Anda di halaman 1dari 14

DEMONSTRASI KONSTEKSTUAL MODUL 3.

1
Faried Hermawan
CGP Angkatan 5 Kabupaten Kudus

Pada Demonstrasi kali ini, CGP berkesempatan untuk melakukan wawancara dengan Kepala
Sekolah yaitu Bapak Nur Afifuddin, S.Pd., M.Pd. (Kepala SMAN 2 Kudus) dan Ibu Vera Wiyanti
Chandra, S.Pd (Kepala SMA Masehi Kudus). Berikut hasil wawancaranya:
1. Kepala SMAN 2 Kudus (Nur Afifuddin, S,Pd., M.Pd.)
Pertanyaan : Selama ini, bagaimana Anda dapat mengidentifikasi kasus-kasus yang
merupakan dilema etika atau bujukan moral?
Jawaban :
Dilema etika merupakan situasi yang terjadi ketika seseorang harus memilih antara dua
pilihan di mana kedua pilihan secara moral benar tetapi bertentangan, sedangkan bujukan
moral merupakan situasi yang terjadi ketika seseorang harus membuat keputusan antara
benar atau salah. Ketika kita menghadap situasi dilema etika akan ada nilai-nilai kebajikan
mendasari yang bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan,
kebebasan, persatuan, toleransi, tangung jawab, dan penghargaan akan hidup.
Dilema etika juga merupakan situasi dimana terjadi pertentangan dua kebenaran atau benar
vs benar, sementara bujukan moral adalah situasi dimana terjadi sebuah pertentangan benar
lawan salah, sehingga saya menyadari benang merah antara keduanya. Hal yang tidak
terduga adalah pada saat awal saya mempelajari dilemma etika, saya merasa terjebak dalam
menentukan sebuah kasus antara bujukan moral dan dilema etika, malahan ada kasus diema
etika yang saya kategorikan bujukan moral, sehingga saya merasa keputusan saya selama
ini yang buat sebelum mempelajari modul ini cenderung kaku atau hanya berbasis
peraturan sehingga saya merasa untuk melenceng dari aturan itu sulit. Ketika mempelajari
dilema etika saya merasa, ada kalanya kita perlu melenceng dari aturan untuk kemaslahatan
yang lebih besar, sehingga paradigma pengambilan keputusan dalam mengambil keputusan
yang berhubungan dengan diema etika sangatlah penting dilakukan

Pertanyaan : Selama ini, bagaimana Anda menjalankan pengambilan keputusan di sekolah


Anda, terutama untuk kasus-kasus di mana ada dua kepentingan yang sama-sama benar
atau sama-sama mengandung nilai kebajikan?
Jawaban :
Pengambilan keputusan adalah suatu proses yang menghasilkan sejumlah tindakan atau
keyakinan dari beberapa kemungkinan. Tanpa proses, pengambilan keputusan mungkin
sulit bagi perorangan dan terlebih lagi bagi sebuah tim. Pengambilan keputusan yang
dilakukan kepala sekolah dapat dilihat dari proses tahapan yang dilakukan, yaitu melalui
kegiatan identifikasi awal, merumuskan tujuan, alternatif solusi, menentukan kriteria
pemilihan solusi, dan implementasi keputusan.
Saya pernah mengalami masalah di mana ada dua kepentingan yang sama-sama benar atau
sama-sama mengandung nilai kebajikan. Keputusan yang saya ambil pada saat itu sering
berdasarkan intuisi saya atau berdasarkan nilai-nilai yang saya pegang dan juga
berdasarkan kepedulian kepada orang lain. Dalam mengambil sebuah keputusan tidak
hanya kita lakukan sendiri saja tentu perlu masukan-masukan dari rekan yang bisa kita ajak
berdiskusi dan berbagi sehingga kita mengetahui apakah keputusan yang telah kita ambil
ini sudah tepat dan efektif atau belum.

Pertanyaan : Langkah-langkah atau prosedur seperti apa yang biasa Anda lakukan selama
ini?
Jawaban :
Dalam pengambilan keputusan di sekolah Anda, terutama untuk kasus-kasus di mana ada
dua kepentingan yang sama-sama benar atau sama-sama mengandung nilai kebajikan, saya
menggunakan langkah atau prosedur:
1. Identifikasi keputusan yang perlu diambil.
Dalam tahap ini, kita akan memiliki lebih banyak informasi untuk menghasilkan
keputusan terbaik guna memecahkan masalah
2. Mengumpulkan informasi yang relevan
Mengumpulkan informasi terkait keputusan yang sedang diambil adalah langkah
penting untuk mengambil keputusan matang. Pengambilan keputusan efektif
memerlukan informasi dari banyak sumber berbeda. Menemukan sumber daya
eksternal, baik dengan melakukan riset pasar, bekerja sama dengan konsultan, atau
berbincang dengan teman sejawat yang memiliki pengalaman relevan.
3. Mencari solusi alternatif
Menemukan lebih dari satu alternatif sangat penting dalam pengambilan keputusan
karena pemangku kepentingan berbeda mungkin memiliki kebutuhan berbeda,
tergantung peran mereka.
4. Mempertimbangkan opsi
Pada tahap ini, kita mulai mengidentifikasi pro dan kontra setiap opsi dan
mengeliminasi alternatif dari pilihan-pilihan itu.
5. Memilih dari sejumlah alternatif
Terkadang, keputusan yang tepat bukan salah satu dari alternatif, tapi gabungan
beberapa alternatif. Pengambilan keputusan efektif melibatkan pemecahan masalah
dan berpikir kreatif.
6. Mengambil tindakan
Dalam mengambil tindakan, terlebih dahulu buat rencana implementasi kemudian
melakukan aksi dari rencana tersebut dan memantau progres untuk menentukan apakah
ini keputusan yang baik.
7. Meninjau keputusan dan pengaruhnya (baik dan buruk)
Setelah mengambil keputusan, kita dapat memantau keberhasilan dari keputusan kita.
Jika solusi ini bukan alternatif terbaik,kita dapat memanfaatkan penggunaan bentuk
manajemen proyek berulang/refleksi

Pertanyaan : Hal-hal apa saja yang selama ini Anda anggap efektif dalam pengambilan
keputusan pada kasus-kasus dilema etika?
Jawaban :
Selama ini yang saya anggap efektif dalam pengambilan keputusan pada kasus-kasus
dilema etika adalah dengan berdiskusi memecahkan permasalahan tersebut. Dalam
mengambil sebuah keputusan tidak hanya kita lakukan sendiri saja, tentu perlu masukan-
masukan dari rekan yang bisa kita ajak berdiskusi dan berbagi sehingga kita mengetahui
apakah keputusan yang telah kita ambil ini sudah tepat dan efektif atau belum. Menurut
saya, orang-orang yang bisa saya jadikan teman diskusi/pendamping dalam menjalankan
pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran adalah rekan-rekan sejawat di
sekolah, kepala sekolah, orang tua siswa, siswa, komite sekolah, atau bisa juga pengawas
sekolah.

Pertanyaan : Hal-hal apa saja yang selama ini merupakan tantangan dalam pengambilan
keputusan pada kasus-kasus dilema etika?
Jawaban :
Dilema etika merupakan situasi dimana terjadi pertentangan dua kebenaran atau benar vs
benar, sementara bujukan moral adalah situasi dimana terjadi sebuah pertentangan benar
lawan salah, sehingga saya harus mengetahui benang merah antara keduanya. Hal yang
tidak terduga adalah pada saat saya merasa terjebak dalam menentukan sebuah kasus antara
bujukan moral dan dilema etika, malahan ada kasus dilema etika yang saya kategorikan
bujukan moral, sehingga saya merasa keputusan saya selama ini yang buat sebelum
mempelajari modul ini cenderung kaku atau hanya berbasis peraturan sehingga saya
merasa untuk melenceng dari aturan itu sulit.

Pertanyaan : Apakah Anda memiliki sebuah tatakala atau jadwal tertentu dalam sebuah
penyelesaian kasus dilema etika, apakah Anda langsung menyelesaikan di tempat, atau
memiliki sebuah jadwal untuk menyelesaikannya, bentuk atau prosedur seperti apa yang
Anda jalankan?
Jawaban :
Dalam menyelesaian kasus dilema etika, saya memiliki sebuah jadwal untuk
menyelesaikannya. Cara mengeksekusi sebuah tindakan adalah dengan cara
memperhatikan akar masalah, lalu menemukan serta mencari solusi yang dengan
memutuskan tindakan terbaik. Selain itu, kita juga harus mempersiapkan kemungkinan
terburuk dari tindakan yang kita buat serta solusi lain untuk mengatasinya.

Pertanyaan : Adakah seseorang atau faktor-faktor apa yang selama ini mempermudah atau
membantu Anda dalam pengambilan keputusan dalam kasus-kasus dilema etika?
Jawaban :
Beberapa sumber konsultatif lain yang bisa dijadikan sebagai sumber pertimbangan dalam
pengambilan keputusan di sekolah adalah pihak dinas pendidikan, pengawas sekolah,
kepala sekolah, teman sejawat dalam Kelompok Kerja Guru (KKG) atau Musyawarah
Guru Mata Pelajaran (MGMP) , komite sekolah, orang tua siswa, siswa, dan ahli atau
professional lain yang kompeten.
Pertanyaan : Dari semua hal yang telah disampaikan, pembelajaran apa yang dapat Anda
petik dari pengalaman Anda mengambil keputusan dilema etika?
Jawaban :
Ketika mempelajari dilema etika saya merasa, ada kalanya kita perlu melenceng dari aturan
untuk kemaslahatan yang lebih besar, sehingga paradigma pengambilan keputusan dalam
mengambil keputusan yang berhubungan dengan diema etika sangatlah penting dilakukan.
Begitu pula 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan adalah langkah yang sangat
runut dan terarah yang sangat berguna dalam mengambil keputusan dan menguji keputusan
yang saya ambil.

2. Kepala SMA Masehi Kudus (Vera Wiyanti Chandra, S.Pd)


Pertanyaan : Selama ini, bagaimana Anda dapat mengidentifikasi kasus-kasus yang
merupakan dilema etika atau bujukan moral?
Jawaban :
Untuk mengidentifikasi kasus yang merupakan dilemma etika atau bujukan moral ada 2
alasan mengapa langkah ini adalah langkah yang penting dalam pengujian keputusan.
Alasan yang pertama, langkah ini saya lakukan untuk mengidentifikasi masalah yang perlu
diperhatikan, agar dapat mengambil keputusan dengan menilainya lebih saksama.
Alasan saya yang kedua adalah karena saya harus menyaring masalah yang benar-benar
berhubungan dengan aspek moral, bukan masalah yang berhubungan dengan sopan santun
dan norma sosial.

Dan untuk mengenali hal ini adalah hal yang cukup rumit karena jikalau saya terlalu
berlebihan dalam menerapkan langkah ini, dapat membuat saya menjadi orang yang terlalu
mengedepankan aspek moral, sehingga saya akan mempermasalahkan setiap kesalahan
yang paling kecil pun. Sebaliknya bila saya terlalu permisif, maka saya bisa menjadi apatis
dan tidak bisa mengenali aspek-aspek permasalahan etika lagi.

Untuk itu maka dalam mengidentifikasi kasus-kasus yang merupakan dilemma etika atau
bujukan moral, saya harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
• saya harus memahami yang “seharusnya” bagaimana itu terjadi sesuai dengan norma
dan standar yang berlaku
• saya harus melihat fakta apa saja yang harus diketahui untuk memperoleh fakta yang
relevan
• saya harus mengetahui dilemma tersebut sejauh mana dampaknya terhadap pemangku
kepentingan
• saya harus mengenali adanya nilai-nilai yang saling bertentangan dalam kasus ini

Pertanyaan : Selama ini, bagaimana Anda menjalankan pengambilan keputusan di sekolah


Anda, terutama untuk kasus-kasus di mana ada dua kepentingan yang sama-sama benar
atau sama-sama mengandung nilai kebajikan?
Jawaban :
Setidaknya saya mengenali kasus yang ada secara detil dan peruntukannya. Apabila kasus
tersebut lebih berguna bagi banyak orang dibanding individu maka saya akan mengambil
keputusan berdasarkan banyak orang.

