Anda di halaman 1dari 20

FILSAFAT ABAD KE-20

Resume dari buku Filsafat Dewasa ini Karya; Prof.Dr.R.F.Beerling Diterjemahkan oleh Drs. Hasan Amin Penerbit; BALAI PUSTAKA,1994 Tugas ini disusun untuk memenuhi mata kuliah FILSAFAT UMUM

Dosen: Ali Imron, S. Ag., S.Psi., M.Fil.I

YASIR AROFAT 07.01.0.4772

PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM TRIBAKTI (IAIT) KEDIRI 2012

A. Pola pikir filsuf Setiap manusia adalah filsuf adalah tulisan yang tertulis dalam sebuah buku di Amerika semasa dengan pengarang buku Filsafat Dewasa ini, seorang guru besar filsafat dimasanya. Dia sangat jeli dan teliti terhadap perkembangan, pola pikir serta pengaruh filosof terdahulu hingga

semasanya. Opini yang dipublikasikan diamerika secara ilmiyah dan dikupas dalam karya ini. Dia berpendapat berserbangan dan dikupas secara ilmiyah. Kebanyakan bahwa manusia tidak sesekali bukan ahli pikir. bahwa Saya mereka tidak mengatakan itu

mereka

berpikir,

tetapi

melakukan

sebagaiman yang dilakukan oleh filsuf. Mereka hidup dan mati dengan tidak pernah memikirkan maslah-masalah filsafat yang besar atau tidak pernah membaca tentang soal itu. Jadi, tidak setiap manusia itu filsuf. Tetapi semua yang mempunyai kecerdasan normal tentulah dapat menjadi filsuf. Hal ini tidak terjadi, maka kuranglah tenaga. Karna filsafat ada didalam dan diantara manusia. Selanjutnya ia pengertian mereka dan tak usahlah mereka membuang-buang

menjelaskan dengan cerdas dengan sedikit cibiran terhadap ideologi dan istilah ilmiyah; Manusia adalah makhluk yang berpikir. Homo sapiens, seperti

dikatakan orang dahulu,atau animal rasionale, seperti pernah juga disebut orang. Hanya saja manusia mempunyai kesadaran berpikir, roh. Dia (roh, pen) juga pernah makan disebut saja Tuhan secara miniature. Dia (manusia,pen) dan tidaklah

tidaklah

sebagaimana

tumbuhan-tumbuhan,

bereaksi saja sebagaimana binatang. Selanjutnya, ia menguraikan pola kesadaran manusia.

Jika ia bertindak, ia tahu bahwa ia bertindak dan jika ia berpikir, ia tahu bahwa ia berpikir Uraian setiap tentang adalah kesadaran filsuf. manusia Ia tidaklah mengubah argument kesimpulan yang

manusia

menguraikan

mereka

berpendapat bahwa setiap manusia adalah filsuf. Manusia adalah makhluk berpikir. Filsuf adalah manusia berpikir. Sifat berpikir manusia adalah suatu hal kewajaran sebagai makhluk yang mendapatkan nikmat akal dari Tuhan. Sekiranya berpikir itu dapat dianggap sebagai sifat manusia yang terpenting, maka filsafat harus dianggap sebagai perbuatan yang paling radikal dalam menggunakan kesanggupan berpikir itu. Filsuf adalah ahli pikir yang radikal. Bukan dalam arti, bahwa ia hendak yakni membuang bahwa ia danmengubah berusaha ujud, itu seluruhnya, radix, tetapidalam akarnya. tentag arti Akar diri sebenarnya, apa? Akar Kalau

mencapai akar

kenyataan, Berpikir

dunia, radikal

pengetahuan pada

sendiri.

ditemukan akar itu, maka semua yang berakar padanya akan dapat dipahami. ditujukan kedalaman(diepte). Sekiranya kedalaman ini tercapai, maka dapatlah dipastikan apa yang berasal dari kedalaman itu. Berpikir radikal juga melingkupi yang universal. Orang Yunani, yang mula-mula sekali berfilsafat di Barat,

mengatakan bahwa filsafat itu timbul karna ketakjuban. Seandainya hal ini benar dan semua filsafat adalah filsafat manusia, maka manusia adalah satusatunya makhluk yang bias meraskan ketakjuban. Siapa yang takjub, tentu ada yang ditakjubkannya. Ada subjek dan ada objek dari ketakjuban itu. Keduanya berhadap-hadapan dan yang satu tak dapat dilepaskan dari yang lain. Manusia mungkin takub tentang kenyataan disekelilingnya. Ia dapat meluaskan ketakjuban itu tentang kenyataan seluruhnya dan ia dapat

memasukkan dirinya sendiri kedalam ketakjuban itu. Apakah dunia itu? Apakah aku di dalam dunia itu? Bagaimanakah kenyataan sebenarnya?

Apakah dasar, prinsip benda, dan peristiwa yang banyak itu dan yang aku dapati disekelilingku? Apakah kedudukanku ditengah-tengah kenyataan itu? Ketakjuban itu mengajukan manusia berupa pertanyaan-pertanyaan.bahwa biasanya dianggap manusia

pertanyaan-pertanyaan

sebagaisesuatu

yang biasa saja dan tak dipikirkan lebih lanjut. Sekiranya soal ini dipikirkan, maka ternyata bahwa itu pada kesanggupa seluruh dan aktivitas keinginan mengajukan Bertanya ilmu

pertanyaan-pertanyaan merupakan motor

bekerja

rohaninya.

yang

menggerakkan

seluruh

penyelidikan

secara

pengetahuan dan secara filsafat. Motor ini selalu bergerak dan tidak pernah berhenti,karena selalu ditambahkan bensin pada motor itu. Hal ini berarti bahwa bertanya itu tiada habis-habisnya. Jawaban selalu berisi suatu

pertanyaan yang baru. Jadi, manusia itu bersoal-soal bukanlah merupakan suatu yang boleh diabaikan begitu saja. Hal ini bukanlah sesuatu kebetulan, tetapi secara hakiki, sesuatu yang menjadi esensi. Sartre, filsuf eksistensi Perancis abad 20 mengatakan bahwa kesadaran pada manusia adalah sifat bertanya yang

sebenar-benarnya. Kalau ada yang ditanya, maka selalu terdapat tiga hal, yaitu: 1) yang menanyakan 2) sesuatu yang ditanyakan 3) sesuatu yang jadi pokok pertanyaan. Pokok pertanyaan mungkin adalah sebab atau tujuan peristiwa-

peristiwa tertentu, arti kejadian-kejadian tertentu akibat perbuatan-perbuatan tertentu, dan sebagainya. Sekiranya pertanyaan-pertanyaan itu betul-betul

diajukan secara radikal, maka pertanyaan-pertanyaan itu tidaklah ditujukan pada sesuatu bagian tertentu dari kenyataan, dunia, Ujud, tetapi pada keseluruhannya.

Filsuf-filsuf

Yunani

yang

pertama-tama

mengajukan

pertanyaan

tentang tentang dasar

arche, yang dapat menerangkan peristiwa-peristiwa

alam yang banyak itu. Dan mereka menjawab bahwa dasar ini adalah air, udara, dan api. Kemudian dikatakan bahwa dasar itu ialah budi (logos), cita, zat, kemauan, dan hidup. Jawaban selalu berbeda-beda, tetapi pertanyaanya selalu itu itu juga. Manusia kebebasannya. dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan. pertanyaan Itu yang adalah dimiliki

Kesanggupannya

mengajukan

manusia adalah kekuasaan istimewa, tetapi juga kekuasaan yang berbahaya. Thomas Aquino (1224-1274) mengatakan pertanyaan-pertanyaan yang

diajukan tidak dihentikan pada suatu ketika dan sekiranya tidak dihentikan dengan suatu jawaban yang pasti, sehingga semuanya dapat dipahami, maka kita akan terdampar pada suatu putaran air. Sekiranya seorang mencari sebab gerak, maka ia harus mendapatkan suatu dasar, yang tak bergerak atau tak dapat digerakkan dan juga merupakan sebab dari segala yang kita amati. Sekiranya seseorang sangsi terhadap segala yang ia amati atau pelajari dari orang lain, seperti yang dilakukan Descartes (1556-1650) dengan caranya yang klasik itu, maka disuatu tempat harus ada titik, terhadap mana seorang tak sedikit pun menaruh sangsi lagi. Bagi Descartes, titik ini adalah berpikir yang dijamin oleh Tuhan. Dari titik inilah segala-galanya menjadi pasti lagi. Ini merupakan dasar dan pokok bagi pengetahuan. Kebutuhan pengetahuan dan ingin tahulah yang memaksa manusia, untuk terhadap Demikianlah mempersoalkan jawaban segala yang sesuatu selalu disekelilingnya. Ketidak-puasan baru.

timbul

pertanyaan-pertanyaan manusia yang

kegelisahan

akan

melingkupi

mengajukan

pertanyaan-pertanyaan secara radikal terhadap esensi kenyataan. Persoalanpersoalan tidak terhenti dijurang kepercayaan dan tradisi, perilaku ini disebut naif (kekanak-kanakan). Seperti itulah pendapat filsuf terhadap fanatisme. Tetapi kemungkinan ini adalah sikap alami (natural).

Terkadang

filsafat

tidak

mendapat

tempat

yang

layak

digolongan

masyarakat tertentu. Bukan mereka menolak dan tidak mau menganggap pentingnya filsafat. Tradisi filsafat merupakan suatu yang janggal dan

berlawanan dengan kebudayaan mereka. Kembali dalam ranah perputaran filsafat ditemukan diantara jawaban dan pertanyaan. Bahkan jawaban lanjut dari pertanyaan yang timbul dari jawaban pertama. Kebanyakan filsuf selalu berbeda pendapat dalam berbagai hal yang masih sama. Persoalan tentang penciptaan dan kejadian alam. Bahkan tentang manusia. Pertanyaan-pertanyaan yang memiliki tipe pokok, yang bermacam-macam jawaban atas seperti ini tidak itu membuah memiliki pemikiran banyak cara konkret. untuk

