Anda di halaman 1dari 3

Kuliah diawali dengan berdoa sesuai agama dan kepercayaannya masing-masing. Prof.

Marsigit meminta
kami untuk menulis sebuah pertanyaan untuk diajukan dalam perkuliahan hari itu.

Pertanyaan pertama dari Burhanudin : Apa sebenarnya cinta sejati itu? Apakah setiap manusia bisa
menemukannya?

Jawaban dari Prof. Marsigit :Ada 3 jawaban dalam filsafat, dilihat dari hakekatnya, kemudian
kedudukannya dan manfaatnya. Untuk memahami hakekat harus dengan menggunakan indicator atau
criteria, karena hakekat berstruktur dan kita yang berusaha memahami hakekat itu juga berstruktur.
Untuk memahami sesuatu yang berstruktur kita harus mempunyai kecepatan dan frekuensi yang sama.
Bisa diibaratkan dengan kita yang diam, tidak akan dapat melihat pesawat tempur yang terbang dengan
kecepatan melebihi kecepatan suara. Namun, dua orang pilot yang sama-sama mengendarai pesawat
tempur dengan kecepatan yang sama, dapat melihat satu sama lain. Jadi untuk memahami segala
sesuatu yang ada dan yang mungkin ada kita harus memahami sifat2nya melalui pengetahuan dan
pengalaman. Struktur terjadi atas dua hal, takdirnya dan ikhtiarnya. Tugas kita sebagai manusia
berusaha mempelajari takdirnya. Takdir bahwa struktur itu meliputi segala sesuatu yang ada dan yang
mungkin ada. Tiada struktur pun ada strukturnya, yaitu strukturnya tidak ada. Jawaban filsafat adalah
intensif dan ekstensif. Intensif dalam sedalam-dalamnya tidak lagi bisa dipikirkan. Ekstensif seluas-
luasnya manusi tidak lagi bisa melampauinya kecuali hanya pikiran dan Tuhan. Struktur ada dikotomi
dan mono. Dikotomi misalnya jauh-dekat, tinggi-rendah, ada-mungkin ada. Cinta dapat dikatakan ada
atau mungkin ada mengikuti kodratnya. Bisa di dalam mode pikir maupun mode di luar pikir. Perbedaan
orang barat dan orang timur: makrokosmos orang barat ada di dalam pikiran, orang timur ada di dalam
hati. Imam Ghazali mengatakan, jika kau ingin bertemu Tuhan, jangan kau pikirkan, tapi lakukanlah,
maka kau akan bertemu Tuhan. Untuk mencari cinta maka carilah di antara dirimu dan yang engkau
cintai. Cinta sejati tidak terbatas sampai kematian, tapi berlangsung hingga menjadi fosil. Senyummu,
tulisanmu, kuliahmu, pikiranmu, ibadahmu itu mendefinisikan cintamu, kepada siapapun. Dimensi
konkrit, formal, normative, spiritual. Cinta sejati merangkum keempat dimensi itu. Tanpa spiritual maka
manusia akan menjadi dajal, perusak tatanan. Sebenar-benar tatanan adalah dari Tuhan. Sehebat-hebat
pikiran harus dibatasi oleh hati (spiritual). Cinta adalah kata sifat. Pada akhirnya dapat ditemukan
seluruhnya bisa diperoleh dari cinta.

Pertanyaan kedua dari Dwi Hastuti Listiyani : Pada elegy percakapan belalang dan logos, kenapa diambil
hewan belalang, bukan yang lain?

Jawaban : Filsafat itu menggunakan bahasa analog yang lebih tinggi dari kiasan dan memiliki makna
lebih luas. Pikiran bisa diartikan dunia. Hati bisa diartikan akherat. Kita dapat memnfaatkan suatu
karakter melalui reduksi. Sebenar-benar manusia adalah reduksi atau dipilih. Hidup adalah interaksi
antara memilih dan dipilih. Manusia mempunyai metodologi yaitu memilih. Maka sebenar-benar
hidupmu adalah pilihanmu. Yang dipilih adalah watak, karakter, value. Memilih adalah teknologinya
berfilsafat. Sangat tajam, tapi sangat bermanfaat. Sebenar2 hidup adalah memilih dan melengkapi.
Sebenar-benar manusia tidak dapat memiliki. Untuk menggambarkan suatu keadaan menggunakan
ikon. Salah satu ikon belalang adalah matanya tidak dapat berkedip, tandanya dia tidak berpikir.
Pertanyaan ketiga dari Firda Hariyanti: Dari mana seharusnya belajar matematika?

Jawaban : Matematika sudah lengkap di dalam dirimu, mulai dari yang anda tahu dan yang tidak tahu.
Kenapa tidak bisa menemukan, karena terkendala oleh badan. Membuat anda tidak menyadarinya. Itu
matematika ideal menurut Plato. Karena matematika sudah ada dalam diri manusia maka kalau ia mau
belajar maka ia akan bisa menemukan. Ditentang oleh ARistoteles. Matematika yang dapat disentuh
dengan indera. Aristoteles itu matematikanya anak kecil. Matematika intuisi, ngerti tapi tidak ngerti dari
siapa dan kapan. Belajar matematika mulai dari pandangan anda, pendengaran anda, tindakan anda.
Itulah kenapa matematika dasar dan menengah dibedakan, SD dan SMP matematika didefinisikan
sebagai aktivitas, sedangkan matematika murni adalah body of language.

Pertanyaan keempat dari Subhan: Apakah saat tidur manusia itu berpikir?

Jawaban : Semua peraturan bisa ditambah bagi orang-orang yang tidak tidur. Maka ilmu dimulai dari
kesadaran tentang makna dan arti. Semua itu berstruktur. Ada yang namanya bingung atau disorientasi :
individu, kelompok, bangsa, dunia. Indo mengalami disorientasi. Kodrat manusia diam dalam bergerak,
bergerak dalam diam. Sempurna dalam ketidaksempurnaan, tidak sempurna dalam kesempurnaan.
Tidur ada dimensinya dari 0 sampai 100. Berpikir atau tidak tergantung tidurnya seperti apa. Jika tidur
tapi masih sadar maka masih bisa dikatakan berpikir.

Pertanyaan kelima dari Asep Tatan Rifai: Seberapa besar pengaruh filsafat terhadap pembelajaran
matematika di kelas?

Jawaban : Engkau dan pngetahuanmu itu tidak ada jarak. Filsafat itu adalah dirimu sendiri. Jadi tidak ada
istilah filsafat mempengaruhi.

Pertanyaan keenam dari widi Astuti : Apakah hakekat hidup?

Jawaban : hidup itu adalah yang ada dan yang mungkin ada. Yang ada bisa hidup bisa mati. Yang ada dan
yang mungkin ada adalah sifat yaitu subyek. Yang ada dan yang mungkin ada adalah ciptaan Tuhan.
Tergantung kita bicara dengan siapa. Bagi Kyai melihat orang-orang berkeliaran : sebagian dari mereka
itu adalah mayat yang berjalan. Bagi Pak Marsigit sebagian mahasiswa S2 adalah mayat berjalan, karena
mereka tidak berpikir. Drop out adalah kematian bagi mahasiswa. Bisa hidup dalam matimu, mati di
dalam hidupmu.

Pertanyaan ketujuh dari Sdyoko Susanto : Secara filsafat apa itu realitas? Apakah semua ilmu
pengetahuan itu bisa dianggap realitas?

Jawaban : Realitas itu kenyataan, realis. Kenyataan itu persepsi, panca indra. Lawannya dunia pikiran
ideal. Berpikirlah supaya kamu tidak buta, bekerja tanpa berpikir maka kamu buta, berpikir saja maka
kamu kosong. Selagi hidup dalam realitas maka hiduplah dengan kontradiksi, karena realitas terikat oleh
ruang dan waktu. Tidak ada benda yang sama dalam ruang dan waktu. Dalam realita tidak ada 3 = 3,
karena ada 3 pertama dan kedua. Maka matematika itu salah jika kau tulis. Cukup dipikir atau ideal.
Pikiran bisa tidak terikat ruang dan waktu. Dunia anak kecil, dunia hewan adalah dunia persepsi. Dunia
persepsi sulit untuk memikirkannya. Aposteriori, paham setelah dialami. Ideal jauh dari kenyataan.
Benar itu diandaikan saja. Lurus ya betul-betul lurus. Ideal dapat dicari dari kenyataan dengan abstraksi
dan realisasi. Diambil sifat tertentu saja. Bahaya jika seseorang tidak bisa membedakan realitas dan
ideal.

Anda mungkin juga menyukai