Anda di halaman 1dari 18

EVIDENCE BASED PRACTICE

PENERAPAN TERAPI RENDAM KAKI AIR HANGAT PADA GANGGUAN POLA


TIDUR DI RUANG NAKULA 1 RSUD KRMT WONGSONEGORO

Disusun Oleh

ATHAYA KARIMA MAHIRA


P1337420622064

PROGRAM PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
SEMARANG 2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gangguan tidur adalah masalah yang umum dialami hampir 56% pasien
hospitalisasi (Wahyuningsih, 2014). Gangguan tidur yang dialami seserorang akan
berdampak buruk terhadap kualitas hidup, aktivitas sehari-hari, pada perasaaan
tingkat kewaspadaan dan kelelahan serta dapat menurunkan sistem imun tubuh
(Kaku et al, 2015). Berbagai gangguan tidur yang sering dialami pasien
hospitalisasi antara lain kesulitan memulai tidur, bangun lebih awal, insomnia dan
sering terbangun (Lestari, 2015). Insomnia adalah suatu keluhan mengenai
kurangnya kualitas tidur seperti sulitnya masuk tidur, sering terbangun pada malam
hari, kesulitan untuk tidur kembali, bangun terlalu pagi dan tidur yang tidak
nyenyak (Sarsour et al, 2015). Penelitian menunjukkan bahwa kualitas tidur pasien
hospitalisasi menurun disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya lingkungan
seperti cahaya, suara alarm, suara dari alat medis, efek dari obat-obatan yang
menyebabkan tidak bisa tidur
(Rahmani, 2016).

Penanganan insomnia dapat dilakukan secara farmakologis dan non


farmakologis. Penaganan secara farmakologis seperti obat-obatan hipnotik sedatif
seperti zolpidem, tradoson, lorazepam, fenobarbital yang akan memiliki efek
samping seperti gangguan koordinasi berfikir, gangguan fungsi mental, amnesia,
ketergantungan, dan bersifat racun (Kim, 2016). Penggunaan obat untuk membantu
tidur tidak baik bagi tubuh seseorang dan seharusnya dihindari semaksimal
mungkin, obat-obatan yang mengandung efek dapat menganggu tahap III dan IV
tidur REM dapat menyebabkan insomnia dan mimpi buruk (Marwani, 2018).
Banyak cara yang dapat digunakan menanggulangi masalah tidur, salah satunya
terapi relaksasi yang termasuk dalam terapi non farmakologi (Kurnia, 2016).

Terapi relaksasi seperti rendam kaki dengan air hangat dapat dilakukan serta
tidak memiliki efek samping. Rasa hangat yang langsung menyentuh kulit yang
terdapat banyak pembuluh darah memberikan efek relaksasi sehingga endofrin
dilepaskan yang dapat menimbulkan rasa rileks (Marwani, 2018). Air hangat
memberikan efek sedasi yang dapat merangsang tidur. Merendam kaki dalam air
hangat bertemperatur 37-390C akan menimbulkan efek sopartifik (efek ingin tidur)
dan dapat mengatasi gangguan tidur (Wijayanti, 2017).

Rendam air hangat pada kaki dapat meningkatkan kualitas tidur dengan
mekanisme syaraf pada daerah kaki terutama kulit yaitu plexus venosus dari
rangkaian saraf ini stimulasi diteruskan ke cormu posterior kemudian dilanjutkan
ke medulla spinalis, setelah itu diteruskan ke lamina I,II,III, radix dorsalis,
kemudian dilanjutkan ke ventrobasal thalamus dan masuk ke batang otak tepatnya
di daerah rafe bagian bawah pons medula, sehingga akan menimbulkan efek
soparifik (efek ingin tidur) (Guyton, 2015).

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Laporan ini bertujuan untuk mengetahui efek terapi rendam kaki air hangat untuk
mengatasi gangguan pola tidur pasien di ruang Yudistira RSUD KRMT
Wongsonegoro.

2. TujuanKhusus

a. Mengetahui lama jam tidur pasien sebelum dan sesudah dilakukan


intervensi,

b. Menganalisis pengaruh terapi rendam kaki air hangat untuk mengatasi


pola tidur pasien.
C. Manfaat
Hasil laporan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak berikut ini:
1. Bagi Perawat/Rumah Sakit.
Apabila penelitian ini berpengaruh dan gangguan tidur dapat diatasi
diarapkan terapi rendam kaki air hangat dapat diterapkan sebagai intervensi
mandiri keperawatan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu bacaan sumber
literatur yang berguna untuk menambah pengetahuan dan wawasan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Gangguan Tidur


1. Pengertian GangguanTidur
Gangguan pola tidur merupakan keadaan dimana individu mengalami
suatu perubahan dalam kuantitas dan kualitas pola istirahatnya yang
menyebabkan rasa tidak nyaman atau mengganggu gaya hidup yang di
inginkan. Gangguan tidur jika tidak segera ditangani akan berdampak serius
dan akan menjadi gangguan tidur yang kronis. Secara fisiologis, jika
seseorang tidak mendapatkan tidur yang cukup untuk mempertahankan
kesehatan tubuh dapat terjadi efek-efek seperti pelupa,
konfusidandisorientasi(Tokinobuet al,2016).
2. Dampak Gangguan Tidur
Berikut ada beberapa hal yang menjadi dampak insomnia, yaitu:
a. Tidak produktif.
Dampak serius insomnia adalah turunnya produktivitas sehingga
sering kali mengganggu kegiatannya.
b. Tidak fokus.
Penderita insomnia sering mengantuk di siang hari dan tidak bisa
memuaskan perhatian pada hal-hal detail.
c. Tidak bisa membuat keputusan.
Mereka tidak dapat memberikan pertimbangan untuk mengatasi
masalah sehingga seringkali apa pun masalah yang ada akan terasa berat
untuk diatasi.
d. Pelupa.
Orang insomnia juga sering lupa, bahkan bagi hal yang baru saja
dialaminya.
e. Pemarah.
Tubuh lelah akibat tidak tidur semalaman membuat penderita
insomnia mudah terusik. Hal-hal kecil dapat menimbulkan kemarahan
karena penderita insomnia menjadi pribadi yang sensitif.
f. Depresi.
Hal ini bisa berdampak pada mereka yang telah mengalami
insomnia menetap. Stress yang menghantui menjadi faktor pencetus
depresi yang semakin dalam. Hal ini nantinya akan berdampak pada
keadaan psikis penderita insomnia tersebut.
g. Meningkatkan resiko kematian.
Hal ini jika dikaitkan dengan berbagai macam penyakit yang bisa
ditimbulkan dari insomnia seperti beresiko terserang hipertensi, diabetes
mellitus, penyakit jantung, dan lain-lain.
h. Menyebabkan tubuh rentan terhadap berbagai macam penyakit.
Sebab, tubuh manusia diciptakan sedemikian sempurnanya yang
secara alamiah telah diatur sebuah metabolisme fisik yang akan
mempengaruhi kesehatan. Fisik dan mental seseorang akah sehat jika
terdapat keteraturan antara terjaga dan tidur. Bukankah tidur juga berfungsi
terhadap penataan kembali keseimbangan fisik setalah sekian lamanya
terjaga dan terjadi kecapekan kerja. Sebab, dengan adanya tidur maka
tubuh akan memproses untuk mengurangi asam laktat yang berfungsi
terkumulasinya kecapekan. Itulah kiranya jika seseorang tidurnya normal
maka ketika bangun tidur akan terasa segar kembali yang disebabkan asam
laktat tersebut telah terminimalkan. Sebaliknya, jika seseorang mengalami
kurang tidur maka asam laktat belum juga hilang secara sempurna
sehingga ketika terjaga, badan masih terasa sakit.
3. Tanda dan Gejala
Gejala-gejala dari insomnia terdiri dari beberapa gejala yaitu :
a. Gejalafisik

1) Merasa tidak bisa tidur nyenyak.


Keadaan ini bisa berlangsung sepanjang malam dan dalam berhari-
hari bahkan berminggu-minggu.Merasa lelah saat bangun tidur dan
tidak merasakan kesegaran. Mereka yang mengalami insomnia
seringkali merasa tidak pernah tertidur sama sekali.
2) Sakit kepala dipagi hari.
Sering disebut efek mabuk, padahal nyatanya tidak meminum-
minuman di malam hari.
3) Mata terlihat memerah.
b. GejalaPsikis
1) Kesulitan berkonsentrasi.
2) Mudah marah.
3) Mengantuk disiang hari.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tidur
Faktor-faktor yang mempengaruhi tidur antara lain:
a. Stres
Kecemasan tentang masalah pribadi atau situasi dapat menggangu
tidur. Stres emosional menyebabkan seseorang menjadi tegang dan sering
kali mengarah frustasi apabila tidur. Stres merusak keseimbangan
alamiah diri manusia. Mengalami keadaan tidak normal secar terus-
menerus akan merusak kesehatan tubuh dan berdampak pada beragam
gangguan fungsi tubuh. Salah satu dampaknya adalah kesulitan tidur
(mimpi buruk). Stres juga menyebabkan seseorang mencoba terlalu keras
untuk tidur, sering terbangun selama siklus tidur, atau terlalu banyak
tidur. Stres yang berlanjut dapat menyebabkan kebiasaan tidur buruk.
b. Lingkungan
Lingkungan fisik tempat seseorang tidur berpengaruh penting pada
kemampuan untuk tidur dan tetap tidur. Ventilasi yang baik adalah
esensial untuk tidur yang tenang. Ukuran, kekerasan, posisi tempat tidur
mempengaruhi kualitas tidur dan suara juga mempengaruhi tidur. Suara
yang rendah lebih sering membangunkan seseorang dari tidur tahap I,
sementara suara yang keras membangunkan orang pada tahap 3 atau 4.
Kebisingan merupakan suara atau bunyi yang mengganggu tidur. Bising
dapat menyebabkan berbagai macam gangguan seperti gangguan
fisiologis dan gangguan psikologis. Pada umumnya bising bernada tinggi
sangat mengganggu, apalagi bila terputus-putus atau datangnya tiba-tiba.
Bising
dengan intensitas yang tinggi dapat menyebabka pusing/sakit kepala. Hal
ini disebabkan bising dapat merangsang situasi reseptor vestibular dalam
telinga yang akan menimbulkan efek pusing/vertigo, perasaan mual,
susah tidur, dan sesak nafas. Hal ini karena adanya rangsangan bising
terhadap sistem saraf, keseimbangan organ, kelenjar endokrin, tekanan
darah, sistem pencernaan dan kesimbangan elektrolit.
c. Diet
Makan besar dan/atau berbumbu pada makan malam dapat
menyebabkan tidak dapat dicerna dan menganggu tidur. Kafein dan
alkohol yang dikonsumsi pada malam hari mempunyai efek produksi
insomnia seingga mengurangi atau enghindari zat tersebut secaara
drastik adalah strategi penting yang digunakan untuk meningkatkan tidur.
Alergi makanan menyebabkan insomnia. Selain susu, makanan lain yang
sering menyebabkan alergi pengahasil insomnia di antar anak-anak dan
orang dewasa meliputi jagung, gandum, kacang-kacangan, coklat, telur,
ikan laut, pewarna makanan warna merah dan kuning, dan ragi.
Perbaikan tidur yang normal memerlukan waktu sampai 2 minggu jika
makanan tertentu yang menyebabkan masalah tekag dihilangkan dari
diet. Kehilangan atau peningkatan berat badan mempengaruhi pola tidur.
Ketika seseorang bertambah berat badannya, maka periode berat badan
mempengaruhi tidur. Ketika seseorang bertambah berat badannya, maka
periode tidur akan menjadi lebih panjang dengan lebih sedikit interupsi.
Kehilangan berat badan menyebabkan tidur pendek dan terputus-putus.
Gangguan tidur tertentu dapat dihasilkan dari diet semi puasa
( semistarvation) yang popular di dalam kelompok masyarakat yang
sadar berat badan.
d. Obat-obatan dan Substansilain
Mengantuk dan defrivasi tidur adalah efek samping medikasi yang
umum. Berikut daftar obat-obatan yang dapat mengganggu tidur, yaitu :
Hipnotik; mengganggu dengan mencapai tahap tidur yang lebih dalam,
hanya memberikan peningkatan kualitas sementara, seringakali menyebabkan
“rasa
mengembang” sepanjang siang hari perasaan mengantuk yang berlebihan,
bingung, penurunan energi, memperburuk apnea tidur pada lanjut usia.
Diuererik; menyebabkan nokturia (terbangun dari tidur pada malam hari
untuk buang air kecil). Anti depresan dan stimulant; menekan tidur Rapid
Eye Movement (REM), menurunkan total waktu tidur. Alkohol;
mempercepat mulanya tidur, menggangu tidur Rapid Eye Movement
(REM), membangunkan seseorang pada mlam hari dan menyebabkan
kesulitan untuk kembali tidur.
e. Penyakit
Setiap penyakit yang menyebabkan nyeri, ketidak nyamanan fisik
(misal: kesulitan bernafas), atau suasana hati (seperti: kecemasan atau
depresi) dapat menyebabkan masalah tidur. Penyakit pernafasan seperti
emfisema, asma, bronchitis, rhinitis alergi mengubah irama pernafasan
dan mengganggu tidur. Penyakit jantung koroner sering dikarakteristikan
dengan episode nyeri dada yang tiba-tiba dan denyut jantung yang tidak
teratur dan mengalami frekuensi terbangun yang sering dan perubahan
tahapan selama tidur.
B. Konsep Terapi Rendam Kaki Air Hangat
1. Pengertian
Merendam kaki dengan air hangat merupakan pemberian aplikasi panas
pada tubuh untuk mengurangi gejala rasa tidak nyaman. Terapi ini efektif
untuk mengatasi ketegangan otot dan kelancaran peredaran darah (Arnot,
2016). Merendam kaki dengan air hangat yang bertemperatur 37°C-39°C
bermanfaat dalam menurunkan kontraksi otot sehingga menimbulkan
perasaan rileks yang bisa mengobati masalah kebutuhan tidur, selama 15
menit. Menurut Kusumastuti dalam Wijayanti (2017) mengungkapkan
bahwa air adalah media terapi yang tepat untuk pemulihan cedera, karena
secara ilmiah air hangat berdampak fisiologis bagi tubuh. Pertama,
berdampak pada pembuluh darah yaitu membuat sirkulasi darah menjadi
lancar. Kedua, faktor pembebanan di dalam air akan menguatkan otot-otot
dan ligament yang mempengaruhi sendi-sendi tubuh. Air dimanfaatkan
sebagai pemicu untuk
memperbaiki tingkat kekuatan dan ketahanan terhadap penyakit. Pengaturan
sirkulasi tubuh dengan menggunakan terapi air dapat menyembuhkan
berbagai penyakit seperti demam, radang paru-paru, sakit kepala dan
insomnia. Terapi air adalah cara yang baik untuk meningkatkan daya tahan
tubuh, melancarkan peredaran darah dan memicu pembuangan racun
(Wijayanti, 2017).
Merendam kaki dengan air hangat merupakan pemberian aplikasi panas
pada tubuh untuk mengurangi gejala nyeri akut maupun kronis. Terapi ini
efektif untuk mengurangi nyeri yang berhubungan dengan ketegangan otot
walaupun dapat juga dipergunakan untuk mengatasi masalah hormonal dan
kelancaran peredaran darah. Pengobatan Tradisonal Tiongkok menyebut
kaki adalah jantung kedua tubuh manusia, barometer yang mencermikan
kondisi kesehatan badan. Ada banyak titik akupuntur ditelapak kaki. Enam
meridian (hati, empedu, kandung kemih, ginjal, limpa dan perut) ada di kaki
(Arnot, 2016). Panas pada fisioterapi dipergunakan untuk meningkatkan
aliran darah kulit dengan jalan melebarkan pembuluh darah yang dapat
meningkatkan suplai oksigen dan nutrisi pada jaringan. Panas juga
meningkatkan elastisitas otot sehingga mengurangi kekuatan otot.
Beberapa negara maju menerapkan terapi stimulus control dengan
menggunakan air hangat sudah banyak dilakukan. Menurut Potluri et al
(2015) merendam kaki dengan air hangat yang bertemperatur 37-38°
bermanfaat dalam menurunkan kontarksi otot sehingga menimbulkamn
perasaan rileks yang bisa mengobati gejala kurang tidur dan infeksi.
2. Respon Tubuh Saat Merendam Kaki dengan Air Hangat
Kerja air hangat pada dasarnya adalah meningkatkan aktivitas molekuler
(sel) dengan metode pengaliran energi melalui konveksi (pengaliran lewat
medium cair) (Syarif, 2016). Metode perendaman kaki dengan air hangat
memberikan efek fisiologis terhadap beberapa bagian tubuh organ manusia.
Berikut ini adalah beberapa organ yang mengalami perubahan fisiologis,
yaitu:
a. Jantung
Tekanan hidrostatik air terhadap tubuh mendorong aliran darah dari
kaki menuju ke rongga dada dan darah akan berakumulasi di pembuluh
darah besar jantung. Air hangat akan mendorong pembesaran pembuluh
darah kulit dan meningkatkan denyut jantung. Efek ini berlangsung cepat
setelah terapi air hangat diberikan (Marwani, 2018).
b. Jaringan otot
Air hangat dapat mengendorkan oto sekaligus memiliki efek
analgesik. Tubuh yang lelah akan menjadi segar dan mengurangi rasa
letih yang berlebihan. Hal ini dapat mengurangi gejala
kesemutan atau Restless Legs Syndrom (RLS) pada lansia (Marwani,
2018).
c. Organpernapasan
Aliran darah yang lancar akan membawa nutrisi dan oksigen yang
cukup untuk dibawa ke rongga dada serta paru-paru. Peningkatan
kapasitas paru juga dapat terjadi, hal ini dapat mengurangi gejalas Sleep
Disordered Breathing (SDB) (Marwani, 2018).
d. Sistem endokrin
Berendam menggunakan air hangat dapat melepaskan dan
meningkatkan sekresi hormon pertumbuhan tubuh. Sirkulasi hormon
kortisol misalnya, air hangat dapat meningkatkan sekresi hormon
tersebut dan menimbulkan rasa “kegembiraan” bagiseseorang. Padaterapi
merendam kaki dengan air hangat dapat menyebabkan efek sopartifik
(efek ingin tidur), hal ini kemungkinan dapat disebabkan oleh
peningkatan sekresi hormone melatonin sebagai dampak dari rendam air
hangat pada kaki sehingga seseorang yang merendam kakinya dengan air
hangat dapat meningkatkan kualitas tidurnya (Marwani, 2018).
e. Persyarafan
Efek merendam kaki dengan air hangat dapat menghilangkan stress
(Marwani, 2018). Adapun manfaat dari terapi rendam kaki air hangat
adalah sebagai berikut:
1) Produksi perasaan rileks
2) Merangsang ujung saraf untuk membuat perasaan segar kembali.
3) Meningkatkan sirkulasi darah
4) Peningkatan metabolisme jaringan.
5) Penurunan kekuasaan tonus otot.
6) Peningkatan migrasi leukosit.
7) Analgesik dan efek sedatif.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1. Data Umum Responden
Nama Pasien : An.
B
Umur : 15 tahun
Agama : Islam
Status : Anak
Alamat : Banyumanik
Pekerjaan : Pelajar Tanggal
Masuk : 4 Desember 2022
Tanggal Pengkajian : 6 Desember 2022
Diagnosa Medis : Febris
Nomor Register : 578xxxx

Pasien datang ke RSUD KRMT Wongsonegoro pada tanggal 4 Desember


2022 karena mengeluh demam. Klien mengalami demam sudah sekitar 7
hari yang lalu, sudah diberikan obat paracetamol namun suhu badan tidak
kunjung turun. Klien belum pernah dirawat di RS sebelumnya, orang tua
klien mengatakan bahwa klien suka terbangun saat malam hari dan jam tidur
klien juga tidak teratur, dan durasi tidur klien tergolong singkat.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian sesudah diberikan terapi rendam kaki air
hangat terdapat peningkatan lama waktu tidur antara sebelum dan sesudah
diberikan terapi rendam kaki air hangat. Menurut Arnot (2016) merendam kaki
dengan air hangat merupakan pemberian aplikasi panas pada tubuh untuk
mengurangi gejala rasa tidak nyaman. Terapi ini efektif untuk mengatasi
ketegangan otot dan kelancaran peredaran darah (Arnot, 2016). Merendam kaki
dengan air hangat yang bertemperatur 37°C- 39°C bermanfaat dalam
menurunkan kontraksi otot sehingga menimbulkan perasaan rileks yang bisa
mengobati masalah kebutuhan
tidur, selama 15 menit. Menurut Kusumastuti dalam Suneesh et al (2016)
mengungkapkan bahwa air adalah media terapi yang tepat untuk pemulihan
cedera, karena secara ilmiah air hangat berdampak fisiologis bagi tubuh.
Pertama, berdampak pada pembuluh darah yaitu membuat sirkulasi darah
menjadi lancar. Kedua, faktor pembebanan di dalam air akan menguatkan otot-
otot dan ligament yang mempengaruhi sendi- sendi tubuh. Air dimanfaatkan
sebagai pemicu untuk memperbaiki tingkat kekuatan dan ketahanan terhadap
penyakit. Pengaturan sirkulasi tubuh dengan menggunakan terapi air dapat
menyembuhkan berbagai penyakit seperti demam, radang paru-paru, sakit
kepala dan insomnia. Terapi air adalah cara yang baik untuk meningkatkan daya
tahan tubuh, melancarkan peredaran darah dan memicu pembuangan racun
(Suneesh et al, 2016).
Dari penelitian diatas peneliti berpendapat bahwa kualitas tidur responden
sesudah diberikan terapi rendam kaki air hangat dalam kategori kualitas tidur
yang baik, orang tua responden menyatakan sering tidak terbangun pada
malam hari dan mendapatkan perasaan segar setelah bangun tidurnya.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan serta diuraikan pada
pembahasan yang terpapar di bab 4, maka peneliti dapatmemberikan kesimpulan
bahwa terapi rendam kaki air hangat dapat meningkatkan kualitas tidur serta
meningkatkan lama jam istrirahat dan dapat membuat pasien merasa rileks serta
tidur lebih nyenyak.
B. Saran
1. Bagi Perawat / Rumah Sakit
Perawat diharapkan dapat meningkatkan asuhan keperawatan pada pasien
dengan gangguan pola tidur dengan cara membuat inovasi baru dalam
pemenuhan kebutuhan tidur.
2. Bagi Institusi
Diharapkan penelitian ini dijadikan referensi dan digunakan bagi mahasiswa
untuk menambah pengetahuan dibidang kesehatan yaitu dengan memberikan
terapi rendam kaki air hangat terhadap gangguan tidur pasien.
BAB III
METODE PENULISAN

A. Rancangan Solusi yang Ditawarkan


P : Gangguan pola tidur /
insomnia I : Terapi rendam kaki
airhangat
C : Tidak ada pembanding / intervensi lain
O : Menurunnya gangguan pola tidur (waktu tidur
meningkat) T : 15 menit sebelum tidur
B. Target dan Luaran
Target yang akan mendapatkan perlakuan intervensi pada deskripsi kasus
ini yaitu pasien dengan gangguan tidur dan diberikan intervensi terapi rendam
kaki air hangat. Luaran dari deskripsi kasus ini untuk mengetahui perlakuan yang
dilakukan berdasarkan evidence based practice, selanjutnya dilakukan observasi
dari hasil pemberian terapi rendam kaki air hangat terhadap gangguan tidur
pasien.
C. Prosedur Pelaksanaan
1. Tahap Awal
Memilih pasien untuk dijadikan responden berdasarkan kriteria inklusi yaitu
pasien dengan gangguan tidur.
2. Tahap Pelaksanaan
a) PraIntervensi
1) Mendapatkan persetujuan pasien
2) Melakukan kontrak waktu
3) Memberikan kesempatan bertanya
4) Melakukan wawancara untuk mengetahui lama jam tidur pasien
b) Tahap Intervensi
Melakukan terapi rendam kaki air hangat selama 15 menit sebelum pasien
tidur
c) Post Intervensi
Melakukan wawancara kembali untuk mengetahui lama jam tidur pasien
setelah intevensi.

DAFTAR PUSTAKA

Arnot. 2016. Pustaka Kesehatan Populer Pengobatan Praktis Perawatan Alternatif


dan Tradisional volume 7 . Jakarta: EGC.

Kim, H.J., Lee, Y., & Sohng, K.Y., (2016). The effects of Footbath on sleep among
the older adults in nursing home, (online), p.40-46,
(https://www.ncbi.nlm.nih.gov, diakses tanggal 16 Agustus 2019).
Kurnia, (2016). Lavender improve quality of sleep in elderly people, (online), (jurnal
kedokteran Brawijaya, diaksed tanggal 14 Agustus 2019).
Lestari, M., (2015). Pengaruh pengguanaan earplugs terhadap kualitas tidur penderita
gangguan tidur di IRNA-1 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, (online),
(http://etd.repository.ugm.ac.id/, diakses tanggal 8 Agustus 2019).
Marwani, R.D.P., (2018). Perbedaan efektivitas rendam kaki air hangat
menggunakan garam dan rendam kaki air hangat tidak menggunakan garam
terhadap insomnia di Magetan, (online), (https://ejournal.unsrat.ac.id, diakses
tanggal 16 Agustus 2019).
Rahmani et al, (2016). Comparing effect of foot reflexology massage, footbath and
their combination on quality of sleep in patients with acute coronary
syndrome, (online), Vol.5, No. 04, (https://search.proquest.com, diakses
tanggal 16 Agustus 2019).
Sarsour et al, (2015). Associations of Nonrestorative sleep with insomnia, depresion,
and daytime function, (online), Vol.11, (https://serach.proquest.com, diakses
tanggal 16 Agustus 2019).
Suneesh et al, (2016). A study to asses the effectiveness of warm foot bath on sleep
onset time among cancer patients with insomnia in Nath Lal Parekh Cancer
Hospital at Rajkot, (online), Vol.07, No.02,
(https://search.proquest.com, diakses tanggal 16 Agustus 2019).
Syarif, M., (2016). Pengaruh terapi air hangat terhadap kualitas tidur lansia di Dusun
Cambahan Gamping Sleman Yogyakarta, (online),
(www.universitas.aisiyah.ac.id, diakses tanggal 13 Agustus 2019).
Tokinobu et al, (2016). Effects of Ayurvedic oil dripping treatment with sesame oil
vs with warm water on sleep a randomized single blinded crossover pilot
study, (online), Vol. 22, No. 01, (https://www.ncbi.nlm.nih.gov, diakses
tanggal 13
Agustus2019).
Wahyuningsih, I.S., & Iksan, K.N., (2014). Nyeri pada pasien kanker yang menjalani
kemoterapi, (online), Vol.9, No.1, (http://jurnal.ners.ac.id, diakses tanggal 7
Agustus 2019).

Anda mungkin juga menyukai