Anda di halaman 1dari 10

P-ISSN : 2549-3043

E-ISSN : 2655-3201

PENGARUH SUBSTRAT YANG BERBEDA TERHADAP PEMIJAHAN IKAN


MAS KOKI ORANDA (Carrasius auratus Linnaeus)

Khairani Laila 1), Junita Purwasih2)


1,2)
Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian
Universitas Asahan
Email : khairanilayla@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan subtrat yang dapat
mempengaruhi jumlah fekunditas ikan mas koki oranda (Carassius auratus Linnaeus), serta
untuk mengetahui pengaruh substrat yang berbeda terhadap daya tetas telur dan kelangsungan
hidup larva ikan mas koki oranda (Carassius auratus Linnaeus). Penelitian ini dilakukan pada
Bulan Juli bertempat di Laboratorium Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas
Asahan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 (lima)
perlakuan dan 5 (lima) kali pengulangan. Perlakuan pada penelitian ini meliputi A1 (eceng
gondok), A2 (kiambang), A3 (apu – apu), A4 (serat ijuk), dan A5 (tali rafia). Dari hasil
penelitian diperoleh bahwa Fekunditas tertinggi terdapat ada perlakuan A1 (Eceng Gondok)
dengan jumlah 3420 butir telur. Daya tetas tertinggi terdapat pada perlakuan A1 (eceng gondok)
yang mencapai 71,86%. Dan tingkat kelangsungan hidup larva tertinggi terdapat pada perlakuan
A1 (eceng gondok) sebesar 79,79%.

Kata kunci : Ikan mas koki oranda, Substrat, Fekunditas, Daya Tetas, Kelangsungan Hidup

ABSTRACT

This research aims to determine the influence of kind subtrates use that can affect the amount of
fecundity of the chef Oranda (Carassius auratus Linnaeus), as well as to know the influence of
different substrates on the power of egg incubator and continuity Live the larva of the Goldfish
Chef Oranda (Carassius auratus Linnaeus). The research was conducted in July in the water
cultivation Laboratory of the Faculty of Agriculture University of Asahan. This study uses a
Completely Randomized Design (CRD) with 5 treatment and 5 repetitions. The treatments in
this study include A1 (Eichornia crassipes), A2 (Salvinia molesta), A3 (Pistia stratiotes), A4
(fiber-palm), and A5 (Rafia rope). From the results of the study obtained that the highest
Fekundity there is the treatment A1 (Eichornia crassipes) with the amount of 3420 eggs. The
highest incubator power is at the treatment of A1 (Eichornia crassipes) which reaches 71,86%.
And the survival rate of the highest larva is at the treatment of A1 (Eichornia crassipes) by
79,79%.

Keywords: Carrasius auratus Linnaeus, Substrate, Fecundity, Hatching Rate, Survival Rate

I. PENDAHULUAN China disebut dengan hon mao tze. Di


Latar Belakang Indonesia koki oranda ini lebih di kenal
Ikan mas koki oranda (Carassius dengan nama mas koki penser. Ikan mas
auratus Linnaeus) adalah jenis mas koki koki oranda memiliki ciri adanya tonjolan-
yang sangat terkenal di seluruh dunia tonjolan menyerupai buah berry (raspberry)
karena kecantikannya. Di Jepang koki yang membungkus kepalanya. Tonjolan-
oranda dikenal sebagai shishigashira, di tonjolan kepala (dikenal dengan sebutan

Jurnal Pionir LPPM Universitas Asahan Vol. 6 No.2 Mei 2020 319
P-ISSN : 2549-3043
E-ISSN : 2655-3201

