Anda di halaman 1dari 11

TUGAS AKHIR LAPORAN PENELITIAN SOSIAL

Pandangan Budaya Senioritas di Kalangan Remaja

Oleh:

Risa Nur Azizah (14696)

XI

A. Latar Belakang Masalah

Senioritas adalah istilah yang mengacu pada tingkat kedewasaan, pengalaman, atau status
senior seseorang dalam suatu hierarki atau kelompok. Istilah ini umumnya digunakan dalam
konteks profesional atau sosial, di mana senioritas dapat memberikan keistimewaan atau
pengaruh yang lebih besar kepada individu yang memiliki status atau pengalaman yang lebih
tinggi. Budaya senioritas itu sendiri adalah budaya peninggalan feodalisme. Di mana yang muda
menghormati yang tua dan menuruti segala apa yang dikehendakinya meskipun itu bertolak
belakang dengan keinginan sang junior.

Senioritas di sekolah merujuk pada hierarki sosial yang terbentuk berdasarkan tingkat
kelas atau tahun ajaran siswa. Konsep ini menempatkan siswa yang lebih tua atau yang telah
lebih lama berada di sekolah pada posisi yang lebih tinggi dan dianggap memiliki otoritas atau
keistimewaan tertentu dibandingkan dengan siswa yang lebih muda atau baru masuk.

Dalam konteks ini, siswa yang berada di tingkat yang lebih tinggi atau kelas yang lebih
tinggi dianggap memiliki pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang lebih banyak
dibandingkan dengan siswa yang lebih muda atau baru masuk. Mereka sering kali diberi
tanggung jawab tambahan, seperti menjadi pemimpin kelas, mentor, atau pembimbing bagi siswa
yang lebih muda.

Senioritas di sekolah dapat tercermin dalam berbagai aspek kehidupan siswa, termasuk
interaksi sosial, kegiatan ekstrakurikuler, akses ke fasilitas, dan kebijakan sekolah. Misalnya, di
beberapa sekolah, siswa yang lebih tua dapat memiliki akses prioritas ke fasilitas seperti
perpustakaan, ruang belajar, atau tempat duduk di kantin. Mereka juga mungkin memiliki lebih
banyak kesempatan untuk mengambil bagian dalam acara-acara spesial atau kegiatan-kegiatan
tertentu.
Pada umumnya, senioritas di sekolah didasarkan pada tradisi dan praktik yang telah ada
dalam masyarakat sekolah. Namun, penting untuk diingat bahwa senioritas bukanlah satu-
satunya faktor penentu keberhasilan atau kecakapan seseorang. Meskipun senioritas dapat
memberikan keuntungan tertentu, penting juga untuk mengakui dan menghargai kontribusi
individu yang baru bergabung atau yang memiliki pengalaman yang lebih sedikit.
Banyak sekali kasus-kasus beredar dengan meng-highlight senioritas. Dan mayoritas
bersifat buruk, serta mengelilingi lingkungan remaja. Maka disini saya mengangkat tema
senioritas berjudul “Pandangan Budaya Senioritas di Kalangan Remaja”, saya ingin mengetahui
dan memperdalam apakah budaya ini sangat berpengaruh bagi kehidupan remaja. Juga mencari
tau apakah di sekolah bergengsi masih diterapkan budaya senioritas ini.

B. Pertanyaan Penelitian:

1. Apa faktor yang mempengaruhi adanya budaya senioritas?


2. Apa dampak yang dirasakan korban akibat adanya budaya senioritas?
3. Apakah budaya turun-temurun ini memberikan dampak positif?

C. Tujuan Penelitian:

1. Untuk mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi adanya budaya senioritas yang marak
di kalangan remaja
2. Untuk mengetahui dampak korban dari tindakan senioritas yang terjadi di sekolah
3. Untuk mengetahui apakah ada dampak positif dari mengimplementasikan budaya senioritas

D. Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian adalah pendekatan sistematis yang digunakan untuk


merencanakan, melaksanakan, dan menganalisis suatu penelitian. Metodologi penelitian
melibatkan serangkaian langkah atau prosedur yang digunakan untuk mengumpulkan data,
menganalisis data, dan mencapai tujuan penelitian. Ada dua metode penelitian yang umum
digunakan dalam metodologi penelitian, yaitu:
1. Penelitian Kuantitatif
Metode ini mengumpulkan dan menganalisis data dalam bentuk angka dan menggunakan
pendekatan statistik untuk menguji hipotesis atau mengidentifikasi pola dan tren. Contoh metode
penelitian kuantitatif termasuk survei, eksperimen, dan analisis data sekunder.
2. Penelitian Kualitatif
Metode ini fokus pada pemahaman mendalam tentang fenomena sosial melalui analisis deskriptif
dan interpretatif. Data yang dikumpulkan biasanya berupa teks, gambar, atau rekaman
audio/video. Contoh metode penelitian kualitatif termasuk wawancara, pengamatan partisipatif,
dan analisis konten.

E. Teknik Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini, saya menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan
menggunakan survei sebagai instrumen pengumpulan data. Pengumpulan data survei adalah
proses untuk mengumpulkan informasi atau pendapat dari responden dengan menggunakan
metode tertentu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan lebih banyak sudut pandang
mengenai hal apa yang ingin di teliti. Selain itu, metode ini bertujuan untuk mendapatkan
wawasan dan saran dari responden yang dapat digunakan untuk meningkatkan atau
mengembangkan hasil penelitian yang ada. Data yang saya kumpulkan kemudian akan dianalisis
menggunakan metode statistik, seperti analisis deskriptif dan uji hipotesis. Hasil dari penelitian
ini akan disajikan dalam bentuk laporan penelitian yang mencakup temuan, analisis data, dan
langkah yang dilakukan ke depannya.

F. Laporan Penelitian dan Pembahasan

1. Apa faktor yang mempengaruhi adanya budaya senioritas?


Faktor yang mempengaruhi adanya atau timbulnya budaya senioritas yaitu:
 Tingginya rasa gengsi
gengsi yang umumnya dirasakan oleh para senior yang membawahi junior sehingga
timbul pemikiran bahwa senior tidak boleh sampai kalah bersaing dengan junior. Padahal
faktanya adalah semua orang berhak untuk bersaing secara sehat tanpa melihat tingkatan
baik itu senior atau junior dan bahkan tak jarang saat ini ada junior yang kemampuan
ilmu dan praktiknya yang jauh lebih luwes dibanding para senior.
 Gila hormat
Menghormati dan menghargai satu sama lain merupakan kewajiban kita semua sebagai
pelajar yang terpuji, tetapi dengan cara tunduk dan memaksakan sesuatu yang tidak
semestinya bukanlah hal yang terpuji sama sekali.
 Membutuhkan pengakuan
rata-rata para senior menginginkan suatu pengakuan atas kehadirannya sehingga mereka
tidak terlupakan begitu saja oleh kehadiran junior. Daripada melakukan hal yang
berkaitan dengan senioritas negatif, akan lebih baik untuk bersaing prestasi agar mampu
mendapatkan pengakuan dari sisi positif.
 Kurangnya pendidikan karakter mendalam di sekolah
Jika dari awal para peserta didik mendapatkan pendidikan khusus mengenai paham
senioritas di sekolah maka para siswa-siswi akan menanamkan dan menerapkan nilai-
nilai positif untuk saling menghormati dan menghargai segala perbedaan. Baik itu
perbedaan tingkatan pendidikan, maupun perbedaan usia.
2. Apa dampak yang dirasakan korban tindakan budaya senioritas?
Dampak yang dirasakan atau dialami korban dari tindakan budaya senioritas di kalangan remaja
adalah sebagai berikut:
 Kepercayaan diri menurun
Terus menerus menerima perlakuan senioritas dapat merusak kepercayaan diri seseorang.
Mereka mungkin mulai meragukan kemampuan dan bakat yang mereka miliki, yang
dapat berdampak negatif pada kinerja dan prestasi mereka dalam pembelajaran.
 Hilangnya motivasi hidup
Perlakuan yang tidak adil atau merugikan karena senioritas dapat membuat korban
kehilangan semangat dan motivasinya dalam hidup. Mereka mungkin merasa tidak
dihargai dan meragukan kemampuan serta kontribusi mereka.
 Konflik internal
Senioritas dapat menyebabkan ketegangan dan konflik antar anggota organisaasi atau
suatu klub. Perlakuan yang tidak adil dapat menciptakan suasana tidak sehat dan merusak
hubungan antar rekan tim.
3. Apakah budaya turun-temurun ini memberikan dampak positif?
Mungkin kita beranggapan bahwa budaya ini sepenuhnya negatif. Namun ternyata, Tindakan
senioritas ini memberikan hal positif, diantaranya:
 Pengalaman dan pengetahuan
Remaja dapat belajar banyak dari pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki oleh
generasi diatasnya. Dengan budaya senioritas, mereka mendapatkan wawasan yang
berharga tentang kehidupan, hubungan, dan berbagai aspek lainnya yang telah dihadapi
dan dilewati oleh mereka. Pengalaman ini dapat membantu remaja menghindari
kesalahan yang sama, membuat keputusan yang lebih baik, dan mengembangkan
perspektif yang lebih luas tentang dunia.
 Sumber inspirasi
Menciptakan kesempatan bagi remaja untuk memiliki mentor atau figur yang dapat
mereka lihat sebagai sumber inspirasi. Orang yang lebih tua dapat berperan sebagai
sumber nasihat, membantu remaja menghadapi tantangan, dan memberikan arahan dalam
mencapai tujuan mereka. Serta bisa mendapatkan beberapa tips dan trik maupun update
informasi akurat. Banyak dari mereka tidak segan untuk membimbing dan memberikan
pengetahuan di dalam maupun di luar materi pembelajaran. Dengan adanya hubungan ini,
remaja dapat tumbuh dan berkembang secara pribadi dan akademis.
 Pembentukan nilai dan sikap
dapat membantu remaja memahami dan menghargai nilai-nilai seperti hormat,
kesopanan, dan penghargaan terhadap orang lain. Melalui interaksi dengan generasi yang
lebih tua, remaja dapat melihat contoh nyata dari bagaimana memperlakukan orang lain
dengan penuh penghormatan. Ini dapat membentuk sikap positif, empati, dan toleransi
dalam kehidupan sehari-hari mereka.

G. Kesimpulan dan Saran

Tingkat budaya senioritas pada kalangan remaja berada dalam kategori tinggi. Hal ini
menunjukkan bahwa budaya senioritas masih terus dijaga dan dibudayakan sebagai salah satu
cara untuk memperoleh penghormatan atas apa yang telah didapatkan selama belajar di
lingkungan sekolah. Salah satu bentuk penerapan budaya senioritas di lingkungan sekolah yaitu
adanya perbedaan jenjang kelas sehingga memunculkan wewenang lebih besar yang dimiliki
oleh kakak kelas daripada adik kelas.
Perilaku senioritas bisa timbul karena disebabkan oleh kurangnya kontrol sosial dari
lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Ketiga bentuk lingkungan tersebut memberikan
pengaruh yang sangat besar bagi perilaku remaja. Karena lingkungan itulah yang membentuk
karakter para remaja. Ketika ketiga aspek tersebut memberikan pendidikan morak yang baik
serta memahami perannya masing-masing, maka akan memberikan pemahaman bagi para remaja
untuk tidak melakukan tindakan senioritas yang negatif. Maka dari itu, para remaja tidak bisa
lepas di lingkungan bebas, haruslah ada pengawasan cukup dari para pihak yang bertanggung
jawab untuk menghindari tindakan-tindakan yang tidak diinginkan dari senioritas di kalangan
remaja.
Daftar Pustaka
helena Lohy, M., & Pribadi, F. (2021). Kekerasan dalam senioritas di lingkungan
pendidikan. Jurnal Ilmiah Dinamika Sosial, 5(1), 159-171.

Safitri, N., & Mugiarso, H. (2022). Pengaruh Budaya Senioritas terhadap Kepercayaan Diri
Siswa. Bulletin of Counseling and Psychotherapy, 4(1), 1-11.
Linzonia, Y. U. (2017). Dampak Senioritas Terhadap Kenyamanan Junior Di Lingkungan
Sekolah SMA Islam Al Azhar 8.
Komariyanta, N. (2012). Kontribusi Profesionalitas Guru, Budaya Sekolah, dan Senioritas
Terhadap Prestasi Sekolah (di SD Negeri Ekskawedanan Ungaran Kabupaten
Semarang) (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Lampiran
I. Bukti laporan
https://drive.google.com/drive/folders/1tDg16tId9D1kzL72DbWP3m9hhpDITZvr?
usp=share_link

Anda mungkin juga menyukai