Aku yakin, seseorang tidak akan mengetahui sisi lemah suatu ajaran
sampai ia mempelajari secara mendalam seluk beluk ajaran yang
dimaksud. Sejauh ini, belum terlihat sarjana Muslim yang
mengkonsentrasikan diri pada masalah filsafat (di masa Al-Ghazali). Juga
belum ada buku-buku kalam yang membahas dan membantah pendapatpendapat kaum filosof, apalagi menguraikannya secara detail. Maka, aku
sadar bahwa membantah suatu faham, sebelum memahami benar
haqekat faham tersebut,
Hanyalah suatu kesia-siaan dan bantahan serampangan. Aku segera
mengkonsentrasikan diri untuk belajar filsafat. Aku kaji kitab-kitab
mereka, walau tanpa bantuan guru. Aku lakukan ini di saat-saat senggang
dari mengajar dan menulis buku. Waktu itu, aku masih bertugas memberi
kuliah pada sekitar 300 mahasiswa di Baghdad. Dan, alhamdulillah, berkat
taufiq Allah, dalam waktu kurang dari dua tahun, aku telah memahami
seluk beluk ilmu filsafat. Kemudian aku lanjutkan penelitian ini dengan
perenungan dan pendalaman sekitar satu tahun, hingga jelas bagiku
mana yang benar mana yang salah, mana yang hakiki mana yang palsu.
Tampak jelas, kaum filosof terpecah dalam berbagai mazhab dan
pemikiran. Kebanyakan dari mereka tidak luput dari ancaman kekufuran
dan ateisme, meski diakui ada juga yang dekat dengan kebenaran.
D. GOLONGAN FILOSOF.
Walau terpecah dalam berbagai mazhab, secara garis besar, kaum
filosof bisa dibagi tiga golongan, Dahriyyun (ateis), Thabiiyyun (naturalis)
dan Ilahiyyun (Ketuhanan). pertama kaum Dahriyyun, mereka adalah
para filosof zaman dahulu yang mengingkari adanya Sang Maha Pencipta,
adanya yang Maha Mengetahui dan Yang Maha Mengatur. Menurut
mereka, alam ini wujud dengan sendirinya, tanpa pencipta. Begitu pula
binatang, muncul dari sperma dan sperma keluar dari binatang, begitu
seterusnya. Mereka termasuk zindiq atau ateis.
Kedua kaum Thabiiyyah, mereka mengkonsentrasikan diri untuk
meneliti alam, tumbuhan dan terutama binatang; sehingga harus
mengakui adanya Sang Maha pencipta dan Sang Maha Pengatur, setelah