Anda di halaman 1dari 4

Zuhud Adalah Melupakan Dunia untuk Mencintai Allah SWT

Pahami Tingkatan dan Dalilnya

Zuhud adalah sifat yang dimiliki manusia untuk memandang dunia dan akhirat. Meski
begitu, banyak yang menganggap zuhud adalah upaya melupakan dunia untuk mencintai
Allah SWT saja.
Memang benar sifat zuhud adalah mengesampingkan segala yang berkaitan dengan
duniawi. Hanya saja banyak yang tak memerhatikan tingkatannya. Zuhud memiliki
beberapa tingkatan.
Tingkatan zuhud adalah ada tiga yang dijelaskan Imam Ahmad. Dari ketiga tingkatan ini
bisa disimpulkan bahwa kezuhudan seseorang tidak bisa disamaratakan. Tidak pula
menuntut dan bisa dilakukan sesuai kemampuan.

Zuhud
Zuhud adalah upaya manusia mengalihkan perhatiannya jauh dari dunia. Orang yang
bersikap zuhud adalah mereka yang hanya fokus pada kepentingan akhirat atau surgawinya.
Meski menurut beberapa pendapat juga menyebutkan, zuhud bukan berarti melupakan
dunia.
Jika dilihat secara kasat mata, zuhud adalah praktik yang tak memerlukan harta kekayaan di
dunia. Tak hidup dengan mencari harta kekayaan seperti manusia kebanyakan. Orang yang
zuhud hanya mencari harta seperlunya, asal cukup untuk bertahan hidup di dunia.
Bisa dikatakan, zuhud adalah keputusan melupakan dunia untuk mencintai Allah SWT saja.
Melupakan angan-angan dan hanya melihat dunia dari sudut pandang “tidak
membutuhkannya”. Zuhud adalah mengganggap kecil dunia.

Zuhud Menurut Ahli


Imam Abu Sulaiman Ad-Darani
Zuhud adalah meninggalkan segala sesuatu yang menyibukkan seseorang dari Allah SWT.
Imam Sufyan Ats-Tsauri
Zuhud adalah terbatasnya angan-angan.
Imam Junaidi
Zuhud adalah mengganggap kecil dunia dan menghapus pengaruhnya di hati.
Wahib bin Ward
Zuhud adalah tidak merasa putus asa tatkala harta benda dunia terlepas dari genggaman dan
tidak merasa senang ketika ada perkara dunia yang datang.
Ibu ‘Ajibah
Zuhud adalah terbebasnya hati dari ketergantungan selain kepada Allah SWT.

Tingkatan Zuhud
Menurut Imam Ahmad ada tiga tingkatan zuhud yang bisa dipahami:
1. Orang awam menganggap zuhud adalah meninggalkan keharaman.
2. Orang istimewa (khawash) menganggap zuhud adalah meninggalkan hal-hal yang halal
sekalipun melebihi kebutuhannya.
3. Orang sangat istimewa (al-‘arifin) mengganggap zuhud adalah meninggalkan segala
sesuatu yang mengganggunya untuk mengingat Allah SWT.
Menurut Abdul Mun’im al-Hasyimi dalam bukunya “Akhlak Rasul” yang
diriwayatkan Bukhari dan Muslim, ada lima faktor pemengaruh zuhud:
1. Memikirkan kehidupan akhirat dengan menganggap dunia sebagai ladang akhirat.
2. Menyadari bahwa kenikmatan di dunia bisa memalingkan hari dari mengingat Allah
SWT.
3. Menumbuhkan keyakinan bahwa memburu kehidupan dunia saja sangat melelahkan.
4. Menyadari bahwa dunia sebagai bentuk laknat, kecuali dzikir, belajar, mengajar, dan
pekerjaan yang hanya ditujukan pada Allah SWT.
5. Merasakan dunia dari sudut pandang hina dan godaan yang bisa membahayakan
kehidupan manusia di dunia dan akhirat.
Dalil Zuhud
Al-Qur’an Surat Al-Hadid ayat 23

‫َال فَ ُخو ٍر‬ ۟ ‫س ْو ۟ا َعلَ ٰى َما فَاتَ ُك ْم َواَل تَ ْف َر ُح‬


ٍ ‫وا بِ َمٓا َءاتَ ٰى ُك ْم ۗ َوٱهَّلل ُ اَل يُ ِح ُّب ُك َّل ُم ْخت‬ َ ‫لِّ َك ْياَل تَْأ‬
Likai lā ta`sau 'alā mā fātakum wa lā tafraḥụ bimā ātākum, wallāhu lā yuḥibbu kulla
mukhtālin fakhụr
Artinya:
“(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang
luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya
kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan
diri.”
Tafsir Al-Mukhtashar:
Agar kalian tidak bersedih atas dunia yang luput dari tangan kalian, kalian juga tidak
berbangga dengan apa yang Allah berikan kepada kalian dengan kebanggaan yang
mengandung keangkuhan dan kesombongan.
Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang menyombongkan diri dengan dunia yang
dimilikinya, membanggakannya di depan orang lain. Orang- orang yang sombong itu
adalah orang-orang yang kikir dengan harta mereka, mereka tidak menafkahkannya di jalan
Allah, juga menyuruh orang-orang agar bersikap bakhil dengan menghiasinya bagi mereka.
Barangsiapa berpaling dari ketaatan kepada Allah, ia tidak merugikan kecuali dirinya
sendiri, dan sama sekali tidak merugikan Allah. sesungguhnya Allah Mahakaya, tidak
membutuhkan mahklukNya, juga Maha Terpuji, Pemilik semua sifat yang baik dan
sempurna, serta perbuatan baik yang berhak untuk dipuji karenanya.
Doa Rasulullah SAW
Ibnu ‘Umar pernah mendengar Rasulullah SAW melantunkan doa, “Ya Allah, anugerahkan
kepada kami rasa takut kepada-Mu yang membatasi antara kami dengan perbuatan maksiat
kepadamu dan berikan ketaatan kepada-Mu yang mengantarkan kami ke surga-Mu dan
anugerahkan pula keyakinan yang akan menyebabkan ringan bagi kami segala musibah di
dunia ini.” (HR.Tirmidzi, An Nasa’i, Al Hakim, dan Al Baghawi)

Dalil Zuhud
Al-Qur’an Surat Shad ayat 17

ٌ ‫ٱصبِ ْر َعلَ ٰى َما يَقُولُونَ َو ْٱذ ُك ْر َع ْب َدنَا دَا ُوۥ َد َذا ٱَأْل ْي ِد ۖ ِإنَّ ٓۥهُ َأ َّو‬
‫اب‬ ْ
Iṣbir 'alā mā yaqụlụna ważkur 'abdanā dāwụda żal-aīd, innahū awwāb
Artinya:
“Bersabarlah atas segala apa yang mereka katakan; dan ingatlah hamba Kami Daud yang
mempunyai kekuatan; sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhan).”
Tafsir Kementerian Agama Saudi Arabia:
Hai Rasulullah, bersabarlah atas perkataan mereka yang tidak ingin kamu dengar dan takut
akan mendatangkan azab itu. Dan ingatlah hamba dan nabi Kami, Daud, orang yang
memiliki kekuatan untuk menjalankan ketaatan Allah, dan memiliki kesabaran dan
kekuatan dalam melawan musuh-musuh Allah; dia senantiasa bertaubat kepada Allah dan
menuju apa yang Allah ridhai.
Al-Qur’an Surat Al-A’la ayat 16

‫بَ ْل تُْؤ ثِ ُرونَ ٱ ْل َحيَ ٰوةَ ٱل ُّد ْنيَا‬


Bal tu`ṡirụnal-ḥayātad-dun-yā
Artinya:
“Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi.”
Tafsir Kementerian Agama Saudi Arabia:
Akan tetapi orang-orang kafir tidak mempedulikan kemenangan itu; namun lebih
menginginkan kehidupan dunia. Mereka jauh sekali dari usaha untuk meraih kemenangan,
dan tidak menghiraukan kehidupan akhirat yang kekal. Jika disebutkan kehidupan akhirat
kepada mereka maka mereka akan berpaling darinya, sungguh mereka telah berpaling dari
hal yang lebih baik dan lebih kekal.
Al-Qur’an Surat Al-A’la ayat 17
‫َوٱلْ َءا ِخ َرةُ خَ ْي ٌر َوَأ ْبقَ ٰ ٓى‬
Wal-ākhiratu khairuw wa abqā
Artinya:
“Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.”
Tafsir Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah:
Bersamaan dengan itu, Allah menjelaskan yang tidaklah mereka menjadi (hamba) yang
berhasil kecuali mereka jadikan (keimanannya) memberikan dampak dari kelezatan-
kelezatan fana yang berlalu begitu saja dengan cepat di dunia, dibandingkan dengan akhirat
yang akan datang dan abadi; Mereka menjadikan apa yang menjadikannya berhasil dengan
(meninggikan) keadaan hari akhirat yang mereka tidak banyak berpikir (ragu-ragu) yaitu
dengan (balasan) mendapatkan surga yang lebih utama dibandingkan dunia.

Anda mungkin juga menyukai