Anda di halaman 1dari 55

FUNGSI DAN PENGGUNAAN ALAT KESELAMATAN

PADA KM. LINTAS BRANTAS


MILIK PT. LINTAS KUMALA ABADI

LAPORAN PRAKTEK KERJA

Disusun guna memenuhi salah satu persyaratan

Kelulusan program Diploma III

Prodi Studi Nautika

Oleh :
ANDI ALPIAN M
173026 N

SEKOLAH TINGGI MARITIM YOGYAKARTA


JULI 2021

i
HALAMAN PERSETUJUAN
PROPOSAL PRAKTEK KERJA
1.JUDUL : FUNGSI DAN PENGGUNAAN ALAT
KESELAMATAN PADA KM. LINTAS
BRANTAS MILIK PT. LINTAS KUMALA
ABADI

2.DIAJUKAN OLEH :
2.1 Nama : Andi Alpian M
2.2 NRP : 173026/ N
2.3 Tempat/ Tanggal Lahir : Pangkalan, 27 Juli 1999
2.4 Jurusan : Nautika
2.5 Angkatan : 2017/2018
2.6 Alamat : Dusun 1 Pangkalan, kec.
Rawas Ulu, kab. Musi
Rawas Utara, prov.
Sumatera Selatan

3. DOSEN PEMBIMBING : Ade Chandra Kusuma,


S.Pel., M.M,
Yogyakarta, 27 Juli 2021
Penyusun

Andi Alpian M
NRP. 173026 /N

Mengetahui: Menyetujui:
Ketua Prodi Nautika, Dosen Pembimbing,

Didik Sisdiyanto, ANT-I,M.Mar. Ade Chandra Kusuma, S.Pel., M.M,


NIK.001900219 NIK. 0504127701

Mengetahui:
Ketua STIMARYO,

Dr. Wegig Pratama M.Pd


NIP. 196208271987031 1002

ii
MOTTO

Berserah kepada tuhan untuk hidup ini

(Penyusun)

Kesuksesan bukan berawal dari mimpi tapi motivasi yang harus tetap dijagai
dalam hati

( Penyusun )

Keluarlah dari zona nyaman karna tak selamanya akan selalu berada disana

( Penyusun )

Usaha Do’a dan orang dalam adalah kunci kesuksesaan

( Penyusun )

iii
HALAMAN PERSEMBAHAN

Laporan ini Penyusun persembahkan untuk :

1. Kedua orang tua saya di rumah yang selalu mendoakan kesuksesan saya dan

terutama ibu saya yang selalu mensuport saya untuk menjadi lebih baik lagi

kedepannya agar bisa menjadi anak yang bisa dibanggakan.

2. Adik-adik saya, terimakasih atas segala doa dan support.

3. Teman-teman satu angkatan dan seluruh sahabat saya dimanapun berada. Yang

selalu menemani saya dalam menyusun laporan ini hingga selesai.

4. Keluarga besar kampus Sekolah Tinggi Maritim Yogyakarta.

iv
PERNYATAAN ORISINALITAS

Laporan Praktek Kerja ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik

yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar, tidak ada

unsur plagiat hasil karya orang lain.

Nama : Andi Alpian M

NRP : 173026 N

Tanda Tangan :

Tanggal : 27 Juli 2021

v
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkah,
rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan proposal
Praktek Berlayar dengan sebagaimana mestinya. Adapun maksud dari penyusunan
proposal praktek berlayar adalah merupakan tahapan-tahapan dalam
mengumpulkan data-data maupun informasi secara langsung maupun tidak
langsung penyusun dapatkan sesuai judul yaitu “Fungsi dan Penggunaan Alat
Keselamatan Pada Kapal KM. Lintas Brantas Milik Perusahaan PT. Lintas
Kumala Abadi.

Penyusun menyadari sepenuhnya akan kekurangan dan keterbatasan


kemampuan dalam penyusunan proposal prakter berlayar, tanpa adanya bantuan
dan kerja sama dari berbagai pihak, maka dari itu penyusun mengucapkan terima
kasih kepada:

1. Dr. Wegig Pratama. M.Pd, selaku Ketua Sekolah Tinggi Maritim


Yogyakarta.
2. Bapak Didik Sisdiyanto, ANT-I,M.Mar Selaku Ketua Prodi Studi Nautika
yang telah memberikan ilmu dan wawasan sebagai bekal melaksanakan
praktek kerja.
3. Bapak Ade Chandra Kusuma, S.Pel, M.M., Selaku Dosen
Pembimbing,Yang telah memberikan pembekalan sebelum pembuatan
Laporan Praktek Kerja dan Membantu dalam bimbingan Laporan Praktek
Kerja selama ini.
4. Bapak/ Ibu Dosen dan Staf Karyawan Sekolah Tinggi Maritim Yogyakarta
yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan dibangku kuliah dan yang
turut mendukung dalam pembuatan proposal praktek berlayar.
5. Kedua Orang Tua serta keluarga tercinta, yang terus meberikan doa yang
tiada henti.
6. Teman-teman Sekolah Tinggi Maritim Yogyakarta dan sahabat yang
selalu memberikan support dan dukungan dalam penyusunan proposal.

vi
7. Serta semua pihak baik teman-teman di kos dan teman satu daerah
maupun senior yang telah membantu dalam penyusunan proposal praktek
berlayar.

Dalam hal ini penyusunan mengajukan permohonan kepada perusahaan


pelayaran untuk dapat membantu saya dalam melaksanakan praktek berlayar.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa proposal ini masih sangat jauh dari
sempurna, maka penyusun mengaharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak. Atas perhatian dan bantuannya penyusun
mengucapkan banyak terima kasih.

Yogyakarta, 27 Juli 2021

Penyusun

Andi Alpian M

NRP. 173026 N

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN................................................................... iii

PERNYATAAN ORISINALITAS........................................................... iv

HALAMAN MOTTO............................................................................... v

HALAMAN PERSEMBAHAN................................................................ vi

KATA PENGANTAR............................................................................... vii

DAFTAR ISI............................................................................................. ix

BAB I : PENDAHULUAN....................................................................... 1

1.1 Penegasan Arti Judul..................................................................... 1


1.2 Alasan Pemilihan Judul................................................................. 2
1.3 Latar Belakang Masalah................................................................ 3
1.4 Rumusan Masalah.......................................................................... 4
1.5 Tujuan Penyusunan Laporan......................................................... 4
1.6 Manfaat Penyusunan Laporan....................................................... 5
1.7 Tinjauan Teoritis............................................................................ 6
1.8 Metodologi Penyusunan................................................................ 16

BAB II : GAMBARAN UMUM .............................................................. 18

2.1 Sejarah Singkat Perusahaan........................................................... 18


2.2 Letak Geogafis dan Topografi....................................................... 18
2.3 Fasilitas-fasilitas yang dimiliki..................................................... 19
2.4 Struktur Organisasi........................................................................ 20
2.5 Ship’s particular............................................................................ 24

viii
BAB III : PEMBAHASAN....................................................................... 25

3.1 Pemanfaatan dan Cara Kerja Alat Keselamatan............................ 25


3.1.1 Life Saving Appliance........................................................ 26
3.1.2 Visual Signal..................................................................... 36
3.1.3 Simulasi Kebakaran............................................................ 39

BAB IV :KESIMPULAN DAN SARAN.................................................. 41

4.1 Kesimpulan.................................................................................... 41
4.2 Saran.............................................................................................. 42

DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 43

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................. 44

ix
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Penegasan Arti Judul

1.1.1 Fungsi adalah rincian tugas yang sejenis atau erat hubungannya satu sama

lain untuk dilakukan oleh seorang pegawai tertentu yang masing-masing

berdasarkan sekelompok aktivitas sejenis menurut sifat atau pelaksanaannya

(Sutarto, 2008:22).

1.1.2 Penggunaan adalah jabatan (pekerjaan) yang dilakukan (Anton Moelino,

2007:245).

1.1.3 Alat adalah benda yang dipakai untuk mengerjakan sesuatu atau

memperagakan sesuatu (Anton M.Moeliono, 2007:27).

1.1.4 Keselamatan kapal adalah keadaan kapal yang memenuhi persyaratan

material, konstruksi, bangunan permesinan dan pelistrikan, stabilitas, tata susunan

serta perlengkapan termasuk perlengkapan alat penolong dan radio, elektronik

kapal yang dibuktikan dengan sertifikat setelah dilakukan pemeriksaan dengan

pengujian (UU RI no.17 tahun 2008 Bab I pasal I).

1.1.5 Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan jenis tertentu, yang

digerakkan dengan tenaga angina, tenaga mekanik, energi lainnya, ditarik atau

ditunda, termasuk kendaraan berdaya dukung dinamis, kendaraan dibawah air,

serta alat apung dan bangunan terapung yang tidak berpindah-pindah (UU RI

no.17 tahun 2008 Bab I pasal I).

1
Dari penegasan judul secara keseluruhan adalah fungsi dan penggunaan

alat keselamatan diatas kapal berdasarkan SOLAS 1974 Chapter III sangatlah

penting untuk keselamatan awak kapal dengan memahami alat-alat keselamatan

tersebut dan melakukan pelatihan sesuai dengan jadwal yang ada diatas kapal.

1.2 Alasan Pemilihan Judul

1.2.1 Alasan Umum (Ilmiah)

Penyusun ingin memperdalam dan mengembangkan ilmu pengetahuan di

bidang kemaritiman khususnya di bidang penggunaan alat-alat keselamatan yang

sesuai dengan SOLAS 1974 Chapter III tentang alat-alat keselamatan.Sehingga

penyusun dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi kemajuan ilmu

pengetahuan kemaritiman.Selain itu juga dikarenakan oleh kurangnya teori

tentang alat-alat keselamatan di atas kapal.

1.2.2 AlasanTerapan (Praktek)

Alat keselamatan di dunia pelayaran dalam negeri kurang diperhatikan, hal

ini terbukti dari banyak kecelakaan yang telah menelan banyak korban jiwa dan

harta yang terjadi akhir-akhir ini. Kecelakaan itu selalu disebabkan oleh keadaan

cuaca dan manusia juga (Human Error) karena kurang diperhatikan alat

keselamatan (Safety) yang ada di atas kapal tersebut. Seandainya alat itu tersedia

dan ada tempatnya, dapat meminimalisir jumlah korban yang ada.

1.2.3 AlasanLainnya

Dalam tulisan ini penulis bermaksud untuk dapat menambah wawasan

bagi para pembaca pada umumnya mengenai fungsi dan penggunaan alat

keselamatan di atas kapal.

2
1.3 Latar Belakang Masalah

Majunya dunia ekonomi dan dibukanya kebutuhan pasar global, maka

semakin banyak masyarakat dan perusahaan maupunn pengusaha membutuhkan

angkutan transportasi murah serta efektif. Maka banyak perusahaan pelayaran

menambah armada untuk memnuhi kebutuhan transportasi.Namun masih banyak

perusahaan yang menambah armadanya tetapi tidak memperhatikan tentang alat-

alat keselamatan yang ada di atas kapal, dimana perusahaan menginginkan

bagaimana kapal tersebut dapat beroperasi dan menghasilkan keuntungan

sebanyak mungkin tanpa memperhatikan keselamatan awak kapal. Padahal hal ini

sudah diatur dalam SOLAS (Safety Of Life At Sea) yang seharusnya diaplikasikan

pada semua kapal-kapal, merinci alat-alat keselamatan berdasarkan jenis,

perlengkapannya, spesifikasi konstruksi, metode-metode penetapan kapasitasnya

dan ketentuan-ketentuan untuk memelihara dan terjadinya juga perincian

prosedur-prosedur darurat dan latihan-latihan rutin (Sammy Rosadi, 2002:13).

Apabila alat keselamatan diatas kapal tidak dilengkapi maka ketika terjadi sesuatu

keaadaan darurat yang tidak diinginkan seperti kapal bocor, tenggelam, ataupun

kebakaran,maka alat yang akan digunakan tidak ada dan hal ini berakibat sangat

fatal bagi keselamatan jiwa manusia yang berada diatas kapal tersebut. Akan

tetapi dibalik pentingnya alat-alat keselamatan diatas kapal masih terdapat

permasalahan lainnya yaitu bagaimana fungsi alat-alat keselamatan dan apakah

seluruh awak kapal sudah mengerti dan memahami cara penggunaannya. Tidak

semua alat-alat keselamatan yang ada diatas kapal penggunaannya sesuai dengan

peraturan yang berlaku, salah satu contohnya adalah lifebuoy dan lifejacket.

3
Selama penyusun melaksanakan Praktek Berlayar di KM. Lintas Brantas

lifebuoy dan lifejacket lebih sering digunakan sebagai pelampung bagi awak kapal

pada saat berenang di sekitar pelabuhan. Selain itu, visual signal seperti rocket

parachute dan hand flare juga penggunaannya tidak sesuai dengan peraturan yang

seharusnya berfungsi untuk memberikan sinyal darurat ditengah laut pada saat

terjadi keadaan darurat. Di KM. Lintas Brantas rocket parachute dan hand flare

sering digunakan sebagai petasan pada saat malam tahun baru. Untuk itu selain

pentingnya alat-alat keselamatan diatas kapal, pemanfaatan juga sangat penting

untuk menghindari kebingungan dari kapal, penggunaannya juga sangat penting

untuk menghindari kebingungan dari kapal lain atau orang-orang disekitar apakah

pada saat kita menggunakan alat-alat keselamatan tersebut benar-benar meminta

pertolongan atau tidak. Dari uraian diatas maka penyusun tertarik untuk

mengambil topic tentang alat keselmatan pada KM. Lintas Brantas dimana tempat

penyusun melakukan Praktek Berlayar.

1.4 Rumusan Masalah

Dengan uraian latar belakang tersebut, maka penyusun membuat rumusan

masalah yaitu bagaimana kesiapan crew dalam penggunaan alat keselamatan pada

kapal KM. LINTAS BRANTAS milik perusahaan PT. LINTAS KUMALA

ABADI.

1.5 Tujuan Penulisan Laporan

1.5.1 Tujuan Akademik

4
Sebagai tugas akhir untuk memenuhi persyaratan kelulusan Taruna-Taruni

program Nautika jenjang diploma III di Sekolah Tinggi Ilmu Maritim

Yogyakarta, dengan melaksanakan praktek kerja.

1.5.2 Tujuan Ilmiah

Untuk memberikan sumbangan pemikiran yang berguna untuk

pengembangan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh dari bangku kuliah,

selain itu penyusun ingin memperoleh pengetahuan secara langsung

dilapangan mengenai fungsi dan penggunaan alat keselamatan di atas

kapal.

1.5.3 Tujuan Lain

Untuk memberikan informasi pengetahuan bagi sesama Taruna dan

pembaca berkaitan dengan pengetahuan tentang alat keselamatan di kapal.

1.6 Manfaat Penulisan Laporan

Sebagai taruna yang sudah menyelesaikan studinya di Sekolah Tinggi

Maritim Yogyakarta maka penyusun diharuskan membuat Laporan Praktek

Berlayar sebagai pertanggung jawaban dalam penerapan ilmu pengetahuan yang

penyusun peroleh di bangku kuliah. Adapun manfaat penyusunan laporan ini

adalah sebagai berikut :

1.6.1 BagiPenyusun

Setelah Praktek Berlayar penyusun sudah terbiasa dan tidak canggung lagi

untuk menghadapi masalah yang timbul akibat cara pemanfaatan alat-alat

keselamatan.

1.6.2 Bagi Akademik

5
Bagi Akademik memberikan pengetahuan dan informasi-informasi yang

bermanfaat bagi taruna-taruni Sekolah Tinggi Maritim Yogyakarta

khususnyatentang betapa pentingnya keselamatan dalam mendukung

operasi suatu kapal dalam pelayaran.

1.6.3 Bagi Pembangunan

Untuk meningkatkan keterampilan professional Ahli Nautika Tingkat III

(ANT III) dan ikut serta dalam pembangunan.

1.7 Tinjauan Teoritis

Alat – alat keselamatan sudah jelas diatur dalam SOLAS 1974

(Internasional Convention for the Safety of Life at Sea) yang seharusnya

diaplikasikan pada semua kapal, dengan ketentuan – ketentuan untuk

mengoperasikannya sesuai dengan prosedur dan Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 51 Tahun 2002 Bab VI tentang keselamatan kapal yang tertera

jelas menyimpulkan bahwa setiap kapal berbendera Indonesia dan kapal yang

beroperasi di perairan Indonesia harus memenuhi fungsinya sebagai alat

keselamatan(Sammy Rosady,2002;13).

1.7.1 Alat Keselamatan (Life Saving Appliances)

Pengaturan pengadaan dan penggunaan alat-alat keselamatan yang ada di

peruntukan sesuai SOLAS Convention dibahas dalam “Life Saving AppliancesAnd

Arrangement”(Pieter Batti,200;38)

Regulasi 4.Mengatur pengadaan dan persetujuan yang diperlukan oleh

pemerintah.Suatu alat keselamatan sebelum digunakan di kapal harus melalui

6
pengujian lebih dulu dan sudah diuji oleh pemerintah berdasarkan metode yang

ekuivalen dengan hasil yang memuaskan.

Bila alat-alat keselamatan belum diuji oleh pemerintah (flage state),

pemakaiannya harus yakin bahwa alat-alat tersebut telah memenuhi persyaratan

sesuai SOLAS Convention.Regulasi 5. Mengatur permintaan pemerintahan untuk

melakukan pengujian alat-alat keselamatan yang akan diproduksi oleh

manufaktursupaya hasil produksinya memenuhi standar contoh (prototype) yang

ada diuji dan disetujui.Alat keselamatan yang harus ada diatas kapal terdiri dari :

1.7.1.1 Sekoci penolong atau life boat

1.7.1.2 Rakit penolong atau liferaft

1.7.1.3 Pelampung penolong atau lifebuoy

1.7.1.4 Rompi renang atau life jacket

1.7.1.5 Alat pelempar tali atau line throwing apparatus

1.7.1.6 Rescue boat

1.7.1.7 Emergency Positioning Indicating Radio Beacon (EPIRB)

1.7.1.8 Search And Rescue Radar Transponder (SART)

1.7.1.9 Visual signal

a. Rocket parachute

b. Hand flare

c. Smoke signal

1.7.2 Alat-Alat Keselamatan dan Syarat – Syaratnya

Alat-alat keselamatan harus memiliki standar agar alat-alat keselamatan

7
Dapat berfungsi dengan baik saat digunakan dalam keadaan darurat di atas kapal.

Adapun syarat-syaratnya sesuai SOLAS 1974 chapter III adalah sebagai berikut :

1.7.2.1 Sekoci Penolong (lifeboat)

Sekoci penolong berfungsi untuk menolong ABK dan penumpang apabila

terjadi kecelakaan di kapal pada saat berlayar yang mengharuskan para ABK dan

penumpang meninggalkan kapal. Dalam SOLAS 1974 chapter III ditentukan

bahwa sekoci harus memenuhi persyartan sebagai berikut :

a. Harus cukup kuat diturunkan kedalam air dengan aman pada kondisi sarat

muatan atau penumpang penuh serta perlengkapan-perlengkapan yang

dibutuhkan, disamping itu harus mempunyai kekuatan sedemikian rupa

sehingga mampu menahan beban penumpang 25% lebih banyak dari

jumlah ABK yang sesungguhnya.

b. Dilengkapi dengan tanki-tangki udara sebagai daya apung cadangan untuk

menghindari tenggelamnya sekoci meskipun dalam keadaan terbalik.

c. Mempunyai kelincahan dan kecepatan sedemikian rupa sehingga dapat

dengan cepat menghindari badan kapal yang mengalami kecelakaan.

d. Mempunyai bentuk sedemikian rupa sehingga dapat berlayar pada kondisi

lautan yang bergelombang dan mempunyai stabilitas yang baik jika

diamuati dengan penumpang yang diijinkan.

e. Harus dapat diturunkan dengan mudah dan cepat walaupun kapal dalam

keadaan miring 15 derajat.

8
f. Dilengkapi dengan alat yang memungkinkan penumpang yang berada di

air dapat naik keatas sekoci dengan mudah.

g. Dilengkapi dengan alat yang memungkinkan penumpang yang berada di

air dapat naik ke atas sekoci dengan mudah.

h. Motor harus dapat dengan mudah dihidupakn dalam kondisi apapun dan

tangki bahan bakar harus cukup penuh untuk dapat berlayar selama 24

jam.

1.7.2.2 Rakit Penolong (liferaft)

Rakit penolong (liferaft) juga termasuk alat keselamatan yang penting dan

wajib yang harus ada diatas kapal. Rakit penolong hamper sama dengan sekoci

penolong dapat menampung banyak penumpang hanya saja lebih mudah

penggunaannya. Adapun syarat-syaratnya sesuai SOLAS 1974 chapter III adalah

sebagai berikut :

a. Harus dapat stabil dalam keadaan laut berombak

b. Jika dilemparkan dari ketinggian 18 meter tidak mengalami kerusakan.

c. Jika dikembangkan, tenda dapat terpasang secara otomatis.

d. Dilengkapi dengan tali tangkap dan tali pegangan.

e. Jika terbalik dapat ditegakkan kembali oleh satu orang.

f. Dilengkapi dengan alat untuk memungkinkan orang naik keatas rakit

dari laut atau air.

g. Mempunyai bobot tidak lebih dari 180 kg.

h. Lantainya kedap air dan tahan dingin.

9
i. Bahannya kuat untuk bertahan dilaut bagaimanapun selama 30 hari.

j. Daya angkut rakit minimal 6 orang dan maksimal 25 orang.

1.7.2.3 Pelampung Penolong (lifebuoy)

Pelampung penolong juga termasuk alat keselamatan yang penting dan

harus ada di atas kapal.Pelampung penolong biasanya digunakan untuk menolong

seorang crew atau penumpang yang jatuh ke laut (man over board). Adapun

syarat-syaratnya sesuai SOLAS 1974 chapter III adalah sebagai berikut :

a. Dibuat dari bahan apung yang menyatu.

b. Diameter luar 800 mm dan diameter dalam 400 mm.

c. Dapat mengapung selama 24 jam dengan beban minimal 14,5 kg.

d. Tidak terbakar atau meleleh setelah terkurung api selama 2 menit.

e. Mampu dilemparkan dari ketinggian 30 meter.

f. Dilengkapi dengan lampu yang dapat menyala sendiri setelah terkena

air.

g. Mempunyai berat maksimal 2,5 kg.

h. Dilengkapi dengan alat pemantul cahaya.

i. Tidak rusak oleh pengaruh minyak

1.7.2.4 Rompi Renang (life jacket)

Rompi renang (life jacket) juga merupakan alat keselamatan penting yang

harus ada diatas kapal.Rompi renang hanya dapat digunakan oleh 1 orang.

10
Adapun syarat-syarat rompi penolong (life jacket) sesuai SOLAS 1974 chapter III

diantaranya :

a. Terbuat dari gabus padat utuh atau dari bahan yang sejenis.

b. Dapat terapung selama 24 jam dengan beban minimal 14,5 kg.

c. Tahan terhadap minyak.

d. Mempunyai warna yang mudah dilihat dan mencolok.

e. Diberi nama kapal dan pelabuhan registrasi kapal tersebut.

f. Terdapat lampu yang dapat menyala secara terus menerus selama

minimal 45 menit.

1.7.2.5 Alat Pelempar Tali (line throwing apparatus)

Alat pelempar tali (line throwing apparatus) merupakan alat yang

digunakan untuk melempar tali pada korban atau sekoci saat angina kencang dan

jarak jangkauan terlalu jauh untuk dilempar. Adapun syarat-syaratnya sesuai

SOLAS 1974 chapter III adalah sebagai berikut :

a. Dapat melontarkan tali dengan kecepatan wajar.

b. Dapat melemparkan tali sekurang-kurangnya 230 meter dalam cuaca

baik.

c. Dilengkapi dengan sekurang-kurangnya 4 tali yang masing-masing

mempunyai kekuatan putus tidak kurang dari 2 kn.

d. Dilengkapi dengan petunjuk singkat cara penggunaan alatpelempar tali

tersebut.

e. Roket yang ditembakkan harus menyatu dengan tali.

11
1.7.2.6 Sekoci Penyelamat (rescue boat)

Rescue boat berfungsi untuk menolong korbang yang mengalami

kecelakaan pada saat pelayaran. Dalam SOLAS 1974 chapter III ditentukan

bahwa rescue boat harus memnuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Berdaya tamping minimal 5 orang dan 1 orang berbaring.

b. Memiliki panjang minimal 3,8 meter dan maksimal 8,5 meter.

c. Memiliki motor permanen atau temple.

d. Memiliki kecepatan minimal 6 knot.

1.7.2.7 Emergency Positioning Indicating Radio Beacon (EPIRB)

EPIRB merupakan alat keselamatan yang berfungsi mengirimkan posisi

terakhir kapal pada saat terjadi kecelakaan selama pelayaran. EPIRB akan secara

otomatis mengirimkan sinyal bila kapal tenggalam dan pada kedalaman ± (kurang

lebih) 4 meter. EPIRB harus memenuhi persyaratan sesuai SOLAS 1974 chapter

V sebagai berikut :

a. Memiliki baterai yang bertahan selama 12 bulan penuh.

b. EPIRB harus dalam posisi on.

1.7.2.8 Search And Rescue Radar Transponder (SART)

SART merupakan alat keselmatan yang termasuk dalam Global Maritim

Distress Safety System (GMDSS) yang digunakan untuk mengirim sinyal yang

menunjukkan lokasi sebuah sekoci penyelamat atau perahu darurat menggunakan

sebuah peralatan penerima berstandar AIS class A. posisi dan singkronisasi

waktu yang diberikan SART diperoleh dari sebuah GNSS receiver dan

12
mengirimkan posisinya selang setiap 1 menit. Setiap menit dan posisi yang

dikirimkan dalam sebuah laporan seri dari posisi 8 yang sama, hal ini dilakukan

untuk menjaga kemungkinan tertinggi yang sekurang-kurangnya satu dari laporan

posisi dikirimkan pada titik tertinggi sinyal gelombangnya. Adapun persyaratan

sesuai SOLAS 1974 chapter V adalah sebagai berikut :

a. Memiliki baterai yang bertahan selama 12 bulan penuh.

b. SART harus dalam posisi on.

1.7.3 Visual Signal

Visual signal merupakan alat keselamatan yang berupa isyarat untuk

meminta bantuan terhadap kapal-kapal yang berada disekitar agar dapat melihat

dan menolong korban. Adapun macam-macam visual signal adalah sebagai

berikut :

1.7.3.1 Rocket Parachute

Rocket Parachute adalah salah satu alat yang digunakan untuk meminta

pertolongan saat keadaan darurat dengan cara menembakkan parasut bercahaya ke

udara. Adapun syarat-syarat sesuai SOLAS 1974 chapter III adalah sebagai

berikut :

a. Bila ditembakkan secara vertikal mampu mencapai ketinggian tidak

kurang dari 300 meter.

b. Menyala dengan warna terang.

c. Menyala dengan bentuk nyala tetap.

d. Mempunyai jangka waktu nyala tidak kurang dari 40 detik.

e. Mempunyai kecepatan turun tidak lebih dari 5 meter per detik.

13
f. Tidak merusak paying maupun rangkaiannya pada waktu menyala.

1.7.3.2 Hand Flare

Hand Flare juga merupakan salah satu alat yang digunakan untuk

meminta pertolongan saat keadaan darurat terjadi. Berbeda dengan rocket

parachute, hand flare tidak ditembakkan tetapi ketika menyala hand flare bisa

dipegang di tangan. Adapun syarat-syaratnya sesuai SOLAS 1974 chapter III

adalah sebagai berikut :

a. Menyala dengan warna merah terang.

b. Menyala dengan bentuk nyala tetap.

c. Mempunyai jangka waktu nyala tidak kurang dari 1 menit.

1.7.3.3 Smoke Signal

Smoke signal adalah salah satu untuk meminta pertolongan saat keadaan

darurat terjadi. Setelah menyala smoke signal dilemparkan dan dibiarkan

menyala.adapun persyaratannya sesuai SOLAS 1974 chapter III adalah sebagai

berikut :

a. Memancarkan asap berwarna sangat mencolok dengan kecepatan tetap

selama jangka waktu tidak kurang dari 3 menit pada waktu terapung di

air tenang.

b. Tidak terbenam di air laut.

c. Terus menerus menyala setelah terendam dalam jangka waktu 10 detik

pada 100 mm dibawah permukaan air.

1.7.4 Kesiapan Alat Keselamatan dan Inspeksi

14
Semua alat-alat keselamatan harus siap untuk digunakan setiap

saat.Sebelum kapal meninggalkan pelabuhan dan selama dalam pelayaran. Untuk

itu, SOLAS 1974 chapter III juga mengatur jadwal minimal untuk inspeksi alat

keselamatan kapal, dengan ketentuan berikut :

1.7.4.1 Dewi-dewi yang digunakan perlu diinspeksi secara periodic (bulanan dan

tahunan) dengan perhatian khusus untuk area yang bergesekan.

1.7.4.2 Inspeksi terhadap semua perahu darurat (sekoci dan rakit), perahu

penyelamat dan alat untuk menurunkannya untuk memastikan

bahwasemua siap digunakan.

1.7.4.3 Semua mesin pada sekoci penolong dijalankan selama 3 menit atau lebih.

Pada saat pemanasan mesin ini perlu diperiksa apakahmesin berjalan

dengan semestinya. Beberapa mesin tidak dapat menyala hingga 3 menit

bila tidak terendam air, dalam kondisi ini air perlu disediakan untuk

menguji mesin.

1.7.4.4 Semua sekoci atau perahu penyelamat perlu dilepas dari posisi

penyimpannya dikapal bila kondisi cuaca dan laut memungkinkan.

1.7.4.5 Inspeksi peralatan penyelamat, termasuk sekoci dilakukan bulanan

menggunakan checklist yang disediakan SOLAS 1974 chapter III.

1.7.4.6 Diservis periodic tidak lebih dari 12 bulan pada stasiun servis yang

kompeten dan personel yang terlatih.

1.7.5 Kesiapan Crew dalam Mengoperasikan Alat-alat keselamatan

Kesiapan crew dalam pengoperasian alat keselamatan tercantum 16


elemen ISM pada nomer 8 yang berisi Perusahaan harus mempersiapkan cara

15
untuk menghadapi keadaan darurat yang dapat terjadi sewaktu-waktu. Perusahaan
harus mengembangkan rencana untuk menghadapi keadaan darurat di kapal dan
melatih semua personil terkait.

1.7 METODOLOGI PENELITIAN

1.7.3 Data yang diperoleh :

1.7.3.1 Alat-alat keselamatan yang ada di KM. Lintas Brantas

1.7.3.2 Cara menggunakan alat-alat keselamatanyang ada di KM. Lintas

Brantas

1.7.3.3 Fasilitas-fasilitas yang dimiliki KM. Lintas Brantas

1.7.4 Cara pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang

dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian.Tujuan yang diungkapkan

dalambentuk hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap pertanyaan

penelitian. Cara pengumpulandata bisa dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1.7.4.1 Metode Observasi (pengamatan)

Metode observasi yaitu suatu metode pengumpulan data dengan cara

mengadakan pengamatan dan mencatat secara sistematik gejala-gejala

yang diselidiki (objek) (Cholid Narbuko dan Abu Achmadi,2005:70).

1.7.4.2 Metode Interview (wawancara)

Metode interview yaitu suatu metode pengumpulan data yang diperlukan

dengan bertanya langsung pada orang yang menguasai bidang yang akan

diangkat sebagai bahan laporan, dalam hal ini penanya dapat mendengar,

16
menyimak dan mencatat secara langsung dari narasumber (Cholid

Narbuka Abu Achmadi,2005:83).

1.7.4.3 Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable

yang berupa catatan, buku, dokumen, dan lain sebagainya (Suharmi

Arikunto, 2010:274).

1.7.5 Cara menganalisis data

Penyusun melakukan analisis data dengan metode deskriptif, yaitu dengan

melakukan pengamatan langsung, menggambarkan, mencatat hal-hal, objek,

menceritakan sesuai dengan apa yang dilihat, sesuai dengan lapangan dan

mendeskripsikannya (Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, 2005:83).

17
BAB II

GAMBARAN UMUM

2.1 Sejarah Singkat PT. Lintas Kumala Abadi

PT. Lintas Kumala Abadi adalah sebuah perusahaan yang telah berdiri

sejak tahun 1995. Perusahaan kami bergerak di bidang jasa pengangkutan muatan

dan transportasi barang atau yang lebih dikenal dengan ekspedisi muatan

perkapalan.

Pada awalnya PT. Lintas Kumala Abadi merupakan sebuah perusahaan

yang bergerak di bidang perdaganganyang memiliki nomor sertifikat

118930903/PM/VI/1995. 10 tahun kemudian, tepatnya bulan oktober 2005. PT.

Lintas Kumala Abadi mengubah status perusahaan menjadi Perseroan Terbatas

dengan NOMOR SERTIFIKASI 285/SIUPJPT/DISHUB/X/2005.

Presiden Direktur PT. Lintas Kumala Abadi adalah Bapak Hengky dan

didukung ole seorang komisaris yaitu Bapak Ahmad Sunardi. PT. Lintas Kumala

Abadi berpusat di Jl. Pekojan No. 88-89 kec Tambora, Jakarta Barat.

2.2 Visi dan Misi Perusahaan

2.2.1 Visi

Agar kami dikenal sebagai perusahaan pelayaran baik ditingkat domestik

maupun internasional.

2.2.2 Misi

Memberikan pelayanan yang tepat dan akurat bagi para konsumen kami,

sesuai dengan standar internasional.

18
2.3 Fasilitas Yang Dimiliki KM. Kumala Darma

KM. Lintas Brantas merupakan salah satu armada yang dimiliki oleh PT.

Lintas Kumala Abadi dengan gross tonnage 4192 dan maksimum muatanya itu

6349 ton. KM. Lintas Brantas juga memiliki perlengkapan kapal yang cukup

lengkap, baik itu perlengkapan utama maupun perlengkapan penunjang lainnya.

Berikut adalah perlengkapan yang dimiliki KM. Lintas Brantas antara lain :

2.3.1 Perleng kapan Kapal

KM. Lintas Brantas memiliki perlengkapan yang cukup memadai untuk

kelangsungan kelancaran pelayaran dan kegiatan bongkar muat, antara

lain:

2.3.1.1 Perlengkapan Anjungan antara lain :

a. RADAR untuk mendeteksi kapal-kapal atau pun benda darat yang ada

disekitar (1 unit).

b. Global Positioning System (GPS) yang berfungsi menentukan posisi

kapal (1 unit).

c. Handly Talky yang berfungsi sebagai alat komunikasi antar crew, baik

saat melakukan tugas jaga pelabuhan maupun proses sandar dan berlabuh

(4 unit).

d. Gyro Compass dan Magnetic Compass yang berfungsi menunjukkan

haluan yang sedang dikemudikan dan sebagai alat bantu membaring

benda darat untuk menentukan posisi kapal.

e. Automatic Identification System (AIS) yang berfungsi untuk membaca

identitas kapal lain agar komunikasi antar kapal lebih mudah (1 unit).

19
f. Meja peta dan alat membaring yang berfunsi untuk merealisasikan

perhitungan posisi dari baringan benda darat.

g. Distress Telephone yang berfungsi sebagai alat komunikasi satelit jika

terjadi kecelakaan di laut lepas yang tidak bisa dijangkau oleh radio

VHF.

h. EPIRB, SART, dan satu set faxcimile yang berfungsi member sinyal

darurat dan posisi terakhir kapal secara otomatis ketika terjadi

kecelakaan.

2.3.1.2 Perlengkapan Penunjang antara lain:

a. Satu kamar untuk masing-masing crew (19 orang).

b. Salon ABK dan Perwira lengkap dengan TV dan alat pemutar kaset.

2.4 Struktur Organisasi Dan Tata Kerja KM. Lintas Brantas

2.4.1 Struktur Organisasi KM. Lintas Brantas

Berikut adalah struktur organisasi di KM. Lintas Brantas

20
NAKHODA

MUALIM I KKM

MUALIM II MASINIS I

MUALIM III MASINIS II

CADET DECK MASINIS III

BOSUN MANDOR
KOKI

CADET MESIN
JURU MUDI

OILER

Sumber : Dokumen KM. Lintas Brantas

21
2.4.2 Tata Kerja di KM. Lintas Brantas

Berikut adalah tata kerja di KM. Lintas Brantas :

2.4.2.1 Nahkoda

Bertugas bertanggung jawab atas seluruh keadaan yang ada di atas kapal.

Nahkoda juga bertugas sebagai pemberi solusi ketika ada permasalahan

yang tidak bisa diselesaikan perwira lainnya.

2.4.2.2 Mualim I

Bertugas dan bertanggung jawab atas muatan dan stabilitas kapal juga

sebagai pengawas kerja harian bagi crew di Deck department. Mualim I

juga bertanggung jawab terhadap cadet deck dan segala permasalahan

cadet deck.

2.4.2.3 Mualim II

Bertugas dan bertanggung jawab atas seluruh alat-alat navigasi diatas

kapal dan juga bertugas membuat rencana pelayaran. Selain

bertanggungjawab atas alat-alat navigasi yang ada diatas kapal dan juga

sebagai petugas medis diatas kapal dan bertanggung jawab terhadap obat-

obatan.

2.4.2.4 Mualim III

Bertugas dan bertanggung jawab atas seluruh alat-alat keselamatan

diatas kapal.

2.4.2.5 Bosun

Bertugas dan bertanggung jawab atas kebersihan kapal dan perawatan

kapal. Dan juga sebagai komando untuk melaksanakan kerja harian.

22
2.4.2.6 Juru Mudi

Membantu dan melaksanakan perintah dari mualim dan juga

melaksanakan kerja harian.

2.4.2.7 Kadet Deck

Mempelajari seluruh pekerjaan di Deck Department.

2.4.2.8 KKM (Kepala Kamar Mesin)

Bertugas dan bertanggung jawab atas seluruh kinerja mesin yang ada di

atas kapal. KKM juga bertanggungjawab terhadap perhitungan bahan

bakar selama pelayaran.

2.4.2.9 Masinis I

Bertugas dan bertanggung jawab atas kinerja dan perawatan mesin induk.

Selain mesin induk, Masinis I juga bertanggung jawab penuh terhadap

ketersediaan spare part untuk perbaikan mesin.

2.4.2.10 Masinis II

Bertugas dan bertanggung jawab atas seluruh kinerja dan perawatan

mesin bantu. Selain bertanggung jawab terhadap mesin bantu, Masinis

II juga bertanggungjawab mengawasi pengisian bahan bakar

2.4.2.11 Masinis III

Bertugas dan bertanggung jawab atas semua pompa yang ada di kapal

serta selalu mengecek kestabilan pompa.

2.4.2.12 Mandor

Bertugas membantu setiap ada perbaikan baik mesin maupun

kelistrikan yang ada dikapal

23
2.4.2.13 Oiler

Membantu dan melaksanakan tugas dari perwira mesin.

2.4.2.14 Kadet Mesin

Mempelajari seluruh pekerjaan di Engine Department.

2.4.2.15 Koki

Bertugas dan bertanggung jawab atas konsumsi dan mengatur anggaran

perbelanjaan. Koki juga bertanggung jawab terhadap peralatan masak

dan ketersediaan bahan makanan selama pelayaran.

2.5 Ship Particular

Ship Particular penyusun lampirkan di lampiran1.

24
BAB III

PEMBAHASAN

Tempat yang digunakan penyusun sebagai objek penelitian selama

melaksanakan Praktek Berlayar adalah KM. Lintas Brantas. Kapal tersebut

merupakan salah satu armada milik PT. Lintas Kumala Abadi. KM. Lintas

Brantas beroperasi didaerah Jakarta dan Palembang dengan memuat general cargo

dalam bentuk kontainer. Penyusun mengikuti KM. Lintas Brantas dengan crew

kapal berjumlah 19 orang dan tertarik untuk membahas tentang fungsi alat-alat

keselamatan di KM. Lintas Brantas. Di KM. Lintas Brantas sendiri tidak memiliki

jadwal tertentu dalam melaksanakan drill dikarenakan jadwal pelayaran yang

cukup padat, dan hanya sekali melakukan drill kebakaran pada tanggal 27 April

2021 yang dimulai dari pukul 08.00 hingga 12.00 WIB sewaktu sedang berlabuh

di Jakarta. Dengan seluruh crew bertugas didalamnya dari Nahkoda hingga kadet,

dalam latihan tersebut penyusun bertugas sebagai pemadam kebakaran dengan

menggunakan noozle dibantu dengan 3 crew lainnya. Selama pelayaran tersebut

penyusun menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penggunaan alat-alat

keselamatan yang ada di KM. Lintas Brantas.

3.1 Fungsi Dan Penggunaan Alat-Alat Keselamatan

Sebagai seorang crew kapal wajib hukumnya untuk dapat dengan benar

mengoperasikan alat-alat keselamatan yang ada diatas kapal sehingga saat terjadi

keadaan darurat kita dapat mengoperasikan alat-alat keselamatan tersebut dengan

benar. Untuk itu perlu dilakukan simulasi (drill) diatas kapal bagi semua crew

25
yang ada secara berkala ataupun saat ada crew baru yang datang. Akan tetapi saat

penyusun melaksanakan Praktek Berlayar, drill hanya dilakukan satu kali dan drill

tersebut tidak dilakukan dengan serius sebagaimana mestinya. Ada beberapa

faktor yang menyebabkan drill tidak rutin dilakukan salah satunya waktu yang

tidak cukup untuk melakukan drill dikarenakan jarang berlabuh dan memiliki

jadwal pelayaran sangat padat. Dikarenakan drill yang tidak terjadwal,

pemanfaatan alat-alat keselamatan sangatlah kurang dan tidak sesuai dengan

fungsi dari masing-masingt keselamatan tersebut. Meskipun demikian penyusun

pernah melakukan drill dan penyusun jabarkan sebagai berikut :

3.1.1 Life Saving Appliances

3.1.1.1 Rakit Penolong (liferaft)

Sumber : Dokumen Penyusun 25 Mei 2021

Gambar 1.Liferaft

26
Rakit penolong di berjumlah dua unit terletak di poop deck sebelah kiri

dan kanan serta masa berlakunya hingga September 2021. Adapun cara

peluncuran rakit penolong berdasarkan wawancara dengan Mualim III pada Hari

senin, tanggal 23 Agustus 2021, pukul 09:00 WIB adalah sebagai berikut :

pertama buka semua lashingan yang mengikat rakit penolong. Setelah semua

lashingan terbuka, ikat ujung tali yang berfungsi untuk mengembangkan rakit

penolong ke badan kapal. Setelah ujung tali terikat, lemparkan rakit penolong ke

laut dan tarik dengan keras tali yang terikat di badan kapal sekencang mungkin

hingga rakit penolong mengembang. Setelah rakit penolong mengembaang, terjun

kelaut dan berenang mendekati rakit penolong kemudian potong tali yang masih

terikat dibadan kapal dengan pisau yang tersedia didalam rakit penolong

kemudian dayung rakit penolong menjauhi kapal.

Tabel 1. Liferaft

NO NAMA LOKASI KETERANGAN

Poop Deck STB


01 Liferaft no.1 20 Orang
(Starboard)

Poop Deck STB


02 Liferaft no.2 20 Orang
(Starboard)

Seumber : Dokumen

27
3.1.1.2 Jaket Penolong (life jacket)

Sumber : Dokumen Penyusun 25 Mei 2021

Gambar 2. Lifejacket

Jaket penolong di KM. Lintas Brantas berjumlah 19 unit terletak di

masing-masing kamar awak kapal, 3 unit di anjungan, 3 unit di engine control

room, dan 2 unit di mess room. Adapun cara penggunaannya berdasarkan

wawancara dengan Mualim III pada Hari senin, tanggal 23 Agustus 2021, pukul

09:00 WIB, adalah sebagai berikut : pertama, pakai jaket penolong. Setelah itu

ikat tali melingkari pinggang dengan kencang.Setelah tali terikat kencang terjun

ke laut dengan memperhatikan apakah keadaan di laut terbebas dari benda-benda

yang dapat mencederai.Setelah terjun ke laut, berenang menjauhi kapal.

28
Tabel 2. Lifejacket

N NAMA LOKASI KETERANGAN

01 Kamar Crew @ 1 x 19 Unit

Anjungan 3 Unit
Lifejacket
Engine Control Room 3 Unit

Mess Room 2 Unit

Sumber : Dokumen KM. Lintas Brantas

3.1.1.3 Pelampung Penolong (lifebuoy)

Sumber : Dokumentasi Penyusun, 25 Mei 2021

Gambar 3.Lifebuoy KM. Lintas Brantas

29
Pelampung Penolong (lifebuoy) biasanya digunakan untuk menolong crew

kapal atau penumpang yang jatuh ke laut (man over boat). Pelampung penolong

dan jaket/rompi penolong (Life Jacket) : Gunanya untuk mengapungkan orang

yang menggunakannya diatas air.Pelampung penolong di KM. Lintas Brantas

berjumlah 12 unit. 2 unit terletak di Bridge sebelah kiri dan kanan. 2 unit di deck

5 sebelah kiri dan kanan. 2 unit di deck 3 sebelah kiri dan kanan. 2 unit di gang

way. 2 unit di forecastle kiri dan kanan. Serta 2 unit di main deck kiri dan kanan.

Adapun cara penggunaannya berdasarkan wawancara dengan Mualim III pada

Hari senin, tanggal 23 Agustus 2021, pukul 09:00 WIB, adalah sebagai berikut :

pertama, ikat kan tali ujung yang ada di pelampung penolong dibadan kapal

kemudian lemparkan pelampung penolong kea rah korban. Setelah korban

menggapai pelampung penolong, tarik korban mendekati kapal dan bantu korban

naik ke atas kapal.

Tabel 3. Lifebuoy

NO NAMA LOKASI KETERANGAN

01 Lifebuoy Bridge STB Baik

02 Lifebuoy Bridge PS Baik

03 Lifebuoy Deck 5 STB Baik

04 Lifebuoy Deck 5 PS Baik

05 Lifebuoy Deck 3 STB Baik

06 Lifebuoy Deck 3 PS Baik

07 Lifebuoy Gang Way STB Baik

30
08 Lifebuoy Gang Way PS Baik

09 Lifebuoy Forecastle STB Baik

10 Lifebuoy Forecastle PS Baik

11 Lifebuoy Main Deck STB Baik

12 Lifebuoy Main Deck PS Baik

Sumber : Dokumen KM. Lintas Brantas

3.1.1.4 Alat Pelempar Tali (line throwing appliances)

Sumber : Dokumentasi Penyusun, 25 Mei 2021

Gambar 4. Line Throwing Appliances KM. Lintas Brantas

Alat Pelempar Tali (line throwing appliances) merupakan salah satu alat

keselamatan yang digunakan untuk melemparkan atau melontarkan tali dalam

jangkauan yang cukup jauh. Biasanya digunakan untuk melemparkan tali ke arah

31
korban yang akan ditolong dalam keadaan angin yang cukup kencang dan jarak

yang tidak bisa dilakukan dengan lemparan secara manual.

Tabel 4. Alat Pelempar Tali

N NAMA LOKASI KETERANGAN

01 Alat Pelempar Tali Anjungan Baik

02 Alat Pelempar Tali Anjungan Baik

Sumber : KM. Lintas Brantas

Alat pelempar tali memiliki kekurangan yaitu hanya sekali pemakaian dan

beresiko mencederai dan merusak peralatan yang terkena pemberat pada alat

pelempar tali.Alat pelempar tali di KM. Lintas Brantas berjumlah 4 unit. 2 unit

terletak di forecastle dan 2 unit terletak di anjungan. Adapun cara penggunaannya

berdasarkan wawancara dengan Mualim III pada Hari senin, tanggal 23 Agustus

2021, pukul 09:00 WIB, adalah sebagai berikut: buka tutup alat pelempar tali.

Kemudian ikat salah satu ujung tali dibadan kapal. Setelah itu arahkan ke target

dan tekan pelatuk yang ada dipegangan alat pelempar tali dengan keras.

3.1.1.5 Sekoci Penyelamat (rescue boat)

32
Sumber : Dokumentasi Penyusun, 27 Juni 2021

Gambar 5. Rescue Boat KM. Lintas Brantas

Sekoci penyelamat merupakan alat keselamatan yang biasa digunakan

untuk menyelamatkan atau menjemput korban kecelakaan yang terapung di

laut.Sekoci penyelamat (rescue boat) : Gunanya terkecuali difungsikan buat

menyelamatkan sekian banyak orang dalam keadaan bahaya serta diperlukan buat

memimpin pesawat luput maut.

Sekoci penyelamat di KM. Lintas Brantas berjumlah 1 unit dengan

kapasitas 15 orang dan memiliki motor temple dengan kekuatan 150 pk. Sekoci

penyelamat di KM. Lintas Brantas terletak di (poop deck) belakang. Sekoci

penyelamat KM. Lintas Brantas memiliki kekurangan yaitu terlalu boros bahan

bakar. Adapun cara penurunan sekoci penyelamat berdasarkan wawancara dengan

33
Mualim III pada Hari senin, tanggal 23 Agustus 2021, pukul 09:00 WIB, adalah

sebagai berikut : lepaskan semua ikatan yang mengikat sekoci penyelamat.

Setelah itu tekan tombol panah yang mengarah ke bawah untuk menurunkan

sekoci.Setelah sekoci penolong menyentuh air buka baut yang wire dengan sekoci

penolong.Kemudian hidupkan mesin dan bergerak mendekati korban.

Namun sekoci di KM. Lintas Brantas tidak dapat digunakan lagi, ini

penyusun mendapat informasi dari Nahkoda ketika penyusun bertanya “Ijin capt.

Sekoci ini masih bisa digunakan apa tidak ?” kemudian Nahkoda menjawab

“Udah enggak lagi gung, ini kalo masuk k air jadi tenggelem udah gabisa ngapung

lagi. Mau minta lagi ke kantor, belum ada duitnya.”

3.1.1.6 Emergency Positioning Indicating Radio Beacon (EPIRB)

Sumber : Dokumentasi Penyusun, 25 Mei 2021

Gambar 6. EPIRB KM. Lintas Brantas

34
EPIRB merupakan alat keselamatan yang berfungsi mengirimkan sinyal

posisi terakhir kapal saat terjadi kecelakaan (tenggelam). EPIRB di KM. Lintas

Brantas berjumlah 1 unit dan terletak di atas anjungan sebelah kiri. Berdasarkan

wawancara dengan Mualim III pada Hari senin, tanggal 23 Agustus 2021, pukul

09:00 WIB Cara kerja EPIRB sangat sederhana yaitu ketika EPIRB terkena air

atau masuk kedalam air pada saat tenggelam EPIRB akan dengan otomatis

mengirimkan sinyal posisi terakhir kapal. Kapal-kapal sekitar atau radio pantai

sekitar yang menangkap sinyal dari EPIRB pada layar akan muncul sebuah titik

kecil dan RADAR pada kapal akan berbunyi secara terus menerus. Pada saat

simulasi EPIRB tidak pernah digunakan dikarenakan EPIRB sangat sensitive,

apabila tidak sengaja mengaktifkan EPIRB, maka seluruh kapal-kapal dan radio

pantai yang menangkap sinyal EPIRB akan segera menolong atau menyebarkan

berita tentang sinyal EPIRB tersebut. Akan tetapi EPIRB akandilakukan

pengetesan apakah masih berfungsi atau tidak. Adapun cara pengetesan EPIRB

adalah sebagai berikut : buka tutup power dan geser ke posisi ON. Kemudian

tunggu sampai lampu menyala 3 kali dan tidak boleh lebih atau kurang dari 3 kali.

Jika lebih dari 3 kali maka pancaran sinyal EPIRB akan diterima oleh satelit.

3.1.1.7 Search And Rescue Radar Transponder (SART)

35
Sumber : Dokumentasi Penyusun, 25 Mei 2021

Gambar 7. SART KM. Lintas Brantas

SART dan EPIRB memiliki fungsi yang sama yaitu mengirimkan sinyal,

bedanya hanya penempatan kedua benda tersebut. EPIRB mengirimkan sinyal

posisi kapal, sedangkan SART mengirimkan posisi sekoci penolong atau darurat.

Sama halnya dengan EPIRB, SART tidak digunakan pada saat simulasi karena

jika digunakan sembarangan sinyal SART akan terbaca oleh satelit dan kapal-

kapal atau radio pantai akan berfikir kapal kita sedang mengalami keadaan darurat

(tenggelam). SART hanya dilakukan pengetesan fungsi seperti EPIRB. SART di

KM. Lintas Brantas berjumlah 2 unit dan terletak di anjungan sebelah kiri dan

kanan. Berdasarkan wawancara dengan Mualim III pada Hari senin, tanggal 23

Agustus 2021, pukul 09:00 WIB, Adapun cara pengetesannya adalah sebgai

berikut : putar cincin bergerigi sesuai dengan anak panah yang tertera. Setelah

36
lampu SART menyala biarkan berkedip 3 kali dan itu menandakan bahwa SART

masih berfungsi.

3.1.2 Visual Signal

3.1.2.1 Rocket Parachute

Sumber : Dokumentasi Penyusun, 25 Mei 2021

Gambar 8.Rocket Parachute KM. Lintas Brantas

Rocket Parachute merupakan alat keselamatan yang digunakan untuk

mengirimkan sinyal darurat agar kapal-kapal disekitar melihat dan segera

memberikan pertolongan.Biasanya rocket parachute digunakan di malam hari

agar cahaya dari alat ini dapat dilihat lebih jelas.Rocket parachute memiliki

kelebihan yaitu jangkauan kapal lain untuk melihat lebih besar karena parasut

yang diterbangkan cukup tinggi dan cukup lama hingga redup. Rocket parachute

37
di KM. Lintas Brantas berjumlah 6 unit dan terletak di anjungan. Berdasarkan

wawancara dengan Mualim III pada Hari senin, tanggal 23 Agustus 2021, pukul

09:00 WIB, Adapun cara penggunaannya adalah sebagai berikut : buka penutup

yang ada dibagian bawah rocket parachute. Setelah itu tarik cincin yang berada

dibagian bawah rocket parachute dengan kertas hingga parasut terlontar ke atas.

3.1.2.2 Hand Flare

Sumber : Dokumentasi Penyusun, 25 Mei 2021

Gambar 9.Hand Flare KM. Lintas Brantas

Hand flarejuga merupakan salah satu alat keselmatan yang digunakan

untuk mengirimkan sinyal darurat saat terjadi keadaan darurat agar dapat segera

ditolong sesegera mungkin. Berbeda dengan visual signal yang lainhand flare

dapat dipegang ditangan. Hand flare memiliki kekurangan yaitu jarak tampak

cahayanya tidak jauh dan waktu pancaran cahaya yang terlalu singkat. Hand flare

di KM. Lintas Brantas berjumla 2 unit dan terletak di anjungan. Berdasarkan

wawancara dengan Mualim III pada Hari senin, tanggal 23 Agustus 2021, pukul

38
09:00 WIB, Adapun cara penggunaannya adalah : pegang salah satu ujung hand

flare (biasanya berwarna kuning). Setelah itu buka penutup hand flare yang

berwarna merah. Setelah tutup terbuka, tarik cincin yang terikat dengan tali

dengan keras hingga hand flare menyala kemudian angkat hand flare diatas

kepala dan biarkan menyala.

3.1.2.3 Smoke Signal

Sumber : Dokumentasi Penyusun, 25 Mei 2021

Gambar 10. Smoke Signal KM. Lintas Brantas

Smoke signal juga merupakan alat keselamatan yang digunakan untuk

memberikan sinyal darurat berupa asap agar dapat dilihat oleh orang atau kapal-

kapal disekitar untuk meminta pertolongan. Smoke signal memiliki kekurangan

terbesar yaitu jikaangin bertiup kencang maka asap yang dikeluarkan tidak pekat

karena terbawa angina sehingga pengiriman sinyal darurat tidak maksimal. Smoke

39
signal di KM. Lintas Brantas berjumlah 2 unit dan terletak di anjungan.

Berdasarkan wawancara dengan Mualim III pada Hari senin, tanggal 23 Agustus

2021, pukul 09:00 WIB, Adapun cara penggunannya adalah sebagai berikut :

buka penutup smoke signal, kemudian ujung tali sekencang mungkin hingga

smoke signal menyala dan lemparkan smoke signal ke laut dan biarkan smoke

signal mengeluarkan asap.

3.1.3 Simulasi Kebakaran

Simulasi kebakaran di KM. Lintas Brantas dilakukan pada tanggal 27

April 2021 pada pukul 08.00-12.00 WIB ketika sedang berlabuh di Tanjung Priok

bouy barat. Simulasi ini diikuti oleh seluruh crew KM. Lintas Brantas dengan

Nahkoda sebagai pemimpinnya. Kegiatan ini diawali dengan emrgency alarm

yang berbunyi serta pemberitahuan oleh Nahkoda tentang simulasi kebakaran,

kemudian seluruh crew kapal berkumpul di muster station untuk mendapatkan

pengarahan tentang tugas masing-masing oleh Mualim I. Adapun tugas-tugas

yang harus dilaksanakan oleh crew KM. Lintas Brantas dalam simulasi kebakaran

tersebut antara lain :

Tabel 5. Sijil Kebakaran

NO JABATAN POS TUGAS URAIAN TUGAS


1 NAHKODA ANJUNGAN PIMPINAN UMUM
TEMPAT
MUALIM  I- PERIKSA KONDISI DAN LAPOR
2 LOKASI
III NAHKODA LEWAT (HT)
KEBAKARAN
MEMBANTU NAHKODA DI
3 MUALIM  II ANJUNGAN ANJUNGAN DAN MEMEGANG
SURAT KAPAL
4 BOSUN-JURU MAIN DECK TEAM BANTUAN DATANG

40
DENGAN PERALATAN YANG
MUDI I
DIPERLUKAN
SIAP MEMBERIKAN
KAMAR
5 KKM PERTOLONGAN,MENANGANI
MESIN
MESIN,POMPA/CO2-SPRINKLER
KAMAR
6 MASINIS  I MENANGANI MESIN INDUK
MESIN
TEMPAT
MASINIS  II- MEMBANTU MUALIM 1 DI
7 LOKASI
III TEAM
KEBAKARAN
MANDOR-
8 KAMAR CO2 MENUNGGU PERINTAH
OILER I
MEMBANTU JURU MUDI II DI
9 OILER II-III MAIN DECK
TEAM
JURU MUDI IKUT TEAM
10 MEMADAMKAN API
II-III MUALIM 1
MEMADAMKAN API DAN
11 KOKI -- MENUTUP PINTU
KEBAKAARAN
IKUT TEAM
12 KADET DECK MEMADAMKAN API
MUALIM 1
KADET TUTUP KATUP VENTILASI DAN
13 MAIN DECK
MESIN PINTU KEDAP
Sumber : Dokumen KM. Lintas Brantas

Berikut beberapa peralatan pemadam kebakaran yang diperlukan:

1. Nozzle (nozzle jet , nozzle spray, nozzle variable)

2. Fire hose (selang pemadam kebakaran/api)

3. Coupling fire hose (penghubung selang pemadam kebakaran)

4. Hydrant Valve & Siamese Connection.

5. Fire Hydrant Pillar & Water Monitor.

6. Box Alat Pemadam api.

41
42
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Alat keselamatan perannya sangat penting dalam keselamatan jiwa awak

kapal atau penumpang juga mendukung suatu kapal dalam berlayar terutama jika

kapal tersebut dalam keadaan bahaya baik itu kebakaran, orang jatuh ke laut,

kapal tenggelam, meninggalkan kapal dan lain-lain. Maka perlu di adakan

simulasi rutin untuk menjaga agar setiap alat keselamatan berfungsi dengan baik

saat dibutuhkan dan awak kapal siap dan paham cara menggunakannya saat

keadaan darura tterjadi. KM. Lintas Brantas memiliki alat-alat keselamatan yang

masih berfung sisebagaimana mestinya dan telah memenuhi persyaratan yang

ditetapkan oleh SOLAS 1974 chapter III, dengan demikian tidak dikhawatirkan

lagi jika kapal menghadapi situasi darurat yang mengharuskan alat-alat

keselamatan yang digunakan. Akan tetapi tidak semua alat-alat keselamatan di

KM. Lintas Brantas digunakan hingga menyentuh air pada saat melakukan

simulasi khususnya liferaft dikarenakan liferaft hanya untuk sekali pemakaian.

Selain liferaft banyak alat-alat keselmatan lain yang pemanfaatannya tidak sesuai

seperti hand flare dan rocket parachute yang sering digunakan sebagai petasan

untuk memeriahkan tahun baru. Ketika alat-alat keselamatan ini pemanfaatannya

tidak sesuai untuk keadaan darurat, maka akan dapat menyebabkan kebingungan

bagi kapal-kapal ataupun orang disekitar yang melihat apakah sinyal yang

dikirimkan benar-benar dalam keadaan darurat atau hanya sebagai hiburan. Selain

kurangnya pemanfaatan alat-alat keselamatan, faktor lain yang membuat

43
pemanfaatan tidak sesuai dengan semestinya, jadwal untuk melakukan simulasi

yang tidak tersedia dikarenakan jadwal pelayaran yang padat sehingga para awak

kapal kurang mendapatkan ilmu mengenai kapan alat-alat keselamatan tersebut

harus digunakan juga posisi dan tugas masing-masing pada saat terjadi keadaan

darurat. Dengan demikian walaupun alat-alat keselamatan susah memenuhi

persyaratan jika awak kapal tidak mengetahui pemanfaatannya serta tugas dan

posisi pada saat keadaan darurat kemungkinan terjadinya korban jiwa semakin

besar dan alat-alat keselamatan tersebut tidak ada fungsinya.

4.2 Saran

Untuk sosialisasi tentang alat-alat keselamatan dan cara pengoperasiannya

dan harus dilaksanakan simulasi secara rutin karena masih banyak awak-awak

kapal yang kurang peduli tentang cara pengoperasian alat-alat keselamatan di atas

kapal. Mengoperasikan seluruh alat-alat keselamatan sesuai fungsi masing-masing

alat tersebut secara real seperti pada saat terjadi keadaan darurat yang

sesungguhnya. Selain sosialisasi dan simulasi, hendaknya perawatan untuk alat-

alat keselamatan dilakukan di badan yang telah berlisensi dengan pekerja

terampil. Selama melakukan penyusunan praktek kerja di KM. Lintas Brantas

alat-alat keselamatan dan alat-alat pemadam kebakaran dirawat dan di jaga

dengan baik, selalu di monitor setiap bulannya.

44
DAFTAR PUSTAKA

Anton M. Moeliono, 1997, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi kedua, Balai
Pustaka, Jakarta.

Abu Achmadi, 2005, Metode Penelitian, Bumi Aksara, Jakarta

Cholid Nurboko., dan Abu H. Achmadi., 2005, Analisis Deskriptif, PT. Rieneke
Cipta Jakarta

Dokumen KM. Kumala Darma

International Maritime Organization, 2001, SOLAS, London

Mardalis, Drs, 2008, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, Ed. 1, Cet.
10., Bumi Aksara, Jakarta

Nirnama, STCW 95, Basic Safety Training STCW Code Section A-VI/1.2,
Politeknik Ilmu Pelayaran, Semarang

Pieter Batti, 2000, Keselamatan Pelayaran dan Pencegahan dan Pencemaran


dari Kapal, PT Konsultasi Buana Maritim Nusantara, Jakarta.

Sammy Rosadi, 2002, (SOLAS) Safety of life At Sea,1997, YayasanBina Citra


Samudra , Jakarta

Sumardi, Ir, 2000, Pelayaran Perkapalan, Edisi I, Pelabuhan Indonesia, Surabaya.

Undang-Undang No. 17 Tahun 2008, Tentangpelayaran, Citra Umbara, Bandung

45
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Surat Izin Praktek Berlayar

2. Surat Keterangan Mutasi On

3. Ship Particular

4. Crew List

46

Anda mungkin juga menyukai