Anda di halaman 1dari 4

5 Tahun Ke Depan

Lima tahun bukanlah waktu yang lama, tetapi waktu yang cukup untuk
sekedar memberikan perubahan besar dalam hidup saya. Misalnya saja lima tahun
lalu, siapa sangka angan-angan bercanda saya dan Ibu setiap kali nilai matematika
saya keluar terwujud. Iya, yang sekarang ini, menjadi mahasiswa kedokteran dan
seorang ‘calon dokter’. Baru saya sadari bahwa terkadang semesta memang
sebaik itu dalam menata takdir seseorang. Setiap harapan, baik yang dibalut
keseriusan maupun candaan ringan, semua ada timbangannya. Kita tidak akan
pernah tahu mana harapan yang akan dikabulkan. Oleh karena itu, saya ingin
mengungkapkan beberapa harapan saya lima tahun ke depan. Siapa tahu semesta
akan mengabulkan beberapa bahkan semuanya.

Dalam lima tahun ke depan saya ingin sumpah dokter dan menjadi seorang
dokter yang legal di mata hukum. Untuk mencapainya, maka saya harus
menyelesaikan S1 saya dalam waktu tiga tahun dan koas dalam waktu dua tahun.
Menyelesaikan S1 dalam waktu tiga tahun bukanlah hal yang mustahil jika dalam
tiga tahun ke depan saya bisa fokus dan bersungguh-sungguh pada studi saya.
Fokus di sini bukan berarti saya harus menjadi mahasiswa yang hanya belajar di
kelas dan mengerjakan tugas. Saya juga harus mulai membangun relasi dan
hubungan yang baik dengan semua orang. Dikarenakan jujur saja, selain berdo’a
supaya menjadi seorang mahasiswa kedokteran di Universitas Padjadjaran, do’a
yang lebih dulu saya haturkan adalah untuk hidup merantau dan memulai
pertemanan baru di kota baru. Dengan membangun relasi yang baik dengan
teman-teman, saya berharap bisa menjalankan studi saya dengan fokus, tanpa
harus menyisihkan sedikit ruang dipikiran tentang hubungan sosial saya yang
selalu berantakan.

Banyak orang bilang, koas adalah momoknya mahasiswa kedokteran. Oleh


karena saya orangnya tidak ingin mengorbankan mental dan kesehatan, maka saya
berharap untuk bisa lulus koas tepat waktu, yakni dua tahun. Untuk lulus dalam
waktu dua tahun, saya perlu tekad dan do’a orang tua. Saya harus menanamkan ke
diri saya bahwa saya sudah berjalan sangat jauh sampai-sampai tidak ada lagi
persimpangan pulang maupun lampu merah perhentian. Saya juga sangat-sangat
berharap pada do’a kedua orang tua saya, karena saya percaya, saya bukanlah apa-
apa tanpa ridho keduanya. Dikarenakan do’a orang tua adalah puncak penguat
saya, saya berharap supaya dalam jangka waktu lima tahun ke depan, keduanya
masih dalam keadaan sehat dan bahagia, sehingga bisa menemani saya untuk
mencapai podium sumpah dokter yang sebenarnya 75% sebagiannya adalah
impian mereka. Semoga bapak, ibu, dan kakak saya bisa melihat saya menjadi
seorang dokter sungguhan. Pada titik itu, keinginan saya hanyalah
membahagiakan keluarga saya dengan mempersembahkan gelar dokter kepada
mereka, kepada tiga orang pendukung terbaik yang Allah kirimkan kepada saya
yang mudah merasa sendirian. Sekian.
10 Tahun Ke Depan

Dalam sepuluh tahun ke depan, saya sudah menjadi seorang dokter.


Harapan yang saya langitkan pada masa ini tidak banyak, hanya dua atau tiga
harapan saja. Sepuluh tahun ke depan, jika ada kesempatan saya ingin mengambil
pendidikan spesialis, pediatri lebih tepatnya. Hal itu karena cita-cita utama saya
disamping menjadi dokter adalah menjadi seorang ibu. Oleh karena impian
menjadi dokter sepertinya sudah bisa tergapaikan, saya berharap untuk menjadi
seorang dokter spesialis anak yang bisa membantu banyak anak-anak manis
dengan segala keluhannya, serta membantu memberi sedikit harapan untuk para
ibu yang buah hatinya sedang tidak baik-baik saja. Tempatnya saya belum tahu,
tetapi saya berharap di universitas berbeda dari Padjadjaran, karena sudah lima
tahun di Jatinangor, jadi saya berharap untuk bisa diberi kesempatan merantau ke
daerah lainnya. Untuk mewujudakn impian saya ini, saya harus belajar lebih giat
untuk kembali lolos ke kampus dan prodi impian, mengulang masa berperang di
SNBT 2023.

Menjadi spesialis anak adalah opsi pertama, lantas jika ternyata saya
belum bisa menggapainya, saya ingin mengambil S2. Banyak kampus yang ingin
saya tuju jika saya diberikan kesempatan untuk S2, tetapi rata-rata di luar negeri.
Waktu studi yang singkat adalah alasan utama saya memberanikan berharap untuk
melanjutkan studi ke luar negeri, sehingga saya tidak terlalu lama berpisah dari
bapak dan ibu. Major yang saya harapkan adalah Global Health Delivery. Banyak
sekali opsi tempatnya, tetapi kandidat utamanya adalah Harvard Medical School.
Untuk mencapai mimpi saya yang satu ini, saya harus giat belajar dan
membuktikan kelayakan saya kepada pihak universitas tujuan.

Dibalik dua opsi harapan tersebut, harapan utama saya selama sepuluh
tahun ke depan adalah untuk membangun keluarga dengan orang pilihan saya.
Sepuluh tahun lagi saya sudah berusia 29 tahun, usia yang cukup matang untung
melanjutkan ke jenjang pernikahan. Lantas, saya juga berharap untuk memiliki
anak di usia ini, supaya jarak usia saya dengan anak saya kelak tidak terlampau
jauh. Usia 29 tahun sepertinya bukanlah usia yang mudah, sehingga saya
membenamkan harapan terbesar untuk saya di usia 29 tahun supaya tetap sehat,
bahagia, dan dicukupkan segalanya oleh Yang Maha Kuasa.

Anda mungkin juga menyukai