur, oksigen, nitrogen, logam-
logam organik dan sebagainya, oleh karena senyawa tersebut dapat meracuni
katalis pada Unit Platforming. Pemurnian ini dilakukan dengan menginjeksikan
gas hidrogen dalam suatu rektor katalis yaitu Ni-Mo Alumina.
Alumina.
2. Unit 84 : CCR Pla
P lattform
formii ng U
Unit
nit
Unit ini mengolah senyawa parafinik dan naphtenik yang terdapat pada

Treated Naptha menjadi senyawa aromatik untuk dijadikan paraxylene dan


benzene pada unit berikutnya. Untuk CCR platforming catalist , umpan naptha
harus kurang dari 0,5 weight ppm,
ppm, untuk mengoptimalkan selektivitas dan
stabilitas karakteristik katalis. Untuk tipikal kandungan sulfur dalam umpan pada
deaktivasi, maka suhu reaktor perlu dinaikkan untuk mencapai tingkat removal
yang sama. H2S yang dihasilkan kemudian dipisahkan pada stripper column
column,, dan

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 55


UPN “Veteran” Yogyakarta

Laporan Praktek Kerja


PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

dikeluarkan sebagai overhead off gas.


gas.
Hasil utama dari unit ini kemudian akan dipisahkan antara light platformate
dan heavy platformate.
platformate. Light platformate banyak mengandung benzene dan
toluene yang kemudian dikirim ke Unit Sulfolane
Sulfolane,, sedangkan heavy platformate
banyak mengandung xylene yang kemudian dikirim ke Unit Xylene Fractionation.
Fractionation.
Sedangkan hasil berupa gas yaitu LPG dan hidrogen.
3. Unit 85 : S
Sulfola
ulfolane
ne Uni
Unitt
Umpan untuk unit ini adalah light platformate.
platformate. Unit ini berfungsi untuk
memisahkan gugus aromat dari gugus non aromat secara ekstraksi dengan
menggunakan pelarut sulfolane
sulfolane.. Rafinat mengandung komponen-komponen non
aromat (parafin
parafin,, olefin dan naphta
naphta)) yang disebut mogas dan ekstrak mengandung
komponen aromat. Selanjutnya senyawa-senyawa tersebut dipisahkan di Sulfonate
Benzene Column (SBC). Hasil atas berupa benzene dan produk bawahnya adalah
toluene dan C8+. Produk bawah ini kemudian dipisahkan pada Sulfolane Toluene
Column (STC). Produk toluene kemudian diumpankan ke Unit Tatoray dan
produk bawah ke unit Xylene Fractionation.
Fractionation.
4. Unit 86 : Ta
T ato
torr ay Pr ocess
cess Uni
Unitt
Proses tatoray adalah suatu proses katalitik untuk trans-alkilasi aromat.
Dalam bentuk sederhananya, toluene dikonversi menjadi benzene dan campuran
xylene.. Toluene dan campuran C9 aromatik dikonversi menjadi C 6, dan C8 aromat.
xylene
Katalis yang digunakan adalah TA-4 dengan basis silika alumina. Benzene yang
dihasilkan direcycle ke unit sulfolane, sedangkan xylene dan toluene ke toulene
column untuk memisahkan toluene dan xylene
xylene..

5. Unit 87 : Xylene F r actiona


ctionatti on Uni
Unitt
Suatu aspek unik dari unit ini adalah pada desain splitter column.
column. Dengan
mengoperasikan splitter column pada tekanan yang tinggi, suhu uap overhead
menjadi begitu tinggi, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pemanas untuk
reboiler di beberapa kolom pada Unit Parex dan Unit Isomar. Hal ini merupakan
suatu penghematan biaya operasi dan biaya pokok yang tidak kecil.
Unit ini berfungsi untuk memisahkan campuran antara xylene dengan C9
aromat dan lainnya. Produk atas berupa xylene yang diumpankan ke Parex Unit

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 56


UPN “Veteran” Yogyakarta

Laporan Praktek Kerja


PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

dan hasil bawah dipisahkan dalam Heavy Aromatic Column.


Column. Produk atasnya
berupa C9 aromat diumpankan ke Tatoray Unit dan hasil bawah adalah heavy
aromat.
6. Unit 88 : Pa
P ar axyle
xylene
ne E xtract
xtractii on ((P
P ar ex) P r ocess
cess Uni
Unitt
Proses Parex adalah suatu proses pemisahan yang kontinyu untuk adsorbsi
selektif paraxylene dari campuran isomernya (ortho
( ortho dan meta xylene),
xylene), ethyl
benzene dan hydrocarbon non aromatik. Unit ini menggunakan solid adsorbent
(zeolit), desorbent, Para Diethyl Benzene (PDB
PDB)) dan suatu flow directing device
yang disebut rotary valve.
valve .
Produk rafinat menjadi umpan Unit Isomar sedangkan ekstrak berupa
campuran paraxylene dan desorbent dipisahkan lagi. Produk paraxylene yang
dihasilkan mempunyai kemurnian yang tinggi yaitu sebesar 99,65%.
7. Unit 89 : I so
som
mar P r oce
cess
ss Uni
Unitt
Isomar yaitu proses isomerisasi katalis yang mengubah C8 aromat menjadi
campuran yang seimbang dengan menggunakan noble metal catalyst dwifungsi.
dwifungsi .
Umpan rafinat dari parex dicampur dengan recycled gas yang kaya hidrogen,
diuapkan dan dialirkan melalui fixed bed radial flow reactor. Efluentnya
dikondensasikan untuk memisahkan liquid dan gasnya.
Hasil atas berupa komponen hasil cracking yang diumpankan ke Unit 84
untuk memisahkan LPG sedangkan hasil bawah berupa campuran ortho
ortho,, meta
meta,,
para xylene sebagai umpan Unit Xylene Fractionation.
Fractionation.
8. Unit Ni
N i tro
trogen
gen P la
lant
nt
Nitrogen pada kilang ini diperlukan untuk CCR sistem dan tangki tailing.
Kapasitas
Nitrogen plant ini adalah :
N2 gas = 8 Nm3/jam
N2 liquid = 13 Nm3/jam
Udara dilewatkan melalui suction filter untuk menghilangkan debu-debu,
selanjutnya ditekan dan dimasukkan ke dalam absorber, kemudian didinginkan
sampai kira-kira 5°C pada chiller unit.

3.2.6 Kilang LPG & Sulphur R


Reecove
coverr y Unit

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 57


UPN “Veteran” Yogyakarta

Laporan Praktek Kerja


PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

1. Unit 9 (umum)
Unit 9 terdiri dari sistem utilitas header yang didesain untuk mendukung
fasilitas pada proses unit lainya. Secara umum semua utilitas diambil dari refinery
untuk menyediakan unit baru.
Sistem distribusi utilitas pada unit 9 terdiri dari :
1. High Pressure Steam
2. Medium Pressure Steam
3. Low Pressure Steam
4. Low Pressure Condensate
5. Boiler Blow Down
6. Medium Pressure Boiler Feed Water
7. Service Air
8. Service Water
9. Drinking Water
10. Jacket Water
11. Open Sewer
12. Sour Flare Header
13. Fuel Gas
14. Hydrogen
15. Cold Flare
16. Nitrogen
17. Instrumen Air

2. Unit 91 : Ga
G as Tr
Treeating U
Uni
nitt
Gas treating unit dirancang terutama untuk mengurangi kadar hydrogen
sulphide (H2S) di dalam gas buang (sebagai umpan) hingga maksimum 1 ppmv
sebelum dikirim ke LPG recovery unit dan PSA unit yang telah ada. Dalam
metode operasi normal, laju alir gas total diolah dan larutan amine disirkulasikan
untuk menyerap H2S pada suhu mendekati suhu kamar dan tekanan yang dinaikan.
Gas asam (acid
(acid gas)
gas) menghasilkan produk belerang cair.

