Anda di halaman 1dari 4

DIMENSI GHAIB DALAM SAINS DENGAN PERSEPERKTIF AGAMA

Muhammad Naufal Fayyaz

Para ilmuan saat ini banyak membahas tentang dimensi empat, dan mereka sampai
saat ini belum dapat memastikan bagaimana bentuk sebenarnya dari dimensi empat. Apa
masalahnya? Karena kebanyakan dari ilmuan itu adalah orang-orang yang tidak kenal dengan
Allah, tidak meyakini adanya hal-hal yang ghaib. Allah mengatakan sendiri bahwa manusia
mengetahui hal-hal yang ghaib hanya sedikit saja. Seperti dalam Al-Qur’an surah Al Isra’
ayat 85

“Dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang ruh. Katakanlah, “Ruh itu termasuk
urusan Tuhanku, sedangkan kamu diberi pengetahuan hanya sedikit.”

Ruh itu adalah hal yang ghaib, para ilmuan merupakan orang-orang non muslim,
itulah mengapa ilmuan tidak dapat menjelaskan dimensi empat itu seperti apa. Saya sebagai
calon ilmuan muslim akan membahas dimensi ghaib dalam sains dengan perspektif agama.
Tentu ada hubungannya dengan dimensi empat ini. Sebelum kita membahas apa itu dimensi
empat, coba perhatikan penjelasan berikut ini.

Dimensi secara umum merupakan arah suatu benda untuk dapat bergerak. Dimensi
nol atau tidak ada dimensi, para ilmuan menyebutkan titik berada di dimensi nol. Coba
bayangkan, titik itu merupakan kumpulan dari titik-titik yang lebih kecil dari titik tersebut.
Titik yang lebih kecil itu merupakan kumpulan dari titik-titik yang lebih kecil lainnya dan
begitu seterusnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa titik hampir tak bisa dijelaskan, para
ilmuan mengatakan bahwa titik berada di ruang hampa dan arah geraknyapun tidak ada.

Kita lanjutkan ke dimensi satu, yaitu berupa garis. Garis hanya memiliki ukuran
panjang dan arah geraknya hanya pada satu arah yaitu kiri atau kanan

Selanjutnya ke dimensi dua, artinya kita menambahkan garis yang tegak lurus dengan
garis yang berada di dimensi satu. Berarti ukurannya ada panjang dan lebar, contohnya
bangun datar (misalnya selembar kertas). Arah geraknyapun bertambah, kiri kanan dan maju
mundur.

Apabila kita menambahkan satu garis lagi atau satu arah lagi maka kita akan berada di
dimensi kita saat ini, yaitu dimensi tiga. Kita dapat bergerak lebih leluasa yaitu maju mundur,
kiri kanan dan atas bawah.
Sekarang coba kamu fikirkan, untuk mendapatkan dimensi empat kamu harus
menambah satu arah lagi. Pasti kamu kesulitan, ke arah mana lagi yang harus ditambahkan?
Kamu pasti bingung. Kita akan sulit membayangkan atau menjelaskan dimensi yang berada
diatas dimensi kita, namun kita mudah untuk melihat dimensi yang berada di bawah kita.
Saya akan berikan gambaran kepada kamu bagaimana dimensi empat itu.

Sederhananya, dimensi satu merupakan kumpulan dari beberapa titik yang


membentuk garis. Dimensi dua merupakan kumpulan dari garis-garis yang membentuk suatu
bidang. Sedangkan dimensi tiga adalah kumpulan dari bidang-bidang yang menjadi suatu
bangun ruang. Nah, untuk dimensi empat berarti kumpulan dari ruang-ruang tersebut. Kamu
bayangkan semua ruangan yang ada, berada tepat di depan mata kamu. Tentunya kamu untuk
pindah dari tempat yang satu ke tempat yang lain tidak dibatasi jarak atau tembok lagi. Atau
dengan kata lain, kamu bisa pergi ke tempat yang satu ke tempat yang lain dalam waktu
dalam waktu yang sangat singkat. Seperti kita berada di dunia ghaib bukan? Bukankah kita
sebagai seorang muslim wajib meyakini hal-hal yang ghaib, seperti dalam Al-Qur’an surah
Al-Baqarah ayat 2-3

“ (2) Al-Qur'an ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (3)
Yaitu orang-orang yang beriman kepada yang gaib, melaksanakan shalat, dan menafkahkan
sebagian rezeki yang kami berikan”

Bagaimana makhluk yang berada di dimensi empat? Seperti yang saya jelaskan tadi,
seandainya kita berada di dimensi empat kita dapat berpindah-pindah dalam waktu yang
singkat. Menurut kamu, makhluk apakah itu? Menurut saya itu adalah makhluk Jin, Malaikat
dan sejenisnya karena mereka adalah makhlub yang ghaib. Apabila kamu kurang setuju
dengan saya, saya akan berikan sedikit penjelasannya.

Apa jadinya jika kita manusia makhluk yang berada di dimensi tiga masuk ke dalam
dimensi dua? Apakah kita jadi anime? komik? Tentu tidak. Coba kamu berdiri di bawah sinar
matahari, dan kamu lihat bayangan kamu. Kita akan terlihat tidak begitu jelas, bentuknya
hanya bayangan hitam saja. Artinya ada yang hilang dari wujud asli kita. Lalu, bagaimana
makhluk yang berada di dimensi empat masuk ke dimensi kita? Tentu tidak seperti wujud
aslinya, makhluk itu hanya akan berbentuk tidak jelas atau samar-samar.

Ketika kita memiliki seorang anak yang berada di dimensi tiga dan kita memasuki
dimensi ke empat. Setelah setahun kita di dimensi empat dan kembali ke dimensi tiga, kita
akan menemukan anak kita sudah berusia lebih tua dari kita. Kenapa? Karna perbandingan
waktu di dimensi empat dengan tiga jauh berbeda. Tentu kamu akan menanyakan mana
buktinya?

Coba perhatikan ini, di atas dimensi ghaib ada lagi yang saya asumsikan namanya
dimensi Tuhan. Pada dimensi Tuhan ini, tidak dibatasi lagi oleh ruang dan waktu.
Perbandingan waktunya juga sangat berbeda dengan dimensi tiga. Hal ini tercantum dalam
Al-Qur’an, Allah Ta’ala berfirman:

“Sesungguhnya sehari disisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu.”
(QS. Al Hajj: 47)

Dan perhatikan hadist ini:

“Dari Abu Hurairah RA. Ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, ‘Usia umatku (umumnya
berkisar) antara 60 sampai 70 tahun. Jarang sekali di antara mereka melewati (angka) itu’.”
(HR At-Tirmidzi).

Jikalau demikian, maka menurut perhitungan matematika apabila 24 jam sama dengan
1000 tahun, 3 jam di akhirat sama dengan 125 tahun dan 1,5 jam di akhirat sama dengan 62,5
tahun di dunia. Apabila umur manusia rata-rata 60-70 maka hidup manusia tersebut hanya 1,5
jam kalau dari perhitungan akhirat.

Bisakah kita pergi ke dimensi empat? Menurut penjelasan para ilmuan dan NASA kita
akan mengetahuinya apabila kita melewati “Black Hole” yang selalu mejadi wacana besar
dan mungkin tidak akan pernah kesampaian. Sejauh ini, saya hanya bisa memberikan dua
cara untuk memasuki dimensi empat menurut informasi dan sumber yang saya dapatkan
untuk menarik sebuah kesimpulan.

Cara yang pertama dengan konsekuensi tidak bisa kembali, yaitu dengan kematian.
Artinya ruh kita keluar dari jasad dan ruh kita tidak dapat kembali ke jasad.

Cara yang kedua, dapat kembali namun ketika berada di dimensi itu kita tidak dapat
sepenuhnya mengontrol keadaan. Yaitu ketika kita sedang tidur. Manusia saat mereka tidur,
ruh mereka akan keluar dari jasad, dan ruh tersebut akan melakukan perjalanan. Itu makanya
ketika kita hendak tidur dan bangun dari tidur kita dianjurkan untuk berdo’a
“Dengan nama Engkau, wahai Rabbku, aku meletakkan lambungku. Dan dengan namaMu
pula aku bangun daripadanya. Apabila Engkau menahan rohku (mati), maka berilah rahmat
padanya. Namun, apabila Engkau melepaskannya, maka peliharalah (dari kejahatan setan
dan kejelekan dunia), sebagaimana Engkau memelihara hamba-hambaMu yang saleh.”
(Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 6320 dan Muslim, no. 2714]

Manusia juga termasuk makhluk dimensi empat karena kita terdiri dari jasad dan ruh,
dimana saat kita akan memasuki dimensi keempat kita akan meninggalkan jasad kita dan
tidak akan kemabli ke dimensi tiga

Maka dari itu saat ini saya persepsikan bahwa dimensi empat yang disebutkan para
ilmuan dengan sifat-sifatnya yaitu dimensi ghaib, para ilmuan tidak dapat menjelaskannya
karena mereka tidak beriman pada Al-Qur’an maka dari itu saya ingin menjadi ilmuan
muslim yang dapat menjelaskan itu semua dengan dasar Al-Qur’an dan Hadist Rasulullah
Shalallahi ‘Alaihi Wasallam dengan akal yang semoga Allah Ta’ala berikan petunjuk di jalan
yang Allah ridhoi.

Andai kita hubungkan dengan dengan dimensi Tuhan tadi, dapat saya katakan bahwa
dimensi empat ini adalah penghubung antara dimensi ketiga dengan dimensi keempat.

Semoga menjadi sarana pengingat bagi kita juga bahwa kita akan menjalani
kehidupan ke dimensi selanjutnya yang kita sama seklai tidak mengetahui kondisi dimensi
tersebut melainkan gambaran yang sudah dijelaskan dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Maka dari
itu kita harus persiapkan apa-apa yang sudah diajarkan oleh agama kita untuk menghadapi
dimensi kehidupan selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai