Anda di halaman 1dari 67

MORALITAS INDIVIDU SEBAGAI PEMODERASI

PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE


GOVERNANCE DAN PENGENDALIAN INTERNAL
TERHADAP PENCEGAHAN FRAUD PADA BADAN
PENGELOLA KEUANGAN DAN ASET DAERAH
KABUPATEN BADUNG

Oleh :
Ni Kadek Diah Yonita Bella
1.19.2.11152

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN NASIONAL
DENPASAR
2022

i
TANDA PERSETUJUAN USULAN PENELITIAN

1. Judul : MORALITAS INDIVIDU SEBAGAI

PEMODERASI PENGARUH PENERAPAN

GOOD CORPORATE GOVERNANCE

DAN PENGENDALIAN INTERNAL

TERHADAP PENCEGAHAN FRAUD

PADA BADAN PENGELOLA KEUANGAN

DAN ASET DAERAH KABUPATEN

BADUNG

2. Ruang Lingkup/Bidang

Ilmu Pengetahuan : Akuntansi Manajemen

3. Pelaksanaan Penelitian

3.2 Nama Mahasiswa : NI KADEK DIAH YONITA BELLA

3.2 NIM : 1.19.2.11152

4. Pembimbing Skripsi : Komang Sri Widiantari, S.E., M.Si.

Denpasar, 07 Oktober 2022

Pembimbing Peneliti

Komang Sri Widiantari, S.E., M.Si Ni Kadek Diah Yonita Bella

ii
NPP. 02.01.19.293 NIM: 1.19.2.11152
TANDA PENGESAHAN PEMBAHASAN UPP

Diterima Tim Pembahas UPP


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Nasional Denpasar

Dipertahankan di depan Tim Pembahas


Pada Hari :
Tanggal :

Susunan Tim Pembahas UPP


No Nama Jabatan Tanda Tangan

1 Ketua

2 Anggota
3 Anggota

Mengesahkan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
a.n. Dekan
Ketua Program Studi Akuntansi

I Gusti Ayu Desy Arlita, S.E., M.Si


NPP. 02.09.19.310

iii
TANDA LULUS UJIAN KOMPREHENSIF
Diterima Tim Penguji Ujian Skripsi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Nasional Denpasar

Dipertahankan di depan Tim Penguji


Pada Hari :
Tanggal :

Susunan Tim Penguji Komprehensif :

No Nama Jabatan Tanda Tangan

1 Ketua

2 Anggota
3 Anggota

Mengesahkan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
a.n. Dekan
Ketua Program Studi Akuntansi

I Gusti Ayu Desy Arlita, S.E., M.Si


NPP. 02.09.19.310

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa
Tuhan Yang Maha Esa, karena atas anugerah-Nya penyusun Usulan Penelitian
yang berjudul “MORALITAS INDIVIDU SEBAGAI PEMODERASI PENGARUH
PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN PENGENDALIAN
INTERNAL TERHADAP PENCEGAHAN FRAUD PADA BADAN PENGELOLA
KEUANGAN DAN ASET DAERAH KEBUPATEN BADUNG” dapat diselesaikan
dengan baik.
Dalam penyusunan usulan penelitian ini, penulis banyak mendapatkan
saran dan dorongan serta dukungan dari perbagai pihak mulai dari awal hingga
terselesaikannya usulan penelitian ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini
perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak sebagai
berikut:
1. Prof. Dr. Ir. Nyoman Sri Subawa, S.T., S.Sos., M.M., I.P.M. selaku Rektor
Universitas Pendidikan Nasional Denpasar.
2. Prof. Dr. Ida Bagus Raka Suardana, S.E., M.M. selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Nasional
3. I Gusti Ayu Desy Arlita, S.E., M.Si. selaku Kepala Program Studi
Akuntansi.
4. Komang Sri Widiantari, S.E., M.Si. selaku dosen pembimbing UP yang
selalu meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk, bimbingan, dan
masukan baik dalam perkuliahan maupun dalam penyusunan usulan
proposal penelitian.
5. Seluruh Dosen, Staff dan Karyawan Universitas Pendidikan Nasional
Denpasar yang turut berperan dalam proses perkuliahan.
6. Kedua orang tua penulis, I Gde Yoga Permana, S.E., M.A.P. dan Ni Made
Puspitayanti yang telah memberikan banyak doa, dorongan, dan motivasi
sehingga usulan proposal penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik.
7. Teman-teman yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah
memberikan dukungan dan masukan dalam penyelesaian usulan
proposal penelitian ini.

v
Penulis menyadari proposal penelitian ini masih jauh dari kata sempurna,
karena keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki. Maka dari itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak guna
menyempurnakan proposal penelitian ini, sehingga kedepannya bermanfaat bagi
pembaca serta pihak terkait di dalamnya. Akhir kata penulis mengucapkan terima
kasih.

Denpasar, 07 Oktober 2022


Penulis

(Ni Kadek Diah Yonita Bella)

vi
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL..........................................................................................i
TANDA PERSETUJUAN USULAN PENELITIAN...........................................ii
TANDA PENGESAHAN PEMBAHASAN UPP...............................................iii
TANDA LULUS UJIAN KOMPREHENSIF.....................................................iv
KATA PENGANTAR.......................................................................................v
DAFTAR ISI..................................................................................................vii
DAFTAR TABEL............................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR........................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah......................................................................1
1.2 Pokok Permasalahan..........................................................................8
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................9
1.4 Kegunaan Penelitian...........................................................................9
1.4.1 Kegunaan Teoritis........................................................................9
1.4.2 Kegunaan Praktis.......................................................................10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................11
2.1 Tinjauan Pustaka...............................................................................11
2.1.1 Fraud Triangle Theory................................................................11
2.1.2 Agency Theory...........................................................................13
2.1.3 Good Corporate Governance.....................................................14
2.1.4 Pengendalian Internal................................................................17
2.1.5 Pencegahan Fraud.....................................................................19
2.1.6 Moralitas Individu.......................................................................23
2.2 Penelitian Terdahulu..........................................................................25
2.3 Kerangka Pemikiran..........................................................................29
2.4 Hipotesis Penelitian...........................................................................30
2.5 Definisi Operasional..........................................................................34
BAB III METODE PENELITIAN....................................................................38
3.1 Lokasi Penelitian...............................................................................38

vii
3.2 Populasi dan Sampel.........................................................................38
3.2.1 Populasi.....................................................................................38
3.2.2 Sampel.......................................................................................38
3.3 Jenis Data.........................................................................................39
3.4 Sumber Data.....................................................................................39
3.5 Teknik Pengumpulan Data................................................................39
3.6 Instrumen Penelitian..........................................................................39
3.7 Teknik Analisis Data..........................................................................40

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu............................................................25


Tabel 3.1 Data Responden..........................................................................39

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran...................................................................29

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian....................................................................47

xi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap perusahaan maupun organisasi dalam hal operasional memiliki risiko

terjadinya kasus kecurangan (fraud). Kasus fraud di negara berkembang, salah

satunya Indonesia masih banyak terjadi dan sering dilakukan oleh pihak internal.

Pada tahun 2021, skor Indonesia dalam Corruption Perception Index (CPI)

menempati posisi ke-96 dari 180 negara yang disurvei. Fraud merupakan

kecurangan atau penipuan yang dilakukan seseorang atau lebih terhadap

sesuatu untuk kepentingan pribadinya. Kecurangan (fraud) bisa terjadi kapan

dan dimana saja, baik dilakukan secara sengaja ataupun tidak sengaja oleh

pihak ketiga sehingga merugikan salah satu pihaknya. Kesadaran, kewaspadaan

dan kepedulian merupakan hal yang penting pada lingkungan kerja terhadap

indikasi akan terjadinya fraud (Association of Certified Fraud Examiners (ACFE)

Indonesia, 2019). Studi yang dilakukan Kroll bersama Association of Certified

Fraud Examiners (ACFE) menunjukkan kasus kecurangan (fraud) banyak

dilakukan oleh karyawan. Tindakan fraud dapat diminimalisir melalui langkah-

langkah seperti melaksanakan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang ketat,

menggunakan sistem pengendalian internal yang baik, pemakaian software yang

accountable. Pencegahan terjadinya fraud tidaklah mudah karena pada

umumnya fraud sulit untuk dideteksi karena bersifat tersembunyi dan pelaku

fraud yang pada umumnya cerdas.

1
Terjadinya kecurangan (fraud) disebabkan oleh tekanan (pressure),

kesempatan (opportunity), rasionalisasi (rationalization) (Cressey (dalam

Skousen

2
3

, Smith & Wright, 2008). Korupsi (corruption) merupakan salah satu jenis fraud

yang memiliki arti serupa tetapi tidak sama dengan istilah korupsi yang ada

dalam UU No. 31 tahun 1999. Fraud dapat dicegah dengan menerapkan sifat

keterbukaan dan kejujuran antara pihak satu dengan yang lainnya. Upaya utama

yang harus dilakukan terhadap pencegahan fraud demi kelancaran operasional

organisasi higga tingkat keamanan dimulai dari sistem pengendalian internal

yang merupakan sistem yang dimiliki organisasi untuk mengelola risiko yang

dilaksanakan, dipahami, dan diawasi oleh pimpinan, manajemen hingga pegawai

untuk mencegah kerugian serta mencapai tujuan organisasi itu sendiri

International Federation of Accountants (IFAC). Tujuan dari adanya pengendalian

internal serta penerapan good corporate governance yang efektif dapat

meminimalisir terjadinya kasus kecurangan (fraud) yang sering dilakukan oleh

pihak internal pada suatu organisasi maupun perusahaan.

Masyarakat dapat mengetahui kinerja yang ada di pemerintahan melalui

laporan keuangan dengan membandingkan anggaran yang ditetapkan dengan

realisasinya serta dapat menilai tingkat efisiensi dan efektifitas pengelolaan

sumber daya (Najahningrum, 2013). Tindakan kecurangan atau fraud tidak hanya

terjadi pada sektor swasta, tetapi banyak terjadi pada sektor pemerintahan.

Menurunnya pengawasan atau pengendalian internal membuat fenomena atau

permasalahan baru yang menimpa Badan Pengelolaan Aset Daerah (BPKAD)

Kota Denpasar, dimana akibat hal tersebut banyak pendapatan daerah yang

bersumber dari pajak setelah dilakukan audit atau pemeriksaan keuangan tidak

sesuai dengan hasil laporan keuangan tahunan. Dimana pihak auditor mencatat

bahwa terdapat selisih dana sebesar 4,7 miliar yang lebih besar di laporan

keuangan tahunan dengan laporan hasil audit, dana tersebut diperkirakan telah
4

dimanipulasi pada pengeluaran belanja anggaran pemerintah daerah Kota

Denpasar. Akibat hal tersebut auditor menyimpulkan telah terjadi indikasi

kecurangan atau fraud yang dilakukan oleh pihak pegawai BPKAD Kota

Denpasar (JawaPos.com, 2022). Fenomena kecurangan seperti tindak pidana

korupsi telah menyebar di seluruh dunia. Dengan meningkatnya jumlah anggaran

per-tahunnya memungkinkan terjadinya tindak kecurangan (fraud) yang

dilakukan oleh pihak internal suatu instansi. Kondisi ini harus menyadarkan

seluruh pihak untuk bertindak dengan cara memperbaiki tata kelola organisasi

sehingga meminimalisir potensi terjadinya kecurangan di lingkungan organisasi.

Menurut Mardiasmo (2002) terdapat tiga aspek penting yang mendukung

keberhasilan otonomi daerah, yaitu pengawasan, pengendalian dan

pemeriksaan.

Fraud triangle theory diyakini menjadi grand theory yang dapat mendeteksi

motivasi seseorang melakukan kecurangan. Menurut Ardianto (2018:54)

penerapan Fraud Triangle Theory sebagai dasar teori penelitian, dimana teori

tersebut memiliki tiga faktor yang menyebabkan seseorang melakukan

kecurangan. Faktor tersebut merupakan motivasi seseorang yang ingin

melakukan kecurangan, oleh karena itu faktor ini memiliki hubungan dengan

variabel bebas dan variabel terikat pada penelitian ini, dimana melalui Fraud

Triangle Theory akan memperkecil peluang terjadinya tindakan kecurangan atau

fraud, karena teori ini akan memperkuat good corporate governance dan

pengendalian internal dalam menata kelola perusahaaan ke arah yang lebih baik

serta meningkatkan sikap professional karyawan agar menjungjung tinggi

moralitas serta tanggungjawab atas segala tindakan yang telah dilakukan.

Moralitas individu diyakini sebagai sikap yang mampu mengubah pola pikir
5

individual untuk meminimalisir terjadinya risiko kecurangan, maka dalam

penerapan Fraud Triangle Theory moralitas individu dijadikan sebagai variabel

moderasi yang dikhususkan untuk mengetahui pengaruh yang ditimbulkan antar

hubungan variabel good corporate governance dan pengendalian internal

terhadap pencegahan fraud. Pengaruh tersebut dikatakan berdampak positif

apabila moralitas individu mampu meningkatkan tata kelola perusahaan serta

pengawasan melalui pengendalian internal untuk meminimalisir terjadinya

kecurangan.

Agency theory diyakini mampu menjadi solusi dalam menurunkan tindakan

kecurangan yang terjadi. Menurut Jensen dan Meckling (1976:67) penerapan

Agency Theory sebagai dasar teori dalam penelitian ini, karena teori ini

dinyatakan berperan dalam menjalin hubungan antara pemilik perusahaan

(principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan jasa dan

kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agent

tersebut, oleh karena itu hubungan ini akan menimbulkan peluang bagi agent

ketika perusahaan tidak mampu memberikan insentif yang sesuai dengan bidang

pekerjaan yang telah didelegasikan. Pencegahan kecurangan bisa dilakukan

dengan melakukan penataan kelola perusahaan dengan baik sesuai dengan

planning yang telah dijalankan serta memperketat sistem pengendalian internal

dengan tujuan memantau aktivitas operasional serta meningkatkan moralitas

individu guna menerapkan sikap professional dan tanggungjawab atas tugas

yang telah didelegasikan.

Tindak kecurangan (fraud) juga dapat terjadi karena kurangnya pengawasan

dari pihak internal. Upaya lainnya yang dapat dilakukan oleh suatu organisasi

maupun perusahaan dalam pencegahan tindak kecurangan (fraud) yaitu


6

mengimplementasikan mekanisme GCG atau Good Corporate Governance.

Good Corporate Governance merupakan upaya organisasi untuk menciptakan

pola hubungan yang kondusif antara pihak yang berkepentingan dalam suatu

organisasi. Tujuan dari good corporate governance ini adalah berperan dalam

mewujudkan budaya jujur, etika yang tinggi, tanggung jawab manajemen yang

lebih baik dalam melakukan pencegahan dan evaluasi atas potensi kecurangan

(fraud). Undang-undang di bidang Keuangan Negara yaitu UU No 17 Tahun

2003 dan UU No 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan UU No 15

Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan Keuangan Negara

menitikberatkan adanya asas pengelolaan keuangan negara yang mengarah

pada best practice dalam mencapai good corporate governance. Pengukuran

good corporate governance adalah penggunaan asas akuntabilitas berorientasi

hasil atau yang lebih dikenal dengan istilah akuntabilitas kinerja dan transparansi

dalam pengelolaan keuangan negara. Menurut (Sahari dan Kuniawan, 2007)

manajemen Good Corporate Governance disiapkan untuk menekan

kemungkinan terjadinya tindak kecurangan (fraud).

Peningkatan pengendalian internal menjadi upaya dalam pencegahan

tindakan kecurangan (fraud). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

60 Tahun 2008 menyatakan bahwa pengendalian internal merupakan suatu

proses yang memiliki integral terhadap tindakan serta kegiatan yang dilakukan

oleh pimpinan seluruh pegawai guna memberikan keyakinan agar tujuan yang

diharapkan menjadi tercapai melalui kegiatan yang dilakukan secara efektif dan

efisien. Pengendalian internal dirangkai oleh sebuah organisasi untuk

memberikan keamanan terhadap asset dari kecurangan dan ketidakefisienan

penggunaan serta untuk meningkatkan ketelitian dan tingkat kepercayaan dalam


7

laporan keuangan. Oleh karena itu, undang-undang di bagian keuangan negara

membawa ketentuan tentang sistem pengelolaan keuangan negara yang lebih

akuntabel dan transparan untuk mencapai pengendalian internal yang efektif.

Adanya peningkatan tuntutan masyarakat terhadap tata kelola penyelenggaraan

pemerintahan yang baik mendorong pemerintah untuk menerapkan

pengendalian internal dalam pemerintahan daerah. Pengendalian internal dalam

pemerintah dapat dilakukan dengan cara pengawasan internal yang berfungsi

untuk melakukan penilaian atas pelaksanaan serta fungsi instansi pemerintah.

Menurut Tuanakotta (2014:352) pengendalian internal merupakan suatu proses,

kebijakan serta prosedur yang dirangkai manajemen guna memastikan

pelaporan keuangan yang andal dan sesuai dengan aturan akuntansi yang

berlaku.

Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah memiliki tugas dalam

melaksanakan fungsi penunjang urusan pemerintahan yang menjadi

kewenangan daerah di bidang keuangan, sub pengelolaan keuangan dan aset

(BPKAD Provinsi Bali). Tentunya instansi tersebut lebih rentan mengalami kasus

tindak kecurangan (fraud). Di Pemerintahan Daerah Kabupaten Badung, Badan

Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) memiliki tujuan mewujudkan

pemerintahan yang bersih, akuntabel dan professional. Namun, suatu instansi

perlu mengetahui pencegahan terhadap fraud sejak awal agar dapat

menghindari terjadinya penggelapan dana atau tindak kecurangan (fraud).

OJK (Otoritas Jasa Keuangan) telah mengeluarkan POJK

No.4/POJK.03/2015 yang mengatur tentang cara penerapan tata kelola yang

baik dengan mengikuti prinsip-prinsip keterbukaan (transparency), akuntabilitas

(accountability), pertanggungjawaban (responsibility), independensi


8

(independency), dan kewajaran (fairness). Peran dari instansi dalam menerapkan

peraturan tata kelola yang kurang baik mengakibatkan adanya kesempatan yang

dapat diambil untuk melakukan tindakan kecurangan atau fraud. Serta dengan

adanya pengendalian internal yang baik, suatu instansi dapat terhindar dari

tindak kecurangan (fraud). Mengabaikan prinsip-prinsip Good Corporate

Governance seperti transparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban,

independensi dan kewajaran dapat menyebabkan terjadinya suatu tindak

kecurangan. Pengendalian Internal dan Good Corporate Governance memegang

peranan penting untuk pencegahan fraud dalam suatu organisasi atau

perusahaan.

Pengaruh yang ditimbulkan dari kedua variabel bebas yaitu Good Corporate

Governance dan Pengendalian Internal dimoderasi oleh variabel Moralitas

Individu, dimana variabel moralitas individu diadopasi sebagai variabel moderasi

atas dasar pengaruh yang ditimbulkan. Moralitas Individu diyakini mampu

memperkuat atau memperlemah hubungan antara variabel bebas (Good

Corporate Governance dan Pengendalian Internal) terhadap variabel terikat

(Pencegahan Fraud). Tingginya tingkat moralitas seseorang diyakini mampu

memperkuat tata kelola serta pengendalian internal dalam menjalankan tugasnya

sebagai karyawan sehingga risiko terjadinya kecurangan dalam suatu organisasi

sangat rendah. Sebaliknya jika seseorang memiliki moralitas individu yang

rendah maka tingkat kecurangan dalam suatu organisasi sangat tinggi, hal ini di

karenakan tata kelola dalam suatu organisasi menjadi tidak jelas dan

pengendalian internal dalam menjalankan tugas juga sangat rendah.

Penelitian (M Fahmullah & Arief, 2022) serta (Bertha & Pinky, 2022)

menunjukan bahwa terdapat hubungan positif antara good corporate governance


9

dengan pencegahan fraud. Berbeda dengan Ariastuti, Andayani dan Yuliantari

(2020) yang menyatakan bahwa good corporate governance tidak berpengaruh

terhadap pencegahan fraud. Penelitian yang dilakukan oleh Ariastuti, Andayani

dan Yuliantari (2020), M Fahmullah & Arief (2022) serta Bertha & Pinky (2022)

menyatakan bahwa pengendalian internal berpengaruh positif terhadap

pencegahan fraud. Berbeda dengan Aprilia & Anita (2021) menyatakan bahwa

pengendalian internal tidak berpengaruh terhadap pencegahan fraud. Penelitian

yang dilakukan oleh Fitriani (2020) serta Isniawati (2022) menyatakan bahwa

moralitas individu memoderasi hubungan antara good corporate governance

terhadap pencegahan fraud. Penelitian yang dilakukan oleh Fitriani (2020) serta

Isniawati (2022) menyatakan bahwa moralitas individu memoderasi hubungan

antara pengendalian internal terhadap pencegahan fraud. Berbeda dengan

Romadaniati (2020) menyatakan bahwa moralitas individu tidak memoderasi

hubungan antara pengendalian internal terhadap pencegahan fraud.

Berdasarkan latar belakang permasalahan serta terjadinya inkosistensi dari

hasil penelitian terdahulu, maka peneliti memiliki tujuan untuk melakukan

penelitian kembali dengan judul “Moralitas Individu Sebagai Pemoderasi

Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance dan Pengendalian

Internal Terhadap Pencegahan Fraud Pada Badan Pengelola Keuangan dan

Aset Daerah Kabupaten Badung”.

1.2 Pokok Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka pokok

permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


10

1. Apakah penerapan good corporate governance berpengaruh

terhadap pencegahan fraud?

2. Apakah sistem pengendalian internal berpengaruh terhadap

pencegahan fraud?

3. Apakah moralitas individu mampu memoderasi pengaruh good

corporate governance terhdap pencegahan fraud?

4. Apakah moralitas individu mampu memoderasi pengaruh sietem

pengendalian internal terhadap pencegahan fraud?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh penerapan good corporate governance

terhadap fraud.

2. Untuk mengetahui pengaruh penerapan pengendalian internal

terhadap fraud.

3. Untuk mengetahui pengaruh penerapan good corporate governance

terhadap pencegahan fraud dengan moralitas individu sebagai

pemoderasi.

4. Untuk mengetahui pengaruh penerapan pengendalian internal

terhadap pencegahan fraud dengan moralitas individu sebagai

pemoderasi.

1.4 Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan diatas, adapun kegunaan dari penelitian ini adalah:

1.4.1. Kegunaan Teoritis


11

Dari penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan dan

dapat memberikan pemahaman mengenai pengaruh good corporate

governance, moralitas individu dan pengendalian internal tehadap

pencegahan fraud. Diharapkan juga penelitian ini dapat menjadi bahan

referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya sehingga kedepannya

banyak memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

1.4.2. Kegunaan Praktis

Diharapkan dari penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan

dan masukan bagi Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah

Kabupaten Badung mengenai pengaruh pengendalian internal, good

corporate governance dan moralitas individu terhadap pencegahan

tindak kecurangan (fraud).


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka


2.1.1 Fraud Triangle Theory

Berdasarkan teori ini ada tiga faktor yang menyebabkan seseorang

melakukan kecurangan. Ketiga faktor tersebut digambarkan dalam

segitiga kecurangan (fraud triangle). Fraud triangle terdiri dari tiga kondisi

yang umumnya hadir pada saat fraud terjadi yaitu pressure, opportunity,

dan rationalization. Cressey (2018:119) menyimpulkan bahwa

kecurangan secara umum mempunyai tiga sifat umum. Fraud triangle

terdiri dari tiga kondisi yang umumnya hadir pada saat kecurangan terjadi

yaitu pressure, opportunity, dan rationalization (Ardianto, 2018:54).

1. Insentif/tekanan (pressure)

Manajemen atau pegawai lain merasakan insentif atau tekanan

untuk melakukan kecurangan. Karyawan mungkin merasa

mendapat tekanan untuk melakukan kecurangan karena adanya

kebutuhan atau masalah finansial. Tekanan merupakan insentif

yang mendorong orang melakukan kecurangan karena tuntutan

gaya hidup, ketidakberdayaan dalam soal keuangan, perilaku

gambling, mencoba-coba untuk mengalahkan sistem dan

ketidakpuasan kerja.

2. Kesempatan (opportunity)

Situasi yang membuka kesempatan bagi manajemen atau pegawai

untuk melakukan kecurangan. Kesempatan yaitu peluang yang

12
menyebabkan pelaku secara leluasa menjalankan aksinya yang

disebabkan oleh pengendalian internal yang lemah,

13
14

ketidakdisiplinan, kelemahan dalam mengakses informasi, tidak

ada mekanisme audit, dan sikap apatis. Longgarnya pengendalian

internal dan kurangnya pengawasan dalam suatu perusahaan

dapat memicu karyawan untuk melakukan kecurangan. Dari

longgarnya pengendalian dan kurangnya pengawasan tersebut

karyawan merasa mendapatkan kesempatan untuk melakukan

kecurangan.

3. Sikap atau rasionalisasi (rationalization)

Rasionalisasi merupakan sikap, karakter, atau serangkaian nilai-

nilai etis yang membenarkan pihak-pihak tertentu untuk melakukan

tindakan kecurangan, atau orang-orang yang berada dalam

lingkungan yang cukup menekan yang membuat mereka

merasionalisasikan tindakan kecurangan. Rasionalisasi

menyebabkan pelaku kecurangan mencari pembenaran atas

perbuatannya.

Penerapan Fraud Triangle Theory sebagai dasar teori penelitian

adalah berdasarkan definisinya Fraud Triangle Theory merupakan tiga

faktor yang menyebabkan seseorang melakukan kecurangan. Faktor

tersebut merupakan motivasi seseorang yang ingin melakukan

kecurangan, oleh karena itu faktor ini memiliki hubungan dengan variabel

bebas dan variabel terikat pada penelitian ini, dimana melalui Fraud

Triangle Theory akan memperkecil peluang terjadinya tindakan

kecurangan atau fraud, karena teori ini akan memperkuat good corporate

governance dan pengendalian internal dalam menata kelola perusahaaan

ke arah yang lebih baik serta meningkatkan sikap professional karyawan


15

agar menjungjung tinggi moralitas serta tanggungjawab atas segala

tindakan yang telah dilakukan. Moralitas individu diyakini sebagai sikap

yang mampu mengubah pola pikir individual untuk meminimalisir

terjadinya risiko kecurangan, maka dalam penerapan Fraud Triangle

Theory moralitas individu dijadikan sebagai variabel moderasi yang

dikhususkan untuk mengetahui pengaruh yang ditimbulkan antar

hubungan variabel good corporate governance dan pengendalian internal

terhadap pencegahan fraud. Pengaruh tersebut dikatakan berdampak

positif apabila moralitas individu mampu meningkatkan tata kelola

perusahaan serta pengawasan melalui pengendalian internal untuk

meminimalisir terjadinya kecurangan.

2.1.2 Agency Theory

Jensen dan Meckling (1976:67) menjelaskan bahwa teori agensi

merupakan suatu kegiatan yang muncul ketika pemilik perusahaan

(principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan jasa dan

kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada

agent tersebut, atas tugas yang diamanatkan tersebut principal harus

melakukan pengawasan terhadap agent untuk melakukan tugasnya.

Pengawasan diperlukan tentu untuk memastikan bahwa agent

mengerjakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik.

Penerapan Agency Theory sebagai dasar teori dalam penelitian ini

adalah Agency Theory didefinisikan sebagai hubungan yang terjalin

antara pemilik perusahaan (principal) mempekerjakan orang lain (agent)

untuk memberikan jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang

pengambilan keputusan kepada agent tersebut, oleh karena itu hubungan


16

ini akan menimbulkan peluang bagi agent ketika perusahaan tidak

mampu memberikan insentif yang sesuai dengan bidang pekerjaan yang

telah didelegasikan. Pencegahan kecurangan bisa dilakukan dengan

melakukan penataan kelola perusahaan dengan baik sesuai dengan

planning yang telah dijalankan serta memperketat sistem pengendalian

internal dengan tujuan memantau aktivitas operasional serta

meningkatkan moralitas individu guna menerapkan sikap professional dan

tanggungjawab atas tugas yang telah didelegasikan.

Moralitas individu dalam penerapan agency theory dijadikan

sebagai variabel yang mampu memoderasi hubungan antara variabel

good corporate governance dan pengendalian internal terhadap

pencegahan fraud, dimana melalui moralitas individu pencegahan

kecurangan dilakukan dengan meningkatkan hubungan antara karyawan

dengan pimpinan. Langkah ini dilakukan guna meningkatkan nilai moral

serta sikap tanggungjawab terhadap tugas yang telah didelegasikan,

selain hal tersebut peningkatan moralitas individu diyakini mampu

meningkatkan sistem pengendalian internal akibat hubungan yang terjalin

baik antar karyawan dengan pimpinan akan memudahkan melakukan

pengawasan di setiap kegiatan operasional serta memudahkan penataan

kelola manajemen perusahaan sehingga kecurangan dapat diminimalisir.

2.1.3 Good Corporate Governance

Good corporate governance atau tata kelola perusahan merupakan

peraturan yang mengatur hubungan manajemen, pemerintah, karyawan

serta yang berkepentingan dalam internal maupun eksternal lainnya yang

berkaitan dengan hak dan kewajiban mereka, tujuan dari good corporate
17

governance disini adalah untuk menciptakan nilai tambah bagi

stakeholders perusahaaan (Forum for Corporate Governance in

Indonesia (FCGI), 2001). Good corporate governance adalah konsep

yang menjadi acuan dalam peningkatan kinerja perusahaan melalui

monitoring kinerja manajemen dengan berdasarkan pada kerangka

aturan. Konsep good corporate governance diterapkan guna tercapainya

pengelolaan perusahaan yang lebih transparan bagi semua pihak yang

berkepentingan. Bila konsep good corporate governance diterapkan

dengan baik maka dapat meningkatkan pertumbuhan suatu perusahaan

dengan transparansi pengelolaan perusahaan yang efektif dan nantinya

akan menguntungkan banyak pihak. Good corporate governance dapat

membantu menciptakan suatu lingkungan yang kondusif demi terciptanya

pertumbuhan yang efisien di sektor publik. Hubungan tersebut diatur

dengan tujuan untuk mencegah kondisi terjadi kesalahan yang fatal di

dalam strategi perusahaan dan berusaha memastikan bahwa kesalahan

tersebut dapat segera diperbaiki. Penerapan good corporate governance

dapat mempengaruhi kinerja dari suatu perusahaan yaitu kinerja

keuangan perusahaan. Dalam implementasi penerapan tata kelola

perusahaan yang baik maka perusahaan perlu menerapkan prinsip-

prinsip dasar dari good corporate governance agar perusahaan mampu

berjalan secara berkelanjutan. Organization for Economic Cooperation

and Development (OECD) 2004, menekankan prinsip-prinsip dasar dari

good corporate governance sebagai berikut:

1. Transparency (Transaparansi)
18

Transparansii merupakan upaya secara terbuka dalam

mengungkapkan dengan akurat terhadap kinerja perusahaan,

kepemilikan, serta yang berkepentingan. Perusahaan dapat

menyampaikan informasi secara tepat waktu dan mudah dipahami

oleh stakeholder.

2. Accountability (Akuntabilitas)

Akuntabilitas merupakan sistem pengawasan yang meliputi

monitoring evaluasi serta pengendalian terhadap manajemen

untuk meyakinkan bahwa manajemen bertindak sesuai aturan.

Akuntabilitas merupakan hal yang diperlukan dalam mencapai

kinerja yang berkelanjutan. Agar perusahaan mampu berjalan baik

maka wajib dikelola dengan benar, terstruktur dan sesuai dengan

kepentingan perusahaan.

3. Responsibility (Tanggung Jawab)

Responsibilitas merupakan tanggung jawab suatu pengurus

terhadap manajemen serta pertanggungjawaban kepada

perusahaan dan para stakeholders.

4. Independency (Kemandirian)

Perusahaan wajib dikelola secara independen dengan tujuan

untuk menghindari adanya timbulnya konflik yang berpotensi suatu

hal yang bersifat mendominasi.

5. Fairness (Kewajaran)

Perusahaan perlu perlakuan yang adil setara dan wajar dalam

memenuhi hak-hak sebagai stakeholders sesuai dengan aturan


19

yang berlaku. Kesetaraan dan kewajaran perlu diperhatikan oleh

para pemangku kepentingan.

Good Corporate Governance berfokus terhadap pertumbuhan

sektor publik untuk mengelola sumber daya yang dimiliki suatu instansi

dengan tata kelola pemerintahan yang baik secara efektif dan efisien

untuk kepentingan masyarakat dan sejalan dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku serta menghindari kepentingan pribadi seperti

fraud. Tujuan dari good corporate governance adalah mewujudkan

penyelenggaraan pemerintahan negara yang solid dan bertanggung

jawab serta efektif dengan menjaga sinergi interaksi yang konstruktif di

antara domain-domain negara, sector swasta dan masyarakat

(Kurniawan, 2005:12). Untuk menerapkan good corporate governance

agar tercapai harus dapat bekerja sama dan kesadaran diri sendiri dalam

menanamkan rasa peduli demi terwujudnya tata kelola pemerintahan

yang baik.

2.1.4 Pengendalian Internal

Pengendalian internal merupakan suatu proses, kebijakan, dan

prosedur yang didesain manajemen guna memastikan pelaporan

keuangan yang andal dan pembuatan laporan keuangan sesuai dengan

kerangka akuntansi yang berlaku (Tuanakotta, 2014:352). Menurut

COSO yang dikutip dalam (Sujarweni, 2015:70), pengendalian internal

merupakan rangkaian tindakan yang mencakup keseluruhan proses

dalam organisasi. Pengendalian internal berada dalam proses

manajemen dasar yaitu perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan.

Didukung dengan pernyataan dari (Hery, 2014:159) bahwa


20

pengendalian internal merupakan seperangkat kebijakan dan prosedur

untuk melindungi aset atau kekayaan perusahaan dari segala bentuk

tindakan penyalahgunaan, menjamin tersedianya informasi akuntansi

perusahaan yang akurat, serta memastikan bahwa semua ketentuan

(peraturan) hukum atau undang-undang serta kebijakan manajemen

telah dipatuhi atau diterapkan sebagaimana mestinya oleh seluruh

pegawai perusahaan. Penerapan pengendalian internal adalah pilihan

yang efektif untuk dijalankan sebuah perusahaan maupun organisasi

agar seluruh aset perusahaan dapat terlindungi dengan baik dari

tindakan pencurian dan penyalahgunaan yan gtidak sesuai dengan

kepentingan perusahaan. Agar pengendalian internal dapat berjalan

secara efektif seperti yang diharapkan oleh suatu organisasi maupun

perusahaan, maka harus memiliki unsur pokok yang dapat mendukung

prosesnya. Adapun unsur pokok pengendalian internal menurut

(Mulyadi, 2017:130), yaitu:

a. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab

dan wewenang secara tegas.

Struktur organisasi merupakan kerangka pembagian

tanggung jawab fungsional kepada unit-unit organisasi yang

dibentuk untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan pokok

perusahaan.

b. Sistem otorisasi dan prosedur pencatatan.

Dalam organisasi, setiap transaksi hanya terjadi atas dasar

otorisasi dari pejabat yang memiliki wewenang untuk

menyetujui terjadinya transaksi tersebut. Oleh karena itu,


21

dalam organisasi harus dibuat sistem yang mengatur

pembagian wewenang untuk otorisasi atas terlaksananya

setiap transaksi.

c. Praktik yang sehat.

Pembagian tanggung jawab fungsional dan sistem wewenang

dan prosedur pencatatan yang telah diterapkan tidak akan

terlaksana dengan baik jika tidak diciptakan upaya untuk

menjamin praktik yang sehat dalam pelaksanaannya.

d. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung

jawabnya.

Unsur mutu karyawan merupakan unsur sistem pengendalian

internal yang sangat penting. Jika suatu perusahaan memiliki

karyawan yang kompeten dan jujur, unsur pengendalian yang

lain dapat dikurangi sampai batas minimum dan perusahaan

tetap menghasilkan pertanggungjawaban keuangan yang

dapat diandalkan.

2.1.5 Pencegahan Kecurangan (Fraud)

Association of certified fraud (ACFE) mendefinisikan kecurangan

akuntansi sebagai tindakan kecurangan atau dikenal oleh seseorang atau

entitas yang mengetahui kesalahan dapat menyebabkan manfaat yang

tidak baik bagi orang lain. Kecenderungan kecurangan akuntansi adalah

tindakan yang terjadi karena adanya peluang untuk melakukan salah saji

dalam laporan keuangan dan salah saji yang timbul dari perlakuan tidak

semestinya terhadap asset (Alou, 2018).


22

Kecurangan adalah suatu perbuatan melawan hukum yang

dilakukan oleh orang-orang dari dalam dan atau luar organisasi, dengan

maksud untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan atau kelompoknya

yang secara langsung merugikan pihak lain (Tala, 2019:76). Kecurangan

(Fraud) adalah istilah umum, dan mencakup bermacam-macam arti

dimana kecerdikan manusia dapat menjadi alat yang dipilih seseorang

untuk mendapatkan keuntungan dari orang lain dengan representasi yang

salah (Bili, 2018:65).

Kecurangan (fraud) dalam literature akuntansi dan auditing, fraud

diartikan sebagai praktik kecurangan dan fraud juga sering diartikan

irregularity atau ketidakteraturan dan penyimpangan. Definisi menurut

black law dictionary (8th Ed) yaitu: suatu perbuatan yang disengaja untuk

menipu atau membohongi, suatu tipu daya atau cara yang tidak jujur

untuk mengambil atau menghilangkan uang, harta, hak yang sah milik

orang lain baik karena suatu tindakan atau dampak yang fatal dari

tindakan itu sendiri. Fraud menurut standar the institute of internal auditor

Tahun 2013 yaitu: segala yang dicirikan dengan pelanggaran

kepercayaan untuk mendapatkan uang, aset, jasa atau mencegah

pembayaran, kerugian atau untuk menjamin keuntungan/manfaat bagi

pribadi (Sunaryo, 2019).

Sugita (2018:171) mendefinisikan kecurangan “Fraud is criminal

deception intended to financially benefit the deceiver” yaitu kecurangan

adalah penipuan kriminal yang bermaksud untuk memberi manfaat

keuangan kepada si penipu. Kriminal disini berarti setiap tindakan

kesalahan serius yang dilakukan dengan maksud jahat. Ia memperoleh


23

manfaat dan merugikan korbannya secara financial dari tindakannya

tersebut. Biasanya kecurangan mencakup tiga langkah yaitu (1)

tindakan/the act., (2) penyembunyian/the concealment dan (3)

konversi/the conversion. Jadi fraud merupakan kegiatan yang dengan

sengaja tidak memasukan item yang dapat menyebabkan informasi

menjadi tidak benar, apabila suatu kesalahan dilakukan dengan sengaja

maka kesalahan tersebut merupakan kesalahan tersebut merupakan

fraud (fraudulent).

Mengingat betapa bahaya dan merugikannya kecurangan akuntansi

bagi perusahaan, maka sangat penting bagi perusahaan untuk mencegah

kecurangan akuntansi sedari awal. Dikarenakan menurut perkiraan para

ahli, kecurangan akuntansi yang terungkap hanyalah sebagian

kecurangan kecil dari seluruh kecurangan yang sebenarnya (Irwansyah

dan Syarifuadi, 2018). Menurut COSO (2018:13) pencegahan kecurangan

akuntansi pada umumnya merupakan aktivitas yang dilaksanakan dalam

hal penetapan kebijakan, sistem dan prosedur yang membantu bahwa

tindakan yang diperlukan sudah dilakukan dewan komisaris, manajemen,

dan personil lain dalam perusahaan untuk dapat memberikan keyakinan

memadai dalam mencapai tujuan organisasi yaitu efektivitas dan efisiensi

operasi, keandalan laporan keuangan, dan kepatuhan terhadap hukum

dan peraturan yang berlaku. Menurut Priantara (2018:191) penyebab

terjadinya fraud antara lain:

1. Incentive/pressure atau tekanan untuk melakukan fraud.

2. Peluang atau kesempatan untuk melakukan fraud (opportunity).

3. Dalih untuk membenarkan tindakan fraud (rationalization).


24

Menurut konsep fraud triangle, kesempatan yang paling besar

dalam mengendalikan fraud. Organisasi atau manajemen seharusnya

peduli dan serius dalam membangun sebuah proses, prosedur dan

kontrol serta tata kelola yang membuat semua personil dalam organisasi

tidak memiliki kesempatan untuk melakukan fraud. Opportunity juga

sangat berkaitan dengan integritas seseorang. Jika perusahaan memiliki

karyawan dengan integritas rendah dan perusahaan tidak menerapkan

pengendalian intern yang kuat sehingga memunculkan kesempatan

melakukan fraud maka risiko terjadinya fraud dalam perusahaan tersebut

akan semakin tinggi begitu pula sebaliknya.

Muna dan Harris (2018), menjelaskan bahwa terdapat dua tipe

kecurangan yaitu eksternal dan internal. Kecurangan eksternal (external

fraud) adalah kecurangan yang dilakukan oleh pihak luar terhadap

perusahaan. Kecurangan internal (internal fraud) adalah tindakan ilegal

yang dilakukan oleh karyawan, manajer, dan eksekutif terhadap

perusahaan. Kecurangan yang dilakukan oleh karyawan berupa

penyalahgunaan aset yang digunakan untuk memperoleh keuntungan

pribadi.

Standar auditing seksi 316 (SA 316) dalam Aryanti (2020)

menyatakan “pertimbangan atas kecurangan dalam audit laporan

keuangan” merupakan standar yang mengatur profesi akuntan publik atau

auditor independen agar mempertimbangkan faktor fraud dalam

mengaudit laporan keuangan suatu entitas atau organisasi. Pada SA 316

disebutkan dua jenis fraud yang perlu menjadi perhatian bagi akuntan
25

publik dalam mengaudit laporan keuangan suatu entitas. Fraud tersebut

adalah:

1. Penyimpangan atas aset (Asset Misappropriation)

Penyimpangan atas aset (Asset Misappropriation) adalah

salah saji yang timbul dari perlakuan yang tidak semestinya

terhadap aktiva entitas yang dapat berakibat laporan keuangan

tidak disajikan sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum di

Indonesia. Perlakuan tidak semestinya pada aktiva entitas

dapat dilakukan berbagai cara seperti penyalahgunaan,

penggelapan, pencurian aktiva atau pemalsuan perlakuan tidak

semestinya pada aktiva juga dapat disertai dengan dokumen

atau catatan palsu atau menyesatkan dan dapat menyangkut

individu atau lebih di suatu manajemen, karyawan maupun

pihak ketiga.

2. Pembuatan pernyataan atau pelaporan yang dipalsukan atau

salah (Fraudulent Statement).

Hal ini dilakukan karena hasrat untuk melakukan

kecurangan terlalu tinggi sehingga dapat mempengaruhi pihak

lain untuk terlibat dalam pernyataan yang salah serta pelaporan

yang dipalsukan.

Sunaryo (2019:181) Peran utama dari internal auditor sesuai

dengan fungsinya dalam pencegahan kecurangan (fraud) adalah

berupaya untuk menghilangkan atau meminimalisir sebab-sebab

timbulnya kecurangan tersebut. Karena pencegahan terhadap akan

terjadinya suatu tindakan kecurangan akan lebih mudah daripada


26

mengatasi bila telah terjadi kecurangan tersebut. Muna dan Harris (2018)

cara untuk mencegah terjadinya fraud di perusahaan yaitu sebagai

berikut:

1. Sosialisasi Standard Operating Procedure (SOP)

2. Kenyamanan bekerja dalam perusahaan.

3. Melakukan pemeriksaan atau audit dan evaluasi secara teratur.

4. Meningkatkan kemampuan karyawan dalam perencanaan

keuangan.

2.1.6 Moralitas Individu

Menurut Kasmir (2017:191) moralitas mempunyai arti yang pada

dasarnya sama dengan “moral”. Moral diartikan sebagai perbuatan dari

segi baik dan buruknya. Moralitas individu adalah kemampuan memahami

hal yang benar dan yang salah, yaitu memiliki keyakinan etika yang kuat

dan bertindak berdasarkan keyakinan tersebut, sehingga orang bersikap

benar dan terhormat. Adanya faktor keinginan memiliki dan kebutuhan

yang berhubungan dengan individu sebagai pelaku kecurangan atau

sebagai individual.

Menurut, Radhiah (2016) menyatakan moralitas merupakan kualitas

mengenai baik buruknya perilaku seseorang. Seseorang yang tidak 15

bermoral cenderung akan bertindak untuk melakukan kecurangan yang

akan merugikan orang lain. Artinya, semakin tinggi moralitas individu yang

dimiliki pegawai maka kecenderungan kecurangan akuntansi akan

semakin menurun. Moralitas Individu merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi Kecenderungan Kecurangan Akuntansi. Organisasi atau

instansi juga memiliki tanggung jawab moral. Tanggung jawab moral dari
27

manajemen organisasi mempengaruhi terjadinya perilaku tidak etis dan

kecenderungan kecurangan akuntansi. Semakin buruk moralitas dari

individu maka kemungkinan tindakan tidak etis dan Kecenderungan

Kecurangan Akuntansi akan semakin besar pula. Moral yang buruk dari

individu diasumsikan dapat mendorong individu bertindak tidak etis dan

berlaku curang dalam akuntansi. Menurut Gerwitz (2019:87) terdapat 4

tahapan penting dalam pembetukan moral seorang individu, antara lain:

1. Menginterpretasikan situasi dalam rangka memahami dan

menemukan tindakan apa yang mungkin untuk dilakukan dan

bagaimana efeknya terhadap keseluruhan masalah yang ada.

2. Menggambarkan apa yang harus dilakukan dengan nilai moral pada

situasi tertentu dengan tujuan untuk menetapkan suatu perilaku moral,

3. Memilih diantara nilai-nilai moral untuk memutuskan apa yang secara

actual akan dilakukan, dan

4. Melakukan tindakan sesuai dengan nilai-nilai moral.

2.2 Peneliti Terdahulu


Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang menjadi acuan bagi
penelitian ini. Berikut ini adalah ringkasan penelitian terdahulu yang disajikan
dalam bentuk Tabel 2.1.
Tabel 2.1
Hasil Penelitian Terdahulu
Nama Judul
No. Hasil Penelitian Perbedaan
Peneliti Penelitian
1. Ariastuti, Pengaruh Pengendalian internal Perbedaan penelitian
Andayani Pengendalian berpengaruh positif terdahulu dan sekarang
dan Internal, terhadap pencegahan terletak pada variabelnya,
Yuliantari Moralitas dan fraud. Sedangkan Penelitian terdaulu tidak
(2020) Penerapan Moralitas dan good mengadopsi variabel
Good corporate governance moderasi sedangkan
Corporate tidak berpengaruh penelitian sekarang
Governance terhadap pencegahan mengadopsi variabel
Terhadap fraud. pengendalian internal
28

Pencegahan sebagai variabel moderasi.


Fraud Pada Teknik analisis penelitian
LPD Se terdahulu menggunakan
Kecamatan analisis regresi linier
Denpasar berganda sedangkan
Utara penelitian sekarang
menggunakan teknik
analisis MRA.
2. Fitriani Analisis Fakor Good Corporate Perbedaan dengan
(2020) Yang Governance dan penelitian terdahulu dari
Mempengaruhi Pengendalian Internal segi teknik pengambilan
Kecurangan berpengaruh terhadap sampel dimana penelitian
(Fraud) dan Kecurangan (Fraud), sekarang menggunakan
Moralitas Moralitas Individu mampu teknik pengambilan sampel
Individu memoderasi pengaruh jenuh, karena jumlah
Sebagai Good Corporate sampel kurang dari 100
Variabel Governance dan responden dan sampel
Moderating Pengendalian Internal penelitian sekarang
(Survei pada terhadap Kecurangan menggunakan seluruh
Desa di (Fraud). jumlah populasi.
Kabupaten
Jember)
3. Romadaniati Pengaruh Kompetensi aparatur Perbedaan dengan
(2020) Kompetensi berpengaruh terhadap penelitian terdahulu dari
Aparatur Desa, pencegahan fraud, segi teknik pengambilan
Sistem Sistem pengendalian sampel dimana penelitian
Pengendalian internal berpengaruh sekarang menggunakan
Internal dan terhadap pencegahan teknik pengambilan sampel
Whistleblowin fraud, Whistleblowing jenuh, karena jumlah
g System system berpengaruh sampel kurang dari 100
Terhadap terhadap pencegahan responden dan sampel
Pencegahan fraud, moralitas individu penelitian sekarang
Fraud Pada memoderasi pengaruh menggunakan seluruh
Pemerintahan kompetensi aparatur desa jumlah populasi.
Desa terhadap
Dengan pencegahan fraud,
Moralitas moralitas individu tidak
Individu memoderasi pengaruh
Sebagai sistem pengendalian
Variabel internal terhadap
Moderasi. pencegahan
(Studi Pada fraud, dan moralitas
Desa-Desa individu memoderasi
Di Kabupaten pengaruh whistleblowing
Bengkalis) system terhadap
pencegahan fraud.
4. Aprilia & Pengaruh Pengendalian internal dan Perbedaan dengan
Anita (2021) pengendalian good corporate penelitian terdahulu adalah
internal, good governance tidak terletak pada penambahan
corporate berpengaruh terhadap variabel moderasi,
29

governance pencegahan fraud penelitian sekarang


terhadap mengadopsi variabel
pencegahan pengendalian internal
fraud sebagai variabel moderasi.
Teknik analisis data
penelitian terdahulu
menggunakan analisis
regresi linier berganda
sedangkan penelitian
sekarang menggunakan
teknik analisis MRA.
5. Lestari Pengaruh Moralitas Individu, Perbedaan dengan
(2021) Moralitas Komitmen Organisasi dan penelitian terdahulu adalah
Individu, Whistleblowing System terletak pada penambahan
Komitmen berpengaruh positif variabel moderasi,
Organisasi dan terhadap Pencegahan penelitian sekarang
Whistleblowin Kecurangan (Fraud). mengadopsi variabel
g System pengendalian internal
Terhadap sebagai variabel moderasi.
Pencegahan Teknik analisis data
Kecurangan penelitian terdahulu
(Fraud) dalam menggunakan analisis
Pengelolaan regresi linier berganda
Keuangan sedangkan penelitian
Desa ( Studi sekarang menggunakan.
Empiris Pada
Desa Se-
Kecamatan
Mengwi)
6. Febrianty Pengaruh Reward tidak berpengaruh
Perbedaan dengan
(2021) Reward dan terhadap pencegahan
penelitian terdahulu adalah
Moralitas fraud. Sedangkan
terletak pada penambahan
Individu moralitas individu
variabel moderasi,
terhadap berpengaruh positif
penelitian sekarang
Pencegahan terhadap pencegahan
mengadopsi variabel
Fraud fraud. pengendalian internal
sebagai variabel moderasi.
Teknik analisis data
penelitian terdahulu
menggunakan analisis
regresi linier berganda
sedangkan penelitian
sekarang menggunakan.
7. M Fahmullah Pengaruh Pengendalian internal dan Perbedaan dengan
& Arief pengendalian good corporate penelitian terdahulu adalah
(2022) internal dan berpengaruh positif dan terletak pada penambahan
good signifikan terhadap variabel moderasi,
corporate pencegahan fraud penelitian sekarang
governance mengadopsi variabel
terhadap pengendalian internal
30

pencegahan sebagai variabel moderasi.


fraud Teknik analisis data
penelitian terdahulu
menggunakan analisis
regresi linier berganda
sedangkan penelitian
sekarang menggunakan
teknik analisis MRA.
8. Khalisah Pengaruh Budaya organisasi tidak Perbedaan penelitian
(2022) Budaya berpengaruh dan tidak terdahulu dengan penelitian
Organisasi, signifikan terhadap yang sekarang adalah
Sistem pencegahan kecurangan terletak pada variabel
Informasi (fraud), sistem informasi bebas. Penelitian terdaulu
Akuntansi, dan
akuntansi berpengaruh mengadopsi variabel bebas
Whistleblowin
signifikan terhadap Budaya Organisasi, Sistem
g System
pencegahan kecurangan Informasi Akuntansi, dan
Terhadap (fraud), dan whistleblowing Whistleblowing System
Pencegahan system tidak berpengaruh sedangkan penelitian
Kecurangan dan tidak signifikan sekarang mengadopsi
(Fraud) terhadap pencegahan variabel bebas good
dengan Sistem
kecurangan (fraud). Pada corporate governance.
Pengendalianhasil uji hipotesis MRA
Internal sistem pengendalian
Sebagai internal mampu
Variabel memperkuat pengaruh
Moderasi antara budaya organisasi
(Studi Empiris
(quasi moderator)
Pada Badan
terhadap pencegahan
Usaha Milik
kecurangan (fraud), sistem
Negara Yang pengendalian internal
Terdapat Di
tidak mampu memperkuat
Kota pengaruh antara sistem
Palembang) informasi akuntansi
(homologiser moderator)
terhadap pencegahan
kecurangan (fraud), dan
sistem pengendalian
internal tidak mampu
memperkuat pengaruh
antara whistleblowing
system (predictor
moderasi) terhadap
pencegahan kecurangan
(fraud).
9. Bertha & Pengaruh Pengendalian internal dan Perbedaan dengan
Pinky (2022) pengendalian good corporate penelitian terdahulu adalah
internal dan governance berpengaruh terletak pada penambahan
good positif terhadap variabel moderasi,
corporate pencegahan fraud baik penelitian sekarang
governance secara parsial maupun mengadopsi variabel
31

terhadap simultan pengendalian internal


pencegahan sebagai variabel moderasi.
fraud Teknik analisis data
penelitian terdahulu
menggunakan analisis
regresi linier berganda
sedangkan penelitian
sekarang menggunakan
teknik analisis MRA.
10. Isniawati Analisis Sistem pengendalian Perbedaan dengan
(2022) Sistem internal berpengaruh penelitian terdahulu dari
Pengendalian signifikan terhadap segi teknik pengambilan
Internal dan pencegahan kecurangan sampel dimana penelitian
Good laporan keuangan, sekarang menggunakan
Corporate sedangkan good teknik pengambilan sampel
Governance corporate governance jenuh, karena jumlah
Dalam berpengaruh positif sampel kurang dari 100
Mencegah signifikan terhadap responden dan sampel
Kecurangan pencegahan kecurangan penelitian sekarang
Dengan laporan keuangan. menggunakan seluruh
Moderasi Selanjutnya, moralitas jumlah populasi.
Moralitas individu mampu
Individu memoderasi pengaruh
sistem pengendalian
internal dan good
corporate governance
terhadap pencegahan
kecurangan laporan
keuangan.

2.3 Kerangka Pemikiran


Berdasarkan uraian penjelasan di atas, maka kerangka pemikiran dalam
penelitian ini sebagai berikut:

Moralitas Individu Sebagai Pemoderasi Pengaruh Penerapan Good


Corporate Governance dan Pengendalian Internal Terhadap Pencegahan
Fraud Pada Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten
Badung

Good Corporate
Governance (X1) H1

Pencegahan
(Fraud) (Y)
32

H2

Pengendalian
Internal (X2)

H3 H4

Moralitas Individu
(Z)

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, dapat dijelaskan bahwa


penelitian ini terdiri dari variabel moralitas individu sebagai variabel
moderasi, variabel good corporate governance dan pengendalian internal
sebagai variabel bebas dan pencegahan (fraud) sebagai variabel terikat.
Good corporate governance, pengendalian internal berpengaruh terhadap
pencegahan fraud, moralitas individu memoderasi hubungan antara good
corporate governance terhadap pencegahan fraud dan moralitas individu
memoderasi hubungan antara pengendalian internal terhadap pencegahan
fraud.

2.4 Hipotesis Penelitian


2.4.1 Pengaruh good corporate governance terhadap pencegahan
fraud
Good corporate governance merupakan tata kelola perusahaan
yang dirancang dan diproses oleh perusahaan guna mempengaruhi
pengarahan, pengelolaan, serta pengontrolan suatu perusahaan atau
korporasi. Tata kelola perusahaan juga mencakup hubungan antara
para pemangku kepentingan yang terlibat serta tujuan pengelolaan
perusahaan.
Pernyataan tersebut sejalan dengan grand theory pada penelitian
ini. Menurut Ardianto (2018:54) Fraud Triangle Theory
33

menggambarkan tentang good corporate governance, dimana good


corporate governance pada dasarnya merupakan tata kelola
manajemen perusahaan yang berperan penting dalam mencegah
terjadinya kecurangan. Penerapan good corporate governance diyakini
mampu menekan peluang kecurangan yang terjadi pada perusahaan,
karena dengan tata kelola manajemen yang baik mampu
mengarahkan planning ke arah yang lebih tepat seperti pembagian
tugas yang sesuai dengan insentif yang diterima oleh setiap karyawan.
Hasil penelitian juga sejalan dengan kajian empiris yang dilakukan
sebelumnya oleh (M Fahmullah & Arief, 2022) menunjukan bahwa
terdapat hubungan positif antara good corporate governance dengan
pencegahan fraud. Sejalan dengan penelitian (Bertha & Pinky, 2022)
yang hasilnya menyatakan bahwa good corporate governance
berpengaruh positif terhadap pencegahan fraud. Berdasarkan temuan
tersebut, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H1 : Good corporate governance berpengaruh positif terhadap
pencegahan fraud.
2.4.2 Pengaruh pengendalian internal terhadap pencegahan fraud
Pengendalian internal adalah sistem dan prosedur dari sebuah
perusahaan untuk melindungi aset-aset di dalam perusahaan. Hal ini
juga digunakan untuk memastikan kepatuhan terhadap kebijakan dan
peraturan yang berlaku.
Pernyataan tersebut sejalan dengan grand theory pada penelitian
ini. Menurut Jensen dan Meckling (1976:67) agency theory
menggambarkan tentang pengendalian internal, dimana pada
dasarnya pengendalian internal memiliki hubungan antara karyawan
dengan pimpinan. Tugas yang didelegasikan oleh pimpinan kepada
karyawan akan dikerjakan oleh karyawan dan karyawan
bertanggungjawab penuh terhadap tugas tersebut, maka diperlukan
hubungan yang baik antar karyawan dengan pimpinan agar
pengendalian internal dapat dijalankan dengan baik serta tidak terjadi
kecurangan pada setiap tugas yang telah didelegasikan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan kajian empiris yang dilakukan
sebelumnya oleh Ariastuti, Andayani dan Yuliantari (2020) yang
34

menyatakan bahwa pengendalian internal berpengaruh positif


terhadap pencegahan fraud. Penelitian yang dilakukan oleh M
Fahmullah & Arief (2022) menyatakan bahwa pengendalian internal
berpengaruh positif terhadap pencegahan fraud serta penelitian yang
dilakukan oleh Bertha & Pinky (2022) menyatakan bahwa
pengendalian internal berpengaruh positif terhadap pencegahan fraud.
Berdasarkan temuan tersebut, maka hipotesis dalam penelitian ini
adalah:
H2 : Pengendalian internal berpengaruh positif terhadap pencegahan
fraud.

2.4.3 Moralitas individu memoderasi hubungan antara good corporate


governance terhadap pencegahan fraud
Menurut, Radhiah (2016) menyatakan moralitas merupakan kualitas
mengenai baik buruknya perilaku seseorang, seseorang yang tidak
bermoral cenderung akan bertindak untuk melakukan kecurangan
yang akan merugikan orang lain. Maka moralitas Individu menjadi
salah satu upaya untuk mencegah terjadinya kecurangan khususnya
pada organisasi atau instansi yang harus memiliki tanggung jawab
moral.
Pernyataan tersebut sejalan dengan grand theory pada penelitian
ini. Menurut Ardianto (2018:54) penerapan Fraud Triangle Theory
sebagai dasar teori penelitian adalah berdasarkan definisinya Fraud
Triangle Theory merupakan tiga faktor yang menyebabkan seseorang
melakukan kecurangan. Faktor tersebut merupakan motivasi
seseorang yang ingin melakukan kecurangan, oleh karena itu faktor ini
memiliki hubungan dengan variabel good corporate governance
terhadap pencegahan fraud, dimana melalui Fraud Triangle Theory
akan memperkecil peluang terjadinya tindakan kecurangan atau fraud,
karena teori ini akan memperkuat good corporate governance dalam
menata kelola perusahaaan ke arah yang lebih baik serta
meningkatkan sikap professional karyawan agar menjungjung tinggi
moralitas serta tanggungjawab atas segala tindakan yang telah
dilakukan. Moralitas individu diyakini sebagai sikap yang mampu
35

mengubah pola pikir individual untuk meminimalisir terjadinya risiko


kecurangan, maka dalam penerapan Fraud Triangle Theory moralitas
individu dijadikan sebagai variabel moderasi yang dikhususkan untuk
mengetahui pengaruh yang ditimbulkan antar hubungan variabel good
corporate governance terhadap pencegahan fraud. Pengaruh tersebut
dikatakan berdampak positif apabila moralitas individu mampu
meningkatkan tata kelola perusahaan serta pengawasan untuk
meminimalisir terjadinya kecurangan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan kajian empiris yang dilakukan
sebelumnya oleh Fitriani (2020) menyatakan bahwa moralitas individu
memoderasi hubungan antara good corporate governance terhadap
pencegahan fraud serta penelitian yang dilakukan oleh Isniawati
(2022) juga menyatakan bahwa moralitas individu memoderasi
hubungan antara good corporate governance terhadap pencegahan
fraud. Berdasarkan temuan tersebut, maka hipotesis dalam penelitian
ini adalah:
H3 : Moralitas individu memoderasi hubungan antara good corporate
governance terhadap pencegahan fraud.

2.4.4 Moralitas individu memoderasi hubungan antara pengendalian


internal terhadap pencegahan fraud
Pencegahan kecurangan (fraud) adalah upaya untuk
menghilangkan atau meminimalisir sebab-sebab timbulnya kecurangan
terkait merugikan aset perusahaan. Pernyataan tersebut sejalan
dengan grand theory pada penelitian ini. Menurut Jensen dan Meckling
(1976:67) penerapan Agency Theory sebagai dasar teori dalam
penelitian ini, dimana teori ini dinyatakan sebagai hubungan yang
terjalin antara pemilik perusahaan (principal) mempekerjakan orang
lain (agent) untuk memberikan jasa dan kemudian mendelegasikan
wewenang pengambilan keputusan kepada agent tersebut, oleh
karena itu hubungan ini akan menimbulkan peluang bagi agent ketika
perusahaan tidak mampu memberikan insentif yang sesuai dengan
bidang pekerjaan yang telah didelegasikan. Pencegahan kecurangan
bisa dilakukan dengan melakukan penataan kelola perusahaan
36

dengan baik sesuai dengan planning yang telah dijalankan serta


memperketat sistem pengendalian internal dengan tujuan memantau
aktivitas operasional serta meningkatkan moralitas individu guna
menerapkan sikap professional dan tanggungjawab atas tugas yang
telah didelegasikan. Moralitas individu dalam penerapan agency theory
dijadikan sebagai variabel yang mampu memoderasi hubungan antara
variabel good pengendalian internal terhadap pencegahan fraud,
dimana melalui moralitas individu pencegahan kecurangan dilakukan
dengan meningkatkan hubungan antara karyawan dengan pimpinan.
Langkah ini dilakukan guna meningkatkan nilai moral serta sikap
tanggungjawab terhadap tugas yang telah didelegasikan, selain hal
tersebut peningkatan moralitas individu diyakini mampu meningkatkan
sistem pengendalian internal akibat hubungan yang terjalin baik antar
karyawan dengan pimpinan akan memudahkan melakukan
pengawasan di setiap kegiatan operasional sehingga kecurangan
dapat diminimalisir.
Hasil penelitian ini sejalan dengan kajian empiris dilakukan
sebelumnya sebelumnya oleh Fitriani (2020) menyatakan bahwa
moralitas individu memoderasi hubungan antara pengendalian internal
terhadap pencegahan fraud serta penelitian yang dilakukan oleh
Isniawati (2022) juga menyatakan bahwa moralitas individu
memoderasi hubungan antara pengendalian internal terhadap
pencegahan fraud. Berdasarkan temuan tersebut, maka hipotesis
dalam penelitian ini adalah:
H4 : Moralitas individu memoderasi hubungan antara pengendalian
internal terhadap pencegahan fraud.

2.5 Definisi Operasional


Dalam penelitian menggunakan satu variabel bebas yaitu good corporate
governance, satu variabel terikat pencegahan fraud dan satu variabel
moderasi yaitu pengendalian internal. Berikut penjelasan lebih lanjut terkait
variabel penelitian:
2.5.1 Good Corporate Governance (X1)
37

Good corporate governance atau tata kelola perusahan


merupakan peraturan yang mengatur hubungan manajemen,
pemerintah, karyawan serta yang berkepentingan dalam internal
maupun eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak dan kewajiban
mereka, tujuan dari good corporate governance disini adalah untuk
menciptakan nilai tambah bagi stakeholders perusahaaan (Forum for
Corporate Governance in Indonesia (FCGI), 2001). Menurut
Suryadewi (2020:230) indikator yang digunakan untuk mengukur tata
kelola perusahaan yaitu sebagai berikut:
2.5.1.1 Kemandirian
Kemandirian adalah suatu keadaan dimana Perusahaan
dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan
atau pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai
dengan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip
korporasi yang sehat.
2.5.1.2 Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kejelasan fungsi, pelaksanaan dan
pertanggungjawaban organ Perseroan maupun pegawai
sehingga pengelolaan perusahaan dapat dilaksanakan secara
efektif.
2.5.1.3 Pertanggungjawaban
Pertanggungjawaban adalah kesesuaian pengelolaan
Perusahaan terhadap peraturan perundang- undangan yang
berlaku termasuk peraturan dan kebijakan Perusahaan, dan
prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
2.5.1.4 Kewajaran
Kewajaran adalah keadilan dan kesetaraan dalam
memenuhi hak-hak stakeholders yang timbul berdasarkan
perjanjian perundang-undangan, kebijakan Perusahaan,
peraturanperaturan Perusahaan dan ketentuan lainnya serta
prinsipprinsip korporasi yang sehat.

2.5.2 Pengendalian Internal (X2)


38

Pengendalian internal merupakan suatu proses, kebijakan, dan


prosedur yang didesain manajemen guna memastikan pelaporan
keuangan yang andal dan pembuatan laporan keuangan sesuai
dengan kerangka akuntansi yang berlaku (Tuanakotta, 2014:352).
Menurut Suryono (2018:115) adapun indikator yang digunakan untuk
mengukur pengawasan atau pengendalian internal perusahaan
sebagai berikut:
2.5.2.1 Lingkungan Pengendalian (Control Environment)
Lingkungan pengendalian merupakan seluruh aspek mulai
dari perilaku, struktur, dan pedoman yang ada pada sebuah
operasional perusahaan. Dengan adanya lingkungan
pengendalian ini suatu perusahaan dapat menjadi lebih disiplin
dan terstruktur.
2.5.2.2 Penilaian Risiko (Risk Assessment)
Penilaian risiko merupakan proses yang dilakukan oleh
suatu instansi atau organisasi dan merupakan bagian yang
integral dari proses pengelolaan risiko dalam pengambilan
keputusan risiko dengan melakukan tahap identifikasi risiko,
analisis risiko, dan evaluasi risiko.
2.5.2.3 Aktivitas Pengendalian (Control Activity)
Aktivitas pengendalian adalah tindakan yang ditetapkan
melalui kebijakan dan prosedur yang membantu memastikan
arahan manajemen untuk mengurangi risiko terhadap
pencapaian tujuan. Aktivitas pengendalian dilakukan disemua
tingkat entitas, pada berbagai tahap dalam proses bisnis, dan
pada lingkungan teknologi.

2.5.3 Pencegahan Fraud (Y)


Menurut COSO (2018:13) pencegahan fraud pada umumnya
merupakan aktivitas yang dilaksanakan dalam hal penetapan
kebijakan, sistem dan prosedur yang membantu bahwa tindakan yang
diperlukan sudah dilakukan dewan komisaris, manajemen, dan
personil lain dalam perusahaan untuk dapat memberikan keyakinan
memadai dalam mencapai tujuan organisasi yaitu efektivitas dan
39

efisiensi operasi, keandalan laporan keuangan, dan kepatuhan


terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. Menurut Tuanakotta
(2018:162) indikator yang digunakan untuk mencegah tindak
kecurangan yaitu sebagai berikut:
2.5.2.1 Risk Analysis
Desain kebijakan anti korupsi harus diawali dengan
melakukan analisa apa saja pola korupsi yang mungkin terjadi.
Kemudian ditindaklanjuti dengan desain progam anti korupsi
yang sejalan dengan analisa tersebut.
2.5.2.2 Implementasi
Melakukan sosialisasi kebijakan anti korupsi, pelatihan anti
korupsi, dan evaluasi proses bisnis untuk menghindari korupsi.
2.5.2.3 Sanksi
Harus ada sosialisasi kepada seluruh karyawan mengenai
sanksi atas korupsi. Sanksi itu dapat berupa pengurangan
kompensasi, tidak naik jabatan, atau bahkan pemecatan
dan/atau proses hukum.
2.5.2.4 Monitoring
Melakukan evaluasi program anti korupsi secara berkala
dan mengambil langkah perbaikan secara terus menerus.

2.5.4 Moralitas Individu (Z)


Moralitas merupakan kualitas mengenai baik buruknya perilaku
individu, seseorang yang tidak bermoral cenderung akan bertindak
untuk melakukan kecurangan yang akan merugikan orang lain, maka
moralitas Individu menjadi salah satu upaya untuk mencegah
terjadinya kecurangan khususnya pada organisasi atau instansi yang
harus memiliki tanggung jawab moral. Tanggung jawab moral dari
manajemen organisasi mempengaruhi terjadinya perilaku tidak etis,
semakin buruk moralitas dari individu maka kemungkinan tindakan
tidak etis dan kecurangan (fraud) akan semakin besar pula. Moral
40

yang buruk dari individu diasumsikan dapat mendorong individu


bertindak tidak etis dan berlaku curang dalam akuntansi (Radhiah,
2016). Menurut Santrock (2018:181) indikator yang digunakan untuk
mengukur tingkat moralitas yang dimiliki individu sebagai berikut:
2.5.4.1 Modeling

Setiap orang selalu dihadapkan pada model yang


berperilaku secara moral, mereka cenderung meniru perbuatan
model tersebut. Efektifitas meniru perbuatan disesuaikan pada
karakteristik model tersebut.
2.5.4.2 Situasional

Moral dan perbuatan seseorang sangat dipengaruhi


situasi, seperti faktor kesenjangan dan lingkungan antara
tindakan dan pemikiran. Seseorang cenderung tidak
menampakan perbuatan yang konsisten dalam situasi sosial
yang berbeda-beda.
2.5.4.3 Lingkungan

Perbuatan seseorang tidak dapat berkembang, demikian


juga dengan moral dimana nilai norma yang terdapat pada
seseorang merupakan suatu yang diperoleh dari luar dirinya
atau lingkungannya.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah
Kabupaten Badung. Alasan memilih BPKAD sebagai tempat penelitian
didasari atas keterlibatan BPKAD dalam pengelolaan aset daerah yang
berhubungan dengan pendapatan daerah, dimana kegiatan operasi ini
cenderung berpeluang tinggi dalam tindak kecurangan (fraud) akibat
perputaran keuangan yang tinggi. Terakit hal tersebut penelitian ini sangat
cocok untuk diteliti dengan topik pencegahan fraud.
3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Menurut (Sugiyono, 2018:213) Populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini
sebanyak 96 Karyawan BPKAD Kabupaten Badung Periode 2021.
3.2.2 Sampel
Sugiyono (2019:217) menyatakan bahwa Sampel adalah bagian
dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik sampel jenuh, dimana teknik sampel ini digunakan apabila
jumlah sampel penelitian sedikit atau tidak lebih dari 100 sampel. Jadi
sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh jumlah
Karyawan BPKAD Kabupaten Badung periode 2021 sebanyak 41
responden. Karyawan BPKAD Kabupaten Badung dipilih sebagai
sampel atas dasar tanggapan mengenai pencegahan tindakan
kecurangan (fraud) yang dikemas dalam bentuk kuesioner. Adapun 41
responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini yang dapat
dilihat pada tabel 3.1 sebagai berikut:

41
42

Tabel 3.1
Data Responden
No Divisi Jumlah
1. Sub. Bidang Perbendaharaaan 29 orang
2. Sub. Bidang Akuntansi dan Pelaporan 12 orang
Total 41 orang

3.3 Jenis Data


Jenis data kuantitatif yang digunakan adalah angka-angka seperti data-
data skor dari jawaban setiap responden.
3.4 Sumber Data
Sumber data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari
sumbernya, dicatat dan diamati pertama kali oleh peneliti. Dalam penelitian
ini yang termasuk data primer adalah jawaban dari kuesioner terkait tingkat
kecurangan yang terjadi dan diisi oleh karyawan BPKAD Kabupaten Badung.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data kuesioner, dimana
kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan
data yang efisien bisa diharapkan responden. Selain itu, kuesioner juga
cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar atau tersebar di wilayah
yang luas. Terkait pengukuran pernyataan responden pada penelitian ini
menerapkan point skala likert sebagai penentu ukuran dari setiap jawaban
pernyataan dari responden, adapun point pengukuran dengan skala likert
yang dapat dilihat sebagai berikut:
1 = Sangat Tidak Setuju (STS)
2 = Tidak Setuju (TS)
3 = Kurang Setuju (KS)
4 = Setuju (S)
5 = Sangat Setuju (SS)
3.6 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert.
Menurut Sugiyono Ghozali (2018:38) skala likert adalah skala yang
43

digunakan untuk mengukur suatu sikap, pendapat dan persepsi seseorang


atau sekelompok orang tentang suatu fenomena sosial. Penelitian ini
menggunakan jenis instrumen kuesioner. Kuesioner dibagikan secara
langsung kepada responden, pemberian skor pada setiap pernyataan
kuesioner berbeda-beda. Responden yang menjawab Sangat Setuju diberi
skor (5), Setuju diberi skor (4), Kurang Setuju diberi skor (3), Tidak Setuju
diberi skor (2) dan Sangat Tidak Setuju diberi skor (1).
3.6.1 Uji Validitas
Menurut Ghozali (2018:40) uji validitas digunakan untuk mengukur
sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Kuesioner dikatakan valid
jika pertanyaan pada instrumen atau kuesioner mampu
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.
Pengujian validitas dilakukan secara statistik dengan membandingkan
nilai corrected item total correlation dengan nilai taraf sebesar 0,30.
Data dinyatakan valid jika nilai corrected item total correlation > 0,30
sebaliknya jika nilai corrected item total correlation < 0,30 data
dinyatakan tidak valid.
3.6.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Kuesioner dikatakan
reliabel atau handal jika jawaban responden terhadap pernyataan
adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2018:41).
Pengukuran reliabilitas dilakukan dengan cara one shot yaitu
pengukuran sekali saja, yang kemudian hasilnya dibandingkan
dengan pernyataan lain atau mengukur korelasi antar jawaban
pernyataan. SPSS memberikan fasilitas untuk mengukur reliabilitas
dengan uji statistik Cronbach alpha. Suatu konstruk atau variabel
dikatakan reliabel jika besarnya nilai Cronbach Alpha lebih dari 0,70
(Ghozali, 2018:41).

3.7 Teknik Analisis Data


Penelitian ini dalam menganalisis data dibantu dengan Statistical
Package for Social Sciences (SPSS) yang merupakan software statistic yang
dapat memproses data statistic dengan cepat dan tepat kemudian
44

menghasilkan berbagai output. Dalam penelitian ini menggunakan analisis


MRA (Moderad Regression Anallysis), uji asumsi klasik, koefisien
determinasi, uji f dan uji t. Berikut ini penjelasan mengenai teknik analisis
dalam penelitian ini:
3.7.1 Uji Asumsi Klasik
Menurut Ghozali (2018:45) uji asumsi klasik adalah persyaratan
statistik yang harus dipenuhi pada analisis regresi linear berganda
yang berbasis ordinary leas square (OLS). Penelitian ini menggunakan
3 jenis uji asumsi klasik diantaranya: uji normalitas, uji multikolinearitas
dan uji heteroskedastisitas.
3.7.1.1 Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2018:54) uji normalitas dilakukan untuk
menguji apakah dalam model regresi variabel independen dan
variabel dependen atau keduanya mempunyai distribusi normal
atau tidak. Apabila variabel tidak berdistribusi secara normal
maka hasil uji statistik akan mengalami penurunan. Uji
normalitas data dapat dilakukan dengan menggunakan One
Sample Kolmogorov Smirnov yaitu dengan ketentuan apabila
nilai signifikan diatas 0,05 maka data terdistribusi normal,
sedangkan jika hasil One Sample Kolmogorov Smirnov
menunjukkan nilai signifikan dibawah 0,05 maka data tidak
terdistribusi normal.
3.7.1.2 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas diperlukan untuk mengetahui ada atau
tidaknya kolerasi antara variabel bebas (independen) dalam
satu model, hubungan inilah yang disebut multikolinearitas.
Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai
tolerance dan lawannya VIF (variance inflation factor). Data
dinyatakan bebas dari gejala multikolinearitas jika nilai
tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10 sebaliknya jika nilai
tolerance 0,10 dan nilai VIF > 10, maka terjadi gejala
multikolinearitas (Ghozali, 2018:167).
3.7.1.3 Uji Heterokedastisitas
45

Heterokedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam


suatu model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual
pada satu pengamatan ke pengamatan lain, jika varian dari
residual pada satu pengamatan ke pengamatan lain tetap
disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah
model yang tidak terdapat heterokedastisitas. Uji
heterokedastisitas dalam penelitian ini menggunakan Uji
Glejser. Uji Glejser dilakukan dengan membuat model regresi
yang melibatkan nilai absolute residual, yaitu dengan
meregresikan nilai absolute residual dengan variabel
independen (Ghozali, 2018:61). Ketentuan yang digunakan
adalah jika nilai signifikan > 0,05, maka tidak terjadi gejala
heterokedastisitas yang artinya model regresi tersebut tidak
mengandung adanya heterokedastisitas.
3.7.2 Uji Interaksi MRA (Moderad Regression Analysis)
Uji interaksi atau sering disebut Moderated Regression Analysis
(MRA) merupakan aplikasi khusus regresi berganda linear dimana
dalam persamaan regresinya mengandung unsur interaksi (perkalian
dua atau lebih independen) yang bertujuan untuk mengetahui apakah
variabel moderating akan memperkuat atau memperlemah hubungan
antara variabel independen dan variabel dependen (Ghozali, 2018:68).
Moderated Regression Analysis (MRA) dalam penelitian ini digunakan
untuk pengujian terhadap pure moderator yang dilakukan dengan
membuat regresi interaksi, tetapi variabel moderator tidak berfungsi
sebagai variabel independen (Ghozali, 2018:71). Adapun bentuk
persamaan regresi uji MRA yang dapat dilihat sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3(X1*Z) + b4(X2*Z) + e


Keterangan:
a : Nilai Konstanta
b : Koefisien Regresi
Y : Pencegahan Fraud
X1 : Good Corporate Governance
X2 : Pengendalian Internal
46

Z : Moralitas Individu
e : Error

3.7.3 Koefisien Determinasi


Koefisien determinasi pada intinya untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.
Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah
terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam
model. Penambahan satu variabel independen, maka akan
meningkatkan pengaruh antara variabel independen terhadap variabel
dependen. Berbeda halnya dengan koefisien determinasi Adjusted R
Square dapat naik atau turun apabila satu variabel independen
ditambah ke dalam model, walaupun kenyataannya hasil penelitian
yang dikehendaki bernilai positif namun dapat pula bernilai negatif
pada variabel dependen (Ghozali, 2018:116).
3.7.4 Uji F
Uji F digunakan untuk mengetahui model penelitian dengan
menguji hipotesis nol bahwa apakah data empiris sesuai dengan model
(tidak ada perbedaan antara model dengan data sehingga model dapat
dikatakan fit). Pengujian model mempergunakan level of significance
5% (Ghozali, 2018:143). Berikut merupakan ketentuan pengujian Uji F:

1) Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka hipotesis diterima. Artinya model


penelitian sesuai dengan nilai observasinya, sehingga model
penelitian mampu memprediksi nilai observasinya.
2) Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka hipotesis ditolak. Artinya ada
perbedaan signifikan antara model dengan nilai observasinya.
sehingga model penelitian tidak mampu memprediksi nilai
observasinya.
3.7.5 Uji t
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel
independen secara individu berpengaruh terhadap variabel dependen.
Ketentuan penerimaan atau penolakan pengujian ini dilihat dari angka
47

signifikan kurang dari 0,05 serta nilai t hitung lebih besar dari ttabel, maka
hipotesis alternatif diterima dan hipotesis nol ditolak (Ghozali,
2018:145). Berikut merupakan pembahasan lebih jelas terkait
ketentuan pengujian uji t, berdasarkan nilai signifikansi dan nilai t-test:
1) Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka hipotesis diterima.
2) Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka hipotesis ditolak.
48
DAFTAR PUSTAKA

Alou. (2018). Pengaruh Kesesuaian Kompensasi, Moralitas Manajemen, Dan


Keefektifan Pengendalian Internal Terhadap Kecenderungan Kecurangan
Akuntansi Pada Perusahaan Konstruksi Di Manado. Jurnal Akuntransi
Universitas Sam Ratulangi, 2(1), 139–148.

Ariastuti, Andayani dan Yuliantari (2020). Pengaruh Pengendalian Internal,


Moralitas dan Penerapan Good Corporate Governance Terhadap
Pencegahan Fraud Pada LPD Se Kecamatan Denpasar Utara. Jurnal
Akuntransi UNHI, 1(2), 1–14.

Ardianto. (2018). Pencegahan Kecenderungan Kecurangan Fraud Melalui Teori


fraud triangle (p. 54). Bandung Grafika.

Aprilia & Anita (2021). Pengaruh Pengendalian Internal, Good Corporate


Governance Terhadap Pencegahan Fraud. Jurnal Akuntransi Universitas
Stikubank Semarang, 4(4), 1–10.

Bertha & Pinky (2022). Pengaruh Pengendalian Internal Dan Good Corporate
Governance Terhadap Pencegahan Fraud. Jurnal Akuntransi Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi Jayakarta, 3(2), 98–122.

Bili. (2018). Pengujian Teori Fraud Pentagon Terhadap Fraudulent (p. 65).
Jakarta Press.

Cressey. (2018). Teori Pencegahan Kecenderungan Kecurangan (p. 119).


Selemba Empat.

Ghozali Imam. (2018). Aplikasi Analisis Multivariete Dengan Program IBM SPSS
25 (edisi kesepuluh) (p. 112). Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Irwansyah dan Syarifuadi. (2018). Pengaruh Efektivitas Pengendalian Internal,


Kesesuain Kompensasi, Moralitas Manajemen, Ketaatan Aturan Akuntansi,
Dan Asimetri Informasi Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi.
Jurnal Akuntansi Universitas Bengkulu, 8(2), 89–100.

Jensen dan Meckling. (1976). Theory of the firm: Managerial behavior, agency
cost and ownership structure”, Journal of Finance Economic (p. 67).
University of Windsor.

Khalisah (2022). Pengaruh Budaya Organisasi, Sistem Informasi Akuntansi, dan


Whistleblowing System Terhadap Pencegahan Kecurangan (Fraud) dengan
Sistem Pengendalian Internal Sebagai Variabel Moderasi (Studi Empiris
Pada Badan Usaha Milik Negara Yang Terdapat Di Kota Palembang).
Jurnal Akuntransi UMP, 4(1), 29–39.

Muna dan Harris. (2018). Pengaruh Pengendalian Internal Dan Asimetri


Informasi Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi (Penelitian
Persepsi Pengelola Keuangan Pada Perguruan Tinggi Negeri Blu). Jurnal
Akuntansi Universitas Brawijaya, 6(1), 35–44.

49
M Fahmullah & Arief (2022). Pengaruh Pengendalian Internal Dan Good
Corporate Governance Terhadap Pencegahan Fraud. Jurnal Akuntransi
UNDIKSHA, 6(1), 19–36.

Sugita. (2018). Algoritme Fraud Dalam Merugikan Perusahaan Manufaktur (p.


171). Bandung: Alfabeta.

Sugiyono, D. (2019). Metode penelitian kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sunaryo. (2019). Pengaruh Kesesuaian Kompensasi, Sistem Informasi Akuntansi


dan Keefektifan Pengendalian Internal Terhadap Kecenderungan
Kecurangan Akuntansi. Jurnal Akuntansi Universitas Pembangunan Jaya,
11(1), 69–82.

Suryadewi, S. dan G. (2020). Pengaruh Motivasi, Kompensasi Dan Disiplin Kerja


Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan. Jurnal Manajemen Uudayana, 9(9),
3383–3402.

Suryono. (2018). Praktek Dasar Dalam Penentuan Sistem Pengendalian Internal


(p. 115). Bandung Grafika.

Tala. (2019). Kecurangan (Fraud) Pada Perusahaan Bertaraf Internasional (p.


76). Sinar Grafika.

50
51

LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1
KUESIONER PENELITIAN
PENGENDALIAN INTERNAL SEBAGAI PEMODERASI PENGARUH PENERAPAN
GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP PENCEGAHAN FRAUD
PADA BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAN ASET DAERAH
KABUPATEN BADUNG

Badung, 07 Oktober 2022


Perihal : Permohonan Menjadi Responden
Kepada Yth.
Bapak/Ibu/Saudara/I Responden
di-
Tempat
Dengan hormat,
Sehubungan dengan penyusunan tugas akhir (skripsi) di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Nasional, bersama dengan
surat ini saya:
Nama :
NPM :
Jurusan : Akuntansi
52

Bermaksud melakukan penelitian mengenai “Pengendalian Internal


Sebagai Pemoderasi Pengaruh Penerapan Good Corporate
Governance dan Moralitas Individu Terhadap Pencegahan Fraud
Pada Badan Pengelola Keuangan Dan Aset Daerah Kabupaten
Badung”.
Sehubungan dengan hal tersebut, saya berharap kesediaan
Bapak/Ibu/Saudara/I dapat meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner
atau pernyataan yang dilampirkan. Informasi yang disampaikan dalam
kuesioner hanya semata-mata untuk tujuan ilmiah dan tidak akan
digunakan untuk tujuan yang lainnya, serta akan terjaga kerahasiaannya.
53

Demikian hal ini saya sampaikan dan atas bantuan serta perhatian
Bapak/Ibu/Saudara/i, saya haturkan terimakasih.
Hormat Saya,

A. Identitas Responden
Mohon Bapak/Ibu berkenan mengisi identitas berikut atau
memberi tanda check list (√) pada kotak yang tersedia.
1. Nama Responden : ……………………………………………
2. Jenis Kelamin Laki - Laki :

Perempuan

3. Usia : Tahun
4. Pendidikan Terakhir Diploma Sarjana
:

Megister

5. Lama Bekerja : < 5 Tahun 6-10 Tahun

> 10 Tahun

B. Petunjuk Pengisian Kuesioner


1. Cara pengisian kuesioner adalah:
a. Semua pertanyaan dijawab dengan cara memberikan tanda (√)
pada salah satu jawaban yang tersedia dan paling tepat
menurut persepsi Bapak/Ibu/Saudara/I.
b. Saya sangat mengharapkan pengembalian kuesioner ini paling
lambat dalam jangka waktu satu (1) minggu sejak
Bapak/Ibu/Saudara/I menerimanya.
54

c. Terimakasih sebelumnya atas kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/I


meluangkan waktu untuk berpartisipasi dan melengkapi
kuesioner ini.
2. Terdapat beberapa pilihan pernyataan, yaitu:
STS : Sangat Tidak Setuju KS : Kurang Setuju
SS : Sangat Setuju TS : Tidak Setuju
S : Setuju

A. Good Corporate Governance (X1)


Pernyataan berikut ini akan menggambarkan persepsi
Bapak/Ibu/Saudara/I terhadap Good Corporate Governance pada
BPKAD Kabupaten Badung.
No Pernyataan Alternatif Jawaban
. STS T KS S SS
S
1 Karyawan BPKAD selalu mementingkan
kepentingan perusahaan guna
meningkatkan sikap professional
karyawan
2 Pihak pimpinan BPKAD telah jelas
membagi tugas dan tanggungjawab dari
setiap karyawan
3 Karyawan dituntut untuk tegas dan
bertanggungjawab atas tindakan yang
telah dilakukan
4 Pihak pimpinan BPKAD selalu adil dalam
membagi tugas yang sesuai dengan
kemampuan karyawan
Sumber: Suryadewi (2020:230)

B. Pengendalian Internal (X2)


Pernyataan berikut ini akan menggambarkan persepsi
Bapak/Ibu/Saudara/I terhadap Pengendalian Internal pada BPKAD
Kabupaten Badung.
No Pernyataan Alternatif Jawaban
. STS T KS S SS
S
55

1 Pihak pimpinan BPKAD selalu melakukan


pengawasan untuk mengetahui
perkembangan situasi lingkungan
pengendalian internal
2 Penilaian resiko digunakan untuk
meminimalisir kerugian aset akibat
terjadinya tindak kecurangan
3 Aktivitas pengendalian dijalankan dan
diawasi secara ketat guna mengetahui
perkembangan BPKAD
Sumber: Suryono (2018:115)

C. Pencegahan Fraud (Y)


Pernyataan berikut ini akan menggambarkan persepsi
Bapak/Ibu/Saudara/I terhadap Pencegahan Fraud pada BPKAD
Kabupaten Badung.
No Pernyataan Alternatif Jawaban
. STS T KS S SS
S
4 Pihak pimpinan BPKAD selalu melakukan
pemeriksaan secara berkala terkait
laporan keuangan untuk menganalisis
resiko
5 Pihak BPKAD selalu melakukan
sosialisasi anti korupsi guna
memberantas tindakan yang merugikan
negara
6 Sanksi akan dikenakan apabila terdapat
karyawan yang melanggar kode etika
BPKAD
7 Pihak pimpinan selalu melakukan
pengawasan secara berkala dan evaluasi
kinerja karyawan setiap minggunya guna
memberantas peluang terjadinya tindak
kecurangan
Sumber: Tuanakotta (2018:162)
56

D. Moralitas Individu (Z)


Pernyataan berikut ini akan menggambarkan persepsi
Bapak/Ibu/Saudara/I terhadap Moralitas Individu pada BPKAD
Kabupaten Badung.
No Pernyataan Alternatif Jawaban
. STS T KS S SS
S
1 Karyawan BPKAD selalu selalu mengikuti
model perilaku seniornya dalam
menjalankan tugas
2 Perilaku atau moral dari setiap Karyawan
BPKAD selalu dipengaruhi oleh situasi
atau keadaan disekitar
3 Perkembangan moral atau perilaku
Karyawan BPKAD bergantung pada
lingkungan tempat kerja
Sumber: Santrock (2018:181)

Anda mungkin juga menyukai