Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN KERJA PRAKTEK

PENINJAUAN OPERASI PRODUKSI DAN WO/WS PADA BLOK


KAMPAR

PT. PERTAMINA HULU ENERGI KAMPAR

DISUSUN OLEH
MARIKIN (113160002)
IHZA ARMADA ULUNG (113160011)
PANDU ARIEF (113160013)
MUH. SYUKUR (113160088)

JURUSAN TEKNIK PERMINYAKAN


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2019
LEMBAR PENGESAHAN I

LAPORAN KERJA PRAKTIK


PT. PERTAMINA HULU ENERGI KAMPAR

Menyatakan bahwa :
MARIKIN (113160002)
IHZA ARMADA ULUNG (113160011)
PANDU ARIEF (113160013)
MUH. SYUKUR (113160088)
Mahasiswa Jurusan Teknik Perminyakan

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”


YOGYAKARTA
Telah menyelesaikan Kerja Praktek di
PT. PERTAMINA HULU ENERGI KAMPAR
Dilaksanakan dari tanggal 04 Februari 2019 – 28 Februari 2019

Disetujui Oleh : Disetujui Oleh :


Supervisor Produksi Supv. WO/WS

(….........................................) (….........................................)
LEMBAR PENGESAHAN II

Laporan dengan judul :


PENINJAUAN OPERASI PRODUKSI DAN WO/WS PADA BLOK
KAMPAR
PT. Pertamina Hulu Energi Kampar

Dibuat untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi Sarjana


Teknik pada Jurusan Teknik Perminyakan Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.
Telah diperiksa dan disetujui oleh :

Dosen Pembimbing Kerja Praktik


Program Studi Teknik Perminyakan Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”Yogyakarta

Mia Ferian Helmy, ST., MT

Mengetahui,
Ketua Program Studi Teknik Perminyakan Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”Yogyakarta

Dr. Ir. Drs. H. Herianto, MT


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas Rahmat dan
Karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan kerja praktek ini sesuai pada
waktunya. Dalam penyusunan laporan ini kami banyak dibantu oleh berbagai
pihak, karena itu kami ingin sampaikan terimakasih antara lain kepada :

1. PT. Pertamina Hulu Energi Kampar yang telah memberikan


kesempatan dan memprasaranai untuk melaksanakan kerja praktek ini.
2. Bapak Subandi selaku Supervisor Produksi Distrik II PHE Kampar
3. Mas Dandi selaku Supervisor Produksi Distrik I PHE Kampar
4. Mas Alfila Maulana selaku Company Man RIG IDECO 1 PHE
5. Mas Ade Eri Sepria dan Mas Alfiandy Azra selaku safety officer
produksi
6. Pak Wetra, Pak Roni dan Mas Erik selaku staff barrel shop WO/WS
7. Mas Agung dan Mas Bob selaku staff engineering produksi
8. Pumper, Helper dan Operator di tiap Lapangan yang membimbing
kami
9. Serta semua pihak yang membantu kami selama kurang lebih satu
bulan melaksanakan kerja praktek ini.
Kami menyadari dalam penyusunan laporan ini masih memiliki kekurangan.
Karena itu kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang dapat membangun
guna penyempurnaan laporan dimasa yang akan datang.

Lirik, 28 Februari 2019,

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Industri minyak bumi merupakan suatu industri yang membutuhkan modal
yang besar, teknologi tinggi serta memiliki resiko yang tinggi pula. Oleh karena
itu dibutuhkan tenaga ahli professional dalam mengelola industri tersebut. Industri
ini dibagi menjadi dua yaitu industri hilir dan industri hulu. Industri hilir dikelola
oleh Badan Pengatur yang ditunjuk pemerintah. Sedangkan industri hulu dikelola
oleh Badan Pelaksana bekerja sama dengan pihak swasta atau kontraktor. Industri
hulu meliputi kegiatan eksplorasi hingga kegiatan produksi. Dan ilmu Teknik
Perminyakan merupakan salah satu ilmu yang mendasari kegiatan industri hulu.
Dalam mempelajari teori atau dasar suatu ilmu dibutuhkan praktek atau tinjauan
lapangan secara langsung untuk dapat memahami konsep-konsep ilmu tersebut.
Maka Kerja Praktek (KP) ini menjadi mata kuliah wajib untuk tingkat sarjana
Jurusan Teknik Perminyakan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Yogyakarta.
Kerja Praktek memberi bekal kepada seorang calon sarjana Teknik
Perminyakan (Petroleum Engineer) dalam mempersiapkan diri memasuki dunia
kerja nantinya. Kerja Praktek pada dasarnya adalah merupakan aplikasi dari
semua ilmu yang didapatkan dari bangku kuliah dan kemudian diterapkan di
lapangan pada kondisi nyata. Kerja Praktek ini dilaksanakan di PT. PERTAMINA
HULU ENERGI KAMPAR mulai tanggal 4 Februari – 28 Februari 2019.

1.2. Maksud dan Tujuan


Kerja praktek ini dilakukan untuk memenuhi salah satu persyaratan
kurikulum pada jurusan Teknik Perminyakan Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Yogyakarta yang bertujuan untuk :

1. Mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah ke kehidupan


nyata di dunia industri yang sebenarnya.
2. Mengetahui dan mengenal secara langsung kondisi yang sebenarnya
terjadi di lapangan, khususnya pada proses yang terjadi di PT. Pertamina
Hulu Energi Kampar
3. Mengaplikasikan pemahaman tentang etika, profesionalitas, keamanan
dan kesehatan kerja, serta isu lingkungan.
4. Melaksanakan tanggung jawab pada suatu kondisi yang profesional
(Team Work).
5. Memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana Teknik Perminyakan,
Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran”, Yogyakarta
1.3. Ruang Lingkup
Pelaksanaan kerja praktek dibatasi pada kegiatan dan operasi PT.
Pertamina Hulu Energi Kampar. yang berkaitan dengan bidang ilmu Teknik
Perminyakan, yaitu Departemen Production, Departemen Work Over / Well
Service, Departemen Field Production Engineering.

