Anda di halaman 1dari 4

Cerita Sufi Kaya Raya dan Seorang Syekh yang Zuhud

Ada sebuah kisah yang diceritakan oleh seorang ulama bahwa di Maroko terdapat
seorang Syekh yang zuhud, giat dan sungguh-sungguh. Dia mengandalkan
hidupnya dari tangkapan hasil laut dengan menyedekahkan sebagian hasil
tangkapannya dan sebagian lagi ia makan.

Pada suatu hari seorang muridnya ingin berkunjung ke salah satu tempat di daerah
Maroko, Syekh tersebut berkata,

“Jika kau datang ke tempat itu, pergilah kepada saudaraku si Fulan, sampaikan
salamku untuknya dan mintalah doa darinya karena dia termasuk wali Allah.”

Kemudian murid itu berangkat dan tiba di tempat itu. Ia lalu menanyakan perihal
orang yang diceritakan oleh sang syekh. Selanjutnya murid itu diperintahkan untuk
mencari sebuah rumah yang hanya layak dihuni oleh seorang raja. Tentu saja murid
itu merasa terkejut.

Setelah mendapatkan informasi tersebut, ia kemudian pergi untuk mencarinya.


Tatkala tiba, murid itu diberitahu bahwa yang ia cari sedang berada di tempat sultan.
Sontak sang murid sangat terkejut. Dan ia semakin tidak menyangka ketika melihat
seorang lelaki yang dimaksud datang dengan kendaraan dan pakaian yang sangat
bagus seperti seorang raja.

Karena kondisi demikian, hampir saja sang murid tidak jadi mengikuti perintah
syekhnya untuk menemuinya dan ingin memutuskan untuk pulang. Tetapi sebelum
itu terjadi, ia berpikkir tidak mungkin mengingkari apa yang diamanatkan oleh syekh.
Lalu ia memberanikan diri meminta izin untuk menemui lelaki yang dicari.

Saat murid itu masuk, ia sangat terkejut melihat budak, pelayan dan perhiasan yang
indah. Setelah bertemu dengannya ia berkata,

“Saudaramu si Fulan titip salam untukmu.”

Kemudian ia menanggapi, “Apa kamu datang dari sisinya?”

Lalu sang murid menjawab “Iya.”

Selanjutnya lelaki itu berkata,

“Jika kau kembali kepadanya, katakan, ‘sampai berapa banyak kau disibukkan
dunia? sampai berapa banyak penghadapanmu pada dunia? kapan kau akan
menghentikan kecintaanmu padanya?’

Setelah kembali dari Maroko, Syekh berkata,

“Apakah kau bertemu dengan saudaraku si Fulan?”

Murid itu menjawab, “Iya.”

Syekh berkata, “Apa yg dia katakan padamu?”

Murid itu menjawab, “Tidak ada.”

Syekh berkata, “Kau harus mengatakannya.”


Maka si murid menuturkan apa yang dikatakan si Fulan. Kemudian Syekh menangis
cukup lama dan berkata,

“Saudaraku si Fulan benar. Dia telah dicuci hatinya dari dunia oleh Allah dan telah
menjadikan dunia berada dalam tangannya, sedangkan aku mengambilnya dari
tanganku dan masih mencarinya.”

zuhud adalah meninggalkan kemewahan duniawi dengan mengharap kebahagiaan


akhirat untuk memperoleh rida Allah SWT.

Bersikap zuhud tidak berarti lantas membenci harta dan menjalani laku hidup
berkekurangan, melainkan tidak terlena terhadap kehidupan dunia.

Berdasarkan dari kisah di atas dapat diambil satu kesimpulan bahwa seorang sufi
atau wali Allah bukan dilihat dari segi zahirnya saja, sebagaimana tokoh sufi yang
kaya itu adalah ahli makrifat (wali Allah) yang memakai pakaian mewah dan tinggal
di mahligai.

Dalam hati Wali Allah itu hanya ada Allah semata-mata sebagai Dzat Wajibul Wujud.
Ia menyaksikan kemewahan yang ia miliki semata-mata sebagai bentuk tajalli sifat
Kebagusan Allah, namun hatinya bersih dari sangkutan dunia.
Dan sebaliknya, ulama atau syekh yang diceritakan di atas, di mana ia fakir dan
miskin namun masih menyimpan dunia di hatinya dan justru dunia itu yang
mengendalikan dirinya dalam beramal ibadah.

Ada beberapa keutamaan apabila kita memiliki sifat zuhud diantaranya;

1. Dicintai Allah dan Manusia


Sikap zuhud seseorang akan membuahkan kecintaan dari Allah dan dari manusia.
Rasulullah menjelaskan hal tersebut dalam hadist berikut:

Dari Sahl bin Sa’ad As Sa’idi, ia berkata ada seseorang yang mendatangi Nabi
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan lantas berkata, “Wahai Rasulullah, tunjukkanlah
padaku suatu amalan yang apabila aku melakukannya, maka Allah akan
mencintaiku dan begitu pula manusia.”

Rasulullah bersabda, “Zuhudlah pada dunia, Allah akan mencintaimu. Zuhudlah


pada apa yang ada di sisi manusia, manusia pun akan mencintaimu.” (HR.Ibnu
Majah).

2. Dimudahkan Urusannya
keutamaan zuhud lainnya berupa kemudahan dalam menjalankan hidup. Rasulullah
bersabda, “Barangsiapa yang (menjadikan) dunia tujuan utamanya maka Allah akan
mencerai-beraikan urusannya dan menjadikan kemiskinan / tidak pernah merasa cukup
(selalu ada) di hadapannya, padahal dia tidak akan mendapatkan (harta benda) duniawi
melebihi dari apa yang Allah tetapkan baginya.

Dan barangsiapa yang (menjadikan) akhirat niat (tujuan utama)nya maka Allah akan
menghimpunkan urusannya, menjadikan kekayaan/selalu merasa cukup (ada)
dalam hatinya, dan (harta benda) duniawi datang kepadanya dalam keadaan rendah
(tidak bernilai di hadapannya)“ (HR.Ibnu Majah, Ahmad, Ad Darimi, Ibnu Hibban).
Dari hadis ini, kita bisa belajar bahwa ambisi terhadap dunia justru akan membuat
kita kesulitan dalam menjalani hidup. Jika kita terlalu terpaku pada dunia, Allah akan
mencerai-beraikan urusan kita, dan membuat kita menjadi manusia yang tidak
pernah cukup.

Sebaliknya, perhatian terhadap akhirat justru akan membuat Allah memudahkan


urusan dalam kehidupan. Bahkan, Allah akan membuat dunia datang padanya
dengan mudah. Allah juga akan membuat hatinya merasa cukup, sehingga
kehidupannya terasa lebih tenang.

3. Memperoleh Rezeki Tanpa Bersusah Payah


Dari hadis tersebut juga, kita bisa memahami bahwa rizki yang diinginkan oleh
seorang manusia akan dibuat mudah, jika seseorang memiliki sikap zuhud dalam
dirinya. Tidak ada yang sulit bagi Allah, termasuk mendatangkan rizki dengan
mudah dan dari arah yang tidak disangka-sangka.

Sebaliknya, orang yang terlalu berambisi pada dunia akan selalu dibuat gelisah oleh
Allah. Allah yang menggenggam hati manusia, dan rizki kita ada di tangan-Nya.
Tidak sulit bagi Allah yang Maha Membolak-Balikkan hati, untuk meniupkan rasa
gelisah yang tak ada habisnya. Allah juga akan membuat ia merasa susah dan
payah dalam mencari rizki, jika perhatian kita hanya tertuju pada dunia.

4. Terlepas dari Penderitaan


Orang yang zuhud adalah mereka yang tidak lagi memiliki hasrat terhadap dunia.
Sikap zuhud akan membuatnya bebas dari penderitaan yang akan menimpa orang
yang terlalu cinta dunia.

Seorang ulama besar, Ibnu Qayyim al Jauziyyah, menjelaskan bahwa ada tiga
macam penderitaan yang akan menimpa orang-orang yang terlalu cinta dunia, yaitu
kekalutan pikiran yang selalu menyertai, kepayahan yang tiada henti, dan
penyesalan yang tidak ada akirnya.

Penyebab penderitaan tersebut adalah karena nafsu terhadap dunia yang tidak ada
habisnya. Ia tidak pernah merasa puas, dan merasa harus selalu mengejar dunia
agar bisa diperolehnya dalam genggaman.

5. Mendapatkan Kekayaan yang Sejati


Keutamaan zuhud selanjutnya adalah menjadikan seseorang mendapatkan
kekayaan yang sesungguhnya. Sejatinya, bukan harta benda yang membuat
seseorang merasa tenang dan merasa kaya, melainkan hati yang kaya.

Sebagaimana sabda Rasulullah, “Bukanlah kekayaan itu dengan banyaknya harta


benda, tetapi kekayaan (yang hakiki) adalah kekayaan (dalam) jiwa“ (HR.Bukhari
dan Muslim).

Kekayaan harta tidak serta merta membuat seseorang bahagia dan tenang, jika
tidak disertai dengan kekayaan hati. Orang yang hatinya kaya adalah yang merasa
cukup dengan rizki yang Allah berikan. Hatinya merasa tenang, karena ia lebih
percaya dengan rizki yang ada di genggaman Allah, dibanding harta yang ada di
genggamannya.
6. Meraih Kebahagiaan Hidup di Dunia dan Akhirat
Orang akan memperoleh keutamaan zuhud berupa kebahagiaan di dunia dan akhirat, karena
di dalam hatinya ada iman yang sangat kuat kepada Allah. Orang yang beriman dan
mencintai Allah akan mendapat kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat. Ada banyak
janji Allah kepada orang yang beriman, seperti doa yang akan dikabulkan, dipenuhi
kebutuhannya, dilindungi dalam kehidupan di dunia dan akhirat, dan sebagainya.

Keutamaan zuhud adalah memiliki posisi paling utama setelah bertakwa kepada
Allah SWT. Pasalnya, zuhud menjadikan seseorang mencintai Allah dengan
segenap hatinya. Dalam hadis riwayat Ibn Majah, Rasulullah SAW bersabda,
"Zuhudiah apa yang ada di dunia, maka Allah akan mencintaimu, dan zuhudiah apa
yang ada di sisi manusia, maka manusia akan mencintaimu."

Adapun, tanda sifat zuhud pada manusia adalah tidak adanya rasa tamak pada
harta orang lain dan justru suka memberi kepada orang lain. Hal ini pun bisa menjadi
faktor keselamatan diri sebab dituliskan oleh Jamal Ma'mur orang yang tidak zuhud
dunia ibarat orang yang mabuk atau tenggelam yang tidak mengetahui jalan karena
lahir dan batinnya sibuk mencari dunia.
Mudah-mudahan Allah senantiasa membiming kita untuk selalu bersikap zuhud
sehingga kita selamat dari tipu daya dunia dan menjadikan Allah sebagai satu-
satunya tujuan dari hidup kita, sehingga kita dapat selamat baik di dunia apalagi di
akhirat. Aamiin

Wallahul muwaffiq ilaa aqwamit thoriq


Walhamdulillahirabbil alamiin
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakaatuh,

Anda mungkin juga menyukai