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 58


UPN “Veteran” Yogyakarta

Laporan Praktek Kerja


PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

3. Unit 92 : LPG
L PG R eco
cove
very
ry Uni
Unitt
Recovery LPG yang diharapkan ialah dalam 99,9% ditetapkan
propane+butane dalam feed ke LPG Recovery Unit dibagi oleh propane+butane
yang terkandung dalam aliran bawah deethanizer.
Tabel 3.5 Spesifikasi Produk LPG
Spe
Spesifi kasi
kasi Unit Ni lai
lai
Ethane LV% Max 0,2%
C3+C4 LV% Min 97,5%
C5+ LV% Max 2%
Reid Vapor Pressure Psi 120
Weathering Test @36°F 95% volume

Tabel 3.6 Spesifikasi Produk C


Conde
ondensate
nsate
Spesifikasii
Spesifikas Unit Nilai
C4 dan lighter LV% Max 2%

4. Unit 93 : Sulp
S ulphur
hur R ecove
coverr y Uni
Unitt
Sulphur Recovery Unit (SRU) didirikan untuk memisahkan acid gas dari
amine regeneration di Gas Treating Unit (GTU), dirubah menjadi H2S dalam
bentuk gas menjadi sulfur cair dan dalam bentuk gas sulfur untuk bisa dikirim
melalui eksport.
5. Unit 94 : Ta
T ai l G
Gaas Unit
TGU (Tail
(Tail Gas Unit) dirancang untuk mengolah acid gas dari Sulphur
Recovery Unit (SRU). Semua komponen sulfur diubah menjadi H2S untuk
dihilangkan di unit TGU absorber, arus recycle kembali ke unit SRU dan
sebagian dibakar menjadi jenis sulfur yang terdiri dari SOx kemudian dibuang ke

atmosfer.
6. Unit 95 : Re
R efr
frii ger
ger ati on
Unit Refrigeration dilengkapi dengan pendinginan yang diperlukan untuk
LPG Recovery Unit dan juga dilengkapi dengan Trim Amine Chilling di bagian
Tail Gas Unit untuk memaksimalkan pengambilan sulphur secara umum. System
Refrigeration terdiri dari dua tahap Loop Propane Refrigeration.
Refrigeration.

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 59


UPN “Veteran” Yogyakarta

Laporan Praktek Kerja


PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

Tabel 3.7 Komposisi Design Refrigeration


Komponen Mol, %
Ethane 2,07
Propane 94,54
i-butane 3,79

Total 100

Unit – unit yang ada di kilang RFCC :


1. Unit 101 RCU (Residual Catalytic Unit)
Umpan berupa LSWR yang berasal dari FOC 2 akan dimasukan ke dalam
reaktor untuk mengalami proses cracking selanjutnya akan dimasukan ke dalam
main column untuk mengalami proses fraksinasi dan menghasilkan produk atas
berupa wet gas dan unstabilized naphta,
na phta, serta
sert a menghasilkan produk bawah berupa
decan oil.

2. Unit 102 Gas Concentration

Unit 102 gas concentration dibagi menjadi dua area, yaitu seksi recovery
dan seksi fraksinasi. Pada seksi recovery, etana komponen ringan dan hidrogen
sulfida dipisahkan dari aliran umpan, dan hasil atas dari unit RCU berupa wet gas
dan unstabilized naphta akan masuk seksi fraksinasi untuk dipisahkan fraksinya
menjadi fraksi ringan (C1 – C4) dan fraksi naphta atau fraksi beratnya.

3. Unit 103 LPG Merox

Unit 103 LPG Merox terbagi menjadi tiga proses, yang pertama yaitu
proses absorbsi menggunakan amine untuk mengurangi H2S (Hydrogen Sulfida)
dan COS (Carbonyl Sulfida), proses yang kedua yaitu proses ekstraksi yang
berfungsi untuk mengurangi
me ngurangi kandungan mercaptan dengan cara catalytic oxidation
dengan media caustic, dan proses yang ketiga yaitu proses sweetening
mengkonversikan mercaptan menjadi disulfides.

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 60


UPN “Veteran” Yogyakarta

Laporan Praktek Kerja


PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

4. Unit 104 Propylene Recovery

Unit 104 ini berfungsi untuk memisahkan dan mengolah stream mixed
C3/C4 yang berasal unit LPG Merox 103 untuk menghasilkan propylene dan
mixed LPG.

5. Unit 105 Gasoline Hydrotreating

Unit 105 terdiri dari dua proses utama yang berlangsung di dalam dua reaktor
yaitu reaktor SHU yang berfungsi sebagai diolefin conversion dan sweetening dari
fraksi ringan dari Naphta. Dan reaktor HDS yang berfungsi sebagai sulfur removal
dari fraksi heavy naphta.

6. Unit 106 Amine Treating


Unit 106 berfungsi untuk memisahkan komponen H2S dalam rich amine dan
meregenerasi amine untuk disitribusikan kembali ke unit 102, 103 dan 105. Proses
pemisahan utama terjadi di Amine Regenerator dimana H2S dan CO2 terstrip
te rstrip dari
dar i
larutan MDEA .

7. Unit 107 Sour Water Stripping


Unit 107 berfungsi untuk memisahkan komponen H2S, NH3 dan volatile
material yang terdapat pada sour water sebelum dikirim ke waste water treatment.
Acid gas yang mengandung H2S dan
dan NH3 dialirkan ke flare.

8. Unit 108 Hydrogen Purification


Unit 108 berfungsi untuk meningkatkan purity hidrogen dari unit existing
(FOC-I & FOC-II) untuk digunakan di unit 105 (Prime G+) dengan kemurnian

produk 99-%. Prinsip pemurnian


pemurnia n dengan cara adsorpsi dari impurities gas H2 ke
permukaan solid adsorbent yang
yang berupa karbon aktif pada tekanan tingg
tinggi.
i.

9. Unit 109 Oxidation Stability, Chemical Injection


Pada unit ini akan dilakukan oxidation stability test untuk menguji seberapa
lama gasoline akan mengendap dan akan dilakukan injeksi antioksidan apabila
gasoline membutuhkan waktu kurang dari 1000 menit untuk mengendap.

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 61


UPN “Veteran” Yogyakarta

Laporan Praktek Kerja


PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap
Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 62
UPN “Veteran” Yogyakarta

Laporan Praktek Kerja


PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

BAB IV
ORIENTASI KHUSUS

Kilang RFCC (Resid Fluid


Fluid Catalytic Cracking) dirancang untuk mengolah produk
produk
bawah CDU II berupa LSWR (Low Sulphur Wax Residue) sejumlah 58.000 BPSD dan
vacuum gas oil dari HVU dan LOC I/II sejumlah 4000 BPSD yang bernilai jual rendah
menjadi produk yang bernilai jual tinggi seperti gasoline, LPG, propylene. Proses yang
terjadi di unit ini berupa reaksi kimia katalitik dan dilanjutkan dengan proses fraksinasi untuk

menjadi produk overhead.


4.1 Unit 101 RCU (Residual Catalytic Unit)
Secara desain feed berupa LSWR yang berasal dari FOC 2 akan dimasukan ke
dalam reaktor untuk mengalami proses cracking dengan suhu 500 – 600 °C, selanjutnya
akan dimasukan ke dalam main column untuk mengalami proses fraksinasi dan
menghasilkan produk atas berupa wet gas dan unstabilized naphta, serta menghasilkan
produk bawah berupa decan
decan oil.

Karakteristik umpan pada RCU adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1 Karakteristik Umpan RCU


Sifat Umpan 1 Umpan 2

Sumber umpan Atmosferik residu campuran Atmosferikresidu campuran


dari minyak domestik dan dari minyak import dan
distilasi vakum distilasi vakum

API Gravity 20.81 20.32

Viscosity, cSt (@210°F) 29 27

UOP K 12.0 11.93

Sulfur, wt% 0.34 1.95

Sodium, wt ppm - 6.0

Iron, wt ppm - 20.0

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 63


UPN “Veteran” Yogyakarta

Laporan Praktek Kerja


PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

Conradson Carbon, wt% 6.2 6.2

Total Nitrogen, wt ppm 3000 3000

Vanadium, wt ppm 0.6 17

Nickel, wt ppm 13 13

4.1.1 Deskripsi Proses


Sebelum memasuki raw oil surge drum 101-V-521, raw oil terlebih dahulu
dipanaskan di feed preheater
preheater 101-E-534 menggunakan MP steam hingga tercapai
temperature suplai raw oil 150 °C. Dari surge drum 101-V-521, umpan dipompa
dengan raw oil pumps 101-P-521A/B melalui serangkaian sistem pemanas hingga
temperature mencapai 235 °C saat akan masuk riser. Umpan diijeksikan ke dalam
reactor (101-R-501) riser melalui 8 (delapan) buah distributor dan mempergunakan
MP steam sebagai atomizer. Regenerated catalyst panas dari lower regenerator (101-
R-502) dialirkan menuju riser dengan bantuan lift steam (via 101-FIC028) dan lift gas
ex-lift gas knock out drum (102-V-504) di unit Gas Concentration 102 (via 10-FIC-
037). Catalyst panas naik dari
dari wye piece bertemu dengan
dengan umpan dalam
dalam riser dan
terjadi pertukaran panas dari catalyst ke kabut minyak umpan, penguapan dan
hydrokarbon yang terengkah. Campuran uap – catalyst naik melalui riser dengan
minimum back mixing. Aliran catalyst menuju riser diatur oleh regenerated catalyst
slide valve (101-A-512), pada top riser reaksi perengkahan akan sempurna dan uap
hydrocarbon terpisah dari catalyst oleh vortex separation system (VSS) dan katalis
jatuh ke seksi stripping, guna meminimalkan
memi nimalkan reaksi perengkahan sekunder yang tidak
dikehendaki. VSS didesain berfungsi untuk memisahkan katalis dalam uap
hidrokarbon hingga 95%. Sisa katalis yang terikut uap hydrocarbon masuk ke dalam
10 buah single stage cyclone untuk pemisahan akhir (99,999 % katalis dapat
terpisahkan). Catalyst yang terambil oleh cyclone jatuh ke bawah cyclone diplegs
menuju ke seksi stripping yang memiliki 7 (tujuh) grid dan dilakukan pelucutan sisa
hydrocarbon dengan mempergunakan 3 (tiga) buah stripping steam. Uap hydrocarbon
naik ke plenum chamber bergabung dengan uap hydrokarbon dari cyclone yang lain
dan keluar melalui puncak reactor menuju ke Main Column (101-C-521).

