Anda di halaman 1dari 31

PROPOSAL KERJA PRAKTEK INDUSTRI

PT. PERTAMINA (PERSERO) RU-IV CILACAP

Diajukan oleh:
Fathur Deka Aprianda (121140091)
Salmi Khoiriyah (121140128)
Siti Alifatun Nurhayati (121140164)

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA S1


JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2018
Proposal Kerja Praktek Industri
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU – IV CILACAP

HALAMAN PENGESAHAN

PROPOSAL PERMOHONAN KERJA PRAKTEK INDUSTRI


PT. PERTAMINA (PERSERO) RU-IV CILACAP

Yang diajukan oleh :


Nama : Aprin Pratama Lubis
NIM : 121150072
Program Studi : Teknik Kimia S1
Jurusan : Teknik Kimia
Tempat Pelaksanaan : PT PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
Waktu Pelaksanaan : Juni 2019

Yogyakarta, 2018

Dosen Pembimbing Mahasiswa Pemohon,

Dr. Ir. Tjukup Marnoto Aprin Pratama Lubis


NIP. 19560531 198803 1 001 NIM. 121150072

Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Kimia

Dr. Eng. Yulius Deddy Hermawan, S.T., M.T.


NIK. 2 7210 98 0197 1

ii
Proposal Kerja Praktek Industri
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU – IV CILACAP

HALAMAN PENGESAHAN

PROPOSAL PERMOHONAN KERJA PRAKTEK INDUSTRI


PT. PERTAMINA (PERSERO) RU-IV CILACAP

Yang diajukan oleh :


Nama : Salmi Khoiriyah
NIM : 121140128
Program Studi : Teknik Kimia S1
Jurusan : Teknik Kimia
Tempat Pelaksanaan : PT PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
Waktu Pelaksanaan : Agustus 2018

Yogyakarta, 2018

Dosen Pembimbing Mahasiswa Pemohon,

Ir. Purwo Subagyo, MT Salmi Khoiriyah


NIP. 19561212 199203 1 001 NIM. 121140128

Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Kimia

Dr. Eng. Yulius Deddy Hermawan, S.T., M.T.


NIK. 2 7210 98 0197 1

iii
Proposal Kerja Praktek Industri
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU – IV CILACAP

HALAMAN PENGESAHAN

PROPOSAL PERMOHONAN KERJA PRAKTEK INDUSTRI


PT. PERTAMINA ( Persero ) RU-VI BALONGAN

Yang diajukan oleh :


Nama : Siti Alifatun NUrhayati
NIM : 121140164
Program Studi : Teknik Kimia S1
Jurusan : Teknik Kimia
Tempat Pelaksanaan : PT PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
Waktu Pelaksanaan : Agustus 2018

Yogyakarta, 2018

Dosen Pembimbing Mahasiswa Pemohon,

Ir. Purwo Subagyo, MT Siti Alifatun NUrhayati


NIP. 19561212 199203 1 001 NIM. 121140164

Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Kimia

Dr. Eng. Yulius Deddy Hermawan, S.T., M.T.


NIK. 2 7210 98 0197 1

iv
Proposal Kerja Praktek Industri
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU – IV CILACAP

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat mengajukan proposal kegiatan kerja
praktek di PT. PERTAMINA (PERSERO) RU – IV CILACAP. Penyusunan
proposal kegiatan kerja praktek ini dimaksudkan untuk melengkapi dan memenuhi
persyaratan pengajuan kegiatan kerja praktek agar saya dapat melaksanakan
kegiatan kerja praktek pada salah satu unit plant PT. PERTAMINA (PERSERO)
RU – IV CILACAP.
Dengan diterimanya proposal pengajuan kegiatan kerja praktek ini, saya
hendak mengucapkan terima kasih kepada:
1. Pimpinan perusahaan dan segenap karyawan PT. PERTAMINA
(PERSERO) RU – IV CILACAP atas perhatian dan kesediannya
menerima saya untuk kerja praktek.
2. Dr. Y. Deddy Hermawan, ST, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia.
3. Bapak dan Ibu selaku dosen pembimbing Kerja Praktek
4. Semua pihak yang telah memberikan dukungan baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Semoga proposal ini dapat menjadi salah satu pertimbangan bagi pihak
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU – IV CILACAP dalam menerima saya
mahasiswa Program Studi Teknik Kimia S1, Jurusan Teknik Kimia, Fakultas
Teknik Industri, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta yang
akan melaksanakan kerja praktek.

Yogyakarta, 2018

Penyusun

v
Proposal Kerja Praktek Industri
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU – IV CILACAP

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iv
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1 Nama Kegiatan .............................................................................. 1
1.2 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.3 Tujuan Kerja Praktek ..................................................................... 2
1.4 Manfaat Kerja Praktek ................................................................... 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 4
2.1 Proses Refinery .............................................................................. 4
2.1.1 Proses pengolahan pertama ................................................... 4
2.1.2 Proses pengolahan lanjut ....................................................... 8
2.1.3 Proses treating ....................................................................... 13
2.1.4 Proses pencampuran .............................................................. 13
2.1.5 Proses petrokimia bahan ....................................................... 14
2.2 PT. PERTAMINA RU-IV ............................................................. 14
2.2.1 Sejarah ................................................................................... 14
2.2.2 Deskripsi Proses ................................................................... 14
2.2.3 Jenis Produk .......................................................................... 19
BAB III. PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK ..................................... 21
3.1 Peserta ............................................................................................ 21
3.2 Waktu Pelaksanaan ........................................................................ 21
3.3 Tugas Khusus................................................................................. 21
3.4 Kegiatan Kerja Praktek .................................................................. 21
3.5 Laporan Kerja Praktek ................................................................... 23
BAB IV. PENUTUP .................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................25

vi
Proposal Kerja Praktek Industri
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU – IV CILACAP

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Nama Kegiatan


Kerja Praktek Industri Mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Yogyakarta di PT. PERTAMINA (PERSERO) RU – IV CILACAP.

I.2 Latar Belakang


Sebagai lokomotif perekonomian bangsa, Pertamina merupakan
perusahaan milik negara yang bergerak di bidang energi meliputi minyak, gas
serta energi baru dan terbarukan. Pertamina menjalankan kegiatan bisnisnya
berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola korporasi yang baik sehingga dapat
berdaya saing yang tinggi di dalam era globalisasi. Untuk menaikkan kapasitas
produksi dari Pertamina, saat ini Pertamina sudah mempunyai 7 kilang
minyak yang tersebar di Indonesia. Salah satu kilang minyak milik Pertamina
yaitu RU – IV Cilacap.
Dalam upaya mengamankan kebijakan nasional di bidang energi,
keberadaan kilang Balongan mempunyai makna yang besar, tidak saja bagi
PT. PERTAMINA (Persero), tetapi juga bagi bangsa dan negara. Di
satu pihak ini dapat meningkatkan kapasitas pengolahan di dalam negeri yang
masih sangat dibutuhkan, di lain pihak juga dapat mengatasi kendala sulitnya
mengekspor beberapa jenis minyak di dalam negeri dengan mengolahnya di
kilang minyak di dalam negeri. Keberadaan kilang Balongan ini juga
merupakan langkah proaktif PT. PERTAMINA (Persero) untuk dapat
memenuhi kebutuhan dalam negeri yang semakin hari semakin bertambah.
PT. PERTAMINA RU – IV Cilacap mempunyai 5 kilang Produksi
yaitu Kilang Minyak I, Kilang Minyak II, Kilang Paraxylene, Residual Fluid
Catalytic Cracking (RFCC), dan Kilang Sulphur Recovery Unit (SRU). 5
kilang tersebut merupakan proses yang menggunakan cabang ilmu di bidang
teknik kimia dalam hal pemisahan bahan maupun pengolahan lanjut dari
minyak mentah tersebut.

1
Proposal Kerja Praktek Industri
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU – IV CILACAP

Dari uraian di atas, saya bermaksud untuk melaksanakan kegiatan


kerja praktek industri di PT. PERTAMINA RU – IV Cilacap mengingat
perusahaan ini merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri
minyak dan gas sehingga sesuai dengan bidang studi yang saya tempuh yaitu
Teknik Kimia.

I.3 Tujuan Kerja Praktek


Kegiatan kerja praktek ini bertujuan untuk mempelajari dan
menganalisis masalah yang terkait dengan penerapan konsep dasar teknik
kimia di PT. PERTAMINA RU – IV Cilacap serta melaksanakan tugas khusus
yang diberikan oleh pembimbing kerja prektek untuk memenuhi kurikulum
yang telah ditetapkan pada Program Studi Teknik Kimia S1, Jurusan Teknik
Kimia, Fakultas Teknik Industri, Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Yogyakarta.

I.4 Manfaat Kerja Praktek


Bagi Mahasiswa
a. Mengenal cara kerja suatu perusahan atau industri secara umum
dengan lebih mendalam, khususnya peralatan dan proses produksi
yang dilakukan.
b. Dapat menambah wawasan dan pengalaman tentang praktek di
lapangan.
c. Menambah pengetahuan dan pemahaman keteknikan secara praktis
yang diterapkan pada industri.
d. Memberikan bekal tentang perindustrian, sebelum terjun ke dunia kerja
secara nyata.

2
Proposal Kerja Praktek Industri
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU – IV CILACAP

Bagi Jurusan
a. Terjalin hubungan kerja sama dengan perusahaan atau industri yang
ditempati untuk kerja praktek.
b. Dapat mengetahui korelasi antara ilmu yang diberikan di bangku
kuliah dengan kondisi nyata di industri.
c. Sebagai bahan evaluasi di bidang akademik untuk perbaikan
kurikulum.

Bagi Perusahaan dan Industri


a. Terjalin kerja sama dengan dunia pendidikan
b. Dapat membantu menyiapkan sumber daya manusia yang potensial
untuk perusahaan atau industri.
c. Tidak tertutup kemungkinan adanya saran dari mahasiswa pelaksana
kerja praktek yang bersifat membangun dan menyempurnakan system
yang telah ada.

3
Proposal Kerja Praktek Industri
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU – IV CILACAP

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Proses Refinery


Suatu cara yang paling penting untuk memisahkan minyak mentah
kedalam fraksi-fraksinya ialah distilasi. Sifat-sifat fraksi tergantung kepada
komposisi minyak mentah dan tergantung kepada tipe produk jadi yang
diinginkan. Minyak mentah mengandung senyawa-senyawa hidrokarbon yang
tidak semuanya cocok untuk semua produk yang diinginkan. Misalnya adanya
aroma didalam fraksi kerosin atau fraksi minyak gas menyebabkan mutu kerosin
atau bahan bakar diesel yang dihasilkan dari distilasi langsung minyak mentah
tidak baik.Sebaliknya, adanya aromat dalam fraksi bensin dalam minyak mentah,
menyebabkan mutu bensin langsung baik.
Pada umumnya, tidak ada fraksi-fraksi atau gabungan fraksi-fraksi yang
diperoleh dari pemisahan minyak mentah yang begitu saja digunakan sebagai
produk minyak bumi. Masing-masing biasanya masih harus mengalami perlakuan
(treating) lebih lanjut yang berbeda-beda tergantung kepada kotoran-kotoran yang
ada dalam fraksi dan sifat-sifat yang diinginkan dalam produk jadi. Perlakuan
yang paling sederhana terhadap fraksi ialah pencucian soda untuk menghilangkan
senyawa belerang. Sedangkan serangkaian perlakuan yang kompleks adalah
perlakuan pelarut(solvent treating), pengawamalaman dengan pelarut (solvent
dewaxing), perlakuan lempung (clay treating) dan perlakuan hidro (hydrotreating)
serta pencampuran (blending) untuk menghasilkan misalnya minyak pelumas.
(Hardjono,A.2001)

Pada dasarnya proses pengolahan minyak bumi adalah proses pemisahan


minyak bumi menjadi produk-produk dengan komposisi yang lebih sederhana dan
lebih berharga sangat penting, seperti BBM. Proses-proses pengolahan minyak
bumi menjadi fraksi-fraksinya dapat dikatagorikan sebagai berikut:

4
Proposal Kerja Praktek Industri
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU – IV CILACAP

2.1.1 Proses pengolahan pertama (primary process)


Primary Process merupakan proses pemisahan minyak
mentah berdasarkan perbedaan sifat fisik komponen-komponen yang
terkandung dalam minyak mentah. Sifat-sifat fisik tersebut dapat
berupa titik didih, titik beku, kelarutan dalam suatu pelarut,
perbedaan ukuran molekul dan sebagainya. Oleh karena itu
pemisahan minyak bumi dengan pada proses primer memanfaatkan
proses-proses pemisahan secara fisika.
 Distilasi
Distilasi adalah proses pemisahan minyak mentah
berdasarkan perbedaan titik didih. Distilasi merupakan prosess
utama dalam pengolahan minyak bumi menjadi produk-
produknya. Distilasi terbagi menjadi dua, yaitu distilasi
atmosferik dan distilasi vakum. Distilasi atmosferik dilakukan
pada tekanan sedikit di bawah tekanan atmosfer. Produk yang
dihasilkan oleh kolom distilasi atmosferik adalah gas, LPG,
naphtha, kerosin, gas oil, dan residu. Fraksi yang belum dapat
dikonsumsi sebagai bahan bakar, seperti residu atau fraksi
minyak berat, diproses lebih lanjut dengan distilasi vakum.
Distilasi vakum dilakukan pada kondisi tekanan vakum. Hal ini
disebabkan karena fraksi minyak berat hanya dapat dipisahkan
pada temperatu tinggi, namun pada temperatur yang tinggi
minyak mentah akan mengalami perengkahan (cracking). Oleh
sebab itu tekanan pada kolom dibuat vakum agar titik didih fraksi
minyak berat tersebut dapat diturunkan produk yang dihasilkan
pada distilasi ini adalah Light Vacuum Gas Oil (LVGO), Medium
Vacuum Gas Oil (MVGO), Heavy Vacuum Gas Oil ( HVGO)
dan Vacuum Residue.
(Risdiyanta,2012)

5
Proposal Kerja Praktek Industri
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU – IV CILACAP

Aliran Proses Crude Distillation Unit (Distilasi Atmosferik)

 Minyak mentah umpan masih mengandung kotoran garam dan


pasir sehingga perlu dibersihkan terlebih dahulu karena
kehadiran zat-zat ini dapat mempercepat laju korosi bahan
konstruksi unit pengolahan, menyebabkan pengendapan kerak
serta penyumbatan pada peralatan kilang. Pengolahan awal yang
dilakukan adalah desalting atau pemisahan garam. Minyak bumi
mentah dipompa dan dipanaskan lalu dicampur dengan air
sebanyak 3-10% volume minyak mentah pada temperatur 90-150
o
C. Garam-garam akan larut dan fasa air dan minyak akan
memisah dalam tangki desalter.
 Minyak mentah yang tidak mengandung garam dan padatan
tersebut dipanaskan lagi dengan minyak residu panas lalu heater
sebelum diumpankan ke kolom distilasi atmosferik. Produk atas
kolom distilasi utama (gas kilang dan straight run gasoline) ini
umumnya masih perlu distabilkan agar tidak terlalu banyak
mengandung hidrokarbon-hidrokarbon yang sangat mudah
menguap seperti butana di dalam kolom distilasi lain yang
disebut kolom stabilisasi. Produk samping dan bawah yang
berupa cairan dilucuti oleh kukus dan diuapkan lagi untuk
menyempitkan rentang titik didihnya. Pelucutan ini
diselenggarakan dalam kolom-kolom pelucut kecil yang disusun
setelah kolom distilasi utama.
(Risdiyanta,2012)

6
Proposal Kerja Praktek Industri
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU – IV CILACAP

Gambar 2.1 Flow Diagram CDU

Pada Gambar 2.1 Flow Diagram CDU, crude oil pada


tangki penyimpanan dialirkan dengan menggunakan pompa ke
unit penukar panas sehingga temperaturnya mencapai 210oC dan
dialirkan ke tungku pemanas, heater H-1 untuk memanaskannya
sampai dengan temperature 330oC. Kemudian umpan masuk ke
kolom distilasi (T-1) untuk memisahkan crude oil tersebut
berdasarkan fraksi-fraksi titik didihnya. Proses pemisahan ini
dilakukan pada tekanan atmosferik. Produk atas menghasilkan
fraksi minyak teringan berupa gas dan naphtha dan dialirkan
melewati penukar panas E-8 lalu masuk ke tangki akumulator D-
2, D-5 dan D-3 untuk memisahkan gas-gas yang ringan dengan
naphtha. Gas-gas tersebut dibuang ke flare sedangkan fasa

7
Proposal Kerja Praktek Industri
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU – IV CILACAP

cairnya sebagian dikembalikan ke kolom distilasi dan sebagian


lagi diambil sebagai produk naphtha (Straight Run Naphtha).
Dari tray 32, dengan menggunakan pompa ditarik side
stream yang disebut TPA (Top Pump Around) yang setelah
melalui penukar panas E-1 dan didinginkan dengan
menggunakan pendingin air laut dalam E-10 dan dikembalikan
ke puncak menara. Produk samping dari kolom distilasi tersebut
dimasukkan ke kolom stripper, T-2. Fraksi kerosene diambil dari
tray 24 dan mengalir ke stripper T-2A secara gravitasi. LGO
(Light Gas Oil) diambil dari tray 12 dan mengalir ke stripper T-
2B secara gravitasi untuk dihilangkan fraksi ringannya.
Sedangkan HGO (Heavy Gas Oil) mengalir ke stripper T-2C. Di
kolom ini, fraksi-fraksi tersebut distripping dengan steam untuk
mengambil fraksi-fraksi ringannya sehingga diperoleh kerosin,
LGO, dan HGO. Sebagian dari setiap aliran samping ini
dikembalikan ke kolom distilasi sebagai refluks dan sebagian lagi
diambil sebagai produk untuk komponen blending
(pencampuran). Produk bawah (bottom product) berupa long
residu (LSWR) sebanyak 56% yang diumpankan ke dalam
Heavy Vacuum Unit(HVU -110 ).
(Nelson W.L,1969)
 Ekstraksi
Ekstraksi adalah proses pemisahan minyak mentah
dengan memanfaatkan sifat kelarutan suatu zat dengan pelarut
tertentu. Merupakan proses tertua dalam penghilangan minyak
bumi. Awalnya proses ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas
kerosin. Contoh pemisahan secara ekstraksi adalah pada
pengolahan minyak pelumas, pemgolahan aspal (propane
deasphalting), pengolahan BTX, dsb.

8
Proposal Kerja Praktek Industri
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU – IV CILACAP

 Absorpsi dan Stripping


Proses absorpsi adalah penyerapan gas dalam suatu
campuran gas dan cairan dengan menggunakan pelarut. Proses
ini dilakukan untuk menghilangkan fraksi gas yang bercampur
dengan produk hidrokarbon hasil distlilasi atau hasil
perengkahan. Sedangkan stripping adalah proses pemisahan gas
terlarut dalam suatu campuran gas cair. Stripping mengunakan
larutan benfield, MEA (Monoethyl Alcohol) , DEA (Diethyl
Alcohol) untuk menghilangkan gas CO2 atau H2S dalam suatu
minyak atau produk hasil pengolahan.
 Kristalisasi
Kristalisasi adalah proses pemisahan berdasarkan
perbedaan titik leleh. Kristalisasi umumnya digunakan pada
proses dewaxing, yaitu memisahkan lilin atau wax dari minyak
mentah. Lilin terlarut dalam minyak dan mendidih pada selang
titik didih minyak pelumas, oleh sebab itu lilin tidak dapat
dipisahkan dengan distilasi. Pada proses dewaxing minyak
didinginkan untuk mengkristalkan lilin, kemudian disaring dan
diendapkan untuk mendapatkan kristal lilin
2.1.2 Proses pengolahan lanjut (secondary process)
Secondary process merupakan proses pengolahan lanjut
setelah primary proses. Produk dari tahap sebelumnya yang tidak
lagi dapat dipisahkan dengan pemisahan fisik di proses ditahap ini.
Tahap pengolahan ini melibatkan proses-proses konversi (secara
kimiawi) proses-proses tersebut adalah dekomposisi molekul,
kombinasi molekul dan perubahan struktur molekul.
Proses ini dilakukan untuk mengubah fraksi yang satu ke
fraksi yang diinginkan. Perubahan fraksi dapat dilakukan dengan
beberapa proses.
(Risdayanta,2012)

9
Proposal Kerja Praktek Industri
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU – IV CILACAP

Gambar 2.2 Proses Sekunder Pengolahan Minyak Bumi


 Cracking
Cracking adalah proses penguraian molekul senyawa
hidrokarbon yang besar menjadi hidrokarbon yang memiliki
struktur molekul yang kecil. Salah satu contoh proses cracking
yaitu penguraain struktur hidrokarbon pada fraksi minyak tanah
menjadi struktur molekul kecil fraksi bensin ataupun penguraian
fraksi solar menjadi bensin. terdapat berbagai macam proses
cracking yaitu thermal cracking, catalytic cracking dan
hydrocracking. Proses penguraian dari tiga metode tersebut
menggunakan cara-cara yang berbeda, berikut penjelasannya:
- Thermal Cracking
Proses penguraian ini menggunakan suhu yang tinggi
serta tekanan yang rendah, suhu yang digunakan dapat
mencapai temperatur 800°C dan tekanan 700 kPa. Partikel
ringan yang memiliki hydrogen dalam jumlah banyak akan
terbentuk pada penguraian molekul berat yang terkondensasi.
Reaksi yang terjadi pada proses ini disebut dengan homolitik
fision dan memproduksi alkena yang menjadi bahan dasar
untuk memproduksi polimer secara ekonomis. Panas yang
digunakan dalam proses ini menggunakan steam cracking
yaitu uap yang memiliki suhu yang tinggi.
(Risdayanta,2012)

10
Proposal Kerja Praktek Industri
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU – IV CILACAP

- Catalytic Cracking
Proses ini menggunakan katalis sebagai media yang
dapat mempercepat laju reaksi, proses penguraian molekul
besar menjadi molekul kecil dilakukan dengan suhu tinggi.
Jenis katalis yang sering digunakan adalah silika, alumina,
zeolit dan beberapa jenis lainnya seperti clay, umumnya
reaksi dari proses perengkahan katalitik menggunakan
mekanisme perengkahan ion karbonium. Awalnya katalis
yang memiliki sifat asam akan menambahkan proton ke
dalam molekul olefin ataupun menarik ion hidrida dari alkana
sehingga menyebabkan terbentuknya ion karbonium.
- Hydrocracking
Proses Hydrocracking merupakan kombinasi antara
perengkahan dan hidrogenasi untuk menghasilkan senyawa
yang jenuh. Proses pereaksian dilakukan dengan tekanan
tinggi, produk utama yang dihasilkan ialah bahan bakar jet,
bensin, diesel yang mempuyai bilangan oktan yang tinggi.
Hydrocracking memiliki kelebihan lain, yaitu kandungan
sulfur yang terdapat pada fraksi yang akan diurai, senyawa
sulfurnya akan diubah menjadi hydrogen sulfida sehingga
proses pelepasan sulfur akan lebih mudah dilakukan.
(Risdayanta,2012)
 Polimerisasi
Penggabungan dua atau lebih molekul-molekul kecil
untuk membentuk kelompok molekul kompleks disebut
polimerisasi. Contoh: perubahan n-oktana menjadi isooktana.
Istilah ini berasal dari kata poly yang berarti banyak dan meric
(meros) yang berarti bagian. Dengan demikian polimeric berarti
suatu bagian yang berulang-ulang. Hidrokarbon seperti alkena
(olefin) yang mengalami reaksi penggabungan dirinya sendiri
dinyatakan sebagai reaksi polimerisasi. Sebagai contoh, molekul-

11
Proposal Kerja Praktek Industri
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU – IV CILACAP

molekul ethylene dapat saling menggabung dan


penggabungannya dapat berulang-ulang tergantung pada produk
akhir yang dikehendaki.

Gambar 2.3 Reaksi Polimerisasi

 Alkilasi
Alkilasi dapat diartikan sebagai reaksi penambahan gugus
alkil ke suatu senyawa tertentu. Contoh: perubahan propena +
butena menjadi heptana Tetapi di dalam industri pengolahan
minyak bumi istilah tersebut mengacu pada reaksi antara olefin
dan isoparaffin yang rantainya lebih panjang. Reaksi alkilasi
tersebut dapat terjadi tanpa menggunakan katalis, tetapi
memerlukan suhu dan tekanan tinggi, disamping itu peralatan
yang digunakan cukup mahal. Karena alasan tersebut, maka
sekarang banyak dikembangkan proses alkilasi yang
menggunakan bantuan katalis. Katalis yang digunakan untuk
proses ini biasanya sulfuric acid dan hydrogen fluoride jika feed-
nya berupa isobutana dengan propena dan butena. Aluminum
chloride juga digunakan sebagai katalis dalam proses alkilasi jika
feed-nya berupa isobutana dan ethylene.

Gambar 2.4 Reaksi Alkilasi


(Risdayanta,2012)

12
Proposal Kerja Praktek Industri
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU – IV CILACAP

 Reforming
Reforming adalah proses untuk memperlakukan
13ydrogen-run gasoline atau naphtha yang mempunyai angka
oktan rendah sehingga menjadi gasoline yang mempunyai angka
oktan tinggi dengan maksud untuk memperbaiki kualitas
pembakarannya (ignition performance). Di dalam memperbaiki
kualitas gasoline tidak hanya dari segi angka oktan saja, tetapi
juga menaikkan daya penguapannya (volatility), karena melalui
proses ini normal paraffin dikonversikan menjadi isoparaffin,
13ydrogen dan olefin, disamping itu juga naphthene dikonversi
menjadi 13ydrogen. Berbagai reaksi akan terjadi dalam proses
reforming seperti
- Isomerisasi: yaitu mengkonversikan normal-paraffin
menjadi iso-paraffin.
- Siklisasi: yaitu pembentukan senyawa siklis (cincin) dari
senyawa alifatik.
Proses reforming dapat dilakukan secara thermal ataupun
secara catalytic yang sering disebut Thermal Reforming dan
Catalytic Reforming. Di dalam proses pengolahan minyak, upaya
untuk meningkatkan jumlah gasoline dilakukan dengan
perengkahan (cracking), sedangkan untuk peningkatan mutu
pembakaran bahan bakar (angka oktan) gasoline adalah
merupakan sasaran utama dari proses reforming. Paraffin dengan
rantai panjang akan direngkah menjadi paraffin dengan rantai
lebih pendek dan olefin yang titik didihnya lebih rendah dari pada
sebelumnya. Bahkan 13ydr juga reaksi yang terjadi tidak hanya
perengkahan saja tetapi juga dibarengi dengan reaksi
dehidrogenasi sehingga hasil reaksinya berupa molekul-molekul
olefin pendek yang lebih reaktif untuk berpolimerisasi. Sebagai
contoh heptane (C7H16) dipanaskan pada suhu 211oC tekanan
yang cukup tinggi akan dikonversi menjadi amylene (C5H10) yang

13
Proposal Kerja Praktek Industri
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU – IV CILACAP

mempunyai angka oktan 92, ethylene (C2H4) dengan angka oktan


81 dan 14ydrogen (H2) yang banyak digunakan di dalam proses
treating.

Gambar 2.5 Proses Reforming Sederhana

2.1.3 Proses treating


Proses treating bertujuan untuk menghilangkan senyawa-
senyawa pengotor yang masih ada pada produk penghilangan atau
untuk menstabilkan produk. Proses treating yang paling penting
adalah proses penghilangan gas H2S dengan menggunakan MEA
atau dengan caustic soda ( NaOH) . proses treating ini dilakukan
pada unit CTU (Caustic Treating Unit), BB treater (Buthane-
Buthylene Treater), doctor treater ( untuk menghilangkan merkapan-
merkapan), dan SAU (Sulphuric Acid Recovery Unit).
(Risdayanta,2012)

14
Proposal Kerja Praktek Industri
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU – IV CILACAP

2.1.4 Proses pencampuran atau blending


Proses blending/pencampuran bertujuan untuk meningkatkan
kualitas produk atau agar produk yang dihasilkan memenuhi
spesifikasi yang telah ditentukan. Proses pencampuran dua produk
yang berbeda spesifikasinya. Contoh proses pencampuran adalah
penambahan TEL(Tetra Ethyl Lead) untuk meningkatkan angka
oktan bensin atau pencampuran HOMC (High Octane Mogas
Component) dengan nafta untuk menghasilkan bahan bakar premium
dengan angka oktan yang tinggi.
2.1.5 Proses Petrokimia Bahan
Bahan petrokimia pada umumnya adalah turunan dari olefin
dan aromat. Bahan baku ini dapat diperoleh dari hasil proses
pemisahan minyak mentah. Nilai bahan petrokimia dapat lebih tinggi
lagi daripada produk bahan bakar. Contoh bahan petrokimia adalah
polietilen, polypropylene, PVC, Etilen glikol, polistiren, purified
terephthalic Acid (PTA).
(Risdayanta,2012)
2.2 PT. PERTAMINA RU-IV

2.2.1 Sejarah
Salah satu Refinery Unit yang dimiliki oleh PT. Pertamina
(Persero) adalah Refinery Unit IV yang terletak di Cilacap. PT
PERTAMINA (PERSERO) Unit Pengolahan IV Cilacap merupakan
salah satu dari 7 jajaran unit pengolahan di tanah air, yang memiliki
kapasitas produksi terbesar yakni 348.000 barrel/hari, dan terlengkap
fasilitasnya. Kilang ini bernilai strategis karena memasok 34%
kebutuhan BBM nasional atau 60% kebutuhan BBM di Pulau Jawa.
Selain itu kilang ini merupan satu-satunya kilang di tanah air saat ini
yang memproduksi aspal dan base oil untuk kebutuhan pembangunan
infrastruktur di tanah air. Kilang di PT PERTAMINA (PERSERO) Unit

15
Proposal Kerja Praktek Industri
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU – IV CILACAP

Pengolahan IV Cilacap terdiri atas:


 Kilang Minyak I
Kilang Minyak I dibangun tahun 1974 dengan kapasitas
semula 100.000 barrel/hari. Kilang Minyak I ini beroperasi sejak
diresmikan Presiden RI tanggal 24 Agustus 1976. Sejalan dengan
peningkatan kebutuhan konsumen, tahun 1998/1999 ditingkatkan
kapasitasnya melalui Debottlenecking project sehingga menjadi
118.000 barrel/hari. Kilang ini dirancang untuk memproses bahan
baku minyak mentah dari Timur Tengah, dengan maksud selain
mendapatkan BBM sekaligus untuk mendapatkan produk NBM yaitu
bahan dasar minyak pelumas (lube oil base) dan aspal. Mengolah
minyak dari Timur tengah bertujuan agar dapat menghasilkan bahan
dasar pelumas dan aspal, mengingat karakter minyak dari dalam
negeri tidak cukup ekonomis untuk produksi dimaksud.
 Kilang Minyak II
Sedangkan Kilang Minyak II ini dibangun tahun 1981,
dengan pertimbangan untuk pemenuhan kebutuhan BBM dalam
negeri yang terus meningkat. Kilang yang mulai beroperasi 4
Agustus 1983 setelah diresmikan Presiden RI, memiliki kapasitas
awal 200.000 barrel/hari. Kemudian mengingat laju peningkatan
kebutuhan BBM ditanah air, sejalan dengan proyek peningkatan
kapasitas (debottlenecking) pada tahun 1998/1999, kapasitasnya juga
ditingkatkan menjadi 230.000 barrel/hari. Kilang ini mengolah
minyak "cocktail" yaitu minyak campuran, tidak saja dari dalam
negeri juga di impor dari luar negeri.
 Kilang Paraxylene
Kilang Paraxylene Cilacap dibangun tahun 1988 dan
beropersi setelah diresmikan oleh Presiden RI tanggal 20
Desember 1990. Kilang ini menghasilkan produk Non BBM dan
Petrokimia. Pertimbangan pembangunan Kilang ini didasarkan atas
pertimbangan:

16
Proposal Kerja Praktek Industri
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU – IV CILACAP

- Tersedianya bahan baku Naptha yang cukup dari Kilang Minyak


II Cilacap.
- Adanya sarana pendukung berupa dermaga tangki dan utilitas.
Adapun Visi dari PT. PERTAMINA (PERSERO) RU-IV Cilacap
ini yaitu Menjadi Kilang Minyak yang kompetitif di Dunia, dengan Misi
Mengolah Minyak Bumi menjadi produk BBM, Non BBM, dan
Petrokimia untuk memberikan nilai tambah bagi Perusahaan.

