Anda di halaman 1dari 16

Nilai-Nilai Kebajikan Universal

Sekolah merupakan sebuah institusi moral yang dirancang untuk membentuk karakter warganya.
Sekolah mempunyai pemimpin yang akan menghadapi sebuah situasi sulit dalam mengambil
keputusan yang banyak mengandung dilema secara etika dan konflik antara nilai-nilai universal
yang sama-sama benar. Keputusan yang diambil akan menjadi refleksi nilai-nilai yang dijunjung
tinggi oleh sekolah dan menjadi rujukan bagi seluruh warga sekolah.

Nilai-nilai kebajikan universal seperti Keadilan, Tanggung Jawab, Kejujuran, Bersyukur, Lurus Hati,
Berprinsip, Integritas, Kasih Sayang, Rajin, Komitmen, Percaya Diri, Kesabaran, dan masih banyak
lagi.

Nilai-nilai kebajikan menurut IBO Primary Years Program (PYP), yaitu:

 Toleransi
 Rasa Hormat
 Integritas
 Mandiri
 Menghargai
 Antusias
 Empati
 Keingintahuan
 Kreativitas
 Kerja sama
 Percaya Diri
 Komitmen

Nilai-nilai kebajikan menurut Sembilan Pilar Karakter Indonesian Heritage Foundation (IHF), yaitu:

 Cinta Tuhan dan segenap ciptaanNYA


 Kemandirian dan Tanggung jawab
 Kejujuran (Amanah), Diplomatis
 Hormat dan Santun
 Dermawan, Suka Menolong dan Gotong Royong
 Percaya Diri, Kreatif dan Pekerja Keras
 Kepemimpinan dan Keadilan
 Baik dan Rendah Hati
 Toleransi, Kedamaian dan Kesatuan

Nilai-nilai kebajikan menurut Petunjuk Seumur Hidup dan Keterampilan Hidup (LIfelong Guidelines
and Life Skills), yaitu:

Keterampilan Hidup:

 Dapat dipercaya
 Lurus Hati
 Pendengar yang Aktif
 Tidak Merendahkan Orang Lain
 Memberikan yang Terbaik dari Diri
Petunjuk Hidup:

 Peduli
 Penalaran
 Bekerja sama
 Keberanian
 Keingintahuan
 Usaha
 Keluwesan/Fleksibilitas
 Berorganisasi
 Kesabaran
 Keteguhan hati
 Kehormatan
 Memiliki Rasa humor
 Berinisiatif
 Integritas
 Pemecahan Masalah
 Sumber pengetahuan
 Tanggung jawab
 Persahabatan

Nilai-nilai kebajikan menurut The Seven Essential Virtues (dari Building Moral Intelligence, Michele
Borba), yaitu:

 Empati
 Suara Hati
 Kontrol Diri
 Rasa Hormat
 Kebaikan
 Toleransi
 Keadilan

Perbedaan Antara Dilema Etika dan Bujukan Moral

Dilema Etika (Benar vs Benar) merupakan situasi yang terjadi ketika seseorang harus memilih
antara dua pilihan yang secara moral benar, tetapi bertentangan.
Contoh:
Rayhan adalah seorang murid kelas 12 yang sangat berbakat dalam bidang seni. Dia juga sopan dan
baik hati. Dia selalu membuat orang terkesan dengan karya-karya seni yang dibuatnya. Namun dia
tidak menyukai pelajaran Matematika. Nilai-nilainya untuk pelajaran Matematika selalu dibawah
KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Sebelum mengikuti Ujian Akhir SMA dan pengumuman
kelulusan SMA, Rayhan sudah diterima di universitas pilihannya di jurusan Seni. Pada hari Ujian
Sekolah pelajaran Matematika, Anda adalah guru pengawas ujiannya. Anda memergoki Rayhan
menyontek pada saat ujian sekolah Matematika. Setelah ujian selesai, Anda memanggilnya ke
ruangan Anda. Rayhan mengaku kalau ia menyontek, tapi ia mohon Anda tidak melaporkannya
pada kepala sekolah. Ia melakukannya hanya untuk lulus SMA agar bisa kuliah di universitas
impiannya.
Kedua pilihan yang dapat diambil guru adalah benar. Guru dapat melaporkan Rayhan kepada
kepala sekolah dengan resiko ia tidak lulus ujian. Atau guru dapat membuat pengecualian karena
kemurahan hati dan kasih sayang kepada muridnya.
BACA JUGA

 Koneksi Antar Materi Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran
 Rangkuman Materi Modul 3.2 Guru Penggerak
 Contoh RPP Berdiferensiasi SD
 Rangkuman Materi Modul 3.3 Guru Penggerak
Terkadang mengikuti aturan adalah hal yang benar, tapi terkadang membuat pengecualian adalah
tindakan yang benar juga.

