Anda di halaman 1dari 4

Cerpen Cinta : Tanpa Kekasih

Setalah genap sebulan aku jadian dengan Bayu, aku semakin yakin kalau aku nggak salah pilih
dan benar-benar sudah menemukan belahan jiwaku, cinta sejatiku, cahaya hidupku, Bayu adalah
segalanya bagiku. Aku mencinta dia dan akan selalu menyayangi dia untuk selamanya. Saat ini
aku merasa puas karena penantian, dan usahaku selama ini berbuah kebahagiaan.

Telah sekian lama aku merasa menanti Bayu menjadi milikku seutuhnya. Akhirnya, cerita
cintaku saat ini sudah happy ending, tingal sekarang aku dan Bayu yang menjalaninya. Dulu
kami sering sekali bertengkar, hanya karena hal-hal kecil, kadang kami sampai ribut nggak
menentu. Dulu sebagai teman, kami memang bukan teman yang cocok, kami saling menjatuhkan
dan saling membenci. Tapi sekarang, benar kata orang-orang, kalau kamu membenci seseorang
janganlah kamu sampai terlalu, dan hasilnya sekarang perasaan itu menjadi kebalikan bagi aku
dan Bayu, justru kami sekarang saling mencintai dan menyayangi. Tapi yang jelas, aku juga
nggak mau kehilangan Bayu, aku takut juga kalau aku terlalu mencintai dan menyayangi dia,
bisa jadi aku dan dia akan terpisahkan.

“Hei Ela, kamu lagi ngapain? aku kangen deh sama kamu..”
“Halo Bayu, kan baru kemarin kita ketemu, kamu gimana sih?”
“Ela, kamu baik-baik ya di sana, jaga diri kamu dan jangan pernah lupakan aku ya sayang.”

“Kamu ngomong apa sih Bayu? Kamu ngigau ya?”


“Nggak, maksud aku yah kamu jangan macam-macam di sana, kan di kampus kamu banyak
banget tuh cowok-cowok keren, ntar ada yang godain kamu lagi, trus kamu lupain aku.”
“Ha-ha.....ha-ha.... ya nggak dong sayang, aku nggak akan tergoda sama cowok-cowok di
kampus ini, nggak ada yang kayak kamu di sini, dan yang aku mau tuh cuma kamu seorang.”

“Hei, kamu udah pintar ngegombal yah, siapa yang ajarin, ayo ngaku?”
“Bayu, kamu apaan sih?! Udah deh, aku mau kamu kasih aku kepercayaan untuk berteman
dengan teman-temanku. Asal kamu tau aku berterima kasih banget selama ini sama Tuhan
karena aku udah bisa memiliki kamu.”
“Iya Ela, dan asal kamu tau juga cintaku lebih besar dari yang pernah kamu bayangkan selama
ini.”

Satu hal inilah yang selalu ditakutkan Bayu, dia selalu bilang aku akan tergoda oleh cowok-
cowok di kampus, sementara aku nggak begitu? Justru akulah yang paling takut Bayu yang akan
berpaling dariku, dia akan pergi meninggalkanku selamanya, dan cintanya hilang untukku. Bayu
sekarang kerja di salah satu perusahaan asing terkemuka di kota ini, sebagai cowok kalau kita
melihatnya dengan kesan pertama, dia adalah cowok yang diimpi-impikan semua cewek, karena
Bayu punya segalanya, dengan modal wajah yang tampan, prilaku yang baik, kerja yang mapan,
akupun takut dia akan pergi dariku, kalau seandainya ada cewek yang lebih menarik dariku, lebih
sederajat dengan dia.

Bayu menggenggam tanganku erat sekali, aku merasakan kenyamanan saat dia memegang
tanganku. Aku merasakan cintanya begitu kuat untukku. Saat kami masuk ke sebuah toko buku,
Bayu bilang dia akan membelikan aku sebuah buku sastra yang dulu sudah pernah dibacanya dan
sekrang dia ingin aku juga membaca buku itu. Setelah Bayu membayar buku tersebut, Bayu
langsung menyerahkannya padaku. Aku kaget membaca sinopsisnya, ternyata buku itu berisi
tentang kekuatan cinta yang tulus, yang akhirnya terpisahkan oleh maut, dan bagaimana sakitnya
hati seorang kekasih saat menghadapi peristiwa kematian itu.

“Bayu, kenapa kamu kasih aku buku kayak gini?”


“Ela, aku pengen banget kamu baca buku ini, karena kalau kamu baca buku ini, kamu bakal lebih
mengerti lagi apa itu cinta sejati, kamu akan merasakan betapa sangat berartinya orang yang
mencintai kamu, pokoknya ceritanya bagus deh, kamu pasti nggak bakalan nyesal kalau baca
buku ini, dan setelah membacanya, aku juga yakin kamu akan semakin sayang sama aku, he-he...
he-he ...”
“Ih, kamu!! Ke-GR-an banget sih kamu, masa cuma gara-gara baca buku ini aku bisa semakin
sayang sama kamu.”

“Eh, benaran, percaya deh sama aku. Kalau nggak, ntar kamu boleh musuhin aku lagi deh kayak
dulu.”
“Bayu!! Kamu ngomong apaan sih, ya udah-udah, aku baca bukunya, kamu kira aku bakalan
senang yah kalau kita musuhan lagi.”
Bayu aneh sekali hari ini. Tadi siang dia ngomong yang nggak-nggak di telpon, dan malam ini
dia juga menyuruhku membaca buku yang isinya aneh, tentang kematian. Tiba-tiba saja
jantungku berdegup kencang, kata kematian terasa terngiang-ngiang di telingaku. Entah kenapa
aku semakin ketakutan, takut akan kematian, takut akan kehilangan. Peganganku semakin aku
kuatkan ke pinggang Bayu, aku peluk pungungnya dan aku sandarkan wajahku ke sana. Aku
merasakan lagi kalau aku bersama Bayu, saat ini mungkin Bayu sedang tersenyum karena dia
merasakan cintaku besar untuknya.
Sambil mengenderai motornya, sesekali dia menoleh ke belakang untuk melihatku, Bayu seperti
orang yang was-was. Aneh, di sepanjang jalan aku terus kepikiran. Dan akhirnya bunyi keras dan
goncangan hebat membuat aku kaget, nggak hanya goncangan, tapi sakit yang luar biasa di
kepalaku, aku merasakan pusing serasa dunia ini berputar sangat kencang sekali, penglihatanku
kabur, aku berusaha untuk menyadarkan diriku sendiri, apa yang sebenarnya terjadi. Tiba-tiba
aku melihat Bayu yang sedang tidur di jalanan, samar-samar aku melihat dia seolah-olah tidur
nyenyak, aku merasa mimpi, mana mungkin Bayu tidur di jalan, perasaan baru tadi aku
boncengan dengan dia. Aku berjalan mendekati dia, tapi orang-orang yang ramai lebih dulu
menghampiri dia, aku semakin kesakitan, aku nggak kuat lagi dan akhirnya yang aku lihat hanya
kegelapan.

“Ela, kamu nggak apa-apa sayang, ini Mama.”


Aku pandangi wajah Mama. Dia seperti orang yang ketakutan, aku melihat sekelilingku, tiba-tiba
aku baru sadar, selintas kejadian tadi malam teringat lagi olehku.
“Ma, Bayu mana? Dia baik-baik aja kan?”
“Ela, nanti aja, kamu istirahat dulu, kamu masih sakit sayang.”
“Nggak Ma, Ela nggak merasa sakit apa-apa, sekarang Ela mau lihat Bayu, dimana dia Ma?”
“Ela, luka kamu belum kering betul, tadi kamu terus-terusan ngigau kalau kamu ngerasain sakit.”
“Ma, Ela nggak ngerasa sakit, benaran, nggak tau kenapa Ela ngerasa sehat dan kuat Ma,
sekarang pokoknya Ela mau ketemu Bayu, pasti saat ini dia butuhin Ela banget.”
“Ela, saat ini Bayu nggak butuh siapa-siapa lagi, dia udah aman Ela, dia udah tenang di sana,
sekarang udah bahagia dengan kehidupannya sendiri, ada yang menjaga dia di sana.”
“Apa? Apa Ma, maksud Mama? Mama bohong!! Ela nggak percaya, nggak mungkin, nggak
mungkin itu terjadi sama Bayu, dia udah janji Ma nggak akan pernah ninggalin Ela, dia sayang
Ela, Ela sayang Bayu Ma .... nggak, nggak mungkin....

Teriakanku membuat semua suster datang ke tempatku, mereka berusaha menenangkanku, tapi
aku nggak bisa, air mataku mengalir terus tiada hentinya, salah seorang suster baru saja akan
memberiku suntikan penenang, tapi cepat-cepat aku elakkan.
“Tolong jangan suster, saat ini aku nggak butuh itu, aku hanya ingin menangis, aku nggak rela,
aku marah sama Bayu, kenapa dia berani pergi ninggalin aku, padahal dulu dia udah janji nggak
akan pernah pergi dariku, tapi kenapa Bayu bohong, kenapa sekarang justru dia pergi selamanya,
dan aku tau dia nggak akan pernah kembali lagi kan untukku? Kenapa kamu tinggalin aku
Bayu?”

“Ela, ini udah takdirnya, waktu Bayu udah habis di dunia, kamu jangan pernah marah sama Bayu
sayang. Kamu harus yakin kalau sekarang Bayu udah bahagia di sana.”
“Ma, kenapa justru Bayu, kenapa buka Ela aja yang ada di sana? Ela mau kok Ma,
Menggantikan Bayu, karena Ela sayang sama Bayu Ma, atau biarkan Ela untuk bersama dia
sekarang, Ela pengen menyusul dia Ma, Ela nggak mau hidup di dunia ini tanpa dia, percuma
Ma, percuma kalau nggak ada Bayu di sini, hidup Ela nggak ada arti apa-apa.”

Dengan cepat suster-suster itu memegang seluruh tubuhku, dan sesaat kemudian aku tertidur, di
alam mimpi Bayu datang padaku. Dengan pakaian yang serba putih Bayu tersenyum padaku, dia
berjalan mendekatiku, dia kelihatan senang sekali, seolah-olah dia mendapatkan kebahagiaan
yang baru, yang tiada duanya di dunia, melihat Bayu terus-terusan tersenyum, rasanya aku ingin
sekali ikut bersama dia, ikut merasakan kebahagiaan yang dia rasakan saat ini. Aku berusaha
memeluknya dan menggenggam tangannya, dia membalas pelukanku, dia mendekapku, kembali
aku meerasakan kenyamanan bersamanya, aku merasakan dia memberiku kekuatan, ketegaran,
dia membelai rambutku dengan penuh rasa sayang, tapi pelan-pelan dia melepaskanku, dia justru
menjauh dariku, semakin jauh, jauh dan hilang dari penglihatanku.

Saat aku sadar, aku menangis lagi, aku bukan menangis karena menahan sakit pada kepalaku,
tapi aku menangis karena hatiku yang terasa amat sakit. Sekarang dunia bagiku terasa kelam,
hujan nggak hanya membasahi bumi, tapi hujan membasahi kehidupanku, hatiku seolah-olah
nggak berhenti menangis, menangisi orang yang telah pergi untuk selama-lamanya, dia nggak
akan pernah kembali lagi.

Tiba-tiba mataku tertuju pada buku yang ada di atas meja, aku baru ingat kalau itu adalah buku
yang dibelikan Bayu kemarin. Aku buka satu demi satu halaman buku itu, beberapa menit
kemudian aku tenggelam dalam ceritanya. Aku menangis membaca buku itu, sekilas aku seolah-
olah melihat wajah Bayu tersenyum di langit yang mendung di luar sana.

Entah kenapa sekarang aku kembali merasakan kekuatan itu, kekuatan cinta yang diberikan oleh
Bayu, aku merasakan dia ada di dekatku, merangkulku, menenangkanku, aku dapat merasakan
cinta dan sayangnya. Bayu, aku sangat mencintai dan menyayangi kamu, aku yakin kamu
bahagia di sana, walaupun kamu sudah pergi dari kehidupanku, tapi kamu nggak akan pernah
pergi dari hatiku, kamu abadi untukku, Bayu. Aku akan buktikan, kematianmu nggak akan
pernah mengakhiri cintaku.***

Karya: Eka Fransiska

Anda mungkin juga menyukai