Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH FILSAFAT ILMU

“FILSAFAT PENGETAHUAN DAN ILMU”

NAMA : YESSICA CHRISNA DEWI


NIM : 06052682327017

DOSEN PENGAMPU
Dr. SARDIANTO MARKOS SIAHAAN, M.Si., M.Pd

MAGISTER PENDIDIKAN FISIKA


UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2023

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sumber filsafat di dunia barat yang mula-mula berfilsafat adalah orang-orang Yunani. Apa yang
menggerakkan mereka berfilsafat? Plato mengatakan bahwa filsafat mulai dengan ketakjuban dengan
keheranan. Hanya manusia yang dapat takjub yang jadi subjek keheranan menyatakan diri dalam
pertanyaan. Manusia adalah subjek yang bertanya, yang ditanyakannya adalah segala sesuatu yang
dihadapinya yang belum jelas. Maksud dari pertanyaan itu menjelaskan kenyataan untuk memperoleh
kebenaran. Menginginkan kebenaran adalah gerak asli pikiran manusia.

Berbicara tentang ketakjuban karena manusia yang hidup penuh keheranan dengan mengajukan
bermacam pertanyaan kepada ibunya ayahnya neneknya kakaknya dan lain-lain. Kenapa matahari tiap
pagi terbit dan tiap malam hilang? Kenapa temannya yang kemarin masih bermain-main dengan gembira
dengan dia lalu mati? Apa itu mati? Kenapa berbohong itu berdosa? Kenapa Bapak si Ali jahat? Kenapa
induk ayam itu sayang kepada anaknya seperti ibunya sayang kepadanya? Pertanyaan itu tidak habis-
habisnya, banyak yang tidak terjawab oleh orang tuanya dan untuk menutup ketidaktahuan kadang-
kadang si orang tua memarahi si anak karena katanya bertanya yang tidak-tidak.

Sikap keheranan dari anak-anak itu tidak banyak bedanya dengan sikap filsuf, juga bentuk
pertanyaannya tidak banyak berbeda matahari terbit dan terbenam teratur, tenaga apa yang mengatur itu?
Hukum alam. Apa itu hukum alam? Kenapa makhluk hidup itu harus mati? Apa itu hidup? Apa itu mati?
Kenapa agama menghukum kebohongan dengan dosa sedangkan kaum politik dan kaum komunis tidak
memandang dosa? Kenapa seseorang itu jahat? Karena bakat pendidikan atau lingkungannya . Siapakah
yang menentukan itu semua, apakah manusia sendiri yang menentukan atau tenaga di luar manusia?
Kenapa hewan mempunyai naluri?

Perbedaan anak-anak dan filsuf adalah dalam reaksi keheranan itu, anak-anak sekedar ingin
mendapatkan jawaban dari lingkungannya atas pertanyaannya kalau pertanyaannya tidak terjawab atau
kalau ibunya marah atas pertanyaannya kadang-kadang tidak akan dilanjutkan. Tetapi filsuf ingin mencari
jawaban itu sendiri. Karena jawaban yang sudah ada disangsikannya. Patrick mengatakan manakala
keheranan mereka menjadi sungguh-sungguh dan penyelidikan menjadi sistematis, mereka menjadi filsuf
diantara yang ada. Siapakah yang bertanya benda tanaman dan hewan terlalu kurang untuk bertanya,
Tuhan terlalu sempurna untuk bertanya, hanya manusia lah yang tukang tanya, ada-ada saja yang
ditanyakannya.

Manusia selalu berada dalam suasana untuk melahirkan pertanyaan. Secara umum pertanyaan itu
dijawab oleh pengetahuan indra, secara khusus oleh ilmu, secara terkhusus lagi oleh filsafat. Dalam tiap
ruang dan waktu selalu ada pertanyaan-pertanyaan yang diminta dijawab oleh filsafat, maka sejarah
filsafat menghidangkan kepada kita jawaban yang berbeda-beda atas pertanyaan itu. Begitu juga
pertanyaan : Apa itu manusia? Apa itu alam? Apa itu hukum? Apa itu hidup? Apa maksud dan tujuannya?
Siapa yang menentukan nasib? Siapakah Tuhan itu? Apa guna suatu perkara? Berapa nilainya? Apa
hakikatnya? Bagaimana yang semestinya? Apa yang terlarang?

1.2 Rumusan Masalah

1
1. Apa yang dimaksud dengan filsafat pengetahuan dan ilmu?
2. Bagaimana sejarah terbentuknya filsafat?
3. Bagaimana sejarah terbentuknya ilmu?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian filsafat pengetahuan dan ilmu.


