Anda di halaman 1dari 38

h.wikiutama@gmail.

com

PETROLOGI h.wikiutama@unja.ac.id

FUNDAMETAL MAGMATISME DAN BATUAN


BEKU

HARI WIKI UTAMA, S.T., M.Eng

PRODI TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2020
h.wikiutama@gmail.com

TARGET PENCAPAIAN KULIAH


h.wikiutama@unja.ac.id

• INTERIOR BUMI

• KERANGKA TEKTONIKA

• MAGMATISME

• LINGKUNGAN MAGMATISME

• BATUAN BEKU
h.wikiutama@gmail.com
h.wikiutama@unja.ac.id

INTERIOR BUMI
INTERIOR BUMI h.wikiutama@gmail.com
h.wikiutama@unja.ac.id

• Kerak (Crust)

• Mantel (Mantle)

• Inti (Core)

Gambar 1.1. Pembagian secara


umum interior bumi. Diadaptasi
dari Winter (2001) An Introduction to
Igneous and Metamorphic Petrology
INTERIOR BUMI h.wikiutama@gmail.com
h.wikiutama@unja.ac.id

Berdasarkan

• Fisika

• Kimia

Gambar 1.2. Model


penampang interior bumi.
Diadaptasi dari Winter
(2001) An Introduction to
Igneous and Metamorphic
Petrology dan Wilson
(1989) Igneous Petrogenesis
dengan modifikasi
INTI BUMI
h.wikiutama@gmail.com
h.wikiutama@unja.ac.id

Komposisi

• Fe-Ni campuran logam/metal


(metallic alloy)

• Temperatur mencapai 4200 C

• Kimia (Inti)

• Fisika (Inti Dalam bersifat solid dan


Inti Luar bersifat likuida)

Gambar 1.3. Pembagian secara umum interior bumi pada


susunan inti, mantel, dan kerak bumi. Diadaptasi dari Winter
(2001) An Introduction to Igneous and Metamorphic Petrology
MANTEL BUMI
h.wikiutama@gmail.com
h.wikiutama@unja.ac.id

Mantel:

• Peridotit (ultramafik)

• Kandungan kimia Si, O, Fe, Mg

• Pada bagian atas temperatur berkisar 800 C

• Pada mantel bawah temperatur berkisar 3800 C

• Fisika (Mesosfer, Astenosfer, Litosfer)

• Kimia (Mantel/Selubung)

Gambar 1.3. Pembagian secara umum interior bumi pada


susunan inti, mantel, dan kerak bumi. Diadaptasi dari Winter
(2001) An Introduction to Igneous and Metamorphic Petrology
KERAK BUMI
h.wikiutama@gmail.com
h.wikiutama@unja.ac.id

• Kerak Benua dengan ketebalan 20 – 90 km,


rata-rata ~ 35 km

• Kerak Samudera dengan ketebalan ~ 10 km

• Kerak merupakan bagian Litosfer

Gambar 1.3. Pembagian secara umum interior bumi pada


susunan inti, mantel, dan kerak bumi. Diadaptasi dari Winter
(2001) An Introduction to Igneous and Metamorphic Petrology
KERAK BENUA DAN
h.wikiutama@gmail.com
h.wikiutama@unja.ac.id
Kerak Samudera
SAMUDERA
• Unsur kimia umumnya Si Mg

• Stratigrafi penyusun berupa ofiolit suite


Kerak Benua
Sedimen, lava bantal, retas melembar, gabro masif,
• Unsur kimia umumnya Si metamorf sekis – filit, ultramafik peridotit – dunit
Al (Campuran bagian atas Mantel)
• Variabel komposisi
stratigrafi, dengan
karakteristik batuan beku
bersifat intermediet - asam

Gambar 1.4. Pembagian secara umum


interior kerak bumi. Diadaptasi dari
Winter (2001) An Introduction to
Igneous and Metamorphic Petrology
REOLOGI INTERIOR BUMI
h.wikiutama@gmail.com
h.wikiutama@unja.ac.id

Bidang
Ketidakselanjaran

Mohorovicic

Mohorovicic Wetenberg

Gambar 1.5. Variasi gelombang P


dan S pada kedalaman tertentu di
Interior Bumi. Pada bagian kiri
merupakan subdivisi komposisi
berdasarkan kimia dan sebelah
kanan reologi fisik bumi.
Diadaptasi dari Kearey and Vine
(1990), Global Tectonics dan Winter
(2001) An Introduction to Igneous and
Metamorphic Petrology
h.wikiutama@gmail.com
h.wikiutama@unja.ac.id

KERANGKA TEKTONIKA
h.wikiutama@gmail.com
h.wikiutama@unja.ac.id
TEKTONIKA LEMPENG

Gambar 2.1. Tektonika lempeng


benua dan samudera. Modifikasi
h.wikiutama@gmail.com
h.wikiutama@unja.ac.id
INTERAKSI LEMPENG TEKTONIKA

Interaksi lempeng

• Divergen

• Konvergen

• Transform

Gambar 2.2. Peta Tektonik


global dan distribusi
aktivitas gunung api.
Modifikasi dari Wilson
(1989)
h.wikiutama@gmail.com
h.wikiutama@unja.ac.id
DINAMIKA INTERAKSI LEMPENG

Interaksi lempeng

• Kontruktif
(Divergen) ---
Punggungan dan
Cekungan

• Destruktif
(Konvergen)

Gambar 2.3. Dinamika interaksi lempeng samudera dan benua, Mussett (1981) dalam Wilson (1989)
h.wikiutama@gmail.com
h.wikiutama@unja.ac.id

MAGMATISME
h.wikiutama@gmail.com
h.wikiutama@unja.ac.id
TEKTONIKA DAN MAGMATISME

Magmatisme
IA
MOR
HS
MA
TF

Gambar 2.2. Tektonika


dan interaksi lempeng.
Adaptasi dari Schminke
(2004)
h.wikiutama@gmail.com
h.wikiutama@unja.ac.id

MAGMATISME DAN MANTLE PLUME


Mantle plume ------ Peleburan Inti luar hingga mantel bagian atas (Rey, dkk., 2011
dan Wilson, 1989)

Mantle plume

Modifikasi dari Winter (2001)

Gambar 2.3. Penyederhanaan proses terbentuknya magma ---- mantle plume yang berasosiasi kerak samudera.
Sumber dari Ray, dkk (2011)
h.wikiutama@gmail.com

MAGMATISME , h.wikiutama@unja.ac.id

LITOSFER DAN MANTLE PLUME


Magmatisme
Proses pembentukan magma yang
disebabkan oleh peleburan
batuan pada litosfer dan mantle
plume, Ray, dkk (1983) dan Wilson
(1989)

Gambar 2.4. Model skematik pembentukan


vulkanisme yang disebabkan oleh
peleburan litosfer dan mantle plume.
Contoh kasus di Deccan dan Sonata. a)
Pada tepian zona pemekaran, b) akibat dari
mantle plume dan litosfer yang
berhubungan dengan peleburan eklogit,
Ray, dkk (1983)
h.wikiutama@gmail.com
h.wikiutama@unja.ac.id
MAGMATISME

Magma adalah larutan silikat pijar yang terbentuk secara alamiah di kerak bumi
bagian bawah atau mantel bumi bagian atas, bersifat aktif/mudah bergerak,
bersuhu antara 900 ° - 1200 °C atau lebih (F.F. Grouts, 1947; Tumer dan verhogen
1960, H. Williams, 1962 , dan Gill, 2010)

Magma dapat berubah karena dipengaruhi oleh proses evolusi magma, Wilson
(1989)
• Hibridasi
• Sinteksis
• Anateksis

Magma primer adalah bersifat basa dan selanjutnya akan mengalami proses
diferensiasi menjadi magma yang bersifat lain/heterogen (Dally 1933, Winkler 1957,
Vide W. T. Huang 1962, Gill 2010) .
Magma primer yaitu bersifat basaltis dan granitis dan batuan beku merupakan hasil
campuran dari dua magma ini yang kemudian mempunyai komposisi lain (Bunsen
1951, W. T. Huang, 1962 ) .
h.wikiutama@gmail.com
h.wikiutama@unja.ac.id
KOMPOSISI KIMIA MAGMA

Senyawa non-volatil yang merupakan senyawa oksida dalam magma. Jumlahnya


sekitar 99% dari volume magma, sehingga merupakan element utama, di antaranya
SiO2, Al2O3, Fe2O3, FeO, MnO, CaO, Na2O, K2O, TiO2, P2O5.

Senyawa volatil yang banyak pengaruhnya terhadap magma, terdiri dari fraksi-fraksi
gas CH4, SO4 , CO2, HCl, H2S, SO2 dsb.

Unsur jejak (trace element) dan merupakan element yang kehadirannya sedikit seperti
Rb, Ba, Sr, Ni, Li, Cr, S dan Pb.

Sumber mengacu pada Huang (1982), Gill (2010), dan Winter (2014)
h.wikiutama@gmail.com
h.wikiutama@unja.ac.id
PELEBURAN BATUAN
Peleburan batuan
Umumnya terjadi pada interaksi
lempeng konvergen ataupun zona
subduksi, (Wyllie (1983) dan Wilson
(1989)

Gambar 2.5. Skematik diagram pada zona


subduksi peleburan batuan dengan sistem Qz-
Ab-Or-H20 dan Qz-Jd-Or-H20 dengan garis
merupakan batas peleburan dengan kontrol suhu
dan tekanan, Wyllie (1983).
Ket: Ab (Albit Plagioklas) dan Or (Ortoklas
K.Feldspar)
h.wikiutama@gmail.com
h.wikiutama@unja.ac.id
PELEBURAN BATUAN

Gambar 2.6. Penampang dengan bagian mantel hingga kerak samudera dan benua dan asosiasinya terhadap
zona subduksi, Mussett (1981) dalam Wilson (2007)
h.wikiutama@gmail.com
h.wikiutama@unja.ac.id
EVOLUSI MAGMA

Evolusi magma
Pada interaksi lempeng kovergen
Zona subduksi----litosfer
• Sinteksis
• Hibridasi
• Anateksis

Gambar 2.7. Skematik diagram pada zona


subduksi benua -- samuder litosfer, Wyllie
(1983) dan diadaptasi dari Winter (2010)
h.wikiutama@gmail.com
h.wikiutama@unja.ac.id
DIFERENSIASI MAGMA
Differensiasi magma Magmatisme
Semua proses yang mengubah magma dari
keadaan awal yang homogen (basa) dalam
skala besar menjadi masa batuan beku Differesnsiasi
dengan komposisi yang heterogen
(intermediet – asam) dan proses ini terjadi di
litosfer, Huang (1962), Winkler (1957), Wyllie
(1983).

Proses-prosesnya antara lain :


• Fragsinasi
• Pengendapan kristal
• Pembekuan larutan (Immisibility)
• Pengembangan kristal (Flotation)

Gambar 2.8. Model penampang sederhana dari kerak


benua, Wyllie (1983)
MAGMATISME h.wikiutama@gmail.com
h.wikiutama@unja.ac.id

DAN VULKANISME

Gambar 2.9. Model penampang yang memperlihatkan


hubungan antara magmatisme dan vulkanisme,
Schminke (2004)
h.wikiutama@gmail.com
h.wikiutama@unja.ac.id

LINGKUNGAN MAGMATISME
h.wikiutama@gmail.com
h.wikiutama@unja.ac.id

PUNGGUNGAN TENGAH SAMUDERA


(MOR) PADA DIVERGEN

MOR (Mid Oceanic


Ridge)

Gambar 3.1. Model hipotetikal MOR (Punggungan Tengah Samudera) yang


merupakan perkembangan dari struktur kerak samudera sebagai respon
proses magmatisme, Brown dan Mussett (1981) dalam Wilson (2007).

Punggungan Tengah Samudera Pasifik (PTSP), PTS Atlantik


h.wikiutama@gmail.com

SERI OFIOLIT MOR


h.wikiutama@unja.ac.id

MAGMATISME

Gambar 3.2. Petrologi, seismik, dan ketebalan data dari tipe sikuen ofiolit
pada kerak samudera, Brown dan Mussett (1981) dalam Wilson (2007)
h.wikiutama@gmail.com
h.wikiutama@unja.ac.id
TRANSFORM (TF)

Zona Transform

Gambar 3.3. Pola anomali magnetik dengan pergerakan lateral mengiri, polaritas normal batuan (hitam) dan
polaritas naik (putih). Modifikasi dari Press dan Siever (1982) dalam Wilson (2007)

Seperti keberadaan sesar San Andreas


h.wikiutama@gmail.com
h.wikiutama@unja.ac.id
HOTSPOT (HS)

Pemekaran -- Hotspot

Gambar 3.4. Injeksi dari gumpalan


larutan silikat pada bagian bawah
mantel (reservoir) a) pergerakan
lambat dan b) pergerakan yang
cepat sehingga membentuk
punggungan dan hotspot (ex.
Hawai Vc), Allegre (1987) dalam
Wilson (2007)
h.wikiutama@gmail.com
h.wikiutama@unja.ac.id
ISLAND ARC (IA)

IA ---- Busur Kepulauan

Gambar 3.5. Formasi dari litosfer samudera---subduksi. Terbentuknya litosfer samudera yang baru
berhubungan dengan pembentukan Punggungan Tengah Samudera dan pada kedalaman palung yang
dibentuk oleh lempeng litosfer yang mengalami penurunan ke dalam mantel. Aurs konveksi selanjutnya yang
terjadi di astenosfer disebabkan oleh pemekaran pada pusat yang relatif kecil, tepian cekungan hingga
perkembangan belakang busur, Wilson (2007).

Seperti di Kepulauan Jepang, Selandia Baru, Indonesia


h.wikiutama@gmail.com
h.wikiutama@unja.ac.id
MAGMATIC ARC (MA)

MA
Busur Magmatik ataupun
Tepian Benua Aktif

Gambar 3.6. Penampangan skematik pada tepian benua aktif yang berhungan dengan pembentukan busur
magmatik. Pada zona ini umum terjadinya differensiasi magma sehingga terbentukanya batuan beku dengan
karakteristik yang heterogen, Wilson (2007).

Seperti di Indonesia (Gunung Kerinci, Gunung Marapi)


h.wikiutama@gmail.com
h.wikiutama@unja.ac.id

BATUAN BEKU
h.wikiutama@gmail.com
h.wikiutama@unja.ac.id
BATUAN BEKU

Batuan beku merupakan hasil dari pembekuan atau pengkristalan magma, Gill
(2010) dan Hughes (1982).

Berdasarkan tempatnya batuan beku dibagi menjadi batuan plutonik (dalam),


batuan vulkanik (luar), dan subvulkanik (Hughes, 1982, Gill, 2010, dan Winter,
2010).

Berdasarkan prosesnya batuan beku mengalami pembekuan secara intrusi atau


penerobosan yang terjadi di dalam permukaan plutonik hingga subvulkanik
dan ekstrusi ataupun aliran magma yang mencapai ke permukaan dan
nantinya dengan istilah lava (Hughes, 1982, Gill, 2010, Wilson, 1989, dan
Winter, 2010).
h.wikiutama@gmail.com
h.wikiutama@unja.ac.id
SERI REAKSI BOWEN (1928)

Incongruent melting Solid solution


Discontinue series Continue series
h.wikiutama@gmail.com
h.wikiutama@unja.ac.id
PROSES DAN LINGKUNGAN

Gambar 4.1. Penampangan keterdapatan batuan beku yang berhubungan dengan proses dan lingkungan
terbentuknya, modifikasi gambar dengan mengacu pada Winter (2014), Wilson (1989), Ray dkk (2007).
Dengan gambar sebelah kanan model pembentukan batuan beku yang berhubungan dengan proses dan
lingkungan pembentukannya, modifikasi dari Best (2003)

Lava Aa pembentukan kubah lava di tubuh Gunung Api Kelud Pra-erupsi 2015
Lava Pahoe hoe seperti aliran lava di Hawai Gunung Api Kilauwea
h.wikiutama@gmail.com

KLASIFIKASI BATUAN BEKU


h.wikiutama@unja.ac.id

(KRISTALINITAS DAN GRANULARITAS)

Kristalinitas
Holokristalin (Pl)
Hipokristalin (Sv – Vl)
Holohialin (Vl)

Granularitas
Fanerik
Fanerik sangat kasar – sedang (Pl)
Fanerik sedang – halus (SV)
Afanitik (Vl)

Gambar 4.2. Klasifikasi batuan beku berdasarkan derajat kristalinitas dan derajat granularitas mengacu pada
Winter (2014), Wilson (1989).

Singkatan Plutonik (Pl), Subvulknaik (SV), Vulkanik (Vl)


h.wikiutama@gmail.com

KLASIFIKASI BATUAN BEKU


h.wikiutama@unja.ac.id

(KIMIA/SILIKA DAN KELOMPOK MINERAL)

Gambar 4.3. b) Klasifikasi berdasarkan kelompok mineral felsik dan mafik, c) Klasifikasi berdasarkan kimia
batuan atau unsur silika, Winter (2014).

Anda mungkin juga menyukai