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 64


UPN “Veteran” Yogyakarta

Laporan Praktek Kerja


PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

4.2 Unit 102 Gas Concentration

Secara umum unit 102 gas concentration dibagi menjadi dua area, yaitu seksi
recovery dan seksi fraksinasi. Pada seksi recovery, etana komponen ringan dan
hidrogen sulfida dipisahkan dari aliran umpan, dan hasil atas dari unit RCU berupa
wet gas dan unstabilized naphta akan masuk seksi fraksinasi untuk dipisahkan
fraksinya menjadi fraksi ringan (C1 – C4) dan fraksi naphta atau fraksi beratnya.

Peralatan utama dari


dari seksi recovery adalah WGC (102-K-501), HP
HP receiver

(102-V-503), primary absorber (102-C-501), sponge absorber (102-C-502) dan


stripper (102-C-503). Sedangkan perlatan utama dari seksi fraksinasi adalah
debutanizer (102-C-504).

4.2.1 Deskripsi Proses

Langkah pertama proses di unit Gas Concentration 102 adalah pemisahan non
condensable lean gas dari komponen yang lebih berat. Lean gas tidak dapat
dipisahkan dengan fraksinasi konvensional terkecuali digunakan refrigerasi. Oleh
karena itu, sistem stripper-absorber digunakan sebagai pemisahan utama. Net gas
yang berasal dari unit RFCC 101 harus dikompresi terlebih dahulu dan didinginkan
sebelum memasuki system stripper-absorber. Proses kompresi dilakukan dengan wet
gas compressor (102-K-501) dua stage. Kompresor meningkatkan tekanan gas
sehingga dapat mengalirkan wet gas untuk pemrosesan lebih lanjut di system
stripper-absorber. Aliran spillback pada setiap stage disediakan untuk mencegah
kompresor dari surging ketika startup dan upset. Kecepatan kompresor divariasikan
untuk mengontrol tekanan main column overhead receiver (101-V-522).
(101 -V-522).

Jantung dari konfigurasi system stripper-absorber adalah high pressure


condenser (102-E-518), high pressure trim condenser (102-E-502A~D), dan high

pressure receiver
re ceiver (102-V-503). HPS berfungsi sebagai surge
sur ge vessel agar aliran
ali ran tetap
te tap
normal bila ada upset proses dan pemisahan air. Semua aliran internal dan umpan
melalui peralatan tersebut kecuali unstabilized
unsta bilized gasoline yakni wet gas ex-102-K-501,
overhead vapor dari stripper (102-C-503), bottom primary absorber (102-C-501),
dan liquid dari compressor suction
suct ion drum (102-V-501).

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 65


UPN “Veteran” Yogyakarta

Laporan Praktek Kerja


PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

Gas yang berasal dari HPS mengandung produk pada rentang propane-butane
(biasa disebut rich gas). Gas ini di-recovery di primary absorber (102-C-501) dengan
diinjeksikan unstabilized gasoline ex-101-V-522 maupun stabilized gasoline dari
debutanizer (102-C_504) pada top section absorber. Panas dihasilkan ketika aliran
liquid turun sepanjang kolom menyerap material ringan dari gas yang naik. Panas
tersebut dipindahkan melalui upper & lower intercooler (102-E-504/503) untuk
meningkatkan efisiensi pemisahan. Liquid hidrokarbon dari bottom primary
absorber (102-C-501) kemudian dipompakan menuju high pressure condenser (102-
E-518). Aliran gas dari primary absorber (102-C-501) bagian atas mengalir menuju
bottom sponge absorber (102-C-502). Sponge absorber
a bsorber (102-C-502) ber
berupa
upa packed
tower dimanasisa material C5+ dipisahkan via kontak secara contercurrent dengan
lean oil, LCO ex-LCO circulation pump (101-P-525A/B). Lean gas keluar dari top
sponge absorber kemudian dikirimkan menuju lean gas amine absorber (102-C-505)
untuk penghilangan H2S dan mengalami proses lebih lanjut untuk dikirimkan ke fuel
gas header. Sebagian lean gas yang belum di-treating dikembalikan ke riser reactor
(101-R-501) sebagai lift gas. Adapun LCO keluaran bottom sponge absorber (rich
oil) dikembalikan ke main column
c olumn (101-C-521).

Proses absorpsi tidak seselektif proses fraksinasi dalam pemisahan karena


masih terikutnya fraksi ringan pada bottom primary absorber (102-C-501). Oleh
karena itu, dari HPS (102-V-503), liquid hidrokarbon diumpankan menuju stripper
(102-C-503). Stripper steam reboiler (102-E-510A/B) digunakan untuk melucuti
sejumlah tertentu material sebagai produk overhead yang mengalir kembali menuju
HPS. Adapun bottom stripper yang mengandung kandungan C3- dan H2S minim
diproses lebih lanjut di debutanizer (102-C-504) menjadi LPG dan gasoline.
Debutanizer dioperasikan seoptimal mungkin untuk mengontrol RVP gasoline dan
kandungan C5 di produk LPG pada nilai target. Pemanasan di reboiler debutanizer
(102-E-513A/B) disuplai dari sirkulasi HCO via 101-P-524A/B. Net LPG dikirim ke
LPG amine absorber (103-C-501) di unit LPG Merox 103 untuk penghilangan H 2S
sebelum pemisahan C3/C4 di splitter (104-C-501) unit Propylene Recovery 104.
Sebagian bottom debutanizer dikembalikan menuju primary absorber (102-C-501)
untuk meningkatkan recovery C3 & C4. Sisa bottom debutanizer dikirim ke unit
Gasoline Hydrotreating (Prime-G) untuk penghilangan H 2S.

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 66


UPN “Veteran” Yogyakarta

Laporan Praktek Kerja


PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

4.3 Unit LPG Merox

Gambar 4.1 Proses Flow Diagram Unit LPG Merox (103)

Didalam tahapan Merox, terdapat proses absorbsi menggunakan amine untuk


mengurangi H2S
H2S (Hydrogen
(Hydrogen Sulfida) dan COS (Carbonyl Sulfida),
Sulfida), proses ekstraksi
yang berfungsi untuk mengurangi kandungan mercaptan dengan cara catalytic
oxidation dengan media caustic, dan proses sweetening mengkonversikan mercaptan
menjadi disulfides.

Reaksi yang terjadi di dalam proses absorbsi adalah sebagai berikut :

H2S + NaOH  Na2S + 2H2O

H2S + Na2S  2NaHS +

2H2S + NaOH  2NaHS + 2H2O

Reaksi yang terjadi di dalam proses ekstraksi adalah sebagai berikut :

RSH + NaOH  NaSR + H2O

Reaksi yang terjadi di dalam proses oxidation adalah sebagai berikut :

2NaSR + ½ O2 + H2O  2NaOH + RSSR

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 67


UPN “Veteran” Yogyakarta

Laporan Praktek Kerja


PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

4.4 Unit 104 Propylene Recovery

104E-506

104K-501

Off gas 104V-502


104E-509

104C-
#29 502

104E-505 104P-503
104V-501

104C-501 104P-502

#48
Desuper 104M-501
Lp heater B
/
steam 104P-501
A
5
0
-5
V
4
0
104E-504 Circulating heavy 1

104E-503 naphta
MP BFW

104V-504 A/B
104E-501
LPG from 103V-504
104E-511
104E-502

104V-503

104E-507 104E-508

104P-504

Propylene to tank

LPG to tank

Sour water to SWS

Gambar 4.2 Proses Flow Diagram Unit Propylene Recovery


Unit ini berfungsi untuk memisahkan dan mengolah stream mixed C3/C4 yang
berasal unit LPG Merox 103 untuk
untuk menghasilkan propylene grade polymer (minimum
purity 99.5 %-wt) dan mixed LPG.

4.4.1 Deskripsi Proses


Mixed C3/C4 dialirkan menuju C3/C4 splitter untuk dipisahkan
butane/butylene (C4) dan propane/propylene (C3) menggunakan
menggunakan sistem kolom
distilasi konvensional. Propylene dipisahkan dari propane di C3 Splitter (104-
C-502) menggunakan modified distilation system dengan penerapan tiga
teknologi : (1) Heat pump compressor untuk penyedia reboiler heating
medium dan refluks, (2) UOP MD distillation trays sebagai internal kolom, (3)
UOP high flux tube pada reboiler. Butane/butylene sebagai bottom product
dan propane sebagai bottom product dialirkan menuju tanki LPG. Propylene
yang masih mengandung air dalam konsentrasi jenuh dihilangkan di propylene
drier sedangkan metal content dihilangkan di propylene treater. Treated
propylene yang telah memenuhi spec grade polyemer dialirkan menuju tanki
Propylene.

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 68


UPN “Veteran” Yogyakarta

Laporan Praktek Kerja


PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

4.5 Unit 105 Gasoline Hydrotreating

7
5
1
ti
n
u
o
T 105C-502
105E-507

105R-501 105V-504 105V-505

H2
105E-504 105E-504

105C-501 105V-503

105V-502
tdc

105V-501 105F-502
105E-503
To sws

T=145
P=27.8 105P-502
Q=191877 Rich amine to
105E-502 106
105A-501
T=110 105F-501 inhibitor
P=4.1 105E-509
T=110 Q=191730
P=6 105E-501 105P-503
Q=191730
105K-501

105E-506
105P-504 105E-508
105C-503

105P-501
105P-505
105V-506

8
2 0
0 k 1
1 n 105F-503
ti a m To sws
n t o
rf
u m
x o n
e rf e
g
d a
e t ro
e h d 105P-507 105P-506 cwr
f p y 105P-508
e a h
nil n p
o rt u Desulphurized gasoline to tank
s e e
a nI k
G a 105E-511 105E-510
M cws
Gambar 4.3 Proses Flow Diagram Unit Gasoline Hydrotreating

Fungsi dari unit ini adalah mengurangi kandungan sulfur pada feed Gasoline
ex Debutanizer dari 400 ppm.wt menjadi 150 ppm.wt. 2 proses utama berlangsung di

dalam 2 reaktor yaitu :


1. Reaktor SHU yang berfungsi sebagai diolefin conversion dan sweetening dari
fraksi ringan dari Naphta
2. Reaktor HDS yang berfungsi sebagai sulfur removal dari fraksi heavy naphta
Bahan baku utama terdiri dari feed yang berasal dari debutanizer dan hidrogen
yang berasal dari unit 108.
4.5.1 Deskripsi Proses
tempera tur 110 oC masuk ke feed
Gasoline Feed ex debutanizer dengan temperatur
surge drum untuk dipisahkan dari
dari water. Sebelum masuk ke CFE diinjeksikan

Hidrogen (purity 99-% ex PSA unit 108). Feed gasoline inlet SHU Reactor
pada temperatur 150 oC, press 25.5 kg/cm2.g. Di SHU Reaktor, senyawa
diolefins akan terhidrogenasi untuk menghindari terbentuknya gum di
hydrotreating section. Senyawa light mercaptans dan light sulfur compound
akan dikonversi menjadi heavy sulfur compounds menghasilkan light naphta
yang bebas mercaptan dan light sulfides. Selain itu, juga terjadi isomerisasi
dari external olefins menjadi internal olefins. Produk outlet SHU Reaktor pada

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 69


UPN “Veteran” Yogyakarta

Laporan Praktek Kerja


PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

o 2
temperatur 166 C, press 22.5 kg/cm .g. SHU Reactor Effluent masuk ke
splitter untuk dipisahkan antara LCN (Light Cracked Naphta) dan HCN
(Heavy Cracked Naphta). Cutting point draw off LCN diatur berdasarkan
sulfur content LCN max 200 ppm.w. Normal rate draw off LCN adalah 52-%
dari fresh feed dan desain temperatur draw off 116 oC. Sedangkan untuk
produk HCN keluar melalui bottom splitter menuju ke HDS reaktor. Di HDS
Reaktor, pada intinya adalah reaksi desulfurisasi senyawa sulfur menjadi H2S,
meminimalkan reaksi olefin sturation dan mengurangi mercaptan content pada
temp eratur 270 oC (dipanaskan melalui
produk. Feed inlet HDS Reaktor pada temperatur
CFE 105E-506), press 20.6 kg/cm 2.g. Produk keluar reaktor pada temperatur
288 oC, press 19.1 kg/cm2.g. Effluent HDS reaktor menuju ke stabilizer 105C-
503 untuk dipisahkan dari fraksi ringannya sehingga diperoleh RVP sesuai
target. Produk HCN outlet dari stabilizer akan bergabung dengan stream LCN
ex splitter untuk kemudian menuju ke tanki gasolin.

4.6 Unit 106 Amine Treating


T. 49.0 °C
P. 0.7 kg/cm²
Amine inhibitor F. 1455 kg/h
To flare
dosing system To SRU
T. 125.6 °C 106E-502
P. 1.3 kg/cm²
T. 39.5 °C F. 24884 kg/h
T. 49 °C
P. 4.95 kg/cm²
P. 1.1 kg/cm² 106V-504
F. 49 kg/h
FG to Collecting Header
T. 81.6 °C F. 24884 kg/h T. 49.0 °C
P. 1.3 kg/cm² P. 1.1 kg/cm²
F. 206403 kg/h #1 F. 1455 kg/h
T. 49 °C
T. 42 °C #2 P. 1.3 kg/cm²
P. 7.0 kg/cm² #3 F. 23657 kg/h To existing closed drain
F. 186424 kg/h
Rich amine ex 102C-505 106V-502
T. 38 °C 106P-506
T. 128.5 °C
P. 7.0 kg/cm² #21
P. 1.45 kg/cm²
Rich amine ex 103C-501 F. 9028 kg/h F. 249179 kg/h

Rich amine ex 105C-501 106C-501 Demin water


T. 48 °C T. 129.8 °C
P. 1.45 kg/cm² MP BFW
P. 7.0 kg/cm²
F. 44142 kg/h 106P-502
F. 9000 kg/h
T. 81.6 °C LP STEAM
P. 5.3 kg/cm²
F. 206403 kg/h 106E-503
106V-501
LP COND.

T. 42.1 °C
P. 6.0 kg/cm²
Ligh slop oil to tank T. 129.8 °C
F. 206403 kg/h P. 1.5 kg/cm²
T. 40 °C 106E-504
P. 28 kg/cm² F. 204685 kg/h
Lean Amine to unit 102 F. 166136 kg/h 106S-501-2-3
T. 91.8 °C
106E-501 P. 1.0 kg/cm²
T. 40 °C
Lean Amine to unit 103 P. 28.0 kg/cm²
F. 204685 kg/h
c ws c wr
F. 6649 kg/h
Lean Amine to unit 105 N2
T. 55 °C 106P-501 N2 106P-503
P. 28.0 kg/cm² 106E-505
F. 9000 kg/h Acid gas to flare
c ws
ws c wr
wr
Demin water
106T-501
106V-503 106 unit amine closed drain

amine drain from ISBL

106P-504
MDEA ex lorry

MDEA from drum

106P-505

Gambar 4.4 Proses Flow Diagram Unit Amine Treating


Unit ini berfungsi untuk memisahkan komponen H2S dalam rich amine dan
menghasilkan lean amine (regenerated) untuk disitribusikan ke unit 102, 103 dan 105.
Proses pemisahan utama terjadi di Amine Regenerator 106C-501dimana H2S dan
CO2 terstrip dari larutan MDEA .
4.6.1 Deskripsi Proses

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 70


UPN “Veteran” Yogyakarta

Laporan Praktek Kerja


PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

Rich amine dikirimkan dari unit 102/103/105 dengan level controller di


kolom amine absorber unit tersebut menuju Rich Amine Flash Drum. Pada
vessel ini terjadi flash untuk pemisahan fraksi ringan yang diarahkan menuju
FGS. Jika terjadi oil carryover pada rich amine, fraksi HC tersebut akan
terpisahkan di Rich Amine Flash Drum dan dengan kontrol 106-LIC-001
dikirimkan ke Light Slop Oil Tank. H2S dipisahkan dari rich amine di Amine
Regenerator dengan fraksinasi menggunakan Reboiler dengan medium LP
steam. Fraksi ringan di overhead dikondensasikan parsial via 106-E-502
dimana liquid terkumpul di Regenerator Reflux Drum dan dikembalikan
sebagai reflux ke kolom via 106-P-502A/B. Pada bottom 104-V-502 terdapat
injeksi demin water. Fraksi berat pada kolom sebagai bottom product lean
amine siap untuk dikirimkan balik menuju unit via 106-P-501A/B dengan
penurunan temperature berlangsung di Lean/Rich Amine Exchanger dan Lean
Amine Cooler no. 1 dan atau Lean Amine cooler no. 2. Tiap cooler dilengkapi
dengan temperature control (TIC) untuk menjaga temperature target.

4.7 Unit 107 Sour Water Stripping


Acid gas to flare

Acid gas to flare N2


Temp. 38 °C N2
Press. 4 kg/cm²
Flow. 55521 kg/h
Sour water ex 148
Temp. 39.1 °C T. 75 °C T. 94.9 °C
#1
Press. 0.3 kg/cm² P. 1.2 kg/cm² P. 1.7 kg/cm²
Sour water ex 101V-523
Flow. 55880 kg/h F. 206040 kg/h F. 206040 kg/h

Sour water ex 101V-522 107V-501 #6


Temp. 41.5 °C T. 84.5 °C
107T-501 107E-503
Press. 4 kg/cm² P. 1.3 kg/cm²
Sour water ex 103
Flow. 52 kg/h F. 55880 kg/h #7
107P-505 Temp. 39.1 °C
Sour water ex 105 Press. 0.3 kg/cm² 107P-503
Flow. 55880 kg/h
Temp. 45 °C
Press. 4 kg/cm² Mp BFW

Light slop oil to tank


#24 T. 129.1 °C
Temp. 41.5 °C
Anti foam P. 1.7 kg/cm²
N2 Press. 4 kg/cm²
T. 84.5 °C F. 13172 kg/h
107P-501 Flow. 52 kg/h Mp steam
107A-502 P. 4.3 kg/cm²
F. 55880 kg/h
107DS-501
Unit 107 sour water drain
107V-503 107P-502 T. 129.1 °C 107E-502
P. 1.7 kg/cm²
F. 131383 kg/h T. 160 °C
Sour water drain ex ISBL 107P-506 P. 5.2 kg/cm²
F. 14543 kg/h
Mp condensate

T. 84.5 °C 107E-504 107E-505


P. 5.8 kg/ Waste water to tank
cm² T. 36 °C
F. 55363 kg/ cws cwr P. 1.5 kg/cm²
h F. 55363 kg/h
107E-501
T. 129.8 °C
P. 6.9 kg/cm² T. 129.7 °C
P. 1.7 kg/cm²
F. 55363 kg/h F. 55363 kg/h

Gambar 4.5 Proses Flow Diagram Sour Water Stripping

Berfungsi untuk memisahkan komponen H2S, NH3 dan volatile material yang
terdapat pada sour water sebelum dikirim ke waste water treatment. Acid gas yang

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 71


UPN “Veteran” Yogyakarta

Laporan Praktek Kerja


PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

mengandung H2S dan NH3 dialirkan ke flare. Proses pemisahan utama terjadi di
Stripper Column.
4.7.1 Deskripsi Proses
Sour water dikirimkan dari unit 101/104/105 dengan level controller di
bootleg vessel di unit tersebut menuju Sour Water Storage Tank. Dengan
pompa 107-P-505A/B,
107-P-505A/B, sour water dipompakan menuju Sour Water Surge
Drum. Jika terjadi oil carryover pada sour water, fraksi HC tersebut akan
terpisahkan di 107-V-501 dan dengan kontrol 107-LIC-001 dikirimkan ke
Light Slop Oil Tank . H2S dan NH3 dipisahkan dari sour water di Sour Water
Stripper dengan fraksinasi menggunakan
menggunakan Reboiler
Reboiler dengan medium MP steam.
Fraksi ringan di overhead berupa Acid Gas (NH3 dan H2S) akan langsung
dialirkan ke flare. Sedangkan liqud dari tray #6 akan dikembalikan sebagai
overhead reflux setelah didinginkan di Pumparound Cooler melalui pompa
107-P-503A/B. Bottom product stripped water sebagian akan dikembalikan
lagi masuk ke tray #24 setelah keluar dari reboiler. Sedangkan produk stripped
water lainnya dari bottom produk dipompakan dengan 107-P-504A/B dan
dialirkan ke 166-T-501 setelah didinginkan di 107-E-501 dan 107-E-504.

4.8 Unit Hydrogen Purification


108PIC-011A

To Flare PC Make up
Hydrogen to
105E-501

PC 108PIC-021
Off spec P: 3.5 Kg/cm2g
108FI-003 T: 43.0 Deg C
Hydrogen
F: 3164 Kg/H
FI
108PIC-005 108PIC-018 PC
P:34.0 Kg/cm2g
T:94.6 Deg C
F:3465 Kg/H
Fuel
Gas
P: 2.0 Kg/cm2g
108PIC-012 T: 82.4 Deg C
F: 3164 Kg/H
Pressure signal P:33.0 Kg/cm2g
Fr FOC II P:15.0 Kg/cm2g T:43.0 Deg C
T:36.8 Deg C F:3465 Kg/H
F:3164 Kg/H 108E-501
Rich Hydrogen 108E-502 108E-503
fr FOC II PC
PC
Pressure signal 108A-503 108V-504
Fr FOC II
PC
P:5.0 Kg/cm2g
T:89.3 Deg C
P:0.5 Kg/cm2g P: 1.5 Kg/cm2g F:3164Kg/H
Rich Hydrogen
fr FOC I T:43.0 Deg C T: 43.0 Deg C
F:3164 Kg/H F: 3164 Kg/H
108A-501 To Flare
P:16.5 Kg/cm2g 108V-502
T:37.0DegC
F:3465Kg/H 108V-501
108K-502
108K-501A/B A/B
to
unit 105

To Flare

108V-501 108E-501 108V-502 108A-501 108E-502 108V-503 108E-503 108E-504


Hydrogen compressor Hydrogen compressor after Hydrogen compressor Hydrogen purification unit PSA offgas compressor PSA offgas compressor 2nd PSA offgas compressor PSA offgas compressor
nd
suction drum cooler discharge drum
st
1 stage after cooler stage suction drum 2 stage after cooler nd
2 stage discharge dr
drum
um

Gambar 4.6 Proses Flow Diagram Hydrogen Purification

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 72


UPN “Veteran” Yogyakarta

Laporan Praktek Kerja


PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

Berfungsi untuk meningkatkan purity hidrogen dari unit existing (FOC-I & FOC-
II) untuk digunakan di unit 105 (Prime G+) dengan kemurnian produk 99-%. Proses
pemurnian terjadi dengan prinsip pressure swing adsorption dengan pengaturan
sequence berdasarkan logic PLC. Prinsip pemurnian dengan cara adsorpsi dari
impurities gas H2 ke permukaan solid adsorbent yang berupa karbon aktif. Pada
tekanan tinggi, impurities akan teradsorb ke pori-pori adsorbent dan pada tekanan
rendah, impurities akan terdesorpsi dari permukaan adsorbent. Proses ini dikenal
sebagai Pressure Swing Adsorption (PSA).

4.8.1 Deskripsi Proses


Dari unit existing, hidrogen dari FOC-I dan FOC-II disupply dengan 2
control valve, yaitu 108-PV-019 dan 108-PV-020. Saat normal operasi, 108-
PV-019 akan digunakan sebagai pressure control hidrogen masuk, dan jika
tekanan hidrogen masuk rendah maka 108-PV-020 akan mengatur untuk
menjaga tekanan hidrogen konstan. Sebelum masuk ke vessel PSA, hidrogen
dinaikkan tekanannya dengan kompresor 108-K-501A/B dari 16.5 menjadi 34
kg/cm2.g. Hidrogen masuk ke vessel PSA sesuai dengan sequence yang ada di
PLC PSA, baik dengan mode 3 vessel maupun 4 vessel. Saat tekanan tinggi,
proses adsorpsi terjadi, sedangkan saat sequence timer selesai, tekanan akan
depressurizing untuk masuk ke tahap desorpsi. Produk hasil adsorpsi dari PSA
akan didistribusikan ke unit 105 melalui kontrol 108-PV-011 dan sebagian
akan dialirkan ke fuel gas melalui kontrol 108-PV-021. Untuk produk tail gas
hasil proses desorpsi, akan menuju ke kompresor 108-K-502A/B agar
dinaikkan tekanannya dari 0.5 menjadi 5.0 kg/cm2.g dan dialirkan ke fuel gas.

4.9 Unit 109 Oxidation Stability, Chemical Injection


Pada unit ini terdapat 2 tangki kecil berisi chemical antioksidan yang
akan diinjeksikan yang berguna untuk menjaga oxidation stability dari naphta
yang diproduksi dari unit 105, karena umpan LSWR mengandung banyak
olefin yang mudah menggumpal. Pada unit ini akan dilakukan oxidation
stability test untuk menguji seberapa lama gasoline akan mengendap, untuk
spesifikasi produk dari unit 105 minimal waktu yang dibutuhkan gasoline

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 73


UPN “Veteran” Yogyakarta

Laporan Praktek Kerja


PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

untuk mengendap yaitu lebih dari 1000 menit, ketika waktu nya kurang dari
1000 menit maka akan dilakukan injeksi antioksidan sehingga gasoline lebih
stabil dan tidak mudah menggumpal.
Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 74
UPN “Veteran” Yogyakarta

Laporan Praktek Kerja


PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

BAB V
UTILITAS DAN LABORATORIUM

5.1.Utilitas
Unit Utilities pada PERTAMINA RU IV Cilacap adalah
a dalah semua bahan atau media atau
sarana yang dibutuhkan untuk menunjang operasi pengolahan kilang seperti tenaga listrik,
tenaga uap, air pendingin, air bersih, udara bertekanan, bahan bakar dan air baku sehingga
kilang dapat memproduksi BBM dan NBM.

Pengadaan utilities dalam industri, khususnya untuk operasional kilang bahan bakar
minyak dan petrokimia Pertamina RU IV selama ini selalu diusahakan sendiri, mengingat
kebutuhan pasokan yang berkesinambungan belum dapat diperoleh dari sumber lain. Dalam
pengoperasian utilities harus handal karena bila terjadi kegagalan dalam pengoperasian
utilities, tidak saja akan mengakibatkan kehilangan produksi kilang berupa BBM, NBM dan
Petrokimia tetapi dapat juga menimbulkan kerusakan katalis, peralatan operasi, dan
kesalamatan (safety).
Diagram alir sederhana Unit Utilities
Utilities pada PERTAMINA
PERTAMINA RU IV dapat dilihat pada
gambar berikut.

Gambar 5.1 Aliran Proses Unit Utilitas

Di PERTAMINA RU IV Cilacap, kompleks utilities terbagi atas :

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 75


UPN “Veteran” Yogyakarta

Laporan Praktek Kerja


PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

a) Utilities I (Area 50) yang dibangun pada tahun 1973 dan mulai dioperasikan
tahun 1976 menunjang pengoperasian utilities I, FOC I, LOC I, dan Off Site
area 30, 40, 60, dan 70 dengan kapasitas pengolahan 100.000 barrel/hari.
b) Utilities II (Area 05) yang dibagun pada tahun 1980 dan mulai dioperasikan
tahun 1983 menunjang pengoperasian
pengoperasian utilities
utilitie s II, FOC II, LOC II, dan Off Site
area 30, 40, 60, dan 70 dengan kapasitas pengolahan 200.000 barrel/hari.
c) Utilities Paraxylene yang sebagian besar unitnya terletak di utilities I / area
50 yang mulai dioperasikan tahun 1990 dan bertugas dalam menunjang area
kilang paraxylene dengan kapasitas produksi petrokimia sebanyak
se banyak 270.000 ton
/tahun.
d) Utilities IIA (Area 500) yang mulai dioperasikan tahun 1998 dengan
penambahan sarana terbatas, khusus dibangun untuk menunjang operasi
Debottlenecking kilang Cilacap, sehingga total kapasitas pengolahan kilang
Cilacap dapat dinaikkan dari 300.000 barrel/hari menjadi 348.000 barrel / hari.
Pada saat pengembangan kilang dari tahun 1976 hingga tahun 1998 agar kehandalan
dan fleksibilitas operasi utilities terjamin maka sebagian besar sistemnya terintegrasi yaitu
antara sistem utilities I, II, IIA, dan utilities paraxylene saling menunjang, sehingga bisa
diartikan suatu sistem satu kesatuan.
Dalam memenuhi kebutuhan kilang Cilacap maka utilities PERTAMINA RU IV
Cilacap secara operasional memiliki unit – unit kerja yaitu :
a. Unit 51/051/510  Unit Pembangkit Tenaga Listrik

b. Unit 52/052/520  Unit Pembangkit Tenaga Uap

c. Unit 53/053/530  Unit Distribusi Air Pendingin


d. Unit 54/054  Unit Pengadaan Air Bersih

e. Unit 56/056/560  Unit Pengadaan Udara Bertekanan

f. Unit 57/057  Unit Distribusi Bahan Bakar Cair dan Gas


g. Unit 63/063  Unit Pengadaan Air Baku

5.1.1 Unit 51/051/510 (Unit Pembangkit Tenaga Listrik )


Unit ini memiliki 8 buah unit generator pembangkit listrik yang digerakkan
oleh tenaga uap yang beroperasi dengan sistem extractive condensing turbine dengan
2 0
high pressuresteam (HP steam) yang bertekanan 60 kg/cm dengan temperatur 460 C

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 76


UPN “Veteran” Yogyakarta

Laporan Praktek Kerja


PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

2
dan menghasilkan medium pressure steam (MP steam) bertekanan 18 kg/cm dengan
0
temperatur 330 C serta menghasilkan pula condensat recovery sebagai air penambah
pada tangki desuperheater dan tangki BFW.
Masing – masing unit memiliki kapasitas sebagai berikut :
a. Utilities I  kapasitas @ 8 MW (3 generator)

b. Utilities Paraxylene kapasitas 20 MW

c. Utilities II  kapasitas @20 MW(3 generator)


d. Utilities IIA kapasitas 8 MW
5.1.2 Unit 52/052/520 (Unit Pembangkit Tenaga Uap)
A. Sistem Pembangk
Pe mbangkitit
Uap bertekanan yang ada pada unit ini sebagian besar adalah untuk
menggerakkan unit turbin generator sebagai unit pembangkit listrik yang
menggunakan tenaga uap sebagai tenaga penggeraknya. Unit ini memiliki 9 buah
boiler yang memiliki tekanan kerja 60 kg/cm2 dan temperatur 460 0 C yang biasa
disebut high pressure steam (HP steam) dengan total kapasitas terpasang saat ini 790
ton/jam.

Keseluruhan boiler dan steam yang dihasilkan adalah sebagai berikut:


1) Boiler Utilities I  @ 60 ton/jam (4 boiler)
2) Boiler Utilities Paraxylene  110 ton / jam

3) Boiler Utilities II  @110 ton / jam (4 boiler)

4) Boiler Utilities IIA  60 ton /jam


B. Sistem Distribusi Tenaga Uap
Sistem distribusi tenaga uap di PERTAMINA UP
UP IV Cilacap terbagi atas
ata s :
2
1. High Pressure Steam (HP steam) dengan tekanan 60 kg/cm dan
0
temperatur 460 C. HP steam dihasilkan dari semua boiler di utilities dan
Waste Heat Boiler unit 014/FOC II. HP steam digunakan sebagai
penggerak turbin generator.
2. Medium Pressure Steam (MP steam) dengan tekanan 18 kg/cm2 dan
temperatur 3300C. MP steam dihasilkan dari ekstraksi turbin generator
dan Waste Heat Boiler unit 014/FOC II, selain itu seteam
sete am juga dihasilkan
dari letdown station HP/MP. MP steam digunakan sebagai penggerak

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 77


UPN “Veteran” Yogyakarta

Laporan Praktek Kerja


PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

turbin pompa dan kompresor, pemanas heat exchanger, dan penarik


sistem vakum pada ejektor di semua proses area.
3. Low Pressure Steam (LP steam) dengan tekanan 3.5 kg/cm2 dan
temperatur 0220C. LP steam dihasilkan dari back pressure turbin dan let
down station MP/LP
MP/LP.. LP steam digunakan sebagai pemanas, stripping
steam,, dan steam tracing
steam
C. Sistem Condensat
Unit ini bertugas dalam menampung seluruh condensate recovery dari seluruh
area kilang ke tangki observation yang untuk selanjutnya dimanfaatkan kembali
sebagai boiler feedwater untuk mengurangi water losses. Ada tiga jenis kondensat
yaitu :
1. High Pressure (HP condensate) yang berasal dari HP dan MP steam
line. Kondensat ini ditampung ke dalam satu flash drum untuk dipisah
menjadi LP steam dan LP kondensat.
kondensat.
2. Low Pressure (LP condensate) yang berasal dari LP steam line.
3. Clean condensate yang berasal dari surface condensor dan brine heater
SWD.

5.1.3 Unit 53/053/530 (Unit Distribusi Air Pendingin)


Distribusi air pendingin dilakukan dengan dua cara yaitu sistem bertekanan
(presurized) dan sistem gravity. Untuk sistem bertekanan, air pendingin
didistribusikan dengan pompa dan kapasitasnya sebagai berikut:
a. Utilities I :53P1A/B/C  @2000m3/jam

b. Utilities II :053P101A/B/C  @5900m3/jam


3
c. Utilities Paraxylene
Para xylene :053P201A/B/C  @2300m /jam
3
d. Utilities IIA :530P301A/B  @4000m /jam

Untuk mencegah timbulnya mikroorganisme, pada sistem air pendingin


diinjeksikan Sodium HypoChlorid yang dihasilkan dari unit Sodium HypoChlorid
Generator.

5.1.4 Unit 54/054 (Unit Pengadaan Air Bersih)


Unit Pengadaan air bersih dilakukan di unit Sea Water Desalination(SWD)
Desalination(SWD), di
mana prinsip operasi unit ini adalah mengolah air laut menjadi air tawar dengan

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 78


UPN “Veteran” Yogyakarta

Laporan Praktek Kerja


PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

spesifikasi tertentu dengan cara destilasi pada tekanan rendah (vacuum). Ada dua
sistem pembuatan air bersih di SWD yaitu dengan Multi Stage Fl
Flash
ash (MSF) through
dan Multi Stage Flash Brine Recirculation.
Recirculation.

5.1.5 Unit 57/057 (Unit Distribusi Bahan Bakar Cair dan Gas)
a. Sistem Bahan Bakar Cair
Sistem bahan bakar cair terdiri dari sistem HFO dan HGO. Sistem HFO
digunakan sebagai bahan bakar pada boiler dan furnace saat normal operasi,

sedangkan HGO digunakan pada saat start up dan shut down unit.
b. Sistem Bahan Bakar Gas
Bahan bakar gas (refinery gas) dipakai dan dimaksimalkan untuk pembakaran
di boiler dan furnace. Bahan baku diperoleh dari unit proses dan ditampung di mix
drum (vessel pencampur bahan bakar gas) 57V-2 dan 057V-102 yang selanjutnya
didistribusikan ke seluruh proses area dengan tekanan 3.5 kg/cm 2. Apabila tekanan
lebih dari 4 kg/cm2 akan dibuang ke flare dan apabila kurang dari 2.5 kg/cm 2 akan
disuplai dari LPG vaporizer system dengan media pemanas LP steam. LPG Vaporizer
Vessel berfungsi untuk menampung dan memproses propane/butane yang offspec.
Pada sistem bahan bakar gas ini juga terdapat waste gas compressor yang berfungsi
untuk memperkecil losses gas ke flare.

5.1.6 Unit 63/063 (Unit Pengadaan Air Baku)


Air baku yang diambil adalah air payau yang berasal dari sungai Donan.
Sebelum air bakau ini dihisap oleh pompa jenis submersible, air tersebut terlebih dulu
disaring dengan menggunakan Fixed Bar Screen, Retractable Srainer, dan Floating
Gate yang berupa pagar di sekeliling rumah pompa yang memiliki lebar tertentu. Hal
ini dimaksudkan untuk menyaring partikel – partikel padat yang cukup besar seperti
sampah, ranting kayu, dan lain – lain agar tidak terhisap ke dalam suction pompa dan

terbawa aliran air baku ke kilang.


Pada unit ini juga diinjeksikan Sodium HypoChlorid (NaOCl) pada sisi hisap
pompa. Injeksi Sodium HypoChlorid ini dimaksudkan untuk membunuh
mikroorganisme yang terikut pada aliran , sehingga tidak mengganggu proses operasi
selanjutnya.

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 79


UPN “Veteran” Yogyakarta

Laporan Praktek Kerja


PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

5.2 Laboratorium
Bagian laboratorium memegang peranan penting di kilang, karena pada laboratorium
ini data-data tentang raw material dan produk akan diperoleh. Dengan data-data yang
diberikan maka proses produksi akan selalu dapat dikontrol dan dijaga standar mutu sesuai
dengan spesifikasi yang diharapkan.
Bagian laboratorium berada di bawah Manajer Kilang yang mempunyai tugas pokok :
 Sebagai pengontrol kualitas bahan baku, apakah sudah memenuhi persyaratan
yang diperkenankan atau tidak.
 Sebagai pengontrol kualitas produk, apakah sudah memenuhi standar yang
berlaku atau belum.
Bahan-bahan yang diperiksa di laboratorium ini adalah :
1. Crude Oil
 Stream productFOCI/II, LOCI/II/III, dan paraxylene
 Utilities : water, steam, fuel oil, fuel gas, chemical agent , dan katalis
 Intermediate product dan finishing product.
Dalam pelaksanaan tugas, bagian laboratorium dibagi menjadi Laboratorium
Pengamatan, Laboratorium Analitik dan Gas, Laboratorium Litbang, dan Ren. ADM/
Gudang/ Statistik.

5.2.1 Program Kerja Laboratorium


5.2.1.1 Laboratorium Pengamatan
Bagian ini mengadakan pemeriksaan terhadap sifat-sifat fisis bahan baku,
intermediate product, dan finishing product.
Sifat-sifat yang diamati antara lain
lai n :
1) Distilasi ASTM
2) Spesificgravity
3) Reid vapour pressure
4) Flash point dan smoke point
5) Convadson carbon residu
6) Warna
7) Cooper stripdan silver strip
8) Viscositas kinematic
9) Kandungan air

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 80


UPN “Veteran” Yogyakarta

Laporan Praktek Kerja


PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

5.2.1.2 Laboratorium Analitik dan Gas


Bagian ini mengadakan pemeriksaan terhadap raw material mengenai
sifat-sifat kimianya, termasuk didalamnya tentang kerak dan finishing product.
Alat-alat yang digunakan untuk analisa antara lain :
1. N2 analyzer, untuk menganalisa sulfur, Cl2, H2S
2. Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS), untuk menganalisa
semua metal yang ada dalam sampel air maupun zat organik.
3. Polychromator, untuk menganalisa semua metal yang ada dalam
sampel air maupun zat organik.
4. Nuclear Magnitute Resonance (NMR
NMR),
), untuk menganalisa kandungan
H2 dalam sampel avtur.
5. Portable Oxygen Tester
Teste r (POT), untuk menganalisa kandungan oksigen
dalam gas pada cerobong asap.
6. Infra red Spectrophotometer (IRS), untuk menganalisa kandungan oil
dalam sampel air, juga menganalisa aromat dan minyak berat.Spectro
berat. Spectro
Fluorophotometer, untuk menganalisa kandung
kandungan
an oil dalam water slop
7. Menganalisa bahan baku, stream product , dan finishing product untuk
pabrik paraxylne
paraxylne..

5.2.1.3 Laboratorium Penelitian dan Pengembangan


Bagian ini bertujuan untuk mengadakan penelitian, misalnya
misal nya :
1. Blending fuel oil
2. Lindungan lingkungan
lingkungan (pembersihan air buangan)
3. Evaluasi crude
4. Di samping mengadakan penelitian rutin, laboratorium ini juga
mengadakan penelitian yang sifatnya non-rutin, misalnya penelitian
terhadap produk kilang di unit tertentu yang tidak biasanya dilakukan
penelitian, guna mendapatkan alternatif lain tentang
te ntang penggunaan
penggunaan bahan
baku.

5.2.1.4 Ren. ADM/Gudang/Statistik


ADM/Gudang/Statistik

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 81


UPN “Veteran” Yogyakarta

Laporan Praktek Kerja


PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

Bagian ini bertugas untuk mengatur administrasi laboratorium, pergudangan,


dan statistik.
5.2.1.5 Laboratorium Paraxylene
Laboratorium ini khusus menangani unit paraxylene yang mempunyai kerja
dan tugas menganalisa terhadap bahan baku, produk yang dihasilkan dan bahan
penunjang lainnya.
lainnya.

5.3 Peralatan Utama

5.3.1 Laboratorium Pengamatan


1. Auto flash
Alat yang digunakan untuk mengecek titik nyala api ( flash point)
dimana ada dua jenis pengukur titik nyala, yaitu termometer flash point Abel
untuk fraksi ringan (bensin, kerosene) dan Flash Point Bens Shin Marfin untuk
fraksi berat.
2. Smoke Point Tester
Alat yang digunakan untuk mengukur smoke point (titik asap) dari
suatu minyak yang mempunyai fraksi ringan.

3. Cooper Strip Tester


Alat untuk mengetahui pengaruh minyak terhadap tembaga, dimana tes
te s
ini dapat digunakan untuk mengetahui kualitas minyak.

4. Hydrometer
Alat untuk mengukur specific gravity (60/600F) dari minyak yang
berfraksi ringan dan fraksi berat
5. Viscometer Bath
Alat untuk mengukur viskositas minyak fraksi ringan dan fraksi berat.

