Anda di halaman 1dari 3

BUKU JAWABAN TUGAS MATA

KULIAH TUGAS 3

Nama Mahasiswa : Hanief Budiman……………………………………………………………..

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 043616937…..………………………………………………………………..

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4402/Hukum Perjanjian........................................

: 21/UPBJJ Jakarta …………………………………………………………..


Kode/Nama UPBJJ

: 2023/2024 Ganjil (2023.2)


Masa Ujian

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1. Perumusan norma dalam peraturan perundang-undangan wajib berpacu dan berpedoman
kepada Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan yang berisikan ketentuan wajib di dalamnya (Sulastriyono et al., 2022). Kekeliruan
atau kesalahan dalam perumusan norma hukum dapat menciptakan sebuah implikasi hukum
dari rumusan yang telah dibuat tersebut, seperti tidak dapat diterapkan kepada pelaku yang
secara materil telah melanggar undang-undang terkait (Haeruman & Rusnan, 2021). Adapun
faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kekeliruan dalam pemakaian kalimat dan/atau
kosa-kata dalam merumuskan norma hukum terbagi menjadi tiga, yaitu
(Modeong, 2007 dalam Haeruman & Rusnan, 2021)
:
 perumus peraturan perundang-undangan tidak memiliki kemampuan untuk
mengubah ide-ide pengaturannya ke dalam bahsa perundang-undangan dengan jelas
serta mudah dipahami;
 perumus peraturan perundang-undangan tidak memiliki kemampuan untuk
merumuskan hasil trasformasi idenya melalui bahasa resmi perundang-undangan ke
dalam bahasa yang tidak sulit dipahami oleh masyarakat;
 minimnya penguasaan bahasa perundang-undangan yang dapat dikategorikan sebagai
sebuah kelemahan sehingga materi yang dirancang menjadi kaku.

2. Kesalahan yang paling umum dalam perancangan peraturan perundang-undangan adalah


penggunaan kata tidak baku. Dalam Pasal 306 UU No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang terdapat frasa “Pengadilan Niaga” dengan masing-
masing awal kata menggunakan huruf kapital. Hal tersebut tidak dapat dibenarkan dalam
bidang Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempuranakan. Tanpa merujuk sebuah tempat, maka
penulisan “Pengadilan Niaga” hanya perlu menggunakan huruf kecil menjadi “pengadilan
niaga”. Selain daripada itu dalam Pasal 2 Ayat 2 Peraturan Menteri Keuangan tentang Tata
Cara Penyusunan Perencanaan Investasi Pemerintah pada awal kalimat tidak menggunakan
huruf kapital. Penggunaan huruf kapital pada baris awal suatu kalimat hukumnya adalah
wajib berdasarkan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Selanjutnya pada Pasal 4
PP No. 49 Tahun 2011 tentang Perubahan atas PP No. 1 Tahun 2008 tentang Investasi
Pemerintah menggunakan penggalan kata "kerjasama". Penulisan yang benar berdasarkan
Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah "kerja sama".
Selain kesalahan dalam pemilihan kata, penggunaan tanda baca dalam perumusan peraturan
perundang-undangan juga perlu diberikan perhatian lebih. Pada Penjelasan Umum Angka 4
Huruf d dalam Penjelasan Atas Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974
menyatakan bahwa “Berhubung dengan itu, maka Undang-undang ini menentukan batas
umur untuk kawin baik bagi pria maupun bagi wanita,ialah 19 (sembilan belas) tahun bagi
pria dan 16 (enam belas) tahun bagi,wanita”. Apabila dikoreksi maka akan menjadi
“Berhubung dengan itu, maka Undang-undang ini menentukan batas umur untuk kawin baik
bagi pria maupun bagi wanita ialah 19 (sembilan belas) tahun bagi pria dan 16 (enam belas)
tahun bagi wanita.” Penggunaan tanda baca yang berlebihan dan tidak tepat ditiadakan agar
stuktur Bahasa Indonesia yang melekat pada penjelasan tersebut menjadi padu.

Daftar Pustaka

Haeruman, S., & Rusnan. (2021). Kejelasan Perumusan Norma dalam Pembentukan Undang-Undang (Kajian
terhadap Penggunaan Frasa Hukum dalam Perumusan Norma Undang-Undang). Jurnal Risalah
Kenotariatan , 2(2).
Sulastriyono, Widowati, D. A., & Rimawati. (2022). Bahasa dan Terminologi Huku (2nd ed.). Universitas
Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai