Pendahuluan
Kepemimpinan transformasional adalah gaya kepemimpinan yang menginspirasi dan
memotivasi pengikutnya untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi. Gaya
kepemimpinan ini berbeda dari kepemimpinan transaksional, yang berfokus pada
pertukaran atau transaksi untuk mencapai tujuan tertentu.
Burns, seorang ahli kepemimpinan, memperkenalkan konsep kepemimpinan
transformasional pada tahun 1978. Ia berpendapat bahwa pemimpin transformasional
menyediakan visi dan tujuan bersama yang memperluas tujuan pribadi pengikutnya.
Pemimpin transformasional juga membangun kepercayaan dan hubungan yang kuat
dengan pengikutnya.
Bass, seorang ahli kepemimpinan lainnya, berpendapat bahwa kepemimpinan
transformasional dan transaksional bukanlah konsep yang berlawanan, melainkan
saling melengkapi. Pemimpin terbaik menggunakan kedua gaya tersebut, namun lebih
sering menggunakan gaya transformasional.
Meskipun banyak dukungan terhadap konsep ini, kepemimpinan transformasional
juga mendapat sejumlah kritik. Kritik utama adalah kurangnya kejelasan operasional
dan ketidakpraktisan penerapan gaya kepemimpinan ini. Selain itu, gaya
kepemimpinan ini diasosiasikan terlalu kuat dengan karakter karismatik seorang
pemimpin.
Untuk menjawab kritik tersebut, Rafferty & Griffin mengusulkan lima dimensi khusus
kepemimpinan transformasional, yaitu visi, komunikasi inspiratif, stimulasi
intelektual, dukungan individual, dan pengakuan personal. Kelima dimensi ini
memberikan kerangka yang lebih operasional untuk menerapkan dan mengukur
kepemimpinan transformasional.
Walaupun demikian, kritik soal etika dan emosi berlebihan dalam kepemimpinan
transformasional masih berlanjut. Oleh karena itu muncul konsep baru kepemimpinan
transformasional sejati dan palsu. Pemimpin transformasional sejati dipandang lebih
mengedepankan nilai-nilai inti organisasi dan kepuasan anggota, tidak hanya
kepentingan pribadi pemimpin.
Secara keseluruhan, konsep kepemimpinan transformasional terus berkembang untuk
menjawab berbagai kritik dan kurangnya kejelasan operasional. Walaupun demikian,
gaya kepemimpinan ini tetap diyakini memberikan dampak positif terhadap kinerja
dan komitmen anggota organisasi.
2. Teori Dasar
Pemimpin transformasional menyediakan sesuatu yang memperluas tujuan pribadi
menjadi tujuan Bersama. Oleh karena itu, kepemimpinan transformatif dibuat sebagai
perpanjangan dari ide aktualisasi diri Maslow. Pemimpin yang jujur, tidak
mementingkan diri sendiri, Perhatian, penyemangat kelompok, dan bertanggung
jawab akan mendorong individu atau kelompok untuk mewujudkan tujuan organisasi.
Pemimpin transformasional mempengaruhi individu ataupun kelompok melalui
motivasi dan nilai-nilai etika. Pemimpin ini berinteraksi dengan individu maupun
kelompok dengan memberikan apa yang mereka butuhkan. Teori Kepemimpinan
transformatif juga diperluas oleh Bernard Bas (1985). Pada awalnya, dia tidak setuju
dengan Burn yang membedakan antara kepemimpinan traksaksional dengan
transformasional secara berseberangan. Bas berpendapat kedua gaya kepemimpinan
ini adalah konsep yang terpisah tetapi beberapa pemimpin terbaik menggunakan
kedua gaya ini. Para pemimpin yang baik lebih sering mengikuti gaya
transformasional. Oleh karena itu, pertimbangannya tentang kepemimpinan
transformasional dan transaksional sebagai konsep yang saling melengkapi mendapat
penerimaan yang lebih besar. Karena keduanya merupakan konsep yang saling
melengkapi, kedua gaya saling membantu dalam aktualisasi pencapaian tujuan dengan
kepemimpinan transformasional yang melengkapi kepemimpinan transaksional untuk
meningkatkan kinerja pengikut menggunakan berbagai strategi motivasi. (Kawiana,
2019); (ESSUMAN, 2019); (Karaca, 2020); (Huang, 2021).