wen) ini membungkus hampir seluruh II. METODE PENELITIAN


bagian kepala, kecuali mata dan mulut. Waktu dan Tempat
Sampai saat ini pemijahan ikan mas Pelaksanaan penelitian ini
koki oranda tingkat keberhasilan dilakukan pada bulan Juli 2019 bertempat
pemijahannya masih rendah. Kegagalan ini di Laboratorium Budidaya Perairan
dipengaruhi beberapa faktor yaitu Fakultas Pertanian Universitas Asahan.
kegagalan persiapan induk yang benar-
benar matang gonad dan siap dipijahkan Alat dan Bahan
dan kegagalan dalam merangsang induk Alat
ovulasi, sehingga pemijahan yang Alat yang digunakan pada
dilakukan tidak maksimal. penelitian ini dapat dilihat pada tabel di
Tanaman sebagai substrat pelekat bawah ini:
telur memegang peranan penting dalam Tabel 1. Alat Yang Digunakan Pada
keberhasilan pemijahan mas koki oranda. Penelitian
Syarat utamanya adalah akar harus panjang No Alat Unit Fungsi
dan menggantung dalam air. Selain itu, 1 Aquarium 25 Wadah pemeliharaan
perakaran tanaman harus lentur dan lembek 2 Timbah 2 Wadah sementara
agar tumbuh induk tidak terluka. untuk induk yang
Berdasarkan latar belakang diatas selesai pemijahan
penulis tertarik untuk melakukan penelitian 3 Tanggok 1 Untuk memindahkan
dengan judul “Pengaruh Substrat Yang induk yang selesai
Berbeda Terhadap Pemijahan Ikan Mas memijah
Koki Oranda (Carrasius Auratus Linnaeus). 4 Selang 5 Menyipon dan mengisi
air dalam aquarium
Tujuan Penelitian 5 Aerasi 5 Penyuplai oksigen
Tujuan dari penelitian ini adalah terlarut
untuk mengetahui substrat yang dapat 6 Timbangan 1 Penimbang berat
mempengaruhi tingkat ovulasi ikan mas Analitik bahan uji
koki oranda (Carassius auratus Linnaeus), 7 pH meter 1 Alat ukur pH
serta untuk mengetahui pengaruh substrat 8 DO meter 1 Alat ukur DO
yang berbeda terhadap daya tetas telur dan 9 Penggaris 1 Mengukur panjang
kelangsungan hidup larva ikan mas koki induk ikan
oranda (Carassius auratus Linnaeus). 10 Kertas 1 Mencatat hasil
penelitian
Hipotesis 11 Pulpen 1 Alat tulis untuk hasil
Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian
penelitian ini adalah: 12 Kamera 1 Sebagai dokumentasi
H0 : Tidak ada pengaruh pemberian pribadi
substrat yang berbeda terhadap 13 Loyang 5 Wadah penghitungan
tingkat ovulasi dan daya tetas telur
serta kelangsungan hidup larva Sumber : Dokumen Pribadi
ikan mas koki oranda (Carassius
auratus Linnaeus). Bahan
H1 : Ada pengaruh pemberian substrat
yang berbeda terhadap tingkat Bahan yang digunakan pada
ovulasi dan daya tetas serta penelitian ini dapat dilihat pada tabel di
kelangsungan hidup larva ikan bawah ini:
mas koki oranda (Carassius
auratus Linnaeus).

Jurnal Pionir LPPM Universitas Asahan Vol. 6 No.2 Mei 2020 320
P-ISSN : 2549-3043
E-ISSN : 2655-3201

Tabel 2. Bahan Yang Digunakan Pada Penelitian

No Bahan Unit Fungsi


1 Ikan mas koki oranda 50 ekor Sebagai hewan uji
2 Eceng gondok Secukupnya Sebagai media penempel telur
3 Kiambang Secukupnya Sebagai media penempel telur
4 Apu – apu Secukupnya Sebagai media penempel telur
5 Ijuk Secukupnya Sebagai media penempel telur
6 Tali Rafia Secukupnya Sebagai media penempel telur
7 Air Secukupnya -
8 Kalium Permangat Secukupnya Sebagai cairan pembersih jamur
pada substrat dan aquarium
Sumber : Dokumen Pribadi

Metode Penelitian Prosedur Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode 1. Persiapan Sarana Pemijahan
eksperimen. Metode eksperimen yaitu Pemijahan dilakukan pada
mempertemukan induk jantan dan induk akuarium berukuran 40 cm x 60 cm x 40
betina yang sudah matang gonad dalam satu cm dilengkapi dengan substrat yang
wadah pemijahan. berbeda sebagai tempat menempelkan telur.
Rancangan yang digunakan dalam Suhu optimal pemijahan 22 – 260 C dengan
penelitian ini adalah Rancangan Acak pH 6 – 7.
Lengkap (RAL). RAL digunakan bila Sebelum memulai pemijahan
media atau bahan percobaan seragam terlebih dahulu bersihkan aquarium yang
(Kusningrum, 2008). Penelitian ini akan digunakan sebagai tempat pemijahan
dilakukan dengan 5 kali perlakuan, dan 25 menggunakan air bersih, lalu aquarium
kali ulangan. yang di isi air diberi larutan PK (Kalium
Adapun rumus mencari ulangan Permangat) dan diamkan selama satu
yaitu: ( t – 1 ) ( r – 1 ) ≥ 15 (Hanafiah, malam. Aquarium yang telah di rendam
2009). dengan larutan PK dibersihka dengan
(t–1)(r–1) ≥ 15 menggunakan air bersih, kemudian
(5–1)(r–1) ≥ 15 keringkan, setelah itu isi aquarium dengan
4r – 4 ≥ 15 air setinggi 25 cm.
4r ≥ 15 + 4 = 19 Setelah aquarium selesai
r ≥ 19 / 4 = 4,75 = 5 dibersihkan, siapkan substrat yang akan
Rancangan Susunan Wadah Penelitian digunakan dalam pemijahan yaitu eceng
A3.5 A3.3 A5.2 A1.4 A3.1 gondok, kiambang, apu – apu, serat ijuk
A2.2 A2.1 A1.5 A4.3 A5.3 dan tali rafia. Sebelum dimasukkan
A3.2 A1.1 A4.2 A4.5 A2.3 kedalam wadah pemijahan (aquarium)
A4.1 A3.4 A1.3 A1.2 A5.4 substrat – substrat yang digunakan harus
A5.1 A2.4 A5.5 A2.5 A4.4 dicuci terlebih dahulu dengan menggunakan
PK agar telur yang menempel pada substrat
Keterangan : tersebut tidak berjamur. Setelah selesai
Perlakuan A1 = Eceng Gondok dicuci sampai bersih, dan substrat siap
Perlakuan A2 = Kiambang dimasukkan kedalam wadah pemijahan.
Perlakuan A3 = Apu – apu
Perlakuan A4 = Serat Ijuk 2. Pemilihan Induk
Perlakuan A5 = Tali Rafia Pemilihan induk mas koki oranda
harus selektif, yang mana induk tersebut
harus siap mijah. Dimana ciri-ciri koki
oranda jantan yang siap memijah yaitu
sudah saling mengejar dan menggangu koki

Jurnal Pionir LPPM Universitas Asahan Vol. 6 No.2 Mei 2020 321
P-ISSN : 2549-3043
E-ISSN : 2655-3201

lainnya. Ciri lainnya adalah keluarnya 4. Pemeliharaan Larva


cairan mani berwarna putih seperti santan Setelah telur menetas dan menjadi
atau susu dari lubang pengeluarannya. larva, pada umur 1 – 3 hari larva ikan mas
Cairan ini akan keluar jika perut koki koki oranda (Carrasium auratus Lineaus)
sedikit ditekan kearah lubang pengeluaran. tidak perlu diberi makan, karena masih
Keluarnya cairan ini merupakan pertanda memiliki cadangan makanan. Memasuki
bahwa sel kelamin koki telah matang hari ke – 4 larva diberi makan kutu air yang
sehingga siap dipijahkan. Ciri – ciri koki telah disaring karena larva masih lemah,
oranda betina yang siap memijah adalah belum aktif, dan alat pencernaannya belum
perutnya teras empuk dan lembek saat terbentuk sempurna.
diraba. Jika perutnya terasa keras, berarti
telur koki belum matang. Ciri lainnya, perut III. HASIL DAN PEMBAHASAN
koki akan tampak membesar, lubang
kelamin membengkak dan berwarna A. Hasil
kemerahan, serta telur mudah keluar jika 1. Fekunditas
perut koki sedikit ditekan. Setelah mas koki Fekunditas merupakan jumlah telur yang
oranda berumur 6-7 bulan, pemijahan mulai telah matang gonad dan akan dikeluarkan
dapat dilakukan. pada waktu pemijahan. Fekunditas ikan mas
koki oranda (Carrasius auratus Linnaeus).
3. Pemijahan Induk
Setelah akuarium pemijahan siap
digunakan dan bakalan induk dipilih,
Jumlah Telur (butir)

pindahkan bakalan induk kedalam akuarium


pemijahan. Pemijahan dilakukan secara
alami dengan rasio betina dan jantan 1 : 1.
Proses perkawinan berlangsung dengan
diawali oleh seekor pejantan mengikuti
betina dan saling bergantian menggesek-
gesekkan siripnya ke organ reproduksi
betina. Betina yang terangsang akan segera
mengelilingi substrat dan melepaskan Perlakuan
telurnya. Telur yang melekat pada substrat
Keterangan:
segera dibuahi oleh pejantan. Ukuran telur
A1 : Eceng Gondok
berkualitas sekitar 0,8-1,3 mm. Pemindahan
A2 : Kiambang
induk ini sebaiknya dilakukan pada sore
A3 : Apu - apu
hari karena pada malam harinya ikan mas
A4 : Serat Ijuk
koki oranda akan memijah dimana ikan mas
A5 : Tali Rafia
koki jantan akan mengejar-ngejar koki
betina sambil sekali-sekali menyentuh
Gambar diatas menunjukkan bahwa jumlah
bagian belakang betina. Jika kondisi
telur ikan mas koki oranda (Carrasius
demikian terjadi, itu berarti pemijahan akan
auratus Linneaus) yang terbanyak terdapat
terjadi. Pada pagi harinya koki betina akan
pada perlakuan A1 (Eceng Gondok) dengan
membalikkan tubuhnya sembil melepaskan
jumlah 3420 butir telur, diikuti perlakuan
telur, sedangkan koki jantan segera akan
A2 (Kiambang) sebanyak 1380 butir telur,
melepaskan sperma untuk membuahinya.
kemudian A4 (Serat Ijuk) sebanyak 1120
Telur koki bersifat adhesif, yaitu akan
butir telur, disusul A5 (Tali Rafia) sebanyak
menempel dibenda lain yang telah
1000 butir telur dan A3 (Apu – apu)
disediakan sebagai substrat pelekatan telur.
sebanyak 490 butir telur yang merupakan
Telur yang dihasilkan satu pasang induk
perlakuan yang terendah.
koki dapat mencapai 1000-2000 butir.
Hasil analisis variansi (ANOVA)
menunjukkan bahwa Fhitung> Ftabel
(1,650>2,87) H0 ditolak H1 diterima, yang
Jurnal Pionir LPPM Universitas Asahan Vol. 6 No.2 Mei 2020 322
P-ISSN : 2549-3043
E-ISSN : 2655-3201

berarti bahwa ada pengaruh nyata 3. Kelangsungan Hidup (Survival


(siginifikan) pemberian substrat yang Rate)
berbeda terhadap fekunditas ikan mas koki Survival Rate adalah jumlah larva
oranda (Carrasius auratus Linnaeus). yang hidup hingga akhir pengamatan
penelitian. Hasil dari Survival Rate ikan
2. Derajat Penetasan (Hatching Rate) mas koki oranda (Carrasius auratus
Hatching Rate adalah persentasi Linnaeus.
jumlah telur yang telah menetas dari jumlah
telur yang telah terbuahi. Derajat penetasan

Survival Rate (%)


telur ikan mas koki oranda (Carrasius
auratus Linnaeus).
Derajat Penetasan(%)

Perlakuan
Keterangan
A1 : Eceng Gondok
A2 : Kiambang
Perlakuan A3 : Apu - apu
Keterangan A4 : Serat Ijuk
A1 : Eceng Gondok A5 : Tali Rafia
A2 : Kiambang
A3 : Apu - apu Dapat dilihat bahwa tingkat
A4 : Serat Ijuk kelangsungan hidup larva ikan mas koki
A5 : Tali Rafia oranda (Carrasius auratus Linneaus) yang
tertinggi terletak pada perlakuan A1 (Eceng
Dapat dilihat bahwa persentase Gondok) dengan nilai persentase 48,46%,
penetasan telur ikan mas koki oranda diikuti oleh perlakuan A5 (Tali Rafia)
(Carrasius auratus Linneaus) tertinggi dengan nilai persentase 44,75%, lalu diikuti
terlihat pada perlakuan A1 (Eceng Gondok) oleh perlakuan A2 (Kiambang) dengan nilai
dengan nilai 56,57%, diikuti perlakuan A5 persentase 42,51%, kemudian diikuti oleh
(Tali Rafia) dengan nilai 54,30%, lalu A2 perlakuan A4 (Serat Ijuk) dengan nilai
(Kiambang) dengan nilai 54,28%, serta A4 persentase 41,42% dan untuk perlakuan
(Serat Ijuk) dengan nilai 49,02% dan terendah yaitu terdapat pada perlakuan A3
persentase penetasan telur terendah terletak (Apu-apu) dengan persentase 30,49%.
pada perlakuan A3 (Apu-apu) dengan nilai Hasil analisis variansi (ANOVA)
45,51%. menunjukkan bahwa Fhitung> Ftabel
Hasil analisis variansi (ANOVA) (1,770>2,87) H0 ditolak H1 diterima, yang
menunjukkan bahwa Fhitung> Ftabel berarti bahwa ada pengaruh nyata
(2,528>2,87) H0 ditolak H1 diterima, yang (siginifikan) pemberian substrat yang
berarti bahwa ada pengaruh nyata berbeda terhadap kelangsungan hidup ikan
(siginifikan) pemberian substrat yang mas koki oranda (Carrasius auratus
berbeda terhadap derajat penetasan ikan Linnaeus).
mas koki oranda (Carrasius auratus
Linnaeus), dapat dilihat pada Lampiran 2. 1. Kualitas Air
Pengukuran kualitas air yang
dilakukan selama penelitian meliputi
Jurnal Pionir LPPM Universitas Asahan Vol. 6 No.2 Mei 2020 323
P-ISSN : 2549-3043
E-ISSN : 2655-3201

