CHP 6 AURA
CHP 6 AURA
"Wuhuuu! Air di sungai ini sangat segar!!" teriak Bayu yang muncul dari
dalam sungai bersama Noa dan Maung.
"Hey-hey lihat aku!" teriak Maung yang memanggil dari arah air terjun.
"Aku juga tak mau kalah!" teriak Bayu yang berlari ke arah air terjun
dan mencoba mengikuti Maung.
"Hmm ... Sekarang sudah hampir 7.000 tahun sejak kalian masuk kesini,
nampaknya sudah saatnya." ucap kik Aung dari kejauhan yang sedang
memantau Bayu dan yang lain.
Tiba-tiba tubuh Bayu dan Noa melayang, lalu terbawa ke suatu tempat,
sedangkan Maung yang menyadari jika kik Aung pelakunya memanggil
kik Aung.
"Kakek sialan keluarkau! Apa lagi yang ingin kau lakukan!" teriak Maung
yang terlihat kesal karena mengira kik Aung sedang mempermainkan
mereka semua.
"Hey kik Aung lepaskan kami! Kau mau membawa kami ke mana!"
teriak Bayu sembari meronta-ronta.
-----------
"Apa-apaan ini! Hey kakek sialan jika kau ingin bertarung ayo lakukan
dengan jantan!" teriak Maung yang berada di sebuah tempat yang
sangat gelap.
"Maung, aku sudah tak bisa melindunginya lagi, sekarang hanya kau lah
penerusku, lindungilah penerus tuan kita! Semua yang ku ketahui sudah
ku berikan padamu!" teriak kik Aung yang hanya terdengar suaranya.
Maung pun sadar dan langsung berlari ke arah Bayu dan Noa, tubuhnya
kini sudah bertambah besar dengan otot yang semakin membuatnya
terlihat gagah.
"Ku mohon jangan mati dulu bocah nakal!" teriak Maung yang berlari
semakin cepat.
------------
"Huh! Akhirnya semut itu kalah juga! Makhluk jiwa tingkat Aura
pendekar memang sedikit sulit di hadapi ya." ucap Bayu yang berbaring
di tanah bersama Noa.
"Bayu! Gunakan pil aroma bunga bangkai!" teriak Maung dari kejauhan.
"Sudah lakukan saja!" teriak Maung yang sudah sampai di tempat Bayu
dan Noa.
"Hey lihat badan mu! Kau sudah semakin besar, hahaha pasti seru jika
bisa naik diatasmu." ucap Bayu yang mengelus bulu halus milik Maung.
Terasa tanah bergetar seakan-akan gempa sedang terjadi, dan terlihat
dari kejauhan ada yang datang.
"Sial! Kita terlambat! Lari!" teriak Maung yang berputar dan berniat lari.
"Sial kita sudah terkepung, mustahil bagi kita bisa mengalahkan mereka
semua, cepat serang mereka yang menghadang dan melarikan diri
sebelum Semut Berlian Hijau datang." ucap Maung yang menerjang
Semut Kilat Biru sembari berrlari lurus kedepan.
Bayu dan Noa mengikuti Maung dari belakang, walau serangan mereka
sulit mengenai musuh di depannya karena Semut Kilat Biru selalu bisa
menghindar menggunakan kecepatannya.
"Hey, hey, hey! Ini bercanda kan, kenapa ada makhluk jiwa tingkat Aura
Roh Jiwa di sini!" teriak Bayu yang menunjuk ke arah aura yang sangat
pekat di hadapannya.
"Sial, kenapa jadi begini?!" teriak Bayu yang tersungkur dengan tubuh
penuh dengan luka dan darah.
Tubuh mereka bertiga yang penuh dengan luka dan darah itu terkapar
lemas di tanah, dan saat itu pula muncul lah Ratu Semut Merah Lava,
yang merupakan makhluk jiwa level Aura Roh Jiwa.
******
"Jadi kalian yang membunuh anak ku?" ucap Ratu Semut yang terlihat
sangat marah melewati telepati.
"(Hah ... Ini terasa sangat familiar.)" batin Bayu yang menangis karena
mengingat bibik Mon.
Bayu dan Noa terlihat menangis tanpa bisa apa-apa, ia tak bisa
bergerak sama sekali dan bahkan tak bisa berbicara.
"Ba- bayu, jadikan aku cincin aura jiwamu! Mungkin dengan itu, dengan
itu kita bisa mengalahkan mereka." ucap Maung dengan terbata-bata,
karena memang tubuhnya sudah terlihat sangat hancur.
"Hehe, andai saja aku punya- punya sedikit tenaga untuk itu." jawab
Bayu yang terlihat sudah hampir kehilangan kesadarannya.
"(Sial ini lah akhir dari segalanya!)" batin Bayu yang tubuhnya
menempel di batu besar yang retak karena terhantam tubuhnya
sendiri.
Noa yang melihat tubuh Bayu yang sudah terlihat hancur mencoba
mendekat ke arahnya, ia berjalan pincang sambil menangis karena
melihat kondisi Bayu.
"Hati-hati Noa!" teriak Bayu saat melihat tangan besar yang mirip
seperti sabit mengarah ke arah Noa.
Ratu Semut itu memotong tangan kanan milik Noa dan mengambil
tulang jiwa milik Noa, Noa yang melihat itu mencoba meraih tulang jiwa
itu lagi seakan-akan tak rela tulang jiwa miliknya itu di ambil begitu
saja.
Bayu yang melihat semua itu mencoba bangkit, ia berjalan perlahan ke
arah Ratu Semut dan Noa yang ada di hadapannya, meskipun tubuhnya
sudah tak karuan ia masih memaksakan langkahnya yang terasa sangat
berat.
Terlihat Semut Kilat Biru yang dengan cepat berada di hadapan Bayu,
namun Bayu tak peduli dan tetap mencoba melancarkan serangannya,
saat tinju Bayu hampir mengenai mereka semua, muncul cahaya putih
terang yang membuat para semut di hadapan Bayu termasuk Ratu
Semut terpental.
"Paman Rino?" ucap Bayu yang samar-samar melihat wujud dari sosok
putih tadi.
"Ah! Pantas saja! Rupanya bocah nakal ini belum menjadi cincin untuk
tuan mu ha?!" teriak Rino yang mendekatkan kepalanya ke arah wajah
Maung.
Paman Rino yang sudah beribu-ribu tahun tak terlihat kini muncul
dengan kekuatannya yang sangat dahsyat, ia kini menjadi makhluk jiwa
dengan tingkat Aura Roh Jiwa level 3.000.000 jiwa.
Bayu yang melihat paman Rino tibapun tersungkur di dekat Noa, saat
Noa ingin menolongnya, Bayu memberikan Noa sebuah pil tingkat
tinggi.
"Makanlah, pil ini bisa menumbuhkan lenganmu lagi, ini adalah pil
penyembuh tingkat tinggi meskipun rasanya sangat sakit, tapi sepadan
dengan efeknya yang bisa menumbuhkan tubuhmu.
Terlihat wajah Noa yang seperti tak percaya karena jika ingin membuat
pil tingkat tinggi memerlukan bahan yang cukup langka, ia seperti
bertanya-tanya dari mana Bayu mendapatkan bahan selangka itu.
"Kau terlihat seperti tak percaya ya? Bahan langka itu tak sengaja
menuangkut di rambutku, dan aku baru menyadarinya saat kita berdua
mandi di sungai beberapa tahun yang lalu." ucap Bayu yang
memejamkan matanya dan memberikan pil itu kepada Noa.
"Hey jangan semua, aku bisa overdosis dan malah pingsan karena rasa
pahit kau tahu." ucap Bayu yang membuka matanya dan menghentikan
tangan Noa yang masih berniat menyuapi pil penyembuh.
"Ini barang milikmu, pakailah lagi Noa." ucap Bayu yang memberikan
tulang jiwa tangan kanan ayah Noa kepada adiknya kembali.
"Bayu, kemarilah." ucap Maung yang masih terbaring lemas penuh luka
di tanah.
"Ah maaf ini ku berikan pil penyembuh tingkat menengah, hehe mata
kirimu cocok seperti itu Maung." ucap Bayu yang berjalan pincang ke
arah Maung dengan bantuan Noa.
"Lupakan soal obatnya, jadikanlah aku cincin aura jiwa pertamamu ...
Itu adalah wasiat terakhir dari kik Aung kepada ku." ucap Maung yang
akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya.
Bayu terdiam dan tatapannya terlihat dingin, ia lalu duduk bersila di
dekat Maung, lalu terlihat cahaya berwarna hijau yang seperti dihisap
masuk ke tubuh Bayu.
"Huh jadi ini kah rasanya menjadi cincin jiwa? Aku bisa merasakan
tekad dan kekuatan dari tuan ku, haha entah kenapa di dalam sini
terasa sangat menyedihkan." ucap Maung yang berbicara sendiri di
lautan kesadaran milik Bayu.
"Eh tiba-tiba jadi kecil lagi?" tanya Bayu yang terlihat kaget sampai
terjatuh.
"Wujud ini lebih nyaman kau tahu, baiklah untuk saat ini aku hanya bisa
memberimu satu kemampuan yaitu Cakar Harimau Putih." ucap Maung
yang memberikan kekuatannya ke Bayu.
"Waah! Tanganku berbulu dan terlihat seperti harimau!" ucap Bayu
yang melihat tangannya yang berubah.
"Noa ... Saatnya balas dendam." ucap Bayu yang bersiap untuk berlari
ke arah para semut.
"Ghahaha! Kenapa kalian tak dari tadi saja begitu? Aku yakin kalian
pasti bisa menang kalau begini kan." ucap Rino yang mengejek Bayu
dan Noa.
"Ratunya ku serahkan padamu, dan yang lain biar kami berdua yang
hadapi." ucap Bayu yang berlari menerjang ke arah kawanan semut.
Bayupun menerjang ke kawanan semut di hadapannya, ia kini bahkan
bisa menyerang Semut Kilat Biru dengan mudah meski tadinya ia
terlihat sangat kesulitan untuk menghadapinya.
"Cakar harimau putih!" teriak Bayu yang menyakar udara dan muncul
cakaran yang bergerak ke depan yang membelah apapun di
hadapannya.
Kawanan semut yang awalnya terluhat sangat banyak kini hanya tersisa
Ratu Semut yang sudah terluka parah, Bayupun mendekat ke arahnya
dengan tatapan yang tajam.
"Ini untuk Sahabatku!" teriak Bayu yang mengingat Maung.
Serangan itu membuat semua kaki milik Ratu Semut terputus dan
membuat dirinya tersungkur di tanah.
"Dan ini untuk diriku sendiri!" lanjut Bayu yang menghantam tubuh
Ratu Semut hingga terpental ke arah batu runcing yang menembus
tubuhnya.
"Ku mohon, ampuni aku." ucap Ratu Semut yang sudah tak berdaya.
"Heh, yang satu ini karena kau sudah melukai adik ku!" teriak Bayu yang
menghantam kepala Ratu Semut yang membuatnya hancur.
"Kau harus belajar sedikit menjadi manusia Bayu." ucap Rino yang
suaranya sangat kecil.
"Ha?!" tanya Bayu yang melirik Rino dengan tatapan yang sangat tajam.
Tak lama, muncul tulang jiwa berbentuk seperti keristal yang ukurannya
kecil dari kepala Ratu Semut yang hancur.
"Bayu itu adalah tulang jiwa bertipe mental, itu sangat cocok untukmu
ambillah." ucap Maung yang berada di lautan pikiran Bayu.
Terlihat di jidat bayu kini terdapat tulang jiwa berbentuk keristal tadi,
mata Bayu juga berubah menjadi biru seperti warna keristalnya.
"Mari kita coba kekuatan dari benda ini." ucap Bayu yang mencabut
satu pohon menggunakan kekuatan mentalnya, lalu pohon itu
berputar-putar dan berubah menjadi seperti bor yang melayang di
langit.
Kayu itu, Bayu luncurkan melewati paman Rino dan membuat paman
Rino berkeringat dingin karena terkejut akan kecepatan benda
tersebut, dan ternyata yang Bayu incar adalah beberapa semut yang
tersisa di belakang tubuh Rino.
"Hey! Aku tau kau bertambah kuat tapi jangan sesombong itu bocah
nakal." ucap Rino yang tersenyum kesal.
Merekapun pulang ke gua milik Maung, dan kini hanya Bayu lah yang
bisa berintraksi dengan Maung, mereka semua bersitirahat kecuali Noa,
Noa pergi ke hutan untuk melawan Pohon Akar Emas, ia melakukannya
untuk membuat sepasang tongkat untuk dirinya dan Bayu.
Bayu dan Noa pun naik ke atas tubuh Rino dan bergegas ke Wilayah
Matahari.