Pertanyaan : Langkah-langkah atau prosedur seperti apa yang biasa Anda lakukan selama
ini?
Jawaban :
Dalam menjalankan pengambilan keputusan di sekolah, saya melakukan hal-hal berikut
ini:
• Mengetahui nilai-nilai yang saling bertentangan terkait dengan kasus yang terjadi.
• Menentukan siapa saja yang terlibat dalam kasus yang terjadi, misalnya warga sekolah,
Yayasan, atau Lembaga terkait lainnya
• Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan kasus yang dihadapi, misalnya dengan
cara mencari informasi dari warga sekolah atau masyarakat
• Menguji kasus tersebut benar atau salah dengan menggunakan uji legal dan uji
regulasi/standar professional
• Menguji paradigma yang terjadi dalam kasus tersebut, misalnya individu lawan
masyarakat, rasa keadilan lawan rasa kasihan, dan sebagainya
• Melakukan prinsip resolusi dalam menjalankan keputusan
• Membuat keputusan untuk kasus yang dihadapi
• Meninjau ulang keputusan dan merefleksikannya

Pertanyaan : Hal-hal apa saja yang selama ini Anda anggap efektif dalam pengambilan
keputusan pada kasus-kasus dilema etika?
Jawaban :
Hal-hal yang menurut saya efektif dalam pengambilan keputusan pada kasus-kasus dilema
etika adalah sebagai berikut
• Membuat daftar semua fakta yang relevan dari dilemma
• Mengidentifikasi pemangku kepentingan dalam dilemma
• Membuat daftar tindakan atau strategi, alternatif, dan pilihan yang mungkin digunakan
untuk menyelesaikan dilemma tersebut
• Mempertimbangkan opsi terbaik berdasarkan nilai inti

Pertanyaan : Hal-hal apa saja yang selama ini merupakan tantangan dalam pengambilan
keputusan pada kasus-kasus dilema etika?
Jawaban :
Hal yang menjadi tantangan dalam pengambilan keputusan:
• Apabila keputusan yang diambil bertentangan dengan hati nurani meskipun sudah
sesuai dengan prosedur
• Cara memediasi pihak yang menjadi korban dari keputusan yang diambil
• Mengkondusifkan keadaan/atmosfir setelah diambil keputusan
Pertanyaan : Apakah Anda memiliki sebuah tatakala atau jadwal tertentu dalam sebuah
penyelesaian kasus dilema etika, apakah Anda langsung menyelesaikan di tempat, atau
memiliki sebuah jadwal untuk menyelesaikannya, bentuk atau prosedur seperti apa yang
Anda jalankan?
Jawaban :
Selama ini dalam penyelesaian kasus-kasus dilema etika, saya tidak memiliki jadwal
khusus, tergantung dari kasus yang muncul saat itu. Dalam hal ini, saya selalu menangani
kasus yang muncul secepat mungkin sehingga tidak berlarut-larut dan tidak menambah
masalah baru. Bagi saya, sebuah kasus dilema etika memang butuh waktu dalam
pengambilan keputusan agar apa yang diputuskan benar-benar tepat dalam mengambil
keputusan, akan tetapi tetap saja waktu yang dibutuhkan untuk sebuah penyelesaian kasus
juga tidak boleh terlalu lama.

Pertanyaan : Adakah seseorang atau faktor-faktor apa yang selama ini mempermudah atau
membantu Anda dalam pengambilan keputusan dalam kasus-kasus dilema etika?
Jawaban :
Dalam pengambilan keputusan dalam kasus-kasus dilema etika, saya sering berkonsultasi
dengan kepala sekolah periode sebelumnya atau dengan pihak yayasan yang dalam hal ini
menaungi sekolah dan juga melibatkan pemangku kepentingan baik di lingkungan sekolah
maupun di luar sekolah yang ada relevansinya dengan kasus yang muncul, sehingga dalam
pengambilan keputusan tidak terjadi kesalahan maupun kesalahpahaman ke depannya.

Pertanyaan : Dari semua hal yang telah disampaikan, pembelajaran apa yang dapat Anda
petik dari pengalaman Anda mengambil keputusan dilema etika?
Jawaban :
Pembelajaran yang dapat saya petik dalam mengambil keputusan dilema etika adalah saya
harus mempertimbangkan banyak hal yang berkaitan dengan kasus-kasus dilema etika ini
agar keputusan yang diambil dapat bermanfaat bagi orang atau masyarakat dan keputusan
dapat dipertanggungjawabkan. Selain itu, dalam mengambil keputusan saya harus banyak
belajar dan berkonsultasi pada kepala sekolah periode sebelumnya dan juga pihak yayasan
agar apa yang diputuskan dapat berjalan dengan baik.

Dari hasil wawancara dengan dua Kepala Sekolah tersebut, dapat dilakukan refleksi yaitu:
Saya telah mewawancarai kepala sekolah yaitu kepala sekolah SMAN 2 Kudus (Nur Afifuddin,
S.Pd., M.Pd) dan kepala sekolah SMA Masehi Kudus (Vera Wiyanti Chandra, S.Pd). Beliau telah
menceritakan kasus-kasus yang berkaitan dengan dilema etika dan menjabarkan langkah-
langkah pengambilan keputusan dan beliau juga telah melakukan langkah-langkah yang sesuai
dengan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengujian. Dalam mengidentifikasi kasus-kasus yang
merupakan dilemma etika atau bujukan moral, beliau mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut:
• saya harus memahami yang "seharusnya" bagaimana itu terjadi sesuai dengan norma
dan standar yang berlaku
• saya harus melihat fakta apa saja yang harus diketahui untuk memperoleh fakta yang
relevan
• saya harus mengetahui dilemma tersebut sejauh mana dampaknya terhadap
pemangku kepentingan
• saya harus mengenali adanya nilai-nilai yang saling bertentangan dalam kasus ini
hal tersebut sudah sesuai dengan Langkah pertama pada 9 langkah pengambilan
keputusan

Beliau menjalankan pengambilan keputusan di sekolah, terutama untuk kasus-kasus dimana ada
dua kepentingan yang sama-sama benar atau sama-sama mengandung nilai kebajikan, sudah
sesuai dengan pengujian paradigma benar lawan benar yaitu Individu lawan Kelompok.
Langkah-langkah atau prosedur seperti yang biasa beliau lakukan selama ini yaitu :
• Mengetahui nilai-nilai yang saling bertentangan terkait dengan kasus yang terjadi.
• Menentukan siapa saja yang terlibat dalam kasus yang terjadi, misalnya warga
sekolah, Yayasan, atau Lembaga terkait lainnya
• Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan kasus yang dihadapi, misalnya
dengan cara mencari informasi dari warga sekolah atau masyarakat
• Menguji kasus tersebut benar atau salah dengan menggunakan uji legal dan uji
regulasi/standar professional
• Menguji paradigma yang terjadi dalam kasus tersebut, misalnya individu lawan
masyarakat, rasa keadilan lawan rasa kasihan, dan sebagainya
• Melakukan prinsip resolusi dalam menjalankan keputusan
• Membuat keputusan untuk kasus yang dihadapi
• Meninjau ulang keputusan dan merefleksikannya
Langkah-langkah tersebut sudah sesuai dengan 9 langkah pengambilan keputusan. Hal-haI yang
menurut beliau efektif dalam pengambilan keputusan pada kasus-kasus dilema etika adalah
sebagai berikut
• Membuat daftar semua fakta yang relevan dari dilemma
• Mengidentifikasi pemangku kepentingan dalam dilemma
• Membuat daftar tindakan atau strategi, alternatif, dan pilihan yang mungkin
digunakan untuk menyelesaikan dilemma tersebut
• Mempertimbangkan opsi terbaik berdasarkan nilai inti
Langkah-langkah tersebut sudah sesuai dengan 9 langkah pengambilan keputusan
Hal yang menjadi tantangan dalam pengambilan keputusan:
• Apabila keputusan yang diambil bertentangan dengan hati nurani meskipun sudah
sesuai dengan prosedur
• Cara memediasi pihak yang menjadi korban dari keputusan yang diambil
• Mengkondusifkan keadaan/atmosfir setelah diambil keputusan
Langkah-langkah yang beliau ambil sudah sesuai dengan Langkah ke 9 dalam 9 langkah
pengambilan keputusan yaitu lihat lagi keputusan dan refleksikan. Selama ini dalam penyelesaian
kasus-kasus dilema etika, beliau tidak memiliki jadwal khusus, tergantung dari kasus yang muncul
saat itu. Dalam hal ini, beliau selalu menangani kasus yang muncul secepat mungkin sehingga
tidak berlarut-larut dan tidak menambah masalah baru. Bagi beliau, sebuah kasus dilema etika
memang butuh waktu dalam pengambilan keputusan agar apa yang diputuskan benar-benar
tepat dalam mengambil keputusan, akan tetapi tetap saja waktu yang dibutuhkan untuk sebuah
penyelesaian kasus juga tidak boleh terlalu lama. Hal tersebut sudah sesuai dengan pengujian
paradigma benar lawan benar yaitu jangka pendek lawan jangka Panjang.

Dalam pengambilan keputusan dalam kasus-kasus dilema etika, beliau sering berkonsultasi
dengan kepala sekolah periode sebelumnya atau dengan pihak yayasan yang dalam hal ini
menaungi sekolah dan juga melibatkan pemangku kepentingan baik di lingkungan sekolah
maupun di luar sekolah yang ada relevansinya dengan kasus yang muncul, sehingga dalam
pengambilan keputusan tidak terjadi kesalahan maupun kesalahpahaman ke depannya.
Hal tersebut sudah sesuai dengan pengujian benar atau salah yaitu uji panutan/idola dan
menentukan siapa yang terlibat dalam situasi itu.
Pembelajaran yang dapat beliau petik dalam mengambil keputusan dilema etika adalah beliau
harus mempertimbangkan banyak hal yang berkaitan dengan kasus-kasus dilema etika ini agar
keputusan yang diambil dapat bermanfaat bagi orang atau masyarakat dan keputusan dapat
dipertanggungjawabkan. Selain itu, dalam mengambil keputusan beliau harus banyak belajar dan
berkonsultasi pada kepala sekolah periode sebelumnya dan juga pihak yayasan agar apa yang
diputuskan dapat berjalan dengan baik. Hal tersebut sudah sesuai dengan investigasi opsi
trilemma.

Setelah saya melakukan wawancara saya menjadi lebih memahami penerapan dari teori
pengambilan keputusan di modul 3.1 pada kehidupan nyata dalam hal ini kepala sekolah SMAN
2 Kudus (Nur Afifuddin, S.Pd., M.Pd) dan kepala sekolah SMA Masehi Kudus (Vera Wiyanti
Chandra, S.Pd) selaku pengambil keputusan.
8. Pertanyaan : Dari semua hal yang telah disampaikan, pembelajaran apa yang dapat Anda petik
dari pengalaman Anda mengambil keputusan dilema etika?
Jawaban:
Pembelajaran yang dapat saya petik dalam mengambil keputusan dilema etika adalah saya harus
mempertimbangkan banyak hal yang berkaitan dengan kasus-kasus dilema etika ini agar
keputusan yang diambil dapat bermanfaat bagi orang atau masyarakat dan keputusan dapat
dipertanggungjawabkan. Selain itu, dalam mengambil keputusan saya harus banyak belajar dan
berkonsultasi pada kepala sekolah periode sebelumnya dan juga pihak yayasan agar apa yang
diputuskan dapat berjalan dengan baik.

Pewawancara

Faried Hermawan, S.Pd, M.Kom


NIP. 19780530 200501 1 006
Identitas CGP Identitas Responden

Nama : Faried Hermawan Nama : Nur Afifuddin, S.Pd., M.Pd.


Satuan Pendidikan : SMAN 2 Kudus Jabatan : Kepala Sekolah
Satuan Pendidikan : SMAN 2 Kudus

Panduan Pertanyaan Wawancara (Guiding Questions for the Interview)

1. Pertanyaan : Selama ini, bagaimana Anda dapat mengidentifikasi kasus-kasus yang merupakan
dilema etika atau bujukan moral?
Jawaban :
Dilema etika merupakan situasi yang terjadi ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan
di mana kedua pilihan secara moral benar tetapi bertentangan, sedangkan bujukan moral
merupakan situasi yang terjadi ketika seseorang harus membuat keputusan antara benar atau
salah. Ketika kita menghadap situasi dilema etika akan ada nilai-nilai kebajikan mendasari yang
bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan,
toleransi, tangung jawab, dan penghargaan akan hidup.
Dilema etika juga merupakan situasi dimana terjadi pertentangan dua kebenaran atau benar vs
benar, sementara bujukan moral adalah situasi dimana terjadi sebuah pertentangan benar lawan
salah, sehingga saya menyadari benang merah antara keduanya. Hal yang tidak terduga adalah
pada saat awal saya mempelajari dilemma etika, saya merasa terjebak dalam menentukan
sebuah kasus antara bujukan moral dan dilema etika, malahan ada kasus diema etika yang saya
kategorikan bujukan moral, sehingga saya merasa keputusan saya selama ini yang buat sebelum
mempelajari modul ini cenderung kaku atau hanya berbasis peraturan sehingga saya merasa
untuk melenceng dari aturan itu sulit. Ketika mempelajari dilema etika saya merasa, ada kalanya
kita perlu melenceng dari aturan untuk kemaslahatan yang lebih besar, sehingga paradigma
pengambilan keputusan dalam mengambil keputusan yang berhubungan dengan diema etika
sangatlah penting dilakukan

2. Pertanyaan : Selama ini, bagaimana Anda menjalankan pengambilan keputusan di sekolah Anda,
terutama untuk kasus-kasus di mana ada dua kepentingan yang sama-sama benar atau sama-
sama mengandung nilai kebajikan?
Jawaban :
Pengambilan keputusan adalah suatu proses yang menghasilkan sejumlah tindakan atau
keyakinan dari beberapa kemungkinan. Tanpa proses, pengambilan keputusan mungkin sulit bagi
perorangan dan terlebih lagi bagi sebuah tim. Pengambilan keputusan yang dilakukan kepala
sekolah dapat dilihat dari proses tahapan yang dilakukan, yaitu melalui kegiatan identifikasi awal,
merumuskan tujuan, alternatif solusi, menentukan kriteria pemilihan solusi, dan implementasi
keputusan.
Saya pernah mengalami masalah di mana ada dua kepentingan yang sama-sama benar atau
sama-sama mengandung nilai kebajikan. Keputusan yang saya ambil pada saat itu sering
berdasarkan intuisi saya atau berdasarkan nilai-nilai yang saya pegang dan juga berdasarkan
kepedulian kepada orang lain. Dalam mengambil sebuah keputusan tidak hanya kita lakukan
sendiri saja tentu perlu masukan-masukan dari rekan yang bisa kita ajak berdiskusi dan berbagi
sehingga kita mengetahui apakah keputusan yang telah kita ambil ini sudah tepat dan efektif atau
belum.

3. Pertanyaan : Langkah-langkah atau prosedur seperti apa yang biasa Anda lakukan selama ini?
Jawaban :
Dalam pengambilan keputusan di sekolah Anda, terutama untuk kasus-kasus di mana ada dua
kepentingan yang sama-sama benar atau sama-sama mengandung nilai kebajikan, saya
menggunakan langkah atau prosedur:
1. Identifikasi keputusan yang perlu diambil.
Dalam tahap ini, kita akan memiliki lebih banyak informasi untuk menghasilkan keputusan
terbaik guna memecahkan masalah
2. Mengumpulkan informasi yang relevan
Mengumpulkan informasi terkait keputusan yang sedang diambil adalah langkah penting
untuk mengambil keputusan matang. Pengambilan keputusan efektif memerlukan informasi
dari banyak sumber berbeda. Menemukan sumber daya eksternal, baik dengan melakukan
riset pasar, bekerja sama dengan konsultan, atau berbincang dengan teman sejawat yang
memiliki pengalaman relevan.
3. Mencari solusi alternatif
Menemukan lebih dari satu alternatif sangat penting dalam pengambilan keputusan karena
pemangku kepentingan berbeda mungkin memiliki kebutuhan berbeda, tergantung peran
mereka.
4. Mempertimbangkan opsi
Pada tahap ini, kita mulai mengidentifikasi pro dan kontra setiap opsi dan mengeliminasi
alternatif dari pilihan-pilihan itu.
5. Memilih dari sejumlah alternatif
Terkadang, keputusan yang tepat bukan salah satu dari alternatif, tapi gabungan beberapa
alternatif. Pengambilan keputusan efektif melibatkan pemecahan masalah dan berpikir
kreatif.
6. Mengambil tindakan
Dalam mengambil tindakan, terlebih dahulu buat rencana implementasi kemudian
melakukan aksi dari rencana tersebut dan memantau progres untuk menentukan apakah ini
keputusan yang baik.
7. Meninjau keputusan dan pengaruhnya (baik dan buruk)
Setelah mengambil keputusan, kita dapat memantau keberhasilan dari keputusan kita. Jika
solusi ini bukan alternatif terbaik,kita dapat memanfaatkan penggunaan bentuk manajemen
proyek berulang/refleksi

4. Pertanyaan : Hal-hal apa saja yang selama ini Anda anggap efektif dalam pengambilan keputusan
pada kasus-kasus dilema etika?
Jawaban :
Selama ini yang saya anggap efektif dalam pengambilan keputusan pada kasus-kasus dilema etika
adalah dengan berdiskusi memecahkan permasalahan tersebut. Dalam mengambil sebuah
keputusan tidak hanya kita lakukan sendiri saja, tentu perlu masukan-masukan dari rekan yang
bisa kita ajak berdiskusi dan berbagi sehingga kita mengetahui apakah keputusan yang telah kita
ambil ini sudah tepat dan efektif atau belum. Menurut saya, orang-orang yang bisa saya jadikan
teman diskusi/pendamping dalam menjalankan pengambilan keputusan sebagai pemimpin
pembelajaran adalah rekan-rekan sejawat di sekolah, kepala sekolah, orang tua siswa, siswa,
komite sekolah, atau bisa juga pengawas sekolah.

5. Pertanyaan : Hal-hal apa saja yang selama ini merupakan tantangan dalam pengambilan
keputusan pada kasus-kasus dilema etika?
Jawaban :
Dilema etika merupakan situasi dimana terjadi pertentangan dua kebenaran atau benar vs benar,
sementara bujukan moral adalah situasi dimana terjadi sebuah pertentangan benar lawan salah,
sehingga saya harus mengetahui benang merah antara keduanya. Hal yang tidak terduga adalah
pada saat saya merasa terjebak dalam menentukan sebuah kasus antara bujukan moral dan
dilema etika, malahan ada kasus dilema etika yang saya kategorikan bujukan moral, sehingga
saya merasa keputusan saya selama ini yang buat sebelum mempelajari modul ini cenderung
kaku atau hanya berbasis peraturan sehingga saya merasa untuk melenceng dari aturan itu sulit.
6. Pertanyaan : Apakah Anda memiliki sebuah tatakala atau jadwal tertentu dalam sebuah
penyelesaian kasus dilema etika, apakah Anda langsung menyelesaikan di tempat, atau memiliki
sebuah jadwal untuk menyelesaikannya, bentuk atau prosedur seperti apa yang Anda jalankan?
Jawaban :
Dalam menyelesaian kasus dilema etika, saya memiliki sebuah jadwal untuk menyelesaikannya.
Cara mengeksekusi sebuah tindakan adalah dengan cara memperhatikan akar masalah, lalu
menemukan serta mencari solusi yang dengan memutuskan tindakan terbaik. Selain itu, kita juga
harus mempersiapkan kemungkinan terburuk dari tindakan yang kita buat serta solusi lain untuk
mengatasinya.

7. Pertanyaan : Adakah seseorang atau faktor-faktor apa yang selama ini mempermudah atau
membantu Anda dalam pengambilan keputusan dalam kasus-kasus dilema etika?
Jawaban :
Beberapa sumber konsultatif lain yang bisa dijadikan sebagai sumber pertimbangan dalam
pengambilan keputusan di sekolah adalah pihak dinas pendidikan, pengawas sekolah, kepala
sekolah, teman sejawat dalam Kelompok Kerja Guru (KKG) atau Musyawarah Guru Mata
Pelajaran (MGMP) , komite sekolah, orang tua siswa, siswa, dan ahli atau professional lain yang
kompeten.

8. Pertanyaan : Dari semua hal yang telah disampaikan, pembelajaran apa yang dapat Anda petik
dari pengalaman Anda mengambil keputusan dilema etika?
Jawaban :
Ketika mempelajari dilema etika saya merasa, ada kalanya kita perlu melenceng dari aturan untuk
kemaslahatan yang lebih besar, sehingga paradigma pengambilan keputusan dalam mengambil
keputusan yang berhubungan dengan diema etika sangatlah penting dilakukan. Begitu pula 9
langkah pengambilan dan pengujian keputusan adalah langkah yang sangat runut dan terarah
yang sangat berguna dalam mengambil keputusan dan menguji keputusan yang saya ambil.

Pewawancara Kepala Sekolah

Faried Hermawan Nur Afifuddin, S.Pd., M.Pd.


NIP. 19780530 200501 1 006 NIP. 19691119 199512 1 003

Anda mungkin juga menyukai