Anda di halaman 1dari 9

Don Arges Panjaitan

2210631140130
Kelas E
Semester 4

BUDAYA BANGSA

1. Beri contoh difusi, alkulturasi, dan asimilasi (penerapannya). Beri penjelasannya apakah
dapat mempengaruhi orang-orang di dunia.
 Difusi
Contoh penerapannya: Penyebaran Teknologi Internet; Penyebaran internet ini
dilakukan melalui berbagai media, seperti kabel optik, satelit, dan jaringan seluler.
Pengaruhnya adalah:
(1) Mempermudah komunikasi dan akses informasi.
(2) Meningkatkan peluang bisnis dan perdagangan.
(3) Mengubah cara hidup dan budaya masyarakat

 Akulturasi
Contoh penerapannya: Perpaduan budaya Hindu-Buddha dengan budaya lokal di
Indonesia; Hal ini terlihat dalam berbagai aspek budaya, seperti arsitektur, seni, dan
ritual keagamaan. Contohnya, candi Borobudur yang merupakan perpaduan budaya
Hindu dan budaya lokal Jawa.
Pengaruhnya adalah:
(1) Memperkaya keragaman budaya.
(2) Meningkatkan toleransi dan saling pengertian antar budaya.
(3) Mendorong inovasi dan kreativitas.

 Asimilasi
Contoh penerapannya: Suku Batak yang bermigrasi ke Jawa dan mulai beradaptasi
dengan budaya Jawa; Mereka belajar bahasa Jawa, mengikuti adat istiadat Jawa,
dan bahkan menikah dengan orang Jawa.
Pengaruhnya adalah:
(1) Memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa.
(2) Mengurangi konflik antar kelompok.
(3) Membentuk identitas budaya baru.

2. Jelaskan dari 9 Dimensi kebudayaan menggunakan bahasa sendiri.


 Penghindaran Ketidakpastian
Dimensi ini adalah dimensi yang mengukur tingkat kecemasan yang dirasakan
masyarakat terhadap situasi yang tidak pasti, ambigu, atau tidak terduga.
Karakteristik masyarakat dengan penghindaran ketidakpastian tinggi:
(1) Lebih menyukai pekerjaan yang terstruktur dan rutin.
(2) Lebih menyukai aturan yang jelas.
(3) Menghindari resiko dan perubahan

Karakteristik masyarakat dengan penghindaran ketidakpastian rendah:

(1) Lebih toleran terhadap ambiguitas


(2) Lebih individualis dan mandiri.
(3) Lebih menyukai pekerjaan yang kreatif dan inovatif.

Pengaruh dimensi penghindaran ketidakpastian:

(1) Dalam dunia bisnis, individu yang cenderung menghindari ketidakpastian


tinggi cenderung lebih memfavoritkan keterlibatan jangka panjang dalam
hubungan bisnis dan perjanjian kontraktual yang terinci.
(2) Di ranah politik, mereka yang memiliki tingkat ketidakpastian yang tinggi
cenderung lebih menyukai pemimpin yang memiliki kekuatan dan
ketegasan.
(3) Dari segi sosial, masyarakat yang cenderung menghindari ketidakpastian
tinggi memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk mengamalkan norma
dan nilai yang bersifat konservatif.
 Power Distance
Dimensi ini mengukur tingkat penerimaan masyarakat terhadap distribusi
kekuasaan yang tidak merata. Tingkatan power distance:
(1) Tingkat tinggi: Masyarakat yang memiliki tingkat jarak kekuasaan tinggi
menerima kenyataan bahwa distribusi kekuasaan tidak merata. Mereka
lebih cenderung tunduk pada otoritas dan tidak bersikap skeptis terhadap
keputusan yang diambil oleh para atasan.
(2) Tingkat rendah: Masyarakat yang memiliki tingkat jarak kekuasaan rendah
menghargai prinsip kesetaraan dan meyakini bahwa setiap individu berhak
untuk dihargai. Mereka lebih inclined untuk bersikap kritis terhadap pihak
berwenang dan lebih menerima terhadap dialog.

Contoh Negara dengan Power Distance Tinggi:

(1) Malaysia
(2) Filipina
(3) Meksiko

Contoh Negara dengan Power Distance Rendah:

(1) Austria
(2) Denmark
(3) Selandia Baru
 Kelembagaan Kolektivisme
Dimensi kebudayaan kelembagaan kolektivisme (institutional collectivism) adalah
dimensi ini mengukur tingkat di mana lembaga-lembaga dalam suatu masyarakat
melindungi dan memelihara kesejahteraan kelompok. Karakteristik masyarakat
dengan kelembagaan kolektivisme rendah:
(1) Menghargai individualisme dan kemandirian.
(2) Memiliki tingkat kepercayaan yang lebih rendah antar anggota masyarakat.
(3) Memiliki tingkat kepercayaan yang lebih rendah antar anggota masyarakat.

Karakteristik masyarakat dengan kelembagaan kolektivisme tinggi:

(1) Menghargai kerjasama dan solidaritas.


(2) Mengutamakan kepentingan kelompok diatas kepentingan pribadi.
(3) Memiliki jaringan sosial yang kuat.

Pentingnya memahami dimensi kelembagaan kolektivisme:

(1) Menyadari dimensi ini dapat memberikan wawasan terhadap perbedaan


budaya di antara berbagai negara dan masyarakat.
(2) Pemahaman terhadap hal ini dapat memudahkan komunikasi dan kerjasama
dengan individu dari latar belakang budaya yang beragam.
(3) Pemahaman ini juga dapat memberikan wawasan tentang bagaimana
budaya memiliki dampak terhadap tingkah laku dan keputusan seseorang.
 Kelompok Kolektivisme
Dimensi ini mengukur tingkat di mana individu dalam suatu masyarakat
terintegrasi ke dalam kelompok-kelompok primer. Karakteristik masyarakat
dengan kelompok kolektivisme tinggi:
(1) Memiliki ikatan yang kuat antar anggota kelompok.
(2) Menghargai kerjasama dan solidaritas.
(3) Memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi antar anggota kelompok.

Karakteristik masyarakat dengan kelompok kolektivisme rendah:

(1) Menghargai individualisme dan kemandirian.


(2) Memiliki jaringan sosial yang lebih lemah.
(3) Individu lebih bebas untuk mengejar kepentingan pribadi mereka.

Pengaruh dimensi kelompok kolektivisme:

(1) Bidang usaha: Dalam komunitas yang cenderung bersifat kolektif,


kerjasama dan hubungan jangka panjang menjadi lebih disukai oleh
masyarakat.
(2) Ranah politik: Di lingkungan yang menganut prinsip kelompok
kolektivisme yang tinggi, masyarakat cenderung lebih mendukung
pemimpin yang memiliki kekuatan dan ketegasan.
(3) Aspek sosial: Masyarakat yang memiliki orientasi kelompok kolektivisme
yang tinggi lebih condong untuk memegang norma dan nilai-nilai komunal.
 Egalitarisme Gender
Dimensi kebudayaan egalitarianisme gender (gender egalitarianism) adalah
dimensi yang mengukur tingkat di mana suatu masyarakat menghargai kesetaraan
antara pria dan wanita. Karakteristik masyarakat dengan egalitarisme gender tinggi:
(1) Menghargai keseteraan antara pria dan wanita.
(2) Memiliki undang-undang dan kebijakan yang mendukung keseteraan
gender.
(3) Memiliki partisipasi pria yang tinggi dalam pekerjaan rumah tangga dan
pengasuhan anak.

Karakteristik masyarakat dengan egalitarisme gender rendah:

(1) Memiliki peran dan tanggung jawab yang berbeda untuk pria dan wanita
(2) Memiliki tingkat partisipasi wanita yang rendah dalam angkatan kerja
(3) Memiliki tingkat partisipasi pria yang rendah dalam pekerjaan rumah tangga
dan pengasuhan anak

Contoh negara dengan egalitarisme gender tinggi:

(1) Swedia
(2) Denmark
(3) Norwegia
(4) Finlandia
 Assertiveness
Dimensi kebudayaan assertiveness (ketegasan) adalah dimensi yang mengukur
tingkat dimana individu dalam suatu masyarakat secara langsung dan tegas
mengekspresikan pendapat dan perasaan mereka. Contoh negara dengan
assertiveness tinggi:
(1) Amerika Serikat
(2) Jerman
(3) Inggris
(4) Belanda

Contoh negara dengan assertiveness rendah:

(1) Jepang
(2) China
(3) Korea Selatan
(4) Indonesia

Pengaruh dimensi assertiveness:

(1) Bidang usaha: Individu dalam komunitas dengan tingkat assertiveness yang
tinggi lebih sering menjadi pemimpin dan mencapai kesuksesan lebih baik
dalam proses negosiasi.
(2) Ranah politik: Masyarakat yang menonjolkan assertiveness cenderung
memiliki individu yang aktif dalam dunia politik dan lebih vokal dalam
menyuarakan pendapat mereka.
(3) Aspek sosial: Dalam komunitas dengan tingkat assertiveness yang tinggi,
individu cenderung membina hubungan yang terbuka dan jujur.
 Orientasi Masa Depan
Dimensi kebudayaan orientasi masa depan (future orientation) adalah dimensi yang
mengukur tingkat di mana individu dalam suatu masyarakat fokus pada masa depan
dan merencanakan untuk masa depan. Karakteristik masyarakat dengan orientasi
masa depan tinggi:
(1) Individu fokus pada masa depan dan merencanakan untuk masa depan.
(2) Lebih sabar.
(3) Lebih terbuka terhadap perubahan.

Karakteristik masyarakat dengan orientasi masa depan rendah:

(1) Lebih resisten terhadap perubahan.


(2) Individu lebih fokus pada masa sekarang dan menikmati hidup saat ini.
(3) Mungkin tidak terlalu peduli dengan menabung untuk masa pensiun.

Pentingnya memahami dimensi orientasi masa depan:

(1) Memiliki pemahaman terhadap dimensi ini dapat membantu kita dalam
mengenal dan memahami perbedaan budaya di antara berbagai negara dan
masyarakat.
(2) Pemahaman ini juga dapat membantu kita untuk memahami bagaimana
budaya dapat memengaruhi perilaku dan keputusan orang.
 Orientasi Kinerja
Dimensi kebudayaan orientasi kinerja (performance orientation) adalah salah satu
dari empat dimensi budaya tambahan yang dikemukakan oleh Michael Minkov
pada tahun 2007, sebagai pelengkap dari enam dimensi budaya Hofstede. Dimensi
ini mengukur tingkat di mana individu dalam suatu masyarakat menghargai
kesuksesan dan pencapaian. Karakteristik masyarakat dengan orientasi kinerja
tinggi:
(1) Individu sangat menghargai kesuksesan dan pencapaian.
(2) Fokus pada hasil dan ingin menjadi yang terbaik.
(3) Lebih kompetitif.

Karakteristik masyarakat dengan orientasi kinerja rendah:

(1) Lebih santai.


(2) Lebih terdorong oleh hubungan.
(3) Lebih menghargai keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.

Contoh negara dengan orientasi kinerja tinggi:

(1) Jepang
(2) Korea Selatan
(3) China
 Orientasi Kebudayaan
Dimensi kebudayaan orientasi kebudayaan (cultural orientation) adalah konsep
yang luas dan kompleks yang mengacu pada cara individu dalam suatu masyarakat
memandang dan memahami budaya mereka sendiri dan budaya lain. Dimensi ini
dapat diukur dengan berbagai cara, termasuk:
(1) Sikap terhadap budaya asing: Apakah individu di dalam suatu komunitas
bersikap terbuka terhadap pengaruh budaya asing, atau sebaliknya, apakah
mereka lebih cenderung mengutamakan dan menyukai budaya lokal mereka
sendiri?
(2) Tingkat partisipasi dalam kegiatan budaya: Sejauh mana individu dalam
suatu masyarakat terlibat dalam kegiatan budaya, seperti festival,
pertunjukan seni, atau upacara keagamaan?
(3) Penghargaan terhadap keragaman budaya: Apakah individu di dalam suatu
komunitas menghargai keberagaman budaya, atau sebaliknya, apakah
mereka lebih condong menuju preferensi terhadap keseragaman budaya?

Karakteristik masyarakat dengan orientasi kebudayaan tinggi:

(1) Lebih universal.


(2) Toleran terhadap perbedaan budaya.
(3) Terbuka terhadap pengalaman baru.

Karakteristik masyarakat dengan orientasi kebudayaan rendah:

(1) Lebih etnosentris.


(2) Tidak tertarik untuk belajar tentang budaya lain.
(3) Mungkin lebih menyukai budaya mereka sendiri.

3. Berikan contoh budaya lokal dan budaya universal yang diterapkan di karawang.
 Budaya Lokal
1) Sunda: Karawang merupakan bagian dari wilayah Sunda, sehingga
budayanya banyak dipengaruhi oleh budaya Sunda. Contohnya:
a. Bahasa Sunda
b. Upacara adat: Upacara adat Sunda seperti Seren Taun dan Seba
Baduy masih dilestarikan di Karawang.
c. Kesenian tradisional: Kesenian tradisional Sunda seperti Wayang
Golek, Jaipong, dan Tari Ketuk Tilu masih populer di Karawang.
2) Tradisi Lokal
a. Ziarah ke Makam Syekh Quro: Tradisi ziarah ke makam Syekh
Quro dilakukan setiap tahun pada bulan Maulid Nabi Muhammad
SAW.
b. Festival Peh Cun: Festival Peh Cun merupakan festival budaya
Tionghoa yang dirayakan oleh masyarakat Tionghoa di Karawang.
 Budaya Universal
1) Agama: Sebagian besar penduduk Karawang menganut agama Islam.
Prinsip-prinsip agama Islam, seperti toleransi dan saling menghormati,
dijalankan dalam kehidupan sehari-hari mereka.
2) Pendidikan: Pendidikan formal dan informal diterapkan di Karawang.
Pendidikan formal meliputi sekolah dasar, menengah, dan tinggi.
Pendidikan informal meliputi pendidikan agama dan budi pekerti.
3) Ekonomi: Masyarakat Karawang bekerja di berbagai sektor ekonomi,
seperti pertanian, industri, dan perdagangan.

Anda mungkin juga menyukai