• Resources matters/issues
• Resources quality & quantity (scarcity)
• Resource saving & waste
GREENSHIP untuk Bangunan Baru Versi 1.2 merupakan pengembangan dari perangkat penilaian GREENSHIP NB versi 1.0
dan Ringkasan tolok ukur GREENSHIP NB versi 1.1
1. Tahap Rekognisi Desain (Design Recognition - DR), dengan maksimum nilai 77 pon
Pada tahap ini, tim proyek mendapat kesempatan untuk mendapatkan penghargaan sementara untuk proyek pada
tahap finalisasi desain dan perencanaan berdasarkan perangkat penilaian GREENSHIP. Tahap ini dilalui selama gedung
masih dalam tahap perencanaan.
2. Tahap Penilaian Akhir (Final Assessment - FA), dengan maksimum nilai 101 poin
Pada tahap ini, proyek dinilai secara menyeluruh baik dari aspek desain maupun konstruksi dan merupakan tahap
akhir yang menentukan kinerja gedung secara menyeluruh.
Penjabaran nilai pada setiap kategori sesuai tahapan dapat dilihat pada tabel berikut:
Jumlah Nilai untuk DR Jumlah Nilai untuk FA
Kategori
Prasyarat Kredit Bonus Prasyarat Kredit Bonus
ASD -- 17 -- 17
EEC -- 26 5 -- 26 5
WAC -- 21 -- 21
MRC -- 2 -- 14
IHC -- 5 -- 10
BEM -- 6 -- 13
Jumlah Kriteria dan Tolok Ukur -- 77 5 101 5
Setiap kategori terdapat beberapa kriteria yang memiliki jenis berbeda, yaitu:
Kriteria prasyarat adalah kriteria yang ada di setiap kategori dan harus dipenuhi sebelum dilakukannya penilaian lebih
lanjut berdasarkan kriteria kredit dan kriteria bonus. Kriteria prasyarat merepresentasikan standar minimum gedung ramah
lingkungan. Apabila salah satu prasayarat tidak dipenuhi, maka kriteria kredit dan kriteria bonus dalam semua kategori
tidak dapat dinilai. Kriteria prasyarat ini tidak memiliki nilai seperti kriteria lainnya.
Kriteria kredit adalah kriteria yang ada di setiap kategori dan tidak harus dipenuhi. Pemenuhan kriteria ini tentunya
disesuaikan dengan kemampuan gedung tersebut. Bila kriteria ini dipenuhi, gedung yang bersangkutan mendapat nilai dan
apabila tidak dipenuhi, gedung yang bersangkutan tidak akan mendapat nilai.
Kriteria bonus adalah kriteria yang memungkinkan pemberian nilai tambah. Selain tidak harus dipenuhi, pencapaiannya
dinilai cukup sulit dan jarang terjadi di lapangan. Nilai bonus tidak mempengaruhi nilai maksimum GREENSHIP, namun
tetap diperhitungkan sebagai nilai pencapaian. Oleh karena itu, gedung yang dapat memenuhi kriteria bonus dinilai
memiliki prestasi tersendiri.
Kelayakan (Eligibility)
Sebelum melalui proses sertifikasi, proyek harus memenuhi kelayakan yang ditetapkan oleh GBC Indonesia. Kelayakan
tersebut antara lain:
1. Minimum luas gedung adalah 2500 m2
2. Kesediaan data gedung untuk diakses GBC Indonesia terkait proses sertifikasi
3. Fungsi gedung sesuai dengan peruntukan lahan berdasarkan RTRW setempat
RINGKASAN KRITERIA
alami minimal sebesar 300 lux. Perhitungan dapat dilakukan dengan cara
manual atau dengan software.
Khusus untuk pusat perbelanjaan, minimal 20% luas lantai nonservice mendapatkan
intensitas cahaya alami minimal sebesar 300 lux
2 Jika butir satu dipenuhi lalu ditambah dengan adanya lux sensor untuk
otomatisasi pencahayaan buatan apabila intensitas cahaya alami kurang 2
dari 300 lux, didapatkan tambahan 2 nilai
EEC 3 Ventilasi
Tujuan
Mendorong penggunaan ventilasi yang efisien di area publik (non nett lettable
area) untuk mengurangi konsumsi energi.
Tolok Ukur
1 Tidak mengkondisikan (tidak memberi AC) ruang WC, tangga, koridor, dan
lobi lift, serta melengkapi ruangan tersebut dengan ventilasi alami 1 1
ataupun mekanik.
EEC 4 Pengaruh Perubahan Iklim
Tujuan
Memberikan pemahaman bahwa pola konsumsi energi yang berlebihan
akan berpengaruh terhadap perubahan iklim.
Tolok Ukur
1 Menyerahkan perhitungan pengurangan emisi CO 2 yang didapatkan dari
selisih kebutuhan energi antara gedung designed dan gedung baseline
1 1
dengan menggunakan grid emission factor yang telah ditetapkan dalam
Keputusan DNA pada B/277/Dep.III/LH/01/2009
EEC 5 Energi Terbarukan dalam Tapak
Tujuan
Mendorong penggunaan sumber energi baru dan terbarukan yang
bersumber dari dalam lokasi tapak bangunan.
Tolok Ukur
1 Menggunakan sumber energi baru dan terbarukan. Setiap 0,5% daya
listrik yang dibutuhkan gedung yang dapat dipenuhi oleh sumber energi 1-5 5
terbarukan mendapatkan 1 nilai (sampai maksimal 5 nilai).
Konservasi Air 21
WAC P1 Meteran Air
Tujuan
Memantau penggunaan air sehingga dapat menjadi dasar penerapan
manajemen air yang lebih baik.
Tolok Ukur
Pemasangan alat meteran air (volume meter) yang ditempatkan di lokasi-
lokasi tertentu pada sistem distribusi air, sebagai berikut:
o Satu volume meter di setiap sistem keluaran sumber air bersih
seperti sumber PDAM atau air tanah. P
o Satu volume meter untuk memonitor keluaran sistem air daur ulang.
o Satu volume meter dipasang untuk mengukur tambahan keluaran air
bersih apabila dari sistem daur ulang tidak mencukupi.
WAC P2 Perhitungan Penggunaan Air
Tujuan
Memahami perhitungan menggunakan worksheet perhitungan air dari
GBC Indonesia untuk mengetahui simulasi penggunaan air pada saat
tahap operasi gedung.
Tolok Ukur
Mengisi worksheet air standar GBCI yang telah disediakan. P P
WAC 1 Pengurangan Penggunaan Air
Tujuan
Meningkatkan penghematan penggunaan air bersih yang akan mengurangi beban
konsumsi air bersih dan mengurangi keluaran air limbah.
Tolok Ukur
1 Konsumsi air bersih dengan jumlah tertinggi 80% dari sumber primer
tanpa mengurangi jumlah kebutuhan per orang sesuai dengan SNI 03- 1
7065-2005 seperti pada tabel terlampir.
8
2 Setiap penurunan konsumsi air bersih dari sumber primer sebesar 5%
sesuai dengan acuan pada tolok ukur 1 akan mendapatkan 1 nilai 7
dengan dengan nilai maksimum sebesar 7 nilai.
WAC 2 Fitur Air
Tujuan
Mendorong upaya penghematan air dengan pemasangan fitur air efisiensi tinggi.
Tolok Ukur
1A Penggunaan fitur air yang sesuai dengan kapasitas buangan di bawah
standar maksimum kemampuan alat keluaran air sesuai dengan lampiran, 1
sejumlah minimal 25% dari total pengadaan produk fitur air .
atau
1B Penggunaan fitur air yang sesuai dengan kapasitas buangan di bawah
standar maksimum kemampuan alat keluaran air sesuai dengan lampiran, 2 3
sejumlah minimal 50% dari total pengadaan produk fitur air .
atau
1C Penggunaan fitur air yang sesuai dengan kapasitas buangan di bawah
standar maksimum kemampuan alat keluaran air sesuai dengan lampiran, 3
sejumlah minimal 75% dari total pengadaan produk fitur air .
Alat Keluaran Air Kapasitas Keluaran Air
WC Flush Valve <6 liter/flush
WC Flush Tank <6 liter/flush
Urinal Flush Valve/Peturasan <4 liter/flush
Keran Wastafel/Lavatory <8 liter/menit
Keran Tembok <8 liter/menit
Shower <9 liter/menit
WAC 3 Daur Ulang Air
Tujuan
Menyediakan air dari sumber daur ulang yang bersumber dari air limbah gedung
untuk mengurangi kebutuhan air dari sumber utama.
Tolok Ukur
1A Penggunaan seluruh air bekas pakai (grey water) yang telah di daur ulang
2 3
untuk kebutuhan sistem flushing atau cooling tower.
atau
1B Penggunaan seluruh air bekas pakai (grey water) yang telah didaur ulang
untuk kebutuhan sistem flushing dan cooling tower - 3 nilai 3
Apabila menggunakan sistem pendingin non water cooled, maka kriteria ini menjadi tidak
berlaku sehingga total nilai menjadi 100
WAC 4 Sumber Air Alternatif
Tujuan
Menggunakan sumber air alternatif yang diproses sehingga menghasilkan air
bersih untuk mengurangi kebutuhan air dari sumber utama.
Tolok Ukur
1A Menggunakan salah satu dari tiga alternatif sebagai berikut: air
1
kondensasi AC, air bekas wudhu, atau air hujan.
atau
1B Menggunakan lebih dari satu sumber air dari ketiga alternatif di atas. 2
atau 2
1C Menggunakan teknologi yang memanfaatkan air laut atau air danau atau
air sungai untuk keperluan air bersih sebagai sanitasi, irigasi dan
kebutuhan lainnya 2
Tujuan
Menggunakan bahan yang tidak memiliki potensi merusak ozon.
Tolok Ukur
1 Tidak menggunakan bahan perusak ozon pada seluruh sistem pendingin
2 2
gedung
MRC 4 Kayu Bersertifikat
Tujuan
Menggunakan bahan baku kayu yang dapat dipertanggungjawabkan asal-usulnya
untuk melindungi kelestarian hutan.
Tolok Ukur
1 Menggunakan bahan material kayu yang bersertifikat legal sesuai dengan
Peraturan Pemerintah tentang asal kayu (seperti faktur angkutan kayu
1
olahan/FAKO, sertifikat perusahaan, dan lain-lain) dan sah terbebas dari
2
perdagangan kayu ilegal sebesar 100% biaya total material kayu.
2 Jika 30% dari butir di atas menggunakan kayu bersertifikasi dari pihak
1
Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI) atau Forest Stewardship Council (FSC).
MRC 5 Material Prafabrikasi
Tujuan
Meningkatkan efisiensi dalam penggunaan material dan mengurangi sampah
konstruksi.
Tolok Ukur
1 Desain yang menggunakan material modular atau prafabrikasi (tidak
3 3
termasuk equipment) sebesar 30% dari total biaya material.
MRC 6 Material Regional
Tujuan
Mengurangi jejak karbon dari moda transportasi untuk distribusi dan mendorong
pertumbuhan ekonomi dalam negeri.
Tolok Ukur
1 Menggunakan material yang lokasi asal bahan baku utama dan
pabrikasinya berada di dalam radius 1.000 km dari lokasi proyek minimal 1
bernilai 50% dari total biaya material.
2
2 Menggunakan material yang lokasi asal bahan baku utama dan
pabrikasinya berada dalam wilayah Republik Indonesia bernilai minimal 1
80% dari total biaya material.
Kesehatan dan Kenyamanan dalam Ruang 10
IHC P Introduksi Udara Luar
Tujuan
Menjaga dan meningkatkan kualitas udara di dalam ruangan dengan melakukan
introduksi udara luar ruang sesuai dengan kebutuhan laju ventilasi untuk
kesehatan pengguna gedung.
Tolok Ukur
1 Desain ruangan yang menunjukkan adanya potensi introduksi udara luar
minimal sesuai dengan Standar ASHRAE 62.1-2007 atau Standar ASHRAE P P
edisi terbaru.
IHC 1 Pemantauan Kadar CO 2
Tujuan
Memantau konsentrasi karbondioksida (CO 2 ) dalam mengatur masukan udara
segar sehingga menjaga kesehatan pengguna gedung.
Tolok Ukur
1 Ruangan dengan kepadatan tinggi, yaitu < 2.3 m2 per orang dilengkapi
dengan instalasi sensor gas karbon dioksida (CO 2 ) yang memiliki
mekanisme untuk mengatur jumlah ventilasi udara luar sehingga 1 1
konsentrasi C0 2 di dalam ruangan tidak lebih dari 1.000 ppm, sensor
diletakkan 1,5 m di atas lantai dekat return air grille atau return air duct.
IHC 2 Kendali Asap Rokok di Lingkungan
Tujuan
Mengurangi tereksposnya para pengguna gedung dan permukaan material
interior dari lingkungan yang tercemar asap rokok sehingga kesehatan pengguna
gedung dapat terpelihara.
Tolok Ukur
1 Memasang tanda “Dilarang Merokok di Seluruh Area Gedung” dan tidak
menyediakan bangunan/area khusus untuk merokok di dalam gedung.
2 2
Apabila tersedia, bangunan/area merokok di luar gedung, minimal berada
pada jarak 5 m dari pintu masuk, outdoor air intake, dan bukaan jendela.
IHC 3 Polutan Kimia
Tujuan
Mengurangi polusi udara ruang dari emisi material bangunan yang dapat
mengganggu kenyamanan dan kesehatan pekerja konstruksi dan pengguna
gedung.
Tolok Ukur
1 Menggunakan cat dan coating yang mengandung kadar volatile organic
compounds (VOCs) rendah, yang ditandai dengan label/sertifikasi yang 1
diakui GBC Indonesia.
2 Menggunakan produk kayu komposit dan laminating adhesive dengan
syarat memiliki kadar emisi formaldehida rendah, yang ditandai dengan 1 3
label/sertifikasi yang diakui GBC Indonesia
3 Menggunakan material lampu yang kandungan merkurinya pada toleransi
maksimum yang disetujui GBC Indonesia dan tidak menggunakan material 1
yang mengandung asbestos.
IHC 4 Pemandangan keluar Gedung
Tujuan
Mengurangi kelelahan mata dengan memberikan pemandangan jarak jauh dan
menyediakan koneksi visual ke luar gedung.
Tolok Ukur
1 Apabila 75% dari net lettable area (NLA) menghadap langsung ke
pemandangan luar yang dibatasi bukaan transparan bila ditarik suatu 1 1
garis lurus.
IHC 5 Kenyamanan Visual
Tujuan
Mencegah terjadinya gangguan visual akibat tingkat pencahayaan yang tidak
sesuai dengan daya akomodasi mata.
Tolok Ukur
1 Menggunakan lampu dengan iluminansi (tingkat pencahayaan) ruangan
sesuai dengan SNI 03-6197-2011 tentang Konservasi Energi pada Sistem 1 1
Pencahayaan.
IHC 6 Kenyamanan Termal
Tujuan
Menjaga kenyamanan suhu dan kelembaban udara ruangan yang dikondisikan
stabil untuk meningkatkan produktivitas pengguna gedung.
Tolok Ukur
1 Menetapkan perencanaan kondisi termal ruangan secara umum pada
suhu 250C dan kelembaban relatif 60% 1 1
Editor
Werner Lang
Aurora McClain
csd
Center for Sustainable Development
3.3 Sustainable Building Skin Design
Maggie McIntosh
3
III-Case Studies
2. Natural Ventilation bounce light deep into a space, illuminating the serve as a visual connection to the outdoors.
interior by taking advantage of the reflectiv- Glenn Murcutt designs houses with whole
Ventilation strategies can also give a strong ity of the ceiling (Figure 5). In the Reichstag walls that can open, connecting the interior of
character to the elements of a facade. They building in Berlin, Foster + Partners employ a the house directly with the outdoors (Figure 6).
can be simple, small, repetitive louvers that central dome and cone as an extreme, visually His intention is to blur the boundary between
allow for localized air circulation, or very dramatic way of pulling light into the building interior and exterior space, enhancing the feel-
involved mechanical systems that direct fresh (Figure 4). Daylight levels are known to affect ing of dwelling in nature.
air throughout the building, as in Foster + the mental health of workers, with workers
Partners’ Swiss Re Tower in London. In this exposed to natural light reporting higher levels 5. Thermal Insulation
building, ventilating the atrium serves to circu- of productivity and general happiness.
late outside air through the rest of the tower The invisible insulation in walls has a huge
(Figure 3). This multi-faceted system exhibits a 4. Connection to Outdoors potential to impact the thermal performance
computer controlled ventilation system. of a building. A particular insulation’s makeup
Connection to the outdoors is another sustain- and placement within the layering of the build-
3. Day Lighting ability feature that is psychological in nature, ing skin can have large consequences that are
like daylighting. The Ricola Offices in Basel by observable in the thermal performance and
Daylighting can be achieved mainly through Hertzog and De Meuron features large sheets aesthetics of the building skin.
passive measures. A simple light shelf can of glass protected by a vegetated screen that
Figure 2: GSW Headquarters Building, Berlin Figure 3: Swiss Re Tower, London Figure 4: Reichstag Building, Berlin
3.
Figure 5: light shelf in office building Figure 6: Glen Murcutt House Figure 7: Microclimate Zone
4
3.3 Sustainable Building Skin Design
Bitumen, a natural substance consisting Figure 7 shows an ordinary building in Ger- The Swiss Re building in London illustrates
mainly of hydrocarbons, is frequently used many that was retrofitted to add a south facing the strategy of integrating structure into build-
to create moisture barriers in buildings. We microclimate zone. In winter, the leaves fall ing skin (Figure 9). High-rise construction is
often think of the outermost skin as the water off of the deciduous trees, allowing the sun to primarily concerned with carrying lateral loads,
barrier, but more frequently it acts only as a shine directly into the space, causing a green- so the diagonal lateral bracing of the building
rainscreen. There are two kinds of moisture house effect. In summer the leaves shade often called the “Gherkin” is expressed as part
to contend with when trying to keep a build- the window and the vents at the top open to of the skin, helping to define the character of
ing dry: rain and condensation. When large allow ventilation through. When the tempera- the building.
temperature differentials occur between the ture outside is 20 degrees, the sun heats the
interior conditioned space and the exterior adjacent micro-climate space up to about 9. Material Choices
conditions, condensation forms on the colder 60 degrees, helping to decrease the energy
surface. Protection is necessary to prevent this needed to warm the building to a comfortable Materials can give a very distinctive charac-
moisture from seeping into the building. The temperature. The micro-climate is adjacent to ter to a building (Figure 8). Although they are
rainscreen and moisture barrier work together the coldest parts of the building, attempting to often overlooked by students and profession-
to prevent unwanted rain and condensation provide aid where it is needed most. als early in the design process, materials are
from entering the building. seminal because their texture and appearance
Figure 8: AMLI Apartments, Austin Figure 9: Swiss Re Tower, London Figure 11: Detail of Photovoltaic Facade Unit
5
III-Case Studies
define the experience of the building. Materials Daimler-Chrysler Building, Berlin Cal-Trans Building, Los Angeles
also play a primary technological role and Renzo Piano Building Workshop Morphosis
have a tremendous effect on the comfort of the
building. Sun Control: Stationary horizontal sun shades Sun Control: Sun control as major generat-
on south side; egg crates keep heat from col- ing theme, simple stacked screens cover
10. Possibility for Energy Generation lecting under shading devices. Operable sun façade; Daylighting through perforated metal
shades on main building; open when occupied, and light wells. The entire west face screened
There is also the possibility for a building’s closed when not, computer controlled with by perforated metal, operable pieces run by
skin to become an energy source. Photovolta- manual overrides. simple motors that allow it to shut down in the
ics can be integrated into facades, as seen in Natural Ventilation: Hopper windows aid in afternoon, with single ply roofing material used
Figure 10, to simultaneously generate power ventilation, no cross-ventilation because of behind as a moisture barrier.
and shade a building. building type. Micro-Climate Zones: Double skin on south
Connection to Outdoors: Daylight throughout, allows for a 2 foot catwalk, creating a microcli-
clear visual connection to outdoors. mate to reduce cooling loads
Case Studies Micro-Climate Zones: Microclimate zones Possibility for Energy Generation: Horizontal
in specific low level areas; double skin with sunshades on south are made of photovoltaic
The following is a compilation of buildings airspace. panels.
whose primary architectural distinction is their Material Choices: Screens of clay tiles as fixed
integration of the technological elements of sun shades throughout building; clad with clay
their skin into the design of the building. tiles manufactured locally.
Figure 13: PV detail of Cal-Trans Building Figure 15: Facade detail of Cal-Trans Building
Figure 12: Daimler-Chrysler Building Figure 14: Daimler-Chrysler Building, sun shading Figure 16: Cal-Trans Building, Facade Microclimate Zone
6
3.3 Sustainable Building Skin Design
Figure 17: Museum of the 21st Century Figure 20: Austin Convention Center PV facade
Figure 18: Museum of the 21st Century Figure 19: Museum of the 21st Century, inside view of vines Figure 21: Austin Convention Center
7
III-Case Studies
Figure 23: Federal Courthouse in Alpine Figure 24: Federal Courthouse in Alpine
8
Konsep dan Strategi Desain Arsitektural pada Lingkup Bangunan untuk mencapai Green and
Sustainable Building
PPM
Sensor gas karbon dioksida (CO2)
Sensor gas karbon dioksida (CO2) adalah perangkat yang dirancang khusus untuk mendeteksi konsentrasi
karbon dioksida dalam udara. Sensor ini biasanya digunakan untuk memonitor kualitas udara di berbagai lingkungan,
seperti dalam ruangan, gedung, kendaraan, atau pabrik. Pemanfaatan sensor CO2 sangat penting untuk mengukur tingkat
polusi udara, memantau keamanan lingkungan, dan mengoptimalkan sistem ventilasi.
Cara kerja sensor CO2 bervariasi tergantung pada teknologi yang digunakan. Beberapa jenis sensor CO2 yang
umum melibatkan prinsip absorpsi inframerah atau elektrokimia. Berikut adalah penjelasan singkat tentang dua jenis
teknologi tersebut:
1. Sensor Absorpsi Inframerah:
- Sensor ini menggunakan sumber cahaya inframerah yang dilewatkan melalui sampel udara yang akan diukur.
- Karbon dioksida di udara menyerap cahaya inframerah pada panjang gelombang tertentu.
- Detektor pada sensor mengukur sejauh mana cahaya yang diserap oleh karbon dioksida.
- Dengan mengukur perubahan intensitas cahaya, sensor dapat menghitung konsentrasi CO2 dalam sampel udara.
2. Sensor Elektrokimia:
- Sensor ini menggunakan sel elektrokimia untuk mendeteksi adanya CO2.
- Di dalam sel elektrokimia, terjadi reaksi kimia antara karbon dioksida dan elektroda.
- Perubahan arus atau tegangan yang dihasilkan akibat reaksi ini diukur untuk menentukan konsentrasi CO2.
Sensor CO2 biasanya terintegrasi dalam sistem pemantauan udara yang lebih besar atau dapat berdiri sendiri sebagai
perangkat portabel. Data yang dihasilkan oleh sensor ini seringkali ditampilkan dalam bentuk nilai numerik atau grafik,
memberikan informasi real-time tentang kualitas udara sekitar. Penggunaan sensor CO2 dapat membantu dalam
pengambilan keputusan terkait ventilasi, manajemen energi, dan pemantauan lingkungan secara keseluruhan.
PPM
PPM (Parts Per Million) adalah satuan pengukuran yang digunakan untuk menyatakan konsentrasi suatu zat
dalam suatu campuran. PPM mengindikasikan jumlah bagian dari satu zat tertentu yang hadir dalam satu juta bagian
dari campuran tersebut.
Rumus PPM dapat dijelaskan sebagai berikut:
Sebagai contoh, jika kita ingin mengukur konsentrasi karbon dioksida (CO2) dalam udara dan hasilnya adalah
400 PPM, itu berarti setiap satu juta bagian udara, terdapat 400 bagian adalah CO2.
PPM umumnya digunakan dalam berbagai konteks, termasuk ilmu lingkungan, kimia, dan industri. Misalnya,
dalam pemantauan kualitas udara, konsentrasi polutan seperti CO2, oksigen, atau polutan lainnya dapat diukur dalam
PPM untuk memberikan gambaran yang lebih terperinci tentang tingkat pencemaran atau komposisi udara.
Penting untuk memahami bahwa PPM adalah satuan proporsional, dan nilai ini dapat berbeda untuk zat yang
berbeda atau dalam konteks yang berbeda.
Return air ducts sering kali terpasang di langit-langit, dinding, atau lantai, tergantung pada desain bangunan dan
sistem HVAC. Sebagai bagian dari sistem ventilasi, return air duct membantu menjaga kualitas udara di dalam ruangan
dengan memastikan sirkulasi udara yang efisien dan efektif. Selain itu, pemeliharaan yang baik pada return air duct dan
filternya juga diperlukan untuk menjaga kebersihan udara dalam ruangan.
Outdoor air intake sering kali dilengkapi dengan filter untuk menangkap partikel debu dan polutan lainnya yang
dapat memasuki sistem ventilasi. Penggunaan filter ini membantu menjaga kualitas udara dan melindungi peralatan
HVAC dari kerusakan yang mungkin disebabkan oleh partikel-partikel yang masuk.
Desain dan penempatan outdoor air intake sangat penting agar dapat memberikan pasokan udara segar yang
cukup tanpa mengakibatkan ketidaknyamanan atau meningkatkan beban energi pada sistem HVAC. Sistem otomatis
dan kontrol yang cerdas juga dapat digunakan untuk mengatur jumlah udara segar yang masuk sesuai dengan kebutuhan
dan kondisi lingkungan.
VOCs dapat menyebabkan masalah kesehatan manusia dan memiliki dampak negatif pada kualitas udara dalam
ruangan (indoor air quality). Pemaparan yang tinggi terhadap VOCs dapat menyebabkan iritasi mata, hidung, dan
tenggorokan, serta gejala-gejala lain seperti sakit kepala, mual, dan masalah pernapasan. Beberapa VOCs juga
diklasifikasikan sebagai senyawa karsinogenik.
Penting untuk mengelola pemaparan VOCs di dalam ruangan, terutama dalam konteks desain bangunan, pemilihan
bahan bangunan, dan pemilihan produk konsumen. Penggunaan produk berlabel rendah VOC atau bebas VOC, serta
ventilasi yang baik, dapat membantu mengurangi risiko pemaparan VOCs yang berlebihan.
Formaldehida
Formaldehida adalah senyawa kimia dengan rumus kimia CH₂O. Senyawa ini merupakan aldehida yang paling
sederhana dan merupakan gas pada suhu kamar dengan bau yang khas. Formaldehida memiliki berbagai kegunaan dalam
industri, termasuk dalam produksi berbagai produk konsumen dan bahan bangunan.
Meskipun formaldehida memiliki banyak aplikasi industri, penggunaannya telah menjadi perhatian karena potensi
efek kesehatan negatifnya. Pemaparan tinggi terhadap formaldehida dapat menyebabkan iritasi mata, hidung, dan
tenggorokan. Beberapa penelitian juga telah mengaitkan paparan jangka panjang terhadap formaldehida dengan risiko
kanker, khususnya kanker nasofaring.
Penting untuk memantau dan mengelola pemaparan formaldehida, terutama di dalam ruangan, di mana bahan-bahan
yang mengandung formaldehida, seperti produk konsumen dan bahan bangunan, dapat melepaskan gas formaldehida
ke udara. Penggunaan produk yang rendah formaldehida atau bebas formaldehida, serta ventilasi yang baik, dapat
membantu mengurangi risiko pemaparan yang berlebihan.
Pemaparan terhadap merkuri, terutama dalam bentuk metilmerkuri, dapat memiliki dampak negatif pada
kesehatan manusia, khususnya pada sistem saraf, sistem peredaran darah, dan sistem reproduksi. Oleh karena itu,
penting untuk memonitor dan mengelola pemaparan merkuri, terutama di lingkungan dan tempat kerja. Beberapa
langkah untuk mengurangi risiko pemaparan merkuri melibatkan pengelolaan limbah dengan benar, penggunaan
teknologi yang lebih aman, dan praktik-praktik yang mendukung keberlanjutan.
Asbestos
Asbestos adalah kelompok serat mineral alami yang tahan panas dan tahan api. Asbestos terdiri dari serat-serat
yang halus dan fleksibel yang dapat diintegrasikan ke dalam berbagai material untuk memberikan kekuatan, ketahanan
terhadap panas, dan isolasi termal. Beberapa jenis asbes yang umum meliputi serpentin dan amfibol.
Asbestos telah digunakan secara luas dalam industri konstruksi dan manufaktur karena sifat-sifatnya yang unik.
Beberapa penggunaan asbes yang umum melibatkan:
1. Papan Asbes: Digunakan untuk isolasi termal dan sebagai bahan konstruksi di atap dan dinding.
2. Pipa Asbes: Digunakan dalam sistem perpipaan untuk kekuatan dan ketahanan terhadap panas.
3. Material Isolasi: Asbes sering digunakan dalam berbagai material isolasi, seperti isolasi termal dan suara.
4. Bahan Konstruksi: Beberapa jenis bahan konstruksi, seperti panel dinding, ubin, dan plester, dapat mengandung
asbes.
Meskipun asbes memiliki sifat-sifat yang berguna dalam berbagai aplikasi, penggunaannya telah dikaitkan
dengan risiko kesehatan yang serius. Pemaparan asbes dapat menyebabkan penyakit paru serius, termasuk asbestosis,
kanker paru-paru, dan mesotelioma (kanker membran pelindung organ internal). Pemaparan serat asbes yang mudah
terlepas dan terhirup dapat menyebabkan masalah kesehatan ini.
Seiring meningkatnya kesadaran akan bahaya kesehatan yang terkait dengan asbes, banyak negara telah
mengatur atau melarang penggunaan asbes. Pada umumnya, penghapusan asbes yang aman dan pemusnahan limbahnya
harus dilakukan sesuai dengan pedoman keamanan dan peraturan yang berlaku. Pekerjaan yang melibatkan asbes harus
dilakukan dengan hati-hati dan dengan mengikuti prosedur-prosedur keselamatan yang ketat untuk mencegah
pemaparan serat asbes yang berbahaya.
OTTV
1. Konsep dan Strategi Desain Arsitektural berkelanjutan yang bertanggung jawab untuk mencapai green and
sustainable lifestyle
- Siapa yang bertanggungjawab?
- Konsep dan Strategi nya?
2. Kata ‘bertanggungjawab’ tetap melekat dengan pihak pemeran/pelaku.
3. Dalam hal ini bisa:
- Pencetus ide, penyusun konsep, sampai dengan pihak yang menerapkan konsep dan strategi tersebut.
Bertanggung Jawab
1. Sesuatu yang mudah diucapkan, tetapi tidak mudah dilakukan
2. Bertanggung jawab secara umum, apapun profesi dan peran seseorang dalam Pembangunan
3. Begitu pula untuk lingkungan binaan dan arsitektur.
4. Kriteria individu maupun kelompok atau institusi yang berperan dalam pembangunan lingkungan binaan dan
arsitektur berkelanjutan secara umum adalah
Mempunyai pemahaman yang utuh dan komprehensif dan integral (menyeluruh dan terpadu) dalam hal susdev
dan sustar.
1. paham mengenai definisi, peristilahan, dan pengertiannya yang terkait dengan sustainable architecture, sustainable
development, beserta ragam aksi menuju kondisi sustainable pada aspek sosial, ekononi, maupun lingkungan.
2. paham mengenai latar belakang urgensi sus dev dan sustar (pembangunan lingkungan binaan dan arsitektur
berkelanjutan)
3. paham mengenai permasalahan/isu yang ada terkait dengan pembangunan sosial, ekononi dan lingkungan, serta
integrasi ketiganya
4. paham mengenai alternatif strategi pemecahan masalah dari problem terkait dengan sus dev dan sustar.
5. paham mengenai alternatif aksi dan teknologi yang dapat diterapkan untuk memecahkan masalah dan memperbaiki
kondisi di ketiga bidang tersebut.
6. paham mengenai visi dan misi untuk mencapai kondisi lingkungan binaan yang berkelanjutan di ketiga aspek
tersebut.
7. paham mengenai regulasi yang terkait dengan pembangunan yang berkelanjutan dan sustar.
8. Mempunyai komitmen dan konsistensi, baik dalam hal tekad, motivasi/niat maupun tindakan untuk menuju
lingkungan binaan yang sustainable
9. Melakukan segala tindakan yang selalu bersandar pada prinsip-prinsip susdev dan sustar.
10. Memilki kompetensi memadai yang diakui, untuk mengambil peran dalam susdev dan sustar tersebut adalah melalui
rekognisi formal, antara lain sebagai profesional yang bersertifikat, atau berlisensi.
11. Selalu menyadari bahwa segala tindakan pada lingkungan binaan dan arsitektur selalu terkait dengan ekosistem
secara luas, antara individu dengan individu lainnya, antara individu dengan lingkungan alamnya, dan antara
individu dengan Penciptanya. Segala tindakan selalu berdasarkan bertanggung jawab terhadap sesama individu,
terhadap alam ciptaan, terhadap Penciptanya.
Kuliah 14