Sekiranya

pertanyaan

menjawab dan menanggapinya.tipe pokok yang bemacam-macam ini tidak dapat dijabarkan menjadi suatu tipe pokok. Akar yang menjadi sumber tipetipe itu adalah filsafat sendiri, ataudengan perkataan yang lebih konkret, aktivitas filsafat. Secara kultur filsafat, bahwa kepastian akan kebenaran atas jawaban yang ditampilkan bukanlah suatu jawaban yang pasti, munculnya pertanyaan atau jawaban berbeda adalah Ungkapan kepastian. ini Filsafat adalah jawaban lanjut atas dan

pertanyaan-pertanyaan. dibahas ulang.

masih

dipertanyakan

Hanya saja bisa dipastikan itu adalah aktivitas filsafat. Ketika seorang memikirkan keberadaan persoalan dirinya. Itu hakiki semua atau asas kenyataan kesadaran hidup, dan dunia dan

merupakan

kesanggupan

berpikir. Sebelum memikirkan suatu asasi, kegelisahan atas kenyataan itu timbul di dalam jiwanya, ia kemudian mencari diungkapkan inti persoalan dengan pertanyaantersebut

pertanyaan.

Selanjutnya,

pertanyaan

sebagai dasar atau akar masalah, agar jawaban memiliki argument yang kuat dan terang.

Literature filsafat

selamanya

tetap

actual.

Konsep-konsep

filsafat

tidak bisa dibenarkan secara konkret. Walaupun konsep filsafat yang betulbetul asli dan luas dikatakan tidak dapat digugat. Tetapi selalu ada konsep lain yang menentang. Sekiranya konsep-konsep itu dikalahkan dengan

konsep lain secara tidak utuh. Plato muncul dengan cita, Aristoteles dengan entelechi, Spinoza dengan subtansi, Hegel dengan roh, Marx dengan

perjuangan kelas, Schopenhaner dengan kemauan, dan Bergson dengan elan vital. Jadi banyak cara untuk memberikan keterangan, interpretasi tentang

dunia dunia seluruhnya dan tentang manusia yang ada di dalam dunia itu. Seandainya, seorang berpedoman bahwa filsafat harus merupakan

suatu ilmu yang tegas, dan segala yang dikatakannya itu juga membenarkan, maka boleh dikatakan bahwa orang tersebut telah membuang apa yang sampai sekarang mendorng ia untuk berfilsafat. Kemajuan dalam filsafat adalah suatu kemustahilan. Persoalan filsafat yang ada sampai sekarang hanya berputar dalam lubang yang sama. Dan persoalannya itu selamanya tetap actual. B. Teka-teki lebih dalam dari persoalan Filsafat menguraikan suatu hal yang lebih dalam dari problematika pengalaman seseorang. Seorang jika terbangun dari tidurnya dan bertanya keberadaannya, bisa dikatakan orang tersebut berpikir. Persoalan-persoalan dalam kehidupan manusia sangatlah kompleks. Manusia pada masa kecil hingga dewasa selalu dihadapi persoalan eksistensinya sebagai anggota

masyarakat atau anggota keluarga. Persoalan ekonomi, etika, pergaulan dan sebagainnya. Tetapi persoalan itu hanya bersifat sementara dan selesai jika sudah mendapatkan jalan kemudahan. Persoalan filsafat sangatlah metafisik atau supra natural. Mencari

jawaban hakiki atas persoalan metafisik secara konkret. Gambaran terhadap

dunianya dan keberadaan ia di dalam dunia itu. Seperti pertanyaan tentang tujuan hidup, peristiwa alam, peristiwa social dan sabagainya. Walaupun neo-positivis menganggap metafisika sebagai hal yang tak

ada artinya. Mereka mengatakan bahwa filsafat diluar ilmu tak mungkin. Dan bahwa fisafat tidak harus menerangkan sesuatu (jadi bukan dunia selurahnya, melainkan hanya haru member penjelasan. Perbedaan filsafat dan ilmu terdapat pada usaha memberi diajukan. Ilmu kealaman tidak pernah memikirkan dan tak pernah memikirkan tentang kemungkinan pengalaman itu. Ia berpedoman pada pengalaman. jawaban atas pertanyaan yang

Menyusun teori-teori atau hepotesis-hepotesis, maka ia akan selalu kembali lagi pada pengalaman untuk menguji dan memastikan kebenaran teori-teori atau hipotesis-hepotesis itu. Filsuf menjadikan pengalaman sebagai

persoalan.

Disamping itu, sistem-sistem melainkan

filsafat yang besar bukanlah gambaran-gambaran

hipotesis-hepotesis, pemikiran.

konsepsi-konsepsi,

C. Filsafat Abad ke-20 Dalam corak. Ada filsafat, dari tiap-tiap idealisme waktu dan tergabung realisme, bermacam-macam rasionalisme dan

corak-corak

irasionalisme, optimisme dan pesisimsme. Kalau seorang ingin membedabedakan alam pikiran pada waktu yang lain, maka haruslah ia menyelidiki sifat-sifat mana yang memegang peranan terpenting dan mana yang kurang penting. Hegel (1770-1881) mengatakan tiap-tiap filsafat adalah zamannya, yang disampaikan berupa buah pikiran. Seorang penyelidik tidak boleh beranggapan bahwa alam pikiran

abad ke-19 semata-mata bersifat materialis atau mekanis dan alam pikiran abad ke-20 semata-mata realis atau irasional. Paling-paling dapat

mengatakan

bahwa

tendensi

tertentu

dibandingkan

dengan

yang

lain

dalamdua hal yang memegang peranan yang berbeda. Akan terbukti bahwa alam pemikiran pada abad ke-19 lebih memperhatikan alam, ilmu kealaman, dan ajaran pengetahuan. Sedangkan filsafat pada abad ke-20 lebih focus terhadap sejarah, hidup, dan manusia. Walaupun sebenarnya mendalami

masalah-masalah yang sama, tetapi dengan cara yang berbeda. Jadi, tidak memperhatikan perbedaan pokok, tetapi perbedaan interpensi. Selain itu, ada dua pendirian atau system yang begitu berarti pada zaman sekarang ini, yaitu; 1) positivisme, dan 2) materialisme. Kedua aliran filsafat ini mendapat ruang bebas di terakhir pada abad ke-20 filsafat Amerika dan Rusia. Ditahun-tahun materialisme dan positivisme sangat

berpengaruh di Amerika. Sedangkan Rusia memberikan kebijakan bahwa filsafat materalisme merupakan filsafat resmi dinegaranya dan daerah

kekuasaannya. Pengaruh dua pendirian filsafat itu membuat perubahan cara berpikir filsafat dalam menjawab persoalan-persoalan. Pengaruh materialisme kuat di dalam filsafat Barat pada abad ke-20, memperlihatkan tendensi tak percaya terhadap akal sebagai fungsi dan daya kebenaran. Mereka mencari sumber-sumber lain, yang dapat menjelaskan kenyataan. Bukan intelek lagi yang dipakai, melainkan misalnya, intuisi, yang dianggap dapat Berbeda dengan akal menggunakan hidup, berserta menjangkau yang selalu kenyataan dengan langsung berbeda.

menempuh jalan berliku-liku dengan Atau, akal dipertentangkan dengan

pengertian-pengertian.

tenaga-tenaga pendorongnya, dan orang arti tindakan

tindakan praktis yang dihargai lebih tinggi daripada teori. Peristiwa ini berhubungan rasionalisme. Akibat dari krisis rasionalisme timbullah minat besar terhadap kenyataan atau ujud, yang dianggap, bahwa terhadap objek, langsung dengan peristiswa yang dinamakan krisis

ia tidak berdiri atau

tidak jauh bersama-sama

dengan pengetahuan sebagai suatu sifat atau fungsi

dari subjek. Metafisika yang pada akhir abad ke-19 dianggap mati, muncul kembali. Pada abad ke-20 timbul kembali pula minat yang besar terhadap ilmu dan

persoalan-persoalan kealaman, yang

metafisika. beberapa

Demikian lama tak

dikalangan

ahli-ahli metafisika

mengacuhkan

berpendapat, bahwa ilmu kealaman itulah yang memberikan kata terakhir. Selanjunya, yang dianggap sebagai asas-asas pokok dari filsafat Barat modern, artinya filsafat sesudah abad pertengahan, ialah 1) mekanisme, 2) subjektivisme, perkisaran pusat hidup ke subjek. Deskrates (1596-1650),

yang bisa disebut sebagai pembuka jalan filsafat modern, adalah seorang mekanisme dan juga seorang subjektivisme. Ia berpendapat bahwa

universum tunduk pada hukum-hukum mekanis. Ia berpedoman pada adanya kesatuan-kesatuan zat yang akhir dan tak dapat dirusakkan, yang

membentuk dunia zat. Ia tidak membenarkan membenarkan , bahwa kualitas benda-benda (misalnya warna, bau dan sebagainya) adalah sifat-sifat objektif dari benda, dan ia mengatakan Hanya gerak bahwa dan pengindraan keluasan disebabkan oleh

organisasi

pancaindera.

merupakan

sifat-sifat

objiktif dari benda-benda, yang dapat memberi keterangan tentang segalagalanya. Ketentuan yang paling dalam dan titik-pangkal yang terakhir dari filsafat harurlah dicari pada alam pikiran: Saya berpikir jadi saya ada. Inilah berserta adanya Tuhan merupakan dasar dari segala kepastian. Descrates pengetahuan, menjawab memakai pertanyaan Bagaimanakah umum mungkin dan ada

yang

pengertian-pengertian

hukum-

hukum yang universal?, dengan pertolongan tepri cita pembawaan, yaitu cita yang telah ada pada seseorang berpendapat bahwa paralelisme. ketika ia dilahirkan. Selanjutnya, ia

antara hukum berpikir dan hukum-hukum ujud terdapat

Teori

cita

pembawaan

dipakai

juga

oleh

ahli-ahli

pikir

seperti

Spinoza (1632-1677) dan Leibniz (1646-1712). Empiris-empiris Inggris atau filsuf-filsuf pengalaman seperti Locke (1646-1712) dan Hume (1711-1776) membenarkan pendirian mekanis, tetapi mencoba dengan cara lain dengan subjwktivisme.misalnya, berlaku kebiasan. Hume umum ialah hume berpendapat bahwa hukuam-hukum yang disebabkan yang oleh

asosiasi-asosiasi

kesan-kesan

Hukum-hukum itu tidak bersifat objektif. Semuanya dianggap bimbang. Kebimbanganya terhadap segala-galanya timbul

serba

ketika ilmu-ilmu mengalami kemajuan yang hebat, terutama ilmu kealaman. Keadaan seperti inilah dikatakan Bochenski adalah keadaan putus

asa. Dari keadaan demikian itu muncullah Kant (1724-1804), pelopor filsafat kritis dan idealisme. Ia memberikan dasar yang kuat pada roh, ilmu,moral, dan agama dengan tak mengurangi asas-asas alam pikir modern. Ia

membenarkan

mekanisme dan contoh-contoh yang diambil tentang ilmu

kealaman modern, yakni mekanika Newton. Tetapi, menurutnya mekanisme itu hanya berlaku untuk dan dalam kenyataan empiris, dunia peristiwaperistiwa, seperti seorang menemukan dalam pengalam. Sseorang mengamati dan menyusun peristiwa-peristiwa itu menjadi ilmu. Dunia adalah hasil

suatu sintesis. Subjek member bentuk pada segala pengamatan pancaindera. Hukum-hukum logika, ilmu alam, dan ilmupasti berlaku dengan terbatas pada dunia peristiwa (Ersheinnungen). Roh tidak tunduk pada hokum-hukum ini, karna roh itulah (subjek pada umumnya) yang menyusun peristiwaperistiwa itu menurut hokum-hukum. Akal adalah sumber jawaban dengan jalan menyelidikinya dengan pertanyaan-pertanyaan. Pengetahuan beerlaku hanya keilmuan terhadap yang dunia terjadi empiris, dari pengalaman seluruh dan teori

terhadap

peristiwa.

Persoalan-persoalan metafisika yang dalam seperti adanya Tuhan, kekekalan, nyawa, dan kebebasan kemauan tak dapat diselesaikan terletak dengan dibelakang intelek. dunia

Lapangan yang mutlak,

yang dapat

dikatakan

peristiwa, tak dapat seseorang capai dengan akal. Untuk ini ia harus memakai kemauan. Dahulu orang beranggapan akal dapat bahwa menjawab dengan jalan

memperdalam

pengertian-pengertian

peertanyaan

tentang hakikat kenyataan. Tetapi menurut Kant hal demikian adalah suatu kemustahilan. Daerah mutlak hanya dapat dicapai dengan perbuatan dalam daerah kesusilaan. Filsafat Kant mempunyai suatu bentuk konseptualisme yang radikal. Ini berarti bahwa budi (akal, alam pikiran) adalah suatu asas pembentuk. Asasi ini membangunkan isi dunia yang dapat dipahami. Tetapi dunia ini pecah menjadi dunia fenomena yaitu dunia peristiwa, yang tunduk pada hokum-hukum mekanika, dan kedua dunia neomenal dari benda-benda

sendiri, yaitu benda-benda yang tak dapat dikenal, karena kategori-kategori akal hanya berlaku untuk pengalaman dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di dunia itu. Apakah sebenarnya benda-benda itu sendiri, dengan tak

mengindahkan cara bagaimana mengenalnya, tidaklah kita ketahui. Itulah dualisme Kant. Sebenanya dunia itu tidak satu, melainkan dua. Tak ada jembatan yang menghubungkan antara dua itu; hanya jurang membatasinya. Pokok-pokok pemikiran Kant sangatlah mempengaruhi aliran-aliran filsafat pada abad ke-19. Sesudah Kant sebenarnya hanya ada dua jalan yang terbuka. Jalan pertama menyelidiki kenyataan dengan cara-cara ilmu. Filsafat merupakan sintesis dari hasil ilmu-ilmu khusus. Hasil-hasil ini kemudian harus

dikumpulkan dalam suatu sistem. Tujuan adalah mendapat gambaran dunia secara ilmu. Jalan yang kedua adalah alam pikiran dapat diajukan pada proses-proses menegaskan yang merupakan Aliran dasr-dasar pertama pembentukan akhirnya dari budi untuk menjadi

kenyataan.

menjelma

positivisme dan materialisme, dan filsafat menjadi sintesis atau teori ilmu.

Aliran 1831),

kedua yang

menjadi

idealisme-mutlak

(Fichte yang

1762-1814,

Hegel

1790bahwa

menghasilkan

sistem-sistem

menggambarkan

kenyataan adalah hasil suatu gerakan pikiran. Bagi mekanisme dunia selalu tetap. Tak ada sesuatu yang hilang di dalamnya dan tak pula timbul yang baru. Dengan perkataan lain, mekanis membayangkan dunia sebagai sesuatu yang statis dan tak berubah-ubah. Sebagai lawannya dalam abad ke-19 timbul romantic dalam bermacammacam bentuk. Romantic tidak selalu harus irasional, tetapi selalu

menegaskan pentingnya gerak, hidup, perkembangan. Romantic dalam akhir abad ke-19 dan awal ke-20 besar sekali artinya sebagai protes terhadap gambaran dunia yang mekanis dan secara ilmu kealaman. Filsafat Bergson (1859-1941) merupakan gambaran tegas tentang protes romantic ini,

terhadap anggapan tentang suatu dunia, yang sudah selesai benar. Gerakan-gerakan berpengaruh, yakni; menentang kedua alam pikiran dan yang modern yang

mekanisme

yang

materialis

subjektivisme.

Peristiwa ini tidak saja penting bagi filsafat, melainkan lebih luas lagi. Dalam hal ini menimbulkan kemajuan ilmu alam modern dan kemenangan-

kemenangan bagi meterialisme mekanis. Materialisme mekanis berdasarkan empat pokok, yaitu; 1. Ada kesatuan-kesatuan zat yang terakhir dan tak dapat

dimusnahkan 2. Ilmu harus membatasi diri pada penyelidikan-penyelidikan yang semata-mata mekanis 3. Ia harus mengambil sikap determinisme yang tegas; jadi bahwa segala-gala perubah-ubah 4. Ia percaya pada materi dan pristiwa-peristiwanya sebagai unsur yang paling sederhana dan paling akhir; jadi yang tak dapat diubah menjadi suatu yang lain.

Pekembangan

terakhir

fisika

zat

itu

sendiri

menjadi

persoalan.

Bagaimanapun juga fisika tidak lagi berpegang pada teori-teori atom zaman dahulu. Mekanisme yang dalam peristiwa-peristiwa hanya hendak melihat perubahan-perubahan tamparan hebat dari bagian-bagian yang terkecil dalam ruang mendapat

Planck dengan teori kuantanya. Hubungan-hubungan

tak tetap atau tak tentu dari Heisenberg menggoncangkan determinisme. Cepat dan tempat satu electron tak dapat ditetapkan kedua-duanya dengan ketelitian yang sama. Sekiranya cepat ditetapkan kedua-duanya secara eksak, maka tempat akan kabur dan sebaliknya. Hasil perkalian dari kedua tidak

tentuan ini konstan (Planck). Fisika modern member gambaran yang sulit tentang materi, sehingga rupanya lebih sulit dari penghidupan psikhis.

Gambaran yang diberikan oleh ilmu sebelum tahun1900 tentang dunia tidak saja bersifat monism (berdasarkan satu dasar), melainkan juga bersifat

determinisme (dunia itu tak berubah-ubah). Muncullah Wiliam James (1842-1910), pembangun pragmatisme,

dan Bergson juga memegang peranan penting. Dengan kejadian ini (krisis irasional dan krisis subjekvitas) menjelma pula suatu aliran lain dan dalam banyak hal menjadi cirri bagi filsafat abad ke-20, yaitu pembaruan realisme dan metafisika. Kejadian ini merombak rangka filsafat Kant. Gerakan ini lebih-lebih dijalankan oleh Bergson (1838-1917), Husserl (1859-1938), fisafat thomisme yang dipolopori Moore yang dalam tahun 1903 menulis suatu karangan yang kemudian menjadi masyhur. Dan pemikir prancis Boutroux (1881-1912) dan beberapa pemikir Jerman seperti, Nicolai Hartmann (1882) yang dalam

bermacam-macam karangan mengemukakan lagi persoalan tentang ontology (ajaran tentang ujud). Aliran realism baru, irasionalisme, metafisika baru dan pluralisme. Para tokoh pluralisme berpendapat bahwa kenyataan banyak

mempunyai aspek yang tak dapat didasarkan pada satu asas yang melingkupi

keseluruhan. (1864-1937). Di

Dalam

hubungan

ini

dapat

disebutkan

James

dan

Schiller

zaman

dahulu

(abad

ke-19),

menimbulkan

filsafat-fisafat

yang

sangat berpengaruh, seperti; 1. Fenomologi 2. Realisme baru 3. Irasionalisme, yang mempunyai dasar vitalisme dan pernah dikatan filsafat hidup. Selanjutnya, Perang pena antar terjadi perubahan pola filsafat yang diakibatkan baru.

pemikir-pemikir,

memproyeksikan

aliran-aliran

Walaupun masih ada aliran yang mempertahankan aliran tersebut, seprti aliran empirisme atau filsafat materi dan idealisme dalam corak Kant atau Hegel. Ada dua aliran lagi merupakan perpecahan dengan abad ke-19, yaitu; aliran filsafat hidup dan fenomologi. Tetapi ada dua aliran yang asli dan paling baru, yaitu; filsafat eksistensi dan metafisika-baru tentang ujud.

D.

