Anda di halaman 1dari 4

Detak Nadi

Kala senja sedang bersandiwara,pohon-pohon berayun mengikuti ritme


alunan yang tertera,kicauan sang cendrawasih yang terus berputar mengelilingi
alam yang luas nan berdaya.Suara damai dan tentram yang menyelimuti isi
kepala,begitu syahdunya jagat raya.

Pelita,seorang gadis muda berumur 13 tahun sedang berayun dalam


ayunan pohon rindang di halaman rumahnya.Ayunan yang dibuatkan khusus
untuk dirinya.Untuk menemani isi pikirannya yang kian bertanya-tanya tentang
kehidupan yang akan dihadapinya,dengan sedikit rasa trauma yang berputar
dalam isi pikirannya.’’Apa yang sebenarnya sedang ku takutkan
sekarang?’’,hardik pikirannya kala itu.

Dua tahun yang lalu,tepatnya saat Pelita berumur 11 tahun,Pelita


memiliki seorang teman dekat yang selalu menemaninya dalam ombak
ganasnya dunia,dia bernama Ayodhya.’’Halo Pelita’’,ucap Ayodhya yang sedang
berusaha untuk menyapa anak baru di sekolahnya terebut.’’Oh, halo
juga,perkenalkan aku Pelita’’.Kedua insan tersebut ditakdirkan untuk bisa saling
melengkapi kedepannya.Hari demi hari berlalu,Pelita dan Ayodhya menjadi
teman baik dan sangat periang di sekolahnya.Pelita dengan sifat pendiamnya
dan Ayodhya dengan sifat terbukanya.Bukankah ini adalah sebuah rancangan
khusus yang disiapkan oleh Tuhan agar ciptaannya dapat saling mengerti?

Hari demi hari berlalu,Ayodhya yang akan menyiapkan hadiah ulang


tahun untuk Pelita dan juga bekerjasama dengan Ayah dan Ibu Pelita untuk
membuat kejutan kepada sahabatnya tersebut.Sebelumnya Ayodhya sempat
menanyakan kepada pelita salah satu hal apa yang disukainya.’’Pelita’’,ucap
Ayodhya,’’iya kenapa Ayodhya?’’.’’Apa yang kamu sukai belakangan ini untuk
bisa menenangkan dirimu selain meluapkannya dengan kata dan
menuangkannya dengan tulisan?’’.’’Eummm…..’’.Terdengar suara lirih yang
terdengar dari mulut Pelita.’’Aku sangat suka dengan ketenangan,entah itu
ketenangan yang kudapat saat berbicara denganmu,entah itu ketenangan yang
kudapat saat aku bisa terayun dengan pikiran tenangku ,dan aku juga suka saat
aku bisa bermain ayunan waktu itu’’.
Pada saat itu,Ayodhya berpikir untuk memberinya hadiah ayunan kepada
Pelita.Ayodhya sudah mendapati dimana ia akan memasang ayunan terebut
yang dibantu bersama Orang Tua dari Pelita.Ayodha akan membangunnya di
pohon halaman rumah Pelita yang batangnya kuat.Dibantu dengan Orang Tua
Pelita yang setuju dengan ide sahabat anaknya terebut.Rencana Ayodhya adalah
saat Pelita sedang pergi ke luar kota bersama Ibunya untuk acara tertentu,pada
saat itu juga Ayodhya dan Ayah Pelita menggarap proyek tersebut.Ayodhya
berharap sahabatnya suka akan hadiah yang akan diberikannya
tersebut.Ayodhya berharap nanti bisa bermain ayunan dengan sahabatnya
terebut dengan riang dan penuh suka cita.

Tiba saatnya hari esok.Hari yang telah dinanti oleh Ayodhya,yaitu hari
ulang tahun sahabatnya.Namun Pelita belum kunjung pulang juga yang
mengharuskan Pelita untuk menginap di rumah teman Ibunya untuk satu hari
kedepan.Ayodhya kemudian mengangguk mendengar perkataan Ayah Pelita
untuk mendatanginya lagi esok hari selepas pulang sekolah.’’Nanti saat Pelita
dan Ibunya datang,akan aku suruh untuk lewat halaman belakang ,begitupun
besok juga saat Pelita berangkat sekolah akan ku antar dari hlaman
belakang,jadi kau tak usah khawatir hadiahmu akan diketahui terlebih dahulu
oleh Pelita’’,Ayodhya mengangguk setuju dan berpamitan untuk pulang.

Keesokan harinya,saat Pelita dan Ayodhya sudah di sekolah,mereka


berbincang banyak tentang apa saja yang kemarin Pelita lakukan saat berada di
acara bersama Ibunya tersebut.Tiba-tiba terdengar suara yang sangat keras
‘’DOR’’
Suara keributan memekik dalam lingkup sekolah,semua murid berlarian kesana-
kemari tak beraturan.Hamburan suara teriakan-teriakan histeris melihat ada
beberapa teman mereka yang tergeletak lemas tak berdaya.
‘’HAHAHAH KALIAN SEMUA AKAN MATI’’
Terjadinya pembantaian masal yang terjadi di sekolah itu.Orang-orang yang
sangat bengis dan keji tak enggan untuk membunuh siapapun yang ada di
tempat itu,beberapa murid menjadi sandera yang mengakibatkan pihak berwajib
kesulitan untuk menanganinya.
Pada saat itu juga,Pelita sedang berlarian untuk bisa keluar dari tempat
tersebut.Pelita sangat histeris melihat beberapa teman kelasnya sudah menjadi
mayat dengan beberapa lubang di badannya.Saat orang bengis itu mengetahui
Pelita lari,sontak salah satu orang dari kelompok penjahat tersebut menarik
pelatuk
‘’DOR’’
Pelita menutup mata,berarap yang terjadi adalah bualan pikirannya
semata,namun ia tak bisa menghindarinya karena ini nyata.Terdengar suara
lirih,merintih kesakitan,dan ia rasa itu bukan dirinya.Pelita memberanikan diri
untuk membuka kedua matanya dengan perlahan,dan ia melihat sahabatnya
sendiri melindunginya dan mengorbankan dirinya untuknya.
‘’AYODHYAAA’’,teriakan itu terdengar seolah bumi akan melahapnya
‘’P-Pelita selamatkanlah dirimu,aku akan ada bersamamu,di lubuk
hatimu,terimalah hadiah dariku,aku disini bersamamu’’, rintih Ayodhya’’
Darah yang terus mengucur dari dada Ayodhya,dan detak nadi yang kian
menghilang diiringi dengan kepergian sahabat Pelita tersebut
Pihak berwajib menanganinya dengan beberapa cara agar masalah ini bisa
terselesaikan dan selesai
Suara iringan tangis menyelimuti pikiran orang-orang yang selamat kala
kejadian itu.
Kejadian itu merupakan kejadian kelam yang terjadi di daerah
tersebut,membuat cerita yang keji untuk anak cucu tempat nanti.Tempat
terjadinya sebuah sesuatu yang kerap tak bisa dijelaskan dengan mulut yang
sedang beradu mempertemukan kesejahteraan yang mereka tuju.
1 tahun kemudian
Gemericik mengalir,hari demi hari,minggu demi minggu,bulan demi
bulan.Kejadian itu membuat Pelita kian termenung dalam larutnya kesedihan
yang dialaminya.Melihat sahabatnya sendiri mati di depan matanya untuk bisa
menyelamatkannya.

Pelita menuju keluar rumah dan berhenti di halamannya,melihat pohon


berhiaskan ayunan yang dibuatkan khusus untuk dirinya.Pelita duduk diatas
ayunan itu,sebagai symbol keterikatan akan sahabatnya kala itu.Pengorbanan
yang sahabatnya lakukan,memberikan Pelita arti sebuah ‘apa itu sahabat’.Hujan
mengguyurnya dengan deras kala Pelita sedang berayun.Pohon di atasnya
menari seperti membujuk,angin sepoi menghunjam seperti mengelus kepala
Pelita yang tak tenang dan deras hujan membuat air mata Pelita seolah tak
terlihat,seolah alam juga merasakan kesedihan yang sama atas apa yang Pelita
rasakan.
Sambil terisak,Pelita mengucapkan sebuah kalimat yang terucap dari
mulutnya,sedangkan bibirnya juga terbasahi oleh derasnya hujan.
‘’Aku merindukanmu,Ayodhya’’
‘’Aku tidak takut’’

Anda mungkin juga menyukai