Anda di halaman 1dari 6

Nama : Erianto Tarigan

Nim : 190903115

Tugas Individu 2

Mitigasi Bencana Banjir di Daerah Wisata Bukit Lawang Kecamatan Bahorok

BAB 1

1.1 Latar Belakang

Kecamatan Bahorok merupakan daerah ujung Kabupaten Langkat yang berbatasan dengan
gunung leuser. Karena berbatasan langsung dengan pegunungan Leuser menyebabkan keadaan
geologi daerah ini adalah perbukitan dan menjadikan daerah kecamatan Bahorok ini menjadi hulu
dari sungai yang ada di Kabupaten Langkat. Dikarenakan masih di Hulu, sungai sungai di
Kecamatan Bahorok masih dingin dan jernih sehingga berpotensi menjadi objek wisata seperti
sungai yang ada di objek wisata Bukit Lawang. Berbatan langsung dengan hutan di gunung Leuser
akan mempengaruhi permukiman penduduk di sekitar sungai wisata Bukit Lawang. Kondisi hutan
Leuser yang buruk akan berdampak buruk terhadap permukiman penduduk karena berpotensi
mengakibatkan bencana banjir.

Bencana adalah sebuah keadaan yang tidak baik yang akan menyebabkan kerugian
terhadap masyarakat baik kerugian materi maupun korban jiwa serta menimbulkan trauma di
tengah tengah masyarakat. Bencana banjir merupakan sebuah ancaman terhadap masyarakat
karena berpotensi merugikan masyarakat. Banjir adalah sebuah kejadian yang mana air sungai
meluap ke permukiman penduduk akibat curah yang tinggi. Banjir menyebabkan kerugian
terhadap masyarakat karena air yang meluap terbut akan menyapu atau bahkan menghancurkan
daerah yang ia lalui. Air banjir juga mengandung lumpur sehingga akan menutupi setiap tempat
yang ia lalui dengan lumpur.

Untuk mengurangi dampak risiko banjir di tengah tengah masyarakat maka dibutuuhkan
mitigasi bencana. Mitigasi bencana menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21
Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana adalah sebuah cara atau tindakan
untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun melalui penyadaran
masyarakat serta peningkatan kemampuan masyarakat dalam menghadapi bencana. Mitigasi itu
sendiri dibagi menjadi dua yaitu mitigasi struktural dan mitigasi non struktural. Mitigasi bencana
non struktural menurut Carter membaginya menjadi beberapa kegiatan seperti pembentukan
kerangka hukum, pembentukan kelembagaan dengan tujuan membangun institusi atau kelompok
organisasi yang berasal dari masyarakat agar sadar bencana. Sedangkan yang dimaksud dengan
mitigasi struktural adalah pengurangan risiko bencana dengan melakukan pembangunan bangunan
bangunan konstruksi agar dapat memperkecil risiko bencana.

Pada tahun 2003 silam, Bukit Lawang yang merupakan daerah di wisata di Kecamatan
Bahorok mengalami banjir bandang. Penyebab dari banjir bandang terbut diperkirakan adalah
karena adanya kegiatan alih fungsi lahan, penebangan hutan secara liar dan juga karena masyarakat
tidak siap dalam menghadapi potensi teradinya bencana banjir. Akibat dari bencana banjir terbut
adalah kehilangan 200 korban jiwa dan juga bangunan di sekitaran daerah wisata tersebut di sapu
bersih. Bencana tersebut disebabkan rusaknya ekosistem alam di hutan gunung Leuser yang
menyebabkan berkurangnya daerah resapan air akibat penebangan hutan secara liar. Kemudian
pada tahun 2015, daerah yang sama terkena bencana yang sama kedua kalinya namun dengan
korban yang hanya berupa bangunan di sekitar sungai dan tidak di temukan korban jiwa. Untuk
mengatasi potensi bencana yang sama, maka dibutuhkan mitigasi bencana agar dapat memperkecil
risiko bencana yang akan terjadi di Bukit Lawang Kecamatan Bahorok.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan paparan dari latar belakang di atas, maka penulis mengangkat rumusan masalah
“bagaimana mitigasi bencana banjir di daerah objek wisata Bukit Lawang?”.

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari Penulisan makalah ini adalah demi memenuhi syarat salah satu tugas pada mata kuliah
Manajemen bencana dan juga agar dapat memahami manajemen bencana di dalah satu daerah di
Sumatra Utara untuk berjaga jaga ketika berkunjung.

Bab 2

Pembahasan
Mitigasi bencana adalah sebuah tindakan dalam melakukan pengurangan risiko bencana.
Oleh karena itu mitigasi bencana menjadi sebuah tindakan yang sangat dibutuhkan agar dapat
memperkecil risiko bencana. Mtigasi bencana akan menjadi garis terdepan setelah terjadinya
bencana dan akan menjadi suatu hal yang sangat penting khususnya bencana yang berulang. Oleh
sebab itu objek wisata bukit lawang juga menerapkan mitigasi bencana guna mengatasi risiko
bencana. Mitigasi yang dilakukan menggunakan mitigasi struktural dan mitigasi nonstruktural.

2.1 Mitigasi struktural

Mitigasi struktural adalah adalah pencegahan risiko bencana dengan melakukan


pembangunan bangunan konstruksi yang dapat mencegah terjadinya kerukan lebih oleh sebuah
bencana. Seperti halnya banjir, maka mitasi struktural yang sering dilakukan adalah pembangunan
tanggul, tembok penahan banjir, pengalihan aliran sungai dan lain lain. Mitigasi struktural ini
dilakukan demi memberikan rasa aman terhadap masyarakat.

Dalam mitigasi struktural yang dilakukan di Bukit Lawang berdasarkan jurnal yang ditulis
oleh Ginting & Putra melihat bahwa mitigasi struktural yang dilaksanakan sudah diupayakan
dengan membangun bangunan pengontrol tinggi muka air, pembuatan kanal, dan juga perbaikan
struktur dinding penahan. Mtigasi struktur yang dilakukan pada kawasan wisata Bukit Lawang
merupakan mitigasi struktural yang ramah terhadap lingkungan dan mencerminkan sebagai
kawasan wisata.

Meskipun sudah di upayakan namun mitigasi struktural yang dilakukan di kawasan wisata
Bukit Lawang masih belum cukup memberikan rasa aman terhadap masyarakat sekitar dan juga
penunjung atau wisatawan. Masih dibutuhkan mitigasi struktural yang lebih terencana dan
manajemen perawatan yang lebih. Bendungan dan tanggul yang ada disungai sudah mulai sudah
dan dibutuhkan perbaikan dan juga perencanaan lanjutan karena masih dibutuhkan pintu air
tambahan agar dapat menahan kecepatan air ketika air besar. Keberadaan pintu air yang ada di
sungai juga terganggu oleh banyaknya bangunan liar yang ada sekitaran pintu air tersebut sehingga
ini akan mengganggu kinerja pintu air tersebut.

2.2 Mitigasi non struktural

Mitigasi non struktural adalah pencegahan risiko bencana dengan melakukan pembentukan
kerangka hukum, pembentukan kelembagaan dengan tujuan membangun institusi atau kelompok
organisasi yang berasal dari masyarakat agar sadar bencana. Dengan kata lain mitigasi non
struktural ini adalah pencegahan yang lebih irit biaya dan menekankan kepada kesadaran
masyarakat akan bencana dan juga melengkapi mitigasi struktural dalam mengurangi risiko
bencana.

Mitigasi non struktural yang ada di kawasan wisata Bukit Lawang berdasarkan jurnal yang
ditulis oleh jurnal yang ditulis oleh Ginting & Putra melihat bahwa mitigasi non struktural ini
kawasan wisata Bukit Lawang belum sepenuhnya di laksanakan. Hal ini dapat dilihat dari
banyaknya bangunan liar yang berdiri di daerah pinggiran sungai. Pemerintah belum mengambil
langkah tegas dalam membuat kebijakan terkait pendirian bangunan disekitar aliran sungai.
Masyarakat seakan tidak peduli dengan bahaya yang akan ditimbulkan akibat banjir bandang yang
pernah terjadi dan seakan melupakan masa lalu. Selain membahayakan wisatawan dampak buruk
lainnya keberadaan bangunan liar di daerah aliran sungai adalah mengurangi keindahan daerah
tersbut dan menyebabkan tidak begitu istimewa dan bahkan terlihat seperti kawasan kumuh
bantaran sungai. Dibutuhkan penataan khusus dalam pembangunan lahan berdasarkan peraturan
yang telah di buat pemerintah. Agar terlihat bagus dan memberikan rasa nyaman terhadap
wisatawan, dibutuhkan pemetaan kawasan menjadi beberapa zona sehingga memudahkan akses
dan memberikan rasa nyaman dan memudahkan wisatawan dalam melakukan evakuasi diri bila
terjadi sebuah banjir. Seperti menciptakan ruang terbuka di daerah aliran sungai agar dapat
memberikan ruang lega dan tidak terasa sempit oleh karena bangunan bangunan liar tersebut.