Objek filsafat modern Objek filsafat merupakan persoalan yang dibahas dalam filsafat

modern, tentang alam pikiran dan kenyataan,

pengalaman dan lambang,

alam pikiran dan hidup, hakikat dan penjelmaan, selanjutnya manusia dan dunia. Secara ringkas, penulis akan menguraikan satu persatu secara global. 1. Alam pikiran dan Kenyataan Seorang materialisme mengatakan bahwa kenyataan seluruhnya pada akhirnya bersifat zat (materi) dan dapat dikembalikan pada gerak dari bagian-bagian zat. Sedangkan seorang idealisme mengatakan bahwa hakikat kenyataan itu bersifat rohani; bahwa selain dari dunia peristiwa yang

berlangsung dalam waktu, ada dunia cita, yang terikat pada waktu, bahwa

bukan zatlah yang pertama dan terakhir, namun roh; bahwa orang tak akan dapat menentukan apa yang disebut kenyataan, dengan tidak disuruh

tentukan oleh akal. Ada pula kaum idealis, seperti Plato, yang membagi kenyataan dalam dualis dan membuat pemisahan prinsipal antara dunia peristiwa-peristiwa, yang berlangsung dalam ruang dan waktu, dan dunia cita (ide), yang abadi. Diikuti oleh Hegel, yang mengakui bahwa semuanya adalah cita, serta menambahkan bahwa cita itu tidaklah terlaksana diseberang sana dari dunia pengalaman, melainkan justru ada didalam sana. Sedangkan Kant

mengatakan berbeda tentang dualisme dunia, yang satu dunia peristiwaperitiwa dan yang kedua dunia benda-benda, yang tak dapat ditemukan oleh pengalaman. Uskup Irlandia, Berkeley, yang memiliki pendirian bahwa ada itu sama dengan diamati. Alam pikiran dan kenyataan adalah pertalian yang kuat. Dari

pernyataan seorang idealisme akan menimbulkan pertanyaan dan persoalan besar, bagaimanakah tersebut? seorang Apakah manusia ilmu harus melihat dan mengetahui Neo-Kantian

kenyataan

sanggup

menjawabnya?

mengatakan bahwa dunia benda-benda itu terbatas tidak dapat tercapai oleh pengetahuan teori. Bidang yang dimasuki ilmu adalah lapangan terbatas, yaitu berupa keseluruhan bagi peritiwa-peristiwa. Neo-Kantianisme kesadaran. mendasar Kesadaran dengan menjawab adalah pertanyaan berpikir kritis. pertama secara dengan konsep dan

aktivitas yang

mendalam

pertimbangan,

Dunia

sebagai

objekvitas

sebenanya baru terjadi dalam pertimbangan, pertimbangan sebagai hasil dari kesadaran, bukanlah yang mempertimbangkan. kenyataan yang Ia adalah siap sintesis. tersedia Mengetahui begitu saja.

menjangkau

sudah

Mengetahui sebetulnya ialah mencipta, menciptakan kenyataan baru.

Suatu hal, suatu objek, suatu hubungan, suatu peristiwa ada, jika pertimbangan menyatakan dan menentukan bahwa hal itu ada. Jika dibalik,

apa yang dinyatakan dalam dan oleh pertimbangan, yakni kenyataan objektif yang dihasilkan, tidak ada lagi kenyataan kedua, dunia yang lain sebagai suatu hambatan, yang tidak akan direbut oleh pengetahuan. 2. Pengalaman dan Lambang Filsafat, menurut Richard Avenarius, sebagai bapak Neo-positivisme, merupakan pengalaman filsafat ilmu murni, yang teraturan keras, yakni ilmu yang di berdasarkan dalamnya.

dimana metode

peristiwa-peristiwa keilmuan yang

berhubungan teliti, yang

sebagai

menghasilkan

pengetahuan. Satu-satunya metode yang sanggup melakukan hal itu ialah ilmu kealaman yang logis-matematis. Ilmu ialah mengkonstruksi suatu sistem-sistem kalimat atau ucapanucapan yang dengan perantaraannya manusia dapat berorentasi dalam dunia pengalamannya. Semua ilmu yang dan mempunyai kemudian, sedapat tujuan untuk meramalkan pengalaman-

pengalaman-pengalaman pengalaman langsung,

dengan mungkin

berdasarkan harus

mengendalikannya.

Dengan pengalaman-pengalaman langsung itu dihubungkan tanda-tanda atau lambang-lambang yang umpamanya dalam ilmu alam dinamakan koordinatkoordinat, yang dalam ilmu hayati berupa bentuk-bentuk ruang dan dalam sosiologi berupa kata-kata biasa, seperti kelompok, bangsa, negara. Dari hubungan-hubungan, relasi-relasi, antara lambang tertentu

terbuat lambang-lambang lain dengan tidak usah senantiasa kembali lagi pengalaman-pengalaman yang nyata. Dalam ilmu hayat, misalnya, bayangan secara demikian terjadinya inti-sel dan protoplasma dalam ruang waktu. Dalam pendapat sejarah yang materialis ialah perubahan dari feodalisme via kapitalisme ke sosialisme dan sebagainya.

3. Alam pikiran dan Hidup Rickert (1920) mencoba membuka kedok pengertian hidup sebagai suatu pengertian mode, dan tidak dapat dipergunakan sebagai dasar bagi filsafat sejati. Mode adalah memaksa manusia untuk suatu kekuasaan yang berbahaya, yang hendak mengikutinya dengan mengesampingkan

pandangan kritis dari manusia itu. Dan tak dapat pula orang berkeberatan terhadap pendapat bahwa sekali-kali bukanlah tugas bagi ilmu atau filsafat

mengikuti mode dan menyerahkan kepada yang mempengaruhi opini umum dalam waktu tertentu. Hidup sebagai kemerdekaan manusia sendiri buak suatu tuntutan

zaman dan pemikiran lain. Hidup memiliki statu yang kuat dalam dunianya, yang memproyeksikan kesadaran secara intuitif. Kesadaran yang merdeka dan bebas dari setiap pengaruh kekuasaan atau pemikiran. Manusia boleh memilih dan mendapatkan hal yang berbeda di dalam dunianya. Filsafat dan ilmu hanyalah memperbudak manusia dalam menguraikan eksistensinya di dalam pola pikir dan kebebasannya. Jiwa, kemauan dan kesadaran manusia bukanlah suatu yang harus diorentasikan kepada satu titik tumpu. Tetapi ia memiliki titik tumpu itu sebagai manusia yang merdeka. 4. Hakikat dan Penjelmaan Naturalisme ditemukan sebagai adalah suatu suatu kesatuan peristiwa, kenyataan yang timbul ruang karena dan alam waktu.

dalam

Kenyataan ini berhubungan satu sama lain menurut hukum-hukum eksak. Edmund Husserl (1859-1938) menganggap bahwa alam psikis bergantung pada alam zat. Alam psikis adalah suatu sistem atau peristiwa yang sekunder, yang berjalan sejajar dengan alam zat. Apa yang berlangsung dalam dan pada kesadaran itu? Suatu arus fenomena-fenomena, yang dapat ditilik, disebut yang sejati. Fenomena-

fenomena

tersebut

harus

diterima

sebagaimana

halnya

mengentara,

yaitu

sebagi halnya menyadari, mengira, dan menjelma. Benda dalam hal itu dapat berupa benda yang benar-benar ada, tetapi juga yang difantasi; yang dapat dilihat, tetapi juga yang formal. Dalam kesadaran itu muncul perbagai macam benda. Secara pokok pemikiran Husserl seperti dibawah ini; 1) Filsafat

dipahami sebagai ilmu, bukan sebagai suatu ilmu diantara ilmu-ilmu yang lain, melainkan sebagai fundamental. 2) filsafat sebagai ilmu fundamental adalah fenomenologi, yaitu menyelidiki apa yang menjelma menurut

hakikatnya di dalam dan pada kesadaran; dan 3) untuk mencapai hakikat ini ada pintu masuk yang langsung, yaitu pandangan atau tangkapan intuitif, yang hasil selanjutnya diucapkan (dinyatakan dalam pengertian-pengertian

yang tetap). 5. Manusia dan Dunia Ujud itu dalam dunia tidak seperti air dalam gelas, yang dapat dituang dari gelas itu, atau seperti benda dalam kotak, yang dapat dikeluarka darinya. Gambaran-gambaran ini menunjukkan bahwa sesuatu terletak dalam sesuatu yang lain, yang melingkupinya. Ujud itu tidaklah berhadapan dengan dunia dan tidaklah berhadapan dengan ujud. Kedua-duanya tidak dapat

dipisahkan. Berujud dalam dunia adalah suatu ciri ontologi dari ujud dan tidak dapat dipandang terlepas daripadanya. Aku atau kesadaran umum dari kaum idealis adalah suatu yang abstrak, yang masih tinggal, bila orang megesampingkan segal yang lain, sampai-sampai kepada diri sendiri. Ujud dari Heidegger adalah ujud manusia secara konkert dadn lengkap dalam dunia, yang dalamnya manusia itu selalu telah ada. Dia berada dalamnya tidak sendiri, melainkan dengan yang lain-lain. Ada dalam dunia selau berarti ada dengan orang-orang yang lain dalam dunia. Ujud pada hakikatnya serta ujud.

Kritik Dalam buku ini sangat banyak keterangan kurang jelas dalam menguraikan sebuah pendapat tokoh dan kelengkapan skema pemikiran filsafat yang mempengaruhi pada pemikiran sesudahnya, yang secara terang dan jelas berbeda. Dan sangat disayangkan pemikiran materialisme-sosialis tidak ditampilkan secara utuh. Seakan penulis ingin menghilangkan pemikiran tersebut. Kesimpulan Filsafat yang dianggap sebagai suatu yang berlawanan dengan ilmu alam, ternyata tidaklah demikian, filsafat modern, abad ke-20, seakan

menggabungkan diri dengan ilmu pengetahuan alam secara halus ataupun tegas. Supaya Bahkan tidak persoalan metafisik tradisi. hanya sebagai olesan pantas-pantas. pemikir

meninggalkan

Walaupun

sebagian

ahli-ahli

filsafat mengatakan sebuah kemustahilan. Selanjunya, filsafat modern, abad ke-20, seakan menjadi vak-ilmu secara terbagi-bagi. Pesoalan-persoalan filsafat abad ke-20, adalah akhir pemikir filsafat tentang metafisik atau rasional murni, yang digantikan dengan pemikiran eksak.

Anda mungkin juga menyukai