Walaupun bermunculan kritik terhadap teori kepemimpinan transformasional terus
dikembangkan oleh para pendukungnya. Beragamnya dukungan terhadap
kepemimpinan transformasional menjadi alasan kritik terhadap gaya kepemimpinan
ini (Eryilmaz in (Khan et al., 2020). Kritik ini membantu pengembangan teori
transformasional dalam memperjelas aspek gaya kepemimpinan ini serta
penerapannya.
Berdasarkan penjelasan di atas ditemukan beberapa grand theory utama yang
memayungi konsep transformational leadership yaitu:
1. Teori Kepemimpinan Karismatik (Charismatic Leadership Theory) oleh House
(1977) Teori ini merupakan salah satu fondasi awal gagasan kepemimpinan
transformasional, terutama dimensi pengaruh ideal (idealized influence).
Pemimpin karismatik dipandang mampu menginspirasi dan memotivasi para
pengikutnya secara luar biasa.
2. Teori Kepemimpinan Transaksional dan Transformasional oleh Burns (1978)
Teori yang mencetuskan konsep transformational leadership, sebagai
perkembangan lebih lanjut dari kepemimpinan transaksional yang lebih bersifat
pertukaran antara pemimpin-bawahan.
3. Teori Hierarki Kebutuhan Maslow (1943) Gagasan bahwa pemimpin
transformasional dapat memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi seperti aktualisasi
diri dan trancendence dari para pengikut.
4. Teori Motivasi Dua-Faktor Herzberg (1959) Pemimpin transformasional
dipandang dapat memenuhi faktor motivasional seperti pencapaian, pengakuan,
tanggung jawab, dan pengembangan potensi dari karyawan.
5. Teori Path-Goal oleh House (1971) Teori ini relevan dengan dimensi stimulating
dan supporting yang ditunjukkan pemimpin transformasional kepada para
pengikutnya.
Jadi grand theory utama yang melandasi munculnya konsep transformational
leadership berasal dari tradisi riset kepemimpinan karismatik, transaksional, motivasi,
dan perilaku pemimpin.
.
3. Definis Transformasional Leadership
Kepemimpinan transformasional didefinisikan sebagai gaya kepemimpinan yang
mendorong perubahan dan pertumbuhan positif pada pengikutnya. Pemimpin
transformasional memotivasi para pengikutnya untuk berkomitmen dan berkontribusi
pada tujuan bersama yang lebih besar daripada kepentingan pribadi mereka (Sun et
al., 2017). Menurut Burns (1978), kepemimpinan transformasional terjadi ketika
"seseorang mengambil inisiatif untuk terlibat dengan orang lain untuk meningkatkan
motivasi dan semangat kerja keduanya". Bass (1985) juga menyatakan bahwa
pemimpin transformasional meningkatkan kesadaran para pengikutnyaa kanisu-isuetis
dan memungkinkan mereka untuk melihat isu-isu lama dengan perspektif yang baru.
Oleh karena itu, kepemimpinan transformasional dapat didefinisikan sebagai gaya
kepemimpinan yang menginspirasi dan memotivasi pengikutnya untuk mencapai
tujuan yang lebih tinggi dengan mengubah cara pandang mereka terhadap suatu
masalah demi tujuan bersama (Karaca, 2020). Gaya kepemimpinan ini didasarkan
pada pengaruh yang diidealkan, motivasi inspirasional, stimulasi intelektual, dan
perhatian individu pemimpin terhadap pengikut (Hall et al., 2002).
4. Dimensi
Dimensi dari transformasional leadership menurut (Hall et al., 2002) dibagi menjadi
empat yaitu:
1. Idealized influence menggambarkan manajer yang panutan yang patut dicontoh
oleh karyawan. Manajer dengan pengaruh ideal dapat dipercaya dan dihormati
oleh rekan kerja untuk membuat keputusan yang baik yang baik untuk organisasi.
2. Inspirational motivation menggambarkan manajer yang memotivasi karyawan
untuk berkomitmen pada visi organisasi. Manajer dengan motivasi inspirasional
mendorong semangat tim untuk mencapai tujuan peningkatan pendapatan dan
pertumbuhan pasar untuk organisasi.
3. Intellectual Stimulation menggambarkan manajer yang mendorong inovasi dan
kreativitas melalui menantang keyakinan atau pandangan normal dari suatu
kelompok. Manajer dengan stimulasi intelektual mendorong pemikiran kritis dan
pemecahan masalah untuk membuat organisasi menjadi lebih baik.
4. Individual consideration menggambarkan manajer yang bertindak sebagai pelatih
dan penasihat untuk rekan kerja. Manajer dengan pertimbangan individual
mendorong karyawan untuk mencapai tujuan yang membantu karyawan dan
organisasi.