Selain pernyataan di atas, mitigasi non struktural juga meliputi pemahaman kepada
masyarakat terkait bahaya banjir. Pemahaman terkait bencana banjir akan membuat masyarakat
menjadi waspada dan mulai mencari cara dalam mengatasinya bila hal itu terjadi. Pemahaman
masyarakat tersebut akan menjadi sempurna bila dibarengi dengan rambu rambu bahaya dan
petunjuk dalam melakukan evakuasi diri. Hal ini dibutuhkan agar mereka dapat melarikan diri bila
banjir terjadi. Pemberian pemahaman tersebut harus dibarengi dengan pemberian pemahaman
akan peringatan dini bencana banjir agar dapat meningkatkan ketangkasan dan juga kepekaan
masyarakat dalam melihat bencana banjir. Rambu rambu yang digunakan dapat berupa jalur
evakuasi dan juga berupa informasi penting lainnya. Hal ini akan mempermudah masyarakat
dalam menyelamatkan diri dan membantu tim bantuan dalam memberikan bantuan yang buta akan
peta daerah terbut. Selain itu, peringatan dini juga mmegang peran penting dalam melakukan
pencegahan risiko bencana terbut. Di kawasan wisata Bukit Lawang sistem peringatan dini yang
ada di sana sangat sederhana yaitu dengan meletakkan beberapa alarm deteksi air pada wilayah
hilir sungai. Alarm itu akan berfungsi setelah adanya deteksi kenaikkan air secara tiba tiba dan pos
pengawasan sistem peringatan dini akan memberikan respon terkait hal tersebut dan kemudian
ditsampaikan kepada individu melalui peringatan dengan sirene ataupun himbauan melalui
pengeras suara.

Bab 3

Kesimpulan

Kawasan wisata Bukit Lawang merupakan kawasan wisata yang dekat dengan gunung
Leuser yang menyebabkan kondisi yang ada di kawasan wisata Bukit Lawang sangat di pengaruhi
oleh kondisi hutan yang ada di gunung Leuser tersebut. Seperti pada tahun 2003 yang dimana
hutan gunung Leuser yang mengalami kerusakan akibat aktivitas penebangan hutan secara liar dan
lain lain menyebabkan banjir bandang di kawasan wisata Bukit Lawang. Untuk mengantisipasinya
maka dibutuhkan mitigasi bencana. Upaya mitigasi yang sudah dilakukan adalah membangun
bangunan pengontrol tinggi muka air, pembuatan kanal, dan juga perbaikan struktur dinding
penahan (mitigasi struktural) dan juga peraturan penggunaan lahan dalam mendirikan bangunan,
pengawasan penebangan hutan, dan pemahaman kepada masyarakat tentang dampak bahaya
banjir (mitigasi non struktural). Meskipun demikian masih banyak hal yang harus dilakukan oleh
pemerintah dalam melakukan mitigasi bencana yang benar benar dapat memberikan rasa aman
kepada masyarakat dan juga para turis mengingat upaya mitigasi bencana yang telah di lakukan
masih banyak membutuhkan perencanaan ulang dan perbaikan.
Daftar Pustaka

Ginting & Putra. 2019. “Mitigasi Bencana Banjir Kawasan Wisata Berkelanjutan (Studi Kasus :
Bukit Lawang, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat). Vol. 2 No. 1. View of Mitigasi Bencana
Banjir Kawasan Wisata Berkelanjutan (Studi Kasus: Bukit Lawang, Kecamatan Bahorok,
Kabupaten Langkat) (usu.ac.id)

Harahap dkk. 2015. PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP


KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI DESA
PERKEBUNAN BUKIT LAWANG KECAMATAN BAHOROK TAHUN 2011. Vol. 1 No. 1.
View of PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP KESIAPSIAGAAN
MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI DESA PERKEBUNAN
BUKIT LAWANG KECAMATAN BAHOROK TAHUN 2011 (uimedan.ac.id)

Anda mungkin juga menyukai