Bujukan moral (Benar vs Salah) merupakan situasi yang terjadi ketika seseorang harus membuat
keputusan antara benar atau salah.
Contoh:
Anda adalah bendahara panitia acara Pentas Seni Akhir Tahun di sekolah Anda. Setelah acara
selesai, ketua panitia meminta Anda menggunakan dana yang tidak terpakai untuk acara
pembubaran panitia dengan mengadakan pesta kecil-kecilan. Ketua panitia meminta Anda sebagai
bendahara panitia, untuk membuat kwitansi palsu untuk membiayai acara tersebut karena dana
tersebut tidak boleh digunakan untuk kegiatan semacam itu.
Ada pilihan benar dan salah bagi bendahara. Benar dengan menolak permintaan tersebut atau
mengikutinya dengan memalsukan dokumen dan memanipulasi laporan keuangan yang
bertentangan dengan nilai kejujuran.

Empat Paradigma Dilema Etika

Ketika kita menghadapi situasi dilema etika, akan ada nilai-nilai kebajikan mendasari yang
bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi,
tanggung jawab dan penghargaan akan hidup.

Ada 4 kategori dilema etika, yaitu:

1. Individu lawan masyarakat (individual vs community)


2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

Prinsip Dilema Etika

Terdapat 3 prinsip dilema etika, yaitu:

1. Saya lakukan karena itu yang terbaik untuk kebanyakan orang (Berpikir Berbasis Hasil
AKhir/End-Based Thinking).
2. Ikuti prinsip atau aturan-aturan yang telah ditetapkan (Berpikir Berbasis Peraturan/Rule-
Based Thinking)
3. Memutuskan sesuatu dengan pemikiran apa yang anda harapkan orang lain lakukan
terhadap anda (Berpikir Berbasis rasa peduli/Care-Based Thinking)

Konsep Pengambilan dan Pengujian Keputusan


Dalam mengambil keputusan pada situasi dilema etika atau bujukan moral, maka dapat melakukan
9 langkah berikut.

1. Mengenali nilai-nilai yang bertentangan


2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi tersebut
3. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi tersebut
4. Pengujian benar atau salah dengan uji legal, uji regulasi, uji intuisi/perasaan, uji publikasi,
dan uji panutan.
5. Pengujian paradigma benar lawan benar (gunakan 4 paradigma)
6. Melakukan prinsip resolusi (gunakan 3 prinsip)
7. Investigasi opsi trilema (pilihan keputusan yang lain)
8. Buat keputusan
9. Lihat lagi keputusan dan refleksikan

Untuk memandu kita dalam mengambil keputusan dan menguji keputusan yang akan diambil
dalam situasi dilema etika ataupun bujukan moral yang membingungkan, ada 9 langkah yang dapat
Anda lakukan. Anda dapat memilih salah satu dari kasus-kasus yang telah dibahas sebelumnya di
modul ini untuk Anda gunakan sebagai contoh.
1. Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan
Mengapa langkah ini penting untuk Anda lakukan? Pertama, alih-alih langsung
mengambil keputusan tanpa menilainya dengan lebih seksama, penting bagi kita untuk
mengidentifikasi masalah yang sedang kita hadapi. Kedua, penting bagi kita untuk
memastikan bahwa masalah yang kita hadapi memang betul- betul berhubungan
dengan aspek moral, bukan sekedar masalah yang berhubungan dengan sopan santun
dan norma sosial.
Tidak mudah untuk bisa mengenali hal ini. Kalau kita terlalu berlebihan, kita bisa
terjebak dalam situasi seolah-olah kita terlalu mendewakan aspek moral, sehingga kita
akan mempermasalahkan kesalahan-kesalahan kecil. Sebaliknya bila kita terlalu
permisif, maka kita bisa menjadi apatis dan tidak bisa mengenali aspek-aspek
permasalahan etika dalam masalah yang sedang kita hadapi.

2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini.


Bila kita telah mengenali bahwa ada masalah moral di situasi yang sedang kita hadapi,
pertanyaannya adalah dilema siapakah ini? Bukan berarti kalau permasalahan tersebut
bukan dilema kita, maka kita menjadi tidak peduli. Karena kalau permasalahan ini
sudah menyangkut aspek moral, kita semua seharusnya merasa terpanggil.

3. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.


Proses pengambilan keputusan yang baik membutuhkan data yang lengkap dan detail;
apa yang terjadi di awal situasi tersebut, bagaimana hal itu terkuak, apa yang akhirnya
terjadi, siapa berkata apa pada siapa, kapan mereka mengatakannya. Data-data
tersebut penting karena dilema etika tidak bersifat teoritis, namun ada faktor-faktor
pendorong dan penarik yang mempengaruhi situasi tersebut, sehingga data yang detail
akan menjelaskan alasan seseorang melakukan sesuatu dan bisa juga mencerminkan
kepribadian seseorang dalam situasi tersebut. Kita juga harus bisa menganalisis hal-hal
apa saja yang potensial yang bisa terjadi di waktu yang akan datang.
4. Pengujian benar atau salah
a. Uji Legal
Pertanyaan penting di uji legal ini adalah apakah ada aspek pelanggaran hukum dalam
situasi itu? Bila jawabannya adalah iya, maka situasi yang ada bukanlah antara benar
lawan benar (dilema etika), namun antara benar lawan salah (bujukan moral).
Keputusan yang harus diambil dalam situasi adalah pilihan antara mematuhi hukum
atau tidak, dan keputusan ini bukan keputusan yang berhubungan dengan moral.
1.
b. Uji Regulasi/Standar Profesional
Bila situasi yang dihadapi adalah dilema etika, dan tidak ada aspek pelanggaran hukum
di dalamnya, mari kita uji, apakah ada pelanggaran peraturan atau kode etik di
dalamnya. Konflik yang terjadi pada seorang wartawan yang harus melindungi sumber
beritanya, seorang agen real estate yang tahu bahwa seorang calon pembeli potensial
sebelumnya telah dihubungi oleh koleganya? Anda tidak bisa dihukum karena
melanggar kode etik profesi Anda, tapi Anda akan kehilangan respek sehubungan
dengan profesi Anda.
1.
c. Uji Intuisi
Langkah ini mengandalkan tingkatan perasaan dan intuisi Anda dalam merasakan
apakah ada yang salah dengan situasi ini. Apakah tindakan ini mengandung hal-hal
yang akan membuat Anda merasa dicurigai. Uji intuisi ini akan mempertanyakan
apakah tindakan ini sejalan atau berlawanan dengan nilai-nilai yang Anda yakini.
Walaupun mungkin Anda tidak bisa dengan jelas dan langsung menunjuk
permasalahannya ada di mana. Langkah ini, untuk banyak orang, sangat umum dan
bisa diandalkan untuk melihat dilema etika yang melibatkan dua nilai yang sama-sama
benar.

1.
d. Uji Publikasi
Apa yang Anda akan rasakan bila keputusan ini dipublikasikan di media cetak maupun
elektronik dan menjadi viral di media sosial. Sesuatu yang Anda anggap merupakan
ranah pribadi Anda tiba-tiba menjadi konsumsi publik? Coba Anda bayangkan bila hal
itu terjadi. Bila Anda merasa tidak nyaman kemungkinan besar Anda sedang
menghadapi benar situasi benar lawan salah atau bujukan moral.
1.
e. Uji Panutan/Idola
Dalam langkah ini, Anda akan membayangkan apa yang akan dilakukan oleh seseorang
yang merupakan panutan Anda, misalnya ibu Anda. Tentunya di sini fokusnya
bukanlah pada ibu Anda, namun keputusan apa yang kira-kira akan beliau ambil,
karena beliau adalah orang yang menyayangi Anda dan orang yang sangat berarti bagi
Anda.

Yang perlu dicatat dari kelima uji keputusan tadi, ada tiga uji yang sejalan dengan
prinsip pengambilan keputusan yaitu:
Uji Intuisi berhubungan dengan berpikir berbasis peraturan (Rule-Based Thinking)
yang tidak bertanya tentang konsekuensi tapi bertanya tentang prinsip-prinsip yang
mendalam.
Uji publikasi, sebaliknya, berhubungan dengan berpikir berbasis hasil akhir (Ends-
Based Thinking) yang mementingkan hasil akhir.
Uji Panutan/Idola berhubungan dengan prinsip berpikir berbasis rasa peduli (Care-
Based Thinking), dimana ini berhubungan dengan golden rule yang meminta Anda
meletakkan diri Anda pada posisi orang lain.
Bila situasi dilema etika yang Anda hadapi, gagal di salah satu uji keputusan tersebut
atau bahkan lebih dari satu, maka sebaiknya jangan mengambil resiko membuat
keputusan yang membahayakan atau merugikan diri Anda karena situasi yang Anda
hadapi bukanlah situasi moral dilema, namun bujukan moral yaitu benar atau salah.

5. Pengujian Paradigma Benar lawan Benar.


Dari keempat paradigma berikut ini, paradigma mana yang terjadi di situasi yang sedang
Anda hadapi ini?
 Individu lawan kelompok (individual vs community)
 Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
 Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
 Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)
Pentingnya mengidentifikasi paradigma ini, bukan hanya mengelompokkan
permasalahan, namun membawa penajaman bahwa situasi yang Anda hadapi betul-
betul mempertentangkan antara dua nilai-nilai inti kebajikan yang sama- sama penting.

6. Melakukan Prinsip Resolusi


Dari 3 prinsip penyelesaian dilema, mana yang akan dipakai?

Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking) Berpikir


Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking) Berpikir Berbasis Rasa
Peduli (Care-Based Thinking)

7. Investigasi Opsi Trilema


Dalam mengambil keputusan, seringkali ada 2 pilihan yang bisa kita pilih. Terkadang
kita perlu mencari opsi di luar dari 2 pilihan yang sudah ada. Kita bisa bertanya pada
diri kita, apakah ada cara untuk berkompromi dalam situasi ini. Terkadang akan
muncul sebuah penyelesaian yang kreatif dan tidak terpikir sebelumnya yang bisa saja
muncul di tengah-tengah kebingungan menyelesaikan masalah. Itulah yang dinamakan
investigasi opsi trilema.

8. Buat Keputusan
Akhirnya kita akan sampai pada titik di mana kita harus membuat keputusan yang membutuhkan
keberanian secara moral untuk melakukannya.

9. Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan


Ketika keputusan sudah diambil. Lihat kembali proses pengambilan keputusan dan ambil
pelajarannya untuk dijadikan acuan bagi kasus-kasus selanjutnya.
Perlu kita ingat bahwa 9 langkah pengambilan keputusan ini adalah panduan, bukan sebuah
metode yang kaku dalam penerapannya. Pengambilan keputusan ini juga merupakan keterampilan
yang harus diasah agar semakin baik. Semakin sering kita berlatih menggunakannya, kita akan
semakin terampil dalam pengambilan keputusan. Hal yang penting dalam pengambilan keputusan
adalah sikap yang bertanggung jawab dan mendasarkan keputusan pada nilai-nilai kebajikan
universal.

BatuNetwork.id - Artikel berikut ini akan memberikan pembahasan dan


referensi jawaban untuk Eksplorasi Konsep Modul 3.1 Pengambilan keputusan berbasis Nilai-nilai
Kebajikan sebagai Pemimpin Pembelajaran bagi Calon Guru Penggerak.

Dalam modul tersebut, dipaparkan tentang pemahaman esensi kebijaksanaan dalam menghadapi
dilema etika sebagai pemimpin pembelajaran.

Hal yang paling awal dilaksanakan yaitu mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan membuka
cakrawala untuk pengambilan keputusan yang bijak. Modul ini menggali prinsip-prinsip mendalam,
mengajarkan integritas, rasa keadilan, dan perhatian pada nilai-nilai universal sebagai pondasi kuat
pemimpin pembelajaran.

Kegiatan Pemantik

Di era abad ke-21 yang semakin demografis beragam, pendidik dihadapkan pada tanggung jawab
yang lebih besar untuk mengembangkan, membina, dan memimpin sekolah yang toleran dan
demokratis.

Kutipan dari Shapiro dan Stefkovich (2016) menegaskan bahwa melalui pembelajaran etika,
pemimpin pendidikan masa depan akan lebih siap mengenali, merenungkan, dan menghargai
keberagaman.

Sebagai seorang Calon Guru Penggerak, Anda diminta untuk merenungkan peran kritis Anda dalam
membentuk karakter siswa dalam konteks sekolah sebagai 'institusi moral'.

Memahami dan menerapkan etika dalam pengajaran menjadi semakin penting dalam menghadapi
kompleksitas dan keragaman dunia modern.

Referensi Jawaban:

Pendidik di abad ke-21, seperti yang dikemukakan oleh Shapiro dan Stefkovich (2016), tidak hanya
mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi juga memainkan peran kunci dalam mengembangkan
lingkungan belajar inklusif. Sebagai Guru Penggerak, saya bertugas sebagai fasilitator
pembelajaran, pemimpin pembelajaran, dan agen perubahan.

Mempelajari etika penting karena membantu dalam pengambilan keputusan, membangun


hubungan positif, dan mendidik siswa menjadi warga negara yang bertanggung jawab.

Sekolah, sebagai institusi moral, memiliki tanggung jawab untuk menciptakan lingkungan belajar
yang kondusif dan mengajarkan nilai-nilai moral secara eksplisit.
Dengan memahami dan menerapkan etika, pendidik dapat membantu membentuk karakter siswa
untuk hidup di masyarakat yang beragam.

Sebagai institusi moral, sekolah memainkan peran krusial dalam membentuk budaya, nilai, dan
moralitas pada murid. Perilaku warga sekolah, termasuk kepala sekolah, menjadi teladan penting
bagi siswa dalam menerapkan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh sekolah.

Halaman:

Kepemimpinan kepala sekolah memiliki dampak besar dalam menciptakan sekolah sebagai
lembaga moral. Dalam menghadapi dilema etika, pemimpin sekolah harus mengambil keputusan
yang mencerminkan integritas sekolah dan nilai-nilai yang dianutnya.

Keputusan tersebut tidak hanya mempengaruhi warga sekolah, tetapi juga menjadi contoh bagi
lingkungan sekitarnya.

Dengan memahami etika, sekolah dapat menjalankan peran moralnya secara efektif. Etika, moral,
dan etiket memiliki perbedaan konseptual yang perlu dipahami.

Prinsip-Prinsip Etika

Prinsip-prinsip etika menjadi panduan dalam pengambilan keputusan, bukan hanya berdasarkan
preferensi pribadi, tetapi nilai-nilai kebajikan universal.

Calon Guru Penggerak diingatkan untuk menghargai dan menerapkan prinsip-prinsip ini dalam
tindakan sehari-hari. Pemahaman terhadap nilai-nilai kebajikan universal, seperti keadilan,
keselamatan, dan kejujuran, menjadi kunci untuk membentuk motivasi instrinsik dalam diri siswa.

Diane Gossen menekankan pentingnya mengajarkan nilai-nilai ini untuk mendukung


perkembangan positif dan integritas individu. Prinsip-prinsip etika ini bersifat universal, melintasi
batasan sosial, linguistik, etnis, dan agama, menjadi landasan yang dapat mempersatukan
masyarakat pendidikan.

Pertanyaan Pemantik:

Sebagai kepala sekolah, bagaimana Anda menangani situasi ketika seorang guru memberikan les
privat untuk memenuhi kebutuhan obat istrinya, tetapi hal ini dapat berdampak pada hasil tes
murid? Apakah ada konflik nilai kebajikan dalam keputusan ini? Jika ya, nilai kebajikan apa yang
saling bertentangan?

Referensi Jawaban:
Sebagai kepala sekolah, saya dihadapkan pada dilema etika kompleks terkait guru yang
memberikan les privat. Meskipun memahami kebutuhan finansial guru, memberikan les dapat
menciptakan ketidakadilan di antara murid.

Nilai-nilai kebajikan, seperti keadilan dan integritas, bertentangan dalam keputusan ini.

Saya akan mengadakan pertemuan dengan guru, mencari solusi alternatif, membuat kebijakan yang
jelas, dan terus memonitor situasi.

Kesimpulannya, tantangan ini menuntut pertimbangan hati-hati terhadap nilai-nilai kebajikan yang
berbenturan, dengan harapan menemukan solusi yang seimbang dan adil bagi semua pihak.

Keterampilan dalam pengambilan keputusan

Dalam keterampilan pengambilan keputusan, penting untuk mengakui adanya konflik kepentingan
dan memastikan keputusan didasarkan pada keberpihakan pada murid, nilai-nilai kebajikan
universal, dan tanggung jawab terhadap konsekuensi.

Pemimpin harus melatih keterampilan ini agar lebih fokus, terlatih, dan tepat sasaran dalam
menghadapi berbagai tantangan. Gambar di atas memberikan panduan tentang bagaimana
menyusun keputusan yang seimbang dan bertanggung jawab.

2.2 Bujukan Moral dan Dilema Etika

Pertanyaan pemantik:

Apa keputusan yang akan Anda ambil terkait Rayhan yang terbukti menyontek saat ujian
Matematika, mengetahui bahwa tindakan tersebut bisa memengaruhi beasiswa di universitas seni
pilihannya?

Sebagai Pak Doni, dalam situasi dimana ada tawaran makan-makan dengan dana CSR yang sisa dan
kebiasaan membuat kwitansi palsu, keputusan apa yang akan Anda ambil untuk menjaga integritas
dan kejujuran?

Referensi Jawaban :

Dalam situasi Rayhan, keputusan diambil untuk memberikan kesempatan kedua dengan
konsekuensi, mempertimbangkan bakatnya di seni dan potensi kesalahan tidak disengaja.

Pak Doni, dalam situasi CSR, memilih menolak makan-makan dan menggunakan sisa dana untuk
kegiatan yang lebih bermanfaat, menjaga transparansi dan menghindari kebiasaan kwitansi palsu.

Keputusan lebih menantang dalam situasi Pak Doni karena melibatkan perubahan kebiasaan,
konflik dengan pihak tertentu, dan pertimbangan jumlah orang yang lebih besar.
Saya akan mengadakan pertemuan dengan guru, mencari solusi alternatif, membuat kebijakan yang
jelas, dan terus memonitor situasi.

Kesimpulannya, tantangan ini menuntut pertimbangan hati-hati terhadap nilai-nilai kebajikan yang
berbenturan, dengan harapan menemukan solusi yang seimbang dan adil bagi semua pihak.

Keterampilan dalam pengambilan keputusan

Dalam keterampilan pengambilan keputusan, penting untuk mengakui adanya konflik kepentingan
dan memastikan keputusan didasarkan pada keberpihakan pada murid, nilai-nilai kebajikan
universal, dan tanggung jawab terhadap konsekuensi.

Pemimpin harus melatih keterampilan ini agar lebih fokus, terlatih, dan tepat sasaran dalam
menghadapi berbagai tantangan. Gambar di atas memberikan panduan tentang bagaimana
menyusun keputusan yang seimbang dan bertanggung jawab.

2.2 Bujukan Moral dan Dilema Etika

Pertanyaan pemantik:

Apa keputusan yang akan Anda ambil terkait Rayhan yang terbukti menyontek saat ujian
Matematika, mengetahui bahwa tindakan tersebut bisa memengaruhi beasiswa di universitas seni
pilihannya?

Sebagai Pak Doni, dalam situasi dimana ada tawaran makan-makan dengan dana CSR yang sisa dan
kebiasaan membuat kwitansi palsu, keputusan apa yang akan Anda ambil untuk menjaga integritas
dan kejujuran?

Referensi Jawaban :

Dalam situasi Rayhan, keputusan diambil untuk memberikan kesempatan kedua dengan
konsekuensi, mempertimbangkan bakatnya di seni dan potensi kesalahan tidak disengaja.

Pak Doni, dalam situasi CSR, memilih menolak makan-makan dan menggunakan sisa dana untuk
kegiatan yang lebih bermanfaat, menjaga transparansi dan menghindari kebiasaan kwitansi palsu.

Keputusan lebih menantang dalam situasi Pak Doni karena melibatkan perubahan kebiasaan,
konflik dengan pihak tertentu, dan pertimbangan jumlah orang yang lebih besar.

Kedua keputusan menekankan nilai-nilai kebajikan seperti keadilan, kebijaksanaan, tanggung


jawab, integritas, dan refleksi.

Tugas Mandiri
Setelah memahami perbedaan antara dilema etika dan bujukan moral, tugas mandiri melibatkan
membaca kembali kasus sekolah dan menganalisis apakah itu termasuk dilema etika atau bujukan
moral, disertai alasannya.

Referensi Jawaban:

Dalam kasus di sekolah saya tentang siswa bernama misalnya Budi yang tidak mengumpulkan
tugas, analisis menunjukkan bahwa ini adalah bujukan moral, bukan dilema etika.

Guru merasa kasihan pada Budi dan ingin memberikan nilai yang bagus untuk mencegahnya
tertinggal. Solusinya bisa melibatkan memberikan Budi kesempatan untuk menyelesaikan tugas
atau memberikan nilai yang sesuai dengan usahanya.

Penting bagi guru untuk membuat keputusan yang adil bagi semua siswa dan menjelaskan
pentingnya menyelesaikan tugas kepada Budi.

Empat Paradigma Dilema Etika

Empat paradigma dilema etika yang umum dialami dalam institusi pendidikan melibatkan
pertentangan nilai-nilai kebajikan. Paradigma individu vs kelompok menyoroti konflik antara
kepentingan pribadi dan kelompok yang lebih besar.

Rasa keadilan vs rasa kasihan mempertimbangkan antara menaati aturan atau memberikan
pengecualian berdasarkan kebaikan hati. Kebenaran vs kesetiaan menantang untuk memilih antara
kejujuran atau kesetiaan kepada kelompok atau komitmen sebelumnya. Jangka pendek vs jangka
panjang memperlihatkan pilihan antara keputusan yang terbaik untuk saat ini atau masa depan.

Semua paradigma ini menghadirkan dilema etika yang memerlukan pertimbangan matang dan
pemahaman nilai-nilai kebajikan.

2.3 Prinsip pengambilan keputusan

Dalam Modul 2.3, tujuan pembelajaran adalah menganalisis 3 prinsip pengambilan keputusan
dengan unsur dilema etika. Peserta diajak merenung atas kutipan etika pendidikan, menyoroti
karsa sebagai kekuatan terkait perilaku manusia. Nilai atau prinsip mendasari keputusan dengan
dilema etika.

Aktivitas meminta peserta merespons pernyataan dan memilih prinsip (berdasarkan hasil
kebaikan, nilai-nilai diri, atau tindakan harapkan orang lain).

Etika bersifat relatif dan bergantung pada kondisi. Tiga prinsip umumnya dikenal dan digunakan
dalam seminar: Berbasis Hasil Akhir, Berbasis Peraturan, dan Berbasis Rasa Peduli. Pengambilan
keputusan tetap konsekuensial dan harus berlandaskan tanggung jawab, nilai-nilai kebajikan
universal, serta mendukung murid.
3 Prinsip Dilema Etika

Tiga prinsip pengambilan keputusan melibatkan Berbasis Hasil Akhir, Berbasis Peraturan, dan
Berbasis Rasa Peduli. Berpikir Berbasis Hasil Akhir menitikberatkan pada hasil akhir, meskipun
kritiknya terkait ketidakpastian konsekuensi.

Berpikir Berbasis Peraturan menekankan tanggung jawab, meskipun dikritik karena kaku. Berpikir
Berbasis Rasa Peduli mempertimbangkan kepentingan orang lain, meskipun dikritik karena
sederhana dalam situasi kompleks. Pemilihan terbaik tergantung pada konteks dan kondisi yang
berbeda.

Tugas Mandiri

Berikan respons Anda terhadap studi kasus di bawah ini, sertakan pendekatan atau prinsip yang
menjadi dasar pemikiran Anda dan alasannya. Jawaban Anda dapat dituliskan pada selembar
kertas.

Studi Kasus:

Pak Seto, Kepala Sekolah di sekolah dasar, memiliki dua guru kelas V dengan pendekatan mengajar
yang berbeda. Ibu Tati dikenal galak tetapi memiliki nilai murid yang baik, sedangkan Ibu Sri lebih
sabar namun ada murid yang nilai di bawah KKM.

Ibu Sri melaporkan Ibu Tati yang menghukum murid berlutut di terik matahari. Sebagai Pak Seto,
bagaimana pendekatan dan dasar pemikiran Anda dalam menangani situasi ini?

Temui rekan kerja Anda untuk mendapatkan pendapatnya tentang studi kasus di atas. Bandingkan
jawaban Anda dan rekan Anda. Apakah berbeda atau sama? Berikan analisis terhadap kedua
jawaban tersebut beserta tanggapan Anda dan rekan Anda terhadap kasus Bapak Seto.

Referensi Jawaban:

Tanggapan terhadap Studi Kasus Pak Seto:

Pendekatan: Saya akan menggabungkan berpikir berbasis hasil akhir dan berpikir berbasis rasa
peduli.

Alasan: Memastikan hasil belajar optimal dan kesejahteraan murid terjaga.

Langkah-langkah:
Mengumpulkan informasi, menilai situasi, dan membuat keputusan adil dan konsisten. Analisis
jawaban rekan: Saya akan membandingkan pendekatan rekan kerja untuk mengidentifikasi
kesamaan dan perbedaan dengan pendekatan saya.

Baca Juga:Jawaban Post Test Lengkap Modul 3 Self Regulated Learning Topik Semangat Guru 3 di
Platform Merdeka Mengajar (PMM)

2.4 Pengambilan dan Pengujian Keputusan

Konsep Pengambilan dan Pengujian Keputusan:

Proses pengambilan keputusan dan pengujian keputusan melibatkan sembilan langkah kunci.
Pertama, mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan untuk memahami aspek moral suatu
situasi.

Kedua, menentukan siapa yang terlibat dalam dilema etika tersebut. Ketiga, mengumpulkan fakta-
fakta relevan untuk merinci situasi.

Keempat, melakukan pengujian dengan aspek legal, regulasi, intuisi, publikasi, dan panutan/idola.
Jika situasi bukan dilema etika, melibatkan bujukan moral, bukan antara benar dan benar. Kelima,
menguji paradigma yang terlibat, seperti individu vs. kelompok atau kebenaran vs. kesetiaan.

Keenam, memilih prinsip penyelesaian: berbasis hasil akhir, berbasis peraturan, atau berbasis rasa
peduli. Ketujuh, menyelidiki opsi trilema untuk mengatasi situasi. Kedelapan, membuat keputusan
berdasarkan pertimbangan moral.

Kesembilan, merefleksikan keputusan dan proses pengambilan keputusan untuk pembelajaran di


masa depan. Pelatihan keterampilan seperti coaching dan kesadaran emosional mendukung
pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.

Dalam pengambilan keputusan, keterampilan coaching sangat berperan. Hal ini memungkinkan
guru untuk memprediksi hasil dan mengeksplorasi solusi.

Modul sebelumnya, seperti pembelajaran sosial emosional telah memperkaya kompetensi


kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial, dan keterampilan berhubungan sosial, serta
mengajarkan kesadaran penuh dalam proses keputusan.

Tugas Mandiri

Pilih satu kasus dilema etika yang pernah Anda alami dan terapkan 9 langkah pengambilan
keputusan:

Identifikasi nilai-nilai bertentangan dalam kasus tersebut.

Siapa yang terlibat dalam situasi tersebut?

Identifikasi fakta-fakta relevan.


Lakukan pengujian benar atau salah:

a. Uji legal: Apakah ada pelanggaran hukum?

b. Uji regulasi: Adakah pelanggaran kode etik profesi?

c. Uji intuisi: Apakah ada yang dirasa salah?

d. Uji Publikasi: Bagaimana perasaan jika keputusan dipublikasikan?

Pertimbangkan keputusan panutan/idola Anda.

Tentukan paradigma dilema etika yang mungkin terjadi. Pilih prinsip penyelesaian dilema yang
sesuai. Cari opsi kreatif dan tidak terpikir sebelumnya. Tentukan keputusan akhir.

Refleksikan kembali keputusan Anda.

Jawaban saya:

Studi Kasus Dilema Etika: Tantangan Menyontek Saat Ujian

Nilai-nilai bertentangan:

- Kejujuran vs. Keinginan mendapatkan nilai tinggi

- Integritas vs. Tekanan teman sebaya

Terlibat: Saya (mahasiswa), Teman sekelas dan Dosen pengampu mata kuliah.

Fakta relevan:

 Mengikuti ujian akhir semester


 Tidak siap dengan materi ujian
 Teman sebelah membuka contekan dan menawarkan melihatnya

Pengujian:

 Uji legal: Tidak ada pelanggaran hukum.


 Uji regulasi: Melanggar peraturan universitas.
 Uji intuisi: Merasa sesuatu salah.
 Uji publikasi: Tidak nyaman jika dipublikasikan.
 Uji panutan: Panutan saya tidak menyontek.

 - Paradigma: Dilema antara Kejujuran dan Tekanan teman sebaya.



 - Prinsip penyelesaian: Berpikir Berbasis Rasa Peduli
 - Investigasi Opsi Trilemma:
 Ikuti ujian dengan kemampuan terbaik. Berbicara dengan dosen dan meminta bantuan.
Menolak tawaran teman untuk menyontek.

 - Keputusan:
 Menolak tawaran menyontek, mengikuti ujian dengan kemampuan terbaik.

 - Refleksi:
 Keputusan terbaik, meski mungkin nilai tidak tinggi. Menjaga integritas dan kejujuran.
Belajar dan mempersiapkan diri lebih baik di masa depan.

 - Pelajaran:
 Integritas dan kejujuran penting. Tekanan yang datang dari teman atau lingkungan masih
bisa diatasi dengan komunikasi. Karena, masih banyak cara yang solutif dalam
menyelesaikan masalah.

1. Jika situasi dalam kasus Bu Azizah dan Bu Dani adalah situasi dilema etika, paradigma yang
terjadi pada situasi tersebut adalah paradigma Rasa Keadilan dan Rasa Kasihan. Nilai-nilai yang
saling bertentangan dalam studi kasus tersebut adalah nilai integritas untuk transparan dalam
penggunaan anggaran dan tidak berintegritas karena menyetujui penggunaan anggaran organisasi
yang tidak sesuai dengan aturan.

2. Uji legal: tidak ada pelanggaran hukum dalam situasi tersebut. Ibu Dani yang menggunakan uang
MKKS untuk keperluan pengobatan anaknya yang sakit berjanji untuk mengembalikan uang
tersebut sebelum rapat evaluasi. Namun, situasi ini bisa terjadi pelanggaran hukum apabila Ibu
Dani tidak dapat mengembalikan uang tersebut.

3. Uji regulasi: ada pelanggaran peraturan atau kode etik profesi dalam situasi yang dialami Ibu
Azizah dan Bu Dani, yakni saat Bu Dani menggunakan uang MKKS yang tidak sesuai dengan
peruntukannya. Selain itu, Bu Dani juga mencoba memengaruhi Bu Azizah untuk memberitahukan
hal yang dilakukannya kepada para anggota.

4. Uji intuisi: ada yang salah dalam situasi ini. Bu Dani memang berjanji untuk mengembalikan uang
MKKS, tetapi uang itu digunakan tidak semestinya, yakni untuk keperluan pribadi dan tidak
sepengetahuan dan persetujuan dari para anggota.

5. Jika keputusan yang saya ambil dipublikasikan di media dan viral, saya akan merasa kurang
nyaman karena kasus ini menyangkut urusan pribadi seseorang.

6.Keputusan yang bisa diambil berdasarkan idola/panutan adalah tetap memberi waktu dan
komitmen yang tegas kepada Bu Dani untuk mengembalikan uang yang sudah dipakai dan
memberikan nasihat agar perilaku tersebut tidak diulangi di kemudian hari.
7. Investigasi Opsi Trilemma: penyelesaikan kreatif untuk menyelesaikan masalah ini adalah
dengan mengadakan pertemuan terbatas dengan para pengurus inti MKKS dan menyampaikan hal
yang sebenarnya terjadi, lalu mengajak para pengurus untuk membuat solusi yang tepat, seperti
memberi kesempatan kepada Bu Dani untuk mengembalikan uang MKKS dan membuat surat
pernyataan untuk tidak mengulangi perbuatan lagi. Di sisi lain, pengurus MKKS bisa mengadakan
penggalangan dana untuk pengobatan anak Bu Dani kepada seluruh anggota MKKS sebagai bentuk
empati.

8. Keputusan yang saya ambil adalah memberi jangka waktu tertentu untuk Bu Dani agar segera
mengembalikan uang MKKS. Jika sampai mendekati rapat evaluasi, Bu Dani tidak bisa
mengembalikan, maka saya akan menggunakan Investigasi Opsi Trilemma.

9. Prinsip yang saya gunakan dalam mengambil keputusan adalah Care-Based Thinking atau
berpikir berbasis rasa peduli karena dengan prinsip ini membuat saya memikirkan kepentingan
orang lain dan menimbulkan rasa empati.

Anda mungkin juga menyukai