6. Water Content Tester


Alat yang digunakan untuk menganalisa kadar air dalam minyak,
metode operasinya adalah distilasi, dimana rumus yang digunakan adalah :
   
% air =  
 

7. Pour Point Tester

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 82


UPN “Veteran” Yogyakarta

Laporan Praktek Kerja


PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

Alat yang digunakan untuk mengukur pour point (titik tuang) dari
minyak dimana yang diamati adalah temperatur minyak tertinggi pada saat
minyak masih dapat di tuang.
t uang.

5.3.2 Laboratorium Analitika dan Gas


1 NMR (Nuclear Magnetic Resolution)
Resolution)
Digunakan untuk menganalisa adanya CHCl 3dalam bahan baku atau produk
yang dihasilkan.
2 MCST (Micro Calorimetric Titrating System)
System)
Digunakan untuk menganalisa kandungan H2S, Cl, S dalam minyak dengan
metode titrasi sebagai carrier digunakan helium dan oksigen.
3 AAS (Automatic Absorption Spectophotometric)
Spectophotometric)
Digunakan untuk menganalisa semua metal baik dalam air maupun dalam
minyak, juga untuk menganalisa TEL (Tetra
( Tetra Etil Lead ) content dalam premium.
Tipe dari AAS adalah single element, sebagai pembakarnya adalah acetylene dan
N2O.
4 ICPS (Inductive Coupled Plasma Spectrophotometric
Spectrophotometric))
Digunakan untuk analisa metal yang ada dalam air maupun minyak, dengan
pembakarnya gas plasma (argon) dan memiliki tipe monomultifire.
monomultifire.
5 (UV-VIS-NR Record Spectrophotometric)
Spectrophotometric)
Digunakan untuk menganalisa Si, NH3, furfural, methyl ethyl keton, dan metal-
metal lainnya.Lampu UV digunakan untuk menganalisa avtur dan naftalene.
6 Infra Red Spectrophotometer
Digunakan untuk menganalisa gugus senyawa fungsional secara kualitatif dan
menganalisa oil content dalam air buangan secara kualitatif.
7 Spectrophotometer Fluorophotometer (RF-520)
Digunakan untuk menganalisa zat-zat yang bisa berfluorisasi.
8 NMR Low Resolution
Digunakan untuk menganalisa kandungan hidrogen dalam minyak avtur, JP - 4
dan JP - 5.
9 Aparat Carbon Determinator
Determinator (WR-12)
Digunakan untuk menganalisa kandungan karbon dalam minyak dan katalis.

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 83


UPN “Veteran” Yogyakarta

Laporan Praktek Kerja


PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

10 Sulphur Lamp Apparatur


Digunakan untuk analisa sulfur dalam bahan bakar minyak (premium, Kerosene,
solar, avtur)
11 Calorimetric Adiabatic
Digunakan untuk mengetahui nilai bahan bakar dalam minyak.
12 POC (Portable Oil Content)
Digunakan untuk menganalisaoil
menganalisa oil content dalam air buangan.
13 Karl Fiscer – Automatic Titrator
Digunakan untuk menganalisa kandungan air dalam minyak dengan
solventmethanol
14 Salt In Crude Analizer
Digunakan untuk menganalisa salt content dalam minyak.
5.3.3 Laboratorium Penelitian, Pengembangan, dan Lindungan Lingkungan
Pada dasarnya laboratorium ini tidak memiliki alat – alat yang spesifik
dalam melaksanakan tugasnya. Laboratorium ini dapat menggunakan fasilitas
laboratorium lain. Laboratorium ini melakukan pengamatan dan penelitian,
yang meliputi :
1) menganalisa sampel-sampel non rutin untuk penelitian
2) menganalisa peralatan untuk maintenance terhadap alat-alat yang ada
3) mengevaluasi dan mengadakan orientasi terhadap crude
4) menganalisa oil content yang tercecer di dermaga
5) menyalurkan air buangan / lindungan lingkungan.
5.3.4 Laboratorium
Laboratorium Administrasi, Material, Gudang, dan Statistik
Laboratorium ini tidak mempunyai peralatan untuk mengadakan suatu
analisa mengingat kerja dari laboratorium tersebut.
5.3.5 Laboratorium Paraxylene
Alat yang digunakan pada laboratorium ini adalah :
1. Moisture meter
Digunakan untuk menganalisa kandungan air dan bromine indeks
dari olefin.
2. Dissolved Oksigen

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 84


UPN “Veteran” Yogyakarta

Laporan Praktek Kerja


PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

Digunakan untuk mengecek feed naphtha terhadap kandungan


oksigen.
3. UV Visible Spectrophotometer
Digunakan untuk menganalisa konduktivitas
konduktivitas feed maupun produk
4. Conductivity meter
Digunakan untuk menganalisa konduktivitas feed maupun produk.
Disamping itu laboratorium ini juga menggunakan peralatan yang
ada pada laboratorium lain.
5.3.6 Prosedurr Analisis
Prosedu
Prosedur analisis yang digunakan pada laboratorium adalah :
a. Titrasi
b. Volumetri
c. Iodometri
d. Microkolorimetri
e. Refraksimetri
f. Viscosimetri
g. Flash point testers
h. IP Standart
i. Gravimetri
j. Potensiometri
k. Spectrofotometri
l. Distilasi
m. Chromatografi
n. ASTM Standart
o. UOP Standart

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 85


UPN “Veteran” Yogyakarta

Laporan Praktek Kerja


PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. Refinery Unit IV Cilacap ini merupakan unit pengolahan terbesar yang dikelola
Pertamina secara keseluruhan yang dilihat dari hasil produksinya. Kilang Cilacap ini
memasok 34% kebutuhan BBM nasional atau 67% kebutuhan BBM di Pulau Jawa.
Selain itu, kilang ini merupakan satu-satunya kilang di tanah air saat ini yang
memproduksi aspal dan base oil untuk kebutuhan pembangunan infrastruktur di
tanah air.
2. Refinery Unit IV Cilacap memiliki beberapa unit proses seperti FOC 1, FOC 2, LOC
I,II,III, Paraxylene, dan RFCC.
3. Kilang RFCC
RFCC (Resid Fluid Catalytic Cracking)
Cracking) dirancang untuk mengolah produk
produk
bawah CDU II berupa
ber upa LSWR (Low Sulphur Wax Residue) sejumlah 58.000 BPSD
dan vacuum gas oil dari HVU dan LOC I/II sejumlah 4000 BPSD yang bernilai jual
rendah menjadi produk yang bernilai jual tinggi.
4. Dalam pengoperasian, kilang RFCC memiliki 9 unit diantaranya unit 101 Residual
Catalytic Unit, unit 102 Gas Concentration, unit 103 LPG Merox, unit 104
Propylene Recovery, unit 105 Gasoline hydrotreating, unit 106 Amine treating, unit
107 Sour Water Stripping, unit 108 Hydrogen Purification, unit 109 Oxidation
stability, Chemical Injection.

5. Pertamina Refinery Unit IV Cilacap merupakan salah


sa lah satu pelopor “Green Factory”
di Indonesia, hal ini ditunjukkan dengan diperolehnya sertifikat ISO 9 dan 14 yang
sangatmengedepankan manajemen lingkungan.
6.2 Saran
1. Kerja keras, disiplin, dan loyalitas dari pimpinan dan karyawan perlu dipertahankan

dan ditingkatkan demi mempertahankan keteladanan unit IV Cilacap.


2. Meningkatkan kerjasama antara PT Pertamina (Persero) RU IV Cilacap dengan
masyarakat sekitar.
3. PT Pertamina (Persero) RU IV Cilacap diharapkan selalu meningkatkan peranannya
untuk menjebatani dunia pendidikan (khususnya perguruan tinggi) dengan dunia
kerja sesungguhnya.

Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 86


UPN “Veteran” Yogyakarta

Laporan Praktek Kerja


PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

DAFTAR PUSTAKA

Andrianto, Muhammad Alfian. 2016. “ Laporan Kerja Praktik Evaluasi P erformance


Cooling Tower dari Segi Water Loss Pada Utilitas
Utili tas Unit RFCC”. Jurusan Teknik
Kimia Universitas Islam Indonesia.

PT Pertamina RU IV Cilacap. “Operating Manual Resid Fluid Catalytic Cracking (RFCC)

Project” .

Setyarini, Chandrika. 2013. “Laporan Kerja Praktek PR Pertamina


Pe rtamina (Persero) Refinery Unit

IV Cilacap”.
Cilacap”. Jurusan Teknik Kimia Universitas Diponegoro.
Intan Octaviana Putri & Maya Dwi Arfiani 87
UPN “Veteran” Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai