Anda di halaman 1dari 17

Penelitian

Pemberdayaan Penyuluh Agama dalam Peningkatan Pelayanan Keagamaan di Kota Medan 159

Pemberdayaan Penyuluh Agama dalam Peningkatan


Pelayanan Keagamaan di Kota Medan

Agus Mulyono
Peneliti Puslitbang Kehidupan Keagamaan
Email: agsmuel@gmail.com
Diterima redaksi tanggal 4 Juli 2014, diseleksi 10 Juli 2014, dan direvisi 20 Agustus 2014

Abstract Abstrak
The aims of this study are to evaluate the Penelitian ini bertujuan untuk
The aims of this study are to evaluate mengevaluasi efektivitas implementasi
the effectiveness of the implementation Keputusan Menteri Negara Koordinator
Bidang Pengawasan Pembangunan dan
of the 1999 State Ministerial Decree No. Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
54 / KEP / MK.WASPAN / 9/1999 by the 54/KEP/MK.WASPAN/9/1999 tentang
National Coordinator for the Development, Jabatan Fungsional Penyuluh Agama dan
Monitoring and Empowerment of the Angka Kreditnya. Menginventarisir faktor-
State Apparatus. This decree focused on faktor yang mendorong dan menghambat
the functional role of religious counselors penyuluh agama dalam menjalankan
tugas dan fungsinya. Menilai pelaksanaan
and their accreditation. This paper seeks
tugas penyuluh para penyuluh agama di
to explore the factors that facilitate masyarakat. Penelitian dengan pendekatan
and obstruct the fulfillment of religious kualitatif ini dilakukan dengan menggunakan
counselors’ duties. This study uses metode pengumpulan data wawancara,
qualitative methods such as interviews, FGD, dan studi dokumen. Pengambilan
focus group discussions and archival work. data lapangan dilakukan pada bulan April
Data was collected in April and May of sampai Mei 2013 di Kota Medan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa sebagian
2013 in Medan. This study shows that besar penyuluh agama memahami isi dari
most religious counselors understand the Kepmenkowas­bangpan tahun 1999, namun
contents of the State Ministerial Decree, belum secara konsisten menerapkan dalam
but they have not consistently implemented tugasnya. Pemberdayaan Kementerian
it. Support from the Ministry of Religious Agama RI kepada para penyuluh masih
Affairs for religious counselors is still sangat sedikit, sehingga SDM-nya sangat
inadequate. Religious counselors have very terbatas dan belum begitu siap ketika
berhadapan dengan masyarakat yang lebih
limited resources and they are not well- dinamis. Para penyuluh agama merasa
equipped to deal with a more dynamic kesulitan untuk mencapai angka kredit
society. Religious counselors find it difficult yang dibutuhkan, terutama ketika akan
to achieve the number of credits required mencapai golongan IV/a dan IV/b, karena
by the state, especially the levels of IV/a keterbatasan SDM. Selama ini jumlah
and IV/b due to these limited resources. penyuluh Agama Islam dan Penyuluh
Agama Budha belum sebanding dengan
The number of Islamic religious counselors jumlah penduduk yang ada. Monitoring
and Buddhist religious counselors is still dari Kementerian Agama pusat kepada para
quite low and there is still a great deal of penyuluh dan masyarakat binaan tidak
demand for counselors. The outcome of dilakukan sehingga belum dapat diketahui
the decree is still unknown. Until then, the hasilnya di masyarakat. Kemudian,
facilities and infrastructure prepared by the sarana dan prasarana yang disiapkan
government is too limited, thus inhibiting oleh pemerintah sangat terbatas sehingga
menghambat kinerja para penyuluh di
the performance of counselors in the field. lapangan.
Keywords: Religious Counselors, Service, Kata kunci: Penyuluh Agama, Pelayanan,
and Empowerment. dan Pemberdayaan.
Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 13 No. 2
160 Agus Mulyono

Pendahuluan para penyuluh agama belum berperan


aktif di masyarakat (Wawancara dengan
Penyuluh agama adalah aparat Sulfia Rahmi, 10 April 2013).
Kementerian Agama yang berfungsi
menjalan­kan tugas dan fungsi Untuk melihat secara jernih peran
Kementerian Agama di tingkat paling para penyuluh agama, agar tidak seperti
bawah, sehingga penyuluh agama yang diungkapkan di atas maka secara
berperan sebagai ujung tombak dari formal pembinaan para penyuluh agama
Kementerian Agama. Sebagai ujung perlu dilakukan oleh Kementerian Agama
tombak, maka penyuluh agama memiliki sehingga dapat menjamin peningkatan
peran penting dalam menghadapi kualitas SDM para penyuluh agama dan
persoalan umat sehingga sekelompok menjamin peningkatan kepangkatan,
orang/umat tersebut menjadi mandiri. profesionalisme, dan kinerja penyuluh
(Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri agama. Untuk itu, upaya pembinaan
Agama dan Kepala BKN Nomor. 54 penyuluh agama di Kota Medan mutlak
Tahun 1999 dan Nomor 178 Tahun 1999). diperlukan.
Dalam meningkatkan kualitas Dari hasil beberapa penelitian
pelayanan kehidupan beragama, tentang penyuluh agama, misalnya
penyuluh agama mempunyai peran yang penelitian di Kota Bogor diperoleh
sangat strategis. Seperti yang disampaikan informasi bahwa para penyuluh beberapa
oleh Euis Sri Mulyani dalam pembukaan kali menerima undangan untuk mengikuti
orientasi dan konsultasi Tenaga Publikasi kegiatan pembinaan penyuluh, baik
Keagamaan di Kota Medan “PAI peran dan yang diselenggarakan oleh Kementerian
fungsinya semakin nyata, semakin strategis Agama Pusat, Kanwil Kemenag Provinsi
dan sangat dibutuhkan, buktinya adalah Jawa Barat, maupun Kankemenag Kota
sebagai ujung tombak dalam penanganan Bogor dengan berbagai tema, seperti
berbagai masalah yang muncul di masyarakat, keluarga sakinah, kerukunan umat
oleh karena itu publikasi keagamaan di seluruh beragama, produk halal, zakat, wakaf,
Indonesia harus ditingkatkan” (Euis Sri haji, dan lainnya (Puslitbang Kehidupan
Mulyani di http://bimasislam.kemenag. Keagamaan tahun 2012).
go.id diakses pada tanggal 10 April 2013)
Namun demikian, upaya kegiatan
Berbagai permasalahan yang pembinaan penyuluh agama tersebut
sering muncul di Kota Medan misalnya: dirasa belum maksimal dikarenakan
pencurian/ perampokan, minuman tidak semua penyuluh mendapatkan
keras, perzinahan, pemakaian obat-obat kesempatan tersebut dengan alasan
terlarang, pornoaksi dan pornografi. keterbatasan biaya, waktu, dan lainnya.
Selain itu masalah tentang aqidah Sehingga sejauh ini para penyuluh masih
juga masih ditemui, seperti adanya dihadapkan pada sejumlah problem.
aliran sesat bahkan masalah konfersi Berdasarkan beberapa penelitian tersebut
agama (Wawancara dengan Sulfia dapat disimpulkan beberapa hal: Pertama,
Rahmi, 10 April 2013). Untuk itu peran bentuk-bentuk dan pelayanan keagamaan
para penyuluh yang tidak mengenal yang diberikan oleh penyuluh agama,
waktu dan tempat sangat dibutuhkan dirasakan belum cukup memenuhi
oleh masyarakat. Namun demikian kebutuhan spiritual masyarakat binaan,
kelihatannya peran para penyuluh – PAI karena keterbatasan waktu, dana, serta
– belum maksimal, hal ini dapat diketahui kurangnya sarana penunjang, disamping
dari berbagai informasi dari masyarakat, itu posisi mereka umumnya kurang
bahwa belum nampak peran penyuluh mampu menghadapi dinamika sosial
di masyarakat. Diperkirakan sekitar 60% keagamaan dan perubahannya, hal ini

HARMONI Mei - Agustus 2014


Pemberdayaan Penyuluh Agama dalam Peningkatan Pelayanan Keagamaan di Kota Medan 161

antara lain disebabkan literature yang dan Pendayagunaan Aparatur Negara


dipakai bahan rujukan para penyuluh Nomor 54/KEP/MK.WASPAN/9/1999
agama cenderung hanya bertumpu Tentang Jabatan Fungsional Penyuluh
pada kitab-kitab klasik dan kurang Agama dan Angka Kreditnya serta sejauh
menggunakan buku-buku modern mana upaya-upaya pemberdayaan yang
(Puslitbang Kehidupan Keagamaan: 1998) dilakukan Kementerian Agama melalui
Ditjen Bimas Islam dan unit-unit kerja
Kedua, tenaga penyuluh masih terkait lainnya, dalam meningkatkan
belum memadai jika dibandingkan kompetensi penyuluh agama. Penelitian
dengan jumlah objek penyuluhan. Target tersebut perlu dilakukan untuk
penyuluhan umumnya masih sebatas mengukur sejauh mana upaya tersebut
majelis talim dan kelompok pengajian berhasil meningkatkan kompetensi
saja. Penelitian ini juga mengungkapkan penyuluh agama sehingga mereka efektif
adanya sejumlah faktor penghambat melakukan tugas pelayanan keagamaan
bagi peran dan fungsi penyuluh yaitu: di masyarakat.
tidak adanya kelompok kerja penyuluh,
minimnya program pengembangan Berdasarkan pemikiran di atas,
kapasitas penyuluh, dan ketiadaan maka rumusan masalah penelitian ini
biaya operasional dalam melaksanakan adalah sebagai berikut: 1). Bagaimana
kerja-kerja kepenyuluhan (Balai Litbang implementasi kebijakan Keputusan
Agama Makassar: 2010). Ketiga, meski Menteri Negara Koordinator Bidang
pengetahuan penyuluh agama cukup Pengawasan Pembangunan dan
baik, khususnya yang berkaitan dengan Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
agama, namun pengetahuan mereka 54/KEP/MK.WASPAN/9/1999 Tentang
tidak diikuti dengan skill dalam Jabatan Fungsional Penyuluh Agama
memahami struktur sosial masyarakat. dan Angka Kreditnya? 2). Apa saja
Terlebih lagi persoalan posisi penyuluh upaya-upaya pemberdayaan yang telah
pun dihadapkan pada 3 hal lain, yaitu: dilakukan pemerintah dalam peningkatan
(1). sikap inferior yang diakibatkan kompetensi penyuluh agama? 3).
oleh persepsi mereka tentang “reward”, Faktor-faktor apa yang mendukung dan
fasilitas yang diterima; (2). posisi yang menghambat penyuluh agama dalam
relatif lebih lemah dibanding beberapa menjalankan tugas dan fungsinya? 4).
tokoh agama lokal (yang kadang memiliki Bagaimana persepsi masyarakat terhadap
reputasi regional dan bahkan nasional) di penyuluh dalam menjalankan tugas dan
mata masyarakat; (3). harapan dan beban fungsinya?
kerja yang tidak diikuti dengan perhatian
(fasilitas) yang diberikan oleh pemerintah Sedangkan tujuan penelitian
(Puslitbang Kehidupan Keagamaan, ini adalah untuk: 1). Mengevaluasi
2012). efektivitas implementasi kebijakan
Keputusan Menteri Negara Koordinator
Berdasarkan uraian di atas, Bidang Pengawasan Pembangunan dan
nampaknya persoalan penyuluh agama Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
belum beranjak dari dua hal utama yaitu 54/KEP/MK.WASPAN/9/1999 Tentang
adanya keterbatasan SDM penyuluh Jabatan Fungsional Penyuluh Agama
dan minimnya sarana dan fasiilitas dan Angka Kreditnya; 2). Mengevaluasi
penunjang tugas penyuluh. Oleh efektivitas upaya-upaya pemberdayaan
karena itu, penting dilakukan penelitian yang telah dilakukan Kementerian
terkait sejauh mana implementasi Agama dalam meningkatkan peran
Keputusan Menteri Negara Koordinator penyuluh agama; 3). Menginventarisir
Bidang Pengawasan Pembangunan faktor-faktor yang mendorong dan

Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 13 No. 2


162 Agus Mulyono

menghambat penyuluh agama dalam atas sumber, kesempatan, pengetahuan,


menjalankan tugas dan fungsinya; 4). dan keterampilan untuk meningkatkan
Menilai pelaksanaan tugas penyuluh kemampuan mereka menentukan masa
para penyuluh agama di masyarakat. depannya dan untuk berpartisipasi di
dalam dan mempengaruhi komunitas
Penelitian ini diharapkan memiliki mereka (Jim, 1995)
beberapa manfaat yaitu: Pertama,
secara praktis penelitian ini diharapkan Dari beberapa pengertian
dapat memberikan informasi kepada tersebut nampaknya pemberdayaan
Kementerian Agama terkait efektifitas harus ditujukan pada kelompok atau
implentasi kebijakan dan upaya- lapisan masyarakat yang tertinggal,
upaya pemberdayaan yang dilakukan dalam upaya meningkatkan harkat
pemerintah dalam meningkatkan dan martabat lapisan masyarakat yang
kompetensi para penyuluh agama, dalam kondisi sekarang tidak mampu
sebagai masukan bagi review kebijakan untuk melepaskan diri dari perangkap
tentang jenjang karir penyuluh, kemiskinan dan keterbelakangan. Proses
capaian penyuluhan, serta peningkatan pemberdayaan adalah lebih menekankan
tunjangan fungsional penyuluh setara pada proses memberikan kemampuan
penyuluh bidang lain. Kedua, secara kepada masyarakat agar menjadi
teoritis penelitian ini diharapkan berdaya, mendorong atau memotivasi
dapat memberikan sumbangan bagi individu agar mempunyai kemampuan
terbentuknya teori peningkatan atau keberdayaan untuk menentukan
kapasitas penyuluh dan efektifitas pilihan hidupnya. Dengan kata lain
peran mereka dalam menjalankan memberdayakan adalah memampukan
pelayanan keagamaan, sekaligus sebagai dan memandirikan masyarakat.
sumbangan perkembangan khazanah
ilmu sosial, khususnya yang berkaitan Untuk itu pengertian pemberdayaan
dengan wacana ilmu sosial keagamaan. penyuluh agama dapat diartikan sebagai
proses transformasi kepada penyuluh
atas sumber, kesempatan, pengetahuan,
dan keterampilan untuk meningkatkan
Kerangka Konseptual
kemampuan dan penguatan diri sehingga
Dalam penelitian ini ada beberapa menjadi berdaya dan mampu melakukan
kosep yang perlu djelaskan: Pertama, tugas dan fungsi kepenyuluhan dan
Pemberdayaan. Banyak definisi diberikan dilakukan atas pilihan sendiri.
para ahli terkait pemberdayaan.
Kedua, Penyuluh Agama. Penyuluh
Pemberdayaan bisa didefinisikan
adalah orang yang memberikan bantuan
sebagai kegiatan membantu klien untuk
kepada seseorang atau sekelompok orang
memperoleh daya guna mengambil
secara terus menerus dan sistematis agar
keputusan dan menentukan tindakan
orang atau sekelompok tersebut menjadi
yang akan dilakukan, terkait dengan
pribadi yang mandiri (Sukardi, 1995).
diri mereka termasuk mengurangi
Sedangkan menurut Keputusan Menteri
hambatan pribadi dan sosial dalam
Negara Koordinator Bidang Pengawasan
melakukan tindakan melalui peningkatan
Pembangunan dan Pendayagunaan
kemampuan dan rasa percaya diri,
Aparatur Negara Nomor 54/KEP/MK.
untuk menggunakan daya yang
WASPAN/9/ Tentang Jabatan Fungsional
dimiliki dengan mentransfer daya dari
Penyuluh Agama dan Angka Kreditnya,
lingkungannya (Payne, 1997). Definisi
Pasal 1, menyebutkan bahwa yang
lain menyebutkan pemberdayaan sebagai
dimaksud penyuluh agama adalah
upaya penyediaan kepada orang-orang
Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas,

HARMONI Mei - Agustus 2014


Pemberdayaan Penyuluh Agama dalam Peningkatan Pelayanan Keagamaan di Kota Medan 163

tanggung jawab, wewenang dan hak begitu banyak (Surat Keputusan Bersama
secara penuh oleh pejabat yang berwenang Menteri Agama RI dan Kepala Badan
untuk melaksanakan bimbingan atau Kepegawaian Negara Nomor: 574 Tahun
penyuluhan agama dan pembangunan 1999 dan Nomor: 178 Tahun 1999).
kepada masyarakat melalui bahasa
agama. Berdasarkan surat keputusan
tersebut di atas, maka tugas penyuluhan
Lebih lanjut dalam surat keputusan agama melekat di dalamnya trilogi
tersebut dijelaskan bahwa melaksanakan fungsi, yaitu: 1). Fungsi informatif dan
penyuluhan agama adalah kegiatan edukatif: Penyuluh agama memosisikan
menyusun dan menyiapkan program sebagai juru dakwah yang berkewajiban
penyuluhan, melaksanakan penyuluhan, mendakwahkan ajaran agamanya,
melaporkan pelaksanaan penyuluhan menyampai­ kan penerangan agama
dan mengevaluasi/memantau hasil dan mendidik masyarakat dengan
pelaksanaan penyuluhan agama. sebaik-baiknya sesuai ajaran agama;
Sedangkan pemberian bimbingan dan 2). Fungsi konsultatif: Penyuluh agama
konsultasi adalah memberikan arahan menyediakan dirinya untuk turut
yang dilakukan penyuluh agama memikirkan dan memecahkan persoalan-
kepada masyarakat yang membutuhkan persoalan yang dihadapi masya­ rakat,
konsultasi dan bimbingan dalam rangka baik secara pribadi, keluarga maupun
meningkatkan ketaqwaan dan kerukunan sebagai anggota masyarakat umum; 3).
umat beragama serta keikutsertaan dalam Fungsi Advokasi: Penyuluh agama Islam
keberhasilan pembangunan nasional. memiliki tanggung jawab moral dan sosial
Berdasarkan hal tersebut seharusnya melakukan kegiatan pembelaan terhadap
penyuluh agama mempunyai kriteria umat/masyarakat dari berbagai ancaman,
yang harus dimiliki, seperti mengamalkan gangguan, hambatan dan tantangan
agama yang dianutnya, memiliki yang merugikan aqidah, mengganggu
ketenangan jiwa ketika menghadapi ibadah dan merusak akhlak. Di samping
persoalan, mampu berkomunikasi efektif tiga tugas dan fungsi tersebut, penyuluh
dengan klien, memiliki jiwa progresif, agama juga memiliki fungsi administratif,
dan memiliki keilmuan secara teknis yaitu memiliki tugas dan fungsi untuk
tentang penyuluhan dan menerapkannya merencanakan, melaporkan, dan
(HM Arifin, 1994). mengevaluasi pelaksanaan penyuluhan
Keputusan Menteri Negara dan bimbingan yang telah dilakukannya.
Koordinator Bidang Pengawasan Hasil akhir yang ingin dicapai dari
Pembangunan dan Pendayagunaan penyuluh agama, pada hakekatnya ialah
Aparatur Negara Nomor 54/KEP/ terwujudnya kehidupan masyarakat
MK.WASPAN/9/1999 Tentang Jabatan yang memiliki pemahaman mengenai
Fungsional Penyuluh Agama dan agamanya secara memadai yang
Angka Kreditnya menyebutkan bahwa ditunjukan melalui pengamalannya yang
jabatan fungsional penyuluh agama penuh komitmen untuk membangun
terdiri dari Penyuluh Agama Fungsional kesalihan individu dan sosial, serta
tingkat Terampil dan Penyuluh Agama mewujudkan tatanan kehidupan yang
Fungsional tingkat Ahli. Masing-masing harmonis dan saling menghargai satu
tingkat tersebut memiliki tugas pokok sama lain.
(Keputusan Bersama Menteri Agama RI
dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Ketiga, Pelayanan Keagamaan.
nomor: 574 Tahun 1999 dan Nomor: 178 Kata Pelayanan dalam Kamus
Tahun 1999). Sedangkan rincian tugas Besar Bahasa Indonesia disebutkan,
pokok Penyuluh Agama Fungsional, juga pelayanan adalah “perihal atau cara
Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 13 No. 2
164 Agus Mulyono

melayani”. Melayani berarti “membantu Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal
menyiapkan (mengurus) apa-apa yang Kementerian Agama disebutkan bahwa
diperlukan seseorang. Jadi pelayanan Bidang Penerangan Agama Islam memiliki
adalah “perihal atau cara membantu fungsi: (a) perumusan kebijakan teknis
menyiapkan (mengurus) apa-apa yang dan perencanaan di bidang penerangan
diperlukan seseorang”. Pelayanan dalam agama Islam, zakat, dan wakaf; (b)
bahasa Inggris “service” merupakan pelaksanaan pelayanan, bimbingan, dan
kata yang cukup populer di masyarakat. pembinaan di bidang penerangan dan
Kata ini mempunyai banyak arti sesuai penyuluhan agama Islam, kemitraan
konteksnya. Dalam konteks keagamaan, umat dan publikasi dakwah, hari besar
maka pelayanan berarti membantu Islam, seni budaya Islam, musabaqah al-
masyarakat dalam hal-hal yang terkait Qu’ran dan al-Hadits, zakat, dan wakaf,
dengan keyakinan, pelaksanaan ibadat,
serta pengelolaan sistem informasi
dan ajaran-ajaran keagamaan.
penerangan agama Islam, zakat, dan
Pemerintah telah memiliki beberapa wakaf; dan (c) evaluasi dan penyusunan
peraturan perundang-undangan terkait laporan di bidang penerangan agama
pelayanan keagamaan, antara lain: UU Islam, zakat, dan wakaf.
Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan,
UU Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Dalam struktur Kementerian
Wakaf, UU Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Agama pelaksana teknis bidang
Peradilan Agama, UU Penyelenggaraan penerangan agama Islam ini secara
Haji Nomor 13 Tahun 2008, dan Undang- umum dilakukan oleh penyuluh agama.
Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Untuk itu seiring dengan tugas dan
Pengelolaan Zakat. Beberapa peraturan fungsi penyuluh agama maka yang
perundang-undangan tersebut menjadi dimaksud dengan pelayanan keagamaan
landasan bagi pemerintah dalam oleh penyuluh agama dalam penelitian
menjalankan pelayanan keagamaan. ini adalah pelayanan agama dalam hal
Terkait kerukunan umat beragama, bimbingan dan penyuluhan keagamaan
antara lain: UU Nomor 1/PNPS/1965 antara lain meliputi: soal perkawinan,
Tentang Pencegahan Penyalah­ gunaan zakat, wakaf, haji, pemberdayaan masjid,
atau Penodaan Agama, No 1/1979, dakwah, kerukunan antar dan intern
Kepber Manag dan Mendagri No.1 Th umat beragama, dan hal keagamaan
1979 Tentang Tata Cara Pelaksanaan lainnya.
Penyiaran Agama dan Bantuan Luar
Negeri Kepada Lembaga Keagamaan di Penelitian ini akan mengevaluasi
Indonesia, PBM Nomor 9 dan 8 Tahun sejauhmana implementasi Keputusan
2006 Tentang Pedoman Pelaksanaan Meneg Koordinator Bidang Pengawasan
Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Pembangunan dan Pendayagunaan
Daerah dalam Pemeliharaan Kerukunan Aparatur Negara Nomor 54/KEP/
Umat Beragama dan Pendirian Rumah MK.WASPAN/9/1999 dan upaya-
Ibadat dan SKB Menteri Agama, Jaksa upaya yang dilakukan Kementerian
Agung dan Menteri Dalam Negeri Agama dalam peningkatan kapasitas
Nomor 3 Tahun 2008, No. Kep-033/A/ penyuluh. Proses penelitian ini
JA/6/2008 dan Nomor 1999 Tahun 2008 dilakukan melalui beberapa tahapan.
Tentang Peringatan dan Perintah Kepada Pertama, mengidentifikasi sejauh mana
Penganut, Anggota, dan atau Anggota kebijakan Keputusan Meneg Koordinator
Pengurus JAI dan Warga Masyarakat Bidang Pengawasan Pembangunan
Dalam Peraturan Menteri Agama dan Pendayagunaan Aparatur Negara
(PMA) Nomor 13 Tahun 2012 Tentang Tahun 1999 diketahui, dipahami, dan

HARMONI Mei - Agustus 2014


Pemberdayaan Penyuluh Agama dalam Peningkatan Pelayanan Keagamaan di Kota Medan 165

dilaksanakan oleh para penyuluh. Kedua, melihat kapasitas penyuluh berdasarkan


mengidentifikasi apa saja program jenjang kepangkatan penyuluh yang
pemberdayaan penyuluh yang telah diatur dalam Kepmenkowasbangpan
dilaksanakan oleh Kementerian Agama. tahun 1999; (b) melihat kapasitas
Ketiga, mengevaluasi efektifitas kebijakan penyuluh agama berdasarkan informasi
(Kepmenkowas­bangpan Tahun 1999) dan (ekspektasi) dari masyarakat binaan; dan
program terkait pemberdayaan penyuluh (c) melihat sejauh mana keberhasilan
agama dalam meningkatkan kapasitas penyuluh dalam melaksanakan tugas
penyuluh. kepenyuluhan berdasarkan progres yang
dicapai kelompok binaan.
Untuk melihat efektivitas kebijakan
dan upaya-upaya pemberdayaan Secara lebih jelas kerangka berfikir
terhadap penyuluh maka ada 3 hal penelitian ini dapat dilihat dalam flow cart
yang menjadi perhatian, yaitu: (a) berikut ini.

Metode Penelitian dilakukan untuk melihat strategi yang


digunakan oleh para Penyuluh Agama
Penelitian ini menggunakan metode dalam pengajuan angka kreditnya
kualitatif. Pengumpulan data di lapangan dan yang berkaitan dengan substansi
dilakukan melalui wawancara, Focus penelitian ini.
Group Discussion (FGD), observasi, dan
studi dokumen atau literatur. Wawancara Data yang berhasil dikumpulkan,
dilakukan terhadap beberapa key diolah melalui tahap editing, klasifikasi,
informant yaitu para pejabat Kementerian komparasi dan penafsiran untuk
Agama Kota Medan dan para Kepala memperoleh pengertian baru. Penelitian
KUA, para penyuluh agama, dan anggota ini dilakukan di Kota Medan yang
masyarakat. Observasi dilakukan di merupakan representasi Islam perkotaan.
Kantor Kementerian Agama Kota Medan Daerah ini juga secara sosiologis dan
dan di tempat para Penyuluh Agama kultural merupakan representasi
bertugas. Studi dokumen dan literatur penelitian di wilayah Sumatera. Di

Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 13 No. 2


166 Agus Mulyono

samping itu berdasarkan data dari Ditjen Kementerian Agama Kota Medan yang
Buddha, ada juga penyuluh PNS agama tidak diotonomikan, memiliki hubungan
Buddha di kota ini. Adapun waktu yang erat dengan bagian-bagian yang
penelitian dilakukan selama 11 hari. ada pada Pemerintahan Kota Medan,
seperti adanya Kepala Bagian Agama dan
Pendidikan (Wawancara dengan Suaidi
Sekilas Kota Medan Lubis, tanggal 30 April 2013)

Kota Medan adalah Ibukota Dilihat dari segi persebaran


Propinsi Sumatera Utara yang penduduk di Propinsi Sumatera Utara pada
merupakan salah satu kota besar di umumnya, Kota Medan berpenduduk
Indonesia setelah Jakarta. Kota Medan paling banyak. Dari jumlah 12.985.075
merupakan kota terbesar di Sumatera jiwa penduduk Propinsi Sumatera Utara
dan ketiga terbesar di Indonesia, setelah pada tahun 2010, sebanyak 2.109.339
Jakarta dan Surabaya. Sebagai ibukota jiwa (16,24 persen) menjadi penduduk
provinsi, Medan berpenduduk multi Kota Medan dengan tingkat kepadatan
ras dan etnis sehingga memiliki latar penduduknya yakni sebanyak 7.957 orang
belakang beragam. Keragaman agama per kilo meter persegi (BPS Sumatera
masyarakat mengindikasikan keragaman Utara, 2010: 6) Keadaan demikian dapat
etnis. Keragaman etnis dan agama itu dimengerti karena Kota Medan sebagai
merupakan khazanah kekayaan budaya Ibukota Propinsi yang menjadi pusat
bangsa yang perlu dijaga, dilestarikan perekonomian masyarakat.
dan dikelola sedemikian rupa, sehingga
tercipta rajutan persatuan yang kokoh Masyarakat Kota Medan tidak
dalam kehidupan masyarakat. Namun hanya plural dalam etnis dan budaya,
di sisi lain, keragaman itu berpotensi tetapi juga dalam agama. Agama yang
memicu konflik yang sering kita temui dianut masyarakat meliputi Islam, Kristen,
dalam kehidupan masyarakat. Keadaan Katholik, Budha, Hindu dan kemudian
demikian terjadi di daerah mana saja, Khonghucu. Untuk memobilisasi potensi
tdak terkecuali di Kota Medan. kehidupan beragama, banyak organisasi
keagamaan didirikan, baik itu Islam,
Ada suatu mekanisme yang dimiliki Kristen dan lainnya. Seluruh organisasi
dan diterapkan dalam kehidupan sehari- keagamaan yang ada pada tingkat
hari oleh masyarakat Kota Medan nasional, terdapat pula di Kota Medan
sehingga dengan keragaman itu dapat ini.
meredam timbulnya konflik. Di antara
mekanisme dimaksud adalah dalihan Kondisi masyarakat dengan
na tolu dan sistem kekerabatan yang heterogenitas yang tinggi ini, membuat
dimanifestasikan dalam bentuk marga masyarakat Kota Medan telah lama
yang menjadi perekat dalam kehidupan belajar berbeda dalam memeluk agama.
bermasyarakat. Namun, sekarang Dalam rangka mobilisasi potensi
kelihatannya sudah tidak seperti kehidupan beragama, maka masyarakat
dahulu kekuatan mekanisme tersebut Medan banyak memiliki berbagai
(Wawancara dengan Junindra Banurea, organisasi sosial keagamaan, seperti;
11 April 2013). Al Wasliyah, Muhammadiyah, NU,
Sebagai kota yang berada pada Ittihadiyah, FPI, Perti, BKMT, PGI, PWI,
pusat Ibu Kota Provinsi Sumatera PHDI dan Walubi. Dalam organisasi
Utara, penataan struktur pemerintahan pemuda, mereka memiliki Pemuda
dan sosial kemasyarakatan sudah Muhammadiyah, Pemuda Al Wasliyah,
ditata sedemikian rupa. Kaitannya, Jami’ah Batak Muslim Indonesia (JBMI),

HARMONI Mei - Agustus 2014


Pemberdayaan Penyuluh Agama dalam Peningkatan Pelayanan Keagamaan di Kota Medan 167

HMI, Pemuda Ansor, Nasiatul Aisyiah, merupakan salah satu kota di Indonesia
Pemuda Huria Kristen Batak Protestan yang memiliki populasi orang Tionghoa
(PHKBP), Gerakan Mahasiswa Kristen cukup banyak. Keanekaragaman etnis di
Indonesia (GMKI), Pemuda Katolik, Medan terlihat dari jumlah masjid, gereja,
Persatuan Mahasiswa Katolik Indonesia dan vihara dan Tionghoa yang banyak
(PMKRI), Pemuda Hindu dan Persatuan tersebar di seluruh kota.
Mahasiswa Budist Indonesia (PMBI),
Jamaah Tabligh (FGD dengan para
penyuluh, 26 April 2013). Profil Penyuluh Agama Kota Medan
Kota Medan dengan luas wilayah Dari data yang ada di Kantor
mencapai 265,10 km² dan terdiri atas 21 Kementerian Agama Kota Medan, jumlah
kecamatan ini, kepadatan penduduk Penyuluh Agama sebanyak 23 orang, 22
mencapai 7.913 jiwa/ km² (Kota Medan orang merupakan Penyuluh Agama Islam
Dalam Angka, 2011: 40) Penduduk Kota dan 1 orang Penyuluh Agama Buddha.
Medan terdiri dari berbagai macam Dilihat dari tingkat pendidikan, 19 orang
pemeluk agama. Penduduk Muslim Penyuluh Agama berasal dari pendidikan
adalah mayoritas, dengan jumlah S1 dan 4 orang berpendidikan S2. Dari 23
1.402.176 jiwa. Penduduk Kristen Penyuluh Agama Islam terdapat 2 orang
berjumlah 579.171 jiwa, penduduk Katolik yang tidak aktif dalam kegiatan sebagai
berjumlah 208.383 jiwa, penduduk Hindu penyuluh dikarenakan 1 orang merupakan
berjumlah 39.399 jiwa dan beragama impasing dari eselon V/a dan 1 orang
Buddha berjumlah 64.357 jiwa dan lainnya sedang diperbantukan dalam
beragama Konghucu berjumlah 2.470 jiwa tugas sebagai staf Kantor Kementerian
(Data Kantor Kementerian Agama Kota Agama Kota Medan. Namun demikian
Medan, 2011). Berdasarkan informasi dalam hal pengusulan kenaikan pangkat
yang peneliti peroleh, kebanyakan umat menurut mereka berdua belum pernah
Kristen maupun Katolik terdiri atas etnis mengalami hambatan.
Batak, terutama Batak Karo. Sedangkan
umat Buddha mayoritas etnis Cina. Apabila dilihat dari jabatan para
Penyuluh Agama, terdapat 6 orang
Sebagai masyarakat yang beragama, Penyuluh Agama Ahli Pertama, 11
masyarakat kota Medan mempunyai Penyuluh Agama Ahli Muda, dan 6
rumah ibadah cukup banyak meskipun Penyuluh Agama Ahli Madya. Menurut
diukur dari rasio penduduk, maka Para Penyuluh Agama Ahli Madya,
jumlah rumah ibadah itu sangat kurang. mereka merasakan kesulitan dalam
Pemeluk agama Islam di Kota Medan pengusulan angka kredit ke jabatan
memiliki masjid 1.036 buah dan mushala selanjutnya. Kesulitan dirasakan
669 buah, umat Kristen memiliki gereja ketika harus memenuhi persayaratan
570 buah, umat Katholik 64 buah, umat penulisan karya Ilmiah, karena mereka
Hindu memiliki Kuil 26 buah, umat belum dibekali dengan Diklat Penulisan
Budhha memiliki vihara 45 buah, serta Naskah. Bahkan menurut data dan
umat Konghucu memiliki Klenteng 7 informasi dari para Penyuluh, hanya ada
buah. 1 orang Penyuluh Agama Ahli Madya
yang pernah mengikuti diklat tersebut.
Mayoritas penduduk Kota Medan Selain kesulitan tersebut, para Penyuluh
sekarang ialah Suku Jawa, dan suku-suku Agama juga tidak membiasakan diri
dari Tapanuli (Batak, Mandailing, Karo). Di untuk menulis terutama ketika akan
Kota Medan banyak pula orang keturunan memberikan penyuluhan kepada jemaat.
India dan Tionghoa. Kota Medan
Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 13 No. 2
168 Agus Mulyono

Metode Bimbingan dan Penyuluhan pengajian untuk ibu-ibu dan bapak-bapak


diisi dengan kajian fiqh dan tasawuf.
Dalam menjalankan tugasnya, para
Penyuluh Agama tampak bersemangat Selanjutnya, mengenai pengetahuan
terutama yang berkaitan dengan para penyuluh agama tentang Keputusan
penerangan masalah-masalah keagamaan. Menteri Koordinator Bidang Pengawasan
Para penyuluh juga melakukan bimbingan Pembangunan dan Pendayagunaan
terkait masalah keagamaan, baik kepada Aparatur Negara Nomor 54/KEP/
anak-anak, remaja maupun orang tua. WASBANG/9/1999 dan aplikasinya
Pada kesempatan tersebut peneliti tidak di lapangan, muncul dua pendapat.
pernah mendengar para Penyuluh Agama Pertama, penyuluh hanya sekedar
Islam menjelaskan kebijakan-kebijakan mengetahui adanya peraturan tersebut.
Kementerian Agama RI yang disampaikan Kedua, memahami peraturan tersebut
kepada masyarakat, misalnya tentang sekedar apa yang menurut mereka
haji, wakaf dll. Penyuluhan keagamaan anggap penting sebagaimana halnya
lebih menekankan pada pelaksanaan disampaikan oleh salah seorang Penyuluh
ibadah ritual dan tasawuf. Agama Islam, “saya pernah dengar tentang
peraturan tersebut, namun tidak hafal isinya.”
Metode bimbingan dan penyuluhan (Wawancara dengan Hasanudin, 10 April
yang dilakukan oleh para penyuluh 2013).
agama, dilaksanakan dengan beberapa
metode, di antaranya ceramah, diskusi Bagi penyuluh agama yang hanya
dan tanya jawab, serta menggunakan sekadar mengetahui adanya peraturan
LCD (observasi di Kecamatan Medan tersebut, tampaknya “tidak ambil pusing”
Deli, Medan Tuntungan, Medan Belawan, dengan pengajuan untuk mencapai
22 April-2 Mei 2013). Ada juga Penyuluh angka kredit. Ketika sudah dalam
Agama Islam yang sudah menggunakan masa pengajuan angka kredit mereka
kitab tertentu, seperti misalnya mengambil bahan-bahan yang sudah ada
Hasanudin mengunakan kita fiqh “filenya”, bahkan kelihatan keseragaman
bermazhab Syafii (Wawancara dengan tanda tangan dan absensi dari para
Hasanudin, 28 April 2013). Kalangan jamaah. Hal ini terlihat pada laporan-
yang mendapatkan materi keagamaan laporan penyuluh yang ada di Kantor
dari para penyuluh antara lain anak-anak, Kementerian Agama Kota Medan untuk
remaja, ibu-ibu, dan orang tua. Metode mendapatkan pangkat tertentu (FGD
yang sering dipakai oleh Penyuluh dengan para penyuluh, 10 April 2013).
Agama Islam untuk kelompok anak- Dengan melihat hasil laporan-laporan
anak menggunakan metode ceramah Penyuluh Agama Islam terlihat bahwa
dan berhadapan langsung. Sedangkan mereka bekerja hanya untuk memenuhi
untuk kegiatan para remaja, selain standard minimal penilaian angka
menggunakan metode ceramah juga kredit. Bahkan, salah satu penyuluh
menggunakan fasilitas LCD. mengidentikkan pekerjaan yang mereka
lakukan sebagai seorang penceramah,
Materi yang disampaikan oleh “menurutku pekerjaan penyuluh identik
para penyuluh relatif bervariasi. Ketika dengan penceramah.” (Wawancara dengan
Penyuluh Agama Islam berhadapan M. Abdulah Amin Hsb, 10 April 2013).
dengan anak-anak maka yang
disampaikan adalah materi iqra, bacaan al- Berdasarkan laporan dari para
Quran dan dasar-dasar keislaman. Ketika penyuluh diperoleh beberapa fakta yakni:
berhadapan dengan para remaja, materi Pertama, bentuk laporan penyuluh tidak
yang disampaikan seputar keislaman dan seragam. Artinya sampai saat ini tidak ada
gaya hidup remaja perkotaan. Sedangkan pelatihan ataupun media pemberdayaan

HARMONI Mei - Agustus 2014


Pemberdayaan Penyuluh Agama dalam Peningkatan Pelayanan Keagamaan di Kota Medan 169

penyuluh untuk dapat memahami (Wawancara dengan Hasanudin, 10 April


bagaimana menuliskan laporan kegiatan 2013).
penyuluhan dengan benar dan sesuai
standardisasi laporan Kementerian Dalam hal kepangkatan, untuk
Agama. Kedua, tidak jelasnya pencapaian mencapai jenjang tersebut, para penyuluh
indikator kerja dari penyuluh yang tidak mengalami kesulitan. Hal ini dapat
menyebabkan kinerja mereka terkesan dilihat dalam tabel biodata penyuluh di
sekedarnya saja. Padahal, jika para atas, yang rata-rata 2 tahun sekali mereka
penyuluh memahami bagaimana suatu dapat naik ke jenjang berikutnya. Lebih-
indikator laporan kegiatan dibentuk, lebih bagi mereka yang aktif melakukan
mereka akan memahami juga bagaimana kegiatan penyuluhan misalnya dalam
mengemas suatu kegiatan penyuluhan sebulan mereka mempunyai 10 binaan,
agar dapat mencapai target yang tidak mengalami kesulitan dalam
ditentukan. Ketiga, klasifikasi masyarakat mengajukan angka kredit. Hal tersebut
daerah binaan yang baik secara kategori dapat terjadi karena ketika penyuluh
maupun jumlah tidaklah rasional. aktif melakukan penyuluhan dalam
Bagaimana tidak, satu orang penyuluh seminggu 2 tempat saja mereka dapat
harus melakukan binaan terhadap 1 naik tingkat, walaupun KUM-nya kecil.
kecamatan yang mencapai lebih dari tiga Karena selain penyuluh melakukan
belas ribu warga. Artinya secara sistem ceramah keagamaan mereka juga terlibat
memang kinerja penyuluh sengaja dibuat dalam kegiatan-kegiatan kepanitiaan
tidak efektif. Keempat, proses penyuluhan MTQ, MDA dan menjadi MC pada
yang dilakukan oleh para penyuluh kegiatan tingkat nasional. “Ketika mereka
tidaklah sinergi dengan “sistem” dakwah
rutin melakukan kegiatan penyuluhan di dua
yang sudah ada di masyarakat. Penyuluh
tempat saja tiap minggu, mereka dapat naik
secara teknis lebih menjalankan fungsi
tingkat” (Wawancara dengan Junindra B,
mereka sebagai ustadz atau penceramah
tanggal 10 April 2013).
saja, bukan sebagai bagian dari fungsi
pegawai pemerintah. Kemudian hal Walaupun demikian, ada juga
tersebut membuat para penyuluh itu kesulitan-kesulitan yang dialami oleh para
sendiri secara tidak langsung “bersaing” penyuluh dalam memenuhi KUM-nya.
dengan para mubaligh daerah yang Terutama bagi penyuluh yang merupakan
tentu saja lebih dekat dan diterima oleh alih fungsi dari jabatan struktural eselon
masyarakat. Sehingga membuat peran V pada Kantor Kementerian Agama Kab/
penyuluh menjadi kembali tidak efektif.
Kota, mereka tidak terbiasa berceramah
Kemudian bagi yang berpendapat dan mengisi kegiatan keagamaan.
kedua, mengemukakan bahwa dalam Bahkan ada yang memiliki keterbatasan
peraturan tersebut terlalu banyak fisik misalnya suara tidak jelas, dan
itemnya, sehingga yang perlu dipahami keterbatasan penglihatan. Dengan
adalah yang dibutuhkan dan sesuai keterbatasan tersebut mereka kesulitan
dengan apa yang dapat mereka lakukan. untuk mengumpulkan angka kreditnya,
Para penyuluh juga masih membuka-buka dan mereka terkesan “hanya menunggu
peraturan tersebut ketika dikonfirmasi waktu pensiun”. Bahkan ada beberapa
tentang beberapa item yang tercantum penyuluh yang laporan administratifnya
dalam peraturan tersebut (FGD dengan selalu lengkap dan tepat waktu, tetapi
para penyuluh, 10 April 2013).“Bukannya diragukan “realitas” penyuluhannya
tidak paham dengan isi peraturan tersebut, di lapangan oleh atasan mereka sendiri
namun terlalu banyak kalau semuanya dihafal, (Wawancara dengan Susilawati, 26 April
maka yang saya perlukan saja yang dicermati” 2013).
Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 13 No. 2
170 Agus Mulyono

Bagi penyuluh yang sudah kesulitan untuk memperoleh “anggaran”


mencapai jenjang III/d yang akan ke transportasinya sebagai penyuluh
IV/a juga mengalami kesulitan, karena agama. Meskipun diakuinya, seharusnya
menurut mereka syarat kenaikan jenjang hal semacam ini menjadi perhatian
lebih sulit. Mereka harus menyiapkan pemerintah dalam memberdaya­ kan
tulisan ilmiah sedangkan mereka belum penyuluh.
terbiasa menulis. Untuk naik ke jenjang
IV/b, penyuluh juga mengalami kesulitan. Kemudian, saat ditanyakan
Oleh karena itu, ketika penyuluh sudah perihal cukup atau tidaknya jumlah
mencapai golongan IV/a, mereka merasa penyuluh Buddha yang hanya satu orang
sudah final sehingga untuk bisa ke jenjang untuk seluruh Kota Medan, Peter Lim
IV/b harus pindah ke jabatan struktural memberikan jawaban: “dibandingkan
(Wawancara dengan Ali dan Junindra, jumlah, saya lebih mengharapkan kualitas
25 April 2013). Kondisi ini menimbulkan yang seragam dari para penyuluh di lapangan”
polemik bagi para pejabat struktural, Di samping itu, selain kesulitan
karena para penyuluh setiap dua tahun dalam memperoleh KUM, ada juga
sekali bisa meningkat jenjangnya, kesulitan alat transportasi. Para
sedangkan para pejabat struktural hanya penyuluh merasakan jauh dari wilayah
setiap 4 tahun sekali, itupun kalau binaanya sehingga memerlukan
lancar, sehingga mereka merasa tersaingi biaya transportasi yang tidak sedikit.
(Wawancara dengan Abd. Manan, 28 Terlebih dengan banyaknya aktifitas
April 2013). penyuluhan yang dilakukan pada malam
Mudahnya kenaikan pangkat para hari. Para penyuluh merasa kesulitan
penyuluh tersebut, menjadi motivasi mengumpulkan masyarakat pada jam
para penyuluh untuk bertahan di jabatan kerja PNS, dan lokasi binaan yang sangat
fungsional mereka. Lain halnya ketika jauh, ± 35 km dari lokasi tempat tinggal
para penyuluh sudah mencapai jenjang para penyuluh untuk sekali perjalanan.
IV/a maka dianggap sudah maksimal. Dengan demikian penyuluh terpaksa
Namun demikian, bagi Peter Lim, mengambil lebih banyak gaji mereka
Penyuluh Agama Budha Kota Medan untuk sampai ke tempat tugasnya.
tidak mengalami kesulitan dalam hal Bahkan tidak dapat dipungkiri jika ada
PAK, karena sudah terbiasa menulis dan penyuluh yang secara terang-terangan
menjadi narasumber di berbagai tempat. meminta “belas kasihan” warga atau
Menurut Peter Lim, ia sudah terbiasa pengurus majlis talim agar memahami
mengisi acara keagamaan di TVRI dan kondisinya yang serba kekurangan untuk
RRI Kota Medan dan menulis di berbagai dapat hadir mengisi kegiatan penyuluhan
media masa. Peter Lim melakukan di majlis talim tersebut.
penyuluhan di vihara kalau memang Para penyuluh, selama ini merasa
ada undangan dari vihara, namun ketika tidak diperhatikan oleh pemerintah,
tidak ada undangan di alebih memilih karena sejak tahun 2007 tunjangan
untuk tidak datang ke vihara tersebut. penyuluh agama belum pernah naik,
Dia mengatakan, “jangan sekali-kali masuk terlebih jika mengharap­kan kesejahteraan
ke salah satu vihara, bisa diusir nanti” lainnya seperti sarana prasarana, alat
(Wawancara dengan Peter Lim, 30 April transpor­tasi (FGD dengan para penyuluh,
2013). 26 April 2013). Kondisi ini berbeda jauh
Selain itu, aktifitas Peter Lim sebagai apabila dibandingkan dengan penyuluh
motivator di berbagai perusahaan di Kota pertanian misalnya, dari segi perolehan
Medan yang membuat dia tidak merasa tunjangan dan fasilitas yang mereka
peroleh kelihatannya jauh sekali.

HARMONI Mei - Agustus 2014


Pemberdayaan Penyuluh Agama dalam Peningkatan Pelayanan Keagamaan di Kota Medan 171

Pembinaan Penyuluh Agama Seksi Pekapontren dan Penamas dalam


pelaksanaan sosialisasi kegiatan magrib
Peran Kementerian Agama RI
mengaji yang digagas oleh Menteri Agama
dalam membina para penyuluh agama
RI yang kemudian disosialisasikan oleh
di Kota Medan masih sangat terbatas.
para penyuluh Agama Islam kepada para
Menurut para penyuluh, mereka jarang
warga dan majelis-majelis talim dengan
sekali diundang oleh Kementerian
Agama Pusat dalam suatu kegiatan yang memberdayakan tenaga para penyuluh
bertujuan meningkatkan kualitas dan Kota Medan.
kapasitas SDM. Dari 22 Penyuluh Agama Dari hasil FGD dengan para
Islam Kota Medan masih ada 8 orang Kasi di Kankemenag Kota Medan,
Penyuluh Agama Islam yang belum keterbatasan anggaran menjadikan
mengikuti diklat penyuluh. Sedangkan 10
kendala pemberdayaan untuk para
orang lainnya baru diikutsertakan dalam
penyuluh. Kegiatan penyuluh selama
Diklat Penyuluh Agama Islam Tingkat
ini mengikuti kegiatan pengajian
Dasar. Adapun 2 penyuluh agama lainnya
yang sudah ada di masyarakat. Para
pernah mengikuti diklat penyuluh tingkat
penyuluh belum melakukan improvisasi
lanjut. Namun untuk kegiatan-kegiatan
yang sifatnya meningkatkan kapasitas kegiatan di lapangan, di samping
SDM para penyuluh, pemerintah pusat memang keterbatasan para penyuluh
kurang memperhatikan, misalnya untuk memahami Keputusan Menteri
bantuan beasiswa pendidikan bagi para Koordinator Bidang Pengawasan
penyuluh dan pelatihan penulisan ilmiah. Pembangunan dan Pendayagunaan
Aparatur Negara Nomor 54/KEP/
Kementerian Agama pusat pernah WASBANG/9/ 1999.
memberikan satu kendaraan dinas roda
dua bagi Penyuluh Agama Islam Teladan Untuk meningkatkan kualitas
tahun 2011, namun untuk mengambilnya para penyuluh, sejak awal tahun 2013
juga memerlukan biaya sekitar 4 Kantor Kementerian Agama Kota Medan
juta untuk pengurusan administrasi mengadakan program Gemmar Mengaji.
(Wawancara N, 26 April 2013). Sedangkan Kegiatan tersebut minimal terdapat satu
untuk penyuluh teladan tahun 2012 tempat di setiap kecamatan. Selain itu
tidak diberikan kendaraan dinas. juga ada safari dakwah yang dilakukan
Menurut Romsil, tahun depan akan oleh para penyuluh yang diselenggarakan
diusahakan bagi para Penyuluh Agama dalam rangka mengaktifkan para
Islam Teladan diberikan penghargaan Penyuluh Agama Islam dalam kegiatan
misalnya kendaraan dinas atau naik haji keagamaan sebagaimana dikemukakan
(Wawancara dengan Romsil Harahap, 1 oleh Abdul Manan (FGD dengan para
Mei 2013) Sedangkan untuk memperlancar pejabat di lingkungan Kementerian
tugas para penyuluh, seperti laptop Agama Kota Medan, 29 April 2013).
ataupun komputer, Kementerian Agama
juga belum menyediakan. Para penyuluh Setiap hari Senin sampai Jumat
mengusahakan masing-masing, sehingga para penyuluh agama melakukan absensi
untuk membuat laporan, para penyuluh di Kantor Kementerian Agama Kota
terkadang merasa kesulitan (FGD dengan Medan. Setelah melakukan absensi para
para penyuluh, 26 April 2013). penyuluh melakukan apel pagi dan
dilanjutkan dengan kegiatan rapat para
Salah satu hal positif yang menjadi
pendorong bangkitnya kinerja penyuluh penyuluh dengan pejabat atasannya
di lingkungan Kementerian Agama Kota sesuai agenda Kementerian Agama
Medan adalah turut sertanya Kepala Kota Medan. Sedangkan setelah absensi

Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 13 No. 2


172 Agus Mulyono

hari Jumat, para penyuluh melakukan Bahkan masyarakat berharap agar jumlah
rapat Pokjaluh dengan agenda evaluasi Penyuluh Agama ditambah sehingga
kegiatan yang telah lalu dan kegiatan masyarakat di daerah terpencil dapat
seminggu yang akan datang. Sehingga turut dibina.
kegiatan Penyuluh Agama Islam dapat
terkontrol setiap minggunya pada saat
rapat hari senin dan hari jumat. Faktor Pendukung
Dari hasil FGD dengan para penjabat Beberapa faktor pendukung kinerja
di Kantor Kementerian Agama Kota Penyuluh Agama dalam melakukan
Medan, ke depan akan diperketat tentang pelayanan keagamaan yakni: a).
aturan bagi penyuluh untuk tidak boleh Penyuluh Agama Islam Kota Medan
beralih fungsi menjadi pejabat struktural. masih mempunyai semangat pengabdian,
Sedangkan bagi para penyuluh yang keikhlasan dan hanya mengharap
dialihfungsikan menjadi staf di bidang semata-mata pahala dari-Nya, begitu
tertentu akan dikembalikan sebagaimana juga dengan penyuluh Agama Budha;
tugas para penyuluh. Untuk lebih b). Ada beberapa penyuluh yang merasa
memaksimalkan tugas para penyuluh, ke menikmati tugasnya sebagai seorang
depan para penyuluh agama juga akan penyuluh sehingga bukan menjadi beban
lebih diaktifkan dalam kegiatan-kegiatan bagi mereka; c). Ada kebanggaan tugas
keagamaan seperti MTQ, MDA, dan TPQ. para penyuluh yang merasa mengemban
tugas negara, sehingga dengan kondisi
Ketika peneliti berdialog
“apapun” mereka berusaha melakukan
dengan masyarakat yang menjadi
tugas tersebut; c). Adanya kompetensi
binaan para penyuluh agama dapat
lain yang dimiliki para penyuluh Kota
diperoleh beberapa informasi yang
Medan (seperti menjadi dosen honorer,
dapat dikelompokan menjadi dua:
motivator, dll) sehingga mereka masih
Pertama, warga sudah mengetahui
dapat melaksanakan fungsi penyuluhan
keberadaan penyuluh. Kedua, warga
agama mereka meskipun dalam kondisi
belum pernah mengetahui keberadaan
serba dalam keterbatasan; d). Kebutuhan
penyuluh agama. Terkait hal tersebut,
masyarakat yang haus akan ilmu agama
menurut warga yang sudah mengetahui
dan kegiatan-kegiatan keagamaan di Kota
keberadaan para penyuluh, seharusnya
Medan sehingga membuat penyuluh
Penyuluh Agama Islam lebih banyak
mudah diterima dalam menjalankan
dalam berkiprah di masyarakat, tidak
fungsinya; e). Budaya toleransi antar
hanya berceramah namun juga terjun
umat beragama yang sangat kuat di Kota
langsung bersama-sama masyarakat
Medan; f). Pemerintahan Kota Medan
dan menyelesaikan persoalan-persoalan
mendukung kegiatan keagamaan, bahkan
keagamaan di masyarakat (Wawancara
telah mengucurkan dana untuk berbagai
dengan Rijal, 1 Mei 2013). Sedangkan bagi
kegiatan keagamaan selama ada kejelasan
warga yang belum pernah mengetahui
prosedur pengajuan dan lembaga yang
keberadan Penyuluh Agama Islam,
mengajukan.
mengaku sangat senang ketika mereka
melihat dan mengikuti kegiatan yang
dilakukan oleh penyuluh Agama.
Menurut mereka keberadaannya sangat Faktor Penghambat
diharapkan, karena dengan keberadaan Adapun faktor-faktor yang
para Penyuluh Agama di masyarakat menghambat kinerja Penyuluh Agama
dapat dilihat bahwa pemerintah masih dalam melakukan pelayanan keagamaan
peduli terhadap kehidupan keagamaan. adalah sebagai berikut: a). Ada penyuluh

HARMONI Mei - Agustus 2014


Pemberdayaan Penyuluh Agama dalam Peningkatan Pelayanan Keagamaan di Kota Medan 173

agama yang “minder” untuk tampil di kredit, karena adanya keterbatasan


muka umum sebagai penceramah, ketika SDM, dan alat pendukung lainnya.
ada penyuluh lebih senior; b). Keterbatasan Kedua, kegiatan pemberdayaan untuk
fasilitas yang disiapkan oleh Kemenag para penyuluh dirasakan masih
sehingga ada kalanya menghambat kurang sehingga SDM-nya sangat
tugas dan fungsi penyuluh, seperti alat terbatas. Penyuluh belum siap ketika
transportasi, laptop/computer, dan juga berhadapan dengan masyarakat yang
bangku/meja untuk bekerja di kantor; c). cenderung lebih dinamis; Ketiga,
Tunjangan penyuluh agama dari tahun faktor-faktor penghambat: adanya
2007 belum pernah naik, padahal untuk semangat pengabdian dan keikhlasan
kebutuhan penyuluhan ke lapangan para penyuluh agama dirasakan masih
dari tahun-ke tahun sudah meningkat; kurang. Jumlah penyuluh agama di Kota
d). Para penyuluh tidak punya target Medan belum sebanding dengan jumlah
pembinaaan keagamaan dan lokasi yang penduduk yang ada, dan monitoring
terlalu luas sehingga hasil pembinaan yang dilakukan oleh pemerintah pusat
keagamaan di masyarakat belum jelas; e). sangat terbatas sehingga belum dapat
Penyuluh agama di Kota Medan masih diketahui hasilnya. Selain itu, sarana
terbatas, sedangkan masyarakat masih dan prasarana yang disiapkan oleh
memerlukan lebih banyak penyuluh pemerintah sangat terbatas sehingga
agama. Ada juga penyuluh yang kurang menghambat kerja para penyuluh
aktif di masyarakat karena merupakan di lapangan; Keempat, faktor-faktor
impasing dari eselon V/a dan ada pendukung: sebagian besar masyarakat
penyuluh agama yang diperbantukan masih menginginkan adanya penyuluh
dalam tugas sebagai staf di Kankemenag agama, karena mereka beranggapan
Kota Medan sehingga tidak bisa bahwa ketika masih ada penyuluh
menjalankan tugas kepenyuluhannya; f). agama, maka pemerintah dianggap
Penyuluh agama kurang memaksimalkan masih peduli terhadap kehidupan
waktu untuk membina masyarakat sesuai keagamaan rakyatnya; Masyarakat masih
tugas yang harus diselesaikan oleh merasa kesulitan ketika mengundang
para penyuluh, sehingga banyak waktu para penyuluh agama pada waktu di luar
luang yang kurang bisa dimanfaatkan; jam kerja, karena tempat tinggal mereka
g). Ketidakjelasan arah fungsi teknis cukup jauh. Sebagian penyuluh agama
penyuluh di lapangan sehingga para kurang menarik ketika menyampaikan
penyuluh agama lebih menjalankan “ceramahnya” dibanding para ulama
fungsi penceramah dibandingkan sebagai di Kota Medan; Menurut sebagian
pejabat fungsional pemerintah. masyarakat, para penyuluh agama lebih
banyak menjelaskan tentang persoalan-
persoalan ritual keagamaan, namun
Penutup sedikit sekali menjelaskan kebijakan-
kebijakan pemerintah khususnya dalam
Dari uraian di atas dapat persoalan keagamaan yang perlu
disimpulkan bahwa: Pertama, Secara disosialisasikan kepada masyarakat.
umum para penyuluh agama memahami
sebagian isi dari Kepmenkowas­bangpan Selain kesimpulan di atas, terdapat
tahun 1999, namun ada sebagian yang beberapa rekomendasi antara lain:
tidak memahaminya. Mereka memahami Pertama, Kementerian Agama perlu
sebagian peraturan tersebut ketika meningkatkan SDM para Penyuluh
mereka membutuhkannya. Ada beberapa Agama melalui pendidikan, diklat-
penyuluh agama yang mengalami diklat, workshop, dan lokakarya yang
kesulitan untuk mendapatkan angka berjenjang sesuai keahlian para penyuluh

Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 13 No. 2


174 Agus Mulyono

sehingga para Penyuluh Agama lebih terhadap berbagai kebijakan pemerintah


mudah dalam meningkatkan jenjang dalam bahasa agama, bukan hanya
karirnya; Kedua, Kementerian Agama sebagai penceramah keagamaan; Keempat,
perlu mengalokasikan alat transportasi Kantor Kementerian Agama Kota Medan
dan penunjang administrasi untuk agar berkoordinasi dengan berbagai
meningkatkan kinerja para penyuluh instansi atau perusahaan secara lebih
agama; Ketiga, Penyuluh Agama perlu aktif agar para penyuluh dapat masuk
mengoptimalisasi fungsi Penyuluh secara sistemik ke lingkungan instansi
Agama sebagai “corong pemerintah” atau perusahaan tersebut.

Daftar Pustaka

Ahmad, Amirullah. Metodologi Dakwah Islam. Yogyakarta: Maitda, 1986.


Arifin. Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan. Jakarta: IKAPI, 1994.
Arifin. Pokok Pikiran Bimbingan dan Penyuluhan. Jakarta: Bulan Bimbingan, 1976.
A. Surjadi. Dakwah Islam Dengan Pembangunan Masyarakat Desa. Bandung: Mandar Maju,
1989.
Badan Pusat Statistik, Kota Medan Dalam Angka 2011. Medan: BPS Kota Medan, 2012.
Departemen Agama. Al-Quran dan Terjemahan. Jakarta: Departemen Agama RI, 1990.
--------. Buku Panduan Pelaksanaan Tugas Penyuluhan Agama. Jakarta: Departemen Agama
RI, 2003.
--------. Himpunan Peraturan Tentang Jabatan Fungsional Penyuluh Agama dan Angka
Kreditnya. Jakarta: Departemen Agama RI, 2000.
--------. Panduan Tugas Operasional Penyuluhan Agama Islam. Jakarta: Departemen Agama
RI, 2004.
Helmy, Masdar. Dakwah dalam Pembangunan. Semarang: Toha Putra, 1973.
Naskah Keputusan Bersama Menteri Agama RI dan Kepala Badan Kepegawaian Negara
Nomor: 574 Tahun 1999 dan Nomor: 178 Tahun 1999 Tentang Jabatan Fungsional
Penyuluh Agama dan Angka Kreditnya.
Naskah Sambutan Direktur Penerangan Agama Islam, Dra. Hj. Euis Sri Mulyani, M.Pd
pada acara pembukaan Orientasi dan Konsultasi Tenaga Publikasi Keagamaan
yang diselenggarakan Direktorat Penerangan Agama Islam, Ditjen Bimas Islam,
Kemenag RI, di Hotel Madani, Medan, lihat di http://bimasislam.kemenag.go.id
Naskah Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Agama dan Kepala BKN Nomor. 54
Tahun 1999 dan Nomor 178 Tahun 1999.
Naskah Surat Keputusan Bersama Menteri Agama RI dan Kepala Badan Kepegawaian
Negara nomor: 574 tahun 1999 dan nomor: 178 tahun 1999 tentang jabatan
fungsional penyuluh agama dan angka kreditnya.
Nurdin, A. Fauzie. Islam dan Perubahan Sosial. Semarang: Realitas Press, 2005.

HARMONI Mei - Agustus 2014


Pemberdayaan Penyuluh Agama dalam Peningkatan Pelayanan Keagamaan di Kota Medan 175

Muhaemin Abda, Slamet. Prisip-prinsip Metodologi Dakwah. Surabaya: Usaha Penerbit


Nasional.
Sensus Penduduk tahun 2010 Provinsi Sumatera Utara, BPS Sumatera Utara 2010
Sukardi, Dewa Ketut. Proses Bimbingan dan Penyuluhan. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1995.
Sulastini, Ambar Teguh. Kemitraan dan Model Pemberdayaan. Yogyakarta: Gava Media,
2004.
Syukri, Asmaini. Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya: Al-Ikhlas, 1987.

Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 13 No. 2

Anda mungkin juga menyukai