2.2.2 Deskripsi Proses


Pertamina Refinery Unit IV Cilacap ini merupakan Refinery Unit
terbesar dan terlengkap produksinya yang mana pembangunan kilang
minyaknya dilaksanakan dalam lima tahap yaitu Kilang Minyak I,
Kilang Minyak II, Kilang Paraxylene, Debottlenecking Project, dan
Kilang Sulphur Recovery Unit (SRU). Proses utama yang ada pada
pengolahan minyak bumi di PT Pertamina Refinery Unit IV Cilacap,
dibedakan menjadi 3, yaitu:
1. Hydro Skimming Complex (HSC)
Unit ini terdiri dari Distillation Treating Unit (DTU) dan
Naphta Processing Unit (NPU).
2. Distillation & Hydrotreating Complex (DHC)
Unit ini terdiri dari Atmospheric Hydrotreating Unit (AHU)
dan Hydrotreating Unit (HTU).
3. Residue Catalytic Cracker Complex (RCCC)
Unit ini terdiri dari Residue Catalytic Cracker (RCC/RCU) dan
Light End Unit (LEU). Pada FOC I, minyak Timur Tengah diolah
dalam beberapa unit seperti CDU (Crude Distilling Unit), NHT I
(Naphtha Hydro Treater I), Kero Merox dan HDS menjadi LPG,
Premium, Naphtha, Kerosin, Avtur, Solar (ADO/IDO), LSWR,
minyak bakar (IFO). Long Residue yang merupakan produk bawah
CDU I menjadi umpan untuk LOC I/II/III. Long Residue ini diolah
melalui serangkaian unit di LOC I/II/III sehingga akhirnya

17
Proposal Kerja Praktek Industri
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU – IV CILACAP

menghasilkan VGO (Vacuum Gas Oil), DAO, Lube Base Oil HVI-60,
HVI-95, HVI-160s, dan HVI-650, serta Slack Wax, Minarex, dan
Asphalt Blending.
Di FOC II, campuran minyak domestik dan import, pertama
diolah di CDU II kemudian difraksionasi menjadi light naphtha dan
heavy naphta, kero, LDO (Light Diesel Oil), HDO (Heavy Diesel Oil),
dan Reduce Crude. Produk-produk CDU II ini diolah lebih lanjut
sehingga akhirnya akan menghasilkan Fuel Gas, LPG,
Gasoline/Premium, Kerosene,ADO/IDO, IFO (Industrial Fuel Oil),
dan LSWR (Low Sulfur Waxy Residue).
Heavy naphtha yang dihasilkan CDU II menjadi umpan untuk
Kilang Paraxylene Complex (KPC). Setelah melewati beberapa unit di
kilang Paraxylene terbentuk produk berupa LPG, Raffinate,
Paraxylene, Benzene, Toluene, dan Heavy Aromate.

Gambar 2.6 Diagram Blok Alur Produksi

18
Proposal Kerja Praktek Industri
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU – IV CILACAP

2.2.3 Jenis Produk


Jenis produk yang dihasilkan PERTAMINA RU-IV Cilacap adalah
sebagai berikut:
a) Aspal
Aspal diproduksi oleh Kilang LOC I/II/III, dihasilkan oleh
jenis Crude Oil jenis Asphaltic berbentuk semisolid, bersifat Non
Metalik, larut dalam CS2 (Carbon Disulphide), mempunyai
sifat waterproofing dan adhesive. Dikemas dalam bentuk : bulk
(curah), drum. Untuk kebutuhan skala kecil telah disediakan
aspal kemasan karton ukuran 5, 10, 20 dan 25 kg. Jenis produk
aspal yang dihasilkan yaitu Penetrasi 60/70 (60 Pen) dan
Penetrasi 80/100 (80 Pen).
b) Heavy Aromate
Heavy Aromate adalah produk sampingan dari Kilang PT
PERTAMINA (PERSERO) Unit Pengolahan IV Cilacap yang
diproduksi oleh unit Naptha Hydro Treater. Bahan ini digunakan
sebagai solvent (pelarut).
c) Lube Base Oil
Lube Base Oil adalah bahan baku pelumas atau disebut
pelumas dasar, diproduksi oleh MEK Dewaxing Unit (MDU) I,
II, dan III di Kilang PT PERTAMINA (PERSERO) Unit
Pengolahan IV Cilacap. Diproduksi dalam bentuk cair. Jenis
produk yang dihasilkan yaitu HVI-60, HVI-95, HVI-160S, HVI-
160B, HVI-650.
d) Low Sulphur Waxy Resiude
Low Sulphur Waxy Residue (LSWR) merupakan bottom
produk yang diproduksi oleh Crude Distilasi Unit Kilang PT
PERTAMINA (PERSERO) Unit Pengolahan IV Cilacap.
Digunakan sebagai bahan baku untuk diproses lebih lanjut
menjadi berbagai produk BBM dan Non BBM, disamping dapat
dimanfaatkan sebagai pemanas di negara-negara bersuhu dingin.

19
Proposal Kerja Praktek Industri
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU – IV CILACAP

e) Minarex
Minarex dihasilkan oleh Kilang minyak PT PERTAMINA
(PERSERO) Unit Pengolahan IV Cilacap untuk memenuhi
kebutuhan proccessing oil pada industri barang karet, ban dan
tinta cetak. Jenis produk yang dihasilkan yaitu Minarex A,
Minarex B dan Minarex H. Minarex sebagai proccessing aid
sangat penting perannya dalam pembuatan komponen karet pada
industri ban dan industri barang karet, yaitu:
- Memperbaiki proses penulakan dan pemekaran karet.
- Menurunkan kekentalan komponen karet.
f) Paraffinic Oil
Paraffinic oil produksi Kilang PT PERTAMINA
(PERSERO) Unit Pengolahan IV Cilacap adalah proccessing oil
dari jenis Paraffinic dengan komposisi Paraffinic Hydrocarbon,
Nepthenic, dan sedikit Aromatic Hydrocarbon. Jenis produk yang
dihasilkan yaitu Paraffinic Oil 60 dan Paraffinic Oil 95. Paraffinic
oil pada umumnya digunakan sebagai proccessing oil pada produk
karet yang berwarna terang yaitu sebagai:
- Bahan kimia pembantu pada industri penghasil barang karet
seperti ban kendaraan bermotor, tali kipas, suku cadang
kendaraan.
- Proccessing oil dan extender untuk polymer karet alam dan
karet sintesis
- Base oil untuk tinta cetak

(http://www.pertamina.com/en/ourbusiness/downstream/refinery/refinery-unit/refinery-
unit-iv/)

20
Proposal Kerja Praktek Industri
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU – IV CILACAP

BAB III
PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

3.1 Peserta
Peserta kerja praktek adalah mahasiswa Program Studi Teknik Kimia
S1, Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik Industri, Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta, dengan rincian sebagai
berikut :
Nama : Fathur Deka Aprianda (121140091)
Salmi Khiriyah (121140128)
Siti Alifatun Nurhayati (121140164)

Semester : IX (sembilan)

3.2 Waktu Pelaksanaan


Waktu pelaksanaan kerja praktek di PT. PERTAMINA (PERSERO)
RU – IV Cilacap yang saya ajukan adalah bulan Agustus - September 2018
dengan periode waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan kerja praktek ini
adalah selama kurang lebih satu bulan.

3.3 Tugas Khusus


Mengenai tugas khusus akan ditentukan oleh dosen pembimbing atau
pembimbing dari perusahaan yang bersangkutan.

3.4 Kegiatan Kerja Praktek


Adapun rencana kegiatan kerja praktek di PT. PERTAMINA
(PERSERO) RU – IV Cilacap yang saya ajukan adalah sebagai berikut :

21
Proposal Kerja Praktek Industri
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU – IV CILACAP

Tabel 3.1 Jadwal kegiatan kerja praktik di Pertamina RU VI Balongan

Keterangan :
Kegiatan kerja praktik
Libur kerja praktik
Kegiatan kerja praktik selesai

Kegiatan diatas dapat berubah sesuai dengan waktu dan kepentingan


PT.PERTAMINA (PERSERO) RU – IV Cilacap. Metode pengumpulan data
dilakukan dengan cara :
1. Data Primer
- Survey
Yaitu menanyakan secara langsung kepada pembimbing dari
PT.PERTAMINA (PERSERO) RU – IV Cilacap di lapangan pada
saat pelaksanaan kerja praktek.
- Observasi
Yaitu pengamatan langsung mengenai obyek yang diperlukan.

22
Proposal Kerja Praktek Industri
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU – IV CILACAP

2. Data Sekunder
Dengan metode pustaka yaitu melalui literatur-literatur dan data-
data atau informasi yang dibuat serta hanya tercatat dan terdapat di
perpustakaan PT.PERTAMINA (PERSERO) RU – IV Cilacap
maupun literatur dari perpustakaan lain yang relevan.

3.5 Laporan Kerja Praktek


Hasil kerja praktek diwujudkan dalam bentuk laporan kerja praktek
oleh masing-masing mahasiswa yang melakukan kerja praktek di PT.
PT.PERTAMINA (PERSERO) RU – IV Cilacap. Laporan kerja praktek
akan disahkan oleh Dosen Pembimbing Kerja Praktek dan diketahui oleh
Pembimbing Kerja Praktek di PT.PERTAMINA (PERSERO) RU – IV
Cilacap Selanjutnya laporan resmi kerja praktek ini tidak untuk
dipublikasikan hanya diperuntukkan Program Studi Teknik Kimia S1,
Jurusan Teknik Kimia. Fakultas Teknik Industri, Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Yogyakarta namun pihak PT.PERTAMINA (PERSERO)
RU – IV Cilacap tetap berhak menerima laporan resmi dari mahasiswa
peserta kerja praktek.

23
Proposal Kerja Praktek Industri
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU – IV CILACAP

BAB IV
PENUTUP

Demikianlah proposal kegiatan kerja praktek di PT.PERTAMINA


(PERSERO) RU – IV Cilacap ini saya susun untuk memenuhi persyaratan yang
telah ditetapkan oleh pihak perusahaan. Semoga proposal kegiatan kerja praktek
ini dapat menjadi salah satu pertimbangan bagi pimpinan perusahaan dan segenap
karyawan PT.PERTAMINA (PERSERO) RU – IV Cilacap dalam menerima saya
selaku mahasiswa Program Studi Teknik Kimia S1, Jurusan Teknik Kimia,
Fakultas Teknik Industri yang akan melaksanakan kerja praktek di
PT.PERTAMINA (PERSERO) RU – IV Cilacap.
Atas perhatian dan kesediaan pimpinan perusahaan dan segenap karyawan
PT.PERTAMINA (PERSERO) RU – IV Cilacap yang telah memberikan
kesempatan bagi saya untuk melaksanakan kerja praktek di perusahaannya maka
saya mengucapkan terima kasih.

24
Proposal Kerja Praktek Industri
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU – IV CILACAP

DAFTAR PUSTAKA

Hardjono, A., 2001. Teknologi Minyak Bumi. Edisi I, Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press. Hal. 56
Nelson, W.L. 1969. “Petroleum Refinery Engineering”. McGraw-Hill Book
Company Inc. New York. Hal. 350
Risdiyanta. 2012. “Mengenal Kilang Pengolahan Minyak Bumi (Refinery) Di
Indonesia”. Vol. 05 No.4
http://www.pertamina.com/en/our-business/downstream/refinery/refinery-
unit/refinery-unit-iv/ diakses pada tanggal 2 Desember 2017.

25

Anda mungkin juga menyukai