Oleh:
Syahdul iman
NIM. 442023731026
1
PENGESAHAN
Syahdul Iman
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
DAFTAR ISI iii
BAB I.
PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 2
1.3 Manfaat 2
BAB II.
HASIL DAN PEMBAHASAN 3
2.1 Pelaksanaan 3
2.2 Deskripsi Perusahaan 3
2.3 Observasi 4
BAB III.
KESIMPULAN DAN SARAN 8
3.1 Kesimpulan 8
3.2 Saran 8
DAFTAR PUSTAKA 9
LAMPIRAN
3
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan
1.2.1 Menganalisis system tanggap darurat bencana
1.2.2 Menganalisis system proteksi kebakaran
1.2.3 Menganalisis system evakuasi bencana
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Dapat
mengetahui apa yang harus dilakukan oleh para pekerja pada khususnya K3 dalam
menghadapi masalah berupa bencana apapun di pabrik migas.
1.3.2 Bagi Mahasiswa, dapat dijadikan sebuah Pelajaran berupa laporan ataupun
pemahaman tentang cara menghadapi bencana di pabrik migas.
2
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1 Pelaksanaan
2.1.1 Waktu Kunjungan Perusahaan
Hari : Rabu
Tanggal : 23 Agustus 2023
Waktu : 08.00 WIB – Selesai
Tempat : Graha Elnusa, Jl. Graha Elnusa No.1 B, RT.10/RW.3, Cilandak
Tim., Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota
Jakarta 12560
3
2.3 Observasi
Sistem tanggap darurat di perusahaan migas terutama di PT. Elnusa Petrofin
adalah suatu sistem yang bertujuan untuk mengurangi dampak negatif dari keadaan
darurat yang dapat terjadi di sektor minyak dan gas, seperti kebakaran, ledakan,
kebocoran, atau insiden lainnya. Sistem ini meliputi beberapa aspek, dengan
mengidentifikasi potensi bahaya, evaluasi resiko, pelatihan dan kesadaran
karyawan, pemeliharaan rutin dan inspeksi, serta penerapan standar keselamatan
dan kesehatan kerja. Dengan beberapa aspek tersebut, perusahaan migas dapat
menjaga kinerja operasionalnya sekaligus melindungi pekerja dan lingkungan
darurat. Sistem tanggap darurat di perusahaan migas adalah sistem yang dirancang
untuk mengantisipasi, mencegah, dan menangani berbagai keadaan darurat yang
dapat terjadi di sektor minyak dan gas. Sistem in melibatkan koordinasi antara
pemerintah, perusahaan, dan masyarakat dalam hal persiapan, respons, pemulihan,
dan mitigasi dampak dari keadaan darurat. Salah satu perusahaan migas yang telah
menyusun dan melaksanakan sistem tanggap darurat adalah PT Pertamina
(Persero). Perusahaan ini telah melakukan simulasi tunggap darurat nasional pada
tahun 2017 untuk menguji kesiapan staf dan fasilitas dalam menghadapi kebakaran
di kilang balongan. Simulasi ini melibatkan pihak-pihak terkait seperti ditjen migas,
polri, dan menkopolhuka. simulasi ini juga bertujuan untuk melihat respon
pemerintah dalam mengamankan pasokan BBM yang berasal dari kilang balongan.
Jika sistem tanggap darurat bencana nasional itu menganggap bahwa
Industri minyak dan gas (migas) adalah sektor yang vital dalam perekonomian
global. Namun, industri ini juga memiliki risiko tinggi terkait dengan keadaan
darurat yang dapat terjadi, seperti kebakaran, ledakan, kebocoran, atau insiden
lainnya. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan migas dan pekerja di sektor ini
untuk memiliki protokol yang baik dan tindakan yang efektif untuk menghadapi
dan mengatasi keadaan darurat. Cara menangani terjadinya bencana ialah dengan,
langkah pertama dalam mengatasi keadaan darurat adalah mengidentifikasi potensi
bahaya yang ada di lokasi kerja migas. Perusahaan harus melakukan evaluasi risiko
menyeluruh untuk memahami kemungkinan terjadinya keadaan darurat tertentu dan
dampak yang mungkin ditimbulkannya. Lalu dengan menyusun rencana tanggap
4
darurat yang komprehensif untuk mengatasi berbagai keadaan darurat. Rencana ini
harus mencakup prosedur evakuasi, komunikasi internal dan eksternal, tindakan
pencegahan kebakaran, penanganan kebocoran, serta langkah-langkah pengamanan
yang diperlukan. Selain itu dengan Pelatihan yang baik dan peningkatan kesadaran
karyawan tentang keadaan darurat adalah faktor kunci dalam mengatasi situasi yang
kritis. Semua karyawan harus dilatih dalam tindakan darurat seperti pemadaman
kebakaran, evakuasi, dan pertolongan pertama. Lalu Pemeliharaan rutin dan
inspeksi peralatan dan fasilitas migas sangat penting untuk menghindari kegagalan
sistem yang dapat menyebabkan keadaan darurat. Langkah berikutnya dengan
Kolaborasi dengan pihak terkait, seperti badan pengatur, lembaga pemadam
kebakaran, dan tim darurat lokal, sangat penting dalam mengatasi keadaan darurat
di industri migas. Perusahaan migas harus menjalin hubungan yang baik dengan
pihak terkait dan terlibat dalam latihan dan pertemuan bersama untuk berbagi
informasi, pengalaman, dan praktik terbaik dalam penanggulangan keadaan darurat.
Dan Industri migas terus mengalami perubahan dan perkembangan teknologi. Oleh
karena itu, penting untuk melakukan pemantauan dan evaluasi terus menerus
terhadap prosedur dan sistem yang ada untuk memastikan bahwa mereka tetap
relevan dan efektif. Perusahaan harus memperbarui rencana tanggap darurat mereka
sesuai dengan perubahan lingkungan operasional, teknologi baru, atau peraturan
keamanan yang diperlukan. Ketika terjadi keadaan darurat, penting untuk
melakukan investigasi menyeluruh terhadap insiden tersebut. Tujuan utamanya
adalah untuk memahami penyebab insiden, mengidentifikasi kesalahan atau
kegagalan sistem, dan mengambil tindakan korektif untuk mencegah kejadian
serupa di masa depan.
Sistem proteksi kebakaaran di PT. Elnusa Petrofin adalah sistem yang
bertujuan untuk mencegah dan menangani kebakaran yang terjadi di sektor migas,
seperti di kilang minyak, pabrik petrokimia, terminal pantai ,lepas pantai, atau
SPBU. Sistem ini meliputi beberapa aspek, seperti sistem proteksi aktif, pasif, dan
fire safety management. Sistemproteksi aktif ialah sistem yang dapat mendeteksi
dan memadamkan api secara otomatis atau manual, seperti APAR, hydrant,
detektor, emergency respons, mobil pemadam, foam cchamber, dan water
5
drenching. Sistem proteksi pasif, ialah sistem yang dapat mengurangi penyebaran
api dan asap, sertamelindungi orang dan aset dari dampak kebakaran. Fire safety
management, ialah sistem yang mengatur kebijakan, prosedur, dan organisasi
terkait dengan pencegahan dan penanggulangan kebakaran, seperti identifikasi
bahaya ,analisis resiko ,rencana tanggap darrat, pelatihan dan simulasi personel,
koordinasi dengan pihak terkait, komunikasi dan informasi, evaluasi dan audit.
Sistem proteksi kebakaran di perusahaan migas haru sesuai ddengan standar dan
peraturan yang berlaku, baik nasional maupun internasional. Beberapa standar yang
sering digunakan adalah NFPA (National Fire Protection Association), API
(American Petroleum Institute), OSHA (Ocupational Safety and Health
Administration), dan SKK Migas (Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha
Hulu Minyak dan Gas Bumi).
Untuk kebijakan K3 pada industri migas bertujuan menjamin standar dan
mutu, menerapkan kaidah keteknikan yang baik, keselamatan dan Kesehatan kerja
serta pengolahan lingkungan hidup dalam usaha pertambangan migas. Kebijakan in
didasarkan pada UU No 22 Tahun 2001 tentan minyak dan Gas Bumi dan UU No
44 tahun 1960 tentang pertambangan minyak dan gas bumi. Beberapa peraturan
pelaksanaan yang mengatur kebijakan K3 pada industry migas ialah; PP No 17 thn
1974 tentang pengawasan pelaksanaan eksplorasi dan eksploitasi di daerah lepas
Pantai, PP No 11 tahun 1979 tentang keselamatan kerja pada pemurnian dan
pengolahan minyak dan gas bumi, PP No 19 thn 1973 tentang pengaturan dan
pengawasan keselamatan kerja di bidang pertambangan. Kebijakan K3 pada
industri migas juga mencakup pemberian tanda penghargaan keselamatan migas,
sertifikasi tenaga teknik khusus migas serta sertifikasi instalasi dan
peralatan. Selain itu, kebijakan K3 juga mengatur berbagai aspek keselamatan kerja
seperti keselamatan proses, keselamatan pekerjaan listrik, keselamatan pekerjaan di
ketinggian, keselamatan pekerjaan di area yang mungkin terbakar atau meledak,
keselamatan berkendara, higiene industri, ergonomi perkantoran dan industri,
keselamatan bahan kimia, keselamatan konstruksi atau alat berat, kebugaran kerja,
dan keselamatan pangan bagi pekerja.
6
Pada departemen K3 di industri migas bertanggung jawab untuk mengatur,
membina, dan mengawasi masalah keselamatan dan Kesehatan kerja serta
lingkungan hidup dalam usahapertambangan migas. Tugas dan fungsi dari
departemen K3 ialah; Membuat kebijakan dan standar nasional tentang K3 pada
industri migas berdasarkan perundang-undangan yang berlaku, melakukan
inspeksi, audit, dan evaluasi terhadap pelaksanaan K3 pada industri migas,
memberikan sertifikasi, lisensi, dan tanda penghargaan kepada badan usaha, tenaga
teknik khusus, instalasi, dan peralatan yang memenuhi persyaratan K3,
memberikan bimbingan, pelatihan, dan sosialisasi tentang K3 kepada seluruh
pemangku kepentingan di industri migas, menangani dan menyelesaikan kasus-
kasus kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, dan pencemaran lingkungan yang
terjadi di industri migas.
Program K3 di industri migas adalah program yang bertujuan untuk
mencegah dan mengurangi risiko kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, dan
pencemaran lingkungan yang dapat terjadi akibat kegiatan eksplorasi, eksploitasi,
pengolahan, dan distribusi minyak dan gas bumi. Program K3 di industri migas
meliputi berbagai aspek seperti keselamatan proses, keselamatan pekerjaan listrik,
keselamatan pekerjaan ketinggian, keselamatan pekerjaan di area yang mungkin
terbakar dan meledak, keselamatan berkendara, higiene industri, ergonomic
perkantoran dan industri, keselamatan bahan kimia, keselamatan konstruksi atau
alat berat, kebugaran pekerja, keselamatan pangan bagi pekerja. Untuk
melaksanakan program K3 di industri migas, perusahaan harus memiliki sistem
manajemen K3 (SMK3) atau health safety security environment (HSSE)
management system yang sesuai dengan peraturan pemerintah dan standar
internasional.
7
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
System tanggap darurat bencana, dan system proteksi kebakaran, serta
system evakuasi bencana di PT. Elnusa Petrofin dan industry migas lainnya adalah
system yang dirancang untuk mengatasi berbagai keadaan darurat yang dapat
terjadi di sektor migas, seperti kebakaran, kebocoran, ledakan, atau serangan terror.
System in meliputi rencana, prosedur, organisasi, komunikasi, dan kesiapan yang
diperlukan untuk menangani keadaan darurat secara efektif dan efisien. Simulasi
tanggap darurat juga dilakkan secara berkala oleh pemerintah dan Perusahaan
migas untuk menguji kesiapan dan koordinasi mereka.
Dengan studi akademik di PT. Elnusa Petrofin, dapat diambil
kesimpulannya yaitu system tanggap darurat, dan system proteksi kebakaran, serta
system evakuasi di PT. Elnusa Petrofin sudah dibilang cukup mematuhi dan sesuai
dengan system-sistem nasional, yang meliputi identifikasi, evaluasi, pelatihan, dan
laporan terhadap pihak yang berwenang atas terjadinya suatu bencana di
Perusahaan terutama Perusahaan migas.
3.2 Saran
Dengan melihat hasil dari analisis di Indonesia bencana ataupun kebakaran
di industry migas 10 tahun terakhir ini, kurang lebih sekitar 4 perusahaan yang
mengalami bencana tersebut dan termasuk juga PT. Pertamina. Dengan itu
diharapkan untuk sering atau lebih bisa memantau dan menganalisis kejadian
bencana yang akan terjadi di suatu Perusahaan. Begitu juga kurangnya kesiapan
ataupun ketaatan pekerja di PT. Elnusa Petrofin yang dapat menyebabkan kematian
ataupun terjadinya suatu bencana di sana.
8
DAFTAR PUSTAKA