2. mengetahui sejarah proses terbentuknya filsafat
3. mengetahui proses terbentuknya ilmu

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Filsafat Pengetahuan dan Ilmu


Filsafat sesungguhnya adalah tafsiran kenyataan manusia dalam tiap gurun dan di negerinya
masing-masing, menghadapi kenyataan-kenyataan pokok yang sama yang dibentuk oleh kemanusiaan. Di
samping perbedaan lahir manusia, ada persamaan batin yaitu tabiat asli. Tabiat itu milik tiap manusia,
membentuk kemanusiaan. Menghadapi soal-soal yang sama maka filsafat memberikan interpretasi atas
soal-soal itu yang membentuk pandangan dunia dan sikap hidup serta tujuan hidup. Keheranan
membentur jalan pikiran, pertanyaan menghentikan gerak pikir, jalan pikiran menjadi terhalang. Yang
membentur jalan pikiran itulah yang disebut oleh orang Yunani dengan probalomai, yang menjadi
problem dalam bahasa Inggrisnya, di Indonesiakan dengan problema. Dalam bahasa Indonesia kita
temukan kata masalah dipandang ekuivalen dengan problema. Hanya manusia yang menghadapi
problema karena kenyataan tidak jelas, maka timbul pertanyaan, Pertanyaan ini dijawab, terhadap

2
jawaban itu waktu lain atau ruang lain diajukan lagi pertanyaan. Pertanyaan ini dijawab, jawaban ini
ditanyakan lagi kadang-kadang. Demikianlah seterusnya.

2.2 Proses Terbentuknya Filsafat

Sejarah filsafat dan sejarah ilmu dalam geraknya mencari kebenaran pertanyaan itu, menjadi hak
manusia dan kewajiban manusia manakala hak itu tidak dipergunakannya atau kewajiban itu tidak
dijalankannya. Lenyaplah kemanusiaannya karena yang membedakan manusia dari benda tanaman dan
hewan dan dari Tuhan adalah yang pertanyaan ini. Mereka yang menjawab pertanyaan dengan jawaban
yang sudah tersedia. Warisan tradisi, anggapan umum pengetahuan yang dipelajari tidak menghadapi
masalah. Filsuf yang menghayati masalah gelisah berpikir karena gerak pikir itu menempuh jalan
petualangan tetapi ia adalah pemberani karena dengan sadar yang menerjunkan pemikirannya ke dalam
kontur.

Apabila kita menanyakan tentang sesuatu tandanya kita telah mengetahui sedikit tentang sesuatu
itu. Orang yang tidak mengetahui sama sekali tentang sesuatu itu tidak mungkin merumuskan pertanyaan.
Berapa jumlah watt yang diperlukan untuk menghidupkan televisi, tanda kita telah mengetahui sedikit
tentang televisi manusia. Di zaman batu tidak akan mungkin melakukan pertanyaan itu. Karena itu tujuan
pertanyaan adalah menjelaskan tentang sesuatu yang telah diketahui dengan samar-samar.

Di samping itu pertanyaan diajukan manakala orang mau atau percaya akan menemukan
jawabannya. Kalau kita tidak percaya akan dapat menemukannya pertanyaan itu tidak ada gunanya, jadi
sia-sia. Karena itu dalam ajaran Islam dilarang orang menanyakan bentuk atau rupa Tuhan karena
dipercayai jawabannya tidak akan mungkin ditemukan. Kalau di zaman purba, filsafat dimulai dengan
keheranan, maka di zaman modern dimulai dengan kesangsian.

Dikatakan sangsi atau bimbang atau ragu contoh Takdir Ali Sabana yang mengatakan bahwa
sangsi itu adik dari tidak percaya. Kedudukan kesangsian adalah antara percaya dan tidak percaya. Ada
tiga sikap pikiran manusia dalam menghadapi segala sesuatu, yang pertama ia percaya, kedua Ia tidak
percaya. Ketika dia sangsi pada sikap percaya dan tidak percaya kedua pikiran itu tidak bekerja. Kalau
kita percaya pada sesuatu atau tidak percaya maka kita tidak berpikir. Bila orang mulai berpikir kalau dia
percaya tidak dan tidak percaya pun tidak, maka ia berpikir untuk sampai kepada kepercayaan atau tidak
percaya. Ketika ini dicapai, berhentilah. Ia berpikir kesangsian juga menyatakan diri dalam bentuk
pertanyaan. Apakah benar hujan itu berasal dari atas? Benarkah persenyawaan H dan O itu disebabkan
hukum alam? Apakah hukum alam itu hanya merupakan sifat materi atau ketentuan Tuhan? Selama ada
tanda tanya dalam pikiran jalannya terbentur maka bekerjalah pikiran untuk melenyapkan. Ketika lenyap
pikiran sampai ke tempat pemberhentian yang berbentuk percaya atau tidak percaya.

Kata yang berasal dari bahasa asing untuk sangsi adalah skeptis atau skeptik. Dari kata itu
terbentuk istilah yang menunjukkan pengertian paham yaitu skeptisme berarti yang pertama. Selama

3
orang tidak dengan kritis membahas anggapan-anggapannya bertolak dari pengingkaran kebenaran.
Karena itu memberikan nilai yang sama kepada semua pendapat jadi mengingkari secara dogmatis,
seperti kaum sufis dalam kurun waktu yang kedua cenderung untuk kritik. Kritik adalah tidak
memberikan nilai yang sama pada semua pendapat, memisahkan yang benar dari yang tidak benar dalam
pendapat, percaya bahwa yang satu lebih baik daripada yang lain merupakan tahap sebelum mencapai
kebenaran.

Dalam filsafat lama captisisme merupakan aliran filsafat. Dalam filsafat modern yang merupakan
sumber atau pangkal filsafat kesaksian yang radikal yang dianut oleh kaum skeptis dahulu menolak
kebenaran. Kesemuanya ini adalah mimpi maya, tipuan, kedustaan pikiran atau panca indra belaka. Kata
mereka betapa gerak itu sesungguhnya tidak ada, gerak tidak lain tipuan pandangan kita. Gerak itu
sesungguhnya diam. Apa yang dikatakan diam apabila suatu benda pada suatu waktu berada di suatu
tempat dikatakan lah diam. Sebuah bola kita gulingkan ke dinding, waktu yang dipakainya untuk sampai
ke dinding setengah menit. Seperatus menit yang pertama dia ada pada suatu tempat, seperatus menit
yang kedua di tempat lain, demikianlah seterusnya sampai di dinding. Jadi pada tiap waktu yang ada pada
satu tempat karena bola itu pada tiap waktu berada di suatu tempat berarti lah bahwa bola itu diam. Maka
gerak sama dengan diam. Ternyata manusia tidak berpikir logis.

Pythagoras mendalilkan manusia lah ukuran segala sesuatu tangkapan panca indra manusia
berubah-ubah pikirannya dan pandangannya berbeda-beda, masing-masing mengatakan dialah yang
benar maka kebenaran yang satu berbeda dengan kebenaran yang lain, yang ini bertentangan dengan yang
itu. Diantara kebenaran yang banyak itu manakah sesungguhnya yang benar? Maka kaum sofis terutama
Pythagoras dan Gorgeous sangsi akan kebenaran. Pasca menyangsikan bahwa manusia akan dapat
mengetahui apa sebenarnya dunia itu, manusia itu sendiri masih merupakan teka-teki, merupakan rahasia
bagi dirinya sendiri yang tidak mungkin terkaji olehnya.

Objek yang sama menimbulkan pada berbagai subjek kesan dan tanggapan panca indra yang
berbeda-beda. Manusia berbeda rohaniah dan jasmaniah sehingga objek itu menyatakan diri berbeda pada
yang seorang daripada orang lain. Berbagai panca indra kadang-kadang menimbulkan tanggapan berbeda,
bahkan panca indra yang satu bergantung pada keadaan yang lain misalnya gula itu putih kata mata,
manis kata lidah. Mana yang benar kalau keduanya benar? Bukankah kebenaran itu hanya satu tempat?
Kesan kita atas objek dipengaruhi oleh keadaan rohaniah dan jasmaniah yang berbeda-beda, misalnya
kopi yang saya minum setiap pagi rasa manis menjadi pahit ketika saya sakit. Kesan atas objek
bergantung pada tempatnya dari kita misalnya rel kereta api yang sejajar kelihatannya bertemu di batas
pandangan dari jauh barang itu lebih kecil dan kabur. Kesan sampai kepada kita melalui saluran atau
pengaruh udara cahaya dan warna misalnya Fatamorgana adalah permainan udara dan cahaya saja yang.
Sifat objek tidak tetap bergantung pada ukuran suhu gerak kecepatan warna atau bertukar dengan ini
semua. Kesan objek berbeda-beda bergantung pada segar atau sudah lama biasa atau luar biasanya
misalnya ketika Ayah meninggal saya menangis. Sekarang ketika ingat akan kematian itu saya tidak
merasa apa-apa lagi hilang karena biasa. Sifat objek hanya relasi yang satu dengan yang lain ia dapat

4
bertukar setiap waktu misalnya yang tuan tunjuk sebagai sebelah kiri bagi saya sebelah kanan yang bagi
kaum komunis baik bagi kaum agama jahat. Kebiasaan hukum tanggapan agama dan anggapan berbagai
orang dan bangsa berbeda-beda sehingga kebenaran dan ketepatan tentang segala sesuatu tidak dapat
dikatakan dengan dalil-dalil itu.

Piru dan pengikut-pengikutnya menyangsikan segala kebenaran tetapi kesangsian radikal


akhirnya bunuh diri apalagi orang menyangsikan tiap-tiap kebenaran akhirnya ia percaya juga pada
kebenaran, akhirnya ia harus berkata hanya inilah kebenaran yaitu kebenaran ini tidak ada. Apabila semua
tidak benar ia harus pulang mengakui bahwa apa yang diucapkannya itu semuanya tidak benar. Juga tidak
benar apabila apa yang diingkari si penyangsi itu tidak benar, maka skeptisme bunuh diri terpaksa juga
akhirnya mengakui adanya kebenaran pada filsafat lama kesaksian itu merupakan akhir filsafat. Sehingga
terbentuklah aliran kesaksian pada filsafat modern. Ia merupakan awal filsafat. Tiap kebenaran disaksikan
lagi sampai pada satu titik dimana kesangsian itu lenyap di temukanlah kebenaran. Berhentilah pikiran,
tersusun lah sistem pengetahuan yang menghasilkan kebenaran dengan berpikir yaitu suatu filsafat.

Ilmu akan mengatakan kesangsian tidak mungkin keadaan yang tetap. Ia hanya dahan dan tempat
berpijak sementara untuk mencapai tingkat kebenaran yang lebih tinggi. Maka bagi filsafat modern
kesaksian itu merupakan sumber filsafat. Tanpa sangsi orang tidak berpikir, tanpa berpikir filsafat tidak
lahir, tanpa berpikir ilmu pun tidak mungkin terbentuk. Penemuan dimulai dengan tanda tanya,
menunjukkan gejala kesangsian. Apa yang menyebabkan air membeku? Pertanyaan ini merangsang budi
berpikir tangan bekerja. Ditemukanlah hukum pembekuan air. Mungkinkah manusia membikin sendiri es
dengan membekukan air menurut kehendaknya? Pikiran bergerak lagi tangan bekerja lagi didapatlah
lemari es. Apakah manusia tidak mungkin terbang? diperdapatlah pesawat udara. Apakah benar bulan
tidak mungkin didatangi seperti anggapan selama ini? Maka sarjana-sarjana Amerika membuat Apollo
untuk membuktikan anggapan itu tidak benar.

Bagaimana perwujudan kedamaian kebahagiaan dan milik yang merata kenikmatan hidup di
dunia membina keselamatan setelah mati? Siapakah yang menentukan nasib manusia atau Tuhan?
Benarkah ada Tuhan itu? Benarkah kejahatan itu ada? Benarkah pula ada kebajikan? Bagaimanakah
seharusnya menyusun sosial ekonomi politik kesenian? Pertanyaan-pertanyaan itu merangsang pemikiran
filsafat, mencari jawaban berpikirlah yang hati-hati dan sistematis tentang masalah-masalah fundamental
yang mengenai diri kita sendiri. Laku perbuatan dan dunia di mana kita hidup dan akhirat yang
merupakan ujung kehidupan terbentuklah beragam aliran filsafat sebanyak filsuf yang memikirkannya.

2.3 Proses Terbentuknya Ilmu

Apabila kita menyaksikan suatu aliran filsafat maka kita pun berpikir untuk menyusun alasan-
alasan tentang ketidakbenarannya. Disamping menyusun pengetahuan baru yang kita anggap benar,
terbentuklah pula suatu filsafat. Berikutnya mungkin menyaksikan pula filsafat kita itu, paling tidak
menganggapnya kurang sempurna. Maka lahir lagi filsafat. Demikianlah sejarah filsafat adalah sejarah
perkembangan pikiran manusia. Dapat pula ia dikatakan sejarah kesagsian manusia dalam usahanya

5
mencari kebenaran dari kebenaran. Jalan sejarah filsafat tidak terlalu luas. Berkelok kembali ke belakang.
Teori yang sudah ditinggalkannya diulanginya lagi dengan pandangan atau tafsiran baru.

Tidak demikian sejarah ilmu yang selalu bersifat maju teori yang sudah ditinggalkannya tidak
akan dijamak lagi. Kenapa demikian? Suatu teori ilmu ditinggalkan untuk selama-lamanya karena
terbukti oleh riset dan atau eksperimen tidak benar. Suatu teori filsafat yang mula-mula dianut
ditinggalkan karena tidak lagi memuaskan akal. Suatu teori filsafat yang sudah lama ditinggalkan
mungkin saja dibangkitkan kembali dengan tafsiran baru sehingga diterima oleh akal dan dalam sejarah
pengetahuan manusia itu filsafat dan ilmu itu selalu berdampingan bahkan berkaitan.

Pembahasan mengenai filsafat dan ilmu hubungannya, perbedaan dan persamaannya menjadi
kekhususan pada bagian ini. Dalam kurun filsafat Yunani dan filsafat Islam memang kabur batas filsafat
dan ilmu. Sekarang pun ada yang memandangnya seperti itu. Sengaja kita membagi pengetahuan yang
bersumber pada manusia dalam tiga jenis untuk memperjelas batas itu. Dalam pasal ini kita perdalam
pembahasan tentang perbedaan antara keduanya tanpa lupa menyinggung segi persamaannya. Di samping
menelaah peranan filsafat bagi ilmu, untuk dapat memahami perbedaan antara filsafat dan ilmu harus
terjawab terlebih dahulu, apa itu filsafat dan apa itu ilmu. Tentu saja pertanyaan ini harus dijawab, maka
sekarang kita harus menjawab pertanyaan tentang ilmu.

Kata ilmu berasal dari bahasa Arab yang berarti pengetahuan. Pemakaian kata itu dalam bahasa
Indonesia kita ekuivalenkan dengan istilah science. Science berasal dari bahasa latin saya atau sayu yang
juga berarti pengetahuan. Kamu adalah pengetahuan tetapi ada berbagai pengetahuan dengan pengetahuan
ilmu dimaksud pengetahuan yang pasti, eksak dan betul-betul terorganisasi. Jadi pengetahuan yang
berasaskan kenyataan dan tersusun baik apa isi pengetahuan ilmu itu.

Ilmu atau dalam bahasa Latin saintya mengandung tiga kategori isi : yang pertama hipotesis yang,
kedua teori dan yang ketiga dalil. Hukum ilmu merupakan perkembangan lanjut dan mendalam dari
pengetahuan Indra. Kalau pengetahuan Indra menjawab pertanyaan apa yang dialami oleh panca indra
adalah pertanyaan. Ilmu berbunyi bagaimana dan apa sebabnya atau mengapa. Pertanyaan pertama
dijawab oleh kajian ilmiah dengan melukiskan gejala-gejala perkara yang ditanyakan. Pertanyaan kedua
dijawab oleh hubungan kausal atau hubungan sebab akibat tentang perkara yang ditanyakan. Apa
sebabnya, apa akibatnya, hubungan sebab akibat tidak dapat ditangkap oleh panca indra maka perlulah
dilakukan penelitian. Data yang dihasilkan oleh penelitian itu dianalisis dan disimpulkan secara logis.

Ilmu haruslah sistematis dan berdasarkan metodologi dan yang akan berusaha mencapai
generalisasi dalam kajian ilmiah. Kalau data yang baru terkumpul sedikit atau belum cukup maka
ilmuwan membina hipotesis. Hipotesis adalah dugaan pikiran berdasarkan sejumlah data. Hipotesa
memberi arah pada penelitian dalam menghimpun data-data yang cukup sebagai hasil penelitian
dihadapkan pada hipotesis. Kalau data itu mensahihkan atau memvalidkan hipotesis maka hipotesis
menjadi tesis atau hipotesis menjadi teori. Kalau teori mencapai generalisasi yang umum menjadi dalil.
Kalau teori memastikan hubungan sebab akibat yang serba tetap maka ia menjadi hukum.

6
Ada bermacam-macam jenis ilmu, yaitu :

1. Ilmu praktis, dia tidak hanya sampai kepada hukum umum atau abstraksi, tidak hanya terhenti
pada teori, tetapi menuju kepada dunia kenyataan yang mempelajari hubungan sebab akibat untuk
diterapkan dalam alam kenyataan.
2. Ilmu praktis normatif, ia memberi ukuran-ukuran atau kriterium dan norma-norma.
3. Ilmu praktis positif, ia memberikan ukuran atau norma yang lebih khusus daripada ilmu praktis
normatif norma. Yang ia kaji adalah bagaimana membuat sesuatu atau tindakan apa yang harus
dilakukan untuk mencapai hasil tertentu.
4. Ilmu spekulatif ideografis, ilmu spekulatif yang tujuannya mengkaji kebenaran objek dalam
wujud nyata dalam ruang dan waktu tertentu.
5. Ilmu spekulatif teknis, bertujuan mendapatkan hukum umum atau generalisasi substantif yang
keenam ilmu spekulatif teoritis yang bertujuan memahami kausalitas tujuannya memperoleh
kebenaran dari keadaan atau peristiwa tertentu.

Baik Ilmu maupun filsafat sama-sama mencari pengetahuan dan pengetahuan yang dicari itu
adalah pengetahuan yang benar dalam segi ini maksudnya adalah kedua-duanya sama, tetapi dalam
persamaan itu ada perbedaan. Pengetahuan ilmu melukiskan sedangkan pengetahuan filsafat menafsirkan
bertolak dari sifat pelukisan itu. Arthur Thompson mendefinisikan ilmu sebagai pelukisan fakta-fakta
pengalaman secara lengkap dan konsisten. Dalam istilah-istilah sesederhana mungkin ilmuwan dalam
studinya tentang sekelompok fenomena melakukan tiga tahap kerja, yaitu :

1. Mulai menghimpun fakta atau data dari objek studinya apabila fakta-fakta atau data sudah cukup
terkumpul yang melangkah pada tahap berikutnya yaitu pelukisan fakta-fakta dengan jalan yang
pertama membentuk definisi dan lukisan umum.
2. Melakukan analisis tentang fakta-fakta itu.
3. Mengklasifikasikan fakta-fakta itu.

Setelah fakta-fakta terlukiskan sampailah ia pada tahap terakhir yaitu yang ketiga menjelaskan
fakta-fakta dengan jalan yang pertama menentukan sebab-sebab. Dengan menentukan hal-hal yang
mendahului peristiwa, yang kedua merumuskan hukum dengan penentuan kesorban tekanan.

Peristiwa teori kebenaran dari ilmu ditentukan oleh tingkatnya yang 4 jumlahnya. Yang pertama
hipotesis atau dugaan pikiran ilmuwan mulai dengan hipotesis dugaan pikiran itu diuji dengan fakta-fakta
atau data yang dihimpunnya fakta-fakta atau data-data itu mungkin menyokong hipotesis itu tapi mungkin
pula membatalkannya. Tang kedua apabila fakta-fakta menyokong mulai tahap kerja ilmiah yang pertama
dan kedua baru berikutnya pada tahap ketiga manakah hukum belum dapat dipastikan.

Ilmuwan menyimpulkan teori yaitu hipotesa, hipotesa yang berpaut atau logis yang sudah diuji
oleh data-data. Teori adalah anggapan kebenaran yang kuat sepanjang pengalaman dan penjelasan
ilmuwan tentang fakta-fakta. Tempat berpijak teori itu apabila ditemukan pengalaman atau fakta baru
atau fakta yang selama ini tidak diperhitungkan dapat jantung teori yang dipegang selama ini maka orang

7
membangun teori baru. Jadi teori mungkin mengandung kebenaran tapi tidak pasti benar karena itu
mungkin terjadi perubahan teori atau berbagai teori tentang persoalan yang sama. Mungkin saja suatu
teori ditinggalkan digantikan oleh teori baru berikutnya adalah apabila penjelasan fakta-fakta sampai pada
kepastian hukum yaitu hukum alam, sampai ilmu ke tingkat yang tertinggi dan sampai pulalah yang pada
ujung kerjanya.

Ilmuwan menghadapi masalah tertentu, dari gejala masalah yang diketahuinya ia menyusun
hipotesis. Diarahkan oleh hipotesis itu, ia melakukan penelitian untuk menghimpun data-data yang cukup
tentang masalah tersebut. Data-data itu kemudian dihadapkannya pada hipotesis. Kalau data-data itu
menyokong hipotesis maka hipotesis itu sahih atau valid. Dengan demikian hipotesis meningkat menjadi
teori. Apabila timbul masalah selanjutnya dan ilmuwan tidak mampu mengumpulkan data-datanya baik
karena fakta konkret yang dapat diteliti tidak ada, misalnya tentang nilai atau masalah itu belum dapat
diteliti maka kajian ilmu sampai ke batas kemampuannya. Kajian selanjutnya diserahkan kepada filsafat
untuk menggali pengetahuan dari fakta-fakta dan merumuskan pengetahuan itu dalam bentuk teori atau
hukum. Karena pengetahuan itu sesuai dengan faktanya maka pengetahuan yang digali dan yang
dinyatakannya itu adalah benar. Jelaslah betapa inherennya ilmu dengan fakta yaitu fakta yang dialami.
Fakta yang belum ditafsirkan jadi bersifat murni disebut data. Data inilah yang dihimpun oleh riset dan
atau eksperimen sedangkan pelukisan penjelasan dan kesimpulannya jadi tugas pikiran. Riset dan
eksperimen adalah kerja tangan, berpikir adalah kerja otak, karena itu ilmu merupakan hasil kerja sama
otak dan tangan. Pengetahuan Indra hasil dari kerja panca indra sedangkan filsafat hasil dari kerja berpikir
saja.

Setelah terjawab Apa itu ilmu barulah kita dapat memperbandingkan dengan filsafat. Bukan saja
ilmu tapi juga filsafat mencari pengetahuan yang pasti, eksak, teratur dan tersusun. Tetapi kepastian dan
keeksakan pengetahuan filsafat tidak mungkin diuji seperti pengetahuan ilmu. Yang pertama tersusun dari
hasil riset dan eksperimen maka riset dan eksperimen pula yang menguji kebenaran pengetahuan ilmu.
Yang kedua hasil dari berpikir radikal sistematis dan universal maka pemikiran yang dapat menguji
kebenaran pengetahuan filsafat. Kebenaran ilmu adalah sepanjang pengalaman sedangkan kebenaran
filsafat sepanjang pemikiran di samping itu filsafat tidak puas dengan pengetahuan yang tertentu eksak
dan tersusun teratur yang menghendaki pengetahuan yang komprehensif yaitu yang luas yang umum atau
universal.

Ilmu mencari pengetahuan dari segi-segi tertentu, bidang-bidang khusus sedangkan filsafat
mencari pengetahuan dari semua segi dan bidang menyeluruh. Ilmu mempelajari unsur-unsur alam benda-
benda mati saja, tanaman hewan manusia saja, bumi, bulan, matahari dan bintang saja. Filsafat
menginginkan pengetahuan tentang seluruh alam. Ilmu mempelajari segi-segi tertentu kehidupan, Filsafat
mempelajari kehidupan menyeluruh. Ilmu mempelajari jurusan-jurusan tertentu tentang hukum-hukum
adat, hukum kriminal dan perdata, hukum modern, hukum dagang hukum laut, hukum internasional,
hukum negara dan lain-lain. Filsafat mempelajari azas dari segala hukum, maksudnya tujuan, nilai,
asalnya dan bahkan menyelesaikan pengetahuan tentang pangkal bertolak dari ilmu itu. Apa itu hukum?

8
Kalau ilmu hukum bertolak dari kerjanya, hukum sebagai pengertian yang sudah tertentu adalah filsafat
hukum. Ilmu hanya memberikan penjelasan khusus tentang fakta, tentang penjelasan umum diserahkan
kepada filsafat. Perhatian ilmu terpusat pada bagaimana adanya, tentang bagaimana seharusnya adalah
tugas filsafat untuk menentukannya. Ilmu adalah pelukisan fakta pengalaman dengan lengkap dan secara
konsisten. Apa fakta itu? ilmu menjawab sesuatu yang langsung diamati dan tidak ditafsirkan pengamatan
itu biasanya melalui salah satu indera kita misalnya makan telinga atau tangan mungkin juga data itu
merupakan sesuatu yang kita amati secara batiniah misalnya perasaan atau emosi. Dengan demikian
jelaslah bahwa ilmu dibangun di atas fakta yang merupakan data indra. Data Indra tentulah subjek apakah
ilmu subjektif asas-asasnya serta merta kaum ilmuwan dengan nada keras berteriak bukan ilmu adalah
satu-satunya di dunia yang dibangun di atas realitas objek yang kokoh tidak ada data Indra ilmu
menceritakan kepada kita tentang barang-barang yang objektif dan sebagaimana adanya sebelum manusia
makhluk yang menyusun ilmu kaum ilmuwan menyatakan bahwa ilmu tersusun atas realitas objektif yang
Kukuh sedangkan kita sama-sama mengetahui bahwa realitas itu diperolehnya melalui organ-organ
indranya Jadi melalui Ilmuwan ibulah masalah apa sesungguhnya data Indra itu dan bagaimana
hubungannya dengan barang-barang yang real di dunia ini ini tidak dibicarakan ilmuwan ia pergunakan
kata data dan bertolak dari situ filsuf lah yang mempersoalkan data itu yang membawa dia ke lapangan
epistemologi dalam filsafat yaitu teori pengetahuan yang membicarakan asal berlakunya dan
hubungannya dengan pengalaman manusia ilmu dapat kita bagi dua ilmu murni your science yang
bersifat teori dan ilmu terapan yang bersifat praktis bagi umumnya pengertian ilmu itu terarah kepada
yang kedua yaitu alat yang harus diterapkan untuk meningkatkan kepuasan manusia atas alam kekuasaan
itu dijalankan dengan teknologi teknologi adalah ilmu teknik atau ketukangan yang mempergunakan
ilmu-ilmu eksak seperti jika aljabar ilmu ukur ilmu kimia dan statistik ilmu terapan adalah lanjutan dari
ilmu teori penemuan-penemuan besar dalam ilmu didapat oleh orang-orang yang tidak langsung
mempunyai perhatian pada aplikasi yang praktis mereka digerakkan oleh perhatian ilmiah semata-mata
hanya digairahkan oleh pengetahuan yang sungguh-sungguh menghaslatif kebenaran nah ilmu teori inilah
yang berhubungan rapat dengan filsafat dalam kehidupan sehari-hari umumnya kita tertarik pada hal-hal
yang praktis untuk itu kita bertanya kepada ilmu terapan tetapi kadang-kadang timbul pertanyaan dalam
hati kita Apa makna tujuan guna dan nilai hidup kita dan dunia kita ketika itu kita bertanya kepada filsafat
hubungan filsafat dan ilmu menurut pandangan kaum filsuf pandangan itu terbagi ada dua yang pertama
hubungan erat antara keduanya perkembangan ilmu harus bersama-sama dengan filsafat bahkan ada yang
menyamakan filsafat dengan ilmu yang kedua filsafat tidak berkaitan dengan ilmu ya otonom dan tidak
mau diperalat oleh ilmu nah pandangan yang pertama tadi dianut di dunia Universitas Eropa umumnya
semenjak akhir abad ke-19 filsuf mempelajari hasil ilmu berdasarkan ilmu itu yang membentuk
pandangan-pandangan atau teori filsafat pernyataan filsafat harus berdasarkan fakta-fakta penelitian
ilmiah tanpa pendaftaran demikian pernyataan itu tidak bernilai ada pula filosofi yang berpendapat bahwa
kewajiban filsafat adalah membentuk fundamental ilmu melakukan analisis analisis logis metode-metode
yang dipakai ilmu dengan demikian hakikat filsafat adalah riset epistemologi filsafat diminta untuk
memberi Laporan atau sintesis hasil yang dicapai filsuf yang beranggapan ruang gerak pesawat sudah
begitu sempit bahkan mungkin lenyap Andaikata dia tidak menyatukan diri dengan ilmu kecenderungan

9
kepada ilmu ini terutama ditemukan dalam lingkungan filsafat anglot Amerika dengan aliran-aliran
positivismelogis atau mismalogis dan aliran-aliran analisis Pandangan Kedua yang menganggap bahwa
filsafat itu otonom Dengan demikian tidak ada hubungan antara filsafat dan ilmu bahkan keduanya itu
saling tantang bukanlah tugas filsafat untuk menjadi alat ilmu menyelidiki pengertian-pengertian kritis
dasar ilmu atas memperhatikan dan menyimpulkan hasil-hasilnya kaum filsufnya antara lain kaum
irasional intuisi dan eksistensi pengertian-pengertian yang dipakai oleh filsafat berbeda dengan yang
dipakai oleh ilmu masing-masing misalnya mempergunakan kata-kata ruang waktu TenagaZakro sebab
akibat hukum alam kuantitas kualitas dan lain-lain dengan mengisikan pengertian-pengertian yang
berbeda pendapat atau teori filsafat karena itu tidak dapat diverifikasi atau dibatalkan oleh ilmu
kecenderungan tidak ilmiah itu dalam kurun ini berpusat di Eropa Barat dengan aliran-alirannya yang
penting fenomenologi personalisme eksistensialisme dan Neo hegelianisme yang jadi pusat perhatiannya
bukan ilmu tapi manusia ilmu adalah pengetahuan abstrak dan objektif dan tidak esensial kata Dear God
kita harus kembali katanya kepada pengetahuan yang subjektif konkrit dan esensial sehingga
menghindarkan eksistensi yang sungguh-sungguh mengenai pertentangan kedua paham itu Asikin Arif
memberi ulasannya sebenarnya kedua pendirian itu tidak berdasarkan fakta pemikir-pemikir yang
menyangkal hak hidup filsafat kecuali kalau berdasarkan ilmu toh memakai bahasa filsafat dalam
serangan mereka terhadap sesama sebaliknya yang yakin akan kedudukan filsafat yang bersifat otonomi
itu mempunyai pendapat sengaja atau tidak ilmu dipengaruhi filsafat hubungan antara filsafat dan ilmu
sebenarnya menyerupai proses bolak-balik perkembangan ilmiah tidak pernah direlevan untuk pemikiran
filsafat tiap-tiap perubahan besar dalam hasil-hasil atau metode-metode ilmu dengan sendirinya
mempunyai konsekuensi terhadap perkembangan filsafat ini tidak berarti semua filsafat harus merupakan
filsafat ilmu atau filosofi sains. Buku Referansi : “Filsafat ILMU” H.A. Fuad Hasan

10

Anda mungkin juga menyukai