1.4. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Kerja Praktek ini dilaksanakan pada :
Tempat : PT. Pertamina Hulu Energi Kampar
Alamat : Jl. Lintas Timur Sumatera, Desa Lirik Area, Kecamatan
Lirik, Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau
Telp :-
Tanggal : 04 Februari 2019 s/d 28 Februari 2018
Hari Kerja : Senin s/d Jum’at
Jam Kerja : 07.00 WIB – 16.00 WIB

1.5. Metode Pelaksanaan


Metode pelaksanaan kerja praktek meliputi :
1. Konsultasi, yaitu sistem pengumpulan data dan informasi langsung
tentang berbagai hal yang dibutuhkan pada saat pelaksanaan kerja
praktek dengan mentor, pembimbing lapangan maupun staf engineering
yang berkaitan dalam departement tersebut.
2. Studi literatur, yaitu cara mengumpulkan data yang diperoleh dari
pembimbing, dan literatur lain yang berhubungan dengan topik laporan,
dan data-data laporan.
3. Peninjauan lapangan, yaitu melakukan pengamatan secara langsung
pada lapangan tempat Kerja Praktek.
1.6 Sistematika Penulisan Laporan
Sistematika penulisan laporan ini berupa :
BAB I : Pendahuluan
BAB II : Gambaran Umum Perusahaan
BAB III : Gathering System dan Fasilitas Produksi
BAB IV : Work Over dan Well Service
BAB V : Well Analizer
BAB VI : Kesimpulan
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. PROFIL PERUSAHAAN


PT Pertamina Hulu Energi (PHE) merupakan anak perusahaan PT.
Pertamina (Persero) yang bergerak di sektor hulu migas. Wilayah Kerja (WK)
Kampar ditetapkan menjadi bagian PT Pertamina Hulu Energi melalui proses alih
kelola kembali WK Kampar dari PT Medco E&P Indonesia sejak November
2015. Sejarah pengelolaan lapangan Kampar mengalami beberapa kali pergantian
sebagai berikut :

1912 : Berdirinya PT. Stanvac Indonesia yang dimiliki oleh Exxon


Corp.& Mobil Oil Corp.
1939 : Ditemukannya Lapangan Lirik di Provinsi Riau
1983 : Sebagian lapangan Lirik diambil alih oleh Pertamina
1995 : PT. Stanvac Indonesia diiakusisi oleh PT. Exspan Kalimantan
anak perusahaan PT. Medco Energi Internasional Tbk dengan
nama PT. Exspan Sumatera
1996 : PT. Exspan Sumatera menjadi PT. Exspan Nusantara
2004 : PT. Exspan Nusantara rebranding menjadi PT. Medco E&P
Indonesia
2013 : PT.Medco E&P Indonesia sebagai caretaker semenjak 28 Nov
2013

Production Sharing Contract (PSC) Wilayah Kerja Kampar


ditandatangani antara SKK MIGAS dan PT. Pertamina Hulu Energi Kampar pada
tanggal 1 Januari 2016 dan akan berakhir pada tanggal 31 Desember 2035.
Wilayah kerja PHE Kampar terbagi menjadi dua, yaitu Distrik I dan Distrik II
yang terdiri dari Kaju, Kayuara, East Kayuara, Gemuruh, Merbau, North Merbau,
Panduk, Kerumutan, Binio, Pekanheran, Parum. Sumur yang berproduksi di
wilayah kerja PHE Kampar sekitar 106 sumur.
Visi PT. Pertamina Hulu Energi yaitu: menjadi perusahaan minyak dan
gas bumi kelas dunia. Untuk mencapai visi itu PT. Pertamina Hulu Energi
memiliki misi yaitu: melaksankan pengelolaan operasi dan portofolio usaha sector
minyak dan gas bumi dan energi secara professional dan berdaya laba tinggi yang
memberikan nilai tambah bagi pemangku kepentingan.

Gambar 2.1. Peta Cekungan Sumatera


Gambar 2.1. Wilayah Kerja PT. Pertamina Hulu Energi Kampar
BAB III
GATHERING SYSTEM DAN FASILITAS PRODUKSI

3.1. GATHERING SYSTEM


3.1.1. Gathering system District I
Distrik I terdapat 32 sumur produksi yang berasal dari Lapangan Binio,
Pekanheran, dan Parum. Setiap lapangan terdapat gathering stasiun untuk
memisahkan air dari minyak. Pemisahan air belum sempurna, water cut masih
sekitar 50 - 60 % sehingga harus dipisahkan lagi di gathering stasiun Sungai
Karas. Minyak ditransportasikan dari Distrik I ke Sungai Karas dengan
menggunakan truck. Setelah dilakukan pemisahan di Sungai Karas minyak akan
dijual di Terminal Buatan dengan watercut maksimal 5 %, sedangkan air akan
dikembalikan ke Stasiun Binio untuk diinjeksikan lagi ke dalam sumur injeksi.

Gambar 3.1. Skema Produksi Distrik I


3.1.1.1.Gathering Station Binio
Pada Gathering Station Binio Terdapat sepuluh sumur produksi dan dua
sumur injeksi air (Water injection). Sembilan dari sepuluh sumur produksi
menggunakan atificial lift dikarnakan tekan reservoirnya tidak mampu mendorong
fliuda sampai ke atas lagi. Jenis artifial yang digunakan adalah Suck Rod Pump,
sedangkan satu sumur Natural Flow
Poduksi minyak pada Gathering Station Binio kurang lebih 95 BOPD
dengan water cut mencapai 98%. Pada Gathering Station Binio terdapat dua
manifold, yaitu manifold satelit dan manifold utama. manifold satelit di gunakan
untuk menggabungkan fluida dari 4 sumur terdekat sedangkan manifold utama
digunakan untuk menggabungkan aliran fluida dari enam sumur dan fluida dari
manifold satelit. Di dalam stasiun air akan dipisahkan dari minyak dengan
menggunakan gun barrel, air akan menuju ke water tank sedangkan minyak akan
masuk ke dalam crude tank dan akan di-trucking menuju stasiun di Sungai Karas.

Gambar 3.2. Skema Gathering Station Binio

3.1.1.2.Gathering Station Pekanheran


Di Pekanheran Field Terdapat 14 sumur produksi dan 3 sumur water
inject. Dari 14 sumur produksi dua diantaranya menggunkan Electric Submersible
Pump (ESP) dan 12 sumur menggunakan Sucker Rod Pump (SRP). Dari 14 sumur
produksi, 4 sumur onsite tank dan 10 sumur melalui line ke manifold. Fluida yang
dialirkan dengan menggunakan line akan menuju Stasiun Pekanheran. Di Stasiun
Pekanheran air dan minyak akan dipisahkan dengan menggunakan gun barrel.
Pemisahan minyak dari dan air di stasiun ini belum sempurna sehingga harus di
pisahkan lagi di Stasiun Sungai Karas. Sedangkan fluida yang menggunakan
onsite tank akan langsung di-trucking menuju stasiun di Sungai Karas. Field ini
berproduksi sekitar 8600 bfpd dengan net 300 bopd.

