Anda di halaman 1dari 6

SUNAN MURIA DAN BUDAYA JAWA

NAMA : HANNA RIZQY GHASSANY ( 9F )

Latar Belakang
Sunan Muria merupakan salah satu dari sembilan wali yang terkenal sebagai
Walisongo, sembilan tokoh yang bertanggung jawab atas penyebaran agama Islam di Jawa
pada abad ke-15 hingga ke-16. Dia merupakan keturunan langsung dari Sunan Kalijaga, yang
juga dikenal sebagai salah satu Walisongo.
Sunan Muria lahir sebagai putra dari Sunan Kudus (Ja'far Shodiq), salah satu tokoh penting
dalam Islam di Jawa. Dia lahir di Mekah, Arab Saudi, sebelum akhirnya berpindah dan
tinggal di Jawa.
Sunan Muria terkenal karena perannya dalam menyebarkan agama Islam di wilayah
Jawa Tengah, terutama di daerah Gunung Muria, yang kemudian menjadi tempat yang sangat
dikaitkan dengan namanya. Dia dikenal sebagai tokoh yang bijaksana, penuh kasih, dan
memiliki pemahaman mendalam tentang ajaran Islam, yang membantunya dalam
mengajarkan dan menyebarkan agama tersebut di tengah masyarakat Jawa.
Sunan Muria terkenal karena mendirikan pesantren di Gunung Muria, yang kemudian
menjadi pusat pendidikan Islam yang penting di Jawa Tengah. Pesantren ini tidak hanya
mengajarkan ajaran agama, tetapi juga memberikan pendidikan tentang pertanian, kerajinan,
dan kegiatan sehari-hari lainnya kepada masyarakat setempat.
Selain meninggalkan warisan agama dan pendidikan, Sunan Muria juga meninggalkan
warisan kultural. Salah satunya adalah tradisi upacara "Larungan" yang masih dipraktikkan
hingga saat ini. Upacara ini merupakan ungkapan terima kasih kepada Sunan Muria yang
dianggap telah memberikan berkah kepada masyarakat setempat.
Sunan Muria adalah ulama dengan toleransi yang sangat tinggi dengan kebudayaan
masyarakat khususnya di Jawa Indonesia. Pendekatan Sunan Muria ini membuat agama Islam
mudah diterima. Dan kepribadian Sunan Muria yang zuhud serta berjiwa social tinggi sangat
menginspirasi.

Sunan Muria termasuk dalam anggota dewan Wali Songo. Nama lahirnya adalah Umar Said.
Ia adalah putra Sunan Kalijaga dan Dewi Saroh binti Maulana Ishaq. Nama Sunan Muria
sendiri diperkirakan berasal dari nama gunung (Gunung Muria), yang terletak di sebelah
utara kota Kudus, Jawa Tengah, tempat Sunan Muria dimakamkan. Sunan Muria wafat pada
tahun 1560 M.
Alasan Memilih Tokoh.

Sunan Muria adalah salah satu dari 9 wali yang ada di pulau jawa terutama di wilayah
Jawa Tengah terutama di gunung Muria yang cara penyebaran agama Islam menjalan kan
dakwah melalui pendekatan budaya atau kultur di lingkungan sekitar dengan memberikan
penerangan-penerangan Tauhid kepada masyarakat dan dapat di terima masyarakat dengan
mudah.

Sketsa Biografi.

Sumber versi catatan sejarah menyebutkan asal usul Sunan Muria sebagai anak
kandung dari sunan ngudung/sunan mandalika sangat tidak sesuai karena bukti kebenaran
otentik dewi sujinah istri sunan muria adalah putri dari Sunan Ngudung "Raden Usman
Haji" bin As-Sayyid Ali Murtadho Sunan Gisik kakak sunan ampel

Silsilah Raden Umar Said atau Sunan Muria menurut Naskah Pustoko Darah Agung
Rangkaiannya sebagai berikut :

1. Abdul Muthalib
2. Abbas bin Abdul-Muththalib
3. Abdullah bin Abbas berputra
4. Sayyid Abdul Azhar/ Abdullah Al Akbar / Syekh Abdul 'Wahid' Qurnayn Al
baghdadi
5. Syaikh Wais / Waqid Arumni
6. Syaikh Mudzakir Arumni
7. Syaikh Abdullah
8. Syaikh Kharmia / kharmis (Kurames)
9. Syaikh Mubarak
10.Syaikh Abdullah
11.Syaikh Ma'ruf / Madhra'uf
12.Syaikh Arifin
13.Syaikh Hasanuddin
14.Syaikh Jamal
15.Syaikh Ahmad
16.Syaikh Abdullah
17.Syaikh Abbas
18.Syaikh Abdullah
19.Syaikh Kurames / Khoromis (Ulama di Mekah)
20.Abdur Rahman / Kyai Lanang Baya / Rakryan Mantri Arya Wiraraja
Makapramuka (Ario Teja, Bupati Tuban)
21.Ario Teja I (Bupati Tuban)
22.Ario Teja Laku (Bupati Tuban)
23.Ario Teja II/Raden Arya Tejakusuma (Bupati Tuban)
24.Raden Sahur Tumenggung Wilatikta/Raden Arya Malayakusuma (Bupati Tuban &
Jepara)
25.Raden Mas Said (Sunan Kalijaga)
26.Raden Umar Said (Sunan Muria)

Silsilah Dari Ibu

1. Raden Umar Said (Sunan Muria) Bin Sayyidah Dewi Saroh Bin Maulana Ishaq
Tamsyi Bin Maulana Muhammad Abu Ishaq Bin Junaid al-Maghribi Bin Abdul
Qadir al-Maghribi Bin Syuaib al-Maghribi Bin Abdul Jabbar Bin Abdurrazzaq Bin
Abdul Aziz Bin Shalih Bin Abdul Qadir al-Jilani (leluhur al-Qadiri al-Jilani) Bin Abu
ash-Shalih Musa Jangi Dausat Bin Abdullah III Bin Yahya az-Zahid Bin Muhammad
I Bin Daud al-Amir Bin Musa II Bin Abdullah II Bin Musa al-Jun Bin Sulaiman Bin
Idris Bin Yahya Bin Ibrahim Bin Muhammad Bin Abdullah al-Kamil al-Mahdi Bin
Hasan al-Mutsanna Bin Hasan al-Mujtaba (leluhur al-Hasani) Bin Ali (Beristrikan
putri dari Nabi Besar Muhammad Saw;Fathimah az-Zahra) Bin Abi Thalib Al
Quraisy (ayah]

Selama berguru kepada Sunan Ngerang, dikisahkan bahwa suatu saat Sunan Ngerang
mengadakan syukuran untuk putrinya, Dewi Roroyono yang usianya genap dua puluh tahun.

Para murid seperti Sunan Muria, Sunan Kudus, Adipati Pathak Warak dari Mandalika
Jepara, Kapa dan adiknya, Gentiri, diundang untuk hadir.
Ketika Dewi Roroyono dan adiknya, Roro Pujiwati, keluar menghidangkan makanan
dan minuman, hati Adipati Pathak Warak terpesona oleh kecantikan putri gurunya itu. Ia
memandang Dewi Roroyono dengan mata tidak berkedip.

Putri Sunan Ngerang itu telah membuat Adipati Pathak Warak tergila-gila dan
melakukan tindakan tidak pantas terhadap putri gurunya itu. Bahkan, pada malam hari, Dewi
Roroyono dibawa lari ke Mandalika.

Sewaktu Sunan Ngerang mengetahui bahwa putrinya diculik oleh Pathak Warak, ia
berikrar akan menikahkan putrinya itu dengan siapa saja yang berhasil membawanya
kembali.

Setelah melalui berbagai rintangan yang berat termasuk melumpuhkan Adipati Pathak
Warak, membinasakan Kapa dan Gentiri yang berkhianat.

Raden Umar Said berhasil membawa kembali Dewi Roroyono. Lalu Sunan Ngerang
menjodohkan putrinya, Dewi Roroyono, dengan Raden Umar Said (Sunan Muria).

Sunan Muria menikah dengan Dewi Sujinah putri Sunan Ngudung, adik dari Sunan
Kudus dan Sunan Muria menikah dengan dewi Roroyono Putri Ki Ageng Ngerang dan Nyai
Ageng Ngerang. Sunan Muria menikah dengan dewi sujinah dikaruniai seorang anak
bernama Syech Jangkung.

Sedangkan, pernikahan Sunan Muria dengan dewi Roroyono Putri Ki Ageng Ngerang
dan Nyai Ageng Ngerang dikaruniai tiga orang anak, yaitu :

1. Sunan Nyamplungan
2. Raden Ayu Nasiki
3. Pangeran Santri (Sunan Kadilangu).

Selain itu adapula putra Sunan Muria yang terkenal ialah (Panembahan Pangulu)
Pangeran Jogodipo, yang makamnya berada satu kompleks di Colo.

Kompleks Makam Sunan Muria berada di Bukit Muria yang terletak di Desa Colo,
Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, Provinsi Jawa Tengah dan berada pada ketinggian lebih
dari 1600 meter di atas permukaan laut.
Karya tulis/sumbangsih pemikiran atau gerakan.

Di dalam tradisi penulisan tembang, Sunan Muria dianggap sebagai pencipta


tembang-tembang cilik (sekar alit) jenis Sinom dan Kinanthi.

Sunan Muria menjalankan dakwah melalui pendekatan budaya. Dalam seni


pewayangan, misal, Sunan Muria diketahui suka menggelar sejumlah lakon carangan
pertunjukan wayang gubahan Sunan Kalijaga, seperti : Dewa Ruci, Dewa Srani, Jamus
Kalimasada, Begawan Ciptaning, Semar Ambarang Jantur, dan sebagainya.

Melalui media pertunjukan wayang, Sunan Muria memberikan penerangan-


penerangan kepada masyarakat tentang berbagai hal dalam kaitan dengan tauhid. Dengan
pendekatan lewat pertunjukan wayang, tembang-tembang, tradisi-tradisi lama, dan praktik-
praktik keagamaan lama yang sudah diislamkan, Sunan Muria berhasil mengembangkan
dakwah Islam di daerah Jepara, Tayu, Juwana, bahkan sekitar Kudus.

Ibrah (Pesan pelajaran) yang dapat diambil.

 Sunan Muria mendirikan pesantren yang tidak hanya mengajarkan agama, tetapi juga
memberikan pendidikan praktis seperti pertanian dan kerajinan kepada masyarakat
setempat. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya hidup secara seimbang.

 Sunan Muria dikenal sebagai tokoh yang penuh kasih, bijaksana, dan memiliki
karakter yang baik, keteladanan dan kebaikan budi dalam berinteraksi dengan orang
lain, serta bagaimana sikap positif tersebut dapat memengaruhi lingkungan sekitar.

 Dalam proses penyebaran agama Islam, Sunan Muria menunjukkan kerja keras yang
luar biasa. Kerja keras dalam mencapai tujuan, sambil tetap menjaga ketenangan batin
dan kesadaran spiritual dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

 Sunan Muria memperlihatkan keterbukaan terhadap masyarakat dan budaya Jawa,


yang membantu dalam menyebarkan ajaran agama Islam.
Penutup.
Sunan Muria adalah tokoh agama yang menginspirasi karena mengajarkan dan
mengenalkan agama Islam dengan pendekatan yang bisa diterima masyarakat dengan mudah,
yaitu melalui seni dan budaya masyarakat. Dan mengajarkan keseimbangan dalam kehidupan
untuk belajar ilmu dunia dan akhirat.

SUMBER RUJUKAN :

WIKIPEDIA

SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM KELAS IX

Anda mungkin juga menyukai