pengukuran suhu, pH dan DO. Pengamatan diduga karena akar yang menjulur ke
kualitas air diambil pada saat proses bawah, rimbun, lentur, halus, dan
pemijahan, penetasan sampai ukuran larva. menggantung di dalam air memudahkan
Pengamatan kualitas air ini dilakukan pada induk untuk menempelkan telur-telurnya
waktu pagi dan sore hari. Dilakukan selama sehingga jumlah telur yang jatuh ke dasar
4 hari penelitian. akuarium dapat berkurang. Selain itu
Berdasarkan proses pengukuran substrat eceng gondok (E. crassipies) tidak
kualitas air menunjukkan bahwa kisaran menyebabkan terjadinya luka-luka pada
suhu pada seluruh perlakuan hampir sama tubuh induk ketika bergerak menempelkan
yaitu 25 – 30)0 C, begitu juga dengan DO telurnya pada substrat (Marbun, 2014).
4,50 – 6,24 ppm dan pH yakni berkisar 6,5 Menurut Kjakson dalam Fajrin
– 7,25. (2012) kebiasaan memijah ikan adalah ikan
jantan yang secara aktif mengejar ikan
Pembahasan betina dan membawa ikan betina kepada
1. Fekunditas substrat yang telah dibersihkan ikan jantan,
Persiapan pemijahan ikan mas koki kemudian ikan betina akan melemparkan
oranda (Carrasius auratus Linnaeus) telur kepada substrat yang sudah bersih dan
dilakukan pada sore hari. Mula – mula lebih padat, lalu ikan jantan mengeluarkan
induk jantan dimasukkan dahulu, beberapa sperma untuk membuahi telur yang sudah
menit kemudian menyusul induk betina. lengket di substrat.
Kemudian pada malam hari induk – induk Penggunaaan Kiambang pada
akan berkejar-kejaran dan diakhiri dengan perlakuan A2 sebagai substrat penempel
keluarnya telur dan dibuahi oleh induk telur memiliki fekunditas tertinggi kedua.
jantan. Keesokan harinya induk ikan mas Hal ini disebabkan karena substrat
koki oranda (Carrasius auratus Linnaeus) kiambang hampir mirip seperti substrat
harus dipindahkan, karena mereka akan eceng gondok. Dimana substrat ini juga
memakan telur – telur yang sudah dibuahi memiliki akar yang menjulai kebawah,
apabila indukan tersebut tidak dipindahkan. bertekstur halus, bersih dan lebar sehingga
Telur – telur ditetaskan dalam aquarium pada saat ikan melepaskan telur akan
dengan bantuan aerator untuk menambah menempel disubstrat, telur tersebut tidak
kandungan oksigen. mendapatkan tekanan fisik seperti melukai
Tingginya nilai fekunditas pada telurkan maupun induk ikan.
perlakuan A1 (Eceng Gondok) dikarenakan Pada perlakuan A4 (Serat ijuk)
akar yang menjulur ke dalam air akan memiliki fekunditas tertinggi ketiga.
memudahkan induk mas koki untuk Rendahnya jumlah telur yang ada di serat
menempelkan telurnya. Hal ini selanjutnya ijuk disebabkan karena substrat ini
di pertegas oleh Penyuluh Kelautan dan bertekstur sedikit keras, kasar sehingga
Perikanan (2011) bahwa tanaman eceng dapat mengakibatkan tekanan fisik seperti
gondok sangat disukai induk mas koki melukai telur maupun induk ikan saat
untuk melekatkan telurnya karena proses pemijahan.
perakarannya mudah bergerak, rimbun dan Penggunaan tali rafia memiliki
panjang menjuntai serta bersih dan lembut. fekunditas rendah dikarenakan substrat ini
Dengan demikian jumlah telur yang dapat sangat licin, sehingga induk mas koki sulit
menempel akan lebih banyak, sehingga untuk menempelkan telurnya pada substrat.
jumlah telur yang jatuh ke dasar akuarium Selain itu tali rafia juga bersifat magnet
dapat diminimalkan. Akar tanaman eceng yang dapat mengikat partikel atau pun
gondok cukup lentur dan lunak sehingga kotoran–kotoran yang terdapat pada
dapat mencegah benturan fisik dari telur akuarium. Inilah salah satu yang
berupa luka – luka telur maupun pada tubuh menyebabkan telur tidak terjadi
induk yang dipijahkan. pembuahan. Selain itu, induk ikan mas koki
Substrat penempel telur dengan merasa tidak nyaman dengan substrat yang
menggunakan eceng gondok (E. crassipies) terbuat dari bahan sintetis dan mengandung
memiliki nilai fertilitas tertinggi, hal ini zat kimia yang mengeluarkaan aroma
Jurnal Pionir LPPM Universitas Asahan Vol. 6 No.2 Mei 2020 324
P-ISSN : 2549-3043
E-ISSN : 2655-3201

menyengat yang tidak disukai oleh induk penetasannya hanya 50% dari jumlah telur
ikan. Zat kimia yang terdapat pada tali rafia yang menetas. Ini disebabkan karena telur –
juga dapat menghambat perkembangan telur tersebut tidak terbuahi dengan baik,
embrio pada masa inkubasi. (Anonim, mengingat jumlah rasio yang digunakan
2010) dalam (Wahyuningsih, 2012). dalam penelitian ini hanya 1 : 1.
Pada perlakuan A3 (Apu – apu) Pada perlakuan A1 (Eceng Gondok) telur
memiliki fekunditas yang paling rendah. yang dihasilkan oleh induk ikan mas koki
Disebabkan karena substrat ini memiliki banyak yang jatuh ke dasar aquarium,
akar yang pendek dan tidak menjulai sehingga telur tidak dapat terbuahi dengan
kebawah sehingga telur yang keluar tidak sempurna. Akibatnya perkembangan
dapat menempel pada substrat ini, dan telur embrio menjadi lemah dan telur tidak dapat
tersebut jatuh kedasar perairan. menetas.
Faktor lain yang mempengaruhi Pada perlakuan A5 (Tali Rafia) dan A2
tingginya fekunditas yaitu terletak pada (Kiambang) memiliki derajat penetasan
tekstur dan posisi substrat. Induk ikan hampir sama, hanya selisih 2% saja. Ini
betina lebih suka meletakkan telurnya di disebabkan karena banyaknya telur yang
substrat yang bertekstur halus, bersih dan terbuahi dari jumlah awal telur yang
terjulai kebawah (Marbun, 2014). menetas. Peluang telur yang lengket pada
Hasil pengamatan dan teori Fajrin tali rafia dan kiambang lebih tinggi terbuahi
(2012) dapat disimpulkan bahwa tinggi jika dibandingkan dengan perlakuan
rendahnya jumlah telur yang menempel lainnya.
pada substrat dipengaruhi oleh kebersihan Derajat penetasan pada perlakuan A4 (Serat
dan jumlah lembaran serabut tempat Ijuk) dan A3 (Apu – apu) memiliki derajat
menempel telur, semakin banyak substrat penetasan yang rendah, dikarenakan telur
semakin tinggi jumlah telur yang tidakk terbuahi dengan baik. Kemudian
menempel, selain itu juga dipengaruhi adanya hambatan dari substrat yang cukup
posisi substrat. Substrat yang terjulai ke rapat ketika akan membuahi sel telur.
bawah lebih disukai dan mudah di tempel Hambatan yang dimaksud adalah ketika
oleh telur. Ikan betina lebih banyak sperma di keluarkan oleh induk jantan,
meletakan telur pada substrat yang bersih maka sperma akan bergerak mencari telur
baik bersih secara alami maupun bersih akibat dorongan ekor sperma. Ketika
setelah di bersihkan oleh ikan jantan. pergerakan tersebut mendapat halangan
maka sperma tersebut akan membelokan
2. Derajat Penetasan (Hatching Rate) bahkan melemahkan tenaga untuk bergerak,
Derajat penetasan adalah persentase akibatnya sperma mati sebelum sempat
jumlah telur yang menetas dari telur yang membuahi telur (Marbun, 2014).
dibuahi. Menetas merupakan saat terakhir Menurut Marbun (2014) tinggi
masa inkubasi, yaitu hasil beberapa proses rendahnya derajat penetasan sangat
sehingga embrio keluar dari cangkangnya. ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya
Menurut Djajareja dkk (1977) warna telur persentase pembuahan, faktor lingkungan
dari ikan mas koki transparan dan sifatnya dan hama penyakit. Faktor pembuahan
demersal (terbenam didasar perairan). sangat ditentukan oleh sperma, semakin
Tingginya derajat penetasan pada banyak telur yang dibuahi sperma semakin
Perlakuan A1 (Eceng Gondok) dikarenakan tinggi daya tetasnya dan sebaliknya. Faktor
banyaknya telur yang terbuahi oleh sperma. lingkungan dipengaruhi oleh kualitas air, air
Telur yang telah dibuahi akan berkembang yang kurang oksigen dan asam juga akan
dan menetas dengan normal jika didukung mempengaruhi daya tetas telur. Begitu juga
oleh kondisi lingkungan yang baik, antara dengan hama penyakit berhubungan erat
lain kadar oksigen yang cukup, suhu yang dengan kualitas air. Air yang jelek
sesuai dan air yang bersih dan bebas dari menghambat pertumbuhan embrio dan akan
mikroorganisme yang dapat mematikan memudahkan patogen menyerang telur
telur. Jumlah telur yang dihasilkan pada tersebut.
perlakuan ini sangat banyak, tetapi derajat
Jurnal Pionir LPPM Universitas Asahan Vol. 6 No.2 Mei 2020 325
P-ISSN : 2549-3043
E-ISSN : 2655-3201

Ditambahkan lagi menurut Bobe pemeliharaan tidak terjadi kompetisi baik


dan Lobbe (2010) daya tetas telur ikan pakan maupun oksigen.
dipengarui oleh kualitas pemijahan yaitu Rendahnya kelangsungan hidup
pertemuan sperma dan telur, penanganan pada A2 (Kiambang) dan A4 (Serat Ijuk)
atau menajemen induk saat pemijahan dikarenakan faktor padat tebar tinggi,
(tingkat pembuahan), faktor stress dan sehingga kualitas air cepat menurun,
kondisi lingkungan. oksigen berkurang, selera makan ikan
Sedangkan menurut (Affandi dan rendah, sehingga ikan lemah dan mudah di
Tang,) diacu oleh Zairin (2005), penetasan serang patogen, akibatnya ikan akan lemah
telur dipengaruhi oleh faktor internal dan lama – kelamaan akan mati (Marbun,
berupa kerja hormon dan volume kuning 2014).
telur serta faktor eksternal berupa suhu, Kelangsungan hidup yang paling
oksigen terlarut dan intensitas cahaya. rendah terdapat pada perlakuan A3 (Apu-
Dalam penelitian ini faktor internal dan apu) dikarenakan banyaknya larva yang
eksternal tersebut di atas dianggap sama, mati. Kelangsungan hidup ikan dipengaruhi
karena wadah dan kondisi lingkungan oleh patogen, makanan, dan juga padat
pemijahan ikan uji adalah sama, yang tebar. Kemudian menurut Nurmatias (1992)
membedakan hanyalah perlakuan substrat kematian ikan dipengaruhi oleh beberapa
yang diberikan pada masing-masing wadah faktor diantaranya kualitas air, dan kondisi
perlakuan. ikan. Ikan yang lemah akibat turunnya
Pada penelitian ini induk yang kualitas air akan memudahkan parasit
digunakan tidak homogen, sehingga menyerang ikan tersebut.
berdampak pada fekunditas dan derajat
penetasannya. Dikarenakan pada saat 2. Kualitas Air
pembelian indukan tidak secara langsung Penetasan telur juga dipengaruhi
dilihat, hanya dipesan kepada pembudidaya faktor internal berupa kerja hormon dan
kemudian langsung diantarkan ke volume kuning telur serta faktor eksternal
Universitas Asahan. berupa suhu, oksigen terlarut, dan intensitas
cahaya (Zairin, 2005). Air yang jelek
1. Kelangsungan Hidup (Survival Rate) menghambat pertumbuhan embrio dan akan
Menurut Marbun (2014) larva memudahkan patogen menyerang telur
berupa anak ikan yang baru menetas bentuk tersebut (Marbun, 2014).
dan kondisinya masih belum sempurna Faktor kualitas air memegang
seperti induknya. Larva mas koki yang peranan penting dalam penetasan telur ikan
telah berumur dua hari akan tampak seperti imas koki oranda (Carrasius auratus
jarum. Linnaeus). Adanya induk mas koki oranda
Tingginya kelangsungan hidup bertelur menandakan kualitas air pada
pada perlakuan A1 (Eceng Gondok) proses pemijahan dalam kisaran yang sesuai
dikarenakan banyaknya jumlah telur yang dan tidak bermasalah.
menetas sehingga telur banyak yang
menjadi larva serta kualitas air yang IV. KESIMPULAN DAN SARAN
mumpuni dan tidak menyebabkan larva A. Kesimpulan
mati. Berdasarkan pengamatan Adapun kesimpulan yang didapat
kantung kuning telur tidak habis pada dalam penelitian ini adalah:
waktu bersamaan. Setelah kantung kuning 1. Ikan mas koki oranda (Carrasius
telur habis larva mulai beradaptasi serta auratus Linnaeus) lebih suka
akan mencari makanan disekelilingnya meletakkan telurnya pada substrat eceng
(Marbun, 2014). gondok. Hal ini dikarenakan eceng
Pada perlakuan A5 (Tali Rafia) gondok memiliki subsrat halus dan
menjadi kelangsungan hidup tertinggi terjulai kebawah.
kedua, disebabkan karena rendahnya padat 2. Jumlah telur ikan mas koki oranda
tebar di wadah. Sehingga wadah (Carrasius auratus Linnaeus) yang
terbanyak terdapat pada perlakuan A1
Jurnal Pionir LPPM Universitas Asahan Vol. 6 No.2 Mei 2020 326
P-ISSN : 2549-3043
E-ISSN : 2655-3201

(Eceng Gondok) dengan jumlah 3420 Effendie. 1997. Biologi Perikanan.


butir, diikuti perlakuan A2 (Kiambang) Yayasan Pustaka Nusatama:
sebanyak 1380 butir, kemudian A4 Yogyakarta. Hal. 163
(Serat Ijuk) sebanyak 1120 butir telur, Effendie, M.I. 2002. Biologi Perikanan.
disusul A5 (Tali Rafia) sebanyak 1000 Yayasan Pustaka Nusantara.
butir dan A3 (Apu-apu) sebanyak 490 Yogyakarta.
butir telur. Effendie, I. 2004. Pengantar Akuakultur.
3. Daya tetas telur ikan mas koki oranda Penebar Swadaya. Jakarta
(Carrasius auratus Linnaeus) yang Gorddard, S. 1996. Feed Management In
terbaik adalah eceng gondok mencapai Intensive Aquaculture. New York :
56,57%, lalu tali rafia 54,30%, Chapman and Hall.
kemudian kiambang 54,28%, serta serat Hanafiah, dan Cucu Suhana. 2009. Konsep
ijuk 49,02% dan apu – apu 45,51%. Strategi Pembelajaran. Bandung:
4. Kelangsungan hidup ikan mas koki PT
oranda (Carrasius auratus Linnaeus) Refika aditama Iskandar. 2004. Goldfish
yang paling tinggi terdapat di eceng and Koi In Your Home. New
gondok 48,46%, tali rafia 44,75%, Jersey: T.F.H Publication Inc.
kiambang 42,51%, serat ijuk 41,42% Mexico. 2 p.
dan apu – apu 30,49%. Kartini, Ratni. 2002. Skripsi, Pembuatan
dan Karakterisasi Komposit
B. Saran Polimer Berpenguat Serat Alam.
Disarankan penelitian selanjutnya Institut Pertanian Bogor.
untuk lebih selektif dalam seleksi dan Kusriningrum, RS., 2008, Buku Ajar
memilih induk yang telah matang gonad. Perancangan Percobaan,Fakultas
Sehingga pada saat penelitian induk – induk Kedokteran Hewan Universitas
tersebut dapat bertelur, dan dibuahi dengan Airlangga, Dani Abadi, Surabaya
efektif dan efisien. Langit, P. (2014, Maret 07). Ikan Mas Koki
Oranda. Dipetik Mei 10, 2019, dari
Akuariumhiasku:https://akuariumhi
DAFTAR PUSTAKA asku.blogspot.com/2014/07/ikan-
Aniek, S. 2003. Kerajinan Tangan Eceng mas-koki-oranda.html
Gondok. Jawa Tengah : Balai Marbun, TP, D Bakti, dan Nurmatias. 2014.
Pengembangan Pendidikan Luar Pembenihan Ikan Maskoki
Sekolah dan Pemuda (BPPLSP). (Carrasius auratus) Dengan
Ardi, S. 2008. Perbedaan Kelamin Ikan Menggunakan Berbagai Substrat.
Mas Koki, Penebar Swadaya. Jurusan Manajemen Sumberdaya
Jakarta 180 hal Perairan, Fakultas Pertanian,
Bachtiar, Y. 2005. Mencegah Mas Koki Universitas Sumatera Utara.
Mudah Mati. Jakarta: Agromedia Nurmatias. 1992. Ektoparasit pada Larva
Pustaka. Hybrid Ikan Mas Majalaya dengan
Barret, E. J., T. Thomson, P. B. Dews. Ikan Mas Sinyonya. Universitas
1989. Advances in Behavioral Islam Riau. Pekan Baru.
Pharmacology. Lawrence Erlbaum Novitriana R, Y Ernawati, dan MF
Associates, Inc. New Jersey Rahardjo. 2004. Aspek pemijahan
Bobe, J. C. Labbe. 2010. Egg and sperm ikan petek,
quality in fish. General and Leiognathus eqvulus, Forsskal 1775
Comparative Endocrinology. (Famili Leiognathidae) di pesisir
Djajadiredja, R., S. Hatimah dan Z. Arifin. Mayangan Subang, Jawa Barat. Jurnal
1977. Buku Pedoman Pengenalan Iktiologi Indonesia. 4(1): 7-13.
Sumber Perikanan Darat. Bagian I Pasaribu, G., dan Sahwalita, 2007.
Direktorat Perikanan Departemen Pengolahan Eceng Gondok Sebagai
Perikanan, Jakarta. Bahan

Jurnal Pionir LPPM Universitas Asahan Vol. 6 No.2 Mei 2020 327
P-ISSN : 2549-3043
E-ISSN : 2655-3201

Baku Kertas Seni. Prosiding Ekspose Hasil- reproduksi ikan kapiek (Puntius
Hasil Penelitian. schwanefeldi Bleeker) di Sungai
http://www.deptan.go.id/feati/teknologi/Gu Rangau, Riau, Sumatera. Jurnal
nawan.pdf [diakses pada 25 juni Matematika dan Sains. 7(1): 5-14.
2013]. Yusuf, Guntur. 2001. Proses Bioremediasi
Penyuluhan Perikanan dan Kelautan. 2011. Limbah Rumah Tangga Dalam Skala
Pembenihan Ikan Hias Maskoki Kecil Dengan Kemampuan Tanaman
(Carrasius auratus). Jakarta. Air Pada Sistem Simulasi. Tesis.
Plantamor. 2008. Kiapu (Pistia Institut Pertanian Bogor.
stratiotes L). Diakses Tanggal : 10 Zairin, J.R. 2005. Pemijahan Ikan Tawes
Mei 2018 dengan Sistem Imbas Menggunakan
Putra, R.M. Pulungan. C. Windarti. 2011. Ikan Mas Sebagai Pemicu. Jurnal
Diklat Biologi Perikanan. Fakultas Akuakultur Indonesia. Vol 4 (2).
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Jurusan Budidaya Perairan. Fakultas
Universitas Riau. Pekan Baru Perikanan dan Ilmu Kelauta, Institut
Rizal DA. 2009. Studi Biologi Reproduksi Pertanian Bogor.
Ikan Singgiringan (Puntius
johorensis) di Daerah Aliran Sungai
Musi. Sumatera Selatan. Skripsi.
Departement Manajemen
Sumberdaya Perairan. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut
Pertanian Bogor.
Riyanti. 2018. Pemijahan Ikan Sepat Siam
(Trichogaster pectoralisi) Dengan
Menggunakan Substrat Yang
Berbeda. Skripsi. Tidak Diterbitkan.
Fakultas Pertanian. Universitas
Asahan : Kisaran.
Syaifudin, M., O. Carman, dan K.
Sumantadinata. 2004. Keragaman
Tipe Sirip Pada Keturunan Ikan Mas
Koki Strain Lionhead. Jurnal
Akuakultur Ind. 3(3): 1-4. USDA.
2002. Classification Salvinia molesta
Michell.
http://plants.usda.gov/classification/output_
report.cgi?SAM05. Diakses 14
Desember 2011
Warjono J. 1990. Studi beberapa aspek
biologi reproduksi ikan betutu
(Oxyeleotris marmorata Bleeker) di
Sungai Cisadane Kabupaten
Tangerang dan di Waduk Saguling
Kabupaten Bandung, Jawa Barat
[skripsi]. Departemem Manajemen
Sumberdaya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor.
Wikipedia. 2011. Kiambang.
http://id.wikipedia.org/wiki/Kiamba
ng. Diakses14 Desember 2011.
Yustina dan Arnentis. 2002. Aspek
Jurnal Pionir LPPM Universitas Asahan Vol. 6 No.2 Mei 2020 328

Anda mungkin juga menyukai