Gambar 3.3. Skema Gathering Station Pekanheran

3.1.1.3.Gathering Station Parum


Di Stasiun Parum terdapat 8 sumur produksi dan 3 sumur water inject. Di
lapangan ini terdapat 2 manifold untuk mengalirkan fluida dari 6 sumur yang
menggunakan flowline dan 2 sumur masuk ke onsite tank. Di dalam stasiun ini
pemisahan air menggunakan Free Water Knock Out (FWKO), minyak akan
menuju ke crude tank sedangkan air akan masuk ke water tank untuk diinjeksikan
ke dalam sumur injeksi. Fluida di dalam crude tank masih banyak mengandung
air sehingga harus dipisahkan lagi di Stasiun Sungai Karas.
Gambar 3.4. Skema Gathering Station Parum

3.1.2. Gathering system District II


Distrik II terdapat 74 sumur produksi yang berasal dari Lapangan Merbau,
North Merbau, Kerumutan, Panduk, Kayuara, East Kayuara, Gemuruh dan Kaju.
Di Distrik II terdapat 2 Stasiun utama, yaitu Gathering Station Merbau dan
Gathering Stasiun Kayuara. Kedua stasiun ini akan memproses pemisahan air
sampai water cut kurang dari 5 %, setelah itu minyak akan dijual ke Terminal
Buatan. Tapi untuk saat ini sekitar bulan November heater treater yang ada di
stasiun tidak bisa digunakan dikarenakan tidak adanya sumber bahan bakar.
Bahan bakar yang digunakan untuk mengidupkan heater treater menggunakan
energi gas yang berasal dari sumur Merbau 1. Saat ini sumur tersebut dalam
keadaan off sehingga tidak memproduksikan gas. Oleh karena stasiun tidak dapat
bekerja semaksimal mungkin untuk memproses minyak yang dari lapangan untuk
menjadikan watercut sebesar 5% sehingga untuk saat ini minyak dari stasiun
merbau dibawa ke stasiun kayu ara untuk dilakukan pemisahan di stasiun tersebut
setelah itu akan dikirim oleh trucking ke Buatan.
Gambar 3.5. Skema Produksi Distrik II

3.1.2.1.Gathering Station Merbau


Gathering station merbau merupakan stasiun pengempul dari lapangan
Merbau, North Merbau, Panduk, dan Kerumutan. Dari 4 lapangan ini terdapat 32
sumur produksi yang dialirkan dengan menggunakan line (20 sumur) dan onsite
tank (12). Fluida yang dialirkan melalui line akan dihubungkan dari beberapa
sumur dengan 6 manifold. Fluida dari Merbau yang dialirkan melalui line masuk
ke gun barrel 750 bbls dimana dilakukan proses separasi awal minyak dan air
secara gravitasi. Sedangkan fluida dari North Merbau, Panduk dan Stasiun
Kerumutan akan masuk ke dalam FWKO. Fluida yang diproduksi dengan
menggunakan onsite tank akan di-trucking dan masuk ke collecting pit di Stasiun
Merbau untuk pemisahan air. Semua minyak hasil pemisahan kemudian menuju
Crude Tank 5000 bbls, sementara produced water dialirkan ke Water Tank 3000
bbls. Gathering Station Merbau memproduksi minyak sekitar 300 bopd.
Gambar 3.6. Skema Produksi dari Sumur ke Gathering Stasiun Merbau

Gambar 3.7. Proses Separasi Minyak-Air di Gathering Stasiun Merbau


3.1.2.2.Gathering Station Kayuara
Gathering System Kayuara merupakan stasiun pengumpul dari beberapa
lapangan di Distrik II diantaranya yaitu Kayuara, East Kayuara, Gemuruh dan
Kaju. Pada stasiun kayuara ini nantinya akan mengolah crude oil yang awalnya
memiliki water cut tinggi kemudian nantinya akan di olah hingga water cut
maksimum 5%. Sumur yang menuju Stasiun Kayuara sebagian besar
menggunakan SRP dan ada yang menggunakan ESP. Fluida dari sumur akan di
alirkan dengan menggunakan line dan onsite tank. Gathering Station Kayuara
menghasilkan produksi minyak sekitar 500 bopd.

Gambar 3.8. Skema Produksi Gathering Station Kayuara


3.2. FASILITAS PRODUKSI

3.2.1. Peralatan Transportasi

Merupakan komponen atau peralatan untuk mengalirkan fluida (minyak,


air dan gas bumi) dari well-head atau x-mas tree menuju Gathering Station.

3.2.1.1. Flowline

Flowline adalah pipa penyalur minyak dan gas bumi dari suatu
sumur menuju manifold. Flowline biasanya memiliki diameter 2-4 inch
(tergantung dari kapasitas sumur). Dilapangan penempatan flowline tidak
selalu terletak pada bidang datar tetapi disesuaikan dengan topografi
daerah walaupun tetap diusahakan agar menempati posisi horizontal.

Gambar 3.9. Flowline

3.2.1.2. Trunk line

Trunk line merupakan pipa untuk mengalirkan fluida dari manifold


menuju ke fasilitas pemisah. Trunk line memiliki ukuran yang lebih besar
dari flowline.
Gambar 3.10. Trunk line
3.2.1.3. Manifold

Manifold merupakan sekumpulan dari valve yang dideretkan untuk


mengatur aliran yang merupakan akhir pertemuan flowline yang berasal
dari beberapa sumur.

Gambar 3.11. Manifold


3.2.1.4. Vacuum truck

Vacuum truck adalah truk tangki yang memiliki pompa dan tangki.
Pompa dirancang untuk menyedot fluida yang ada di onsite tank menuju
stasiun pengumpul.

Gambar 3.12. Vacuum truck

3.2.2. Peralatan Pemisah

Setiap fluida yang diproduksikan dari sumur minyak pasti mengandung


air, oleh karena itu diperlukan adanya rangkaian peralatan untuk memisahkan
minyak, gas dan air. Setiap perusahaan memiliki cara dan peralatan sendiri untuk
memisahkan air dan minyak. Berikut adalah peralatan-peralatan yang digunakan
untuk memisahkan air dari minyak dan gas yang ada di PHE Kampar:

3.2.2.1. Gun Barrel atau Wash Tank

Wash tank adalah suatu alat yang digunakan untuk menampung


fluida yang datang dari sumur-sumur minyak untuk memisahkan air dan
minyak. Cara kerjanya yaitu liquid yang masuk melalui inlet line dari
manifold akan disebarkan oleh spreader ke arah dasar tangki, kemudian
liquid yang telah tersebar naik keatas, air yang secara gravity lebih berat
akan turun kebawah dan minyak yang lebih ringan akan naik ke atas.
Gambar 3.13. Gun Barrel
3.2.2.2. Free Water Knock Out (FWKO)

FWKO Untuk memisahkan air bebas dari hidrokarbon cair. Alat ini
terdiri dari beberapa komponen pemisah yang digunakan untuk
memisahkan 2 fluida yang immiscible dalam gas stream.

Gambar 3.14. FWKO


3.2.2.2. Collecting Pit

Kolam ini bersifat emergensi yang berfungsi untuk separasi


minyak dari air.

Gambar 3.15. Collecting Pit


3.2.2.3. Gas Scrubber
Alat ini berfungsi untuk memisahkan butir cairan yang masih
terikut di gas.

Gambar 3.16. Gas Scrubber


3.2.2.4. Demulsifier

Cairan ini berguna untuk membantu pemecah antara minyak dan


air sehingga akan mempermudah dalam proses pemisahan air dan minyak.
Cairan akan di masukkan ke dalam aliran fluida dalam pipa.

Gambar 3.17. Demulsifier

3.2.2.5. Oil Skimmer

Oil Skimmer adalah alat yang digunakan untuk memisahkan


partikel cair yang berada diatas cairan lain atau cairan yang mengambang
dikarenakan cairan tersebut tidak homogen
3.2.3. Fasilitas Penampung

Setelah fluida reservoir dipisahkan, minyak hasil pemisahan diharapkan


hanya mengandung air sangat sedikit dialirkan ke penampung sementara di dalam
kompleks block-station, kemudian minyak akan di-trucking ke pusat
penampungan di Terminal Buatan untuk kemudian pada waktu tertentu dikirim ke
refinery.

Gambar 3.18. Crude Oil Tank


3.3. METODE PRODUKSI

3.3.1. Semburan Alam (Natural Flow)

Sumur produksi ini memiliki fluida reservoir yang dapat mengalir dengan
sendirinya ke permukaan melalui tubing karena memiliki tekanan reservoir (Pr)
yang lebih tinggi daripada tekanan hidrostatik kolom fluida yang berada di dalam
lubang sumur tersebut. Biasanya tekanan reservoir besar ketika awal sumur
diproduksi sehingga bisa dilakukan metode natural flow. Lama kelamaan tekanan
sumur akan menurun seiring berjalannya waktu sehingga harus menggunakan
metode artificial lift. Tekanan di reservoir bisa meningkat lagi ketika dibantu
dengan dorongan air dari sumur injeksi. Sehingga ada sumur tua yang ada di
Wilayah Kerja Kampar bisa diproduksikan dengan natural flow, akan tetapi
water cut yang diproduksikan juga akan semakin tinggi.
3.3.2. Metode Artificial Lift

Merupakan salah satu metode pengangkatan fluida sumur dengan cara


memberikan tenaga tambahan kedalam sumur (bukan ke dalam reservoir) dimana
metode ini diterapkan apabila tenaga alami reservoir sudah tidak mampu lagi
mendorong fluida ke permukaan atau untuk maksud-maksud peningkatan
produksi. Pemilihan artificial lift yang dipakai pada suatu sumur harus
disesuaikan dengan karakteristik sumurnya. Beberapa pertimbangan dasar dalam
pemilihan artificial lift yang tepat yaitu :

 Karakteristik sumur: kedalaman, tenaga pendorong, GOR, WC, IPR


curve
 Biaya operasi dan perawatan alat
 Power yang dibutuhkan, misalnya untuk ESP dan SRP
 Source, misalnya source gas untuk gas lift.
Di Wilayah Kerja PHE Kampar metode artificial lift yang digunakan
adalah SRP dan ESP.

3.3.2.1. Sucker Rod Pump (SRP)


Sucker Rod Pump (Pompa Angguk) merupakan salah satu metode
pengangkatan minyak dari dalam sumur ke permukaan menggunakan pompa
dengan rod (tangkai pompa). Sumur dengan laju produksi dari yang sangat
rendah sampai menengah sangat cocok menggunakan pompa sucker rod
dalam pengangkatan fluida produksi ke permukaan.
Peralatan pompa sucker-rod terdiri dari mesin penggerak mula,
peralatan di atas dan di bawah permukaan. Penggerak mula merupakan
sumber utama seluruh peralatan pompa sucker rod di mana bahan bakarnya
dapat berupa gas alam yang berasal dari sumur sucker-rod digunakan, solar
atau listrik tergantung pada jenis mesin yang digunakan.
Peralatan diatas permukaan berfungsi untuk memindahkan energi
dari Prime mover ke pompa sucker rod, dimana untuk selanjutnya
diteruskan ke peralatan bawah permukaan. Peralatan ini juga berfungsi
untuk mengubah gerak naik turun dan melalui gear reducer mengubah
kecepatan prime mover menjadi langkah pemompaan yang sesuai.
3.3.2.1.1. Peralatan di atas permukaan

