Anda di halaman 1dari 1

Kawasan Borobudur yang berlokasi di Dataran Kedu Selatan bentuk lahannya terdiri dari dataran aluvial dan

dataran kaki gunung api muda, dengan ketinggian berkisar antara 250-350 meter dari.

Maka dari itu perlu adanya mitigasi atau penjinakan untuk mengurangi dan memperkecil akibat-akibat yang
ditimbulkan oleh bencana erupsi gunung berapi tersebut. Seperti pada tahun 2010 saat gunung Merapi erupsi,
menutup dengan plastik pada bagian-bagian yang dianggap penting seperti pada bagian stupa pada tingkat 7, 8, dan
9. Tujuan dari penutupan ini adalah untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat abu vulkanik karena pada
waktu itu letusan Gunung Merapi masih terus berlangsung. Berdasarkan hal tersebut, untuk mengurangI dampak
yang diakibatkan oleh abu vulkanik letusan gunung api, maka dilakukan pengadaan sarana penanggulanganbencana
berupa cover (penutup) yang dapat melindungi batu candi dari terpaan material vulkanik. Penutup atau cover
tersebut dirancang sesuai bentuk arsitektural Candi Borobudur. Bahan yang digunakan adalah terpaulin buatan
Jerman dengan ketebalan 0,2 mm.

Kemudian pada erupsi gunung Kelud. Berdasarkan pengalaman pada penanganan dampak hujan abu Gunung
Kelud, maka sebaiknya pemasangan cover (penutup) batu Candi Borobudur sudah dilakukan ketika status 'Awas'
pada gunung api yang ada di Pulau Jawa ditetapkan. Hal ini diperlukan mengingat ketika erupsi Gunung Kelud
yang terletak di Jawa Timur, dampak hujan abunya sampai ke Borobudur.

Selain dengan meng-cover candi, perlu juga adanya standar operasional prosedur untuk menangani bencana ini.
Pada saat erupsi Merapi 2010 dilakukan berapa SOP penanganan bencana berupa Penutupan sementara Candi
Borobudur dari kegiatan parwisata, Pengecekan keasaman batu candi dan analisis unsur abu vulkanik Hasil
observasi terhadap abu vulkanik yang menyelimuti Candi Borobudur ternyata bersifat asam dengan tingkat
keasaman (pH) 4 - 5. Ini diperkuat dengan analisis laboratorium yang menyatakan Sulfur (S) sebagai unsur
pembawa sifat asam merupakan salah unsur yang dominan dari abu vulkanik tersebut. Tingkat keasaman seperti ini
tentu dapat memicu berbagai macam masalah bagi Candi Borobudur jika abu vulkanik tersebut dibiarkan terlalu
lama kontak langsung dengan batu. Secara fisik abu vulkanik tersebut berukuransangat halus bercampur sedikit
bagian dengan ukuran butir yang lebih kasar. Pembersihan Kering Pembersihan kering secara manual dilakukan
dengan menggunakan alat kerok dan serok yang lunak (tidak merusak batu). Pembersihan dilanjutkan dengan sikat
ijuk agar abu semakin tipis. Pada pembersihan kering ini, Balai Konservasi Borobudur dibantu oleh relawan dari
berbagai unsur yang ada di masyarakat berjumlah 1975 orang. Penetralan kandungan asam pada batu candi
Penetralan kandungan asam ini dilakukan karena abu vulkanik yang menempel pada batu bersifat asam dan dapat
mempercepat kerusakan batu candi. Bahan yang digunakan adalah NaHCO, 1% (soda kue) dengan cara
disemprotkan.

Selain bencana alam, manusia juga ikut andil dalam biang kerok penyebab kerusakan candi Borobudur.
Pengunjung yang ramai mengunjungi situs candi secara langsung turut serta mempercepat laju pengikisan batuan.
Baru baru ini diberlakukan pemberian biaya tiket masuk tambahan untuk menaiki situs candi Borobudur.
Rencananya pemerintah daerah juga akan menyiapkan sandal khusus bagi pengunjung yang ingin menaiki candi
Borobudur untuk mengurangi resiko kerusakan akibat gesekan sandal.

Candi Borobudur merupakan kekayaan budaya yang sangat patut kita jaga dan lestarikan. Situs budaya sejarah yang
tak ternilai harganya. Monumen ini merupakan secuil bukti kemegahan negara Indonesia serta hasil nyata dari
kecerdasan dan kerja keras bangsa Indonésia sejak dulu kala. Sebagai monumen budaya yang telah berdiri kokoh
selama lebih dari 12 abad lamanya tentu tak akan lepas dari segala ancaman baik dari manusia. Hingga saat ini
Candi Borobudur masih terus dilakukan pelestarian. Kesempatan emas ini tidak akan disia siakan untuk menjadikan
candi Borobudur sebagai aset pariwisata yang mampu meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar.

Manusia bukanlah makhluk yang sempurna sehingga bukannya tidak mungkin candi Borobudur akan terus berdiri
selamanya. Namun, upaya upaya yang ada akan dilaksanakan semaksimal mungkin untuk terus membuat
Borobudur berdiri kokoh. Sebagai generasi muda kita perlu terus meningkatkan rasa cinta kita pada budaya kita ini.

Monumen monumen bersejarah harus kita jadikan sebagai pondasi untuk membangun rasa cinta kepada bangsa
Indonesia. Segala latar belakang sejarahnya akan sangat diperlukan dalam pembelajaran dan percontohan untuk
masa kini dan selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai