Anda di halaman 1dari 83

SKRIPSI

ANALISIS BIAYA BAHAN BAKU TERHADAP BIAYA PRODUKSI


MENGGUNAKAN METODE JUST IN TIME
(STUDI KASUS PADA USAHA GABOUR’S BAKERY)

OLEH
I DEWA GEDE INDRA RADITYA
1.18.2.1090

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN NASIONAL (UNDIKNAS)
DENPASAR
2021
UNDERGRADUATED THESIS
RAW MATERIAL COST ANALYSIS OF PRODUCTION COST
USING JUST IN TIME METHOD
(CASE STUDY ON GABOUR'S BAKERY BUSINESS)

BY :
I DEWA GEDE INDRA RADITYA
NIM : 1.18.2.1090

ACCOUNTING STUDY PROGRAM


FACULTY OF ECONOMICS AND BUSINESS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN NASIONAL (UNDIKNAS)
DENPASAR
2021

i
TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI

1. Judul : Analisis Biaya Bahan Baku Terhadap Biaya


Produksi Menggunakan Metode Just In Time
(Studi Kasus Pada Usaha Kue dan Roti Gabour’s
Bakery)
2. Ruang Lingkup / Bidang
Ilmu Pengetahuan : Akuntansi Manajemen
3. Pelaksanaan Penelitian
a. Nama Mahasiswa : I Dewa Gede Indra Raditya
b. NIM : 1.18.2.10909
4. Pembimbing Skripsi : Gusi Putu Lestara Permana, S.E.,M.ACC.,Ak.

Menyetujui Denpasar, 27 September 2021

Pembimbing Peneliti

Gusi Putu Lestara Permana, S.E., M.ACC., Ak I Dewa Gede Indra Raditya
NPP: 02.10.14.226 NIM 1.18.2.10909

ii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

ANALISIS BIAYA BAHAN BAKU TERHADAP BIAYA PRODUKSI MENGGUNAKAN


METODE JUST IN TIME (STUDI KASUS PADA USAHA GABOUR’S BAKERY)
Disusun oleh:

Nama : I Dewa Gede Indra Raditya

NIM : 1.18.2.10909

Diajukan sebagai syarat untuk menyelesaikan Pendidikan S1 Program Studi


Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Nasional
(UNDIKNAS) Denpasar

Denpasar, 10 Desember 2021

Menyetujui, Peneliti
Pembimbing

Gusi Putu Lestara Permana, S.E., M.ACC., Ak I Dewa Gede Indra Raditya
NPP: 02.10.14.226 NIM 1.18.2.10909

Mengesahkan, Mengesahkan,
a.n Rektor Dekan
Kepala Lembaga Penelituan dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M) UNDIKNAS Denpasar

Ir. I Wayan Sutama, M.T., I.P.M Prof. Dr. I. B. Raka Suardana, S.E., M.M
NIP: 196506221992031004 NIP: 196506221992031004

iii
TANDA LULUS UJIAN KOMPREHENSIF

Diterima Tim Pembahas UPP


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Univeristas Pendidikan Nasional Denpasar

Dipertahankan di depan Tim Pembahas


Pada Hari: Kamis
Tangal: 07 Oktober 2021

Susunan Tim Pembahas UPP

Tanda
No Nama Jabatan
Tangan

1 Gusi Putu Lestara Permana, S.E., M.ACC., Ak. Ketua

2 Drs. N.K. Jaya, M.M Anggota

I Nyoman Gede Arya Diatmika, S.E., M.Si.,


3 Anggota
Ak., CA.,CPA

Mengesahkan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
A.n. Dekan
Ketua Program Studi Akuntannsi

Dr. I Nyoman Sunarta, S.E., M.Si., Ak., CA.


NPP. 02.10.91.107

iv
PERNYATAAN
ORISINALITAS SKRIPSI

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang


pengetahuan saya, di dalam skripsi dengan judul :

ANALISIS BIAYA BAHAN BAKU TERHADAP BIAYA PRODUKSI


MENGGUNAKAN METODE JUST IN TIME
(STUDI KASUS PADA USAHA GABOUR’S BAKERY)

Tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajaukan oleh orang lain untuk
memperoleh gelar akademik di suatu perguruan tinggi, dan tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali tertulis di kutip
dalam naskah ini disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar Pustaka.

Apabila ternyata dalam naskah SKRIPSI ini dapat dibuktikan terdapat unsur-
unsur PLAGIASI, saya bersedia SKRIPSI ini di gugurkan dan gelar akademik yang
telah saya poroleh (Sarjana S1) dibatalkan, serta diproses sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan
Pasal 70).

Denpasar, 30 Oktober 2021

v
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya tercapailah usaha penulis menyelesaikan penelitian yang
berjudul “Analisis Biaya Bahan Baku Terhadap Biaya Produksi Menggunakan Metode
Just In Time (Studi Kasus Pada Usaha Gabour’s Bakery)”. Tujuan penulisan penelitian
ini adalah untuk melengkapi salah satu syarat dalam menyelesaikan kuliah untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi S1 pada Program Studi Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Nasional (UNDIKNAS) Denpasar. Dalam
penyusunan penelitian ini penulis banyak mendapatkan petunjuk dan bimbingan dari
berbagai pihak sehingga dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu sehingga
pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Nyoman Sri Subawa, S.T., S.Sos.,M.M. Selaku Rektor Universitas
Pendidikan Nasional Denpasar.
2. Prof. Dr. IB Raka Suardana, S.E, M.M. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Pendidikan Nasional Denpasar dan sekaligus pembimbing
penulis yang telah dengan sabar dan telaten membimbing penulis.
3. Dr. I Nyoman Sunarta, S.E., M.Si., Ak., CA. Selaku Ketua Program Studi
Akuntasi Universitas Pendidikan Nasional Denpasar.
4. Gusi Putu Lestara Permana, S.E.,M.Acc.,Ak. Selaku Dosen Pembimbing yang
selalu meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, petunjuk, dan
masukan dalam penyusunan penelitian ini.
5. Kedua orang tua penulis cintai yakni I Dewa Ketut Suarya dan Ibu Desak Gede
Astiti dan keluarga tercinta serta orang-orang terdekat yang telah banyak
memberikan doa, dorongan, dan semangat sehingga penelitian ini dapat
terselesaikan dengan baik.
6. Rekan dan sahabat penulis yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah
memberikan dukungan dan masukan dalam penyelesaian penelitian ini.

vi
Penulis menyadari bahwa sebagai manusia yang penuh dengan kekurangan
dan keterbatasan, tentulah penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu
segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun. Semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang
membacanya.

Denpasar, 08 November 2021

Peneliti

I Dewa Gede Indra Raditya


NIM: 1.18.2.10909

vii
DAFTAR ISI

UNDERGRADUATED THESIS ................................................................................. i


TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI........................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ........................................................................ iii
TANDA LULUS UJIAN KOMPREHENSIF .............................................................. iv
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ................................................................ v
KATA PENGANTAR ............................................................................................... vi
DAFTAR ISI .......................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL .................................................................................................... xii
ABSTRAK ............................................................................................................. xiii
BAB I........................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Pokok Permasalahan.................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................ 5
BAB II....................................................................................................................... 6
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................. 6
2.1 Just In Time .................................................................................................. 6
2.1.1 Tujuan dan manfaat metode Just In Time. ............................................ 6
2.1.2 Penerapan Just In Time. ............................................................................. 7
2.1.3 Tujuan Just In Time. .................................................................................... 9
2.1.4 Prinsip Dasar Just In Time. ..................................................................... 10
2.2 Persediaan. ................................................................................................. 12
2.2.1 Jenis-jenis persediaan.............................................................................. 12
2.2.2 Fungsi Persediaan. .................................................................................... 13
2.2.3 Sistem Pencatatan Persediaan............................................................... 14
2.2.4 Biaya Persediaan Bahan Baku ............................................................... 15
2.2.5 Persediaan Dalam Perspektif Just In Time ......................................... 15

viii
2.3 Biaya Produksi............................................................................................ 16
2.3.1. Jenis-jenis Biaya Produksi ...................................................................... 16
2.3.2. Efisiensi Biaya Produksi .......................................................................... 16
2.4 Penelitian Terdahulu .................................................................................. 17
2.5 Kerangka Pemikiran ................................................................................... 18
BAB III.................................................................................................................... 19
METODE PENELITIAN .......................................................................................... 19
3.1. Lokasi Penelitian ........................................................................................ 19
3.2. Jenis Data ................................................................................................... 19
3.3. Sumber Data ............................................................................................... 19
3.4. Informan Penelitian .................................................................................... 20
3.5. Instrumen Penelitian .................................................................................. 20
3.6. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 20
3.7. Teknik Analisis Data ................................................................................... 21
3.8. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ....................................................... 22
BAB IV ................................................................................................................... 24
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................................................ 24
4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................................... 24
4.1.1 Sejarah Singkat Usaha Gabour’s Bakery............................................. 24
4.1.2 Tujuan Usaha Kue dan Roti Gabour’s Bakery .................................... 27
4.1.3 Struktur Organisasi Usaha Kue dan Roti Gabour’s Bakery............ 27
4.1.4 Keryawan ...................................................................................................... 29
4.1.5 Sistem Penggajian Pengupahan ............................................................ 29
4.1.6 Proses Produksi ......................................................................................... 29
4.1.7 Pemasaran ................................................................................................... 33
4.2. Analisis Data ............................................................................................... 35
4.2.1 Triangulasi Sumber ................................................................................... 35
4.2.2 Triangulasi Metode .................................................................................... 36
4.3. Penyajian Data ............................................................................................ 37
4.3.1 Data Produksi dan Penjualan.................................................................. 37

ix
4.3.2 Data Bahan Baku Produksi dan Data Pembelian Bahan Baku ...... 38
4.3.3 Biaya Pemesanan....................................................................................... 39
4.3.4 Jumlah Hari Kerja....................................................................................... 39
4.3.5 Biaya Penyimpanan ................................................................................... 40
4.3.6 Biaya Overhead Pabrik ............................................................................. 40
4.3.7 Waktu Selama Produksi ........................................................................... 41
4.3.8 Biaya Tenaga Kerja Langsung................................................................ 42
4.3. Pembahasan dan Hasil Analisis Data........................................................ 43
4.3.1 Analisis Perhitungan Biaya Produksi Menggunakan Perhitungan
Tradisional Pada Usaha Kue dan Roti Gabour’s Bakery Tahun
2022 ............................................................................................................... 43
4.3.2 Analisis Penerapan Metode Just In Time Dalam Perhitungan Biaya
Produksi Pada Usaha Kue dan Roti Gabour’s Bakery Tahun 2022
........................................................................................................................ 52
BAB V .................................................................................................................... 66
PENUTUP .............................................................................................................. 66
5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 66
5.2 Saran ........................................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 68

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 .......................................................................................................................... 18
Gambar 4. 1 .......................................................................................................................... 25
Gambar 4. 2 .......................................................................................................................... 26
Gambar 4. 3 .......................................................................................................................... 27
Gambar 4. 4 .......................................................................................................................... 30
Gambar 4. 5 .......................................................................................................................... 31
Gambar 4. 6 .......................................................................................................................... 33

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 4. 1 ............................................................................................................................... 38
Tabel 4. 2 ............................................................................................................................... 39
Tabel 4. 3 ............................................................................................................................... 40
Tabel 4. 4 ............................................................................................................................... 42
Tabel 4. 5 ............................................................................................................................... 42
Tabel 4. 6 ............................................................................................................................... 43
Tabel 4. 7 ............................................................................................................................... 44
Tabel 4. 8 ............................................................................................................................... 46
Tabel 4. 9 ............................................................................................................................... 47
Tabel 4. 10 ............................................................................................................................ 49
Tabel 4. 11 ............................................................................................................................ 50
Tabel 4. 12 ............................................................................................................................ 51
Tabel 4. 13 ............................................................................................................................ 52
Tabel 4. 14 ............................................................................................................................ 53
Tabel 4. 15 ............................................................................................................................ 54
Tabel 4. 16 ............................................................................................................................ 55
Tabel 4. 17 ............................................................................................................................ 56
Tabel 4. 18 ............................................................................................................................ 57
Tabel 4. 19 ............................................................................................................................ 58
Tabel 4. 20 ............................................................................................................................ 58
Tabel 4. 21 ............................................................................................................................ 58
Tabel 4. 22 ............................................................................................................................ 59
Tabel 4. 23 ............................................................................................................................ 60
Tabel 4. 24 ............................................................................................................................ 60
Tabel 4. 25 ............................................................................................................................ 61
Tabel 4. 26 ............................................................................................................................ 61
Tabel 4. 27 ............................................................................................................................ 62
Tabel 4. 28 ............................................................................................................................ 62
Tabel 4. 29 ............................................................................................................................ 63
Tabel 4. 30 ............................................................................................................................ 63
Tabel 4. 31 ............................................................................................................................ 64

xii
ABSTRAK

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah metode Just In Time
dapat diterapkan pada usaha kue dan roti Gabour’s Bakery yang dimana usaha ini
bergerak dibidang kuliner yaitu kue dan roti. Penilitian ini dilakukan dikarenakan
adanya fenomena pada usaha Gabour’s Bakery dalam mengefisienkan persediaan
yang berfokus pada biaya produksi, biaya pemebelian dan pemakaian bahan baku
dan pengendalian bahan baku yang sesuai dengan metode Just In Time. Jenis data
yang digunakan pada penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif
kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang
digunakan yaitu dengan mereduksi data, display data, kesimpulan atau verifikasi.
Teknik pemeriksaan keabsahan data, dalam peneilitian ini menggunakan triangulasi
sumber dan triangulasi metode. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa penerapan
metode Just In Time pada usaha Gabour’s Bakery sangat cocok dikarenakan dapat
menekan biaya pembelian bahan baku, biaya penyimpanan dan biaya lainnya serta
terjadi selisih biaya yang dikeluarkan dalam produksi sebelum dan sesudah
penerapan metode Just In Time yaitu sebesar Rp 30.041.946,- yang dapat
dialokasikan ke biaya produksi lainnya.
Kata Kunci : Metode Just In Time, Biaya bahan baku

ABSTRACT

The purpose of this study is to find out whether the Just In Time method can
be applied to the cake and bread business of Gabour's Bakery, where this business is
engaged in the culinary field, namely cakes and bread. This research was conducted
due to the phenomenon in Gabour's Bakery's efforts to streamline inventory which
focuses on production costs, purchasing costs and raw material use and raw material
control in accordance with the Just In Time method. The type of data used in this study
used descriptive qualitative research methods. Data collection methods used in this
study are interviews, observation, and documentation. The data analysis technique
used is data reduction, data display, conclusion or verification. The technique of
checking the validity of the data, in this research, uses source triangulation and
method triangulation. The results of the study indicate that the application of the Just
In Time method in the Gabour's Bakery business is very suitable because it can reduce
the cost of purchasing raw materials, storage costs and other costs and there is a
difference in costs incurred in production before and after the application of the Just
In Time method, which is Rp. 30,041. 946,- which can be allocated to other production
costs.
Keywords: Just In Time Method, Cost of raw materials

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bisnis merupakan suatu organisasi yang menyediakan barang atau jasa
dengan maksud mendapatkan laba (Grififin dan Ebert, 2007). Bisnis di Indonesia
berkembang sangat pesat dikalangan masyarakat. Perkembangan bisnis di
Indonesia semakin melonjak yang mengakibatkan persaingan-persaingan dalam
dunia bisnis semakin kompetitif. Bisnis menjadi alternatif yang sangat berpotensi
untuk menambah penghasilan dalam perekonomian bermasyarakat. Dengan
banyaknya masyarakat yang berbisnis, banyak juga UMKM yang berkembang di
Indonesia. Jika dilihat, cukup banyak penduduk Indonesia yang bergelut di UMKM.
Menurut data Kementrian Koperasi dan UMKM (2020) jumlah pelaku UMKM saat
ini di Indonesia ada sekitar 64,19 Juta UMKM.
UMKM merupakan usaha yang dimiliki perorangan atau usaha yang
sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan dengan jumlah kekayaan dan
pendapatan tertentu yang diatur pada undang-undang nomor 20 tahun 2008.
Berbagai macam jenis UMKM yang telah bermunculan, mulai dari usaha kuliner,
usaha kerajinan tangan, usaha fashion, usaha agrobisnis, dan masih banyak lagi
yang lainnya. Perusahaan satu dengan perusahaan lainnya saling bersaing untuk
berupaya menarik minat konsumennya dan juga mempromosikan keunggulan
produk yang dihasilkan dari usahanya. Terkhusus pada bidang kuliner, dimana
beragam jenis makanan yang banyak dan saling bersaing untuk menciptakan
produk yang unik dan cita rasa yang berkesan agar bernilai jual yang tinggi. Usaha
dibidang ini merupakan salah satu usaha yang memperlihatkan prospek yang
cukup bagus dan juga menguntungkan bagi pelaku usaha (Nova Fitriani,2020).
Kesuksesan bisnis kuliner tampak dari data Kementrian Koperasi dan UMKM
bahwa sebanyak 60 juta UMKM pada bidang kuliner yang ada di Indonesia per
tahun 2019.

1
2

Sebagaimana diketahui, kue dan roti merupakan salah satu kebutuhan


yang bisa dibilang sering di perlukan bagi masyarakat indonesia. Usaha kue dan
roti di Indonesia bisa terbilang banyak dan juga terkenal, seperti; Breadtalk,
Holland Bakery, Cream puffs dan masih banyak lagi yang lainnya. Seperti halnya
yaitu usaha kue dan roti Gabour’s Bakery. Gabour’s Bakery merupakan usaha
kecil mikro dan menengah (UMKM) yang pembuatan produknya dilaksanakan
dirumah dengan menitipkan hasil produksinya ke beberapa toko-toko yang
menjalin kerjasama dengan usaha tersebut. Gabour’s bakery juga aktif dalam
pemasaran melalui media sosial tertentu. Usaha ini terletak di Kecamatan Nusa
Penida, Kabupaten Klungkung. Di Nusa Penida ada beberapa usaha kue dan roti
yang sudah mulai menjamur dibeberapa desa, namun usaha kue dan roti
Gabour’s Bakery ini menjadi salah satu usaha kue yang cukup terkenal di
kalangan masyarakat nusa penida. Disamping letak tempat usahanya yang
strategis dan senter atau dapat juga disebut sebagai kota dari kecamatan Nusa
Penida. Maka dari itu memudahkan masyarakat untuk mengetahui tempat usaha
ini.
Gabour’s Bakery memproduksi beberapa kue dan roti, seperti; kue ulang
tahun, Bolu beraneka rasa, kue pai susu, roti gulung dan beberapa kue dan roti
lainnya. Dalam proses produksi, Gobour’s Bakery mempekerjakan tiga tenaga
kerja untuk proses produksi. Alat yang di gunakan dalam produksi pada usaha kue
dan roti Gabour’s Bakery ini dapat dikatakan cangggih, seperti alat pengaduk
adonan yang sudah menggunakan mixer yang canggih dan juga alat
pemanggangan dengan kapasitas yang banyak. Produksi akan meningkat ketika
adanya hari raya seperti hari raya Galungan unuk umat Hindu dan Hari raya Idul
Fitri untuk umat Muslim dan juga hari raya lainnya. Seluruh proses produksi yang
dilakukan sudah didukung dengan alat dan bahan-bahan yang berkualitas yang
didatangkan dari beberapa pemasok dari luar kecamatan Nusa Penida. Proses
produksi dengan menggunakan alat dan bahan yang berkualitas tentunya untuk
menghasilkan hasil yang berkualis juga untuk menghasilkan laba dan
meminimalisir biaya persediaan.
3

Berdasarkan fakta dilapangan bahwasanya dalam pengiriman bahan


baku ke tempat usaha, harus melalui penyebrangan transportasi laut yang dimana
untuk waktu kedatangan bahan baku sampai di tempat usaha memerlukan waktu
satu hari dari hari pemesanan. Keadaan seperti inilah yang menuntut suatu usaha
untuk dapat mengendalikan bahan baku agar proses produksi terus berjalan dan
tidak mengalami kemacetan dalam produksi dikarenakan persediaan bahan baku
habis. Dengan Persediaan bahan baku yang cukup dapat menjamin kelancaran
dan efisiensi produksi. Jumlah persediaan yang tidak terlalu besar akan
berpengaruh pada tingkat efisiensi penyerapan biaya-biaya dalam persediaan,
dan persediaan dapat diminimumkan dengan mengadakan perencanaan produksi
yang lebih baik.
Pengendalian bahan baku merupakan hal yang penting dalam suatu
proses produksi dan biaya produksi. Pada usaha kue dan roti Gabour’s Bakery
belum bisa mengendalikan biaya bahan baku dengan maksimal. Dengan melihat
jumlah permintaan yang masih tetap stabil, sehingga biaya bahan baku pada
usaha ini menjadi tidak terkendali. Dengan tidak terkendalinya biaya bahan baku
maka akan berdampak pada biaya produksi yang dihasilkan. Dengan seiring
jumlah permitaan dari konsumen yang masih tetap stabil, dan persediaan bahan
baku yang tidak terkandali menyebabkan usaha Gabour’s Bakery tidak dapat
memaksimalkan hasil produksi dengan jumlah permintaan pesanan dari
konsumen. Dengan tidak terkendalinya ketersediaan bahan baku dapat
merugikan perusahaan. Dengan tidak terkendalinya biaya bahan baku yang
dimiliki suatu usaha akan mengakibatkan kerugian pada perusahaan dalam hal
pendapatan laba, seperti halnya kualitas produk, ketepatan waktu pengiriman
hingga ketidak puasan konsumen. Dalam sebuah usaha, untuk mengedalikan
pengadaan persediaan bahan baku pada suatu usaha dalam memproduksi
sebuah produk, sebaiknya menggunakan sistem produksi yang disebut metode
Just In Time (JIT).
Just In Time merupakan suatu sistem produksi yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan konsumen tepat pada waktu yang telah ditentukan sesua
dengan jumlah yang di perlukan dengan tujuan untuk mengefisienkan biaya bahan
4

baku untuk menekan biaya produksi (Janson B & Nurcaya, 2019). Tujuan dari Just
In Time (JIT) itu sendiri adalah untuk mengurangi biaya produksi dan
meningkatkan produktivitas total secara keseluruhan. Penerapan dari sistem Just
In Time ini yaitu memungkinkan perusahaan untuk menekan biaya produksi dan
melakukan perbaikan secara terus menerus dalam menciptakan produk
berkualitas.
Dalam akuntasi manajemen, Just In Time merupakan suatu
pengoperasian manajemen yang seluruh sumber daya akan dipakai hanya yang
dibutuhkan saja. Just In Time mengharuskan pelaku usaha untuk menghasilkan
produk ketika dibutuhkan saja dengan jumlah yang diminta. Dengan demikian,
biaya produksi dapat diminimaisir dan pemborosan yang sebelumnya terjadi dapat
diatasi dengan menggunakan Just In Time, metode ini dapat meningkatkan
produktivitas dari pada usaha maupun perusahasn tersebut (Dahtiah et al., 2020).
Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nova Fitriani (2020)
pada usaha mikro, kecil dan menengah Vita Abadi Kecamatan Sendang,
Kabupaten Tulungagung menunjukkan bahwasanya penerapan metode Just In
Time pada usaha ini dapat berjalan dengan optimal dengan beberpa hasil yang
ditunjukkan sbelum diterapkannya metode JIT pada UMKM Vita Abadi biaya
persediaan sangat besar ketika metode JIT diterpakan, biaya persediaan ditekan
hingga titik terendah sehingga biaya persediaan menjadi terkendali.
1.2 Pokok Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka pokok
permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana penerapan Just In Time
dalam mengefisienkan biaya bahan baku untuk menekan biaya produksi pada
usaha kue dan roti Gabour’s Bakery?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penilitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui sejauh mana
penerapan metode Just In Time Just In Time dalam mengefisienkan biaya bahan
baku untuk menekan biaya produksi pada usaha kue dan roti Gabour’s Bakery?
5

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai acuan maupun referensi untuk
penelitian selanjutnya. Hasil penelitian ini diharapkan untuk menambah wawasan
mengenai Just In Time dan juga dapat memberikan sumbangan untuk kajian
keilmuan dalam ilmu akuntansi manajemen sebagai penerapan dari teori-teori
yang di dapatkan di bangku perkuliahan. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan
dapat membantu UMKM untuk dapat menerapkan metode Just In Time pada
usahnya dalam pengendalian biaya persediaan bahan baku.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Just In Time


Sistem produksi JIT adalah sistem di mana organisasi membeli bahan
mentah dan suku cadang untuk komponen produksi hanya jika diperlukan selama
proses produksi. Tujuannya bukan untuk memiliki persediaan, karena memiliki
persediaan merupakan kegiatan yang tidak menambah nilai. JIT adalah filosofi
yang berfokus pada Hilangkan kegiatan pemborosan dengan memproduksi
produk sesuai kebutuhan konsumen dan membeli bahan hanya sesuai kebutuhan
produksi. JIT adalah sistem produksi di mana bahan baku hanya dibeli dalam
jumlah yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan yang sebenarnya
(Balich & Mutia, 2020)
Menurut Wijaksono dalam (Madianto et al., 2016) mengungkapkan
bahwa Just In Time (JIT) adalah suatu filosofi bisnis yang khusus membahas
bagaimana mengurangi waktu produksi, baik dalam proses menufaktur maupun
proses nonmanufaktur. Dapat disederhanakan bahwa Just In Time hanya akan
tersedia dalam permintaan unit yang dibutuhkan dengan jumlah yang dibutuhkan
dan pada saat dibutuhkan, dengan logika sederhana bahwa Just In Time adalah
“Tidak akan ada produksi sampai adanya permintaan” (Zidane & Palangka, 2021).
Sistem Just In Time pertama kali dikembangkan dan disempurnakan oleh
Ohno Naiichi Jepang di pabrik manufaktur Toyota, sehingga Ohno Naiichi sering
disebut sebagai bapak Just In Time (JIT). Selanjutnya, JIT diadopsi oleh banyak
perusahaan manufaktur di Jepang dan Amerika Serikat, seperti Hewlett-Packard
(HP), IBM, dan Harley-Davidson (Aznedra & Safitri, 2018)
2.1.1 Tujuan dan manfaat metode Just In Time.
Menurut Supriyono (1994) dalam (Willem, 2018) memberikan dua
tujuan strategi Just In Time yaitu (1) Meningkatkan laba (2) Memperbaiki
posisi persaingan perusahaan. Sedangkan Menurut Tjitono dan Diana
(1996) dalam (Willem, 2018) tujuan Just In Time adalah meningkatkan laba

6
7

dan posisi persaingan perusahaan yang dicapai melalui usaha pengendalian


biaya, peningkatan kualitas , serta perbaikan kinerja pengiriman.
Terdapat banyak manfaat Just Int Time, misalnya, tingkat inventaris
yang lebih rendah, Ini berarti mengurangi investasi persediaan. Karena
sistem hanya membutuhkan jumlah minimum bahan yang dibutuhkan
segera, itu akan sangat mengurangi tingkat persediaan secara keseluruhan,
sehingga tidak akan ada pemborosan persediaan, dan pembelian tepat
waktu membutuhkan waktu pengiriman yang lebih singkat, dan batas waktu
pengiriman sangat ditingkatkan (Zidane & Palangka, 2021).
Adapun manfaat Just In Time yang disebutkan Amin Wijdaya
Tunggal (1995) dalam Willem (2018) adalah sebagai berikut:
a. Praktek JIT mengurangi tingkat persediaan yang dimana investasi lebih
rendah dari pada persediaan .Karena sistem JIT hanya mengarahkan
kuantitas yang terendah dari bahan baku yang diperlukan segera, maka
JIT akan mengurangi tingkat persediaan secara keseluruhan.
b. Rencana pembelian bahan baku pada pemasok dibawah JIT
memberikan tenggag waktu untuk pengiriman yang relatif lebih pendek
c. Dengan tenggang waktu yang relatif lebih pendek dalam pengiriman,
juga dapat memaksimalkan kinerja mesin dan alat produksi dengan
kelenturan penjadwalan sehingga waktu untuk produksi dapat dikurangi
atau selesai lebih cepat.
d. Tingkat mutu pada suatu produk segera bisa di identifikasi dan diperbaiki
apabila jumlah kuantitas pesanan mencakup lebih kecil
e. Biaya bahan baku dapat di kurangi dengan analisis nilai yang lebih
ekstensif dalam kegiatan pengembangan pemasok yang kooperatif.
f. Manfaat yang dapat dirasakan yaitu dalam keuangan lainnya seperti
halnya investasi, biaya persediaan, biaya penyimpanan, dan lainnya.
2.1.2 Penerapan Just In Time.
Willem (2018) menyebutkan bahwa Just In Time sering disebut
dengan sistem produksi tanpa stok, namun nyatanya semuanya perlu
8

pertimbangan yang didasari dengan praktek. Berikut adalah alur perjalanan


dalam penerapan JIT pada suatu perusahaan :
1. Orang-orang dapat mengindikasikan adanya rantai yang terlihat dari
konsumen melalui proses produksi. Dengan tenggang waktu produksi
yang lebih singkat dapat mengarahkan produksi dimulai saat adanya
pesanan yang masuk, dengan demikian petugas produksi dapat bekrja
dengan lebih fokus. Adanya hal tersebut, dapat diasumsikan bahwa
seolah-olah konsumen harus menerima produknya dengan waktu yang
telah ditentukan
2. Dalam memenuhi permintaan dari konsumen, sistem ini mengharuskan
untuk fleksibel dalam pengadaan produk, sehingga berpengaruh
terhadap ketersediaan bahan baku dan waktu pengiriman. Hal ini tentu
sangat berpengaruh terhadap ketersediaan bahan baku untuk
memenuhi kebutuhan produksi.
3. Sistem JIT ini juga dapat menganalisis masalah terjadi terhadap produk
yang dihasilkan pada saat produksi. Jika ada terdapat produk yang rusak
ataupun cacat, seluruh proses produksi akan dihentikan untuk
memperbaiki kerusakan produk yang dihasilkan agar tidak ada produk
rusak yang di berikan kepada konsumen. Dengan demikian masalah
kualitas dan mutu produk dalam suatu perusahaan diterima dengan baik.
4. Orang-orang dapat mengindikasikan adanya rantai yang terlihat dari
konsumen melalui proses produksi. Dengan tenggang waktu produksi
yang lebih singkat dapat mengarahkan produksi dimulai saat adanya
pesanan yang masuk, dengan demikian petugas produksi dapat bekrja
dengan lebih fokus. Adanya hal tersebut, dapat diasumsikan bahwa
seolah-olah konsumen harus menerima produknya dengan waktu yang
telah ditentukan
5. Dalam memenuhi permintaan dari konsumen, sistem ini mengharuskan
untuk fleksibel dalam pengadaan produk, sehingga berpengaruh
terhadap ketersediaan bahan baku dan waktu pengiriman. Hal ini tentu
9

sangat berpengaruh terhadap ketersediaan bahan baku untuk


memenuhi kebutuhan produksi.
6. Sistem JIT ini juga dapat menganalisis masalah terjadi terhadap produk
yang dihasilkan pada saat produksi. Jika ada terdapat produk yang rusak
ataupun cacat, seluruh proses produksi akan dihentikan untuk
memperbaiki kerusakan produk yang dihasilkan agar tidak ada produk
rusak yang di berikan kepada konsumen. Dengan demikian masalah
kualitas dan mutu produk dalam suatu perusahaan diterima dengan baik.
2.1.3 Tujuan Just In Time.
Menurut Putra dan Idayati (2014) dalam (Dahtiah et al., 2020) tujuan
utama dari Just in time adalah menghasilkan produk apabila diperlukan
dengan kuantitas yang disesuaikan dengan permintaan dari konsumen.
Adapun ahli lain yang mengemukakan bahwa tujuan dari penerapan Just in
time adalah untuk membeli bahan baku dengan tepat waktu yang akan
digunakan untuk untuk proses produksi, dan untuk memproduksi dan
mendistribusikan barang dengan tepat waktu untuk dijual. Hal tersebut dapat
dicapai apabila perusahaan terus berusaha untuk meminimalkan
pemborosan, mengurangi persediaan, menjalin komunikasi dan hubungan
yang baik dengan pemasok, meningkatkan keterlibatan karyawan, serta
membuat program- program yang berfokus pada pelanggan.
Penerapan dari sistem Just In Time ini memiliki beberapa manfaat
menurut Agustina, dkk (2007) pada (Dahtiah et al., 2020) adalah:
1. Mengeliminasi pemborosan. Sistem Just in time yang diterapkan pada
perusahaan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk
menghilangkan aktivitas-aktivitas yang tidak memiliki nilai tambah
terhadap produk yang dihasilkan oleh perusahaan (nonvalue-added
activity).
2. Adanya partisipasi dari karyawan. Dalam sistem Just in time, peran dari
semua pihak sangat dibutuhkan baik dari manajer maupun dari karyawan
atau pekerja yang bersangkutan. Pemberdayaan pekerja sangat
diperlukan untuk mencapai tujuan dari sistem ini yaitu peningkatan
10

efisiensi dan produktivitas perusahaan. Pekerja memiliki peran yang


penting dalam proses produksi sehingga memerlukan adanya
kewenangan untuk mengambil keputusan keputusan sesuai dengan
tugas dan tanggung jawabnya.
3. Mengurangi atau bahkan menghilangkan produk cacat, produk cacat
dapat menimbulkan menimbulkan masalah bagi perusahaan karena
dapat menimbulkan penundaan dalam pengiriman barang dan
memerlukan pengerjaan ulang untuk mengganti produk tersebut yang
pada akhirnya akan menimbulkan kekecewaan dari konsumen. Produk
yang dihasilkan akan semakin efisien karena tingkat kerusakan produk
akan ditekan sampai sekecil-kecilnya.
4. Meningkatkan produktivitas, produktivitas merupakan rasio antara
outputs dengan inputs.
2.1.4 Prinsip Dasar Just In Time.
Menurut Evan Jaelani (2009) pada (Dahtiah et al., 2020) terdapat
delapan prinsip yang harus dijadikan dasar pertimbangan di dalam
menentukan sistem strategi produksi dengan metode Just In Time sebagai
berikut:
1. Berproduksi sesuai dengan pesanan jadwal produksi induk
Sistem manufaktur baru akan dioperasikan untuk menghasilkan produk
menunggu setelah diperoleh kepastian adanya order dalam jumlah
tertentu masuk. Tujuan utamanya untuk memproduksi finished goods
tepat waktu dan sebatas pada jumlah yang ingin dikonsumsikan saja,
untuk itu proses produksi akan menghasilkan sebanyak yang diperlukan
dan secepatnya dikirim ke pelanggan yang memerlukan untuk
menghindari terjadinya stok serta untuk menekan biaya penyimpanan.
2. Produksi dalam jumlah kecil
Produksi dilakukan dalam jumlah lot yang kecil untuk menghindari
perencanaan dan jeda waktu yang kompleks seperti halnya dalam
produksi jumlah besar. Fleksibilitas aktivitas produksi akan bisa
dilakukan, karena hal tersebut memudahkan untuk melakukan
11

penyesuaian-penyesuaian dalam rencana produksi terutama


menghadapi perubahan-perubahan permintaan pasar.
3. Mengurangi pemborosan
Pemborosan harus dieliminasi dalam setiap area operasi yang ada.
Semua pemakaian sumber-sumber input (material, energi, jam, kerja
mesin atau orang, dan lain- lain) tidak boleh melebihi batas minimal yang
diperlukan untuk mencapai taerget produksi.
4. Perbaikan aliran produk secara terus-menerus
Tujuan pokoknya adalah menghilangkan proses-proses yang tidak
produktif yang bisa menghambat kelancaran aliran produksi.
5. Penyempurnaan kualitas produk
Kualitas produk merupakan tujuan dari aplikasi Just In Time dalam
sistem produksi. Disini selalu diupayakan untuk mencapai kondisi “zero
defects” dengan cara melakukan pengendalian secara total dalam setiap
langkah proses yang ada. Segala bentuk penyimpangan haruslah bisa
diidentifikasi dan dikoreksi sedini mungkin.
6. Respek terhadap semua orang / karyawan
Dengan metode Just In Time dalam sistem produksi setiap pekerja akan
diberi kesempatan dan otoritas penuh untuk mengatur dan mengambil
keputusan apakah suatu aliran operasi bisa diteruskan atau harus
dihentikan karena dijumpai adanya masalah serius dalam satu stasiun
kerja tertentu.
7. Mengurangi segala bentuk ketidakpastian
Persediaan yang ide dasarnya diharapkan bisa mengantisipasi
permintaan yang berfluktuasi dan segala kondisi yang tidak terduga,
justru akan berubah menjadi pemborosan jika tidak segera digunakan.
Begitu pula rekruitmen tenaga kerja dalam jumlah besar secara tidak
terkendali seperti halnya yang umum dijumpai dalam aktivitas proyek
akan menyebabkan terjadinya pemborosan jika tidak dimanfaatkan pada
waktunya. Oleh karena itu dalam perencanaan dan penjadwalan
produksi harus bisa dibuat dan dikendalikan secara teliti. Segala bentuk
12

yang memberi kesan ketidakpastian harus bisa dieliminasi dan harus


sudah dimasukkan dalam pertimbangan.
8. Perhatian dalam jangka panjang
Ketujuh prinsip pelaksanaan Just In Time dalam sistem produksi di atas
bukanlah suatu komitmen perusahaan yang diaplikasikan dalam jangka
waktu pendek. Melainkan harus dibangun secara berkelanjutan dan
merupakan komitmen semua pihak dalam jangka panjang. Dalam jangka
pendek, ada kemungkinan aplikasi Just In Time dalam sistem produksi
justru akan menambah biaya produksi mengikuti konsekuensi proses
terbentuknya kurva belajar.
2.2 Persediaan.
Di dalam Sebuah perusahaan dituntut untuk bisa mengelola pengadaan
persediaan agar terbangunnya efektivitas maupun efisiennya kegiatan produksi
suatu perusahaan. Arti dari persedian menurut buku Eddy Herjanto dalam Fitrianur
& Cahyani (2018) menyebutkan bahwa persediaan adalah bahan atau barang
yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya
untuk digunakan dalam proses produksi atau perakitan, untuk dijual kembali, atau
untuk suku cadang dari suatu peralatan atau mesin. Berdasarkan pengertian yang
disebutkan diatas bahwa persediaan merupakan material yang berupa barang
mentah, barang setangah jadi ataupu barang jadi yang akan dikelola dan
dipergunakan untuk mendukung proses produksi.
2.2.1 Jenis-jenis persediaan.
Persediaan mempunyai beberapa jenis yang setiap jenisnya
memiliki karakteristik kasus maupun cara pengelolaan yang berbeda.
Menurut Heizer dan Render pada (Aznedra & Safitri, 2018) bahwa untuk
mengakomodasikan fungsi-fungsi persediaan, Sebuah perusahaan harus
memperhatikan 4 jenis persediaan, sebagai berikut:
1. Persediaan bahan baku (Raw Material Stock)
Cara yang digunakan dalam memisahkan (decouple) pemasok dari
proses produksi. Bagaimanapun juga, pendekatan yang sering dipilih
adalah dengan cara menghilangkan variabilitas pemasok pada kuantitas,
13

kualitas hingga waktu pengantaran sehingga tidak lagi memerlukan


pemisahan.
2. Persediaan barang setengah jadi (work in process-WIP inventory)
Beberapa komponen atau barang yang mentah setelah melewati
sebagian proses perubahah yang belum sepenuhnya selesai. WIP ini
iada dikarenakan adanya waktu yang diperlukan agar dapat
menyelesaikan sebuah produk (siklus waktu).
3. Persediaan pasokan pemeliharaan,perbaikan, dan operasi
(maintenance, repair, operating MRO)
Beberapa persediakan yang di peruntukkan untuk pemeliharaan,
perbaikan dan segala proses tetap bisa produktif.
4. Persediaan barang jadi (finish good inventory)
Merupakan produk yang seratus persen sudah selesai dan menunggu
untuk dikirmkan. Barang jadi dapat disebut kedalam persediaaan
dikarenakan di masa mendatang tidak akan diketahui permintaan dari
pelanggan.
2.2.2 Fungsi Persediaan.
Pada dasarnya persediaan mampu melancarkan perusahaan
dalam segala bentuk proses produksi yang terjadi secara berkelanjutan
disetiap harinya, fungsi persediaan sangatlah penting bagi perusahaan,
yaitu:
1. Agar mampu memenuhi dan mengantisipasi sewaktu ketika ada
permintaan yang terjadi.
2. Untuk menyeimbangkan proses produksi dengan distribusi.
3. Agar Mendapatkan laba dari pemotongan kuantitas yang dimana jika
membeli dengan kuantitas yang banyak akan mendapatkan diskon.
4. Untu Investasi dari inflasi yang dihasilkan dari perubahan harga.
5. Agar dapat menghindari kekurangan persedian yang terjadi akibat
cuaca, kekurangan pasokan, mutu, dan ketidaktepatan waktu dalam
pengiriman.
14

6. Untuk menjaga keberlangsungan operasi dengan cara persedian dalam


proses. (Aznedra & Safitri, 2018).
2.2.3 Sistem Pencatatan Persediaan.
Ada dua metode pencatatan persediaan, yaitu metode perpetual
dengan metode periodik. Pencatatan dengan metode perpetual dapat
disebut metode buku, disebut demikian dikarenakan setiap jenis persediaan
mempunyai kartu persediaan, Sedangkan metode fisik juga sebutan dari
metode periodik. Dalam metode ini, pada akhir periode dihitung fisik suatu
barang untuk mengetahui jumlah persediaan akhir (Aznedra & Safitri, 2018)
Menurut Stice dan Skousen dalam Aznedra & Safitri (2018), “Ada
beberapa macam metode penilaian persediaan yang umum digunakan,
yaitu: identifikasi khusus, biaya rata-rata (average), FIFO dan LIFO.
1. Identifukasi Khusus
Menggunakan metode ini, pengalokasian biaya ke barang yang terjual
ketika periode masih berjalan, sedangakan ke barang yang ada ditangan
dapat dialokasikan pada akhir periode.
2. Metode Biaya Rata-rata (Average)
Metode ini memfokuskan pada biaya rata-rata yang sama untuk setiap
unit. Metode ini mendasar pada perkiraan bahwa barang yang terjual
dibebankan terhadap biaya rata-rata, yaitu rata-rata diukur dari jumlah
unit yang dibeli pada persetiap harganya. Metode rata-rata
mendahulukan yang mudah terjangkau untuk dilayani, tidak memikirkan
barang tersebut masuknya pertama atau terakhir.
3. First in First Out (FIFO)
Metode ini berdasarkan terhadap ansumsi bahwa yang terjual adalah
unit yang masuk terlebih dahulu. FIFO bisa dianggap sebuah
pendekatan yang logis dan realistis terhadap alur biaya.
4. Last in First Out (LIFO)
Metode ini berdasarkan terhadap asumsi bahwa unit yang terbaru yang
akan terjual. Jika LIFO digunakan dalam jangka waktu yang lama, maka
akan terdapat perbedaan.
15

2.2.4 Biaya Persediaan Bahan Baku


Biaya bahan baku adalah komponen biaya terbesar dalam produk
jadi. Di perusahaan manufaktur, bahan baku diproses menjadi produk jadi
dengan biaya konversi. Bahan yang digunakan untuk produksi dibagi
menjadi bahan baku (bahan langsung) dan bahan penolong (bahan tidak
langsung). Bahan langsung adalah bahan yang digunakan untuk
menghasilkan produk yang dapat diidentifikasi. Biaya bahan baku dan biaya
tenaga kerja langsung merupakan biaya utama (original cost) yang termasuk
dalam persediaan produk dalam proses. Bahan tidak langsung meliputi
semua bahan bukan mentah. Ketika bahan digunakan dalam produksi, biaya
bahan tidak langsung termasuk dalam biaya overhead pabrik. (Aznedra &
Safitri, 2018)
2.2.5 Persediaan Dalam Perspektif Just In Time
Menurut Firdayanti dalam (Umair, 2018) persediaan dalam Just In
Time merupakan persediaan yang dirancang guna mendapatkan barang
secara tepat waktu. Persediaan Just In Time membutuhkan penghapusan
persediaan, karena tidak ada produksi untuk menghasilkan penimbunan
atau pembelian yang sia-sia. Dalam sistem Just In Time, maksudnya adalah
hanya melakukan inventaris pembelian barang dalam jumlah yang
dibutuhkan.
Langkah-langkah penerapan Just In Time pada persediaan
menurut hustanto, yaitu:
1. Membuat rencana kebutuhan bahan baku,
2. Menghitung biaya pembelian bahan baku,
3. Menghitung dan menetapkan biaya pemesananan,
4. Menghitung biaya penyimpanan yang terdiri dari biaya gudang,
pemakaian listrik dan kebersihan,
5. Total biaya persediaan.
16

2.3 Biaya Produksi


Biaya mempunyai dua pengertian, yaitu pengertian secara luas dan
secara sempit. Biaya dalam arti luas adalah pengorbanan sumber ekonomi yang
diukur dalam satuan uang dalam usahanya untuk mendapatkan sesuatu untuk
mencapai tujuan dan belum terjadi / baru direncanakan. (Umair, 2018)
2.3.1. Jenis-jenis Biaya Produksi
1. Bahan baku adalah biaya yang dikeluarkan ketika membeli bahan baku
utama yang digunakan untuk memproduksi suatu produk.
2. Tenaga kerja langsung adalah biaya tenaga kerja utama yang
berhubungan langsung dengan produk yang dihasilkan dari bahan
mentah menjadi produk jadi.
3. Overhead pabrik adalah biaya bahan baku dan biaya yang ditambahkan
ke biaya tenaga kerja langsung untuk memproduksi barang. Biaya
operasional terdiri dari:
a. Bahan tidak langsung adalah biaya pembelian bahan yang
diperlukan untuk menyelesaikan produk tetapi mengkonsumsi lebih
sedikit. Contoh: Biaya pembelian benang.
b. Tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja yang dikeluarkan
untuk membayar gaji pekerja, tetapi tenaga kerja secara tidak
langsung mempengaruhi produksi produk yang siap pakai. Contoh:
Biaya pembayaran kepada manajer produksi.
c. Biaya overhead lainnya adalah biaya produksi barang yang secara
tidak langsung berhubungan dengan produksi barang. Contoh:
Pembuatan kaos membutuhkan listrik untuk menghidupkan mesin
dan telepon untuk memesan bahan baku. Tagihan listrik dan telepon
termasuk dalam kategori ini.
2.3.2. Efisiensi Biaya Produksi
Menurut Fahmi dalam penelitian (Umair, 2018) efisiensi adalah
ukuran kinerja yang diukur selama pemrosesan sesuai dengan waktu yang
direncanakan. Semakin fokus tabungan Anda, semakin baik. Pengertian
lain terkait efisiensi biaya produksi adalah bagaimana sumber daya (input)
17

digunakan dengan benar dan tepat dalam proses produksi tanpa


membuang biaya produksi produk (output).
Dari dua definisi di atas, peneliti mengatakan bahwa efisiensi biaya
produksi adalah penggunaan sumber daya (input) dalam pembuatan
produk lean (output), terutama produk kerja (waktu) untuk mencapai
penghematan biaya.
2.4 Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang masalah persedian bahan baku umum terjadi pada
berbagai perusahaan, terdapat upaya untuk mengatasinya dengan menggunakan
metode Just In Time. Banyak terdapat penelitian-penelitian sebelumnya yang
dijadikan acauan adalah sebagai berikut:
1. Penelitian dilakukan oleh Fitrianur & Cahyani (2018) dengan judul “Penerapan
Sistem Just In Time (JIT) dalam Pengendalian Persediaan Bahan Baku (Studi
Kasus di UD. Sukri Dana Abadi, Ponorogo). Penelitian dilakukan melalui
pengumpulan data dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi dari
perusahaan. Hasil analisis dapat diketahui bahwa terjadi penghematan pada
penyimpanan persediaan bahan baku pada UD. Sukri Dana Abadi, Ponogoro
menggunakan prinsip Just In Time.
2. Penelitian kedua dilakukan oleh Aznedra & Safitri (2018) dengan judul
“Analisis Pengendalian Internal Persediaan dan Penerapan Metode Just In
Time Terhadap Efisiensi Biaya Persediaan Bahan Baku Studi Kasus Pt. Siix
Electronics Indonesia. Penelitian dilakukan melalui pengempulan data
perusahaan dengan pendekatan kualitatif. Hasil analisis yang di dapat bahwa
penerapan Just In Time untuk efisisensi biaya persediaan bahan baku, namun
pada hasil analisis pengendalian internal persedian tidak berjalan dengan baik,
begitupun dengan diterapkanya metode Just In Time.
3. Penelitian ketiga dilakukan oleh (Yosefa et al., 2020) dengan judul “Penerapan
Just In Time Untuk Meningkatkan Efisiensi Biaya Persediaan Bahan Baku
Pada PT. Jakarama Tama Medan. Penelitian dilakukan melalui pengumpulan
data dari perusahaan. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif,
penelitian menunjukkan bahwa PT. Jakarana Tama Medan menggunakan
18

metode Just In Time untuk meningkatkan efisiensi biaya persedian yang


menghemat 89,79% dengan total biaya persediaan sebesar Rp 14.763.686,-
dan penghematan yang terjadi selisih Rp 129.890,307.
2.5 Kerangka Pemikiran
Metode Just In Time dapat diterapkan di berbagai bidang fungsional di
dalam perusahaan seperti produksi, distribusi, pemebelian, administrasi dan lain
sebagainya. Tetapi, dalam bidang produksi merupakan bidang fungsional yang
paling sering menerapkan JIT dikarenakan sistem produksi merupakan awal dari
penerapan Just In Time sebelum diimplementasikan di berbagai bidang lainnya
(Balich & Mutia, 2020).
Gambar 2. 1

Kerangka Pemikiran

Gabour’s Bakery

Pengendalian
Persediaan Bahan Baku

Implementasi Metode
Just In Time

Biaya Bahan Baku Biaya Produksi


(Just In Time) (Just In Time)

Hasil Analisis Penelitian

Kesimpulan

Sumber Gambar: Hasil Observasi Peneliti


19

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilakukan di usaha kue dan roti Gabour’s Bakery. Gabour’s
Bakery Merupakan usaha yang bergerak di bidang kuliner lebih tepatnya usaha
kue dan roti yang berlokasikan di Banjar Batununggul, Desa Batununggul,
Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung. Lokasi dari usaha ini bisa
disebut cukup startegis, karena bertempat di daerah pusat keramaian di Nusa
Penida. Dengan lokasi yang ditempati saat ini, Gabour’s Bakery dapat
mempromosikan produknya kepada konsumen yang menetap maupun yang
berkunjung ke Nusa Penida. Pemilihan Gabour’s Bakery sebagai objek penelitian
dikarenakan beberapa fenomena yang ditemukan yaitu bagaimana usaha ini
dalam mengendalikan persediaan bahan baku dengan melihat permintaan
konsumen yang masih tetap stabil.
3.2. Jenis Data
Dalam penelitian yang dilakukan ini, penulis menggunakan metode
penelitian deskriptif kualitatif. Dengan metode ini, penulis dapat mengungkap
sebuah fenomena dengan menggunakan cara mendeskripsikan data melalui
cerita dan kata-kata pemilik usaha secara menyeluruh sesuai fakta yang terjadi
terhadap subjek penelitian. Penelitian deskriptif merupakan penilitian yang
bertujuan untuk mendeskripsikan secara detail dan terperinci tentang fenomena-
fenomena tertentu yang berkaitan dengan masalah yang diteliti dan disajikan
dalam penelitian.
3.3. Sumber Data
Didalam penelitian ini, sumber data yang digunakan penulis yaitu ,
sebagai berikut:
1. Data Primer
Data primer yang digunkan pada penelitian ini merupakan data yang
langsung didapat pada objek yang diteliti. Data primer yang diperoleh
20

merupakan hasil dari wawancara yang dilakukan dengan pemilik usaha yang
memberikan informasi mengenai objek yang diteliti.
2. Data Skunder
Data skunder didapatkan melalui sumber-sumber dan data perusahaan yang
dapat di publikasikan dan yang memang dijadikan acuan dalam proses
penelitian yang dilakukan agar dapat memperkuat dari hasil penelitian ini.
3.4. Informan Penelitian
Informasi ataupun data yang di peroleh melalui dua informan yaitu,
informan kunci dan non kunci. Informan kunci adalah pemilik usaha Gabour’s
Bakery dan forman non kunci adalah karyawan yang dipekerjakan pada usaha
ini. Informan kunci dapat memberikan keseluruhan data perusahaan yang
diperlukan untuk melengkapi penelitian. Sedangkan informan non kunci dapat
menyampaikan beberapa informasi yang kemungkinan tidak diberikan oleh
informan kunci untuk dapat di rangkum sebagai kelengkapan dari data yang di
kumpulkan.
3.5. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini yaitu peneliti itu sendiri. Untuk dapat hasil
dari penelitian yang dilakukan, peneliti melakukan survey atau observasi
langsung ke perusahaan, menyiapkan segala penuntuk wawancara yang berisi
beberapa pertanyaan yang sesuai dengan titik permasalahan yang diangkat
dalam penelitian. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya:
Handphone, perekam suara, kamera dan beberapa alat tulis untuk mendapatkan
data yang diperlukan.
3.6. Teknik Pengumpulan Data
Untuk menganalisis dan menginterpretasikan data dengan benar,
diperlukan data yang tepat dan sistematis agar hasil yang diperoleh dapat
menggambarkan keadaan objek yang diteliti dengan benar. Pada tahap
pengumpulan data, teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah:
21

1. Observasi
Observasi merupakan pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mendatangi langsung objek penelitian dan mencatat semua data yang
diperlukan. Dalam hal ini, peneliti terjun langsung ke lokasi penelitian untuk
mendapatkan data dengan melakukan pengamatan secara langsung
ketempat penelitian yang di pilih yaitu Usaha kue dan roti Gabour’s Bakery.
2. Wawancara
Dalam tahap wawancara, terdapat beberapa pertanyaan yang sebelumnya
telah disisipkan dan diajukan kepada orang yang dapat memberikan informasi
mengenai objek dan topik penelitian dengan cara tatap muka. Wawancara
dilakukan untuk menjalin komunikasi dengan pihak perusahaan untuk
mendapatkan data yang diperlukan yang berhubungan dengan topik
penelitian.
3. Dokumentasi
Pengumpulan dengan cara ini, data dapat dikumpulkan dengan cara
mencatat data-data dokumen maupun arsip yang dimiliki perusahaan yang
bersangkutan dengan masalah yang diteliti.
3.7. Teknik Analisis Data
Kegunaan dari analisis data adalah untuk mengolah data sedemikian
rupa, sehingga berhasil dikumpulkan kebenaran-kebenaran yang dapat dipakai
untuk menjawab persoalan-persoalan yang diajukan dalam penelitian.(Diaz &
Retnani, 2015). Analisis dilakukan dengan cara membandingkan antara teori-
teori yang diperoleh dari hasil studi kepustakaan dengan data-data yang
diperoleh saat survey dan studi lapangan.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
data kualitatif dengan menggunakan model analisis interaktif yang dikonsepkan
oleh Miles dan Huberman, yang meliputi kegiatan reduksi data, visualisasi data,
dan inferensi/verifikasi. (Gimeno-Gilles et al., 2016). Ada tiga macam kegiatan
dalam analisis dan kualitatif denagan model interaktif:
1. Reduksi data
22

Reduksi data berlangsung selama kegiatan penelitian. Reduksi data


dilakukan dengan memusatkan perhatian dan mencari bahan penelitian dari
literatur umum yang digunakan sesuai dengan pokok permasalahan yang
dikemukakan dalam rumusan masalah. Data yang relevan dianalisis dengan
cermat, sementara data yang kurang relevan dicadangkan. Setelah proses
reduksi data dilakukan, data diolah dengan menghitung data kuantitatif.
2. Display data
Setelah reduksi data, langkah selanjutnya adalah penyajian data. Penyajian
data mengatur data dalam pola relasional sehingga mudah dipahami.
Penyajian data juga akan membantu memudahkan untuk memahami apa
yang terjadi dan merencanakan pekerjaan lebih lanjut berdasarkan
pemahaman. Penyajian data dalam penelitian ini disajikan dengan teks naratif
dan peristiwa.
3. Kesimpulan/Verifikasi
Penarikan kesimpulan erat kaitannya dengan ukuran kumpulan catatan
lapangan dan kode-kode peneliti. Kesimpulan juga ditinjau selama penelitian.
Tinjauan dapat sesingkat pemikiran ulang yang melewati pikiran analis saat
menulis tinjauan catatan lapangan. Kesimpulan akhir dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui bagaimana menerapkan metode Just In Time dalam
penegndalian persediaan bahan baku untuk meningkatkan produktivitas
produksi di usaha Gabour’s Bakery.
3.8. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Menurut Creswell (2008) Melalui proses pengumpulan dan analisis data,
peneliti harus memastikan bahwa hasil dan interpretasinya benar. Memvalidasi
hasil berarti bahwa penyidik menentukan kebenaran atau kredibilitas hasil
dengan meninjau dan strategi triangulasi anggota. Ketika Anda melihat
pengumpulan data sebelumnya, yang telah memberlakukan keragaman sumber
data dan teori dinaikkan, kepatuhan dengan validitas data penelitian ini strategi
triangulasi digunakan. (Gimeno-Gilles et al., 2016).
Denzin (1978) dalam Madianto et al., (2016) Ada empat jenis triangulasi
dalam penelitian kualitatif, yaitu triangulasi metode, triangulasi antar penyidik,
23

triangulasi sumber, dan triangulasi rekayasa. Jenis triangulasi yang digunakan


peneliti adalah triangulasi metode, triangulasi sumber data, triangulasi teori.
1. Triangulasi sumber data terdiri dari menyelidiki kebenaran informasi tertentu
melalui berbagai metode dan sumber pengumpulan data. Selain wawancara
dan observasi, peneliti dapat, misalnya, menggunakan observasi partisipatif,
dokumen tertulis, arsip, dokumen sejarah, catatan resmi, catatan pribadi atau
tertulis, dan gambar atau foto. Tentunya masing-masing metode tersebut
akan memberikan bukti atau data yang berbeda, yang pada gilirannya akan
memberikan wawasan yang berbeda terhadap fenomena yang diteliti. Sudut
pandang yang berbeda ini akan menghasilkan dasar pengetahuan yang luas
untuk memperoleh kebenaran yang dapat dipercaya.
2. Triangulasi metode, triangulasi metode dilakukan dengan cara
membandingkan informasi atau data dengan cara yang berbeda. Seperti
diketahui dari penelitian kualitatif, peneliti menggunakan wawancara,
observasi, dan dokumentasi. Untuk memperoleh kebenaran informasi yang
dapat dipercaya dan gambaran yang lengkap tentang informasi tertentu,
peneliti dapat menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi atau
observasi untuk memverifikasi kebenarannya. Melalui berbagai perspektif
atau sudut pandang diharapkan akan tercapai hasil yang mendekati
kebenaran. Oleh karena itu, triangulasi dilakukan pada tahap ini jika data atau
informasi yang diterima dari subjek penelitian atau informan dipertanyakan.
Jika datanya tidak ambigu, misalnya berupa teks atau naskah/transkrip film,
novel dan sejenisnya, triangulasi tidak diperlukan. Namun, aspek lain dari
pelatihan masih berlangsung.
24

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada BAB ini, peneliti memaparkan sejumlah aspek penting yang ditemukan
selama melakukan penelitian dalam ruang lingkup penerapan Just In Time yang
dilakuakan pada usaha Gabour’s Bakery, serta terdapat pembhasan yang akan
disajikan terkait penemuan penelitian yang dilakukan. Adapun metode yang
digunakan peneliti dalam pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dengan
observasi, wawancara, dan dokumentasi dengan beberapa informan yang sudah
ditentukan. Sebelum menjelaskan segala pembahasan atau hasil dari penelitian ini,
peneliti akan menjelaskan gambaran umum dari objek penelitian seperti berikut.
4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian
4.1.1 Sejarah Singkat Usaha Gabour’s Bakery
Sesuai beberapa data yang di dapatkan melalui wawancara yang
dilakaukan dengan pemilik usaha Gabour’s Bakery yang bernama Desak
Ketut Widyawati. Bahwasanya usaha yang berjalan saat ini sudah
berlangsung dari sejak tahun 2003, usaha ini muncul karena merupakan
hobi makan kue yang digemari oleh pemilik usaha yang kemudian memiliki
ide untuk membuat kue sendiri di rumah. Hasil kue yang di produksi
awalnya dipasarkan ke tetangga yang ada di sekitaran lingkungan rumah.
Hasil produksi yang ditawarkan pada saat itu adalah kue mangkok kukus
dan kue mapin. Sebelum seperti sekarang, proses produksi dari usaha ini
tidak teratur, kadang aktif kadang tidak dan juga tidak memiliki target yang
tertentu. Sebelumnya usaha ini sempat vakum cukup lama karena pemilik
usaha ini disibukkan dengan pekerjaan dia sebagai pegawai koperasi. Pada
tahun 2006 dengan dukungan keluarga dan dengan niatan untuk
mengembangkannya, usaha ini mulai aktif kembali dan dikenal masyarakat.
Sejak saat itu, usaha ini memperluas pemasarannya ke lingkup pasar
tradisional. Hasil produksinya sudah mulai ada peningkatan dan berfariasi,
seperti kue tart, brownis, bolu gulung, dan berbagai macam kue dan roti
lainnya. Dalam melanjutkan usahanya dan melakukan proses
25

produksi,usaha ini mempekerjakan sumber daya manusia yang dimana


dibagi berdasarkan pembagiannya. Pekerja yang dipekerjakan memiliki
tugas tambahan yang fleksibel yang artinya dapat bekerja di setiap bagian
ketika di butuhkan.Hingga ankhirnya usaha ini berlangsung sampai saat ini,
dikenal oleh seluruh masyarakat nusa penida dan memiliki banyak relasi
untuk memasarkan produk dari hasil produksinya. Adapun lokasi dari objek
penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada gambar berikut.
Gambar 4. 1
LOKASI PENELITIAN

Sumber Gambar: Hasil Observasi Peneliti

Seperti yang dapat di lihat pada gambar di atas, usaha ini terletak
di tempat yang cukup center di Pulau Nusa Penida. Usaha ini berlokasikan
di Jalan Pasir Putih, Banjar Batununggul, Kecamatan Nusa penida,
Kabupaten Klungkung. Lebih tepatnya sekitar 30 meter di depan Salon
Aswin yang tepat berada di depan tempat usaha Gabour’s Bakery. Terlihat
lokasi dari usaha ini sangat mudah untuk diketahui dan di akses oleh
konsumen. Sebelumnya usaha ini tidak memiliki penanda seperti yang
ditunjukkan pada gambar 4.1 diatas, usaha ini hanya mengandalkan
promosi melalui mulut ke mulut dari pelanggan. Ketika usaha ini banyak
diperbincangkan di masyarakat, pemilik usaha ini menyadarinya. Dengan
melihat peluang yang ada, pemilik usah memutuskan untuk membuatkan
penanda lokasi usaha tersebut untuk memudahkan pelanggan atau
konsumen lainnya untuk mencari lokasi dari usaha Gabour’s Bakery ini.
Adanya plang penanda dengan menampilkan logo dari usaha ini yang
26

terpasang di depan tempat usaha ini, sangat mudah bagi pelanggan untuk
mengenali usaha Gabour’s Bakery ini. Adapun logo dari usaha kue dan roti
Gabour’s Bakery pada gambar berikut.
Gambar 4. 2
Logo Usaha Kue dan Roti Gabour’s Bakery

Sumber Gambar: Pimpinan Usaha Kue dan Roti Gabour’s Bakery

Dengan gambar di atas menunjukkan logo dari usaha kue dan roti
Gabour’s Bakery. Dari logo tersebut terdapat gambar kue dan tulisan yang
bertuliskan Gabour’s Bakery. Mengupas dari pernyataan yang diberikan
oleh pemilik usaha ini, arti dari gambar kue yang menghiasi logo tersebut
merupakan hasil dari usaha yang dijalankannya bahwasanya usaha yang
di gerakakan ini adalah usaha yang menghasilkan produk yaitu berupa kue.
Sedangkan tulisan Gabour’s Bakery yang berada di bawah gambar kue
tersebut merupakan pecahan dari dua kata yaitu “Gabour’s” yang dimana
kata tersebut diambil dari nama panggilan dari pemilik usaha ini, kata
“Bakery” yang artinya toko roti. Adapun warna oranye yang menjadi dasar
dari logo tersebut yang dapat diartikan bahwa usaha ini menanamkan jiwa
semangat yang pantang menyerah dan tetap menyala untuk sebuah
pembaharuan dari diri sendiri untuk hasil yang maksimal. Untuk
menambahkan modernisasi penamaan sebuah usaha, pemilik usaha ini
memilih untuk menterjemahksn toko kue Gabour ke dalam bahasa inggris
27

dengan naman usaha Gabour’s Bakery yang saat ini dikenal masyarakat
Nusa Penida.
4.1.2 Tujuan Usaha Kue dan Roti Gabour’s Bakery
Usaha kue dan roti Gabour’s Bakery memiliki tujuan yang ingin
dicapai dimasa yang akan datang, yaitu sebagai berikut.
1. Pemenuhan Produksi
Usaha Gabour’s Bakery ingin meningkatkan produktivitas
usahanya untuk pemenuhan permintaan dari konsumen. Dengan
merealisasikan keinginan ini, maka Usaha ini ingin memaksimalkan
bahan baku yang dimiliki dengan meminimalkan biaya pembelian bahan
baku dan berkeinginan untuk meningkat jumlah produksi per hari agar
bisa memenuhi permintaan konsumen.
2. Mengoptimalkan Laba
Dengan meningkatnya produktivitas pada usaha ini maka laba
yang dicapai akan lebih optimal. Maka dari itu dapat menyeimbangkan
antara penerimaan dengan pengeluaran yang terjadi pada proses
produksi.
4.1.3 Struktur Organisasi Usaha Kue dan Roti Gabour’s Bakery
Gambar 4. 3
Struktur Organisasi Usaha Kue dan Roti Gabour’s Bakery

Pimpinan

Bagian Produksi Bagian Pendinginan dan


menghias

Bagian Pengkemasan

Bagian Pemasaran

Sumber Gambar: Pemilik Usaha Gabour’s Bakery


28

Penjelasan dari struktur organisasi yang di tunjukkan diatas:

1. Pimpinan
Pimpinan atau pemilik usaha kue dan roti Gabour’s Bakery memiliki
tugas untuk mengawasi jalan dari proses produksi, serta ikut dalam
memproduksi sebuah produk dan mengelola segala bentuk
pengeluaran untuk pemebelian bahan baku.
2. Bagian Produksi
Bagian produksi bertugas untuk menghasilkan produk dari proses
produksi didalamnya seperti mencampurkan bahan baku, pencetakan,
pemanggangan, dan pembentukan hasil produksi agar lebih menarik.
Karyawan pada bagian ini tidak hanya berpaku pada tugas yang di
dapatkan, namun karyawan pada bagian ini juga dapat ikut serta ke
dalam bagian pendinginan dan pengkemasan.
3. Bagian Pendinginan dan Penghiasan
Pada bagian ini bertugas untuk mendinginakan dan menghias produk
yang dihasilkan dari bagian produksi sebelum produk di kemas dan
dipasarkan. Sama seperti bagian lainnya, karyawan pada bagian ini
tidak hanya berpaku pada tugasnya masing-masing, namun karyawan
pada bagian ini juga dapat ikut membantu bagian produksi untu proses
produksi.
4. Bagian Pengkemasan
Pada bagian ini produk yang telah selesai dihias maka produk akan di
kemas pada bagian ini. Untuk bagian ini seluruh karyawan yang telah
menyelesaikan tugas pada bagiannya dapat ikut serta dalam
pengemasan produk yang sudadh siap di pasarkan.
5. Bagian Pemasaran
Pada bagian ini, seluruh yang terlibat dalam usaha kue dan roti
Gabour’s Bakery ini bertugas untuk memasarkan hasil dari produksi
yang dilakukan untuk nantinya memperluasa pasar ataupun
mempromosikan produk yang dihasilkan demi mendapatkan
keuntungan.
29

4.1.4 Keryawan
Keryawan merupakan sumber daya manusia yang menggunakan
kemampuannya untuk mendapatkan balasan berupa uang maupun bentuk
lainnya dari para pemeberi kerja. Pada usaha Gabour’s Bakery
membutuhkan karyawan untuk keberlangsungan usahanya dalam
menghasilkan sebuah produk untuk memenuhi permintaan konsumen.
1. Jumlah Karyawan
Jumlah Keryawan keseluruhan yang ada pada usaha kue dan
roti Gabour’s Bakery berjumlah 3 orang, yang terdiri dari:
a. Pimpinan/ Bagian pemasaran 1 orang
b. Bagian produksi 1 orang
c. Bagian pendinginan dan Pengkemasan 1 orang
2. Waktu kerja
Untuk waktu kerja pada usaha Gabour’s Bakery dimulai mulai
dari hari senin sampai hari kamis dengan waktu kerja yang berlaku
sebagai berikut.

Jam Kerja : 08.00 – 17.00

Jam Istirahat : 12.00 – 13.00


4.1.5 Sistem Penggajian Pengupahan
Karyawan pada usaha kue dan roti Gabour’s Bakery gajinya
dihitung setiap hari yang dimana setiap harinya mendapatkan Rp 60.000-,.
Pemberian gaji pada usaha ini berdasarkan hari dan lamanya seorang
pekerja itu bekerja. Penggajian dilakukan selama 1 bulan sekali.
4.1.6 Proses Produksi
1. Bahan
Bahan yang dimaksud disini yaitu bahan baku yang digunakan
dalam proses produksi pada usaha kue dan roti Gabour’s Bakery.
30

Gambar 4. 4
Gudang Penyimpanan Bahan Baku Usaha Gabour’s Bakery

Sumber Gambar: Hasil Observasi Peneliti

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan pemilik usaha
Gabour’s Bakery, Bahan baku yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Tepung terigu
b. Telur
c. Blueband
d. Pengembang kue
e. Keju
f. Soda kue
g. Susu serbuk
h. Coklat Batangan
i. Gula
2. Mesin dan Peralatan
Gambar 4. 5
Beberapa Alat Yang Digunakan Pada Usaha Gabour’s Bakery

Sumber Gambar: Hasil Observasi Peneliti

Mesin dan peralatan merupakan alat yang digunakan untuk


mendukung seluruh kegiatan produksi terhadap bahan baku untuk
menyelesaikan suatu produk yang dihasilkan oleh suatu usaha. Pada
usah kue dan roti Gabour’s Bakery, mesin dan perlatan yang
digyunakan yaitu sebagai berikut.
a. Mixer otomatis ukuran sedang
b. Mixer manual ukuran sedang
c. Oven ukuran besar berbahan bakar gas
d. Oven ukuran besar menggunakan listrik
e. Loyang kue
f. Cetakan
g. Spatula
h. Ayakan
i. Kertas roti
j. Piping bag dan Spuit
k. Rak pendingin
l. Rolling pin
m. Sendok dan gelas ukur
n. Kardus Pembungkus kue
o. Mika pembungkus

31
32

p. Pisau
3. Proses Produksi
a. Pencampuran
Seluruh bahan baku seperti tepung terigu, telur, blueband,
pengembang kue, keju, soda kue, susu serbuk, coklat batangan,
gula untuk pembuatan kue dan roti pada usaha Gabour’s Bakery
dicampur menggunakan mesin pencampuran yang ada sesuai
takaran yang telah ditentukan. Kemudian di proses selama 5 menit
untuk mendapatkan hasil yang diinginkan sebelum di dimasukkan
ke mesin pemanggangan.
b. Pemanggangan
Setelah seluruh bahan baku telah tercampur, adonan
dimasukkan kedalam loyang dan kemudian di masukkan kedalam
mesin pemanggangan selama 30 menit untuk proses pematangan
bahan baku menjadi bahan yang diinginkan.
c. Pendinginan
Adonan yang telah dipanggang selanjutnya akan
didinginkan terlebih dahulu pada rak pendingin. Tujuan dari hal ini
yaitu agar adonan tidak panas dan menjadi lebih kuat saat
pencetakan.
d. Pencetakan
Adonan yang sudah selesai di panggang dan didinginkan
akan di cetak menggunakan alat pencetakan yang telah disiapkan
agar mendapatkan bentuk sesuai yang diinginkan.
e. Menghias kue
Untuk menambah nilai jual dan menarik minat kunsumen
maka menghias hasil adonan yang telah dicetak merupakan proses
yang terbilang cukup penting. Proses ini adalah dimana
menuangkan ide kratif para pekerja agar nilai dari hasil produksi
meningkat.
33

f. Pengkemasan
Bagian ini adalah proses yang paling terakhir dalam proses
produksi yang dimana pada proses ini, hasil produksi yang telah
siap untuk di pasarkan akan di kemas menggunakan kardus
maupun mika yang ditentukan oleh usaha tersebut untuk menjaga
hasil produksi agar tetap terjaga kualitasnya dan mutunya.
Disamping itu kemasan yang digunakan dapat membantu menarik
minat para konsumen kepada produk yang dijual di pasaran.
Gambar 4. 6
Proses Pengkemasan Pada Usaha Gabour’s Bakery

Sumber Gambar: Hasil Observasi Peneliti


Pada gambar diatas menunjukkan proses pengkemasan
yang dilakukan oleh karyawan pada usaha kue dan roti Gabour’s
Bakery. Dimana jelas di tunjukkan bahwa pada proses ini karyawan
daan pimpinan atau pemilik usaha ikut dalam pengkemasan produk
yang selessai di produksi yang siap akan dikirmkan kepada
konsumen.
4.1.7 Pemasaran
1. Daerah Yang Dipasarkan
Usaha kue dan roti Gabour’s Bakery memasarkan hasil produksinya di
pasar tradisional dan masyarakat di daerah Nusa Penida. Tidak hanya
di pasar tradisional, usaha ini juga memasarkan produknya melalui
toko-toko kecil yang ada di daerah nusa penidan dan juga pengecer
34

yang nantinya dapat dijangkau oleh konsumen yang berada di nusa


penida. Denagn berkembangnya teknologi yang luar biasa seperti
sekarang, usaha kue dan roti Gabour’s Bakery juga aktif dalam
pemasaran di sosial media. Dengan demikian dapat dilihat bahwa
daerah yang menjadi target pasar pada usaha ini tidak hanya di Nusa
Penida maupun di luar dari Nusa Penida, namun untuk saat ini sebagian
besar daerah yang menjadi target yaitu daerah sekitar Nusa Penida.
2. Penetapan Harga Dan Kebijakan
Pada usaha kue dan roti Gabour’s Bakery dalam menentukan harga,
usaha ini melihat tergantung ukuran, jenis dan varian yang dihasilkan,
seperti halnya untuk jenis kue bolu berukuran kecil di berikan harga Rp
25.000, sedangkan untuk ukuran besar dengan harga Rp 40.000. Untuk
jenis kue ulang tahun, harga yang ditetapkan oleh usaha kue dan roti
Gabour’s Bakery berdasarkan varian, jenis dan ukuran kue tersebut.
Kue ulang tahun dengan varian vanilla di beri harga Rp 100.000, untuk
yang varian black forest berukuran kecil seharga Rp 120.000, untuk
ukuran sedang seharga Rp 200.000, sedangkan untuk ukuran yang
besar seharga Rp 250.000. Kue ulang tahun yang jenisnya bertingkat
satu diberikan harga Rp 300.000, sedangkan untuk yang bertingkayt
dua ditetapkan dengan harga Rp 400.000. Harga yang telah ditetapkan
oleh usaha Gabour’s Bakery ini tidak akan mengalami perubahan
sekalipun harga bahan baku mengalami perubahan.
3. Saluran Distribusi
Pada usaha kue dan roti Gabour’s Bakery terdapat saluran
pendistribusian hasil produksinya yaitu; pertama Gabour’s Bakery
memasarkan produknya ke pedagang kue yang ada di pasar tradisional
dan pengecer yang nantinya akan di beli oleh konsumen. Yang kedua,
konsumen dapat langsung memesan kepada produsen untuk jumlah
dan jenis kue yang diinginkan setelah itu produsen memproduksi sesuai
pesanan yang diterima.
35

4.2. Analisis Data


4.2.1 Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber data terdiri dari menyelidiki kebenaran
informasi tertentu melalui berbagai metode dan sumber pengumpulan data.
Selain wawancara dan observasi, peneliti dapat, misalnya, menggunakan
observasi partisipatif, dokumen tertulis, arsip, dokumen sejarah, catatan
resmi, catatan pribadi atau tertulis, dan gambar atau foto. Tentunya masing-
masing metode tersebut akan memberikan bukti atau data yang berbeda,
yang pada gilirannya akan memberikan wawasan yang berbeda terhadap
fenomena yang diteliti. Sudut pandang yang berbeda ini akan menghasilkan
dasar pengetahuan yang luas untuk memperoleh kebenaran yang dapat
dipercaya.
Pada penelitian ini, dalam kegiatan observasi peneliti langsung
melakukan wawancara dengan pemilik usaha Gabour’s Bakery untuk
mencari tahu bagaimana usaha Gabour’s Bakery ini dalam mengukur
pemenuhan produksi, juga yang menjadi penghambat dan upaya yang
dilakukan dalam pemenuhan produksi serta peneliti mencari tahu
perhitungan pengendalian bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya
overhead pabrik kepada pemilik usaha yang nantinya peniliti gunakan
sebagai dasar mengumpulkan data mengenai fenomena penelitian yang
diangkat, dimana dalam wawancara ini pemilik usaha menytakan bahwa:
“Dalam mengukur pemenuhan permintaan produksi terhadap
konsumen kami, kami sejujurnya masih menerka-nerka untuk
jumlah produksi untuk memenuhi permintaan itu dengan melihat
jumlah permintaan sebelum-sebelumnya, namun selama
penargetan kami selama ini masih berjalan mulus, namun kadang
juga kami dengan menerka permintaan untuk hari yang akan
datang semisal sekitar 20 produk namun ternyata hanya 17
produk kue yang terjual. Jadi kadang mengalami tidak ketepatan
dalam penargetan produksi dalam mengukur permintaan. Selama
ini dalam penargetan jumlah produksi kami masih cukup tepat.
Kami juga masih bingung dengan cara apa kami harus
menargetkan jumlah produksi kami. Jadi selama ini mungkin
penghambatnya yang paling sering kami temukan itu dari
perhitungan pembelian ataupun pemakain bahan baku yang
kurang tepat untuk jumlah produksi sekian menggunakan bahan
36

baku sekian, kami masih belum bisa memaksimalkan


pengendalian bahan baku untuk meminimalisir persediaan yang
kami punya. Untuk sekarang upaya yang kami lakukan dalam
pemenuhan ya dengan cara menyiapkan atau memproduksi
dalam jumlah yang lebih dari biasanya untuk mengantisipasi jika
ada permintaan yang masuk, namun dalam hal ini kami tidak bisa
mengontrol persediaan bahan baku yang kami punya”
Selanjutnya untuk perhitungan pengendalian bahan baku, pemilik
usaha memberikannya melalui salinan pada kertas yang sudah peneliti
siapkan.

Pada hari berikutnya peneliti mencari tahu dari sudut pandang


yang berbeda yaitu dengan melakukan wawancara bersama karyawan
yang sedang menunggu proses produksi dengan pertanyaan yang sama,
karyawan tersebut menyatakan bahwa :
“Selama ini setahu saya dalam memenuhi permintaan untuk
setiap hari maupun perbulannya biasanya kita melihat jumlah
yang sebelum-sebelumnya, menerka-nerka juga untuk jumlahnya
itu tergantung jika ada hari raya, kita nargetinnya lebih dari jumlah
produksi hari biasa. Hmmm….hambatannya mungkin belum bisa
mengotrol persediaan aja sih yang mengakibatkan proses
produksi dan perhitungan penargetan jumlah produksi yang
kurang maksimal. Untuk upaya yang dilakukan belum ada solusi
yang tepat, setahu saya dari pimpinan hanya menyiapkan produk
untuk jaga-jaga saja”
Karena karyawan harus mengerjakan kembali tugasnya,
wawancara peneliti cukupkan. Dengan informasi yang diberikan pemilik
usaha dan karyawan pada usaha tersebut dapat memeberikan wawasan
untuk dapat mengembangkan dan melengkapi penelitian yang dilakukan

4.2.2 Triangulasi Metode


Triangulasi metode dilakukan dengan cara membandingkan
informasi atau data dengan cara yang berbeda. Seperti diketahui dari
penelitian kualitatif, peneliti menggunakan wawancara, observasi, dan
dokumentasi. Untuk memperoleh kebenaran informasi yang dapat
dipercaya dan gambaran yang lengkap tentang informasi tertentu, peneliti
dapat menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi atau
37

observasi untuk memverifikasi kebenarannya. Melalui berbagai perspektif


atau sudut pandang diharapkan akan tercapai hasil yang mendekati
kebenaran. Oleh karena itu, triangulasi dilakukan pada tahap ini jika data
atau informasi yang diterima dari subjek penelitian atau informan
dipertanyakan. Jika datanya tidak ambigu, misalnya berupa teks atau
naskah/transkrip film, novel dan sejenisnya, triangulasi tidak diperlukan.
Namun, aspek lain dari pelatihan masih berlangsung.
Dalam wawancara yang dilakukan peneliti dengan pemilik usaha
dan karyawan pada usaha Gabour’s Bakery menemukan terdapat kendala
yaitu dalam perhitungan dan pengendalian bahan baku untuk meminimalisir
terjadinya kekurangan bahan baku untuk di proses demi pemenuhan
produksi terehadap konsumen. Dari pengamatan peneliti selama
melakukan observasi pada usaha Gabour’s Bakery, pengendalian bahan
baku untuk proses produksi sangat berpengaruh dalam pemenuhan
produksi terhadap permintaan pelanggan. Dikarenakan metode
pegendalian bahan baku pada usaha ini masih menggunakan metode yang
tradisional sehingga menimbulkan biaya-biaya lainnya yang menyebabkan
biaya untuk pembelian bahan baku menjadi terbagi. Pada persediaan
bahan baku melimpah namun tidak dapat terkendali dengan baik.
4.3. Penyajian Data
4.3.1 Data Produksi dan Penjualan
Dalam usaha Gabour’s Bakery produksi dilakukan setiap hari
dengan ketentuan waktu kerja yang telah ditentukan. Dalam proses
produksi, usaha ini menetapkan setiap satu bulan menghasilkan produk
sebanyak 200 pcs kue dengan rincian 12 – 13 kue per harinya. Produksi
bisa bertambah ketika adanya permintaan yang meningkat, seperti
contohnya ketika ada hari raya besar umat Hindu seperti Galungan,
Kuningan, Nyepi, Saraswati dan lain sebagainya, produksi akan bertambah
hingga 100 pcs per setiap hari raya. Untuk data penjualan yang ada pada
usaha Gabour’s Bakery berdasarekan jumlah produksi. Jika produksi
sebanyak 200 pcs maka penjualannya juga 200 pcs. Jika produksi
38

meningkat menjadi 300 pcs, maka penjualan akan mengikuti jumlah


produksi. Dimana pada kondisi ini usaha Gabour’s Bakery jarang adanya
kelebihan dan kekurangan produksi. Untuk lebih rinci dapat dilihat pada
tabel 4.6.

4.3.2 Data Bahan Baku Produksi dan Data Pembelian Bahan Baku
Tabel 4. 1
Harga Bahan Baku dan Pembelian Bahan Baku Per Bulan
Bahan Baku Volume/ Bulan Harga/Kg

Tepung terigu 182 kg 11.000


Telur 840 btr 1.500
Blueband 120 kg 42.500
Pengembang Kue 15 kg 64.000
Keju 20 kg 7.000
Soda Kue 2 kg 10.000
Susu bubuk 10 kg 9.600
Cokelat Batangan 120 kg 5.000
Gula 200 kg 13.000
Sumber Gambar: Hasil wawancara Dengan Pemilik Usaha Gabour’s Bakery
Berikut merupakan rincian harga bahan baku serta volume bahan
baku yang digunakan selama satu bulan pada usaha kue dan roti Gabour’s
Bakery.
Pembelian bahan baku terutama tepung terigu dilakukan 2 kali
yang dimana pada pengiriman pertama dikirim sebanyak 92 Kg dan pada
pengiriman kedua sebanyak 90 Kg. Dengan akumulasi selama satu bulan
usaha Gabour’s Bakery menggunakan bahan baku tepung terigu sebanyak
182 Kg dengan jumlah pengiriman sebanyak 2 kali. Selanjutnya untuk
pembelian telur dalam usaha ini dilakukan 1 kali dalam satu bulan sebanyak
840 butir telur. Untuk pembelian blueband dilkaukan 1 kali dalam sebulan
sebanyak 120 Kg. Kemudian pengembang kue sebanyak 15 Kg, Keju 20
Kg, Soda kue 2 Kg, Susu bubuk 10 Kg, Cokelat Batangan 120 Kg. Semua
bahan baku tersebut dikirim 1 kali dalam 1 bulan. Sedangkan untuk bahan
baku gula dikirim 2 kali dalam sebulan. Untuk pengiriman pertama dikirim
sebanyak 100 Kg dan pengiriman kedua sebanyak 100 Kg yang
39

diakumulasikan menjadi 200 Kg selama 1 bulan. Berikut merupakan rincian


pembelian dan pemakaian bahan baku sebagai berikut:
Tabel 4. 2
Rincian Pembelian dan Pemakaian Bahan Baku Per Bulan
Bahan Baku Pembelian Pemakaian

Tepung terigu 182 Kg 180 Kg


Telur 840 Btr 800 Kg
Blueband 120 Kg 100 Kg
Pengembang Kue 15 Kg 14 Kg
Keju 20 Kg 19 Kg
Soda Kue 2 Kg 1 Kg
Susu bubuk 10 Kg 9 Kg
Cokelat Batangan 120 Kg 100 Kg
Gula 200 Kg 170 Kg
Sumber Gambar: Usaha Kue dan Roti Gabour’s Bakery
4.3.3 Biaya Pemesanan
Dalam mendapatkan bahan baku, usaha kue dan roti Gabour’s
Bakery harus melakukan pemesanan terlebih dahulu. Dari hasil
perbincangan peneliti mengenai biaya pemesanan, pemilik usaha
menjelaskan bahwa pemesanan bahan baku pada usaha ini dilakukan di
seberang Nusa Penida yaitu Kota Denpasar. Dengan melihat keadaan yang
tidak memungkinkan pemilik usaha untuk selalu datang kepada pemasok
untuk melakukan pemesanan bahan baku, pemilik usaha Gabour’s Bakery
memanfaatkan telepon sebagai alat penghubung antara pemilik usaha
dengan pemasok bahan baku. Waktu yang digunakan untuk telepon sekitar
2 menit yang menghabiskan Rp. 1.000 -, untuk biaya per pemesanan bahan
baku.
4.3.4 Jumlah Hari Kerja
Pada Usaha kue dan roti Gabour’s Bakery, hari senin sampai
dengan hari kamis yaitu 4 kali kerja dalam 1 minggu merupakan jadwal
tetap untuk karyawan. Jumlah hari kerja pada usaha kue dan roti Gabour’s
Bakery dapat ditunjukkan pada table dibawah ini.
40

Tabel 4. 3
Jumlah Hari Kerja Tahun 2021 Pada Usaha Gabour’s Bakery
Bulan Jumlah Hari Kerja
Januari 17
Februari 16
Maret 17
April 18
Mei 16
Juni 16
Juli 16
Agustus 17
September 16
Oktober 16
November 18
Desember 16
Total 199
Sumber Gambar: Usaha Kue dan Roti Gabour’s Bakery,2021 (diolah)

4.3.5 Biaya Penyimpanan


Dalam usaha Gabour’s Bakery menggunakan gudang dalam
menyimpan bahan baku. Dalam gudang tersebut terdapat lampu 30 Watt 2
buah yang dimana 30 x 2 = 60 Watt = 0,06 kWh yang digunakan selama 5
jam. Tarif dasar listrik/ April 2021 untuk golongan R1 2.200 VA Rp 1.444,70
perhitungannya :
a. Golongan R1 = 0,06 kWh x 5 Jam x 16 hari x Rp 1.444,70
= Rp 6.934,56 / bulan
b. Tarif listrik satu hari = Rp 6.934,56 ÷ 16 hari kerja
= Rp 433,41
4.3.6 Biaya Overhead Pabrik
Biaya overhead pabrik dalam usaha kue dan roti Gabour’s Bakery
terdiri dari :
1. Biaya Bahan Penolong
Biaya pembelian peralatan atau bahan penolong untuk
memproduksi sebuah produk dalam usaha ini yaitu biaya pembelian
kotak atau kardus kue yang dikelurkan setiap satu bulan sebesar Rp
1.000.000,- sebanyak 100 kardus dengan rincian 1 kardus Rp 10.000,-
41

pembelian dilkaukan sekali dalam sebulan. Biaya pembelian alas kue


yang dikeluarkan setiap bulannya yaitu Rp 250.000,- sebanyak 100 pcs
dengan rincian Rp 2.500,- /pcs. Pembelian mika bolu yang dikeluarkan
yaitu Rp 1.000.000,- sebanyak 200 pcs setiap satu bulan dengan rincian
1 mika seharga Rp 5.000,-/pcs. Biaya pembelian plastik 1 ball yang
mengeluarkan Rp 80.000,-/bulan. Dan Biaya pem belian isolasi bening
ukuran kecil sebanyak 10 pcs selama sebulan dengan harga Rp
35.000,- dengan rincian harga 1 pcs seharga Rp 3.500,-.
2. Biaya Transportasi
Usaha kue dan roti Gabour’s Bakery melakukan pembelian
bahan baku keju, pengembang kue, coklat batangan, gula dan blueband
di Denpasar dengan pengirimannya menggunakan kendaraan dan
transportasi laut yaitu dengan boat cepat setiap sebulan sekali. Biaya
yang dikeluarkan sebesar Rp. 50.000,- untuk kendaran mobil dan Rp
25.000,- untuk ongkos boat. Untuk bahan baku lainnya seperti tepung
terigu, telur, soda kue, susu, pemilik usaha membelinya di pasar
Agrobis dengan biaya transportasi Rp 20.000,- setiap bulannya.
3. Biaya Listrik dan Air
Biaya listrik dan air yang dikelurkan oleh usaha Gabour’s
Bakery yaitu sebesar Rp 300.000,- untuk biaya listrik dan Rp 60.000,-
untuk biaya air per setiap bulan.
Jadi Untuk total yang dikeluarkan usaha kue dan roti Gabour’s
Bakery untuk keseluruhannya yaitu sebesar Rp 2.820.000,-.
4.3.7 Waktu Selama Produksi
Pada usaha kue dan roti Gabour’s Bakery dalam memproduksi
produk kue dan roti membutuhkan waktu masing-masing pada setiap
proses produksi yang dilewati. Waktu selama proses produksi pada usaha
ini dapat ditunjukkan pada tabel berikut.
42

Tabel 4. 4
Waktu Selama Produksi/Hari Pada Usaha Gabour’s Bakery

Proses Waktu Yang Diperlukan (menit)


Pencampuran 5 menit
Pemanggangan 30 menit
Pendinginan 30 menit
Pencetakan 10 menit
Menghias 60 menit
Pengkemasan 20 menit
Sumber Gambar: Usaha Kue dan Roti Gabour’s Bakery,2021

4.3.8 Biaya Tenaga Kerja Langsung


Biaya tenaga kerja langsung pada usaha kue dan roti Gabour’s
Bakery, dalam hasil wawancara yang dilakukan peniliti bahwa ditetapkan
oleh usaha tersebut dengan menggunakan ketentuan berdasarkan hari
maupun lamanya karyawan tersebut bekerja, yaitu Rp 60.000,-/hari untuk
seluruh pekerja dalam melaksanakan proses produksi sampai hingga ke
pemasarannya.

Tabel 4. 5
Biaya Tenaga Kerja Langsung tahun 2021
Bulan Biaya Tenaga Kerja Langsung
(Rp)
Januari 1.020.000
Februari 960.000
Maret 1.020.000
April 1.080.000
Mei 960.000
Juni 960.000
Juli 960.000
Agustus 1.020.000
September 960.000
Oktober 960.000
November 1.080.000
Desember 960.000
Total 23.880.000
Sumber Gambar: Usaha Kue dan Roti Gabour’s Bakery,2021 (diolah)
43

4.3. Pembahasan dan Hasil Analisis Data


4.3.1 Analisis Perhitungan Biaya Produksi Menggunakan Perhitungan
Tradisional Pada Usaha Kue dan Roti Gabour’s Bakery Tahun 2022
Sekian lama berjalannya usaha ini, pada usaha kue dan roti
Gabour’s Bakery menggunakan perhitungan biaya produksi tradisional
yang dimana usaha ini memproduksi berdasarkan kemampuan seberapa
bisa memproduksi. Jumlah produksi pada usaha ini ditentukan dengan
perhitungan tradisional dengan jumlah produksi sebelumnya. Dengan ini
pengendalian terhadap bahan baku pada usaha ini tidak berjalan dengan
baik. Diawah akan ditunjukkan jumlah produksi dan jumlah produk yang
terjual.

Tabel 4. 6
Data Produksi dan Penjualan Tahun 2021 Pada Usaha Gabour’s Bakery
Bulan Produksi Penjualan Selisih
Januari 300 pcs 300 pcs 0
Februari 200 pcs 200 pcs 0
Maret 300 pcs 300 pcs 0
April 400 pcs 400 pcs 0
Mei 200 pcs 200 pcs 0
Juni 200 pcs 200 pcs 0
Juli 200 pcs 200 pcs 0
Agustus 300 pcs 300 pcs 0
September 200 pcs 200 pcs 0
Oktober 200 pcs 200 pcs 0
November 400 pcs 400 pcs 0
Desember 200 pcs 200 pcs 0
Sumber Gambar: Usaha Kue dan Roti Gabour’s Bakery,2021 (diolah)

Pada usaha Gabour’s Bakery, bahan baku akan diolah menjadi


produk jadi dengan jumlah produk perhari yaitu 13 pcs kue. Untuk
pembelian bahan baku ada yang dibeli 2 kali dalam sebulan adapun sekali
dalam 1 bulan di tempat yang berbeda. Untuk beberapa bahan baku seperti
keju, gula, coklat batangan, pengembang kue dan blueband di pesan di
Denpasar dan untuk beberapa bahan baku seperti tepung terigu, telur, soda
kue, dan susu di pesan di Nusa Penida. Pada usaha Gabour’s Bakery
44

memiliki kebijakan untuk tidak menghitung produk yang rusak atau cacat
dikarenakan kerusakan pada produk jarang terjadi bahkan tidak sama
sekali pada setiap produksi, maka usaha ini mengasumsikan bahwa tidak
adanya produk yang cacat. Untuk jumlah pembelian bahan baku dapat
dilihat pada tabel 4.3. Untuk perhitungan permintaan produk tahun 2022
pada usaha Gabour’s Bakery sebulumnya hanya menerka-nerka perkiraan
jumlah permintaan tahun sebelumnnya. Namun disini peneliti menyarankan
dan mencoba menghitung permintaan yang akan datang dengan
menggunakan metode peramalan Master Production Schedul (MPS) yang
diperoleh berdasarkan data permintaan pada tahun 2021. Berikut tabel
perinciannya.

Tabel 4. 7
Peramalan Permintaan Produksi Usaha Kue dan Roti
Gabour’s Bakery Tahun 2022

Bulan Periode (t) Penjualan Y(t) t2


Y (pcs)
Januari -11 300 -3.300 121
Februari -9 200 -1.800 81
Maret -7 300 -2.100 49
April -5 400 -2.000 25
Mei -3 200 -600 9
Juni -1 200 -200 1
Juli 1 200 200 1
Agustus 3 300 900 9
September 5 200 1.000 25
Oktober 7 200 1.400 49
November 9 400 3.600 81
Desember 11 200 2.200 121
Jumlah 3.100 1.300 572
Gambar: Usaha Kue dan Roti Gabour’s Bakery,2021 (diolah)

Keterangan :

Y = Penjualan

a = Konstanta yang akan menunjukkan besarnya harga


45

b = Menunjukkan besarnya perubahan nilai Y dan setiap perubahan satu


unit x

t = waktu atau periode

Persamaan pada usaha kue dan roti Gabour’s Bakery Y = a + bx

∑Y 3.100
a= n
= 12
= 258,3

∑tY 1.300
b= ∑t2
= 572
= 2,27

Berdasarkan persamaan diatas, dapat dihitung bahwa ramalan


permintaan tahun 2022. Perhitungan diatas dengan asumsi bahwa tidak
terdapat faktor eksternal yang menjadi penghambat sehingga keadaan
produksi tetap.

Permintaan kue dan roti Gabour’s bakery bulan Januari

Y = a + bx

= 258,3 + 2,27 (-11)

= 267

Begitupun perhitungan permintaan seterusnya pada bulan


Februari – Desember. Namun ada peningkatan setiap bulan- bulan tertentu
dikarenakan adanya hari raya umat hindu yang menyebabkan permintaan
meningkat. Jika adanya hari raya produksi akan meningkat 100 pcs per
setiap hari raya. Berikut tabel rincian hasil perhitungan peramalan
permintaan tahun 2022.
46

Tabel 4. 8
Hasil Peramalan Permintaan Produksi Usaha kue dan Roti
Gabour’s Bakery Tahun 2022
Bulan Permintaan
Januari 267
Februari 269
Maret 271
April 273
Mei 275
Juni 277
Juli 279
Agustus 281
September 283
Oktober 285
November 287
Desember 289
Total 3.336
Sumber Gambar: Hasil olahan peneliti

Rencana Produksi harian pada usaha Gabour’s Bakery diperoleh


dari jumlah produksi perbulan dibagi jumlah hari kerja perbulan. Dengan
demikian didapatkanlah hasil dari pembagian tersebut dapat dilihat pada
tabel 4.9

Terkait dengan penyerahan produk kepada konsumen, pada


usaha Gbour’s Bakery terjadi lead time. Lead Time merupakan waktu
antara pesanan pelanggan yang dikonfirmasi dan pengiriman ataupun
pengambilan terjadwal berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan.
Dimana setiap pemesanan yang dilakukan oleh usaha kue dan roti
Gabour’s Bakery akan terpenuhi sehari setelah pemesanan dilakukan.
47

Tabel 4. 9
Rencana Produksi Harian kue dan Roti Gabour’s Bakery
Tahun 2022
Bulan Kue dan Roti
Gabour’s Bakery
Januari 16
Februari 16
Maret 16
April 15
Mei 17
Juni 17
Juli 17
Agustus 16
September 18
Oktober 18
November 16
Desember 18
Sumber Gambar: Hasil olahan peneliti

Dibawah akan dipaparkan analisis biaya produksi usaha Gabour’s


Bakery pada tahun 2022.

1. Biaya Bahan Baku


Pada Usaha kue dan roti Gbaour’s Bakery, persediaan bahan
baku yang digunakan dalam pembeliannya menurut total keseluruhan
kebutuhan bahan baku. Jumlah kebutuhan bahan baku untuk di
memproduksi kue dan roti pada usaha ini dengan melihat rencana
produksi yang telah ditentukan dengan tidak meghiraukan jumlah
produk cacat. Hasil peramalan pada tahun 2022 dapat dilihat pada tabel
4.10. Pada usaha ini bukan tanpa adanya produk yang rusak, melainkan
sangat jarang dan bahkan tidak terjadinya produk cacat yang terjadin
pada saat proses produksi. Dikarenakan pada saat produksi tidak dapat
ditemukan produk yang rusak, maka rencana produksi pada usaha
Gabour’s Bakery tidak ditambhkan dengan produk cacat atau sengan
asumsi tanpa produk cacat pada usaha Gabour’s Bakery tahun.
48

Dalam hasil wawancara yang didapatkan, untuk jumlah


persedian minimal per bulan yang ditetapkan oleh usaha Gabour’s
Bakery pada tahun 2022 yaitu, pada biaya bahan baku tepung terigu
memerlukan 182 Kg/bulan, untuk persediaan bahan baku minimal
bahan baku telur memerlukan 840 Btr/bulan, untuk persediaan minimal
blueband memerlukan 129 Kg/bulan, untuk persediaan minimal
pengembang kue memerlukan 15 Kg/bulan, persediaan minimal keju
memerlukan 20 Kg/bulan, untuk soda kue memerlukan 2 Kg/bulan, susu
memerlukan 10 Kg/bulan, untuk coklat batangan memerlukan 120
Kg/bulan, dan memerlukan gula 170 Kg/bulan. Dengan menggunakan
metode peramalan tersebut, diperoleh jumlah kebutuhan bahan baku
per hari dalam 1 bulan untuk rencana produksi kue dan roti pada usaha
Gabour’s Bakery yang telah disesuaikan dengan produk cacat dengan
menggunakan metode perhitungan biaya bahan baku dari usaha
Gabour’s Bakery. Kebutuhan bahan baku/Kg diperoleh dari pemakaian
bahan baku 1 bulan dibagi jumlah hari pemakaian dan dibagi dengan
rencana produksi sehari. Untuk mengetahui rincian pemakaian bahan
baku dan jumlah hari kerja dapat dilihat pada tabel 4.3 dan tabel 4.8.
Misalkan kebutuhan tepung terigu 1 bulan yaitu 182 Kg : 16 hari : 16 pcs
= 0,7 Kg/ hari, begitupun selanjutnya. Sedangkan untuk mendapatkan
total kebutuhan bahan baku/Kg untuk 1 bulan yaitu dengan mengalikan
kebutuhan bahan baku dikalikan rencana produksi. Contohnya misalkan
kebutuahan bahan baku tepung terigu per hari 0,7 Kg x 267 pcs = 186,9
kg/bulan. Rinciannya dapat dilihat pada tabel 4.10.
Jika seluruh total kebutuhan bahan baku dalam setiap
bulannya telah diketahui, maka untuk selanjutnya yaitu menghitung total
rencana pembelian bahan baku pada tahun 2022 yang didaptkan
dengan cara rencana produksi dengan asumsi tanpa produk cacat
ditambah dengan persediaan minimal. Kecuali untuk bulan Januari total
rencana pembelian bahan baku tahun 2022 didapatkan dari
pengurangan sisa persediaan akhir bulan Desember 2021 dengan total
49

kebutuhan bahan baku per bulan, contohnya 186,9 – 2 Kg = 184,9.


Berikut ditunjukkan pada tabel secara rinci.
Tabel 4. 10
Total Rencana Pembelian Bahan Baku Per Bulan Menggunakan Metode
Perhitungan Bahan Baku Pada Usaha Gabour’s Bakery Tahun 2022
Bulan Tepung Telur Blueband Pengemb- Keju Soda Susu Coklat Gula
Terigu (Btr) (Kg) ang Kue (Kg) Kue (Kg) Batanga (Kg)
(Kg) (Kg) (Kg) n (Kg)

Januari 184,7 761 70,78 12,35 17,69 1,1093 8,879 102,82 146,22
Februari 188,3 807 91,46 13,45 18,83 2,1251 9,953 123,74 177,54
Maret 189,7 813 92,14 13,55 18,97 2,1409 10,027 124,66 178,86
April 191,1 819 92,82 13,65 19,11 2,1567 10,101 125,58 180,18
Mei 192,5 825 93,5 13,75 19,25 2,1725 10,175 126,5 181,5
Juni 193,9 831 94,18 13,85 19,39 2,1883 10,249 127,42 182,82
Juli 195,3 837 94,86 13,95 19,53 2,2041 10,323 128,34 184,14
Agustus 196,7 843 95,54 14,05 19,67 2,2199 10,397 129,26 185,46
September 198,1 849 96,22 14,15 19,81 2,2357 10,471 130,18 186,78
Oktober 199,5 855 96,9 14,25 19,95 2,2515 10,545 131,1 188,1
November 200,9 861 97,58 14,35 20,09 2,2673 10,619 132,02 189,42
Desember 202,3 867 98,26 14,45 20,23 2, 2831 10,693 132,94 190,74
Total 2.333 9.968 1.088 210,35 232,52 25,3544 122,432 1.515 2.172

Sumber Gambar: Hasil Perhitungan Peneliti

Melihat berdasarkan perhitungan diatas dapat dihitung biaya


pembelian bahan baku yang seharusnya dikeluarkan oleh usaha
Gabour’s Bakery. Biaya bahan baku yang seharusnya dikeluarkan
dapat dihitung dari total rencana pemebelian dikalikan harga bahan
baku. Contohnya 184,7 x 11.000 = 2.031.700. Untuk setiap pemesanan
bahan baku yang menggunakan telapon, setiap telepon dikenakan
biaya Rp 1.000,-. Kemudian ada biaya transportasi yang dimana
menggunkan transportasi mobil, boat cepat dan sepeda motor.
Biayanya terbagi masing-masing Rp 50.000,- untuk biaya mobil, Rp
25.000,- untuk biaya boat cepat dan Rp 20.000,- untuk biaya sepeda
motor. Untuk dua transportasi mobil dan boat cepat digunakan karena
pemesanan yang dilakukan di Denpasar memelukan pengiriman untuk
sampai di lokasi usaha. Jika di akumulasikan jumlah biaya transportasi
50

untuk pemesanan di luar dari daerah usaha sebesar Rp 75.000,- /bulan


dibagi 5 bahan baku yang di pesan yaitu keju, gula, pengembang kue,
coklat batangan dan blueband. Sedangkan biaya transportasi untuk
bahan baku yang ada di daerah lokasi usaha menggunakan sepeda
motor dengan biaya Rp 20.000,- dibagi 4 bahan baku yang di pesan
seperti tepung, telur, soda kue dan susu. Untuk biaya penyimpanan
diperolah dari biaya listrik yang dikeluarkan perhari yaitu sebesar Rp
433,- dikalikan dengan jumlah hari kerja dalam sebulan dibagi dengan
9 bahan baku yang digunakan. Dengan demikian diperoleh hasil total
biaya pembeliaan bahan baku tahun 2022 pada usaha Gabour’s
Bakery. Contonya total biaya pembelian bahan baku tepung terigu bulan
Januari yaitu 2.031.700+2.000+5.000+769,7 = 2.039.469,7. Begitupun
untuk bulan selanjutnya dengan bahan baku yang digunakan.
Tabel 4. 11
Total Biaya Pembelian Bahan Baku Menggunakan Metode Perhitungan
Bahan Baku Pada Usaha Gabour’s Bakery Tahun 2022
Bahan Baku Total Biaya Pembelian
Tepung Terigu Rp 25.756.622
Telur Rp 15.036.622
Blueband Rp 47.556.822
Pengembang kue Rp 10.812.822
Keju Rp 1.829.262
Soda Kue Rp 335.165
Susu Rp 1.253.877
Coklat Batangan Rp 7.774.422
Gula Rp 28.446.502

Sumber Gambar: Hasil Perhitungan Peneliti

2. Biaya Tenaga Kerja Langsung


Biaya tenaga kerja langsung pada usaha kue dan roti Gabour’s
Bakery, dalam hasil wawancara yang dilakukan peniliti bahwa
ditetapkan oleh usaha tersebut dengan menggunakan ketentuan
berdasarkan hari maupun lamanya karyawan tersebut bekerja, yaitu Rp
60.000,-/hari untuk seluruh pekerja dalam melaksanakan proses
produksi sampai hingga ke pemasarannya.
51

Tabel 4. 12
Biaya Tenaga Kerja Langsung tahun 2022
Bulan Biaya Tenaga Kerja Langsung
(Rp)
Januari 960.000
Februari 960.000
Maret 960.000
April 900.000
Mei 1.020.000
Juni 1.020.000
Juli 1.020.000
Agustus 960.000
September 1.080.000
Oktober 1.080.000
November 960.000
Desember 1.080.000
Total 23.100.000
Sumber Gambar: Usaha Kue dan Roti Gabour’s Bakery (diolah)
3. Biaya Overhead Pabrik
Dalam Usaha Gabour Bakery Biaya Overhead Pabrik diperoleh
dengan menjumlahkan biaya bahan penolong yaitu kardus
pembungkus, mika bolu, alas kue, plastic dan isolasi dengan total Rp
2.365.000,- dengan biaya transportasi yaitu kendaraan motor, mobil dan
boat buat penyebrangan yang total keseluruhannya Rp 95.000,- dan
terkahir dijumlahkan dengan biaya listrik dan air yaitu sebesar Rp.
360.000,-. Diperolehlah hasil dari penjumlahan tersebut ya itu Rp
2.819.000,-. Setalah itu untuk mengetahui biaya overhead pabrik tahun
2022 yaitu dengan ngalikan total biaya overhead pabrik 1 bulan dengan
12 Bulan yaitu mendapatkan hasil Rp 33.819.000,-.
Setelah semua total harga pembelian biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik diketahui, maka
akan dilakukan rekapan biaya produksi menggunakan metode dari
usaha Gabour’s Bakery.
52

Tabel 4. 13
Rekapan Biaya Produksi Usaha Gabour’s Bakery Tahun 2022
Biaya Bahan Baku Total Harga (Rp)
Tepung Terigu 25.756.622
Telur 15.036.622
Blueband 47.556.822
Pengembang Kue 10.812.822
Keju 1.829.262
Soda Kue 335.165
Susu 1.253.877
Coklat batangan 7.774.422
Gula 28.446.502
Jumlah Biaya Bahan Baku 138.802.116
Biaya Tenaga Kerja Langsung 23.100.000
Biaya Overhead pabrik 33.828.000
Jumlah Biaya Produksi 195.730.116
Sumber Gambar: Hasil Perhitungan peneliti
4.3.2 Analisis Penerapan Metode Just In Time Dalam Perhitungan Biaya
Produksi Pada Usaha Kue dan Roti Gabour’s Bakery Tahun 2022
Analisis penerapan Just In Time pada usaha Gbour’s Bakery
dijadikan alternatif untuk mengelola persediaan dalam pemenuhan
produksi. Dalam pengendalian persediaan bahan baku, usaha Gabour’s
Bakery dapat menggunakan metode Material Requirments Planing (MRP)
yang dimana metode ini dilakukan dengan cara menetapkan jumlah
persediaan yang tepat sehingga di periode tertentu pada usaha Gabour’s
Bakery tidak mengalami kekurangan bahan baku dalam pemenuhan
produksi. (Urgència, 2017). Berikut ini langkah-langkah perencanaan dalam
pengendalian bahan baku menggunakan metode Master Production
Schedule (MPS)
MPS merupakan ramalan permintaan produk pada periode
sebelumnya. Prakiraan terkait dengan penjualan dan permintaan, dan
perhitungannya mencakup garis lurus, rencana produksi harian,
penggunaan bahan baku, persediaan minimum, dana terikat, dan
penggunaan kontrol bahan baku menggunakan Just In Time. Peramalan
permintaan menggunakan regresi linier (garis lurus). Dengan hal ini akan
53

dapat mengetahui total rencana produksi setiap bulannya. Permintaan


produk tahun 2022 akan dapat diketahui dari ramalan berdasarkan data
permintaan pada tahun 2021. Peramalan permintaan produk terhadap
usaha Gabour’s Bakery sebagai beriku.
Tabel 4. 14
Peramalan Permintaan Produksi Usaha kue dan Roti Gabour’s Bakery Tahun 2022

Bulan Periode (t) Penjualan Y(t) t2


Y (pcs)
Januari -11 300 -3.300 121
Februari -9 200 -1.800 81
Maret -7 300 -2.100 49
April -5 400 -2.000 25
Mei -3 200 -600 9
Juni -1 200 -200 1
Juli 1 200 200 1
Agustus 3 300 900 9
September 5 200 1.000 25
Oktober 7 200 1.400 49
November 9 400 3.600 81
Desember 11 200 2.200 121
Jumlah 3.100 1.300 572
Gambar: Usaha Kue dan Roti Gabour’s Bakery,2022 (diolah)

Persamaan pada usaha kue dan roti Gabour’s Bakery Y = a + bx

∑Y 3.100
a= n
= 12
= 258,3

∑tY 1.300
b= = = 2,27
∑t2 572

Berdasarkan persamaan diatas, dapat dihitung bahwa ramalan


permintaan tahun 2022. Perhitungan diatas dengan asumsi bahwa tidak
terdapat faktor eksternal yang menjadi penghambat sehingga keadaan
produksi tetap.
Permintaan kue dan roti Gabour’s bakery bulan Januari
Y = a + bx
= 258,3 + 2,27 (-11)
= 267
54

Begitupun perhitungan permintaan seterusnya pada bulan


Februari – Desember. Namun ada peningkatan setiap bulan- bulan tertentu
dikarenakan adanya hari raya umat hindu yang menyebabkan permintaan
meningkat. Jika adanya hari raya produksi akan meningkat 100 pcs per
setiap hari raya. Pada perhitungan ini diasumsikan peningkatan pada hari
raya tidak dihitung. Berikut tabel rincian hasil perhitungan peramalan
permintaan tahun 2022.
Tabel 4. 15
Hasil Peramalan Permintaan Produksi Usaha kue dan Roti
Gabour’s Bakery Tahun 2022
Bulan Permintaan
Januari 267
Februari 269
Maret 271
April 273
Mei 275
Juni 277
Juli 279
Agustus 281
September 283
Oktober 285
November 287
Desember 289
Total 3.336

Sumber Gambar: Hasil Perhitungan peneliti

Langkah Selanjutnya, untuk mengetahui jumlah bahan baku yang


digunakan dalam usaha ini, perlu menghitung dengan mengalikan rencana
produksi per bulan dengan kuantitas pemakain bahan baku perhari. Untuk
mengetahui rencana produksi perhari yaitu dengan cara membagikan
jumlah produksi perbulan dengan jumlah hari kerja. Dalam produksi per hari
dapat diketahui dengan cara pemakaian bahan baku 1 bulan dibagi jumlah
hari pemakaian dan dibagi dengan rencana produksi sehari. Misalnya
pemakaian bahan baku tepung terigu per hari sebesar 0,7 Kg, Telur 3 Btr,
Pengembang kue 0,34 Kg, Keju 0,05 Kg, Soda Kue 0,07 Kg, Susu 0,0079
Kg, Coklat Batangan 0,037 Kg, Blueband 0,46 Kg, Gula 0,66 Kg. Misalkan
55

rencana produksi per bulan yaitu 267 pcs x 0,7 Kg = 186,9 Kg/bulan,
begitupun seterusnya. Dengan adanya hasil dari perhitungan di atas
merupakan hasil kebutuhan bahan baku per bulan Januari hingga
Desember 2022. Hasil dapat dipergunakan untuk menghitung tingkat
persediaan minimal yang harus tersedia. Untuk menghitung tingkat
persediaan minimal, setiap kebutuhan bahan baku bulanan dikalikan
dengan lead time maka akan mendapatkan hasil tingkat persediaan
minimal yang wajar. Berhubungan dengan lead time pada usaha Gabour’s
Bakery yaitu satu, maka hasil perkaliannya tetap. Akumulasi dari hasil
perhitungan tersebut dapat dilihat dibawah ini.
Tabel 4. 16
Persediaan Bahan Baku Yang Wajar Pada Usaha Gabour’s Bakery Tahun 2022

Bulan Tepung Telur Blueband Pengem Keju Soda Susu Coklat Gula
Terigu (Btr) (Kg) b-ang (Kg) Kue (Kg) Batangan (Kg)
(Kg) Kue (Kg) (Kg)
(Kg)

Januari 186,9 801 90,78 13,35 18,69 2,1093 9,879 122,82 176,22
Februari 188,3 807 91,46 13,45 18,83 2,1251 9,953 123,74 177,54
Maret 189,7 813 92,14 13,55 18,97 2,1409 10,027 124,66 178,86
April 191,1 819 92,82 13,65 19,11 2,1567 10,101 125,58 180,18
Mei 192,5 825 93,5 13,75 19,25 2,1725 10,175 126,5 181,5
Juni 193,9 831 94,18 13,85 19,39 2,1883 10,249 127,42 182,82
Juli 195,3 837 94,86 13,95 19,53 2,2041 10,323 128,34 184,14
Agustus 196,7 843 95,54 14,05 19,67 2,2199 10,397 129,26 185,46
September 198,1 849 96,22 14,15 19,81 2,2357 10,471 130,18 186,78
Oktober 199,5 855 96,9 14,25 19,95 2,2515 10,545 131,1 188,1
November 200,9 861 97,58 14,35 20,09 2,2673 10,619 132,02 189,42
Desember 202,3 867 98,26 14,45 20,23 2,2831 10,693 132,94 190,74
Total 2.336 10.008 1.134,24 166,8 233,52 26,3544 123,432 1.534,56 2.201,76
Sumber Gambar: Hasil Perhitungan peneliti
Selanjutnya, jika menggunakan metode Just In Time dalam persediaan
bahan baku, maka diasumsikan bahwa pembelian bahan baku sama dengan
pemakaian bahan baku selama sehari sehingga tidak ada sisa persediaan bahan
baku. Rencana pembelian bahan baku untuk memenuhi kebutuhan bahan baku
dengan melakukan pembelian ketika persediaan bahan baku sudah minim sesuai
dengan kebutuhan pada hari tersebut. Karena tidak ada persediaan yang tersisa
56

maka tidak adanya biaya penyimpanan atau sama dengan nol. Pada bulan Januari
diasumsikan bahwa masih ada sisa persediaan pada tahun 2021 yang dapat di
gunakan atau di produksi maka pada bulan Januari 2022 tidak ada perhitungan bahan
baku dan dimulai pada bulan Februari. Untuk perhitungan total biaya pembelian bahan
baku di bulan februari, dengan mengetahui biaya bahan baku yang diperoleh dari
jumlah pemakaian bahan baku dikalikan dengan harga bahan baku/Kg contohnya
pemakaian tepung terigu 188,3 Kg x Rp 11.000 = Rp 2.071.300,-. Hasil dari perkalian
tersebut dijumlahkan dengan biaya pemesanan dikenakan biaya tariff telepon
dikalikan beberapa kali pemesanan yaitu Rp 1.000 x 2 kali = 2.000/bulan dan untuk
biaya transportasi sebesar Rp 5.000,-. Contonya total biaya pembelian bahan baku
tepung terigu bulan Januari yaitu 2.071.300+2.000+5.000 = 2.039.469,7 Begitupun
selanjutnya untuk perhitungan bahan baku lainnya.

Tabel 4. 17
Total Biaya Pembelian Bahan Baku Dengan Metode Just In Time Tahun 2022

Bahan Baku Total Biaya Pembelian


Tepung Terigu Rp 23.709.070
Telur Rp 13.882.270
Blueband Rp 44.221.920
Pengembang kue Rp 10.013.570
Keju Rp 1.696.580
Soda Kue Rp 323.483
Susu Rp 1.163.148
Coklat Batangan Rp 7.251.470
Gula Rp 26.524.790

Sumber Gambar: Hasil Perhitungan peneliti

Setelah mengetahui total harga pembelian keseluruhan bahan baku


tepung terigu, telur, blueband, pengembang kue,keju, soda kue, susu, coklat
batangan, dan gula, maka langkah selanjutnya yaitu perekapan biaya
produksi menggunakan metode just in time.
57

Tabel 4. 18
Rekapan Biaya Produksi Menggunakan Metode Just In Time
Tahun 2022

Biaya Bahan Baku Total Harga (Rp)


Tepung Terigu 23.709.070
Telur 13.882.270
Blueband 44.221.920
Pengembang Kue 10.013.570
Keju 1.696.580
Soda Kue 323.483
Susu 1.163.148
Coklat batangan 7.251.470
Gula 26.524.790
Jumlah Biaya Bahan Baku 128.786.301
Biaya Tenaga Kerja Langsung 23.100.000
Biaya Overhead pabrik 33.828.000
Jumlah Biaya Produksi 185.714.301

Sumber Gambar: Hasil Perhitungan peneliti

Untuk Perhitungan selanjutnya yaitu untuk mengetahui dana


terikat. Dana terikat merupakan kas yang tertanam dalam persediaan
bahan baku berdasarkan tingkat minimal yang ditetapkan oleh usaha
Gabour’s Bakery dan persediaan tingkat minimal yang wajar dengan
menggunakan metode Just In Time selama setahun. Dengan asumsi harga
bahan baku/Kg tetap, maka dapat dihitung dengan total persediaan minimal
setahun dikalikan dengan harga bahan baku/Kg. Dengan begitu berikut
hasil dari perhitungan tersebut.
58

Tabel 4. 19
Dana Yang Tertanam Dalam Persediaan Bahan Baku Menggunakan Metode
Perhitungan Biaya Bahan Baku Pada Usaha Gabour’s Bakery Tahun 2022
Bahan Baku Total Harga Bahan Dana Yang
Persediaan Baku/Kg (Rp) Terikat (Rp)
Minimal (Kg)
Tepung Terigu 2.333 11.000 25.663.000
Telur 10.080 1.500 15.120.000
Blueband 1.548 42.500 65.790.000
Pengembang Kue 180 64.000 11.520.000
Keju 240 7.000 1.680.000
Soda Kue 24 10.000 240.000
Susu 115,2 9.583 1.103.962
Coklat Batangan 1.440 5.000 7.200.000
Gula 2.040 13.000 26.520.000
Total 154.836.962
Sumber Gambar: Hasil Perhitungan peneliti

Tabel 4. 20
Dana Yang Tertanam Dalam Persediaan Bahan Baku
Menggunakan Metode Just In Time Tahun 2022
Bahan Baku Total Harga Bahan Dana Yang
Persediaan Baku/Kg (Rp) Terikat (Rp)
Minimal (Kg)
Tepung Terigu 2.335,2 11.000 25.687.200
Telur 10.008 1.500 15.012.000
Blueband 1.134,24 42.500 48.205.200
Pengembang Kue 166,8 64.000 10.675.200
Keju 233,52 7.000 1.634.640
Soda Kue 26,3544 10.000 2.635.440
Susu 123,432 9.583 1.182.849
Coklat Batangan 1.534,56 5.000 7.672.800
Gula 2.201,76 13.000 28.622.880
Total 141.328.209
Sumber Gambar: Hasil Perhitungan peneliti
Tabel 4. 21
Dana Terikat Dalam Persediaan Bahan Baku Tahun 2022
Bahan Baku Persediaan Persediaan Keuntungan Berupa Dana
Berdasarka Berdasarkan Kas Yang Tidak Yang
Usaha Gabour’s Just In Time Tertanam Dalam Tertanam
Bakery (Rp) (Rp) Persediaan (Rp) (Rp)
Kue dan Roti 154.836.962 141.328.209 13.508.753 13.508.753
Gabour’s Bakery
Sumber Gambar: Hasil Perhitungan peneliti
59

4.3.3 Perbandingan Produksi Sebelum dan Sesudah Menerapkan Metode


Just In Time
Setelah diterapkannya metode Just In Time dengan mengadopsi
metode Material Requirment Planing untuk mengefisienkan biaya produksi
terhadap pemenuhan produksi untuk memproduksi kue dan roti pada usaha
Gabour’s Bakery pada tahun 2022 telah mengalami penurunan dalam
harga pembelian bahan baku. Untuk menghitung perbandingannya maka
digunakanSumber
rumus { Gambar: Hasil Perhitungan
( 100 – (sesudah/sebelum peneliti
x 100) }. Berikut adalah tabel
perbandingan biaya atas pembelian bahan baku sesudah dan sebelum
menggunakan metode Just In Time.
Tabel 4. 22
Perbandingan Biaya Bahan Baku Tepung Terigu Usaha Gabour’s Bakery
Sesudah dan Sebelum Menggunakan Metode Just In Time Tahun 2022

Sebelum (Rp) Sesudah (Rp) Keterangan


Bulan
Tepung Terigu (%)
Januari 2.039.470 769,7 99
Februari 2.079.070 2.078.300 0,03
Maret 2.094.470 2.093.700 0,03
April 2.109.822 2.109.100 0,04
Mei 2.125.318 2.124.500 0,03
Juni 2.140.718 2.139.900 0,03
Juli 2.156.118 2.155.300 0,03
Agustus 2.171.470 2.170.700 0,03
September 2.186.966 2.186.100 0,03
Oktober 2.202.366 2.201.500 0,03
November 2.217.670 2.216.900 0,03
Desember 2.233.166 2.232.300 0,03
Total 25.756.622 23.708.348 7,95

Sumber Gambar: Hasil Perhitungan peneliti


60

Tabel 4. 23
Perbandingan Biaya Bahan Baku Telur Usaha Gabour’s Bakery
Sesudah dan Sebelum Menggunakan Metode Just In Time
Tahun 2022
Sebelum (Rp) Sesudah (Rp) Keterangan
Bulan
Telur (%)
Januari 1.151.270 769,7 99
Februari 1.217.270 1.216.500 0,06
Maret 1.226.270 1.225.500 0,06
April 1.235.222 1.234.500 0,07
Mei 1.244.318 1.243.500 0,06
Juni 1.253.318 1.252.500 0,06
Juli 1.262.318 1.261.500 0,06
Agustus 1.271.270 1.270.500 0,06
September 1.280.366 1.279.500 0,06
Oktober 1.289.366 1.288.500 0,06
November 1.298.270 1.297.500 0,06
Desember 1.307.366 1.306.500 0,06
Total 15.036.622 13.883.270 7,67
Sumber Gambar: Hasil Perhitungan peneliti

Tabel 4. 24
Perbandingan Biaya Bahan Baku Blueband Usaha Gabour’s
Bakery Sesudah dan Sebelum Menggunakan Metode Just In Time
Tahun 2022
Sebelum (Rp) Sesudah (Rp) Keterangan
Bulan
Blueband (%)
Januari 3.024.920 769,7 99
Februari 3.903.820 3.874.150 0,76
Maret 3.932.720 3.903.050 0,75
April 3.961.572 3.931.950 0,75
Mei 3.990.568 3.960.850 0,74
Juni 4.019.468 3.989.750 0,73
Juli 4.048.368 4.018.650 0,73
Agustus 4.077.220 4.047.550 0,72
September 4.106.216 4.076.450 0,72
Oktober 4.135.116 4.105.350 0,71
November 4.163.920 4.134.250 0,71
Desember 4.192.916 4.163.150 0,7
Total 47.556.822 44.221.920 7,0

Sumber Gambar: Hasil Perhitungan peneliti


61

Tabel 4. 25
Perbandingan Biaya Bahan Baku Pengembang Kue Usaha Gabour’s
Bakery Sesudah dan Sebelum Menggunakan Metode Just In Time
Tahun 2022
Sebelum (Rp) Sesudah (Rp) Keterangan
Bulan
Pengembang Kue (%)
Januari 807.169,7 769,7 99
Februari 877.569,7 876.800 0,08
Maret 883.969,7 883.200 0,09
April 890.321,6 889.600 0,09
Mei 896.817,8 896.000 0,08
Juni 903.217,8 902.400 0,08
Juli 909.617,8 908.800 0,08
Agustus 915.969,7 915.200 0,08
September 922.466 921.600 0,08
Oktober 928.866 928.000 0,08
November 935.169,7 934.400 0,09
Desember 941.666 940.800 0,08
Total 10.812.822 10.013.570 7,39
Sumber Gambar: Hasil Perhitungan peneliti

Tabel 4. 26
Perbandingan Biaya Bahan Baku Keju Usaha Gabour’s Bakery
Sesudah dan Sebelum Menggunakan Metode Just In Time
Tahun 2022
Sebelum (Rp) Sesudah (Rp) Keterangan
Bulan
Keju (%)
Januari 140.599,7 769,7 99
Februari 148.579,7 147.810 0,51
Maret 149.559,7 148.790 0,54
April 150.491,6 149.770 0,57
Mei 151.567,8 150.750 0,50
Juni 152.547,8 151.730 0,50
Juli 153.527,8 152.710 0,50
Agustus 154.459,7 153.690 0,52
September 155.536 154.670 0,49
Oktober 156.516 155.650 0,49
November 157.399,7 156.630 0,54
Desember 158.476 157.610 0,48
Total 1.829.262 1.695.810 7,29

Sumber Gambar: Hasil Perhitungan peneliti


62

Tabel 4. 27
Perbandingan Biaya Bahan Baku Soda Kue Usaha Gabour’s
Bakery Sesudah dan Sebelum Menggunakan Metode Just In Time
Tahun 2022
Sebelum (Rp) Sesudah (Rp) Keterangan
Bulan
Soda Kue (%)
Januari 17.862,7 769,7 95
Februari 28.020,7 27.093 3,31
Maret 28.178,7 27.251 3,45
April 28.288,6 27.409 3,60
Mei 28.542,8 27.567 3,25
Juni 28.700,8 27.725 3,23
Juli 28.858,8 27.883 3,21
Agustus 28.968,7 28.041 3,36
September 29.223 28.199 3,18
Oktober 29.381 28.357 3,16
November 29.442,7 28.515 3,46
Desember 29.697 28.673 3,13
Total 335.165 323.483 3,48
Sumber Gambar: Hasil Perhitungan peneliti

Tabel 4. 28
Perbandingan Biaya Bahan Baku Susu Usaha Gabour’s Bakery
Sesudah dan Sebelum Menggunakan Metode Just In Time
Tahun 2022
Sebelum
Sesudah (Rp) Keterangan
Bulan (Rp)
(%)
Susu
Januari 91.857,16 769,7 99
Februari 102.149,3 100.670,457 1,44
Maret 102.858,4 101.379,599 1,48
April 103.519,5 102.088,741 1,51
Mei 104.324,8 102.797,883 1,41
Juni 105.034 103.507,025 1,40
Juli 105.743,1 104.216,167 1,39
Agustus 106.404,2 104.925,309 1,43
September 107.209,6 105.634,451 1,38
Oktober 107.918,7 106.343,593 1,37
November 108.531,6 107.052,735 1,45
Desember 108.337 107.761,877 0,44
Total 1.253.887 1.163.147,537 7,23
Sumber Gambar: Hasil Perhitungan peneliti
63

Tabel 4. 29
Perbandingan Biaya Bahan Baku Coklat Batangan Usaha
Gabour’s Bakery Sesudah dan Sebelum Menggunakan Metode
Just In Time Tahun 2022

Sebelum (Rp) Sesudah (Rp) Keterangan


Bulan
(%)
Coklat Batangan
Januari 530.869,7 769,7 99
Februari 635.469,7 634.700 0,12
Maret 640.069,7 639.300 0,12
April 644.621,6 643.900 0,13
Mei 649.317,8 648.500 0,11
Juni 653.917,8 653.100 0,11
Juli 658.517,8 657.700 0,11
Agustus 663.069,7 662.300 0,12
September 667.766 666.900 0,11
Oktober 672.366 671.500 0,11
November 676.869,7 676.100 0,12
Desember 681.566 680.700 0,11
Total 7.774.422 7.251.470 6,72
Sumber Gambar: Hasil Perhitungan peneliti

Tabel 4. 30
Perbandingan Biaya Bahan Baku Gula Usaha Gabour’s
Bakery Sesudah dan Sebelum Menggunakan Metode
Just In Time Tahun 2022
Sebelum Sesudah
Keterangan
Bulan (Rp) (Rp)
(%)
Gula
Januari 1.918.630 769,7 99
Februari 2.325.790 2.324.020 0,07
Maret 2.342.950 2.341.180 0,07
April 2.360.062 2.358.340 0,07
Mei 2.377.318 2.375.500 0,07
Juni 2.394.478 2.392.660 0,07
Juli 2.411.638 2.409.820 0,07
Agustus 2.428.750 2.426.980 0,07
September 2.446.006 2.444.140 0,07
Oktober 2.463.166 2.461.300 0,07
November 2.480.230 2.478.460 0,07
Desember 2.497.486 2.495.620 0,07
Total 28.446.502 26.524.790 6,75
Sumber Gambar: Hasil Perhitungan peneliti
64

Dapat dilihat pada tabel diatas bahwasanya setelah menggunkan


metode Just In Time pada bahan baku tepung terigu pada bulan Januari
mengalami penurunan sebesar 99%, pada telur sebesar 99%, pada
blueband sebesar 99%, pada pengembang kue yaitu sebesar 99%, pada
keju sebesar 99%, pada soda kue sebesar 95%, pada susu sebesar 99%,
pada coklat batangan 99%, dan gula 99%. Penurunan ini terjadi
dikarenakan usaha Gabour’s Bakery tidak membeli persediaan bahan baku
pada bulan Januari karena persediaan yang dimiliki masih terbilang cukup
untuk memenuhi kebutuhan proses produksi, sehingga biaya yang
dikeluarkan pada bulan Januari yaitu biaya penyimpanan sebesar Rp
769,7,-. Begitu pun juga pada bahan bulan seterusnya dapat dilihat jumlah
penurunan yang terjadi setelah menggunakan metode Just In Time.

Metode Just In Time yang digunakan maupun diterapkan


merupakan alat bantu perencanaan persediaan dalam meminimalkan biaya
bahan baku. Jika dalam proses produksi ditemukan ketidakefisienan
produksi dalam pemenuhan produksi, maka dalam suatu usaha perlu
dilakukannya perbaikan dan efisiensi operasi dalam meminimalkan biaya
produksi yaitu dengan menggunakan metode heuristic dengan dua
pendekatan seperti halnya rank positional weight dan trial and error.

Selanjutnya, berdasarkan hasil analisis data diatas maka dapat


disajikan rekapan perbandingan biaya bahan baku sebelum dan sesudah
penerapan metode Just In Time.
Tabel 4. 31
Perbandingan Biaya Bahan Baku Pada Usaha Gabour’s Bakery
Sesudah dan Sebelum Menggunakan Metode Just In Time Tahun 2022
Biaya Produksi Sebelum Sesudah Keterangan
Menggunakan Menggunakan (%)
Metode Just In Metode Just In
Time (Rp) Time (Rp)
Biaya Bahan Baku Rp 138.802.116 Rp 128.786.301 7,21
Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 23.100.000 Rp 23.100.000 0
Biaya Overhead pabrik Rp 33.828.000 Rp 33.828.000 0

Sumber Gambar: Hasil Perhitungan peneliti


65

Dengan tabel diatas menunjukkan bahwa penerapan metode Just


In Time yang di terapkan pada usaha kue dan roti Gabour’s Bakery dapat
menekan biaya pembelian bahan baku sehingga dana yang didaptkan
dapat di alokasikan terhadap biaya produksi lainnya. Pada Penelitian ini
peneliti berfokus pada analisis biaya pembelian dan pemakaian bahan baku
pada usaha Gabour’s Bakery untuk menekan biaya produksi sehingga
dapat meningkatkan proses produksi untuk pemenuhan produksi terhadap
permintaan konsumen. Setelah menerapkan metode Just In Time, Usaha
Gabour’s Bakery memiliki Rp 10.015.815,- hasil dari penurunan biaya
pembelian bahan baku dari total biaya pembelian bahan baku produksi
sebelum menerapkan metode Just In Time. Dana sisa tersebut dapat
dialokasikan ke biaya produksi lainnya.
66

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari penelitian yang telah dilakukan, maka mendapatkan
hasil dari penelitian yang dilakukan seperti apa yang telah di paparkan pada bab
sebelumnya. Dengan hasil yang telah di dapatkan, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa metode Just In Time yang diterapkan pada usaha kue dan roti Gabour’s
Bakery dapat menekan biaya-biaya produksi seperti halnya biaya persediaan
bahan baku. Dengan menekan biaya persediaan bahan baku, maka bahan baku
dapat dikendalikan dan banyak mengalami perubahan pada biaya-biaya lainnya
pada usaha Gabour’s Bakery. Pengaruh yang terjadi ketika menggunakan metode
Just In Time dapat dijelaskan seperti berikut:
1. Biaya Persediaan Bahan baku
Dengan mengadopsi metode Material Requirement Planing (MRP) untuk
menentukan jumlah bahan baku yang dibutuhkan untuk setiap produksi pada
usaha Gabour’s Bakery selama tahun 2022 yang mengakibatkan perubahan
pada penurunan biaya pembelian bahan baku. Untuk menentukan jumlah
bahan baku yang dibutuhkan, pada penelitian ini juga menggunakan metode
Master Production Schedule (MPS) untuk peramalan jumlah permintaan.
Sebelum menggunakan metode Just In Time, biaya pembelian bahan baku
pada usaha Gabour’s Bakery yaitu sebesar Rp 138.802.116,- sedangkan
setelah menggunakan metode Just In Time biaya yang dikeluarkan sebesar
Rp 128.786.301,- sehingga dapat terlihat bahwa terjadi penurunan sebesar
7,21%. Hal ini terjadi dikarenakan saat menggunakan metode Just In Time
yaitu dengan pemebelian bahan baku sesuai kebutuhan yang akan digunakan
pada hari itu, sehingga menghindari biaya-biaya lainnya muncul seperti biaya
penyimpanan.
67

2. Biaya Produksi
Dengan menggunakan metode Just In Time biaya produksi pada usaha
Gabour’s Bakery mengalami penurunan. Dimana sebelum menggunakan
metode Just In Time, biaya produksi yang dihasilkan sebesar Rp
195.730.116,- dan setalah menerapkan metode Just In Time maka biaya
produksi yang dihasilkan sebesar Rp 185.714.301,-. Dengan menggunakan
metode Just In Time usaha Gabour’s Bakery mengalami penurunan biaya
pembelian bahan baku sebesar Rp 10.015.815,-. Dengan demikian hasil
penurunan biaya pembelian bahan baku dapat dialihkan untuk keperluan
lainnya dalam proses produksi sehingga dapat meningkatkan produksi.
5.2 Saran

Berdasarkan dengan kesimpulan yang telah dipaparkan diatas, maka


ada beberapa saran yang dapat diberikan, yaitu sebagai berikut:

1. Dalam meramalkan permintaan produksi pada usaha Gabour’s Bakery dapat


menggunakan metode Master Production Schedul (MPS). Dengan hasil
peramalan tersebut maka akan dapat diketahui jumlah bahan baku yang akan
digunakan/ Kg dan jumlah biaya bahan baku yang di keluarkan untuk jumlah
permintaan yang akan di produksi.
2. Dalam Usaha Gabour’s Bakery, untuk mengurangi pemborosan dan biaya
pembelian bahan baku dapat menggunakan metode Just In Time untuk
menekan biaya pembelian bahan baku dan memaksimalkan bahan baku yang
dimiliki. Dengan demikian, biaya produksi yang dikeluarkan oleh usaha
Gabour’s Bakery dalam pembelian bahan baku dapat diminimalkan sehingga
berpengaruh pada laba yang diperoleh usaha Gabour’s Bakery. sehingga
dapat mengukur pemenuhan produksi pada jumlah permintaan konsumen.
3. Dana tertanam yang terdapat pada biaya produksi sebelum menggunakan
metode Just In Time, dapat dialokasikan untuk keperluan lainnya seperti biaya
pembelian bahan baku dan juga disimpan untuk keperluan mendadak dalam
kebutuhan produksi.
68

DAFTAR PUSTAKA

Aznedra, A., & Safitri, E. (2018). Analisis Pengendalian Internal Persediaan Dan
Penerapan Metode Just in Time Terhadap Efisiensi Biaya Persediaan Bahan
Baku Studi Kasus Pt. Siix Electronics Indonesia. Measurement : Jurnal
Akuntansi, 12(2), 120. https://doi.org/10.33373/mja.v12i2.1738

Balich, A. H., & Mutia, K. D. L. (2020). Kemungkinan Penerapan Sistem Just in Time
Produksi Pada Home Industry “Ixxes” Kupang. Jurnal Akuntansi : Transparansi
Dan Akuntabilitas, 8(1), 73–78. https://doi.org/10.35508/jak.v8i1.2360

Creswell, J. W., & Garrett, A. L. (2008). The “movement” of mixed methods research
and the role of educators. South African Journal of Education, 28(3), 321–333.
https://doi.org/10.15700/saje.v28n3a176

Dahtiah, N., Negeri Bandung Jl Gegerkalong Hilir, P., & Ciwaruga, D. (2020).
METODE JUST IN TIME SEBAGAI UPAYA DALAM MENINGKATKAN
EFISIENSI BIAYA PERSEDIAAN BAHANBAKU (Studi Kasus pada PT. Bintang
Baru Sentosa). 9(2), 177–188.

Diaz, A. P., & Retnani, E. D. (2015). Penerapan Metode JIT Pembelian Bahan Baku
Dalam Meningkatkan Efisiensi Biaya Bahan Baku. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi,
4(10), 1–16.

Fitrianur, & Cahyani. (2018). Penerapan Sistem Just In Time (JIT) dalam
Pengendalian Persediaan Bahan Baku (Studi Kasus di UD. Sukri Dana Abadi,
Ponorogo). 8–28.

Gimeno-Gilles, C., Lelièvre, E., Viau, L., Malik-Ghulam, M., Ricoult, C., Niebel, A.,
Leduc, N., Limami, A. M., Schmidt-Lebuhn, A. N., Fuchs, J., Hertel, D., Hirsch,
H., Toivonen, J., Kessler, M., Loureiro, J., Lavania, U. C. U. C., Srivastava, S.,
Lavania, S., Basu, S., … Yao, J. L. (2016). Gimeno-Gilles, Christine Lelièvre, Eric
Viau, Laure Malik-Ghulam, Mustafa Ricoult, Claudie Niebel, Andreas Leduc,
Nathalie Limami, Anis M. Schmidt-Lebuhn, A. N. Fuchs, J. Hertel, D. Hirsch, H.
Toivonen, J. Kessler, M. Loureiro, João Lavania, U.C. Umesh C. Euphytica,
69

18(2), 22280.
http://dx.doi.org/10.1016/j.jplph.2009.07.006%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.neps
.2015.06.001%0Ahttps://www.abebooks.com/Trease-Evans-Pharmacognosy-
13th-Edition-William/14174467122/bd

Janson B, E. B. J., & Nurcaya, I. N. (2019). Penerapan Just in Time Untuk Efisensi
Biaya Persediaan. E-Jurnal Manajemen Universitas Udayana, 8(3), 1755.
https://doi.org/10.24843/ejmunud.2019.v08.i03.p21

Madianto, A., AR, D., & Dwiatmanto. (2016). Analisis Implementasi Sistem Just in
Time (JIT) pada Persediaan Bahan Baku untuk Memenuhi Kebutuhan Produksi
(studi pada pt. alinco karangploso, malang). Jurnal Administrasi Bisnis, 38(1),
183–190. Just In Time (JIT) system, material stock, raw material requirement,
cost efficiency and effectiveness.%0AABSTRAK

Umair, A. M. (2018). Analisis Penerapan Metode Just In Time dalam Upaya


Meningkatkan Efisiensi Biaya Produksi Pada PT. Frigoglass Indonesia.

Urgència, I. T. D. (2017). ANALISIS JUST IN TIME UNTUK MENINGKATKAN


PRODUKTIVITAS MAKANAN RINGAN TRADISIONAL PADA HOME INDUSTRI
MIE LIDI LAMONGAN. 1–23.

Willem, W. (2018). Peranan Just in Time Method Untuk Peningkatan Produksi


Perusahaan. AL-ULUM : Jurnal Ilmu Sosial Dan Humaniora, 4(1), 60–72.
https://doi.org/10.31602/alsh.v4i1.1459

Yosefa, Y., Muslim, U., Al, N., & Garu, W. J. (2020). PENERAPAN JUST IN TIME
UNTUK MENINGKATKANEFISIENSI BIAYA PERSEDIAAN BAHAN
BAKUPADA PT. JAKARANA TAMA MEDAN Shita Tiara 2) Ova Novi Irama 3).
405–410.

Zidane, P., & Palangka, M. (2021). Rina , Achmad Syamsudin , Deddy Rakhmad
Hidayat 3). 2(1), 64–72.

Anda mungkin juga menyukai