Gambar 3.19. Rangkaian SRP atas permukaan

1. Prime mover (Motor Penggerak)


Prime Mover merupakan penggerak utama yang berfungsi untuk
menyediakan energi mekanis yang pada akhirnya ditransmisikan ke
pompa dan digunakan untuk pengangkatan fluida. Prime Mover yang
digunakan pada suatu instalasi harus memiliki energi keluaran yang
cukup untuk pengangkatan fluida pada laju alir yang diinginkan.
2. Crank Arm
Crank Arm menghubungkan sumbu putaran rendah (crank shaft)
yang keluar dari gear box yang berputar 360 derajat. Lubang pada Crank
juga sebagai tempat kedudukan crank pin bearing yang menghubungkan
crank dengan piman, dan tempat merubah panjang langkah pompa.
Crank arm juga sebagai tempat dari kedudukan counter weight.
3. V-Belt
V-Belt merupakan sabuk untuk memindahkan gerak dari prime
mover ke gear reducer.
4. Gear reducer
Gear reducer berfungsi mengubah kecepatan putar dari prime
mover menjadi langkah pemompaan yang sesuai. Gear reducer juga
merupakan transmisi yang berfungsi untuk mengubah kecepatan putar
dari prime mover, gerak putaran prime mover diteruskan ke gear reducer
dengan menggunakan belt.
5. Counter Weight
Counter Weight merupakan sepasang pemberat yang berada di
Crank, berjumlah empat buah dan dipasang masing-masing dua buah
pada tiap Crank. Berfungsi memberikan efek balance (distribusi beban
yang merata) pada satu siklus pemompaan.
6. Equalizer
Equalizer merupakan alat yang menghubungkan dua Pitmen
supaya gerakan kedua pitmen tersebut menjadi sama.
7. Pitman
Pitman merupakan sepasang tangkai yang menghubungkan
antara crank pada pitmen bearing. Fungsinya adalah mengubah dan
meneruskan gerak putar menjadi gerak bolak-balik naik turun.
8. Saddle Bearing
Saddle Bearing adalah tempat kedudukan dari walking bean
pada sampson post pada bagian atas.
9. Horse head
Horse head merupakan gerak dari walking beam ke unit pompa
kedalam sumur melalui bridle polished rod dan sucker rod string atau
merupakan kepala dari walking beam yang menyerupai kuda dengan
bentuk 1/8 lingkaran agar gerakan Rod string naik turun tetap senter
dengan lubang sumur.
10. Walking Beam
Walking beam, merupakan tangkai horizontal yang di belakang
horse head. Fungsinya meneruskan gerak naik turun yang di hasilkan
oleh pasangan pitmen counter balance, kerangkaian pompa di dalam
sumur melalui tangkai rod.
11. Bridle
Bridle berupa sepasang kabel baja yang dihubungkan dengan
Horse Head berfungsi sebagai tali penggantung Carrier Bar.
12. Polished Rod Clamp
Polished Rod Clamp merupakan komponen yang bertumpu
pada Carrier Bar yang berfungsi menahan Polished Rod pada Carrier
Bar supaya tetap berhubungan dengan peralatan di permukaan.
13. Carrier bar
Carrier bar merupakan penyangga dari polished rod clamp.
14. Sampson post
Sampson post merupakan kaki penyangga atau penampang
walking beam.
15. Polish Rod
Polish Rod merupakan bagian teratas dari rangkaian rod yang
muncul di permukaan. Berfungsi untuk menghubungkan antara rangkaian
rod di dalam sumur dengan peralatan di permukaan.
16. Stuffing box
Stuffing box dipasang diatas kepala sumur untuk mencegah atau
menahan minyak agar supaya tidak keluar bersama naik turunnya polish
rod. Dengan demikian seluruh aliran minyak hasil pemompaan akan
mengalir ke flowline.

3.3.2.1.2. Peralatan di bawah permukaan


Fungsi peralatan pompa sucker rod di dalam sumur adalah
untuk membantu menaikan fluida sumur ke permukaan melalui
tubing. Unit pompa sucker rod di dalam sumur terdiri dari :

Gambar 3.20. Rangkaian SRP bawah permukaan

1. Tubing, digunakan untuk mengalirkan minyak dari dasar sumur


ke permukaan setelah minyak diangkat oleh pompa yang di
tempatkan pada ujung tubing.
2. Working barrel, merupakan tempat di mana plunger dapat
bergerak naik turun sesuai dengan langkah pemompaan dan
menampung minyak sebelum diangkat oleh plunger pada saat up
stroke.
3. Plunger, merupakan bagian dari pompa yang terdapat di dalam
barrel dan dapat bergerak naik turun yang berfungsi sebagai
pengisap minyak dari formasi masuk ke dalam barrel yang
kemudian diangkat ke permukaan melalui tubing.
4. Standing valve, merupakan katup yang terdapat di bagian bawah
working barrel yang berfungsi memberi kesempatan minyak dari
dalam sumur masuk ke working barrel saat upstroke dan untuk
menahan minyak agar tidak keluar dari working barrel pada saat
plunger bergerak ke bawah (downstroke). Standing valve ini
mempunyai peranan yang penting dalam sistem pemompaan,
karena effisiensi volumetris pompa sangat tergantung pada cara
kerja dan bentuk dari ball dan seat standing-valve.
5. Travelling valve, merupakan ball and seat yang terletak pada
bagian bawah dan atas dari plunger dan akan ikut bergerak ke
atas dan ke bawah menurut gerakan plunger. Pada saat plunger
bergerak ke bawah travelling valve mengalirkan atau
memindahkan minyak dari working barrel masuk ke plunger.
Pada saat plunger bergerak ke atas (up stroke) minyak tertahan,
sehingga minyak tersebut dapat pindah ke tubing untuk
selanjutnya dialirkan ke permukaan.
6. Sucker Rod, energi yang di transmisikan dari peralatan di permukaan
ke bawah permukaan melalui rangkaian sucker rod. Sucker rod adalah
stang baja yang pejal, menurut standar API mempunyai panjang 25
feet dan 3 feet. Ujung sucker rod berupa pin-pin, atau box-pin, atau
box-box, untuk menyambung sucker rod untuk membentuk rangkaian
(rod string) digunakan Sucker Rod coupling, dan untuk menyambung
dua ukuran yang berbeda digunakan reducer coupling.
3.3.2.2. Electrical Submarsible Pump (ESP)
Pompa centrifugal atau electric submersible pump adalah pompa
bertingkat yang memiliki banyak porosnya dihubungkan langsung dengan
motor penggerak. Motor penggerak ini menggunakan tenaga listrik yang
disuplai dari permukaan dengan kabel dan sumbernya diambil dari power
plant lapangan.
Unit peralatan electric submersible pump, terdiri dari beberapa
komponen utama yaitu peralatan di atas permukaan dan peralatan di
bawah permukaan.
3.3.2.2.1. Peralatan di atas permukaan
 Switchboard, alat ini berfungsi sebagai kontrol dipermukaan guna
melindungi peralatan-peralatan bawah permukaan. Alat ini
merupakan gabungan dari starter, upperload dan underload
protection dan recorder instrument (alat pencatat) yang bekerja
secara otomatis jika terjadi penyimpangan.
 Junction box adalah tempat (kotak) yang terletak diantara
switchboard dan well head. Fungsinya untuk menghubungkan
kabel switchboard dengan kabel dari well head, agar gas yang
terikut dari sumur bisa terbebaskan dan tidak mencapai
switchboard.
 Transformer , alat ini digunakan untuk mengubah tegangan
(voltage) sumber arus (generator) menjadi tegangan yang sesuai
dengan operating voltage motor dibawah permukaan.
 Tubing head, pada pompa centrifugal agak berbeda dengan tubing
head biasa perbedaannya terutama terletak adanya kabel yang
melalui tubing head.
3.3.2.2.2. Peralatan Di Bawah Permukaan
Peralatan dibawah permukaan dari pompa centrifugal terdirir dari
motor listrik sebagai unit penggerak protector, gas separator, pompa
centrifugal multistage dan kabel listrik.
1. Motor listrik penggerak pompa 3 phase, motor listrik ini dimasukan
kedalam rumah motor yang diisi dengan minyak motor untuk
pendingin dan merupakan isolasi motor terhadap fluida sumur.
2. Protector / seal section, alat dipasang dibawah pompa fungsinya antara
lain :
a. Mencegah fluida sumur masuk kedalam motor atau rumah
motor
b. Menyimpan minyak motor dan minyak pompa.
c. Mengijinkan terhadap pengembangan pengurutan minyak motor
dan minyak pelumas motor.
d. Untuk keseimbangan tekanan dalam dengan tekanan luar yaitu
tekanan fluida sumur pada kedalaman penenggelaman.
3. Pompa, jenis pompanya merupakan pompa multistage dengan masing
masing stage terdiri dari satu impeller dan satu diffuser yang
dimasukkan dalam rumah pompa, pada impeller terdapat sudu-sudu
atau blades yang akan mengalirkan fluida produksi.
4. Gas separator, untuk sumur yang Gas Oil Ratio (GOR) tinggi, gas
separator dapat disambungkan pada pompa guna memperbaiki
effisiensi pompa, gas separator ini sekaligus berfungsi sebagai intake
pompa (tempat masuknya fluida kedalam pompa) dan karena
perbedaan densitas gas dan minyak maka gas akan terpisah dari
minyak.
5. Kabel, tenaga listrik dari permukaan dialirkan ke motor melalui kabel,
yang terdiri dari tiga kabel tembaga yang diisolasi satu sama lain.
Kabel diklem dengan tubing pada interval jarak tertentu sampai ke
tubing head.
6. Check valve, letaknya satu joint di atas pompa, berfungsi sebagai :
a. Bila pompa berhenti bekerja (shut down), menahan fluida agar
tidak keluar dari tubing (turun ke pompa lagi) dan menahan
partikel-partikel padat agar tidak mengendap dalam pompa.
b. Menjaga tubing tetap penuh dengan fluida pada saat pompa
berhenti, sehingga pada saat pompa kembali bekerja, tidak
terjadi putaran fluida yang berlawanan dengan putaran pompa
yang bisa menyebabkan pompa putus.
7. Bleeder valve, dipasang satu joint tubing diatas check valve berfungsi
untuk mengijinkan aliran fluida keluar pada waktu dilaksanakan
pencabutan pompa sentrifugal.
Gambar 3.21. Rangkaian ESP

Prinsip kerja ESP sama seperti pompa sentrifugal lainnya. Setiap


stage terdiri dari impeller dan diffuser. Dalam operasinya fluida diarahkan
ke dasar impeller dengan arah tegak, gerak putar diberikan pada cairan
oleh sudu-sudu impeller. Gaya sentrifugal fluida menyebabkan aliran
radial dan cairan meninggalkan impeller dengan kecepatan tinggi dan
diarahkan kembali ke impeller selanjutnya oleh diffuser. Fluida produksi
akan lewat pada impeller-impeller yang disusun berurutan pada setiap
stage yang akan membentuk head untuk kemudian sampai ke permukaan.
BAB IV
WORK OVER DAN WELL SERVICE

4.1. PENGERTIAN WORK OVER DAN WELL SERVICE (WO/WS)


Setiap sumur produksi memiliki masalah-masalah yang dapat menurunkan
produksi minyak, sehingga perlu dilakukan adanya work over (kerja ulang) dan
well service (perawatan sumur). Work over adalah merupakan pekerjaan yang juga
mempertahankan atau memperbaiki/menambah produksi tetapi dengan cara-cara
mengubah atau mengolah zona produksi atau mengganti zona produksi.
Sedangkan well service adalah pengerjaan rutin untuk mempertahankan produksi
atau memperbaiki tanpa mengubah zona produksi dengan stimulasi. Jika sumur
produksi mengalami masalah pada reservoir maka perlu dilakukan work over
sedangakan apabila terjadi masalah peralatan bawah permukaan maka harus
dilakukan well service.

4.2. PROBLEM SUMUR PRODUKSI


4.2.1. Problem Reservoir
Yang dimaksud dalam problem reservoar ialah problem yang berasal dari
reservoar itu sendiri, hal ini tergantung dari faktor sementasi batuan, kandungan
mineral batuan, dan juga kandungan asam. Berikut merupakan beberapa problem
yang berasal dari reservoar :

4.2.1.1. Problem Kepasiran


Ikut terproduksinya pasir bersama fluida produksi merupakan problem
yang sering dihadapi di lapangan minyak, yang biasanya berhubungan dengan
formasi dangkal berumur tersier, dan pada beberapa daerah problem kepasiran
dijumpai pada kedalaman 12,000 ft atau lebih. Hal ini disebabkan karena sumur-
sumur berproduksi dari lapisan yang unconsolidated (mudah lepas) dimana faktor
sementasinya < 0,2. Problem ini dapat mengganggu produktivitas sumur serta
dapat merusakan peralatan produksi dan juga dapat mengakibatkan pompa stuck.
Pencegahan problem kepasarian yaitu antara lain dengan menggunakan
gravel pack, screen linear, atau menahan laju produksi agar dibawah Q kritis
kepasiran. Untuk lapangan PHE Kampar kebanyakan menggunakan artificial lift
sehingga sering kali terjadi pompa stuck. Oleh karena itu kebanyakan pompa
harus dilakukan service dengan membersihkan pompa.

4.2.1.2.Problem Gas
Untuk sumur yang sudah menggunakan pompa, terproduksinya gas dapat
mengakibatkan terjadinya gas lock. Sehingga effisiensi pompa menurun.

4.2.2. Problem Mekanis


Selain problem yang berasal dari reservoir, problem yang sering
ditanggulangi oleh WO/WS ialah problem mekanis. Adapun problem mekanis
antara lain:

4.2.2.1.Tubing Leak
Tubing leak ialah tubing bocor yang diakibatkan oleh berbagai hal, antara lain
 Peralatan yang sudah tua
 Kualitas tubing yang tidak memenuhi standar
 Tekanan didalam tubing yang terlalu besar
 Korosi
 Tubing Aus
Problem ini mengakibatkan fluida yang sudah dipompakan kembali jatuh
kedalam annulus, sehingga produksipun menurun.

4.2.2.2. Rod Putus


Penyebab terjadinya rod putus ialah :

 Beban rod yang terlalu besar


 Kualitas rod yang sudah jelek
 Korosi
 Stuck
 Rod Aus
Problem ini mengakibatkan Pompa tidak dapat bekerja karena tidak ada
sumber tenaga , atau pompa tidak dapat bergerak naik - turun (Pump Jack).

4.2.2.3.Pompa Bocor
Pompa bocor disebabkan oleh :

 Standing dan/atau Traveling valve yang bocor


 Pump Barrel yang rusak
 Plunger yang tidak dapat menghisap fluida
 Effisiensi pompa yang menurun
Untuk peralatan – peralatan yang mengalami problem mekanis, peralatan tersebut
harus diganti dengan peralatan yang baru.

4.3. OPERASI WO/WS


PT Pertamina Hulu Energi Kampar memiliki Rig IDECO 1 yang digunakan
untuk operasi WO/WS. Dengan adanya rig ini menghemat biaya dan
mempermudah operasi WO/WS, tidak membutuhkan waktu yang terlalu lama
apabila melakukan pemesanan terlebih dahulu yang dapat menghambat
kelancaran operasi yang sedang atau akan dilaksanakan. Well service yang
biasanya dilakukan yaitu mengganti jenis pompa, memperbaiki pompa dan
mengganti sumur produksi menjadi sumur injeksi. Untuk melakukan kerja
tersebut dibutuhkan rig.
4.3.1. Mengganti Jenis Pompa
Mengganti jenis pompa bertujuan untuk memaksimalkan produksi minyak
dari sumur tersebut. Jika sumur memiliki rate yang besar biasanya menggunakan
ESP, sedangkan apabila rate-nya kecil maka menggunakan SRP. Sumur-sumur
tua khususnya di WK Kampar sering tekanan di dalam reservoirnya berubah-ubah
karena adanya injeksi air. Sumur yang awalnya menggunakan SRP tiba-tiba
memiliki rate yang besar sehingga diganti dengan ESP. Untuk mengganti sumur
SRP menjadi sumur ESP tentunya rangkaian pompa ESP di bawah permukaan
harus diangkat terlebih dahulu. Untuk mengangkat rangkaian pompa tersebut
digunakan Rig IDECO 1. Setelah rangkaian SRP di permukaan di angkat ke
permukaan baru bisa dipasang ESP.

4.3.2. Memperbaiki Pompa


Pada sumur produksi sering terjadi kerusakan pompa seperti rod putus,
stuck, dan pompa bocor. Problem ini ditandai dengan adanya penurunan produksi
atau bahkan fluida tidak mengalir sama sekali. Biasanya apabila SRP mengalami
penurunan produksi langkah awal yang dilakukan adalah replacement yaitu
menggetarkan rangkaian pompa untuk merontokkan kotoran atau pasir dari
pompa. Apabila cara ini tidak berhasil maka harus dilakukan perbaikan pompa
dipermukaan dengan mengggunakan Rig IDECO 1. PT Pertamina Hulu Energi
Kampar memiliki barrel shop sebagai tempat untuk memperbaiki pompa. Di
barrel shop inilah pompa akan dirakit dan dipasang di sumur produksi.
4.3.3. Injection well
Sumur tua memiliki water cut yang tinggi. Apabila sumur tersebut
memiliki water cut 100 % tentunya tidak diproduksikan lagi. Akan tetapi apabila
sumur tersebut memiliki kriteria menjadi sumur injeksi maka sumur tersebut harus
diubah menjadi sumur injeksi. Untuk merubah menjadi sumur injeksi maka
rangkaian pompa dalam sumur harus dikeluarkan dengan menggunakan rig.
Setelah itu sumur tersebut diinjeksikan air dengan rate tertentu, apabila sumur
tersebut bisa diinjeksikan air dengan rate yang besar maka sumur tersebut bisa
menjadi sumur injeksi. Selain untuk membuang air dari hasil separasi, air yang
telah diinjeksikan bisa mendorong minyak untuk masuk ke sumur produksi
sehingga bisa meningkatkan produksi.
4.4. Rig IDECO 1

Rig milik PT Pertamina Hulu Energi kampar ini berdaya 200 HP dengan
tahun pembuatan pada 1977. Rig ini berjenis truck mounted rig . Rig ini dibuat
oleh pabrikan Ideco yang berasal dari Texas, USA. Rig saat ini masih beroperasi
untuk melakukan kegiatan Work Over maupun Well Service yang dilakukan PT
Pertamina Hulu Energi Kampar. Berdasarkan surat Inspeksi PT.Sucofindo
indonesia yang melakukan Inspeksi Rig Ideco pada bulan Juli 2018 kemarin, rig
ini layak operasi hingga tahun 2022. Inspeksi Rig harus dilakukan secara rutin
untuk mengecek kelayakan rig tersebut. Permasalahan pada rig milik PHE ini
yaitu umur yang tua dari Rig Ideco.

Gambar 4.1. Rig Ideco 1 sedang melakukan Well Service


BAB V
WELL ANALYZER

Tujuan utama dari Well Analyzer adalah untuk membantu operator


menganalisa kinerja (performance sumur) menggunakan semua data yang
dianggap perlu. Sasaran ini dapat terpenuhi dengan menggunakan kombinasi
perangkat keras dan perangkat lunak yang secara khusus digunakan untuk
pengukuran tertentu dengan system Konfigurasi secara umum dari Well Analyzer
System di jelaskan dengan skematik blok diagram dapat dilihat pada gambar.
Aplikasi dan interpretasi pengukuran yang di buat dengan Well Analyzer dapat
membantu menjawab sejumlah pertanyaan yang berhubungan dengan produksi.
Di perusahaan PHE Kampar Sonolog test yang dilakukan pada sumur minyak
menggunakan alat Total Well Management Echometer (TWM) sebagai Well
Analyzer pada sumur di Pertamina Hulu Energi Kampar.
5.1. Acoustic Test
Merupakan kegiatan yang berfungsi mengukur Static Fluid Level (SFL)
untuk sumur mati dan Working Fluid Level (WFL) untuk sumur yang masih
berproduksi. Prinsip kerjanya dengan mengirimkan getaran kedalam sumur yang
berasal dari gas N2. Getaran tersebut dihubungkan dengan recorder yang berfungsi
untuk menggambarkan pola getaran gas N2 tersebut. Bila getaran tersebut
melewati tubbing joint, pola grafiknya akan membentuk defleksi dan saat getaran
dipantulkan lagi ke permukaan fluid level, pola aliran akan menggulung. Kedalam
fluid level dapat dilihat dari jumlah tubbing joint yang dikonversikan menjadi
satuan kedalaman.

Peralatan Sonolog Test terdiri dari :


1. Well Sounder, berfungsi sebagai penghasil getaran yang dipasangkan
pada kepala sumur.
2. Amplifier, berfungsi sebagai alat penguat dan pencatat pantulan getaran
dari dalam sumur.
Gambar 5.1 Total Well Management Echometer

Prinsip Kerja alat ini yaitu Gas Gun dipicu untuk menimbulkan bunyi
yang kemudian merambat di annulus dan dipantulkan oleh permukaan cairan.
Pantulan (selama proses berlangsung bunyi direkam secara terus menerus) akan
diterima oleh mikrofon dan komputer akan menghitung waktu yang dipergunakan
bunyi untuk merambat dari permukaan, dipantulkan oleh permukaan cairan
sampai kembali ke permukaan.

Gambar 5.2 Prinsip Kerja Alat


Fluid level ini sangat menentukan kinerja pompa yang akan dipasang.
Sebelum sumur diproduksikan, penentuan fluid level sangat diperlukan untuk
menentukan ukuran pompa yang akan dipasang. Fluid level itu sendiri merupakan
ukuran kemampuan siatu sumur untuk memproduksikan fluidanya. Makin tinggi
fluid level, makin bagus produksinya karena tekanannya masih besar.
Sedangkan setelah sumur diproduksikan, penentuan fluid level dilakukan
untuk mengetahui apakah sumur tersebut masih support untuk pompa yang
sebelumnya telah dipasang. Fluid level terdiri atas Static Fluid Level dan Working
Fluid Level. Suatu sumur dikatakan masih support untuk ukuran suatu pompa jika
WFL sumur tersebut sekitar 300 – 400 ft diatas Pump Setting Depth. Istilah
support disini menandakan bahwa pompa yang digunakan dapat menghisap fluida
dari dalam sumur dengan efisiensi yang optimal dan tidak merusaknya. Ukuran
fluid level inilah yang dijadikan dasar apakah suatu pompa perlu diganti atau
tidak. Suatu sumur dengan fluid level yang terlalu rendah menandakan bahwa
pompa yang ada perlu di size down, dalam arti ukuran pompa diturunkan laju
alirannya. Sedangkan untuk fluid level tinggi maka kemungkinan pompanya akan
di size up.
5.2. Dynagraph Test
Dynagraph Test adalah suatu pekerjaan untuk mengetahui kinerja pompa
angguk (Sucker Rod Pump) dengan peralatan yang disebut dynamometer.
Dynamometer adalah alat untuk mengukur besaran beban. Beban ini dilapangan
biasanya disebut dengan Polished Rod Load. Beban ini diukur dalam kondisi di
namik dan statik. Beban dinamik diukur ketika pompa angguk dalam keadaan
beroperasi. Beban dinamik direkam kontinu sebagai fungsi dari posisi translasi
“rod”. Satu siklus beban dinamik ini disebut dengan “Dyno Card”. Beban dinamik
yang diukur yaitu Travelling Valve load dan Standing Valve Load. Travelling
Valve load diukur pada kedudukan dimana Travelling Valve dalam keadaan
tertutup. Secara teori keadaan ini adalah pada posisi awal dari langkah angkat
fluida (upstroke). Sedangkan Standing Valve Load diukur pada kedudukan dimana
Standing Valve dalam keadaan tertutup. Posisi ini yaitu ketika awal dari langkah
downstroke dimulai.
Gambar 5.3 Dynagraph Card

Gambar 5.4 Dynagraph Tool


BAB VI
KESIMPULAN

PT Pertamina Hulu Energi (PHE) merupakan anak perusahaan PT.


Pertamina (Persero) yang bergerak di sektor hulu migas. Wilayah Kerja (WK)
Kampar ditetapkan menjadi bagian PT Pertamina Hulu Energi melalui proses alih
kelola kembali WK Kampar dari PT Medco E&P Indonesia sejak November
2015. Sumur yang ada di WK Kampar merupakan sumur tua dengan water cut
tinggi. Pada WK Kampar ini terdapat sekitar 106 sumur produksi dari 11 lapangan
dengan produksi sekitar 1200 bopd. Di WK Kampar juga terdapat sumur gas yang
hanya digunakan sebagai bahan bakar mesin.

Sebagian besar sumur di WK Kampar diproduksikan dengan


menggunakan SRP dan ada yang menggunakan ESP, ada juga sumur yang
diproduksikan dengan metode natural flow. Penggunaan pompa sering mengalami
kerusakan sehingga harus sering dilakukan WO/WS. problem yang biasanya
terjadi seperti pompa bocor, rod putus, tubing leak dan lain-lain. PHE Kampar
memiliki Rig IDECO 1 sehingga lebih mudah dalam melakukan WO/WS apabila
terjadi problem pada suatu sumur. Selain itu dengan adanya rig ini juga lebih
menghemat biaya karena tidak perlu menyewa,.

Minyak dari sumur sebagian besar ditransportasikan dengan menggunakan


line menuju ke stasiun. Problem yang sering terjadi yaitu pipa bocor, ini karena
umur pipa yang sudah tua dan telah terkorosi. Sebagian minyak dari beberapa
sumur masuk ke onsite tank kemudian di-trucking menuju stasiun.

Di stasiun pengumpul minyak, gas dan air akan dipisahkan dengan


menggunakan gun barrel, FWKO, gas scrubber dan collecting pit. Untuk
mempermudah pemisahannya fluida akan diberikan demulsifier. Setelah
dipisahkan dengan air, minyak akan jual di Terminal Buatan
BAB VIII
REKOMENDASI

1. Perbaikan alat dilakukan lebih cepat agar proses produksi lebih optimal.
Karena apabila alat tidak dapat bekerja maksimal makan fungsi dari alat
akan menurun.
2. Mempertimbangkan segala aspek sebelum melakukan suata kegiatan
sehingga tidak terjadinya suatu masalah saat proses kegiatan berlangsung.
Seperti dalam perencanaan pipa aliran minyak untuk ke stasiun.
3. Kami melihat alat yang ada di barrel shop untuk me-repair pompa sucker
rod pump banyak yang tidak memiliki kualitas yang bagus yang dapat
menyebabkan umur dari pompa tidak dapat bertahan lama. Sehingga
mungkin perlu untuk meminta alat yang berkualitas baik.
DAFTAR PUSTAKA

1. McCain, William D, Jr (1990): The Properties of Petroleum Fluids, Second


Edition, PennWell Books,PennWell Publishing Co., Tulsa, Oklahoma
2. Puji Santoso, Anas , “Diktat Kuliah Teknik Produksi I “ , Program Studi
Teknik Perminyakan, UPN “Veteran” Yogyakarta.
3. Database team POFD PHE KAMPAR
4. Dokumentasi Lapangan PHE Kampar

Anda mungkin juga menyukai