Anda di halaman 1dari 2

Nama:

I Bagus Putra Mahendra Wisnu Adjie_01023190058


Kelly Kimberly_01023190061
Yanick Guillaume Wijaya_01023190052
Notulis: Kelly Kimberly
Terdapat keputusan-keputusan Goodall untuk mengakhiri hidupnya. Pada umur 104, David
ingin mengakhiri hidupnya karena ia merasa tidak bisa merasa senang, karena pada umur 90-an, ia
bisa melakukan segala aktivitas dan merasakan kebebasan. Setelah ia terjatuh di dapur selama 2
hari, David dirawat di rumah sakit. Dari situ lah, ia merasakan ketakutan, dimana suatu saat ia akan
dibawa ke rumah panti jompo. Sehingga untuk pertama kalinya, David berpikir untuk membunuh
diri dengan alasan hidupnya tidak berarti, tidak ada kualitas dan tidak layak untuk hidup. Kita bisa
melihat tanda David tidak ingin hidup dari sweater yang dipakainya yang bertulis, Ageing
disgracefully. Dari tulisan tersebut saya dapat mengambil kesimpulan bahwa arti dari kata tersebut
mengingatkan saya dengan kutipan dari Steven Cave, “We are therefore blessed with powerful
minds yet at the same time cursed, not only to die, but to know that we must.” ― Stephen Cave,
Immortality: The Quest to Live Forever and How It Drives Civilization 1. Ketika David siap
berangkat ke Swiss, ia merasa tidak senang karena, ia tidak dapat memilih tempat kesukaannya
untuk mengakhiri hidupnya. Di waktu yang sama, ia dengan senang hati pergi ke Swiss karena,
Swiss adalah salah satu dari dua negara yang sah melaksanakan prosedur Euthanasia secara legal.
Legal dengan catatan motif mereka tidak egois. Tindakan tersebut tidak jahat, tindakan tersebut
adalah rasa belas kasihan dan membantu orang lain yang ingin meninggalkan dunia dengan damai
melewati obat-obat yang legal. Lima hari sebelum David mengakhiri hidupnya, dapat dikutipkan
dari perkataan cucunya, Daniel Goodall bahwa, David telah merasa terpencil, susah mengikuti
perkembangan zaman serta berkomunikasi dengan sekitarnya semenjak penglihatan David
memburuk dan, merasakan bahwa aktivitas yang bisa ia lakukan hanya sedikit semakin sedikit.
Termasuk indera untuk merasakan dan mencium, David sangat suka dengan kuliner namun, ia
mulai kehilangan inderawinya sedikit demi sedikit. Dari situ, menurut Hana Goodall, pemikiran
David tidak dapat diubah, ia berpikir dengan cara yang berbeda dan mungkin itu adalah takdir pria
yang tidak biasa. Akhir cerita, ia merasa cemas namun, ia tidak takut menghadapi kematiannya.
David tidak sakit tapi ia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya karena merasakan sudah cukup
perjalannya sampai sini. Bahkan, cucu dari David Goodall setuju dengan seluruh argumen David
dan mereka perlu diyakinkan bahwa David bertindak dengan pikiran sehat, bebas dan
dipertimbangkan dengan baik. David merasa bahwa pilihan orang lain terlibat dan ia berpikir ia
tidak dapat memberikan kontribusi lagi kepada dunia dan bahwa minatnya pada keyakinannya
untuk bunuh diri yang dibantu adalah kontribusinya untuk membuat sebuah pandangan baru
terhadap bunuh diri yang dibantu. Cucunya berpikir bahwa David memiliki hak untuk
mengecualikan media dalam mendokumentasikan keputusannya, tetapi David mengatakan bahwa
keputusan yang dibuatnya adalah hal yang sulit untuk mengizinkan media, membuat pengorbanan
dan mengubah segalanya menjadi lebih baik. Bahkan, pada saat-saat terakhir sebelum bunuh diri
yang dibantu, ia sangat yakin tentang keputusannya dan memastikan bahwa ia tidak akan sakit dan
dengan senang hati “pergi”.
Argumen David Goodall yang memutuskan untuk bunuh diri yang dibantu sangat
kontroversial. Namun kembali lagi pada perihal hak setiap individu untuk menentukan pilihan
hidupnya dan memakai hak-nya sebagai manusia. Menurut saya, argumen yang paling masuk akal
adalah ketika David telah merasa terpencil dan susah mengikuti perkembangan zaman serta

1https://www.goodreads.com/work/quotes/17438642-immortality-the-quest-to-live-forever-and-how-it-
drives-civilization
Nama:
I Bagus Putra Mahendra Wisnu Adjie_01023190058
Kelly Kimberly_01023190061
Yanick Guillaume Wijaya_01023190052
Notulis: Kelly Kimberly
berkomunikasi dengan sekitarnya semenjak penglihatan David memburuk. Karena, sangat sulit bila
kita sudah di titik dimana kita akan dikucilkan karena keterbatasan ataupun kekurangan kita,
karena kita manusia tidak bisa hidup sendiri, kita diciptakan untuk berkomunikasi atau
berkelompok dan, merasakan bahwa aktivitas yang bisa ia lakukan hanya sedikit semakin sedikit
termasuk indera untuk merasakan dan mencium, sangat bisa dirasakan bahwa kebebasan David
telah terampas dengan faktor umur dan kesehatan. Terdapat argumen lain yang menurut saya
masuk akal yaitu David tidak sakit tapi ia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya karena
merasakan sudah cukup perjalannya sampai sini. Karena seluruh argumen David dilakukan dengan
pikiran sehat, bebas dan dipertimbangkan dengan baik. Serta terdapat argumen bahwa ketika ia
berpikir ia tidak dapat memberikan kontribusi secara scientific lagi kepada dunia, akan tetapi, ia
meyakinkan dunia bahwa minatnya pada keyakinannya untuk bunuh diri yang dibantu adalah
kontribusinya untuk membuat sebuah pandangan baru terhadap bunuh diri yang dibantu. Dalam
dunia medis, tindakan yang diberikan kepada David Goodall disebut Physician-Assisted Suicide
(PAS), dimana sebuah tindakan seseorang yang ingin mengakhiri hidupnya dilakukan dalam
keadaan sadar, sehat, dan memerlukan bantuan dokter atau konsultan. Pada praktik Physician-
Assisted Suicide (PAS) ini, dokter atau petugas medis hanya untuk membantu menyediakan fasilitas,
konseling dan memberikan cara penggunaan obat-obatan, yang bertujuan untuk mempercepat
proses kematian kepada pasien dan setelah itu, pasien sendiri yang harus memutuskan proses
untuk menjalani praktik tersebut.2
Menurut David Goodall ia mengatakan bahwa setiap makhluk hidup di dunia mempunyai
suatu tujuan untuk tetap bertahan dalam kehidupannya dan juga memiliki hak atas apa yang telah
dijalani dalam hidup dengan suatu pilihan tertentu. Maka dari itu dengan apa telah dijalani harus
menerima dan melakukannya dengan hati yang senang. Goodall juga mengatakan bahwa ia sangat
bahagia dengan perjalanan hidupnya. Tetapi dengan keadaannya yang semakin memburuk. Goodall
sudah tidak bisa menikmati kehidupannya. Dengan keadaan buruk seperti ini Goodall akhirnya
membuat suatu keputusan untuk melakukan bunuh diri dengan cara yang legal melalui euthanasia.
Karena menurut Goodall euthanasia adalah sebuah cara untuknya untuk bisa mengakhiri hidupnya
dengan tenang dan juga bahagia. Euthanasia adalah suatu hal yang mempunyai banyak perdebatan.
Euthanasia mendapat banyak dukungan dari beberapa sakit dengan syarat tertentu. Banyak orang
yang beranggapan bahwa membiarkan seseorang tersiksa dalam hidupnya suatu yang tidak benar.
Maka banyaknya dukungan tersebut akhirnya hal diperbolehkan.

2 https://tirto.id/euthanasia-dan-perdebatan-tentang-hak-untuk-mati-cKw3

Anda mungkin juga menyukai